• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN BANTUAN KOMPUTER PADA SISWA BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA DI SLB YPM KAB. GARUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN BANTUAN KOMPUTER PADA SISWA BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA DI SLB YPM KAB. GARUT."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...

i

KATA PENGANTAR...

ii

DAFTAR ISI...

vi

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR...

viii

DAFTAR LAMPIRAN...

ix

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian ...

1

B.

Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian...

5

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ...

6

D.

Setting Penelitian...

6

BAB II MEMBACA PERMULAAN DENGAN BANTUAN

KOMPUTER

A.

Bahasa dan Membaca...

7

B.

Teori Belajar Membaca...

14

C.

Pengajaran Membaca Permulaan...

19

D.

Siswa Berkesulitan Belajar Membaca...

27

E.

Penelitian Terdahulu...

33

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Desain Eksperimen...

40

B.

Prosedur Penelitian...

42

C.

Subyek Penelitian...

53

D.

Target Behavior...

55

E.

Pengolahan dan Analisis Data...

56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian...

60

1.

Kemampuan Membaca Huruf...

60

2.

Kemampuan Membaca Suku Kata...

67

3.

Kemampuan Membaca Kata...

74

B.

Pembahasan...

81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan...

87

(2)

DAFTAR PUSTAKA...

94

LAMPIRAN...

98

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR

Halaman

(3)

Grafik 3.2 Contoh grafik garis...

58

Grafik 4.1 Kemampuan membaca huruf subyek Ts...

60

Grafik 4.2 Rata – rata persentase kemampuan membaca

huruf subyek Ts...

63

Grafik 4.3 Kemampuan membaca huruf subyek Rd...

64

Grafik 4.4 Rata – rata persentase kemampuan membaca

huruf subyek Rd...

66

Grafik 4.5 Kemampuan membaca suku kata subyek Ts...

67

Grafik 4.6 Rata – rata persentase kemampuan membaca

suku kata subyek Ts...

70

Grafik 4.7 Kemampuan membaca suku kata subyek Rd...

71

Grafik 4.8 Rata – rata persentase kemampuan membaca

suku kata subyek Rd...

73

Grafik 4.9 Kemampuan membaca kata subyek Ts...

74

Grafik 4.10 Rata – rata persentase kemampuan membaca

kata subyek Ts...

77

Grafik 4.11 Kemampuan membaca kata subyek Rd...

78

Grafik 4.12 Rata – rata persentase kemampuan membaca

kata subyek Rd...

80

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A.

DATA HASIL PENELITIAN

(4)

B.

INSTRUMEN TES MEMBACA PERMULAAN...

146

C.

HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS ...

149

D.

PERIJINAN PENELITIAN...

150

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian.

Dalam kehidupan manusia membaca merupakan hal yang sangat

penting, karena membaca merupakan pintu gerbang pengetahuan. Melalui

kemampuan membaca, seseorang dapat memperoleh kemudahan –

kemudahan dalam aktivitas kehidupannya, dengan kemampuan membaca pula

siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi

pertumbuhan dan perkembangan daya pikirnya.

Membaca sangat penting bagi proses pembelajaran, tanpa memiliki

kemampuan membaca yang memadai siswa akan mengalami kesulitan belajar

dikemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak hanya

dalam pelajaran bahasa tetapi juga pada pelajaran lainnya.

Jarangnya guru mempergunakan media dalam proses pembelajaran

mengakibatkan siswa menjadi kurang antusias dan mudah bosan terhadap

pembelajaran sehingga munculnya kasus kesulitan membaca.

Atas dasar tersebut peneliti mencoba membuat program pembelajaran

membaca permulaan dengan bantuan komputer, diharapkan program ini

mampu mengatasi persoalan di atas karena program ini dikemas sedemikian

rupa dengan tampilan yang menarik tanpa menghilangkan tujuan utama

(6)

tidak bosan pada saat belajar yang akhirnya akan mempermudah siswa dalam

menyerap informasi yang disajikan meskipun mempunyai kemampuan

intelektual di bawah rata – rata normal.

Seperti yang diungkapkan oleh Gagne (Sudana, 1989:94) pengajaran

yang dikembangkan harus menarik perhatian si belajar agar peristiwa –

peristiwa pengajaran berikutnya dapat berjalan dengan baik, perhatian si

belajar dapat ditingkatkan dengan memberikan perubahan rangsangan secara

mendadak, sajian visual dapat menarik perhatian si belajar.

Program pembelajaran membaca pemulaan dengan bantuan komputer

ini menekankan pada penggunaan fungsi visual dan auditori anak

sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Kavale, Keneth, dan Forness

(2000) yang menyatakan kemampuan auditori dan visual dapat meningkatkan

kemampuan membaca secara sukses.

Program pembelajaran membaca permulaan dengan bantuan komputer

ini menggunakan aplikasi program power point, hal ini didasarkan pada

kurikulum 2006 yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), yang memberikan peluang besar pada sekolah untuk

membuat silabus sesuai dengan kondisi, kemampuan, lingkungan sekolah,

sehingga kesulitan – kesulitan yang terjadi pada siswa akan mudah diatasi.

Aplikasi mikrosoft office power point dapat digunakan untuk

membuat berbagai keperluan, mulai dari membuat presentasi tugas, membuat

(7)

3

bisa dikemas dalam CD bahkan dapat dipakai untuk pembelajaran anak. Hal

ini menjadi sangat dimungkinkan karena power point menyediakan banyak

theme, layout, efek dan quick style yang akan membantu menyajikan berbagai

keperluan sehingga dapat tampil menarik.

Kesulitan membaca dialami oleh dua orang siswa di SLB YPM Garut

yang merupakan pindahan dari sekolah reguler yang berbeda, kedua siswa

tersebut berusia sama, yaitu 10 tahun dan sama - sama tidak naik ke kelas 4

SD.

Merujuk kepada kurikulum sekolah dasar pada mata pelajaran bahasa

Indonesia, siswa kelas 4 (empat) sekolah dasar harus sudah mempunyai

kemampuan membaca lanjut. Dalam membaca lanjut siswa sudah harus dapat

membaca pikiran, perasaan, dan kehendak yang tertuang dalam tulisan atau

harus sudah memahami isi bacaan.

Rendahnya kemampuan membaca dari kedua siswa tersebut

merupakan gejala umum yang dapat disebabkan oleh faktor internal dan

faktor lingkungan. Faktor internal siswa biasanya disebabkan pada dua

penyebab. Pertama, siswa mempunyai kemampuan membaca rendah karena

siswa mempunyai hambatan intelektual (intellectual disability), dan / atau

karena mempunyai masalah dengan pendengaran dan atau penglihatan.

Kedua, siswa mempunyai kemampuan membaca rendah karena dyslexia.

(8)

hambatan inteketual, sensori dan budaya (Lyster, 1999; Grainger, 2003).

Diduga disleksia disebabkan fungsi otak yang minimal.

Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan sekolah dan

lingkungan di luar sekolah atau sebelum sekolah. Lingkungan di sekolah yang

dapat menyebabkan kemampuan membaca rendah diantaranya adalah

ketidaktepatan metode, kurikulum yang kaku, sikap guru, pengalaman

pendidikan pra-sekolah (Skjorten, 2003) dan tidak memadainya bahan bacaan

yang tersedia di sekolah. Lingkungan sebelum atau di luar sekolah

diantaranya adalah bahasa sehari hari atau bahasa pertama yang digunakan

anak di rumah yang berbeda dengan yang digunakan di sekolah, tidak adanya

atau miskinnya bahasa tulis dari bahasa pertama anak, misalnya bahan bacaan

di rumah dan kemampuan literasi orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Faktor lingkungan sebelum atau di luar sekolah yang tidak memadai seperti

ini disebut juga Linguistic and Cultural Diverse (LCD).

Berdasarkan studi pendahuluan dengan psikolog, guru, serta wawancara

dan kunjungan ke rumah orang tuanya diperoleh informasi bahwa untuk

kedua kasus subyek, peneliti cenderung melihat penyebab ketidakmampuan

membaca subyek disebabkan oleh faktor internal yaitu hambatan intelektual

(intelektual disability) dimana subyek menunjukkan pada kondisi lambat

belajar karena faktor intelegensi yang berada pada level borderline atau

dibawah rata – rata normal dan juga diperparah oleh faktor eksternal /

(9)

5

Tidak ditemukan bahan bacaan di rumah, orang tua juga tidak pernah

membimbing

dan

mendampingi

anak

untuk

belajar

di

rumah,

mengindikasikan betapa rendahnya perhatian orang tua terhadap tumbuh

kembangnya kemampuan kognitif anak.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.

1. Rumusan Masalah :

Berdasarakan uraian pada latar belakang masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah kesulitan membaca yang dihadapi oleh siswa di

SLB YPM Garut, yang selanjutnya dirumusan “Bagaimana pengaruh program

pembelajaran membaca permulaan dengan bantuan komputer terhadap

kemampuan membaca siswa berkesulitan belajar membaca di SLB YPM

Garut”.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan - permasalahan yang telah diuraikan pada latar

belakang, maka dapat diidentifikasikan dalam beberapa pertanyaan sebagai

berikut :

a.

Bagaimana kemampuan membaca permulaan siswa berkesulitan belajar

membaca sebelum dilakukan intervensi?

b.

Apakah terdapat perbedaan kemampuan membaca permulaan sebelum dan

(10)

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1.

Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian secara umum adalah meningkatkan proses

pembelajaran di SLB YPM Garut, sedangkan secara khusus adalah

meningkatkan kemampuan membaca siswa berkesulitan belajar membaca

dengan bantuan komputer sebagai program pembelajaran membaca

permulaan

2.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dimanfaatkan oleh

praktisi pendidikan khususnya oleh pada guru dalam meningkatkan mutu

pembelajaran membaca permulaan.

D.

Setting Penelitian

Setting penelitian berlokasi di SLB YPM Kadungora Kabupaten

Garut. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

1. Lokasi penelitian berdekatan dengan tempat tinggal peneliti.

2. Peneliti bekerja di lokasi penelitian atau di sekolah tersebut.

3. Ditemukan siswa yang berkesulitan membaca di sekolah tersebut

(11)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu

suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu

perlakuan (intervensi) yang diberikan atau untuk membuktikan ada tidaknya

hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat. (Arikunto 1990:502).

Pada penelitian ini variabel x yang berupa perlakuan diberikan sendiri dengan sengaja

oleh peneliti. Dalam hubungan ini, peneliti memanipulasi sesuatu perlakuan

(intervensi), kemudian mengobservasi pengaruh atau perubahan yang diakibatkan

oleh manipulasi secara sengaja dan sistematis. (Faisal, 1982:76)

A.

Desain Eksperimen

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan subjek tunggal (Single Subjek Reaserch), dalam penelitian ini

desain yang digunakan adalah desain A – B, ada 3 komponen yang diukur

dalam melihat kemampuan membaca permulaan subyek yaitu kemampuan

membaca huruf, kemampuan membaca suku kata dan kemampuan membaca

kata. Gambar tampilan desain A - B untuk kemampuan membaca permulaan

(12)

Grafik 3.1 Tampilan Desain A – B

Keterangan :

Baseline (A) = Suatu kondisi awal atau dasar kemampuan membaca

permulaan subjek untuk mengetahui sejauhmana subjek

mampu membaca permulaan. Pada baseline (A) ini subjek

peneliti tidak diberikan intervensi sama sekali, subjek peneliti

diberikan tes berupa membaca kartu huruf, kartu suku kata dan

kartu kata kemudian peneliti mencatat skor yang didapatkan.

Intervensi (B) =

Subjek peneliti diberikan perlakuan atau intervensi,

intervensi yang diberikan berupa pembelajaran membaca

permulaan dengan bantuan komputer aplikasi program power

(13)

42

membaca kartu huruf, kartu suku kata dan kartu kata kemudian

peneliti mencatat skor yang didapakannya.

B.

Prosedur Eksperimen

Ruangan tempat dilaksanakannya program pembelajaran membaca

permulaan adalah sebuah ruangan berukuran 3 meter x 2,5 meter, ruangan

tersebut hanya diisi oleh satu meja tempat diletakkannya komputer dan

didepan meja tersebut diletakkan dua buah kursi untuk tempat duduk peneliti

dan tempat duduk subyek. Peneliti sengaja memilih tempat duduk disebelah

subyek untuk menciptakan keakraban dan kedekatan hubungan emosional

dengan subyek serta dapat lebih memperhatikan setiap gerakan dan kondisi

subyek, ruangan tersebut tidak banyak diisi oleh benda – benda lain agar

subyek lebih berkonentrasi terhadap program pembelajaran membaca

permulaannya.

Adapun

ruangan

tempat

dilangsungkannya

program

pembelajaran membaca permulaan dapat di gambarkan dalam bagan berikut

ini :

Gambar 3.1 Denah penelitian

A

B

(14)

Keterangan :

A

= Meja

B

= Komputer

C

= Tempat duduk peneliti

D

= Tempat duduk subyek

1.

Fase baseline :

Pada fase awal ini subyek diminta untuk menjawab pertanyaan berupa

tes dengan menggunakan kartu huruf, kartu suku kata dan kartu kata

tujuannya untuk mengetes kemampuan dalam membaca huruf, membaca

suku kata dan membaca kata tanpa adanya intervensi dari peneliti.

Ada beberapa tahap yang dilalui dalam fase baseline ini yaitu :

a.

Tahap persiapan

Waktu yang dibutuhkan untuk tahap persiapan ini adalah

sekitar 10 menit, adapun langkah – langkah kegiatannya :

-

Menyiapkan alat tes yaitu kartu – kartu huruf, suku kata dan

kata, stop watch serta alat tulis (kertas pulpen / pensil) yang

akan digunakan

-

Menyiapkan lembar penilaian.

-

Meminta subyek masuk ke dalam ruangan yang telah

(15)

44

-

Menjelaskan secara ringkas perintah yang harus dikerjakan

oleh subyek.

-

Memberikan kesempatan bertanya kepada subyek apabila ada

yang kurang dipahami.

b.

Tahap Pelaksanaan

Waktu yang dibutuhkan untuk tahap pelaksanaan adalah 40

menit, adapun langkah – langkah kegiatannya adalah :

-

Memberikan kartu soal satu persatu yang harus dijawab oleh

subyek.

-

Untuk menjawab setiap soal, subyek diberi waktu selama 30

detik

-

Peneliti mencatat nilai dari setiap jawaban yang diberikan oleh

subyek, untuk jawaban yang benar di beri skor 1, dan jawaban

yang salah diberi skor 0

c.

Tahap akhir.

Waktu yang dibutuhkan untuk tahap akhir ini adalah 10 menit,

adapun langkah – langkah kegiatannya adalah :

-

Subyek diminta keluar ruangan.

(16)

2.

Fase Intervensi

Pada tahap ini dilakukan intervensi yaitu berupa program

pembelajaran membaca permulaan dengan bantuan komputer aplikasi

power point.

Ada beberapa tahap yang dilaksanakan selama fase intervensi dimana

tahap – tahap tersebut dimaksudkan untuk membawa anak dalam

menganalisis kata yang dipelajari dengan jalan membaca huruf, membaca

suku kata dan membaca kata secara utuh. Melalui proses ini diharapkan

anak dapat menyadari bahwa kata terbentuk atas suku kata dan suku kata

terbentuk atas huruf – huruf. Adapun tahap – tahapannya adalah sebagai

berikut :

a.

Tahap Persiapan :

Waktu yang dibutuhkan untuk tahap ini adalah 10 menit, adapun

langkah – langkah kegiatannya adalah :

-

Menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran

membaca permulaan (Komputer, stop wach, alat tulis, kartu

huruf, kartu suku kata, kartu kata, dan lembar penilaian)

-

Mempersiapkan meja dan kursi yang akan dipakai,untuk

kegiatan ini peneliti duduk di sebelah subyek, untuk menjamin

(17)

46

melihat dengan jelas reaksi atau gangguan yang mungkin

timbul serta mengatasinya segera.

-

Subyek memasuki ruangan yang telah disiapkan dan duduk

ditempat yang telah disediakan.

-

Penjelasan ringkas tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.

-

Memberikan kesempatan bertanya pada subyek jika ada yang

kurang dipahaminya.

b.

Tahap Pelaksanaan.

Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan ini sekitar

100 menit, adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :

-

Memulai program pembelajaran membaca permulaan

-

Sesudah pemberian materi pembelajaran membaca permulaan

selesai peneliti memberi kesempatan kepada subyek untuk

bertanya jika ada yang kurang dipahaminya. Waktu yang

dibutuhkan untuk program pembelajaran adalah 60 menit / 1

jam.

-

Kemudian dilanjutkan pemberian tes dengan kartu- kartu tadi.

(Prosedur tes sama dengan tahap pada fase baseline, dan waktu

(18)

c.

Tahap akhir.

Waktu yang dibutuhkan untuk tahap akhir adalah 10 menit,

adapun langkah – langkah kegiatannya adalah :

-

Subyek diminta keluar ruangan.

-

Peneliti menjumlah skor yang didapat oleh subyek

3.

Sistematika program pembelajaran membaca permulaan melalui

media Komputer :

-

Pembelajaran tahap I, waktu yang diperlukan 10 menit adapun

langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :

a.

Tampilan layar komputer dibuka dengan huruf /a/ warna merah

yang hidup dari ukuran kecil berubah menjadi lebih besar

b.

Sesudah huruf /a/ tampil diikuti bunyi /a/.

c.

Kemudian anak di minta menirukannya.

d.

Memberi kesempatan beberapa saat pada anak untuk mengingat

dan menguasai huruf yang ditampilkan tersebut.

e.

Selanjutnya sesudah anak cukup hapal, dilanjutkan dengan

tampilan huruf yang lainnya.

(19)

48

-

Pembelajaran tahap II, waktu yang diperlukan 50 menit, adapun

langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :

a.

Tampilan layar komputer dibuka dengan gambar dan tulisan,

misalnya gambar animasi kuda dan tulisan /kuda/

b.

Kemudian bunyi dari kata kuda.

c.

Gambar hilang, tinggal tulisan /kuda/

d.

Bunyi dari kata kuda muncul kembali.

e.

Tulisan /kuda/ dipecah berdasarkan suku kata

f.

Suku kata /ku/ turun diikuti bunyi /ku/

g.

Suku kata /da/ turun, diikuti bunyi /da/

h.

Kemudian suara yang dibunyikan panjang kuudaa

i.

Selanjutnya suku kata /ku/ dan /da/ dipecah berdasarkan huruf

j.

Huruf /k/ turun, diikuti bunyi /k/

k.

Huruf /u/ turun diikuti bunyi /u/

l.

Huruf /d/ turun diikuti bunyi /d/

m.

Huruf /a/ turun diikuti bunyi /a/

n.

Kemudian membaca keseluruhan dengan membunyikan atau

membaca lebih panjang kuuuudaaaa

o.

Selanjutnya Semua tulisan hilang

p.

Kemudian muncul gambar kuda dan tulisan kuda lagi

q.

Diikuti pengucapannya /kuda/.

(20)

4.

Lembaran Tes

Lembaran tes yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan

membaca permulaan anak, dalam penguasaan huruf, penguasaan suku kata

dan penguasaan kata adalah :

LEMBAR TES MEMBACA HURUP

Nama

: ………

Sesi ke

:………

Tanggal

: ………

BACALAH SETIAP HURUF DI BAWAH INI DENGAN BENAR :

NO

HURUF

BENAR/SALAH

1

a

2

b

3

c

4

d

5

e

6

f

7

g

8

h

9

i

10

j

11

k

12

l

13

m

14

n

15

o

16

p

17

q

18

r

19

s

(21)

50

21

u

22

v

23

w

24

x

25

y

26

z

Jumlah skor

Untuk setiap hurup yang dibaca benar diberi skor 1, dan jika salah

diberi skor 0.

Selanjunya untuk tes membaca suku kata, bentuk tes yang diberikan

adalah sebagai berikut :

LEMBAR TES MEMBACA SUKU KATA

Nama

:………..

Sesi ke

:………..

Tanggal

:………..

BACALAH SUKU KATA DI BAWAH INI DENGAN BENAR !

NO

HURUF

BENAR/SALAH

1

ba

2

bi

3

da

4

bu

5

la

6

ga

7

pi

8

ha

(22)

10

bo

11

ti

12

ka

13

ki

14

ku

15

li

16

mo

17

se

18

du

19

pa

20

pe

21

ru

22

sa

23

ta

24

ya

25

gu

Jumlah skor

Jika setiap suku kata dibaca benar, maka diberi skor 1 dan jika salah

diberi skor 0.

Yang terakhir dilakukan tes untuk membaca kata, anak diminta untuk

membacakan kata, adapun bentuk tes yang diberikan adalah sebagai

berikut :

LEMBAR TES MEMBACA KATA

Nama

:………

Sesi ke

:………

(23)

52

BACALAH SETIAP KATA DI BAWAH INI DENGAN BENAR !

NO

KATA

BENAR/SALAH

1

api

2

jam

3

babi

4

bapa

5

kuda

6

ayam

7

bumi

8

lilin

9

bola

10

awan

11

gajah

12

panda

13

badut

14

hantu

15

tidur

16

apel

17

semut

18

tikus

19

guru

20

jambu

21

buku

22

rubah

23

kaka

24

adik

25

hujan

Jumlah skor

Untuk setiap kata yang dibaca benar, diberi skor 1 dan jika salah diberi

skor 0.

(24)

C.

Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini sebanyak dua orang, yaitu anak dengan IQ

borderline Adapun data datanya adalah sebagai berikut :

1.

Anak pertama bernama Ts, berusia 10 tahun, berjenis kelamin

laki – laki, dan duduk di kelas 4 SDLB. Kondisi spesifik Ts dari hasil

tes intelegensi yaitu Ts memiliki kecerdasan bertaraf borderline arinya

berada pada taraf kemampuan di bawah rata – rata normal, tingkat

kemampuan membaca Ts sebelum dilakukan intervensi sulit membaca

huruf – huruf, seperti /b/, /d/, /p/, antara /h/ dan /n/ juga /g/ dan /j/,

dalam membaca suku kata Ts sering keliru membaca misalnya /ka/ di

baca /ke/ dll, apalagi untuk membaca kata Ts masih sangat kesulitan

membacanya seperti terjadi kesalahan dalam pengucapan dengan

menghilangkan bunyi, membaca terbalik, kadang - kadang menerka –

nerka kata. Contonya hantu di baca hunta.

Ts mempunyai kekurangan dalam hal berpikir abstrak, pola

pikir masih konkrit operasional dan belum mempunyai problem

solving yang tepat. Secara kepribadian Ts mempunyai rasa percaya

diri, mudah beradaptasi, gampang berkominikasi, tetapi mempunyai

(25)

54

menyerah, mudah putus asa, kurang ada usaha dalam melakukan

sesuatu dan ragu – ragu.

2.

Anak kedua bernama Rd, berusia 10 tahun, berjenis kelamin

laki - laki dan duduk di kelas 4 SDLB. Kondisi Spesifik sama dengan

Ts, dari hasil tes intelegensi Rd memiliki kecerdasan bertaraf

borderline, atau mempunyai kemampuan pada taraf di bawah rata –

rata normal. Kemampuan membaca Rd sebelum dilakukan intervensi

tidak bisa menyebutkan huruf seperti /f/, /g/, /j/, /v/, /q/, /x/ begitu

pula dalam membaca suku kata Rd mengalami kesulitan yang hampir

sama dengan Ts yaitu membaca dengan mengeja huruf demi huruf,

pengucapan tidak benar, seperti /na/ dibaca /ne/ dll, dalam membaca

kata terjadi penghilangan bunyi atau kata, mengulang – ngulang,

terbalik, menerka – nerka kata, tidak mengenal bunyi konsonan.

Seperti budi di baca udi, rubah dibaca rumah dll

Rd termasuk anak yang teliti dengan daya tangkap yang cukup

baik tetapi mempunyai kekurangan dalam berpikir abstrak, pola pikir

masih konkrit operasional. Secara kepribadian Rd lebih pendiam dan

agak sulit berkomunikasi dengan orang yang baru dikenalnya,

disamping itu juga ragu – ragu, gampang menyerah dan mudah putus

(26)

3.

Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Gambar b)

Huruf dan c). Suara.

a. Gambar

Peneliti menggunakan gambar dalam hal ini banyak mempergunakan

gambar animasi, seperti gambar animasi binatang, kata benda dan gambar

buah – buahan yang dekat dengan realita kehidupan sehari – hari anak.

b. Huruf

Huruf yang didasarkan pada pembagian atas kata, suka kata dan

huruf.

c. Suara.

Suara orang membaca dalam setiap kata, suku kata dan huruf yang

ditampilkan

D.

Target Behavior.

Target

behavior

merupakan

istilah

dasar

dalam

penelitian

eksperimenal termasuk penelitian dengan subyek tunggal. Adapun target

behavior dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan.

Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu variabel terikat (target

behavior) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas,(siswa

(27)

56

mempengaruhi variabel terikat (program pembelajaran membaca permulaan

melalui media komputer)

E.

Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Tawney dan Gas (Sunanto 2005 : 19), secara garis besar ada

3 macam prosedur pencatatan data yang digunakan pada penelitian modifikasi

tingkah laku, yaitu : (1) pencatatan data secara otomatis, (2) pencatatan data

dengan produk permanen, dan (3) pencatatan data dengan observasi langsung,

dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan pencatatan data

dengan observasi (pengamatan) secara langsung.

Tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan adalah analisis data, pada

penelitian desain kasus tunggal akan terfokus pada data individu daripada data

kelompok, setelah data semua terkumpul kemudian data dianalisis

menggunakan teknik statistik deskriptif. Pada penelitian dengan kasus tunggal

penggunaan statistik yang komplek tidak dilakukan tetapi lebih banyak

menggunakan statistik deskriptif yang sederhana (Sunanto 2005: 65). Adapun

tujuan analisis data dalam bidang modifikasi perilaku adalah untuk dapat

melihat sejauhmana pengaruh intervensi terhadap perilaku yang ingin dirubah

atau target behavior. Metode analisis visual yang digunakan adalah dengan

menggunakan pengamatan langsung terhadap data yang ditampilkan dalam

(28)

mempresentasikan data ke dalam grafik khususnya grafik garis, tujuan grafik

dalam penelitian adalah peneliti lebih mudah untuk menjelaskan perilaku

subjek secara efisien dan detail. Menurut Sunanto (2005: 36) terdapat

beberapa komponen- komponen dasar yang harus dipenuhi dalam pembuatan

grafik di antaranya sebagai berikut:

1.

Absis adalah sumbu X merupakan sumbu mendatar yang menunjukan

satuan variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal)

2.

Ordint adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukan

satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi)

3.

Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y

sebagai titik awal satuan bebas dan terikat.

4.

Skala garis - garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukan

ukuran( misalnya : 0 %, 25%, 50 %, 75 %).

5.

Label kondisi,yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen

misalnya baseline atau intervensi

6.

Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukan adanya

perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

7.

Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera

(29)

58

Bentuk dasar dari grafik garis yang digunakan dalam penelitian modifikasi

adalah

(30)

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data sebagaimana telah

disajikan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum

dilakukan intervensi, subyek mengalami kesulitan dalam membaca huruf,

membaca suku kata dan membaca kata kemudian setelah dilakukan intervensi

kemampuan membaca huruf, membaca suku kata dan membaca kata

mengalami peningkatan hal ini menunjukkan efektifnya pembelajaran

membaca permulaan dengan bantuan komputer.

Beberapa kesulitan yang dialami oleh masing – masing subyek

sebelum dilakukan intervensi adalah :

Untuk Subyek Ts

1.

Pada fase baseline, kemampuan subyek dalam membaca huruf cenderung

mendatar tidak ada peningkatan, pada sesi ke 1 subyek hanya mampu

menjawab 15 soal dari 26 soal yang diberikan kemudian pada sesi ke 2

ada kenaikan sedikit yaitu mampu menjawab 16 soal dari 26 soal, sesi ke

3, mengalami penurunan lagi yaitu hanya mampu menjawab 15 soal

begitu pula pada sesi ke 4 dan ke 5 kemampuan membaca hurufnya tidak

(31)

88

yang diberikan. Jika dipersentasekan skor terendah untuk fase baseline ini

adalah 57,69 % dan skor tertinggi adalah 61,54 %

2.

Dalam kemampuan membaca suku kata, subyek pada sesi ke 1 dan sesi ke

2 hanya mampu menjawab 12 soal dari 25 soal yang diberikan, kemudian

pada sesi ke 3 sedikit menaik dapat menjawab 13 soal begitu pula pada

sesi ke 4, subyek dapat menjawab 13 soal dari 25 soal yang diberikan dan

pada sesi ke 5 subyek mengalami penurunan hanya mampu menjawab 12

soal dari 25 soal yang diberikan. Skor terendah pada fase ini adalah 48 %

dan skor tertinggi adalah 52%.

3.

Dalam kemampuan membaca kata, pada sesi ke 1 sampai sesi ke 5 subyek

hanya mampu menjawab 10 dari 25 soal yang diberikan. Jadi subyek

hanya mampu menjawab 40 % soal.

Untuk Subyek Rd :

1.

Fase baseline dalam kemampuan membaca huruf, subyek Rd pada sesi ke

1 dan ke 2 hanya mampu menjawab 14 soal dari 26 soal yang diberikan,

kemudian pada sesi ke 3 mengalami sedikit kenaikan yaitu mampu

menjawab 15 soal tetapi menurun lagi pada sesi ke 4 dan ke 5, hanya

mampu menjawab 14 soal dari 26 soal. Jika dipersentasekan, Skor

terendah pada fase ini adalah 53,85 % dan skor tertinggi adalah 57,69 %.

2.

Kemampuan dalam membaca suku kata, pada sesi ke 1 sampai dengan

sesi ke 3 subyek hanya mampu menjawab 12 soal dari 25 soal yang

(32)

13 dari 25 soal yang diberikan. Skor terendah pada sesi ini adalah 48%

dan skor tertinggi adalah 52%.

3.

Dalam kemampuan membaca kata pada sesi ke 1 sampai dengan sesi ke 4

subyek mampu menjawab 9 soal dari 25 soal yang diberikan, tetapi

kemudian menurun pada sesi ke 5 menjawab 8 soal dari 25 soal yang

diberikan. Jika dipersentasekan skor terendah adalah 32 % dan skor

tertinggi adalah 36 %.

Setelah diberikannya intervensi berupa program pembelajaran

membaca permulaan dengan bantuan komputer sebagai media visual dan

auditori hasilnya adalah kemampuan membaca subyek meningkat, hal ini

dapat dilihat adanya perbedaan antara sebelum dan setelah diberikan

intervensi. Perbedaan yang terlihat setelah diberikan intervensi adalah :

Untuk subyek Ts :

1.

Dari hasil intervensi yang diberikan kemampuan membaca huruf subyek

mengalami kenaikan, dari 26 soal yang diberikan pada sesi ke 1 subyek

mampu menjawab 21 soal, selanjutnya pada sesi ke 2 menaik menjadi 23

soal dan pada sesi ke 3 dan 4 mampu menjawab 24 soal, pada sesi ke 5

dan ke 6 menjawab 25 soal dan pada sesi ke 7 serta ke 8 mampu

menjawab semua soal. Skor terendah pada fase ini adalah 80,77 % dan

(33)

90

2.

Dalam kemampuan membaca suku kata, pada sesi ke 1 subyek mampu

menjawab 20 soal dari 25 soal yang diberikan selanjutnya pada sesi ke 2

menjawab 21 soal dan pada sesi ke 3 dan ke 4 menjawab 22 soal,

selanjutnya pada sesi ke 5 sampai ke 7 menjawab 23 soal kemudian pada

sesi ke 8 menjawab 24 dari 25 soal yang diberikan. Skor terendah pada

fase ini adalah 80% dan skor tertinggi adalah 96%.

3.

Dalam kemampuan membaca kata subyek juga mengalami peningkatan,

dari 25 soal yang diberikan pada sesi ke 1 dan ke 2 subyek mampu

menjawab 15 soal, kemudian pada sesi ke 3 dan ke 4 menjawab 16 soal,

selanjutnya pada sesi ke 5 sampai dengan sesi ke 7 menjawab 17 soal dan

pada sesi ke 8 menjawab 18 soal dari 25 soal yang diberikan. Skor

terendah pada fase ini adalah 60% dan skor tertinggi adalah 72%.

Untuk subyek Rd :

1.

Dalam kemampuan membaca huruf subyek mengalami kenaikan, pada

sesi ke 1 dan ke 2 subyek mampu menjawab sebanyak 20 soal dari 26 soal

yang diberikan, selanjutnya pada sesi ke 3 menjawab 22 soal tetapi pada

sesi ke 4 mengalami sedikit kemunduran menjawab 21 soal, pada sesi ke 5

dan ke 6 menaik lagi menjawab 22 soal, pada sesi ke 7 dan ke 8 menaik

menjawab 23 soal dari 26 soal yang diberikan atau sebanyak 88, 46%,

(34)

2.

Dalam kemampuan membaca suku kata subyek mengalami kenaikan, dari

25 soal yang diberikan pada sesi ke 1 subyek mampu menjawab 16 soal,

kemudian pada sesi ke 2 menjawab 17 soal, menurun pada sesi ke 3

menjawab 16 soal dan pada sesi ke 4 dan sesi ke 5 menjawab 17 soal,

pada sesi ke 6 dan ke 7 menjawab 18 soal, dan terakhir pada sesi ke 8

menjawab 20 soal atau sebanyak 80%, skor terendah pada sesi ini adalah

64%.

3.

Dalam kemampuan membaca kata subyek juga mengalami kenaikan pada

sesi ke 1 dan ke 2 menjawab 14 soal kemudian pada sesi ke 3 menaik

menjawab 15 soal tetapi pada sesi ke 4 dan ke 5 menurun menjawab 14

soal, pada sesi ke 6 dan ke 7 menaik menjawab 15 soal dan pada sesi ke 8

menjawab 16 soal. Skor terendah pada fase ini adalah 56 % dan skor

tertinggi adalah 65 %.

Program pembelajaran membaca permulaan dengan bantuan komputer

dibuat dengan menyesuaikan kondisi awal dan kemampuan subyek.

Berdasarkan

rumusan

tersebut

selanjutnya

dikembangkan

materi

pembelajaran membaca permulaan dengan fokus pada masing – masing

kesulitan subyek. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dapat terlaksana

(35)

92

B.

Saran

Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya perubahan kearah yang

lebih baik dalam layanan pendidikan bagi siswa berkesulitan belajar

membaca, peneliti mengharapkan adanya perubahan bagi pihak pendidik atau

guru dan peneliti selanjutnya melalui saran sebagai berikut :

1.

Bagi guru

Sebagaimana hasil kesimpulan

yang menunjukan bahwa

pembelajaran membaca permulaan dengan bantuan komputer

sebagai media visual dan auditori dapat meningkatkan kemampuan

membaca permulaan anak maka diharapkan para guru dapat

menguji cobakan program ini dalam pembelajaran membaca

permulaan.

2.

Peneliti selanjutnya

Penelitian ini hanya membahas satu dari sekian banyak metode

dalam program pembelajaran membaca permulaan, dan hanya

membahas tentang program pembelajaran membaca permulaan

dalam kemampuan membaca huruf, membaca suku kata dan

membaca kata, selanjutnya dibutuhkan penelitian – penelitian yang

lebih luas yang bukan hanya membahas tentang kemampuan

membaca huruf, membaca suku kata dan membaca kata tetapi juga

(36)

kalimat berita, kalimat perintah dan kalimat tanya juga penggunaan

tanda baca dll.

Penelitian ini juga hanya menampilkan gambar dalam bentuk

animasi dan foto, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat

menampilkan program pembelajaran membaca permulaan yang

lebih mutahir lagi seperti berbentuk film animasi atau

(37)

94

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M (2003). Pendidikan bagi Siswa Berkesulitan Belajar. Bandung; PT

Rineka Cipta.

Alimin, Z., & Rochyadi, E, (2005). Pedoman Assesmen Keterampilan Membaca dan

Menulis. Pusat Pengembangan Anak Labolatorium Jurusan Pendidikan Luar

Biasa Fakultas Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, S, (1990). Manajeman Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta

Artanto, A, D, (2008). Kreatif nan Atraktif dengan Power Point 2007. PT Prima

Infosarana Medi a, Jakarta.

Delphie, B, (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus: refika Aditama

Direktorat PLB Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.(2004). Alat Identifikasi

Anak Berkebutuhan Khusus .Direktorat PLB Dirjen Pendidikan Dasar dan

Menengah

Djamarah, S, B, (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Grainger, J, (2003). Children’s Behaviour Attention and Reading Problems. Problem

Perilaku, Perhatian, dan Membaca pada Anak. Jakarta: Grasindo

Hallahan, D.P., & Kauffman, J.M., & Lloyd, J. W. (1985). Introduction to Learning

Disability (2

nd

ed). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Johan, C, R, (2008). Pengaruh Pesan Visual Web Tehadap Pembentukan Motivasi

Belajar Secara Virtual : Tesis Prgaram Pascasarjana Universitas Padjadjaran

Bandung.; Tidak diterbitkan

Junaidi, A, R, (2005). Pengajaran Membaca Permulaan Bagi Siswa Yang mempunyai

Kemampuan Membaca Rendah Di Kelas Satu Sekolah Dasar : Tesis pada

Prodi PKKh PPs UPI Bandung; Tidak diterbitkan.

Jumsayugana, H, (1984). Diagnistik Kesulitan Belajar. Jurusan Psikologi

Pendidikan Dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung.

(38)

http://Seacrhericorg/scrpts/seget2.asp?db=ericft&want=http://searcheric.org/er

icdb/ED409539.htm (8 agustus 2005)

Kusnawanto, A, S, (2008), Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa

Kelas I SD dengan Metode Mueller pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di

SDN Leminggir I Kecamatan Mojosari Keb. Mojokerto. Tersedia :

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0612106-135954/

Lyster, S.A.H. (1997). Spelling development and metalinguistic training before

school entrance; the effects of different metalinguistic training on spelling

development in first grade. In C.K. Leong & M. Joshi (eds.). Cross-Language

Studies of Learning to Read and Spell: Phonologic and Orthographic

Processing. Dordrecht, Kluwer Academic Publishers: 302-329.

Lyster, S.A.H. (1998). Preventing reading failure: A follow-up study. Dyslexia, 4:

132-144.

McLoughlin, J, A ., & Lewis, R, B, (1986) Assesing Special Students: (2

nd

ed) Merill

Publishing Company

Mercer, D.C. dan Mercer, A.R (1989). Teaching Student with Learning Problem.

Ohio: Merril Publishing Company.

Nurhayati, S,. 2007. Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa

Di Kelas Awal Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar, (Online), (http://www.

Google.com, diakses 7 Desember 2007)

Polloway, E.A., Patton, J.R. & Serna, L. (2001). Strategies for Teaching Learners

with Special Needs. New Jersey: Merril Prentice Hall.

Purwanto., M.N, dan Alim, D.(1997). Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di

Sekolah Dasar. Jakarta: Rosda Jayaputra

Putra, P, Y, ( 2008 ), Memori Dan Pembelajaran Efektif : CV Yrama Widya

Ross, A.D. , ( 1976 ), Psychological Aspects of Learning Disabilitis and Reading

Disordes, New York : Mc Graw-Hill.

(39)

96

Somantri, S, (2006). Psikologi Anak Luar Biasa: Refika Aditama

Subrata, H, (2008), CAI ( Computer Assisted Intructions)

http://www.sekolah2000.com. tgl 24 September 2008

Sudana , D, N, I, (1989). Ilmu Pengajaran : Taksonomi Variable, Direktorat

Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ,Jakarta.

Sumardi UPI, Email : titin@upi.edu (Downloaded internet)

Sunanto. J., & Takeuchi, K., & Nakata, H, (2005). Pengantar Penelitian dengan

Subyek Tunggal, CRICED University of Tsukuba.

Sunardi. (1997). Menangani Kesulitan Belajar Membaca, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, Jakarta.

Suryabrata, S, (1983). Metodologi Penelitian . PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Snowling, M, J, (1987). Dyslexia. A Cognitive Development Perspective. Oxford,

Basil Blackwell.

Snowling, M, J, (2001). Language to Reading and Dyslexia. Oxford, Basil Blackwell

Soemanto, W, ( 2006 ), Psikologi Pendidikan , Jakarta : PT Rineka Cipta

Spear-Swerling, L. & Sternberg, R.J. (1994). The Road not Taken: An Integrative

Theoretical Model of Reading Disability. Journal of Learning Disability.

Tarsidi, D., & Rochyadi, E, (2008). Bahasa dan Ketunagahitaan, (downloud 9 April

2008

Wardhani, I, (2006), Efektivitas Penggunaan Komputer Dalam Pembelajaran

Matematika Interaktif Model Tutorial Untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Matematik Siswa Sma (Suatu

Penelitian Terhadap Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Tarogong Kidul Garut.

Jurusan Pendidikan Matematika UPI.

(40)

Witarsih, F, Y, (2006), Efektifitas Media Kotak Abjad Baba Dan Media Powerpoint

Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak

Tunarungu

Jurusan PLB UPI. Tersedia :

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0612106-135954/

Gambar

Grafik 3.1 Tampilan desain A – B................................................. Gambar 3.1 Denah penelitian........................................................
Grafik 3.1 Tampilan Desain A – B
Gambar 3.1 Denah penelitian
gambar animasi, seperti gambar animasi binatang, kata benda dan gambar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Yusuf Qaradhawi, Teologi Kemiskinan , (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), hlm.. di akhirat nanti. Ada yang menerima di sebelah kiri karena perbuatan baiknya lebih banyak dan ada

interruption used by the male and female speakers in a mixed-gender conversation as the

maksimum hasil yang dapat diperoleh dari hutan pada suatu waktu tertentu adalah.. kumulatif pertumbuhan sampai waktu tersebut, sedangkan

Harus mampu bekerja dengan berbagai tipe orang. Mendukung,

Mahkamah bahkan menerapkan putusan sela dalam persidangan tersebut dengan mengabulkan permohonan provisi untuk menunda terlebih dahulu ketentuan penerapan pasal yang

May not be scanned, copied or duplicated, or posted to a publicly accessible website, in whole or in part.. Understanding the Theory & Design

manajemen strategis adalah untuk membantu organisasi merumuskan strategi yang lebih baik melalui. penggunaan pendekatan

Walau terasa berat untuk sebagian orang tua, pendidikan seks harus tetap diberikan pada anak sejak dini, karena secara alamiah anak memiliki rasa ingin tahu