BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses kehidupan manusia dimulai dari usia anak menuju usia remaja, dewasa
dan menuju usia lanjut, sebuah perjalanan hidup yang memang tidak bisa ditawar-tawar
lagi. Pada periode usia produktif akan dikeluarkan segala kemampuan dan potensi
dirinya. Mereka akan bekerja memaksimalkan tenaganya supaya mampu memberikan
hasil untuk kehidupan keluarganya. Setelah lama bekerja di sebuah perusahaan atau
mungkin mereka menjadi seorang wirausaha sekalipun, mereka tetap akan bertemu
dengan masa pensiun yaitu sebuah keadaan yang memaksanya untuk berhenti bekerja,
karena umur yang sudah lanjut usia, pensiun akan menjadi sebuah permasalahan
tersendiri bagi mereka yang tidak mempersiapkan dirinya untuk pensiun atau tidak
memiliki bekal untuk memasuki masa pensiun.
Perusahaan di satu sisi ingin memberikan keleluasaan untuk kepada karyawanya
untuk istirahat menikmati hidup pada hari tuanya, di sisi lain sebenarnya karyawan
sebagai pekerja di perusahaan juga sudah lama bekerja mengabdi kepada perusahaan dan
memang sebenarnya mereka pun ingin menikmati hari tuanya. Namun, tidak sedikit
yang tidak bisa menikmati masa pensiunya karena masih banyak keperluan yang harus
dipenuhi sedangkan mereka tidak punya penghasilan tetap lagi, kalau pegawai negri
sipil (PNS) masih dapat uang pensiunan tapi bagaimana dengan pekerja yang tidak
2
penghasilan tetap, ditambah lagi dengan tenaga sudah berkurang dan kesehatan sudah
mulai terganggu.
Pensiun merupakan masa transisi, seseorang yang memasuki tahap pensiun
sedang melangkah dari satu tahap perkembangan dewasa menengah ke tahap
perkembangan dewasa akhir/lanjut usia. Kondisi perpindahan tahap perkembangan ini
mengarah kepada transisi peran dimana seseorang yang memiliki identitas sebagai
pekerja akan berubah menjadi pensiunan atau tidak bekerja lagi. Transisi ini dapat
mengakibatkan krisis dimana terdapat proses merelakan semua yang diperoleh dari
peran sebelumnya yang sangat penting artinya bagi kesejahteraan. Individu yang pensiun
tersebut perlu untuk melakukan penyesuaian diri terhadap terjadinya transisi
tersebut.(Ebersole & Hess, 1990 dalam Sulistyorini, 2000).
Penyesuaian diri menurut Schneider (1999), merupakan kemampuan untuk
mengatasi tekanan kebutuhan, frustasi dan kemampuan untuk mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat (Partosuwido, 1993). Hambatan dalam penyesuaian
diri dapat dilihat dari tanda-tanda kecemasan tinggi, rasa rendah diri, depresi,
ketergantungan pada orang lain dan tanda-tanda psikosomatis (Kristiyanti dkk, 2001).
Seseorang dapat menyesuaikan diri dengan datangnya pensiun dengan beberapa cara.
Salah satunya adalah dengan mengembangkan pola-pola perilaku tertentu yang sesuai
dengan keinginan individu itu sendiri. Hornstein & Wapner (1985), dalam Hoyer, 1999)
mengembangkan empat pola penyesuaian diri yang cenderung dijalani yaitu: transition
to old age, dimana individu menganggap pensiun sebagai saat santai dan akhir dari
beban kerja yang penuh tekanan, new beginning,dimana individu memandang pensiun
merasa kembali bervitalitas dan bersemangat. Pola ketiga adalah continuation, dimana
pensiun tidak membawa dampak personal bagi individu karena hanya merupakan
pengurangan intensitas dan pola kerja. Pola penyesuaian yang terakhir adalah imposed
disruption dimana pensiun dipandang sebagai hal yang negatif karena hilangnya
identitas diri yang berharga sehingga individu merasa frustrasi dan kehilangan.
Proses belajar manusia berlangsung hingga akhir hayat (long life education)
dalam belajar tidak ada kata berhenti, namun ada korelasi negatif antara perubahan usia
dengan kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap individu orang lanjut usia ,
makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek
kemampuan fisiknya semakin menurun), misalnya daya ingat, kekuatan fisik,
kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain. Semuanya
memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi
(1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan
pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan
zaman harus dicari melalui pendidikan sehingga proses belajar dan pembelajaran orang
lanjut usia memiliki karakteristik yang berbeda, dimana semua unsur pembelajaranya
harus benar-benar diadaptasikan dengan emosional dan strukutur kemampuan fisiknya
supaya memiliki manfaat yang baik untuk mereka.
Sebenarnya tidak semua orang pensiun setelah mereka pensiun ingin langsung
berwirausaha, ada juga yang setelah pensiun ingin istirahat dan meningkmati hari tuanya
dengan melakukan pendekatan secara spiritual kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, namun
kenyataanya sifat manusia menurut Jhon Gray (2000) yang serba kekurangan dan selalu
4
kosong dan merasa tidak berguna, namun disaat mau belajar kondisi fisik mereka sudah
mulai menurun dan juga saat yang sama orang yang memasuki masa pensiun sedang
berada pada posisi secara kejiwaan masuk pada post power syndrome, Sehinga
dibutuhkan sebuah pendekatan pembelajaran yang harus memperhatikan usia dan
kebutuhan peserta didik.
Masa pensiun memiliki karakteristik tersendiri baik dari cara belajar dan juga
cara mereka mengisi hidup dan menikmati kehidupanya, berwirausaha mungkin menjadi
salah satu pilihan yang terbaik bagi mereka, tidak untuk berlebihan ternyata Colonel
Sanders founder dari KFC restoran cepat saji yang sekarang outletnya hampir berada
diseluruh dunia ternyata ia memulai usahanya di umur ia yang sudah pensiun saat itu
umunya 60 tahun dan bisa sukses, dari fakta ini menunjukan bahwa pensiun bukan akhir
segalanya tatapi bisa jadi awal yang tepat untuk berwirausaha.
Fokus penelitian ini mengkaji permasalahan mengenai Model Pelatihan
Kewirauahaan Masa Persiapan Pensiun, pesertanya adalah karyawan yang akan
menjelang pensiun dari perusahaan PT. Pupuk Kaltim. PT. Pupuk Kaltim merupakan
perusahaan BUMN yang bergerak dalam penyedia pupuk nasional memiliki komitmen
yang baik terhadap karyawanya sehingga ia membuat sebuah program kewirausahaan
masa persiapan pensiun bekerja sama dengan PT. Mulia Visitama Indonesia sebagai
konsultan dan pelaksana kegiatan pelatihan.
Muvi Consulting yang telah berpengalaman memberikan pelatihan di berbagai
perusahaan nasional, ia memiliki model pelatihan kewirausahaan yang aplikatif karena
treatment mengenai spiritual, emosional, kesehatan dan juga usaha yang tepat untuk
orang-orang yang sudah pensiun.
Proses penyelenggaran pelatihan harus mencakup pengalaman belajar, aktivitas
terencana dan desain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil di
identifikasikan secara ideal, pelatihan juga harus di desain untuk mewujudkan
tujuan-tujuan orang-orang maupun perorangan. Model pelatihan mencakup asesmen kebutuhan
pelatihan, perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan evaluasi pelatihan. hal ini
dilakukan agar pelatihan dapat terencana dengan baik dan mampu memberikan manfaat
yang optimal.
Pendekatan pembelajaran untuk pensiun yang berhaluan pada pendekatan
pembelajaran andargogi yang bersifat partisipatif harus memiliki model supaya mudah
dipahami dan memudahkan dalam proses penyelenggaraanya. Knowles (Marzuki
1992:63) memberikan pengertian mengenai learning design model adalah suatu proses
perencanaan, suatu proses berupa arus kejadian (kegiatan) untuk mencapai tujuan
tertentu, secara runtut yang diarahkan oleh skema konseptual, seperti langkah suatu
pelaksanaan, penampilan suatu peran, fungsi dari unit organisasi, dan lain-lain”.
Beberapa riset menunjukan bahwa pelatihan yang efektif secara signifikan berpengaruh
terhadap peningkatan proses kerja yang luar bisa pesatnya. Studi yang dialakuan Tall
dan Hall (Amalia 2003:3), menghasilkan bahwa “ dengan berbagai macam faktor seperti
teknik pelatihan yang benar, persiapan dan perencanaan yang matang, serta komitmen
terhadap esensi pelatihan, hasil pelatihan akan sangat memuaskan”.
Pelatihan bukanlah sekedar sebuah kegiatan biasa yang hanya asal terselenggara,
6
Muvi Consulting merupakan lembaga professional yang memiliki komitmen hal itu ia
buktikan dengan pembelajaran pelatihan yang unik dan dengan sistem penyelenggaraan
pelatihan yang professional.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas serta hasil pengamatan sementara pada studi di
lapangan khusunya observasi langsung pada pelatihan kewirausahaan masa persiapan
pensiun PT. Pupuk Kaltim, yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting di Bandung,
peneliti mengidentifikasi permasalahan dan beberapa hal yang nampak terjadi dalam
proses pelatihan di lembaga tersebut, seperti yang di uraikan dibawah ini sebagai berikut
:
1. Penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan 7 hari dengan efektif 5 hari 4 malam, apa
yang bisa dilakukan selama 5 untuk mengubah paradigma pemikiran, dan
memberikan keterampilan wirausaha, padahal peserta adalah sudah bertahun-tahun
terbiasa dengan hidup sebagai pekerja yang setiap bulan mendapat gajian dan berada
dalam kondisi aman (comport zone) sangat berbeda dengan mereka yang hidupnya
sebagai wirausahawan.
2. Proses pembelajaran pelatihan pensiunan tentunya berbeda dengan proses
pembelajaran orang dewas biasa, mesikpun peserta termasuk warga belajar orang
dewasa, namun dari segi usia mereka menjelang usia lanjut, peserta juga berada
dalam keadaan emosional yang tidak seperti biasanya atau biasa disebut post power
benar-benar dapat mengelola emosi mereka. Mampu memberikan treatmen psikologis
yang tepat supaya proses belajarnya bisa lebih baik lagi. Permasalahan lainya yang
ada pada usia pensiun adalah penurunan-penurunan fisik seperti penglihatan
menurun, pendengaran menurun, dan staminanya juga menurun, sehingga proses
pembelajaranya pun harus memperhatikan kondisi fisik dan kesehatan peserta.
3. Apa yang bisa didapatkan dalam pelatihan yang relatif singkat apakah ada perubahan
terhadap keterampilan berwirausaha, semangat untuk memulai bisnis, sedangkan
alokasi waktu pembelajaran yang disediakan relatif singkat.
4. Proses pelatihan tentunya yang sangat mendasar adalah bagaimana setiap peserta
memiliki kesiapan mental dan siap secara ikhlas memasuki episode pensiun. proses
pendekatan pembelajaran tentunya memerlukan seni tersendiri supaya ada perubahan
dari yang tadinya tidak siap, menjadi lebih siap untuk memasuki kehidupan pensiun
dengan tetap produktif.
Masalah penelitian perlu serlaras dengan dasar pemikiran, dan untuk memenuhi
hal itu, maka peneliti merumuskan permasalahan yang akan dijadikan fokus penelitian
yaitu sebagai berikut :
“Bagaimana Model Pelatihan Kewirausahaan Dalam Menghadapi Persiapan Pensiun
PT. Pupuk Kaltim yang Diselenggarakan oleh Muvi Consulting di Bandung ?”
1. Pembatasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan dari perumusan masalah maka pembatasan
8
1. Model dan proses penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan
pensiun meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pada pelatihan masa persiapan
pensiun.
2. Pembelajaran dalam pelatihan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang
diselenggarakan oleh Muvi Consuting, meliputi konsep, kurikulum dan metode
pembelajaran dan proses pembelajaran.
3. Hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta
pelatihan
4. Kesiapan peserta untuk menjalani pensiun
2. Pertanyaan penelitian
Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah diatas, maka peneliti
mengajukan pertanyaan – pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana model dan proses penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan
masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi
Consulting
2. Bagaimana proses pembelajaran pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun
PT. Pupuk Kaltim yang diselengarakan oleh Muvi Consulting.
3. Bagaimana hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan
peserta pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim.
4. Bagaimana kesiapan peserta pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT.
Pupuk Kaltim untuk menjalani pensiun.
Supaya adanya penafsiran yang sama, dan agar tidak terjadi perbedaan
penafsiran, maka berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan.
1. Model dapat diartikan sebagai “ suatu pola atau aturan tentang sesuatu yang akan
dihasilkan. Pengertian kedua adalah suatu contoh sebagai tiruan daripada aslinya.
Pengertian kegita, adalah seperangkat faktor atau variable yang saling berhubungan
satu sama lain merupakan unsur yang menggambarkan suatu kesamaan sistem “
(Saleh Marzuki, 1992:63).
2. Penyelenggaraan pelatihan adalah proses tahapan-tahapan kegiatan pelatihan
secara komperhensip dalam dalam mencapai output pelatihan dan pengertian
pelatihan itu sendiri, adalah suatu upaya yang terencana dan sistematis yang
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau sikap individu
melalui pengalaman belajar dan ditunjukan untuk mencapai kinerja yang efektif
(Greg Keasley ). Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan
kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh
Muvi Consluting.
3. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal. Gagne dan Briggs (1979:3).
10
Hasil pembelajaran merupakan potret atau gambaran dari sebuah output kegiatan
pelatihan yang menunjukan sebuah perubahan pada pengetahuan peserta, sikap dan
keterampilan peserta, yang dengan melihat perbedaan pada awal pelatihan dan
setalah selesai pelatihan
5. Pensiun
Pensiun adalah masa akhir dalam bekerja, dalam karyawa PNS usia 60 dan pensiun
perusahaan biasanya usia 55 tahun, batasan usia biasanya tergantung dari perusahaan
itu sendiri. Schwartz (dalam Hurlock, 1980) berpendapat bahwa pensiun merupakan
akhir pola hidup atau masa transisi ke pola hidup yang baru. Pensiun selalu
menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan, nilai, dan perubahan secara
keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu
.
Jadi kesiapan merupakankesadaraan secara mental untuk menerima proses episode pensiunan dalam hidupnya
dengan kematangan jiwa, kesiapan secara spiritual dan persiapan kemandirian usaha.
Sehingga mampu menjadi pensiun menjadi episode kehidupan yang tetap produktif.
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai Model Pelatihan
Kewiruasahaan Masa Persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim
2. Tujuan khusus
1. Untuk mendapatkan data mengenai proses penyelenggaraan Model Pelatihan
Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun.
3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan peserta pelatihan masa persiapan pensiun.
4. Untuk mengetahui gambaran kesiapan peserta menjelang pensiun.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat dari penelitian ini mudah-mudah mampu memperluas dan
memperdalam jangkauan pengembangan ilmu tentang pembelajaran pelatihan masa
pesiapan pensiun, sehingga mampu memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dan
memberikan inspirasi bagi peneliti selanjutnya.
2. Mafaat praktis
a. Memberikan bahan kajian pelatihan untuk pensiun dan usia lanjut.
b. Sebagai bahan alterntive model pelatihan kewirusahaan masa persiapan pensiun.
c. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan model pembelajaran bagi pensiun.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif analitis dengan pendekatan
kualitatif, pendekatan penelitian ini digunakan adalah untuk memperoleh gambaran
realistik dan menyeluruh mengenai pembelajaran pelatihan kewirausahaan Masa
12
2. Teknik pengumpulan data
Alat pengumpul data adalah peneliti sendiri, dan dilengkapi dengan instrument
pembantu atau teknik yang dipergunakan untuk menyaring data dipergunakan
wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi dengan melakukan terjun
kelapangan. Cara yang dilakukan untuk memperoleh data berdasarkan pada penjelasan
dari setiap instrument pembantu.
Akurasi penulisan diperoleh dengan pengumpulan data dan dianalisis dan
selanjutnya dintrepretasikan dengan teknik deskriptif analitis untuk menjadi sebuah
penelitian yang menyeluruh dan sempurna.
3. Subjek penelitian
Lexi Moleong (1989:165) mengemukakan bahwa “ pada penelitian kualitatif
tidak ada sampel acak tetapi sampel yang bertujuan (purposive sampling) selain itu
Nasution (1996:32) menegaskan bahwa “ dalam penelitian naturalistik yang dijadikan
sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa,
peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sampel juga berupa responden yang dapat
di wawancarai, sampel yang dipilih secara purposive berkaitan dengan tujuan tertentu “.
Subjek penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu
disesuaikan dengan tujuan penelitian dengan teknik yang mengkhususkan pada
permasalahan yang terjadi pada suatu lokasi tertentu dan pada kondisi tertentu.
Subjek penelitian pertama 5 peserta mewikili, 1 level pimpinan, 1 level staff, 3
pensiun meliputi 1 Orang Direktur Utama, 1 Orang manajer operasional, 3 orang
penyelenggara lapangan dan 3 narasumber (trainer).
4. Prosedur pengumpulan data
Sumber data yang diperoleh dalam rancangan penelitian adalah sumber data
primer, yaitu diperoleh langsung dari sumber data yang dijadikan responden penelitan.
Angket diberikan secara lansung kepada responden dan diberi tenggang waktu untuk
mengisinya. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, responden diberi
sejumlah pertanyaan dengan diberi gambaran hal-hal yang ingin diungkap dari semua
varibel yang sertai alternatif jawaban pilihan. Responden cukup memberikan tanda
silang(x) dengan apa yang diketahui dan dirasakan sesuai dengan pilihan pertanyaan
yang disediakan.
Selain itu juga menggunakan pendekatan observasi dan wawancara dengan
pelaksana dan juga peserta, juga studi dokumentasi pelatihan baik secara lansung hadir
pada pelatihan juga malakukan studi pada dokumentasi video dan juga pelaporan
kegiatan langsung pada penyelenggara.
5. Pengolahan dan teknik analisis data
Pengolahan dan analisis data terdiri dari beberapa tahap baik menggunakan hasil
14
langsung pada penyelenggara dan peserta. Selain itu juga menggunakan angket pada
peserta pasca pelatihan untuk menganalisis pasca kegiatan.
G. Kerangka Pemikiran
Beberapa premis yang melandasi penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran dalam pelatihan memerlukan suatu kajian khusus yang diarahkan pada
pencapaian keberhasilan performa, sehingga dapat memenuhi kriteria standar dalam
penyelenggaraannya.
2. Perencanaan kegiatan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun, pihak
penyelengaara perlu melakukan asesmen kebutuhan sehingga perekrutan peserta
pelatihan dapat benar-benar sesuai dengan tujuan pelatihan yang telah diprogramkan.
3. Penyusunan program, kurikulum, proses pelaksanaan pelatihan, evaluasi merupakan
faktor-faktor yang turut menentukan terhadap outcomes daripada suatu kegiatan
pelatihan. Serta pemantauan terhadap keluaran dari kegiatan pelatihan tersebut akan
menjadi umpan balik pada lembaga untuk suatu perencanaan dan penentuan
kebijakan lembaga.
4. Penyelenggara perlu memperhatikan proses perencanaan pelatihan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil pelatihan sehingga kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh Muvi
Consulting benar-benar sesuai dengan kebutuhan pelatihannya.
Paradigma ini dibuat untuk memberikan gambaran ruang lingkup dari penelitian
ini. Paradigma penelitian ini mengambil model komponen-komponen penelitian seperti
melakukan pemilahan dan analisis komponen pendidikan pada proses pelatihan
kewirausahaan masa persiapan pensiun di Muvi Consulting.
Gambar 1.1. Paradigma penelitian
H. Sistematika Penulisan
Umpan balik
Input Proses Output Outcome
16
Pembahasan dan penyusunan penulisan tesis ini peneliti membuat rencana
penelitian untuk membagi pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari :
BAB I berisi : Pendahuluan yaitu meliputi latar balakang, identifikasi masalah
dan rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
anggapan dasar, penjelasan istilah, metode penelitian,dan teknik pengumpulan data,
populasi dan sampel, serta sistematika penulisan.
BAB II berisi : Landasan teoritis yaitu konsep yang berhubungan dengan judul
dan permasalahan penelitian .
BAB III berisi : Metode Penelitian yaitu: membahas mengenai metode dan teknik
pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, penyusunan instrument penelitian,
prosedur pengumpulan data serta prosedur pengolahan data.
BAB IV berisi : Pengolahan dan hasil penelitian berisi tentang kondisi objektif
daerah penelitian , gambaran umum responden, penyajian hasil pengolahan data, dan
hasil analisa penafsiran serta pembahasan hasil penelitian.
BAB V berisi : dalam bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran-saran
71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dalam
pelatihan kewirausahaan masa persiapan pesiun PT. Pupuk Kaltim oleh Muvi consulting
Bandung, tentunya mempermudah dalam mencapai tujuan penelitian, peneliti melakukan
serangkaian kegiatan observasi lapangan serta pelaksanaan wawancara. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, disebut
dengan pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah
deskripsi berupa kata-kata tertulis dari responden dan pelaku responden (objek) yang
diamati.
Pendekatan kualitatif dipandang tepat dalam penelitan ini. Penggunaan
pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat menghasilkan suatu gambaran utuh mengenai
permasalahan yang sedang diteliti. Adapun alasan lain pengguanaan metode ini adalah :
1) peneliti mampu mengumpulkan data atau informasi mengenai keadaan sekarang dan
informasi di lakukan subjek peneltian; 2) dapat mempelajari subjek penelitian secara
mendalam dapat informasi secara menyeluruh dan lengkap dari masing-masing subjek
penelitian; 3) penelitian dapat menelusuri tentang pembelajaran dalam pelatihan
kewirausahaan masa persiapan pensiun, (4) penelitian juga mendapatkan gambaran
pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan, bagaimana kesiapan
peserta pelatihan untuk menjalani pensiun.
Studi kasus ini merupakan penelitian yang mendalam mengenai unit kehidupan
social tertentu seperti individu, kelompok, keluarga, lembaga atau masyarakat. Alasan
menggunakan studi kasus dalam penelitan ini karena ingin meneliti secara mendalam dan
utuh dari individu – individu atau lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan
pelatihan di Muvi Consulting, yaitu para peserta diklat, fasilitator, dan penyelenggara
diklat.
B. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap seperti yang dikemukakan oleh
Nasution (2003:33), yaitu: (1) Tahap orientasi; (2) Tahap eksplorasi; dan (3) Tahap
member chek
a. Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan studi pendahuluan dengan tujuan memperoleh informasi
yang seluas-luasnya mengenai hal-hal yang bersifat umum yang berkenaan dengan
masalah penelitian. Pada tahap ini, penulis menciptakan hubungan yang harmonis dengan
responden penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan permasalahan, baik
melihat langsung ke lapangan, berdiskusi dengan pihak-pihak yang terkait, maupun
melalui studi kepustakaan. Selanjutnya, penulis menetapkan subjek penelitian, mencari
73
b. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan tahap mengumpulkan data. Kegiatan yang dilakukan
sudah mengarah kepada hal-hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan fokus
masalah. Informasi yang dikumpulkan tidak lagi bersifat umum, tetapi sudah lebih
mengarah dan terstruktur serta masih terbuka. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan
prinsip penelitian kualitatif, yaitu berusaha memahami makna dari peristiwa manusia
dalam situasi tertentu. Dengan demikian penekananya terletak pada pemahaman yang
timbul dari tafsiran terhadap interaksi, perilaku, dan peristiwa.
Dalam rangkaian ini, wawancara dengan responden dan observasi dilakukan
secara terarah/terfokus, spesifik, dan intensif. Dengan kata lain pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan kepada responden diarahkan pada fokus penelitian, yang diharapkan
memberi jawaban secara spesifik, luas dan komprehensif (mendalam). Di samping
melakukan pengamatan terhadap perilaku lingkungan responden, penulis membuat
catatan lapangan hasil wawancara serta observasi yang diupayakan secara teliti, rinci,
selektif, dan sistematis.
Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk menggambarkan dan menspesifikasikan
data yang diperoleh pada tahap orientasi agar dalam tahap selanjutnya lebih terinci dan
c. Tahap Member Check
Member check dilakukan untuk mengecek kebenaran data yang diberikan, sehingga
data yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya. Menurut Nasution (2003:112) data itu
harus diakui dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi, dan selanjutnya data
tersebut juga harus dibenarkan oleh sumber data atau informan lain.
Pengecekan data ini dilakukan dengan cara tiga cara berikut ini ;
1. Mengkonfirmasikan kembali hasil (data) kepada semua sumber data. Data-data yang
telah di dapatkan dianalisa terlebih dahulu untuk mendapakan keterangan yang jelas
dan faktual, semua data yang dikumpulkan di konfirmasi terlebih dahulu kepada
pihak yang memberikan informasi
2. Meminta hasil koreksi yang telah dicatat dari observasi kepada sumber data.
Data-data yang telah di konfimasi selanjutya adalah dikoreksi, dan semua hasil koreksi di
pilah sesuai dengan data yang diperlukan dalam penulisan.
3. Melakukan triangulasi dengan pihak-pihak yang relevan. Pada tahap ini, data yang
terkumpul dirangkum dan didiskusikan lagi dengan sumber-sumber data yang relevan
untuk mengecek kebenarannya.
Tahapan-tahapan penelitian di atas membentuk sebuah alur penelitian. Alur
penelitian tersebut dibuat sebagai panduan awal penelitian dan akan berkembang sesuai
dengan kondisi yang ditemui di lapangan, untuk memudahkan dalam menjelaskan
rangkaian kegiatan penelitian ini, penulis membuat alur gambaran penelitan yang dapat
Gambar 3. 1 Alur Penelitian
C. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (1987:211) bahwa subjek penelitan adalah : dapat
berupa manusaia atau apa saja yang menajadi urusan manusia sebjek penelitian ini
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sumber informasi dan informan, sumber
informai adalah orang yang media kasus atau yang menceritakan tentang keadaan
dirinya sendiri atau yang memberikan data utama tentang dirinya sendiri, sednagnkan
informan adalah orang yang memberikan infomasi (data) tetang sumber informasi, atau
dapat juga dikatakan bhawa informan adalah subjek yang memberian data pelengkap
tentang sumber informasi yang menyangkut dengan data penelitian, yang menjadi sumber
penelitian disini adalah :
a. Pihak penyelenggara pelatihan
Penulis langsung melakukan observasi dan mewawancari orang – orang yang
sangat berkompeten untuk dimintai keterangan dan data mengenai penyelenggaraan
pelatihan termasuk sistem dan proses pelatihan, dan juga mengenai organisasi Muvi
Consulting itu sendiri, yang menjadi objek penelitian langsung diataranya adalah
Direktur utama Muvi Consulting 1 orang , Asmen operasional pelatihan 1 orang ,
Program officer (penanggungjawab pelaksanaan peltaihan) 1 orang , Trainer (pengajar) /
pelatihan sebanyak 2 orang
77
Dan dari pihak peserta penulis melakukan observasi dan wawancara langung
dengan peserta pelatihan 5 orang, diambil lima peserta ini karena mereka dapat menjadi
bagian reprensentatif dari peserta yang lain dimana kelima peserta itu adalah 1 orang
menjabat level pimpinan, 1 orang menjabat level midle manager, dan 3 orang adalah staff
biasa, dan dari 3 orang ini juga diantaranya 1 orang belum punya usaha sebelumnya, dan
2 orang sudah punya usaha, dari komponen subek penelitian ini diharapkan peneliti bisa
melihat dari berbagai sisi latar belakang peserta.
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Pendekatan penelitian ini adalah kulitataif sehingga yang menjadi instrument
utamanya adalah peneliti sendiri. Artinya, peneliti berperan sebagai instrument penelitian
yang dapat menentukan kelancaran, keberhasilan, hambatan atau kegagalan dalam upaya
pengumpulan data. Sejalan dengan pendapat Meleong, Lexy J. (1993:102) yang
mengemukakan bahwa peneliti sebagai instrument harus berupaya penerapkan
rambu-rambu, yaitu peneliti harus memahami latar belakang penelitian, mempersiapkan diri,
meyakini hubungan di lapangan dan melibatkan diri sambil mengumpulkan data.
Peneliti berupaya semaksimal mungkin memahami, mendalami dan menerapkan
rambu-rambu yag telah dikemukakan tersebut agar tujuan penelitian dapat dicapai secara
maksimal. Proses pengumpulan datanya mengutamakan persfektif emic, artinya
me-mentingkan pandangan subjek penelitian, yaitu bagaimana mereka memandang dan
Upaya mengungkap karakteristik penelitian melalui pendekatan kualitatif, maka
tehnik pengumpulan data yang gunakan adalah observasi, wawancara dan studi
dokumentasi.
a. Tehnik wawancara
Teknik wawancara digunakan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan secara
lisan atau Tanya jawab kepada responden untuk memperolah informasi/data yang
dijadikan data utama dari lapangan. Peneliti mengadakan wawancara lansung dengan
responden tentang pembelajaran dalam pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun
yang meliputi : sistem penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun,
hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan, bagaimana
kesiapan peserta pelatihan untuk menjalani pensiun. Adapun yang di wawancara adalah
Direktur Utama Muvi Consulting, Asmen operasional, program officer, 2 orang trainer
dan 5 peserta pelatihan. Adapun materi wawancara adalah tentang sistem penyelenggaran
pelatihan, sistem pembelajaran dalam pelatihan, hasil pembelajaran pada perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, dan bagaimana kesiapan peserta pelatihan untuk
menjalani pensiun. (materi wawancara terlampir).
b. Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sitematik
fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi menjadi penelitian ilmiah apabila: 1) mengacu kepada
tujuan dan sasaran penelitian yang akan dirumuskan; 2) direncanakan secara sitematik; 3)
dicatat dan dihubungkan secara sitematik dengan proposisi-proposisi lebih umum dan; 4)
79
Dalam melakukan observasi, seorang peneliti yang menggunakan pendekatan
kualitatif perlu melibatkan diri dalam kehidupan subyek. Keterlibatan ini sedikit banyak
disebabkan oleh hubunganya dengan subyek itu. Peneliti berusaha menangkap proses
interpretatif dengan tetap menjaga jarak seperti yang dilakukan oleh apa yang disebut
pengamat “obyektif” serta menolak untuk berperan sebagai unit yang berfungsi (acting
unit) (Furchan, 1992: 26-27).
Observasi merupakan tehnik bagaimana mengumpulkan data penelitian dengan
melakukan pengamatan lansung pada objek yang diteliti dengan tujuan untuk mengetahui
sistem penyelenggaraan pelatihan. Selain itu juga sistem pembelajaran dalam pelatihan
meliputi proses pembelajaran, hasil pembelajaran pelatihan pada perubahan pengetahuan
sikap dan keterampilan, dan kesiapan peserta pelatihan menjelang pensiun. Observasi ini
dilakukan dengan observasi partispatif, dimana peneliti mengikuti proses pelatihan
kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim dari mulai awal kegiatan
hingga sampai akhir kegiatan.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data/infromasi yang diperoleh
dari wancara dan observasi, studi dokumentasi ini khusus ditujukan untuk memperoleh
data dari penyelengaraan tentang arsip penyelenggaraan, serta dokumen hasil
perencanaan yang telah dilaksanakan kemudian dokumentasi pembelajaran yang dibuat
oleh trainer selain itu dokumen yang digunakan adalah pedoman diklat, materi diklat,
E. Pengelolaan dan Analisis Data
Pada dasarnya kegiatan pengelolaan dan analisis data dalam penelitan kualitatif
dimulai sejak pengumpulan data dilakukan, namun analisis tersebut masih brsifat parsial,
sedangkan analisis yang diharpakan adalah analisis yang brsifat konteksual. Untk
memperoleh anlisis yang bersifat kontekstual, maka langkah-langkah analisis data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasala dari hasil wawancara,
observasi dan studi dokumentasi, serta triangulasi.
b. Mengelompokan data yang sejenis
c. Menyusun data sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian
d. Mengalisisi hubungan data yang satu dengan yang lain
e. Memberikan komentar berupa tanggapan, dan tafsiran terhadap data secara
konteksual.
f. Mendeskripsikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan umum, sekaligus
meyusun temuan-temuan penelitan, baik yang berhubungan dengan
persmaslahan penelitian mapun tidak.
g. Menyusun temuan yang berupa gagasan yang bersifat inovasi
h. Menyimpulkan laporan penelitian secara umum.
Perlu dikumukakan, bahwa hasil peneltian yang telah diolah dan dianalisis
tersebut harus memiliki keabsahan yang tinggi, untuk menentukan keabsahan tersebut,
81
a. Kredibilitas
Kredibilitas adalah ukuran kebenaran dalam penelitian kualitatif kredibilitas ini
disebut juga degan validitas internal. Kredibilitas dalam suatu penelitian adalah keadaan
diamana terjadi kecocokan antara konsep peneliti dengan konsep yang terdapat dalam
responden. Peneliti dalam memenuhi kriteria krdibilitas dilakukan dengan cara
mengadakan beberapa tahapan penelitian supaya hasil penelitian memiliki keabsahan
yang akurat diantaranya adalah :
1. Mengadakan triangulasi yaitu mencocokan kebenaran data dengan cara
membandingkan hasil temuan antara satu teknik pengumpulan data dengan teknik
lainnya.
2. Melakukan member check di mana setelah mengadakan observasi dan
wawancara dilakukan penelitian kembali, kesesuaian dan kebenaran data yang
diberikan informan atau meminta penjelasan dan informan baru.
3. Debriefing, yaitu dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat (debriefer).
Melalui diskusi ini banyak diterima saran-saran dan masukan-masukan untuk
perbaikan hasil penelitian berkenaan dengan data yang diperoleh. Diskusi ini
peneliti lakukan dengan beberapa orang guru yang sudah mengetahui dan
memahami latar dan konteks objek penelitian.
4. Quasi–statistics, laporan kualitatif memerlukan dukungan kuantitatif, yaitu
melaporkan alasan pemakaian data-data kuantitatif untuk menarik sejumlah
mendukung klaim keterlibatan statistik, tetapi juga membantu menghitung
bukti-bukti dari lapangan yang mungkin berpotensi sebagai data atau temuan yang
mengancam kredibilitas penelitian.
b. Depentabilitas
Depentabilitas adalah nilai konsistensi dari hasil penelitian, bahwa apakah hasil
penelitian tersebut bila dilakukan lagi apakah hasilnya tetap sama, jadi depentabilitas
adalah merupakan tingkat konsistensi dari fenomena atau permasalahan yang ditelaah.
Pada dasarnya bahwa fenomena atau kenyataan social bersifat unik dan tidak stabil
sehingga sangat sulit utuk direkonstruksi kembali seperti semula. Namun untuk
mengantisipasi hal tersebut, serta untuk meyakinkan keabsahan hasil penelitian, maka
peneliti melakukan pemerikasaan untuk meyakinkan bahwa apa yang dianalisis dan
dilaporkan dalam laporan peneltian ini memang demikian adanya, untuk
mempertahankan kebenaran dan objektifitas hasil penelitian, maka pengolahan dilakukan
dengan delapan langkah diatas.
c. Transferbilitas
Transferbilias adalah tingkat keterpakaian hail peneltian oleh orang atu pihak lain
yang ingin mengembangan kegiatan yang sejenis atau juga popular digunakan dalam
penelitian kuantitatif dengan istilah valitidias
1. Mengingat luas dan kompleksnya permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan
pelatihan maka bagi peneliti lain disarankan untuk mengadakan penelitian yang
83
pelatihan, hal ini mengingat bagian yang paling menentukan antara dan sebagai
penentu arah dalam manajemen adalah perencanaan
2. Mengingat penelitan ini hanya pada upaya untuk menggambarkan dan mengkaji
tentang pengelolaan pelatihan, disarankan untuk mendapatkan penelitian tentang
sejauh mana pengelolaan pelatihan dilakukan dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran dalam pelatihan. Transferbiltias ini sangat bergantung pada pemakai
(user ) dalam han menyangkut dan kondisi tertentu.
d. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas adalah berkaitan dengan tingkat objektifitas hasil penelitian yang
dilakukan.mengingat penelitian adalah istrumen utama dalam pengumpulan data maka
tingkat objektivitasnya sangat bergantung pada sikap objektif peneliti itu sendiri, dalam
penelitian ini peneltiti selalu menjungjung tinggi sikap objektivitas semaksimal mungkin,
melalui penggunaan metode dan teknik pengumpulan data yang tepat dan sesuai dengan
objek kajian serta pendekatan dalam penelitian.
F. Tahap Pelaporan
Laporan penelitian disusun setelah selesai pengolahan dan analisis data diakukan,
karena pada dasarnya penyusunan laporan hasil penelitian yang dimaksud disini adalah
menyangkut tentang penulisan tesis sebagai karya ilmiah, dalam mengalisis data untuk
a. Reduksi Data
Langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan reduksi data, hal ini
diakukan untuk mempermudah bagi peneliti memahami dan menelaah data yang telah
dikumpulkan, yaitu dilakukan dengan cara mencakup aspek-aspek dan permasalahan
yang diteliti, sehingga mempermudah untuk menganalisis, dalam hal ini menganalisis
pembelajaran dalam pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim
oleh Muvi Consulting. Dalam mereduksikan data tersebut peneliti menyusun dan
merangkum secara sistematis persalah pokok yang berkaitan dengan focus peneltiain
sehingga akan jelas polanya, untuk itu dalam penyajian data hasil penlitian menyajkan
berdsarakan aspek-aspek yang akan ditelaah, setelah itu peneliti akan dapat kesimpulan
sehingga data yang terkumpul memiliki makna teksutal dan kontekstual.
b. Penyajian Data
Untuk memudahkan pemahaman terhadap aspek-aspek yang telah direduksi,
maka aspek-aspek tersebut dijasajikan secara singkat dan jelas, baik bagian demi bagian
maupun keseluruhanya, penyajian ini akan dijadikan sebagai dasar untuk menafsirkan
dan mengambil kesimpulan hasil penelitian.
c. Verifikasi dan pengambilan keputusan
Verifikasi adalah kegiatan mempelajari data yang telah direduksi dan disajikan
pada langkah sebelumnya, dan dengan pertimbangan yang terus menerus sesuai dengan
perkembangan data dan fenomena yang ada di lapangan, yang pada ahirnya
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Pada bab terdahulu telah di deskripsikan dan di analisa data-data mengenai
pelaksanaan model pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun bagi karyawan PT.
Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting. Maka pada bab ini peneliti
membuat kesimpulan, implikasi, rekomendasi dan keterbatasan penelitian.
A. Kesimpulan
Hasil analisis kualitatif penelitian ini menunjukan bahwa model pelatihan masa
persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang telah dilaksanakan oleh Muvi Consulting
telah mendekati kebenaran teori, karena telah melalui tahapan-tahapan yang sistematis
berdasarkan kebutuhan sistem pelatihan tersebut.
1. Model Pelatihan Kewirausahaan Pensiun.
Model Kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang
diselenggarakan oleh Muvi Consulting, menggunakan model 3 langkah, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan tahapan
yang dilakukan adalah (1) identifikasi kebutuhan pelatihan, (2) penentuan tujuan
program, (3) penentuan kurikulum, (4) penentuan materi dan silabus materi, (5)
penentuan metode pelatihan, (6) penentuan media pembelajaran, (7) recruitment peserta,
153
penentuan tempat dan waktu pelatihan, (2) penentuan fasilitas pelatihan, (3)
penyampaian materi, (4) pengendalian pelatihan. Pada tahap evaluasi, meliputi (1)
evaluasi pelaksanaan, (2) evaluasi pemateri, (3) evaluasi peserta.
Model pelatihan ini sejalan dengan pendapat Simamora (2001:296) membagi
model pelatihan kedalam tiga tahapan: yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan
tahap evaluasi. Model ini juga sejalan dengan pendapat William B.Werther dan Keith
Davis (Zawawi 2000 : 24) beliau mengemukakan bahwa langkah-langkah pelatihan
terdiri dari : pertama, menilai kebutuhan pelatihan, kedua, menentukan tujuan pelatihan,
ketiga menentukan isi program dan prinsip-prinsip belajar, Keempat, melaksanakan
program pelatihan dan kelima, evaluasi.
2. Proses Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun
Inti dari kegiatan sebuah pelatihan adalah proses penyelenggaranya, karena
meskipun desain pelatihanya bagus, tetapi jika proses penyelenggaraanya tidak baik
maka bisa membuat pelatihan tidak menghasilkan output dan outcome yang diharapkan.
Proses penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT.
Pupuk Kaltim ini berjalan dengan baik sesuai sekenario pelatihan yang telah disiapkan,
ini ditandai dengan berberapa testimoni dari peserta pelatihan yang menganggap
pelatihan ini sangat bermafaat bagi mereka. Proses penyelengaraan pelatihan ini
tentunya sangatlah rinci proses-prosesnya namun tetap bisa digambarkan dalam
a. Perencanaan pelatihan
Proses perencanaan pelatihan khususnya mengenai identifikasi masalah, yang
dilakukan oleh Muvi Consulting adalah dengan cara menduga kebutuhan-kebutuhan
dari peserta pelatihan, dan ditambah dengan wawancara bagian marketing dengan klien
atau perusahaan yang akan mengirimkan peserta pelatihan dari sinilah didapatkan
permintaan-permintaan atau kebutuhan perusahaan terhadap program yang akan
dijalankan.
Perencanaan pelatihan pensiun yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting
selalu berlandaskan pada hasil analisis identifikasi kebutuhan peserta pelatihan yang
akan mendekati masa pensiun. Rancangan program pelatihan kewirausahaan masa
persiapan pensiun menggunakan langkah-langkah perencanaaan melalui tiga tahapan,
yaitu tahap pertama persiapan menyusun program pelatihan meliputi identifkasi
pengkajian kebutuhan pelatihan, perumusan tujuan pelatihan, dan rekruitment peserta
pelatihan. Tahap kedua adalah menentukan tujuan pelatihan, metode, materi pelatihan
dan media pembelajaran, tahap ketiga menentukan jadwal kegiatan, fasilitas pelatihan
serta sumber dana yang digunakan untuk membiayai seluruh proses kegiatan pelatihan
ini.
Perencanaan pada penyelenggaraan program pelatihan kewirausahan masa
persiapan pensiun dilakukan dengan maksud untuk memperoleh suatu kejelasan tentang
gambaran pelaksanaan pogram pelatihan secara keseluruhan. Perencanaan akan
mengarahkan strategi pelaksanaan kepada tujuan pelatihan, output dan outcome
155
b. Penyelenggaraan pelatihan
Tujuan utama pelaksanaan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
pelaksanaan pelatihan kewiruasahaan masa persiapan pensiun ini menggunakan sebuah
pendekatan pelatihan yang mengkolaborasikan suasana pelatihan dengan kehidupan
sehari-hari yaitu sebuah proses pembelajaran yang berasal dari pengalaman atau belajar
sambil bekerja yang biasa disebut learning by doing. Pendekatan terapi juga diberikan
supaya peserta dapat merasakan langsung manfaat dari pelatihan, khususnya
materi-materi yang bersifat psikologis. Materi kewirausahaan peserta diberikan contoh-contoh
yang usaha yang mudah untuk dijalankan dan pandu oleh pemateri dari kalangan
pengusaha bukan dari pekerja, sehingga materi yang disampaikan bersifat praktis dan
mudah diaplikasikan.
Hasil observasi yang peneliti lakukkan dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan
pelatihan kewirausahaan MPP ini telah dilaksanakan sesuai ketetapan yang dirumuskan
sebelumnya dalam perencanaan pelatihan. Keadaan ini dapat dilihat dari kelancaran pada
penyelenggaraan program pelatihan dan testimoni dari peserta pelatihan yang
menyatakan bahwa pelatihan ini sangat baik dan bermanfaaat bagi mereka.
c. Evaluasi pelatihan
Berkenaan dengan evaluasi pelatihan aspek yang dievaluasi pelatihan ini adalah
mengenai evaluasi program kegiatan, tempat, fasilitas, fasilitor, materi dan pemateri,
sedangkan evaluasi yang dilakukan terhadap peserta tidak dilakukan dengan khusus
Muvi Consulting hanya mengandalkan dari kesan pesan peserta terhadap pelatihan,
Program pelatihan kewirauahaan masa persiapan pensiun secara keseluruhan
telah dilaksanakan dengan benar sesuai prosedur pelatihan meskipun ada kekurangan
dalam proses evaluasi pelatihanya.
3. Proses Pembelajaran Pelatihan Kewirausahaan Masa persiapan pensiun
Proses pembelajaran pelatihan dalam pelatihan ini mengunakan pendekatan
pembelajaran orang dewasa dengan pendekatan pada pembelajaran kontekstual dan
pembelajaran partisipatif.
Pola pembelajaran yang dilakukan dalam pelatihan ini, tidak hanya
memperhatikan dari segi motodologinya. Mereka juga sangat memperhatikan suasana
kelas, penataan kelas, aspek visual dan media pembelajaran. Penyelenggara sangat
memahami akan konsep pembelajaran yang bisa diterima oleh otak yaitu visual, kinestik
dan audiotory. Proses pembelajaran ini kombinasikan dengan metode pembelajaran
partisipatif dimana peserta aktif terlibat dalam setiap aktivitas, sedangkan
materi-materi pelajaran di sampaikan dengan gaya pembelajaran kontekstual, sehingga proses
ini sangat membatu peserta untuk memahami pelajaran dengan lebih cepat.
Strategi pembelajaran yang dilakukan adalah, customer fokus yaitu
penyelenggara sangat memperhatikan kepuasan pelangganya, kedua grab your audience
yaitu pelatihan ini dirancang sedemikian rupa sehingga peserta langsung larut dalam
materi pelatihan. Pembelajaran dilengkapi dengan suara-suara musik pengiring materi
157
Strategi berikutnya adalah transplantation learning konsep pembelajaran ini
dipakai intuk mensiasati waktu pembelajaran yang pendek tetapi mereka harus bisa
usaha yaitu dengan model kemitraan dan pematerinya juga adalah harus pengusaha
bukan pekerja. Strategi pembelajaran lainya adalah learning therapeutic, dimana
peserta diberikan terapi-terapi langsung tidak hanya teori mengenai pengendalian emosi
tapi langsung diterapi dengan pendekatan hypnotherapy dan Emotional Freedom
Technic.
4. Hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Tujuan utama pelatihan adalah melakukan sebuah perubahan pengetahuan, sikap
dan ketermpilan, dari tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tadinya tidak mampu menjadi
mampu. Peserta pelatihan diberikan berbagai materi dan juga pencerahan mengenai
kewirausahaan, di dalam proses pembelajarannya dilengkapi dengan pendekatan
koseling satu persatu peserta melakukan konseling bisnisnya, ini dilakukan untuk
memberikan pengetahuan baru dan pemantapan dalam wirausaha.
Hasil observasi dan wawancara dengan peserta pelatihan di dapatkan bahwa
mereka sangat antusias mengikuti semua materi yang disampaikan, dan merekapun
mendaptakan pencerahan yang positif. Hasil wawancara dapat diungkap bahwa mereka
ada yang baru kali ini belajar tentang wirausaha, karena sebelumnya mereka hanya
mendapatkan seminar atau pelatihan yang hanya berhubungan dengan pekerjaanya saja.
Peserta ini merasa mendapatkan pembelajaran yang berharga untuk persiapan pensiunya
Perubahan sikap peserta setelah mendapatkan pembelajaran adalah sangat positif
dimana peserta dalam belajar ini diberikan paradigma-paradigma mengenai hakikat
kehidupan, hakikat rizki dan juga hakikat pensiun, sehingga secara kontekstual mereka
lebih bisa menyadari akan pensiunnya. Materi motivasi-motivasi wirausaha juga
diberikan dengan sangat lugas dan praktis, sehingga peserta mendapatkan pencerahan
dengan lengkap lagi mengenai wirausaha dan secara mental mereka mendapatkan
motivasogram pelatihan yang singkat tapi bisa menunjukan mereka pada jalan bisnis
yang benar seuai dengan minat dan bakatanya. Program ini disebut assemement talent
mapping (penelusuran minta dan bakat usaha) program ini sangat membantu peserta
pelatihan untuk menemukan jalan yang tepat kalau suatu saat akan memulai usaha, dan
menemukan usaha mana yang tepat sesuai dengan potensi dirinya.
5. Kesiapan peserta pelatihan untuk menjalani pensiun
Tujuan inti dari pelatihan ini adalah untuk memberikan pembekalan sebelum
memasuki masa pensiun, sehingga di dalam model pelatihan ini. Penyelenggara
memberikan materi-materi pelatihan yang bersifat membantu peserta untuk
mendapatkan pembekalan-pembekalan secara psikologis, mental dan juga spiritual.
Hasil wawancara dengan peserta pelatihan didapatkan berbagai macam kesan, mengenai
pelatihan ini, secara umum mereka berpendapat dengan pelatihan ini jauh lebih siap
lagi untuk pensiun, dibandingkan sebelum mereka mengikuti pelatihan.
Secara spiritual juga mereka lebih siap lagi karena mendapatkan pencerahan
mengenai hakikat rizki dan juga pembiasaan-pembiasaan ibadah yang di pandu oleh
159
bahwa mereka jau lebih siap dan ikhlas lagi, ada yang menyampaikan siap tidak siap
tetap saja pensiun akan terjadi, ikhlas tidak ikhlas tetap saja pensiun pasti terjadi, jadi
peserta memilih untuk lebih ikhlas lagi menjalani pensiun ini.
Data mengenai kewirausahaan dapat di ungkapkan bahwa mereka merasa
mendapatkan pencerahan mengenai tahapan-tahapan memulai bisnis. Peserta pelatihan
mendapatkan panduan bagaimana memilih usaha dengan tepat sesuai dengan karakter,
atau bakatnya. Program ini sangat membantu peserta pelatihan untuk menemukan bisnis
yang sesuai dengan hobi dan bakatnya. Mereka jauh lebih siap lagi untuk pensiun dan
usaha selepas pensiun, apabila dibandingkan dengan sebelum mengikuti pelatihan ini.
B. Implikasi penelitian 1. Implikasi teoritis
Temuan peneliti terhadap model pelatihan kewirausahaan masa persiapan
pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting dapat
memberikan mafaat bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis seperti
misalnya dampak pelatihan terhadap kesiapan untuk pensiun atau juga yang ingin
meneliti lebih jauh bagaimana pengaruh pelatihan terhadap parktek wirausaha pasca
pelatihan.
2. Implikasi praktis
Muvi Consulting telah berhasil menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan masa
persiapan pensiun, hal ini dapat di lihat dari bervariasinya materi-materi yang
disampaikan yang telah dicantumkan dalam pelatihan., dengan disesuaikan pada
beberapa kali diselenggarakan oleh Muvi Consulting dengan peserta pelatihan yang
berbeda.
Penyususnan program pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun telah
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pelatihan yang efektif dan professional dimulai dari
perencanaan. SDM penyelenggara pelatihan yang terlibat langsung pada pelatihan
tersebut adalah individu yang memang memiliki kompetensi dibidangnya.
Berdasarkan uraian diatas maka temuan penelitan ini diharapkan memberikan
implikasi terhadap kepentingan praktis, yaitu dijadikan pendoman bagi pelatihan yang
ingin mencoba menyelenggarakan model pelatihan sejenis.
C. Rekomendasi
Kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini menjadi dasar untuk hadirnya
beberapa rekomendasi yang penulis tujukan kepada pihak-pihak terkait rekomendasi
ditujukan kepada:
1. Penyelengara pelatihan.
Proses pelatihan hendaknya memperhatikan langkah-langkah pembelajaran, ada
delapan langkah yang harus diperhatikan dalam pembelajaran khususnya dalam
pelatihan, (1) identifikasi kebutuhan pembelajaran, (2) tujuan pembelajaran (3)
kurikulum pembelajaran, (4) materi pembelajaran, (5) metode pembelajaran, (6)
media pembelajaran, (7) sarana dan prasarana, (8) evaluasi pembelajaran. Berikut ini
adalah beberapa catatan yang menjadi rekomendasi penulis untuk penyelenggara
161
Pembagian waktu yang ada hendaknya penyelenggara membuat jadwal dan
sekenario pelatihan yang bisa dipahami oleh semua pihak, dan didalam skenario
pelatihan apabila ada perubahan-perubahan tidak merusak acara secara keseluruhan.
Porsi kegiatan dalam pelatihan ini sarat akan materi sehingga waktu untuk praktek
sangat kurang, pada saat kunjungan usaha dan praktek lebih terkesan rekreasi asal
memenuhi target, sehingga penulis merekomendasikan untuk pengaturan materi dan
praktek lebih seimbang lagi.
Konten pelatihan akan lebih baik jika materi difokuskan pada satu bidang khusus
misalnya, pelatihan kewirausahaan warung, pelatihan budaya ikan, atau peternakan sapi,
karena pelatihan dengan waktu yang 5 hari harus memasukan berbagai macam materi
meliputi aspek psikologi, bisnis, keuangan, kesehatan dan lain-lain. Pihak
penyelenggara bisa membagi dengan dua waktu misalkan tahap basic pelatihan
kewirausahaan dalam tahap motivasi dan mental kesiapan untuk pensiun. Pada tahap dua
diberikan pelatihan khusus bidang usaha yang akan di lakukan peserta pelatiha. Tahap
ketiga adalah dilakukan coaching atau pendampingan usaha, sehingga peserta pelatihan
akan terbimbing dengan baik dari awal sampai mereka mandiri dan berkembang.
Evaluasi pelatihan Muvi Consulting telah melakukan evaluasinya dengan cara
membaca dari kesan dan pesan dari pelatihan, dan yang di evaluasi lebih lengkap lagi
adalah evalusi untuk pemateri dan instruktur, selain itu juga evaluasi yang lengkap
dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan.
Komponen pelatihan terdiri penyelenggara, pemateri dan peserta pelatihan,
komponen itu harus dievaluasi, guna melihat sejauh mana efisiensi waktu dan
efektifitas pelatihan terhadap perubahan perilaku positif yang sesuai dengan tujuan
pelatihan.
Evaluasi pelatihan kewirausahaan jauh baik baik lagi, apabila selain
mengevaluasi dari perubahan sikap dan perilaku, juga mengevaluasi sejauh mana peserta
memiliki kemampuan dalam memulai usaha dan mengembangkan usahanya, apabila
dalam pelatihan kewirausahaan itu mereka membuat produk, maka produk yang
dihasilkan seharusnya dievaluasi juga, apakah punya nilai jual atau tidak, apakah
produk yang dihasilkan oleh peserta pelatihan laku di pasaran atau tidak.
Evaluasi seperti ini dapat memberikan masukan kepada Muvi Consulting sebagai
penyelenggara untuk melakukan evaluasi menyeluruh dengan baik, dari data evaluasi
ini juga bisa dipakai untuk mengambil keputusan perbaikan penyelenggaran pelatihan
berikutnya.
2. Pelatih (pemateri
Kepada pelatih hendaknya materi yang disampaikan adalah disertai
contoh-contoh yang konkrit atau dalam kehdiupan sehari-hari, untuk simulasi-simulasi
pelatihan hendaknya benar-benar disesuaikan dengan tujuan pelatihan dan selalu
memperhatikan waktu. Supaya porsi waktu inti materi yang disampaikan tidak terlalu
banyak diambil oleh simulasi-simulasi pelatihan. Pembelajaran kepada orang dewasa
sangat ditentukan oleh suasana keakraban pelatih dengan peserta, sehingga jauh sebelum
memberikan materi hendaknya pelatih membangun keakraban terlebih dahulu dengan
163
Pembelajaran dengan iringi musik di dalam materi pelatihan sangat baik untuk
memberikan suasana yang nyaman. Musik mampu memberikan warna pelatihan jadi
lebih menarik, namun hendaknya pemateri perlu memperhatikan peserta yang tidak suka
dengan suara musik, apalagi jika musik yang dijadikan pengiring pada materi pelatihan
tidak sesuai dengan materi, musik ini bisa mengganggu konsentrasi belajar peserta
pelatihan.
3. Peserta pelatihan.
Pelatihan kewirausahaan ini hanya dilakukan dalam waktu efektif 5 hari, dari
jumlah waktu yang dipakai untuk memberikan sebuah pembelajaran kewirausahaan dari
sisi waktu sangat terbatas. Pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya, sebainya peserta
memilih untuk konsetrasi belajara, untuk itu pekerjaan-pekerjaan yang kantor yang di
delegasikan dulu kepada staff-nya, atau berikan kepada pimpinannya agar mereka
diberikan penggati yang akan mengerkajakan aktivitas kantornya.
Metode pelatihan yang di selenggarakan sangat baik yaitu dengan membuat
kemitraan dengan para pengusaha jadi apabila ingin melajutkan pembelajaran yang
lebih rinci dan lebih teknis lagi jauh lebih baik jika warga belajar mengikuti program
lanjutan yang di selenggarakan oleh Muvi Consulting.
Program lanjutan sangat penting karena di materi-materi yang disiapkan
merupakan materi yang tepat untuk para pengusaha pemula. Program ini selenggaran
untuk melengkapi pelatihan sebelumnya, dan berfungsi untuk membimbing bagaimana
4. Peneliti selajutnya
Penelitian ini diperoleh berdasarkan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus yang menekankan pada model pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun,
khususnya pada proses penyelenggaraan pelatihan, peneliti menyadari bahwa penelitian
ini memiliki keterbatasan antara lain subjek penelitian terbatas pada model dan proses
penyelenggaraan pelatihan. Penelitian terbatas pada kasus di satu lembaga pelatihan.
Lokasi penelitian hanya pada satu lembaga pelatihan. Sasaran penelitian hanya pada
satu angkatan pelatihan dan peserta pelatihan dalam satu anggkatan ini sangat beragam
ada staff ada juga level pimpinanya.
Peneliti selanjutnya seyogyanya melakukan penelitian secara lebih luas baik dari
pengembangan pendekatan penelitian, maupun dari kajian yang lebih mendalam
terhadap fokus permasalahan penelitian yang sama, terutama dalam pengembangan
model pelatihan kewirausahan yang betul-betul bisa di jalankan oleh peserta setelah
selesai pelatihan, oleh karena itu kepada peneliti selanjutnya disaranakan menggunakan
subjek dan wilayah penelitian yang lebih luas.
Peneliti selanjutnya diharapakan dapat mengembangkan penelitian tentang
dampak program pelatihan kewirausahaan masa pensiun terhadap keberhasilan peserta
pelaihan dalam memulai usaha, mengembangkan usaha dan keberlangsungan
vii PENSIUN SEBAGAI FENOMENA SOSIAL DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN MASA PERSIAPAN PENSIUN A. Pensiun Sebagai fenomena Sosial……… 17
B. Kewirausahaan Untuk Masa Pensiun ………....27
C. Pembelajaran dalam Pelatihan Kewirausahaan Pensiun ……….……..…32
D. Pelatihan Sebagai salah satu Model Pembelajaran PLS………52
vii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian….……… 71
B. Tahapan Penelitan ………..…72
C. Sumber Data ………76
D. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ……….77
E. Tahap Pelaporan ……….83
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Muvi Consulting ……….…85
B. Deskripsi Data Penelitian ……….…93
C. Pembahasan dan Temuan Hasil Penelitian ……….………111
BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan………..152
B. Implikasi Penelitian ………159
C. Rekomendasi ………...………160
DAFTAR PUSTAKA………...166
LAMPIRAN-LAMPIRAN………..169
165
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, D (2001) Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif .Bandung: Falah Production.
--- (2007) Manajemen dan Sistem Pelatihan .Bandung: Falah Production.
--- (2004) Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.
--- (2006) Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah .Bandung: PT.Rosda
Abdulhak, I. (1995). Metodologi Pembelajaran dalam Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: Cipta Intelektual.
--- (1996). Strategi Menbangun Motivasi Dalam Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Percetakan AGTA Manunggal Utama.
Arif, Z (1990). Andragogi.Bandung. Angkasa.
---, dkk. (1981). Suatu Petunjuk Untuk Pelatih dalam Pendekatan Andragogi:Konsep, Pengalaman, dan Aplikasinya. BPKB Jayagiri.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Gaffar, M. Fakry. (1993). Manajemen Pelatihan. Diklat Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Bandung.
Iryanto, T. (1996). Kamus Bahasa Indonesia Surabaya: Indah.
166
Kartini, K. (1990). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung Mandar Maju.
Moekizat. (1998). Perencanaan Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Mondar Maju.
Moleong, L. (1996) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nasution. MA. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, S. (1991). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Roestamsjah. (1998). Dimensi Manusia dalam Pembangunan Berkelanjutan Jakarta : LIPI.
Saleh Marzuki. (1992). Strategi dan Model Pelatihan: Suatu Pengetahuan Dasar Bagi Instruktur dan Pengelola Lembaga Latihan, Kursus dan Penataran. FIP IKIP Malang.
Siagian, S. P. (1998). Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi.Jakarta: Bumi Aksara.
Simamora, H. (2001). Pengembangan Sumber Daya Manusia. – Edisi Kedua. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Soekidjo, N ( 1992). Pengembangan Sumber Daya Manusia . Jakarta Rineka Cipta.
Surakhmad, W. (1989). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik, Bandung : Tarsito.
Suruana, ( 2004). Kewirausahaan ; Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Bandung: Salemba Empat.
Sudrajat, I. (2005). Training Of Trainer. Bandung: lab. Kesejahteraan Sosial UNPAD
Sudjana, D (2001) Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production.