• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN METODE TONGKAT BERESTAFET DALAM MENCERITAKAN TOKOH IDOLA PADA PEMBELAJARAN BERBICARA : EKSPERIMEN KUASI TERHADAP SISWA KELAS VII SEMESTER 2 SMP PASUNDAN 3 BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN METODE TONGKAT BERESTAFET DALAM MENCERITAKAN TOKOH IDOLA PADA PEMBELAJARAN BERBICARA : EKSPERIMEN KUASI TERHADAP SISWA KELAS VII SEMESTER 2 SMP PASUNDAN 3 BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

TOKOH IDOLA PADA PEMBELAJARAN BERBICARA

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Geri Valdi Mauli

0900448

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

(2)

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

Geri Valdi Mauli

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Geri Valdi Mauli 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

TOKOH IDOLA PADA PEMBELAJARAN BERBICARA

(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung

Tahun Ajaran 2012/2013)

oleh Geri Valdi Mauli

0900448

disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I

Dr. H. E. Kosasih, M.Pd.

NIP 197304262002121001

Pembimbing II

Drs. Denny Iskandar, M.Pd.

NIP 196606291991031002

diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si

(4)

ABSTRAK

Keefektifan Metode Tongkat Berestafet dalam Menceritakan Tokoh Idola pada

Pembelajaran Berbicara (Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII Semester

2 SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Geri Valdi Mauli

NIM 0900448

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu kesulitan dalam menemukam metode yang menarik dan menyenangkan. Maka, diperlukan sebuah metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan menceritakan tokoh idola siswa sebelum, setelah dan pengaruh yang signifikan dalam penggunaan metode tongkat berestafet pada pembelajaran berbicara pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memaparkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum, setelah, dan perbedaan antara kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola sebelum dan setelah menggunakan metode tongkat berestafet.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi denga rancangan prates dan pascates pada satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen yang dipilih secara acak. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah kelas VII H sebagai kelas eksperimen sebanyak 40 siswa dan kelas VII D sebagai kelas control sebanyak 40 siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian dengan menggunakan uji statistik parametik dengan uji t-test, terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berbicara siswa terlihat dengan adanya peningkatan antara nilai prates dan pascates pada kelas eksperimen. Analisis indeks gain membuktikan bahwa kualitas peningkatan berbicara siswa kelas eksperimen tergolong sedang sebesar 0,576, sedangkan kualitas peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas kontrol tergolong rendah sebesar 0,138.

(5)

ABSTRACT

The Effectiveness of Talking Stick Method in Telling Story of Idol Towards Learning Speaking (Quasi Experiment Towards Students of Grade VII in Second Semester of SMP Pasundan 3 Bandung Academic Year 2012/2013)

Geri Valdi Mauli

NIM 0900448

Basically this research is raise up from learning activities in the class, which is hard to find the method that makes students interest and fun. So, it needs a method that interesting and fun and also appropriate with the topic that want to deliver. Research problem of this research is how is the ability of students about telling story of their idol before, after and significant effect using talking stick method in learning speaking in grade vii of SMP Pasundan 3 Bandung.

The aim of this research is to explore the ability of students in speaking when they have a telling story session before, after and the differences between the ability of speak in telling the story of idol before and after using talking stick method

Quasi experiment is used in this research with the implementation of pretest and posttest in one control group and one experimental group randomly. The population in this research is grade vii of SMP Pasundan 3 Bandung academic year 2012/2013. The sample of this research is class VII H as an experiment class about 40 students and class VII D as a control class about 40 students.

Based on the research and implementation using parametric statistic with t-test, there is a significant differences in ability of students speaking shown by the improvement of pretest and posttest in experiment class. Index analysis of gain proved that the quality of improvement of students’ speaking in experiment class is about 0,576, than the improvement quality in control group is quite low is about 0,138.

(6)

Geri Valdi Mauli, 2013

B. Hambatan dalam Kegiatan Berbicara ... 14

C. Kesantunan dan Etika Berbahasa ... 15

D. Kemampuan Bercerita ... 16

E. Tokoh Idola ... 20

F. Penilaian Kemampuan Bercerita... 22

G. Metode Tongkat Berestafet ... 25

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44

(7)

Geri Valdi Mauli, 2013

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 105 B. Saran ... 106

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi

manusia, khususnya bagi pelajar. Pada hakikatnya manusia berhubungan dengan

orang lain, interaksinya lebih banyak dilakukan dengan bahasa lisansebagai

penyampai pesan dan penerima pesan dari proses komunikasi secara timbal

balik.Oleh karena itu, keterampilan berbicara pada pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia terdapat pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, dan

SMA.Dalam dunia pendidikan di sekolah, pembelajaran keterampilan berbicara

dalam konteks keterampilan berbahasa belum mendapat perhatian yang

serius.Perhatian guru masih terfokus pada penumbuhan kemampuan membaca

dan menulis.Kurangnya perhatian terhadap pembelajaran berbicara terlihat

sampai saat ini guru masih beranggapan bahwa keterampilan berbicara mudah

dan alami dalam pemerolehannya. Hal ini akan mengakibatkan keterampilan

berbicara siswa mengalami perkembangan yang tidak sejalan dan terintegrasi

dengan keterampilan berbahasa yang lain.Kemunduran dalam bebahasa lisan

dapat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa tulis (Tarigan, 1986:24).

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat

menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianya sang pembicara memahami

makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu

mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus

mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan , baik

secara umum maupun perorangan (Tarigan, 2008:16).

Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat memengaruhi kehidupan

individual kita. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan,

(9)

kata-kata. Sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan

hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya.Sepertinya

tidak perlu disangsikan lagi bahwa ujaran hanyalah merupakan ekspresi dari

gagasan-gagasan pribadi seseorang, dan menekankan hubungan-hubungan yang

bersifat dua arah memberi dan menerima (Powers dalam Tarigan, 2008:9).

Blaselly et.al., melaporkan situasi pembelajaran bahasa Indonesia di Indonesia

dewasa ini. Pembelajaran bahasa di sekolah cenderung bersifat sangat teoretis dan

tidak terkait dengan lingkungan tempat peserta didik berada.Akibatnya, peserta

didik tidak mampu menerapkan materi yang dipelajarinya dalam kehidupan

sehari-hari. Pendidikan seakan-akan mencabut peserta didik dari lingkungannya

sehingga asing dari masyarkat sendiri (Dikmenum dalam Heryati ,2002:2).

Keterampilan berbicara seseorang dapat dibina melalui lembaga pendidikan

formal dan melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia.Jika kita mencermati

kurikukum Bahasa Indonesia saat ini, peluang untuk mengembangkan

keterampilan tersebut sangat besar. Kurikulum Bahasa mencantumkan hakikat

pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi (Puskur dalam Haryati,

2009:3). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik berbicara maupun

menulis.

Pembelajaran berbicara membutuhkan keterampilan dan metode khusus agar

keterampilan berbicara tersebut mencapai hasil yang diharapkan. Kenyataaan di

lapangan menunjukkan banyak pendidik kurang memahami metode pembelajaran

berbicara yang efektif dan efisien, sehingga keterampilan berbicara siswa tidak

mencapai hasil seperti yang diharapkan. Berdasarkan wawancara yang peneliti

lakukan dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Pasundan 3 Bandung

keterampilan yang banyak mendapat masalah adalah pada keterampilan

berbicara.Adapun masalah-masalah yang berhubungan dengan keterampilan

(10)

mengemukakan pendapat, kurang menguasai topik atau informasi yang akan

disampaikan, kualitas pembicaraan yang kurang bagus, baik dari struktur maupun

efektivitas kalimat yang digunakan dalam berkomunikasi, kurang bisa menggali

kata dan bahasa, dan pembicaraan kurang terkonsep dengan baik.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi rendahnya mutu kemampuan siswa

dalam berbicara. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat didefinisikan seperti

guru, peserta didik, kondisi lingkungan, materi pembelajaran, metode

pembelajaran ,dan media pembelajaran. Kenyataan yang kurang kondusif tersebut

diduga sangat besar kontribusinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia dan

menempatkan bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang tidak disenangi dan

membosankan (Sumardi, 1992:4). Oleh sebab itu, untuk lebih menarik motivasi

siswa serta memberikan konstruksi berpikir awal yang dapat memancing respons

siswa untuk mampu berbicara, penulis memilih metodetongkat berestafet yang

merupakan metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif.

Metode tongkat berestafet ini pernah digunakan dalam beberapa penelitian

salah satunya oleh Deden Marrah Adil( 2010), yaitu untuk meningkatkan hasil

belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SDN 256 Timampu. Hasil

penelitiannya yaitu meningkatnya hasil belajar IPA melalui penggunaan metode

Tongkat berestafet. Tingkat kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini

dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa secara keseluruhan pada setiap siklus

telah meningkat dan menunjukkan tingkat pencapaian keberhasilan murid secara

keseluruhan mencapai penguasaan ≥70 % dengan nilai masing-masing setiap

subjek penelitian memperoleh nilai paling rendah 7,00.

Proses pembelajaran bahasa Indonesia menuntut optimalisasi tidak hanya

pada aspek materi, tetapi juga aspek penggunaan metode dan teknik pembelajaran

di kelas. Rivers (1987:4) menyatakan bahwa proses belajar mengajar memerlukan

interaksi yang memadai yang merupakan syarat mutlak untuk berkembangnya

(11)

memilih judul “Keefektifan Metode Tongkat Berestafet dalam Menceritakan

Tokoh Idola pada Pembelajaran Berbicara(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap

Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)”.

B. Masalah

Dalam bagian ini akan dijelaskan masalah pokok penelitian yang meliputi (1)

identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah. Adapun

uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. kurangnya rasa percaya diri siswa dalam berbicara di muka umum;

b. kualitas berbicara siswa yang kurang bagus, baik dari struktur maupun

efektivitas kalimat yang digunakan;

c. terbatasnya kemampuan siswa dalam mengembangkan kata dan bahasa.

2. Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis membatasi pada pembelajaranberbicara yaitu

menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan

tokoh, serta alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai

menggunakanmetodetongkat berestafet. Menceritakan tokoh idola ini sesuai

dengan kompetensi dasar yang ada di kelas VII SMP semester 2.

3. Rumusan Masalah

Sesuai dengan urain di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh

idola sebelummengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

(12)

b. Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh

idola setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

tongkat berestafet?

c. Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicarasiswa

dalam menceritakan tokoh idola sebelum dan sesudah menggunakan

metode tongkat berestafet?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang

ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Memaparkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola

sebelummengikuti pembelajaran denganmenggunakan metode tongkat

berestafet.

b. Memaparkankemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola

setelahmengikuti pembelajaran denganmenggunakan metode tongkat

berestafet.

c. Memaparkansignifikan perbedaan tingkat kemampuan berbicara siswa dalam

menceritakan tokoh idola sebelum dan sesudah menggunakan metode tongkat

berestafet.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi konkret dalam

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu,dapat memberikan

manfaat bagi perkembangan teori metode pembelajaran dan dapat dijadikan

untuk mendukung, memperkuat, juga melakukan pengembangan pada

(13)

keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode tongkat

berestafet.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk

menentukan suatu media yang kreatif yang dapat menunjang keberhasilan

pembelajaran agar mampu menarik perhatian siswa. Dan dapat

menggunakan metode tongkat berestafet dalam pemebelajaran berbicara di

kelas.

2) Bagi siswa, siswa diharapkan memperoleh kemudahan dalam

pembelajaran berbicara. Sehingga siswa lebih percaya diri pada saat

berbicara di depan kelas.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1. Efektivitas yang dimasksud oleh penelitidalam penelitian ini adalah pengaruh

yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya metode tongkat berestafet di

kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung, yaitu untuk mengetahui sejauhmana

peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakannya pembelajaran

menggunakan metode tongkat berestafet.

2. Salah satu keterampilan berbicara adalah kemampuan bercerita. Bercerita

adalah salah satu bentuk atau cara yang dialakukan dalam upaya menjalin

kominukasi dalam pendidikan anak. Dengan keterampilan bercerita seseorang

dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan

sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan dilihat, dibaca, dan ungkapan

(14)

3. Metode tongkat berestafet, yaitu pembelajaran yang dirancang untuk

mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh guru dengan

menggunakan media tongkat. Penggunaan teknik tongkat berestafetini

diharapkanmemberikan konstruksi berpikir awal yang dapat memancing

respons siswa agar termotivasi untuk mampu berbicara khususnya dalam

(15)

Geri Valdi Mauli, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian di SMP

Pasundan 3 Bandung yang beralamat di Jalan Bapa Husein Belakang No.

4. Peneliti memilih SMP Pasundan 3 Bandung menjadi lokasi penelitian

karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru matapelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia bahwa terdapat permasalahan dalam pembelajaran

berbicara siswa, yaitu kemampuan berbicara siswa tidak terarah,

kurangnya motivasi, dan percaya diri pada diri siswa. Untuk itu perlu

ditemukan metode yang tepat untuk pembelajaran berbicara di lokasi yang

telah dipilih peneliti tersebut.

2. Sumber Data Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto,

2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VII SMP Pasundan 3 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Populasi yang

dimaksud tersebar dalam delapan kelas, yaitu VII-A, VII-B, VII-C,

VII-D, VII-E, VII-F, VII-G, dan VII-H. Pemilihan populasi tersebut

sesuai dengan kompetensi dasar menceritakan tokoh idola yang ada di

kelas VII SMP semester genap tahun ajaran 2012/2013.

b. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling kelas,

yaitu dua kelas sampel yang ditentukan secara acak. Dalam penelitian

ini peneliti memutuskan kelas VII-D sebagai kelas kontrol dan kelas

VII-H sebagai kelas eksperimen. Pemilihan ini berdasarkan

kemampuan dan permasalahan yang ada pada sampel tersebut. Hal ini

(16)

Indonesia Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung, yaitu Ina Marlina,

S.pd.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen kuasi.

Penelitian eksperimen kuasi adalah penelitian yang mendekati penelitian

eksperimen (Syamsuddin dan Damaianti, 2009:23). Penelitian ini

dilaksanakan pada satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen yang dipilih

secara acak. Hal ini berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui

perbedaan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola

dengan menggunakan metode tongkat berestafet. Tujuan pengambilan

eksperimen ini untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan, yaitu

ada-tidaknya perbedaan antara kemampuan berbicara siswa sebelum dan setelah

menggunakan metode tongkat berestafet.

Pola penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

O1 X O2

(Sugiyono, 2010:75)

Keterangan :

E : kelas eksperimen

K : kelas kontrol

O1 : penilaian awal pada kelompok eksperimen

O2 : penilaian akhir pada kelompok eksperimen

X : perlakuan berupa pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan

menggunakan tongkat berestafet

O3 : penilaian awal pada kelompok kontrol

O4 : penilaian akhir pada kelompok kontrol

Dalam desain ini terdapat satu kelompok eksperimen. Kelompok tersebut

diberi tes awal untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberi perlakuan,

kemudian diberi perlakuan berupa pembelajaran menceritakan tokoh idola

E O

1

X O

2

(17)

dengan menggunakan metode tongkat berestafet. Selanjutnya, kelompok

tersebut diberi tes akhir untuk mengetahui adanya-tidaknya perbedaan antara

sebelum dan setelah diberi perlakuan.

C. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data yang diperoleh dengan menggunakan teknik tes, observasi, dan

perekaman.

1) Tes (prates dan pascates)

Dalam penelitian ini tes yang diberikan, yaitu prates dan pascates

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan adalah

tes berbicara dengan menceritakan tokoh idola. Prates tersebut

betujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berbicara siswa

dalam menceritakan tokoh idola sebelum mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan tongkat berestafet pada kelas eksperimen dan

tanpa metode tongkat berestafet pada kelas kontrol . Sementara

pascates digunakan untuk membandingkan hasil berbicara siswa dalam

menceritakan tokoh idola sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran

menggunakan tongkat berestafet.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

analisis kemampuan berbicara siswa yang berisi indikator-indikator

aspek berbicara untuk menjaring data kemampuan siswa dalam

menceritakan tokoh idola .

Adapun indikator-indikator aspek berbicara siswa dalam

menceritakan tokoh idola tersebut yaitu sebagai berikut.

a. Pelafalan, terdiri dari artkulasi (kejelasan pengucapan) dan volume

suara.

b. Intonasi, yaitu pekanan dalam mengujarkan kalimat.

c. Kebahasaan, terdiri atas struktur kalimat dan pemilihan kata.

(18)

e. Kelancaran.

3) Observasi

Pada penelitian ini observasi dilakukan pada guru dan siswa

selama proses pembelajaran menceritakan tokoh idola menggunakan

tongkat berestafet. Observasi bertujuan untuk meninjau jalannya

pelaksanaan pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan

menggunakan metode tongkat berestafet, serta menilai kefektifan

dalam penggunaan metode tersebut dalam menceritakan tokoh idola.

4) Rancangan pembelajaran

Pembelajaran dilakukan sebanyak dua pertemuan, yaitu pertemuan

pertama dan petemuan kedua. Pertemuan pertama adalah pada saat

dilakukan prates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk

mengetahui kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh

idola sebelum mengunakan metode tongkat berestafet. Pertemuan ke

dua adalah pada saat melaksanakan pembelajaran metode tongkat

berstafet pada kelas eksperimen dan pembelajaran tanpa metode

berstafet pada kelas kontrol. Kemudian, setelah selesai pembelajaran

tersebut dilakukan pengambilan pascates pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol untuk mengetahui perbedaan keduanya.

5) Perekaman

Perekaman dilakukan untuk menganalis lebih dalam kemampuan

berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Data yang diperoleh

dari hasil rekaman ini akan dialihbahasakan ke dalam bahasa tulis.

2. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang dilakuakan meliputi langkah-langkah

sebagai berikut.

a. Tahap Awal Penelitian

1) Perumusan masalah penelitian

2) Studi kepustakaan untuk mempelajari landasan teoretis tentang

topik dan subjek yang akan diteliti, yaitu mengenai kemampuan

(19)

3) Telaah kurikulum Bahasa Indonesia dan penentuan meteri

pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi dasar.

4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kisi-kisi

instrumen penelitian yang terdiri dari lembar analisis aspek-aspek

yang terdapat dalam menceritakan tokoh idola.

5) Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari lembar analisis

aspek-aspek yang terdapat dalam menceritakan tokoh idola.

6) Validitas instrumen.

7) Perbaikan instrumen penelitian.

8) Penentuan sampel penelitian yang terdiri dari satu kelas, yaitu

kelas eksperimen.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan prates pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Melakukan pembelajaran dengan menggunakan model tongkat

berestafet pada kelas eksperimen dan tanpa metode tongkat

berestafet pada kelas kontrol.

3) Melaksanakan pascates mengenai kemampuan menceritakan tokoh

idola pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Tahap Akhir

1) Mengolah hasil pretes dan postes kemampuan menceritakan tokoh

idola kelas eskperimen dan kelas kontrol.

2) Menganalisis dan membahas temuan penelitian.

3) Uji hipotesis dan menarik kesimpulan.

Pada penelitian ini, seluruh rangkaian penelitian dilaksanakan

dalam tiga tahapan. Diawali dengan melaksanakan prates pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Kemudian, dilaksanakan perlakuan

menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas eksperimen dan

perlakuan tanpa menggunakan metode tongkat berestafet pada kelas

kontrol. Setelah itu, dilaksanakan pascates pada kedua kelas tersebut.

Setiap perlakuan yang dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas

(20)

perlakuan tersebut, proses pembelajaran diamati oleh observer untuk

memperoleh data mengenai aktivitas siswa dan guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Hasil observasi digunakan sebagai masukan

dalam pelaksanaan refleksi.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik

semua fenomena ini disebut varaibel penelitian (Sugiyono, 2012: 102).

Alat tersebut digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap, dan sistematis. Untuk itu instrumen penelitian yang digunakan

adalah sebagai berikut.

a. Lembar Analisis Kemampuan Berbicara Siswa

Instrumen ini berisi indikator-indikator aspek berbicara siswa

dalam menceritakan tokoh idola, yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.1

Format Penilaian Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa

No. Aspek penilaian Nilai skor

1 2 3 4 5

1. Penguasaan materi

pembicaraan

2. Kelancaran

3. Kebahasaan

4. Intonasi

5. Pelafalan

(Harris dalam Tarigan, 2008:3)

Arti skala secara umum:

(21)

Tabel 3.2

No. Aspek penilaian Skala penilaian Keterangan

1. Pelafalan 1

2

3

4

5

Pembicaraan sulit dipahami

karena sering melakukan

kesalahan pelafalan dan suara

tidak jelas.

Pelafalan kurang jelas dan

pengaturan suara kurang baik

Pelafalan cukup jelas tetapi

masih banyak perlu

penyesuaian.

Pelafalan hampir selalu dapat

dipahami dengan pengaturan

volume suara yang sudah

bagus.

Pelafalan selalu dapat

dipahami dengan jelas dan

(22)

2. Intonasi 1

2

3

4

5

Pemakaian intonasi selalu

salah sehingga menimbulkan

kesalahan arti

Pemakaian intonasi terbatas

pada kata-kata yang sulit

diucapkan.

Beberapa kali menggunakan

intonasi yang tidak tepat

Pemakaian intonasi sudah

ditunjukkan walaupun masih

melakukan kesalahn yang tak

berarti

Pemakaian intonasi sudah

tepat.

digunakan tidak tepat dengan

situasi, waktu, dan tempat.

Bahasa serta pilihan kata yang

digunakan tidak terlalu tepat

dengan situasi, waktu, dan

tempat.

Bahasa serta pilihan kata yang

digunakan sudah cukup tepat

dengan situasi waktu, dan

tempat tetapi masih terdapat

beberapa kesalahan.

Bahasa dan pilihan kata yang

digunakan sudah menunjukan

(23)

5

waktu, dan tempat meskipun

terdapat kesalahan yang tidak

berarti.

Bahasa dan piliahan kata yang

digunakan sudah menunjukkan

ketepatan dengan situasi,

waktu dan tempat tanpa

Tidak menguasai materi

pembicaraan, banyak keraguan

penyampaian materi

pembicaraan.

Banyak kekurangan dilihat dari

kualitas penguasaan materi

pembicaraan

Penguasaan materi

pembicaraan cukup memadai

walaupun masih terdapat

kekurangan

Penguasaan materi

pembicaraan sudah bagus

walaupun belum pada tingkat

istimewa.

Sangat menguasai materi

pembicaraan dan materi yang

disampaikan sangat bermutu.

5. Kelancaran 1

2

Pembicaraan tidak lancar,

banyak diam dan gugup.

Pembicaraan kurang lancar,

(24)

3

4

5

diam.

Pembicaraan cukup lancer

walaupun beberapa kali masih

terdiam.

Pembicaraan lancar meskipun

terkadang melakukan

kesalahan yang tak berarti.

Pembicaraan sangat lancer

tanpa terdiam dan melakukan

kesalahan.

b. Lembar Observasi Guru dan Siswa

Dalam proses ini, obseverser (pengamat) hanya memberikan tanda

lembar observasi. Berikut lembar observasi yang digunakan.

Tabel 3.4

a. Guru memerhatikan sistematika

penggunaan metode tongkat berestafet

sesuai dengan tuntutan standar kompetensi.

b. Guru menggunakan metode tongkat

berestafet sesuai dengan sasaran indikator.

c. Metode tongkat berestafet yang dipilih

sesuai untuk proses belajar di dalam kelas.

d. Metode tongkat berestafet efektif saat

digunakan dalam pembelajaran.

(25)

Keterangan :

4,00 – 3,50 = Baik Sekali 3,49 – 3,00 = Baik 2,99 – 2,50 = Cukup 2,49 – 2,00 = Kurang 1,99 – 1,50 = Kurang Sekali

Tabel 3.5

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Aspek yang diamati Keterengan Skor

1 2 3 4

Respon siswa terhadap metode yang

digunakan

a. Siswa siap untuk belajar menggunakan

metode tongkat berestafet.

b. Siswa memerhatikan penjelasan guru

menggunakan metode tongkat

berestafet.

c. Siswa antusias mengikuti pembelajaran

menceritakan tokoh idola

menggunakan tongkat berstafet.

d. Siswa dan guru mencerminkan

komunikasi dalam pembelajaran

menceritakan tokoh idola

menggunakan tongkat berstafet. pembelajaran benar-benar memberi

kontribusi tehadap hasil belajar siswa.

f. Metode tongkat berestafet membantu guru

dalam kelancaran proses pembelajaran.

(26)

e. Siswa aktif mengikuti pembelajaran

menceritakan tokoh idola

menggunakan tongkat berstafet.

f. Siswa menunjukkan rasa senang

mengikuti pembelajaran menceritakan

tokoh idola menggunakan tongkat

berstafet

Keterangan :

4,00 – 3,50 = Baik Sekali 3,49 – 3,00 = Baik 2,99 – 2,50 = Cukup 2,49 – 2,00 = Kurang 1,99 – 1,50 = Kurang Sekali

D. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data pada penelitian ini dilakukan melalui perhitungan

kuantitatif. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui silsilah rata-rata nilai

prates dan pascates untuk masing-masing aspek yang dinilai sebagai indikator

efektivitas perlakuan berupa penggunaan metode tongkat berestafet dalam

pembelajaran menceritakan tokoh idola. Hasil perhitungan tentu lebih lanjut

harus diinterpretasikan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang

komprehensif, benar, dan akurat.

Adapun langah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Menganalisis data prates dan pascates. Langkah-langkah analisis data

dilakukan dengan cara mengubah skor prates dan pascates menjadi

nilai dengan rumus.

(27)

Uji reliabilitas antar penimbang dilakukan untuk mengetahui

tingkat penilaian antara penilai yang satu dengan yang lainnya. Dengan

menggunakan prinsip-prinsip ANAVA maka data-data penilaian

dimasukkan ke dalam format ANAVA sebagai berikut.

Tabel 3.6

Selain itu, dilakukan perhitungan reliabilitas dengan rumus berikut.

r11 =

(Kurniasih dalam Leni, 2008 :38)

Ket.

r11 = reliabilitas yang dicari

Vt = variansi dari siswa

Vkk = variasi dari kekeliruan

Hasil perhitungan reliabilitas yang telah diperoleh disesuaikan

dengan tabel Guilford sebagai berikut.

(28)

0,20 – 0,40 Korelasi rendah < 0,20 Korelasi Sangat rendah

3) Uji normalitas nilai prates dan pascates

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data prates

kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak. Perumusan hipotesis untuk uji

normalitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ho : data prates berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : data prates berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

Uji normalitas data prates yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika nilai signifikansi >

0,05, dan H0 ditolak jika signifikansi < 0,05. Pengujian ini dilakukan

dengan bantuan software SPSS versi 18.0.

4) Uji homogenitas varian nilai prates dan pascates

Uji homogenitas varian bertujuan untuk melihat apakah kelas

eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memilki

variansi yang homogen atau tidak. Hipotesis yang diuji adalah sebagi

berikut.

H0 : 2 = 2

H1 : 2 2

Keterangan :

2

: data populasi kelas eksperimen.

2

: data populasi kelas kontrol

Uji homogenitas varian data prates yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji Lavene Test dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,005. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS

versi 18.0. Kriteria pengujian hipotesisnya sebagai berikut.

(29)

Analisis uji homogenitas varian menggunakan software SPSS 18.0.

5) Uji kesamaan dua rata-rata data prates dan pascates

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan rata-rata kemampuan prates kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Karena data prates pada kedua kelas penelitian

berdistribusi normal dan mempunyai varian yang homogen, maka

pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji t’ dengan rumusan hipotesis pengujiannya sebagai berikut.

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan prates kelas

eksperimen dan kelas kontrol

H1 : terdapat perbedaan rata-rata kemampuan prates kelas

eksperimen dan kelas kontrol

Uji statistik yang digunakana adalah uji statistik dengan

mengambil taraf signifikan (α) = 0,05 . Kriteria pengujiannya yaitu

jika nilai signifikan (2-tailed) > (α) = 0,05 , maka H0 diterima atau jika nilai signifikan (2-tailed) < (α) = 0,05, maka H0 ditolak.

Pada kelas eksperimen, jika Ho diterima, artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam

menceritakan tokoh idola dengan menggunakan tongkat berestafet

dengan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola

tanpa menggunakan metode tongkat berestafet. Metode tongkat

berestafet tidak efektif diterapkan dalam pembelajaran menceritakan

tokoh idola.

Jika Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara

kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola dengan

menggunakan tongkat bersetafet dengan kemampuan berbicara siswa

dalam menceritakan tokoh idola tanpa menggunakan metode tongkat

berestafet. Metode tongkat berestafet efektif diterapkan dalam

(30)

Untuk melihat lebih jelas perbedaannya, maka dilanjutkan dengan

uji nilai indeks gain.

6) Analisis nilai indeks gain

Analisis indeks gain bertujuan untuk mengetahui apakah

peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh

idola dengan menggunakan metode tongkat berestafet lebih baik dari

kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola tanpa

menggunakan metode tongkat berestafet. Uji ini dilakukan dengan

analisis terhadap data gain ternormalisasi.

Tabel 3.8

Kriteria Penilaian Indeks Gain Ternormalisasi

N-Gain (g) Kriteria

0,00 – 0,29 Rendah

0,30 – 0,69 Sedang

0,70 – 1,00 Tinggi

(Hake, 1999:1)

Penghitungan indeks gain yaitu sebagai berikut :

Analisis data gain ternormalisasi dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

a) Uji normalitas indeks gain

Uji Normlitas indeks gain dilakukan untuk mengetahui

apakah nilai indeks gain dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi normal atau

tidak.

Uji statistik yang digunakana adalah uji

Kolmogorov-Smirnov dengan mengambil taraf signifikan (α) = 0,05 . Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai signifikan > (α) = 0,05 ,

N-Gain = ∑

(31)

maka H0 diterima. atau jika nilai signifikan < (α) = 0,05, maka H0 ditolak.

b) Uji homogenitas indeks gain

Uji homogenitas varian bertujuan untuk melihat apakah

kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi

yang memiliki data yang homogen atau tidak. Uji homogenitas

varian data prates yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji Lavene Statistic Test dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05.

c) Uji hipotesis kesamaan dua-rata indeks gain

Uji kesamaan hipotesis dua rata-rata nilai indeks gain

dilakukan untuk mengetahui peningkatan nilai rata-rata di kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang diuji adalah

sebagi berikut.

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks gain antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

H1 : rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih baik daripada

kelas kontrol.

Uji statistik yang digunakan adalah uji t’ dengan Levene’s Test dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai signifikansi (2-tailed) > 0,05,

maka H0 diterima atau jika jika nilai signifikansi (2-tailed) <

(32)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kelas VII-H sebagai

kelas eksperimen dan kelas VII-D sebagai kelas kontrol maka peneliti

mengemukan beberapa kesimpulan, yaitu.

1. Kemampuan awal berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada

kelas eksperimen memilki nilai rata-rata sebesar 60,1, yaitu masuk ke

dalam kategori kurang, namun dapat ditingkatkan setelah adanya proses

pembelajaran dengan menggunakan metode tongkat berestafet dengan

memperoleh nilai rata-rata sebesar 83,5, sedangkan uji reliabilitas prates

pada kelas eksperimen sebesar 0,97 yang berarti memiliki tingkat korelasi

yang sangat tinggi, demikian pula dengan hasil uji reliabiltas data hasil

pascates kelas eskperimen ini, yaitu sebesar 0,96. Hasil uji normalitas

diperoleh nilai signifikansi kelas eksperimen sebesar 0,841. Signifikansi

tersebut lebih besar dari signifikan (α) 0,05. Karena nilai signifikansi >

0,05, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen

berasal dari sampel yang berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji

homogenitas diperoleh nilai signifikansi prates pada kelas eksperimen

sebesar 0,754. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari (α) 0,05, maka

H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data kelas eskperimen berasal

dari dari sampel yang memilki varian yang sama.

2. Kemampuan awal berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola pada

kelas kontrol berdasarkan hasil prates memilaki nilai rata-rata sebesar 60,8

dan nilai rata-rata pasca tes sebesar 66,6. Nilai rata-rata pada kelas kontrol

memiliki peningkatan yang tidak signifikan. Uji reliabilitas prates di kelas

kontrol sebesar 0,96 yang berarti memiliki tingkat korelasi sangat tinggi.

Demikian pula hasil uji reliabilitas pada pascates yaitu sebesar 0,78.

(33)

Signifikansi tersebut lebih besar dari (α) 0,05, maka H0

diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa kelas kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi

normal. Sedangkan uji homogenitas pada kelas kontrol diperoleh nilai

signifikansi prates sebesar 0,754. Karena signifikansi lebih besar dari (α)

0,05, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sampel berasal dari

data yang homogen.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa

dalam menceritakan tokoh idola pada kelas eksperimen dengan

menggunakan metode tongkat berestafet, yaitu sebesar 0,576 hasil uji

rata-rata indeks gain ternormalisasi. Nilai tersebut masuk ke dalam kategori

sedang. Sedangkan kemampuan menceritakan tokoh idola pada kelas

kontrol tanpa menggunakan metode tongkat berestafet masuk ke dalam

kategori rendah, yaitu sebesar 0,138. Hal ini juga dibuktikan dari uji

hipotesis kesamaan dua rata-rata pada kelas eskperimen dan kelas kontrol

dengan hasil 0,00. Karena 0.00 < (α) = 0,05. Maka H0

ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai pascates kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata

nilai kemampuan berbicara siswa kelas eksperimen lebih baik daripada

kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode tongkat

berestafet efektif atau berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan

berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola. Artinya terdapat

perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa dalam

menceritakan tokoh idola dengan menggunakan metode tongkat berestafet

pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dengan kemampuan berbicara

siswa dalam menceritakan tokoh idola tanpa menggunakan metode tongkat

berestafet pada kelas VII-D sebagi kelas kontrol di SMP Pasundan 3

Bandung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, peneliti menyarankan

(34)

terbukti dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan

tokoh idola pada kelas VII-H SMP Pasundan 3 Bandung. Sehingga peneliti

memberikan rekomendasi untuk menjadikan metode tongkat berstafet sebagai

salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara,

kedua; peneliti membatasi penggunaan metode tongkat berestafet dalam

penelitian ini, untuk itu selanjutnya dapat digunakan dalam pembelajarn

berbicara dengan kompetensi dasar lainnya, ketiga; penelitian ini terbukti

secara signifikan bahwa metode tongkat berestafet dapat berpengaruh terhadap

pembelajaran menceritakan tokoh idola pada kelas VII-H SMP Pasundan 3

Bandung. Dengan demikian, peneliti menyarankan agar dalam proses

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menggunakan metode yang

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Arsjad dan Mukti. 2006. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Chaer, Abdul. 2010: Kesantunan Berbahasa. Jakarta. PT RINEKA CIPTA

Haryati, Yeti. 2009. “Penerapan Model Pembelajaran Siswa Aktif bagi

Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia”. Disertasi.

Bandung: tidak diterbitkan.

Jamaluddin. “Model Pembelajaran Kooperatif” .(Online). Tersedia:

(http://jamaluddink1.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html)

Kridalaksana, H. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.

Kurniawan, Khaerudin, Drs. H., M. Pd. 2012. Belajar dan Pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia. Bandung. CV Bangkit Citra Persada dengan Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Laksono, Kasyani. 2003. Berbicara. Jakarta: Departemen Pendidikan Indonesia.

Marrah A, Deden. “Metode Talking Stick dan Hasil Belaja IPA Kelas IV SDN

256 Timpalu” (Online).

Tersedia:http://metode-talking-stick-dan-hasil-belajar.html

Mulyati, Iin. 2008. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dalam

Pembelajaran Diskusi dengan menggunakan Model Cooperative

Learning”. Skripsi. Bandung: tidak diterbitkan.

Nurgiyantoro, Burhon. 2001. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Purnamasari, Ervina. 2011. “Perbandingan Model Pembelajaran True or False

dengan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Biolog Pokok Bahasan Reproduksi Tumbuhan Pada Siswa Kelas

XI Agrobisnis Ternak Unggas 1 dan Agrobisnis Ternak Unggas 2 SMK N

(36)

Pusat Bahasa Kemendiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Rakhmat, Jalaludin. 2008. Retorika Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rivers, W.M. 1968. Teaching Foreign Language Skills. Chicago Pers.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Rosda Aditama.

Suharma, dkk. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kelas VII. Bandung:

Gramedia.

Suhendar, M.E dan Supinah, P. 1992. MKDU Menyimak dan Berbicara.

Bandung: Pionir Jaya.

Sumardi, M. 1992. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Gramatika atau

Komunikasi berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syamsudin, Prof. Dr., AR, M.S dan Vismaia S. Damaianti, Dr., M. Pd. 2006.

Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung. Sekolah Pasca Sarjana

UPI dengan PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur, Prof. DR. 2008: Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung. Penerbit Angkasa Bandung.

Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Abdi Guru. 2012. Seribu Pena Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Umaidah, Sri. 2011. “Penerapan Metode Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas V SD Mu 11 Surakarta”. Skripsi: tidak

diterbitkan.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Wijayanti, Denok. 2007. “Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan

Media Boneka pada Siswa Kelas VII G SMP N 4 Pemalang Tahun Ajaran

Gambar

Tabel 3.1 Format Penilaian Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa
Tabel 3.3 Deskripsi Skala Penilaian
Tabel 3.4 Lembar Observasi Guru
Tabel 3.5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan antara jumlah Neuron dalam Hidden Layer Neural Network dengan Error Jarak untuk mendapatkan solusi kinematika balik manipulator robot dari titk berangkat

Bahwa Saksi tidak mengetahui secara pasti penyebab hingga Terdakwa melakukan tindak pidana Militer Disersi, yang Saksi ketahui bahwa Terdakwa pada tanggal 27 Juni 2014 sekira

Peningkatan metabolisme pada otot akan mengurangi ketegangan otot, memanjangkan otot melalui pengaruh relaksasi muscle energy technique, pengaruh relaksasi jaringan

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG. UNIT

Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk Peningkatan Survival and Safety Skills Siswa (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Miftahul Iman Tahun Ajaran

Ada tiga temuan dalam penelitian ini, yaitu (1) Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes bagi ABK disamakan dengan anak lain baik pada perencanaannya maupun pelakasaannya,

[r]

tulisan siswa dari year 1 (kelas 1 di Indonesia) sampai dengan year 6 (kelas 6 di Indonesia) semuanya tersusun rapi di perpustakaan sekolah sebagai arsip yang sangat