TOKOH IDOLA PADA PEMBELAJARAN BERBICARA
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Geri Valdi Mauli
0900448
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh
Geri Valdi Mauli
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Geri Valdi Mauli 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
TOKOH IDOLA PADA PEMBELAJARAN BERBICARA
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung
Tahun Ajaran 2012/2013)
oleh Geri Valdi Mauli
0900448
disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I
Dr. H. E. Kosasih, M.Pd.
NIP 197304262002121001
Pembimbing II
Drs. Denny Iskandar, M.Pd.
NIP 196606291991031002
diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Dadang S. Anshori, M.Si
ABSTRAK
Keefektifan Metode Tongkat Berestafet dalam Menceritakan Tokoh Idola pada
Pembelajaran Berbicara (Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII Semester
2 SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
Geri Valdi Mauli
NIM 0900448
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu kesulitan dalam menemukam metode yang menarik dan menyenangkan. Maka, diperlukan sebuah metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan menceritakan tokoh idola siswa sebelum, setelah dan pengaruh yang signifikan dalam penggunaan metode tongkat berestafet pada pembelajaran berbicara pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memaparkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum, setelah, dan perbedaan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum dan setelah menggunakan metode tongkat berestafet.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi denga rancangan prates dan pascates pada satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen yang dipilih secara acak. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah kelas VII H sebagai kelas eksperimen sebanyak 40 siswa dan kelas VII D sebagai kelas control sebanyak 40 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian dengan menggunakan uji statistik parametik dengan uji t-test, terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berbicara siswa terlihat dengan adanya peningkatan antara nilai prates dan pascates pada kelas eksperimen. Analisis indeks gain membuktikan bahwa kualitas peningkatan berbicara siswa kelas eksperimen tergolong sedang sebesar 0,576, sedangkan kualitas peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas kontrol tergolong rendah sebesar 0,138.
ABSTRACT
The Effectiveness of Talking Stick Method in Telling Story of Idol Towards Learning Speaking (Quasi Experiment Towards Students of Grade VII in Second Semester of SMP Pasundan 3 Bandung Academic Year 2012/2013)
Geri Valdi Mauli
NIM 0900448
Basically this research is raise up from learning activities in the class, which is hard to find the method that makes students interest and fun. So, it needs a method that interesting and fun and also appropriate with the topic that want to deliver. Research problem of this research is how is the ability of students about telling story of their idol before, after and significant effect using talking stick method in learning speaking in grade vii of SMP Pasundan 3 Bandung.
The aim of this research is to explore the ability of students in speaking when they have a telling story session before, after and the differences between the ability of speak in telling the story of idol before and after using talking stick method
Quasi experiment is used in this research with the implementation of pretest and posttest in one control group and one experimental group randomly. The population in this research is grade vii of SMP Pasundan 3 Bandung academic year 2012/2013. The sample of this research is class VII H as an experiment class about 40 students and class VII D as a control class about 40 students.
Based on the research and implementation using parametric statistic with t-test, there is a significant differences in ability of students speaking shown by the improvement of pretest and posttest in experiment class. Index analysis of gain proved that the quality of improvement of students’ speaking in experiment class is about 0,576, than the improvement quality in control group is quite low is about 0,138.
Geri Valdi Mauli, 2013
B. Hambatan dalam Kegiatan Berbicara ... 14
C. Kesantunan dan Etika Berbahasa ... 15
D. Kemampuan Bercerita ... 16
E. Tokoh Idola ... 20
F. Penilaian Kemampuan Bercerita... 22
G. Metode Tongkat Berestafet ... 25
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44
Geri Valdi Mauli, 2013
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 105 B. Saran ... 106
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi
manusia, khususnya bagi pelajar. Pada hakikatnya manusia berhubungan dengan
orang lain, interaksinya lebih banyak dilakukan dengan bahasa lisansebagai
penyampai pesan dan penerima pesan dari proses komunikasi secara timbal
balik.Oleh karena itu, keterampilan berbicara pada pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia terdapat pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, dan
SMA.Dalam dunia pendidikan di sekolah, pembelajaran keterampilan berbicara
dalam konteks keterampilan berbahasa belum mendapat perhatian yang
serius.Perhatian guru masih terfokus pada penumbuhan kemampuan membaca
dan menulis.Kurangnya perhatian terhadap pembelajaran berbicara terlihat
sampai saat ini guru masih beranggapan bahwa keterampilan berbicara mudah
dan alami dalam pemerolehannya. Hal ini akan mengakibatkan keterampilan
berbicara siswa mengalami perkembangan yang tidak sejalan dan terintegrasi
dengan keterampilan berbahasa yang lain.Kemunduran dalam bebahasa lisan
dapat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa tulis (Tarigan, 1986:24).
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianya sang pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus
mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan , baik
secara umum maupun perorangan (Tarigan, 2008:16).
Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat memengaruhi kehidupan
individual kita. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan,
kata-kata. Sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan
hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya.Sepertinya
tidak perlu disangsikan lagi bahwa ujaran hanyalah merupakan ekspresi dari
gagasan-gagasan pribadi seseorang, dan menekankan hubungan-hubungan yang
bersifat dua arah memberi dan menerima (Powers dalam Tarigan, 2008:9).
Blaselly et.al., melaporkan situasi pembelajaran bahasa Indonesia di Indonesia
dewasa ini. Pembelajaran bahasa di sekolah cenderung bersifat sangat teoretis dan
tidak terkait dengan lingkungan tempat peserta didik berada.Akibatnya, peserta
didik tidak mampu menerapkan materi yang dipelajarinya dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan seakan-akan mencabut peserta didik dari lingkungannya
sehingga asing dari masyarkat sendiri (Dikmenum dalam Heryati ,2002:2).
Keterampilan berbicara seseorang dapat dibina melalui lembaga pendidikan
formal dan melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia.Jika kita mencermati
kurikukum Bahasa Indonesia saat ini, peluang untuk mengembangkan
keterampilan tersebut sangat besar. Kurikulum Bahasa mencantumkan hakikat
pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi (Puskur dalam Haryati,
2009:3). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik berbicara maupun
menulis.
Pembelajaran berbicara membutuhkan keterampilan dan metode khusus agar
keterampilan berbicara tersebut mencapai hasil yang diharapkan. Kenyataaan di
lapangan menunjukkan banyak pendidik kurang memahami metode pembelajaran
berbicara yang efektif dan efisien, sehingga keterampilan berbicara siswa tidak
mencapai hasil seperti yang diharapkan. Berdasarkan wawancara yang peneliti
lakukan dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Pasundan 3 Bandung
keterampilan yang banyak mendapat masalah adalah pada keterampilan
berbicara.Adapun masalah-masalah yang berhubungan dengan keterampilan
mengemukakan pendapat, kurang menguasai topik atau informasi yang akan
disampaikan, kualitas pembicaraan yang kurang bagus, baik dari struktur maupun
efektivitas kalimat yang digunakan dalam berkomunikasi, kurang bisa menggali
kata dan bahasa, dan pembicaraan kurang terkonsep dengan baik.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi rendahnya mutu kemampuan siswa
dalam berbicara. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat didefinisikan seperti
guru, peserta didik, kondisi lingkungan, materi pembelajaran, metode
pembelajaran ,dan media pembelajaran. Kenyataan yang kurang kondusif tersebut
diduga sangat besar kontribusinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia dan
menempatkan bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang tidak disenangi dan
membosankan (Sumardi, 1992:4). Oleh sebab itu, untuk lebih menarik motivasi
siswa serta memberikan konstruksi berpikir awal yang dapat memancing respons
siswa untuk mampu berbicara, penulis memilih metodetongkat berestafet yang
merupakan metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif.
Metode tongkat berestafet ini pernah digunakan dalam beberapa penelitian
salah satunya oleh Deden Marrah Adil( 2010), yaitu untuk meningkatkan hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SDN 256 Timampu. Hasil
penelitiannya yaitu meningkatnya hasil belajar IPA melalui penggunaan metode
Tongkat berestafet. Tingkat kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini
dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa secara keseluruhan pada setiap siklus
telah meningkat dan menunjukkan tingkat pencapaian keberhasilan murid secara
keseluruhan mencapai penguasaan ≥70 % dengan nilai masing-masing setiap
subjek penelitian memperoleh nilai paling rendah 7,00.
Proses pembelajaran bahasa Indonesia menuntut optimalisasi tidak hanya
pada aspek materi, tetapi juga aspek penggunaan metode dan teknik pembelajaran
di kelas. Rivers (1987:4) menyatakan bahwa proses belajar mengajar memerlukan
interaksi yang memadai yang merupakan syarat mutlak untuk berkembangnya
memilih judul “Keefektifan Metode Tongkat Berestafet dalam Menceritakan
Tokoh Idola pada Pembelajaran Berbicara(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap
Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)”.
B. Masalah
Dalam bagian ini akan dijelaskan masalah pokok penelitian yang meliputi (1)
identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah. Adapun
uraiannya adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. kurangnya rasa percaya diri siswa dalam berbicara di muka umum;
b. kualitas berbicara siswa yang kurang bagus, baik dari struktur maupun
efektivitas kalimat yang digunakan;
c. terbatasnya kemampuan siswa dalam mengembangkan kata dan bahasa.
2. Batasan Masalah
Pada penelitian ini penulis membatasi pada pembelajaranberbicara yaitu
menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan
tokoh, serta alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai
menggunakanmetodetongkat berestafet. Menceritakan tokoh idola ini sesuai
dengan kompetensi dasar yang ada di kelas VII SMP semester 2.
3. Rumusan Masalah
Sesuai dengan urain di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh
idola sebelummengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode
b. Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh
idola setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode
tongkat berestafet?
c. Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicarasiswa
dalam menceritakan tokoh idola sebelum dan sesudah menggunakan
metode tongkat berestafet?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Memaparkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola
sebelummengikuti pembelajaran denganmenggunakan metode tongkat
berestafet.
b. Memaparkankemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola
setelahmengikuti pembelajaran denganmenggunakan metode tongkat
berestafet.
c. Memaparkansignifikan perbedaan tingkat kemampuan berbicara siswa dalam
menceritakan tokoh idola sebelum dan sesudah menggunakan metode tongkat
berestafet.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi konkret dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu,dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan teori metode pembelajaran dan dapat dijadikan
untuk mendukung, memperkuat, juga melakukan pengembangan pada
keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode tongkat
berestafet.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk
menentukan suatu media yang kreatif yang dapat menunjang keberhasilan
pembelajaran agar mampu menarik perhatian siswa. Dan dapat
menggunakan metode tongkat berestafet dalam pemebelajaran berbicara di
kelas.
2) Bagi siswa, siswa diharapkan memperoleh kemudahan dalam
pembelajaran berbicara. Sehingga siswa lebih percaya diri pada saat
berbicara di depan kelas.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Efektivitas yang dimasksud oleh penelitidalam penelitian ini adalah pengaruh
yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya metode tongkat berestafet di
kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung, yaitu untuk mengetahui sejauhmana
peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakannya pembelajaran
menggunakan metode tongkat berestafet.
2. Salah satu keterampilan berbicara adalah kemampuan bercerita. Bercerita
adalah salah satu bentuk atau cara yang dialakukan dalam upaya menjalin
kominukasi dalam pendidikan anak. Dengan keterampilan bercerita seseorang
dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan
sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan dilihat, dibaca, dan ungkapan
3. Metode tongkat berestafet, yaitu pembelajaran yang dirancang untuk
mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh guru dengan
menggunakan media tongkat. Penggunaan teknik tongkat berestafetini
diharapkanmemberikan konstruksi berpikir awal yang dapat memancing
respons siswa agar termotivasi untuk mampu berbicara khususnya dalam
Geri Valdi Mauli, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian di SMP
Pasundan 3 Bandung yang beralamat di Jalan Bapa Husein Belakang No.
4. Peneliti memilih SMP Pasundan 3 Bandung menjadi lokasi penelitian
karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru matapelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia bahwa terdapat permasalahan dalam pembelajaran
berbicara siswa, yaitu kemampuan berbicara siswa tidak terarah,
kurangnya motivasi, dan percaya diri pada diri siswa. Untuk itu perlu
ditemukan metode yang tepat untuk pembelajaran berbicara di lokasi yang
telah dipilih peneliti tersebut.
2. Sumber Data Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto,
2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VII SMP Pasundan 3 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Populasi yang
dimaksud tersebar dalam delapan kelas, yaitu VII-A, VII-B, VII-C,
VII-D, VII-E, VII-F, VII-G, dan VII-H. Pemilihan populasi tersebut
sesuai dengan kompetensi dasar menceritakan tokoh idola yang ada di
kelas VII SMP semester genap tahun ajaran 2012/2013.
b. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling kelas,
yaitu dua kelas sampel yang ditentukan secara acak. Dalam penelitian
ini peneliti memutuskan kelas VII-D sebagai kelas kontrol dan kelas
VII-H sebagai kelas eksperimen. Pemilihan ini berdasarkan
kemampuan dan permasalahan yang ada pada sampel tersebut. Hal ini
Indonesia Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung, yaitu Ina Marlina,
S.pd.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen kuasi.
Penelitian eksperimen kuasi adalah penelitian yang mendekati penelitian
eksperimen (Syamsuddin dan Damaianti, 2009:23). Penelitian ini
dilaksanakan pada satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen yang dipilih
secara acak. Hal ini berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui
perbedaan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola
dengan menggunakan metode tongkat berestafet. Tujuan pengambilan
eksperimen ini untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan, yaitu
ada-tidaknya perbedaan antara kemampuan berbicara siswa sebelum dan setelah
menggunakan metode tongkat berestafet.
Pola penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
O1 X O2
(Sugiyono, 2010:75)
Keterangan :
E : kelas eksperimen
K : kelas kontrol
O1 : penilaian awal pada kelompok eksperimen
O2 : penilaian akhir pada kelompok eksperimen
X : perlakuan berupa pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan
menggunakan tongkat berestafet
O3 : penilaian awal pada kelompok kontrol
O4 : penilaian akhir pada kelompok kontrol
Dalam desain ini terdapat satu kelompok eksperimen. Kelompok tersebut
diberi tes awal untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberi perlakuan,
kemudian diberi perlakuan berupa pembelajaran menceritakan tokoh idola
E O
1X O
2dengan menggunakan metode tongkat berestafet. Selanjutnya, kelompok
tersebut diberi tes akhir untuk mengetahui adanya-tidaknya perbedaan antara
sebelum dan setelah diberi perlakuan.
C. Teknik Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh dengan menggunakan teknik tes, observasi, dan
perekaman.
1) Tes (prates dan pascates)
Dalam penelitian ini tes yang diberikan, yaitu prates dan pascates
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan adalah
tes berbicara dengan menceritakan tokoh idola. Prates tersebut
betujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berbicara siswa
dalam menceritakan tokoh idola sebelum mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan tongkat berestafet pada kelas eksperimen dan
tanpa metode tongkat berestafet pada kelas kontrol . Sementara
pascates digunakan untuk membandingkan hasil berbicara siswa dalam
menceritakan tokoh idola sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran
menggunakan tongkat berestafet.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
analisis kemampuan berbicara siswa yang berisi indikator-indikator
aspek berbicara untuk menjaring data kemampuan siswa dalam
menceritakan tokoh idola .
Adapun indikator-indikator aspek berbicara siswa dalam
menceritakan tokoh idola tersebut yaitu sebagai berikut.
a. Pelafalan, terdiri dari artkulasi (kejelasan pengucapan) dan volume
suara.
b. Intonasi, yaitu pekanan dalam mengujarkan kalimat.
c. Kebahasaan, terdiri atas struktur kalimat dan pemilihan kata.
e. Kelancaran.
3) Observasi
Pada penelitian ini observasi dilakukan pada guru dan siswa
selama proses pembelajaran menceritakan tokoh idola menggunakan
tongkat berestafet. Observasi bertujuan untuk meninjau jalannya
pelaksanaan pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan
menggunakan metode tongkat berestafet, serta menilai kefektifan
dalam penggunaan metode tersebut dalam menceritakan tokoh idola.
4) Rancangan pembelajaran
Pembelajaran dilakukan sebanyak dua pertemuan, yaitu pertemuan
pertama dan petemuan kedua. Pertemuan pertama adalah pada saat
dilakukan prates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh
idola sebelum mengunakan metode tongkat berestafet. Pertemuan ke
dua adalah pada saat melaksanakan pembelajaran metode tongkat
berstafet pada kelas eksperimen dan pembelajaran tanpa metode
berstafet pada kelas kontrol. Kemudian, setelah selesai pembelajaran
tersebut dilakukan pengambilan pascates pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol untuk mengetahui perbedaan keduanya.
5) Perekaman
Perekaman dilakukan untuk menganalis lebih dalam kemampuan
berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Data yang diperoleh
dari hasil rekaman ini akan dialihbahasakan ke dalam bahasa tulis.
2. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilakuakan meliputi langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Tahap Awal Penelitian
1) Perumusan masalah penelitian
2) Studi kepustakaan untuk mempelajari landasan teoretis tentang
topik dan subjek yang akan diteliti, yaitu mengenai kemampuan
3) Telaah kurikulum Bahasa Indonesia dan penentuan meteri
pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi dasar.
4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kisi-kisi
instrumen penelitian yang terdiri dari lembar analisis aspek-aspek
yang terdapat dalam menceritakan tokoh idola.
5) Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari lembar analisis
aspek-aspek yang terdapat dalam menceritakan tokoh idola.
6) Validitas instrumen.
7) Perbaikan instrumen penelitian.
8) Penentuan sampel penelitian yang terdiri dari satu kelas, yaitu
kelas eksperimen.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Melaksanakan prates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2) Melakukan pembelajaran dengan menggunakan model tongkat
berestafet pada kelas eksperimen dan tanpa metode tongkat
berestafet pada kelas kontrol.
3) Melaksanakan pascates mengenai kemampuan menceritakan tokoh
idola pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
c. Tahap Akhir
1) Mengolah hasil pretes dan postes kemampuan menceritakan tokoh
idola kelas eskperimen dan kelas kontrol.
2) Menganalisis dan membahas temuan penelitian.
3) Uji hipotesis dan menarik kesimpulan.
Pada penelitian ini, seluruh rangkaian penelitian dilaksanakan
dalam tiga tahapan. Diawali dengan melaksanakan prates pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Kemudian, dilaksanakan perlakuan
menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas eksperimen dan
perlakuan tanpa menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas
kontrol. Setelah itu, dilaksanakan pascates pada kedua kelas tersebut.
Setiap perlakuan yang dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas
perlakuan tersebut, proses pembelajaran diamati oleh observer untuk
memperoleh data mengenai aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Hasil observasi digunakan sebagai masukan
dalam pelaksanaan refleksi.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik
semua fenomena ini disebut varaibel penelitian (Sugiyono, 2012: 102).
Alat tersebut digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis. Untuk itu instrumen penelitian yang digunakan
adalah sebagai berikut.
a. Lembar Analisis Kemampuan Berbicara Siswa
Instrumen ini berisi indikator-indikator aspek berbicara siswa
dalam menceritakan tokoh idola, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.1
Format Penilaian Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa
No. Aspek penilaian Nilai skor
1 2 3 4 5
1. Penguasaan materi
pembicaraan
2. Kelancaran
3. Kebahasaan
4. Intonasi
5. Pelafalan
(Harris dalam Tarigan, 2008:3)
Arti skala secara umum:
Tabel 3.2
No. Aspek penilaian Skala penilaian Keterangan
1. Pelafalan 1
2
3
4
5
Pembicaraan sulit dipahami
karena sering melakukan
kesalahan pelafalan dan suara
tidak jelas.
Pelafalan kurang jelas dan
pengaturan suara kurang baik
Pelafalan cukup jelas tetapi
masih banyak perlu
penyesuaian.
Pelafalan hampir selalu dapat
dipahami dengan pengaturan
volume suara yang sudah
bagus.
Pelafalan selalu dapat
dipahami dengan jelas dan
2. Intonasi 1
2
3
4
5
Pemakaian intonasi selalu
salah sehingga menimbulkan
kesalahan arti
Pemakaian intonasi terbatas
pada kata-kata yang sulit
diucapkan.
Beberapa kali menggunakan
intonasi yang tidak tepat
Pemakaian intonasi sudah
ditunjukkan walaupun masih
melakukan kesalahn yang tak
berarti
Pemakaian intonasi sudah
tepat.
digunakan tidak tepat dengan
situasi, waktu, dan tempat.
Bahasa serta pilihan kata yang
digunakan tidak terlalu tepat
dengan situasi, waktu, dan
tempat.
Bahasa serta pilihan kata yang
digunakan sudah cukup tepat
dengan situasi waktu, dan
tempat tetapi masih terdapat
beberapa kesalahan.
Bahasa dan pilihan kata yang
digunakan sudah menunjukan
5
waktu, dan tempat meskipun
terdapat kesalahan yang tidak
berarti.
Bahasa dan piliahan kata yang
digunakan sudah menunjukkan
ketepatan dengan situasi,
waktu dan tempat tanpa
Tidak menguasai materi
pembicaraan, banyak keraguan
penyampaian materi
pembicaraan.
Banyak kekurangan dilihat dari
kualitas penguasaan materi
pembicaraan
Penguasaan materi
pembicaraan cukup memadai
walaupun masih terdapat
kekurangan
Penguasaan materi
pembicaraan sudah bagus
walaupun belum pada tingkat
istimewa.
Sangat menguasai materi
pembicaraan dan materi yang
disampaikan sangat bermutu.
5. Kelancaran 1
2
Pembicaraan tidak lancar,
banyak diam dan gugup.
Pembicaraan kurang lancar,
3
4
5
diam.
Pembicaraan cukup lancer
walaupun beberapa kali masih
terdiam.
Pembicaraan lancar meskipun
terkadang melakukan
kesalahan yang tak berarti.
Pembicaraan sangat lancer
tanpa terdiam dan melakukan
kesalahan.
b. Lembar Observasi Guru dan Siswa
Dalam proses ini, obseverser (pengamat) hanya memberikan tanda
lembar observasi. Berikut lembar observasi yang digunakan.
Tabel 3.4
a. Guru memerhatikan sistematika
penggunaan metode tongkat berestafet
sesuai dengan tuntutan standar kompetensi.
b. Guru menggunakan metode tongkat
berestafet sesuai dengan sasaran indikator.
c. Metode tongkat berestafet yang dipilih
sesuai untuk proses belajar di dalam kelas.
d. Metode tongkat berestafet efektif saat
digunakan dalam pembelajaran.
Keterangan :
4,00 – 3,50 = Baik Sekali 3,49 – 3,00 = Baik 2,99 – 2,50 = Cukup 2,49 – 2,00 = Kurang 1,99 – 1,50 = Kurang Sekali
Tabel 3.5
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Aspek yang diamati Keterengan Skor
1 2 3 4
Respon siswa terhadap metode yang
digunakan
a. Siswa siap untuk belajar menggunakan
metode tongkat berestafet.
b. Siswa memerhatikan penjelasan guru
menggunakan metode tongkat
berestafet.
c. Siswa antusias mengikuti pembelajaran
menceritakan tokoh idola
menggunakan tongkat berstafet.
d. Siswa dan guru mencerminkan
komunikasi dalam pembelajaran
menceritakan tokoh idola
menggunakan tongkat berstafet. pembelajaran benar-benar memberi
kontribusi tehadap hasil belajar siswa.
f. Metode tongkat berestafet membantu guru
dalam kelancaran proses pembelajaran.
e. Siswa aktif mengikuti pembelajaran
menceritakan tokoh idola
menggunakan tongkat berstafet.
f. Siswa menunjukkan rasa senang
mengikuti pembelajaran menceritakan
tokoh idola menggunakan tongkat
berstafet
Keterangan :
4,00 – 3,50 = Baik Sekali 3,49 – 3,00 = Baik 2,99 – 2,50 = Cukup 2,49 – 2,00 = Kurang 1,99 – 1,50 = Kurang Sekali
D. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data pada penelitian ini dilakukan melalui perhitungan
kuantitatif. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui silsilah rata-rata nilai
prates dan pascates untuk masing-masing aspek yang dinilai sebagai indikator
efektivitas perlakuan berupa penggunaan metode tongkat berestafet dalam
pembelajaran menceritakan tokoh idola. Hasil perhitungan tentu lebih lanjut
harus diinterpretasikan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang
komprehensif, benar, dan akurat.
Adapun langah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Menganalisis data prates dan pascates. Langkah-langkah analisis data
dilakukan dengan cara mengubah skor prates dan pascates menjadi
nilai dengan rumus.
∑
∑
Uji reliabilitas antar penimbang dilakukan untuk mengetahui
tingkat penilaian antara penilai yang satu dengan yang lainnya. Dengan
menggunakan prinsip-prinsip ANAVA maka data-data penilaian
dimasukkan ke dalam format ANAVA sebagai berikut.
Tabel 3.6
Selain itu, dilakukan perhitungan reliabilitas dengan rumus berikut.
r11 =
(Kurniasih dalam Leni, 2008 :38)
Ket.
r11 = reliabilitas yang dicari
Vt = variansi dari siswa
Vkk = variasi dari kekeliruan
Hasil perhitungan reliabilitas yang telah diperoleh disesuaikan
dengan tabel Guilford sebagai berikut.
0,20 – 0,40 Korelasi rendah < 0,20 Korelasi Sangat rendah
3) Uji normalitas nilai prates dan pascates
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data prates
kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Perumusan hipotesis untuk uji
normalitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ho : data prates berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : data prates berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Uji normalitas data prates yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika nilai signifikansi >
0,05, dan H0 ditolak jika signifikansi < 0,05. Pengujian ini dilakukan
dengan bantuan software SPSS versi 18.0.
4) Uji homogenitas varian nilai prates dan pascates
Uji homogenitas varian bertujuan untuk melihat apakah kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memilki
variansi yang homogen atau tidak. Hipotesis yang diuji adalah sebagi
berikut.
H0 : 2 = 2
H1 : 2 2
Keterangan :
2
: data populasi kelas eksperimen.
2
: data populasi kelas kontrol
Uji homogenitas varian data prates yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Lavene Test dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,005. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS
versi 18.0. Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut.
Analisis uji homogenitas varian menggunakan software SPSS 18.0.
5) Uji kesamaan dua rata-rata data prates dan pascates
Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan rata-rata kemampuan prates kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Karena data prates pada kedua kelas penelitian
berdistribusi normal dan mempunyai varian yang homogen, maka
pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji t’ dengan rumusan hipotesis pengujiannya sebagai berikut.
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan prates kelas
eksperimen dan kelas kontrol
H1 : terdapat perbedaan rata-rata kemampuan prates kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Uji statistik yang digunakana adalah uji statistik dengan
mengambil taraf signifikan (α) = 0,05 . Kriteria pengujiannya yaitu
jika nilai signifikan (2-tailed) > (α) = 0,05 , maka H0 diterima atau jika nilai signifikan (2-tailed) < (α) = 0,05, maka H0 ditolak.
Pada kelas eksperimen, jika Ho diterima, artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam
menceritakan tokoh idola dengan menggunakan tongkat berestafet
dengan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola
tanpa menggunakan metode tongkat berestafet. Metode tongkat
berestafet tidak efektif diterapkan dalam pembelajaran menceritakan
tokoh idola.
Jika Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara
kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola dengan
menggunakan tongkat bersetafet dengan kemampuan berbicara siswa
dalam menceritakan tokoh idola tanpa menggunakan metode tongkat
berestafet. Metode tongkat berestafet efektif diterapkan dalam
Untuk melihat lebih jelas perbedaannya, maka dilanjutkan dengan
uji nilai indeks gain.
6) Analisis nilai indeks gain
Analisis indeks gain bertujuan untuk mengetahui apakah
peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh
idola dengan menggunakan metode tongkat berestafet lebih baik dari
kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola tanpa
menggunakan metode tongkat berestafet. Uji ini dilakukan dengan
analisis terhadap data gain ternormalisasi.
Tabel 3.8
Kriteria Penilaian Indeks Gain Ternormalisasi
N-Gain (g) Kriteria
0,00 – 0,29 Rendah
0,30 – 0,69 Sedang
0,70 – 1,00 Tinggi
(Hake, 1999:1)
Penghitungan indeks gain yaitu sebagai berikut :
Analisis data gain ternormalisasi dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
a) Uji normalitas indeks gain
Uji Normlitas indeks gain dilakukan untuk mengetahui
apakah nilai indeks gain dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi normal atau
tidak.
Uji statistik yang digunakana adalah uji
Kolmogorov-Smirnov dengan mengambil taraf signifikan (α) = 0,05 . Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai signifikan > (α) = 0,05 ,
N-Gain = ∑
maka H0 diterima. atau jika nilai signifikan < (α) = 0,05, maka H0 ditolak.
b) Uji homogenitas indeks gain
Uji homogenitas varian bertujuan untuk melihat apakah
kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi
yang memiliki data yang homogen atau tidak. Uji homogenitas
varian data prates yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji Lavene Statistic Test dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
c) Uji hipotesis kesamaan dua-rata indeks gain
Uji kesamaan hipotesis dua rata-rata nilai indeks gain
dilakukan untuk mengetahui peningkatan nilai rata-rata di kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang diuji adalah
sebagi berikut.
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks gain antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
H1 : rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih baik daripada
kelas kontrol.
Uji statistik yang digunakan adalah uji t’ dengan Levene’s Test dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai signifikansi (2-tailed) > 0,05,
maka H0 diterima atau jika jika nilai signifikansi (2-tailed) <
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kelas VII-H sebagai
kelas eksperimen dan kelas VII-D sebagai kelas kontrol maka peneliti
mengemukan beberapa kesimpulan, yaitu.
1. Kemampuan awal berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada
kelas eksperimen memilki nilai rata-rata sebesar 60,1, yaitu masuk ke
dalam kategori kurang, namun dapat ditingkatkan setelah adanya proses
pembelajaran dengan menggunakan metode tongkat berestafet dengan
memperoleh nilai rata-rata sebesar 83,5, sedangkan uji reliabilitas prates
pada kelas eksperimen sebesar 0,97 yang berarti memiliki tingkat korelasi
yang sangat tinggi, demikian pula dengan hasil uji reliabiltas data hasil
pascates kelas eskperimen ini, yaitu sebesar 0,96. Hasil uji normalitas
diperoleh nilai signifikansi kelas eksperimen sebesar 0,841. Signifikansi
tersebut lebih besar dari signifikan (α) 0,05. Karena nilai signifikansi >
0,05, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen
berasal dari sampel yang berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji
homogenitas diperoleh nilai signifikansi prates pada kelas eksperimen
sebesar 0,754. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari (α) 0,05, maka
H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data kelas eskperimen berasal
dari dari sampel yang memilki varian yang sama.
2. Kemampuan awal berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada
kelas kontrol berdasarkan hasil prates memilaki nilai rata-rata sebesar 60,8
dan nilai rata-rata pasca tes sebesar 66,6. Nilai rata-rata pada kelas kontrol
memiliki peningkatan yang tidak signifikan. Uji reliabilitas prates di kelas
kontrol sebesar 0,96 yang berarti memiliki tingkat korelasi sangat tinggi.
Demikian pula hasil uji reliabilitas pada pascates yaitu sebesar 0,78.
Signifikansi tersebut lebih besar dari (α) 0,05, maka H0
diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa kelas kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi
normal. Sedangkan uji homogenitas pada kelas kontrol diperoleh nilai
signifikansi prates sebesar 0,754. Karena signifikansi lebih besar dari (α)
0,05, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sampel berasal dari
data yang homogen.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa
dalam menceritakan tokoh idola pada kelas eksperimen dengan
menggunakan metode tongkat berestafet, yaitu sebesar 0,576 hasil uji
rata-rata indeks gain ternormalisasi. Nilai tersebut masuk ke dalam kategori
sedang. Sedangkan kemampuan menceritakan tokoh idola pada kelas
kontrol tanpa menggunakan metode tongkat berestafet masuk ke dalam
kategori rendah, yaitu sebesar 0,138. Hal ini juga dibuktikan dari uji
hipotesis kesamaan dua rata-rata pada kelas eskperimen dan kelas kontrol
dengan hasil 0,00. Karena 0.00 < (α) = 0,05. Maka H0
ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai pascates kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
nilai kemampuan berbicara siswa kelas eksperimen lebih baik daripada
kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode tongkat
berestafet efektif atau berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan
berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam
menceritakan tokoh idola dengan menggunakan metode tongkat berestafet
pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dengan kemampuan berbicara
siswa dalam menceritakan tokoh idola tanpa menggunakan metode tongkat
berestafet pada kelas VII-D sebagi kelas kontrol di SMP Pasundan 3
Bandung.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, peneliti menyarankan
terbukti dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan
tokoh idola pada kelas VII-H SMP Pasundan 3 Bandung. Sehingga peneliti
memberikan rekomendasi untuk menjadikan metode tongkat berstafet sebagai
salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara,
kedua; peneliti membatasi penggunaan metode tongkat berestafet dalam
penelitian ini, untuk itu selanjutnya dapat digunakan dalam pembelajarn
berbicara dengan kompetensi dasar lainnya, ketiga; penelitian ini terbukti
secara signifikan bahwa metode tongkat berestafet dapat berpengaruh terhadap
pembelajaran menceritakan tokoh idola pada kelas VII-H SMP Pasundan 3
Bandung. Dengan demikian, peneliti menyarankan agar dalam proses
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menggunakan metode yang
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Arsjad dan Mukti. 2006. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Chaer, Abdul. 2010: Kesantunan Berbahasa. Jakarta. PT RINEKA CIPTA
Haryati, Yeti. 2009. “Penerapan Model Pembelajaran Siswa Aktif bagi
Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia”. Disertasi.
Bandung: tidak diterbitkan.
Jamaluddin. “Model Pembelajaran Kooperatif” .(Online). Tersedia:
(http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html)
Kridalaksana, H. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Kurniawan, Khaerudin, Drs. H., M. Pd. 2012. Belajar dan Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. Bandung. CV Bangkit Citra Persada dengan Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.
Laksono, Kasyani. 2003. Berbicara. Jakarta: Departemen Pendidikan Indonesia.
Marrah A, Deden. “Metode Talking Stick dan Hasil Belaja IPA Kelas IV SDN
256 Timpalu” (Online).
Tersedia:http://metode-talking-stick-dan-hasil-belajar.html
Mulyati, Iin. 2008. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dalam
Pembelajaran Diskusi dengan menggunakan Model Cooperative
Learning”. Skripsi. Bandung: tidak diterbitkan.
Nurgiyantoro, Burhon. 2001. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Purnamasari, Ervina. 2011. “Perbandingan Model Pembelajaran True or False
dengan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Biolog Pokok Bahasan Reproduksi Tumbuhan Pada Siswa Kelas
XI Agrobisnis Ternak Unggas 1 dan Agrobisnis Ternak Unggas 2 SMK N
Pusat Bahasa Kemendiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Rakhmat, Jalaludin. 2008. Retorika Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rivers, W.M. 1968. Teaching Foreign Language Skills. Chicago Pers.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Rosda Aditama.
Suharma, dkk. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kelas VII. Bandung:
Gramedia.
Suhendar, M.E dan Supinah, P. 1992. MKDU Menyimak dan Berbicara.
Bandung: Pionir Jaya.
Sumardi, M. 1992. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Gramatika atau
Komunikasi berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syamsudin, Prof. Dr., AR, M.S dan Vismaia S. Damaianti, Dr., M. Pd. 2006.
Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung. Sekolah Pasca Sarjana
UPI dengan PT Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur, Prof. DR. 2008: Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung. Penerbit Angkasa Bandung.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Abdi Guru. 2012. Seribu Pena Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Umaidah, Sri. 2011. “Penerapan Metode Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V SD Mu 11 Surakarta”. Skripsi: tidak
diterbitkan.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Wijayanti, Denok. 2007. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan
Media Boneka pada Siswa Kelas VII G SMP N 4 Pemalang Tahun Ajaran