Elly Hafsah, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA
Konsentrasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjutan
Oleh: ELLY HAFSAH
1102576
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA
Elly Hafsah, 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS
Oleh Elly Hafsah S.Pd UPI Bandung, 2000
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA
© Elly Hafsah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Elly Hafsah, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing
Pembimbing I
Dr. Wawan Setiawan, M.kom.
NIP. 196601011991031005
Pembimbing II
Dr. Ida Kaniawati, M.Si.
NIP. 196807031992032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI,
Elly Hafsah, 2013
BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
MATERI FLUIDA STATIS
(Elly Hafsah ,1102576)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa sebagai hasil penerapan Pembelajaran Learning cycle 7E berbantuan komputer, serta mendapatkan gambaran mengenai tanggapan guru dan siswa mengenai Pembelajaran Learning cycle 7E berbantuan komputer. Penelitian dilakukan dengan membandingkan model pembelajaran Learning cycle 7E berbantuan komputer dan model learning cycle 7E tanpa bantuan komputer. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain “Pretest -Posttest control group design yang dilaksanakan di kelas XI salah satu SMA di kota Cimahi pada tahun pelajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes awal dan tes akhir untuk penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis, lembar observasi untuk keterlaksanaan pembelajaran dan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model learning cycle 7E berbantuan komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan model learning cycle 7E berbantuan komputer secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi fluida statis dengan nilai <g> sebesar 0,65 dibandingkan pembelajaran fisika dengan model learning cycle 7E tanpa bantuan komputer dengan nilai <g> sebesar 0,45. Sedangkan untuk keterampilan berpikir kritis <g> untuk kelas dengan pembelajaran learning cycle 7E berbantuan komputer sebesar 0,68 dan <g> kelas dengan pembelajaran learning cycle 7E tanpa bantuan komputer sebesar 0,44. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran learning cycle 7E berbantuan komputer ini pada umumnya positif. Disimpulkan bahwa pembelajaran pembelajaran learning cycle 7E berbantuan komputer secara signifikan lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran fisika learning cycle 7E tanpa bantuan komputer.
Elly Hafsah, 2013 BAB II MODEL LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN KOMPUTER,
PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KONSEP FLUIDA STATIS
A. Model Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer... 1. Model Learning cycle 7E berbantuan komputer ...
a. Tahapan pelaksanaan dalam Model Learning cycle 7E ... b. Kelebihan dan Kelemahan Model Learning cycle 7E... 2. Pembelajaran Berbantuan Komputer... 3. Penggunaan Media Komputer pada Pemebelajaran Learning
cycle 7E... B. Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran Fisika...………... C.Keterampilan Berpikir Kritis ……… ... D.Kaitan Model Learning Cycle 7e dan hubungannya dengan
Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep... E. Deskripsi Materi Fluida Statis ………. F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ...
11
A.Metode dan Desain Penelitian ………. B.Subjek Penelitan ……….. H.Hasil Analisis Ujicoba Instrumen ……… I. Teknik Pengolahan Data Hasil Instrumen Tes...
Elly Hafsah, 2013
A.Peningkatan Penguasaan Konsep
1. Deskripsi Data Penguasaan Konsep Fluida Statis ... 2. Deskripsi Peningkatan Penguasaan konsep untuk Setiap Ranah
B.Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis
1. Deskripsi Data Tes Keterampilan Berpikir Kritis ………….. 2. Deskripsi Peningkatan keterampilan Berpikir Kritis
Berdasarkan indikator Berpikir Kritis ……… 3. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Learning Cycle
7E berbantuan komputer ……….
71 82
84
87
91
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ………..
B.Saran ………
93 94
DAFTAR PUSTAKA ……… 95
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dikatakan
bahwa pembelajaran fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi dalam
proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung,
untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Nasution dalam Fezi (2009) berpendapat bahwa sains,
termasuk fisika, merupakan ilmu dasar yang wajib diketahui oleh setiap manusia
sampai taraf penguasaan tertentu yang memungkinkan digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran IPA, yang
secara umum menurut KTSP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: 1)
Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan yang Maha Esa; 2)
Memupuk sikap ilmiah, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama
dengan orang lain; 3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan
masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan
merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data,
serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; 4)
Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif; 5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
Akan tetapi pelaksanaan pembelajaran fisika yang terjadi di lapangan
masih sangat jauh dari yang diharapkan oleh KTSP SMA. Hal ini sejalan dengan
hasil pengamatan secara langsung di salah satu SMA di kota Cimahi saat
melakukan Field Study, dapat dikatakan bahwa tujuan pengajaran fisika untuk
memupuk keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep sebagaimana yang
diharapkan dalam tujuan kurang tercapai. Hal ini didasarkan pada beberapa
temuan, pertama keterampilan berpikir kritis siswa pada umumnya masih rendah
yaitu 21 siswa (67%) memiliki keterampilan berpikir kritis rendah, 5 dari 31 siswa
(16%) memiliki keterampilan berpikir kritis dengan kategori sedang, dan 5 siswa
(16%) memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi; kedua, dari hasil wawancara
dengan salah satu guru dan penyebaran angket kepada siswa, diperoleh gambaran
bahwa, masih banyak siswa yang kurang memahami konsep-konsep dalam fisika
dan sulitnya menyelesaikan soal hitungan yang berakibat dalam ulangan harian
materi listrik statis dengan KKM sebesar 65, dari jumlah siswa 31 orang, hanya
30% saja yang pembelajarannya tuntas. Nilai ulangan dan ketuntasan klasikal
yang diperoleh siswa tersebut megindikasikan bahwa penguasaan konsep siswa
masih kurang; ketiga, proses pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah,
diskusi, penugasan dan jarang sekali menggunakan media untuk menyampaikan
materi pelajaran sehingga menyebabkan kesulitan siswa dalam memahami
konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak; keempat, Aktivitas siswa dalam
pembelajaran di kelas cenderung lebih pasif karena peran siswa lebih banyak
sebagai penerima informasi apa yang disampaikan guru. Tidak mengherankan
apabila konsep yang telah tertanam tidak akan bertahan lama dan akan mudah
hilang lagi, selain itu minimnya media serta fasilitas yang digunakan guru selama
proses pembelajaran menjadi alasan aktivitas siswa yang pasif dan kurang
menarik perhatian siswa untuk belajar fisika.
Rendahnya hasil belajar fisika tersebut salah satunya disebabkan
kecenderungan guru lebih menekankan pada aspek matematis dalam penyampaian
pelajaran. Rendahnya kemampunan penguasaan konsep juga terlilhat dalam
kemampuan fisika siswa Indonesia pada TIMSS (Trends of International On
matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama yang
mengungkapkan bahwa rata-rata skor prestasi sains kelas VIII Indonesia berada
signifikan di bawah rata-rata internasional, posisi Indonesia pada tahun 1999
berada di peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 37 dari 46
negara, dan pada tahun 2007 berada di peringkat ke 35 dari 48 negara (Balitbang
Kemendiknas, 2010).
Berdasarkan hasil pengamatan studi pendahuluan di atas, untuk
meningkatkan penguasaan konsep dan melatih keterampilan berpikir kritis siswa,
maka diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikemas sedemikian
rupa sehingga mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan kedua kompetensi
ini secara maksimal. Salah satunya adalah dengan menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle.
Model pembelajaran Learning Cycle awalnya diajukan oleh Robert
Karplus. Menurut Colbun & Clough, dalam Desyi Setiawati (2010) model
Learning Cycle bertujuan membantu mengembangkan berpikir siswa dari berpikir
kongkret ke abstrak. Learning Cycle merupakan strategi yang tepat bagi
pengajaran sains tingkat menengah pertama dan menengah atas karena model
pengajaran ini berjalan fleksibel dan menempatkan kebutuhan yang realistis pada
guru dan siswa. Model Learning Cycle terdiri dari beberapa tahapan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran Learning Cycle melalui kegiatan dalam tiap fase,
mewadahi pembelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri
dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Menurut Dasna
& Fajaroh (2007) penerapan siklus belajar dalam pembelajaran memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut: (1) Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari
materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi
dari pengalaman siswa. (2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah
dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi
individu. (3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang
meru-pakan pemecahan masalah.
Penelitian terhadap model Learning Cycle untuk mengetahui perubahan
oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya oleh Lindgren & Bleicer (2005)
dalam Susilawati (2010), hasilnya menunjukkan bahwa penerapan model siklus
belajar lebih berhasil dalam meningkatkan pemahaman konsep siwa, siswa
memiliki kinerja yang tinggi dan siswa lebih tertarik dengan sains. Selain itu,
penelitian mengenai Learning cycle mendukung efektivitas dalam mendorong
siswa untuk berpikir kreatif dan kritis. Salih Ates (2005) dalam penelitiannya
tentang pengaruh siklus belajar pada pemahamaan mahasiswa terhadap perbedaan
aspek-aspek dalam hambatan rangkaian DC, menyimpulkan bahwa metode siklus
belajar terbukti secara signifikan dapat mempengaruhi pemahaman konsep
beberapa aspek yang menyangkut rangkaian hambatan DC. Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Herdiansyah (2010) tentang penerapan model Learning cycle
7e ditingkat SMA lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
penguasaan konsep.
Penerapan model pembelajaran yang sesuai akan mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam memahami materi, serta dapat meningkatkan
keterampilan berpikir siswa. Model Learning Cycle sangat cocok digunakan
untuk mengajarkan materi yang banyak melibatkan konsep, prinsip, aturan serta
perhitungan secara matematis. Aktivitas dalam Learning Cycle lebih banyak
ditentukan oleh siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif. Model pembelajaran ini
juga dapat memberi kesempatan siswa untuk mengaplikasikan materi,
membangun pengetahuannya dan bekerja dalam kelompok sehingga dapat
mengembangkan sikap ilmiahnya.
Guru profesional harus memiliki kompetensi yang memenuhi ketentuan
perundang-undangan. Dalam Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru
berdasarkan Permendiknas no. 16 tahun 2007 dinyatakan bahwa guru harus
memiliki 4 kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional yang terintegrasi dalam kinerja guru. Beberapa kompetensi inti
guru mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan pembelajaran di
antaranya: memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran. Untuk memenuhi kompetensi inti di atas, perlu dimiliki kompetensi
yang diampu. Guru perlu selalu memperbaharui pengetahuannya agar dapat
menjawab tantangan zaman.
Teknologi komputer yang merupakan salah satu produk teknologi
informasi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, namun masih
belum diterapkan secara maksimal dalam dunia pendidikan. Daya tarik yang
dimiliki oleh teknologi komputer ini sebaiknya dimanfaatkan dalam dunia
pendidikan agar proses pembelajaran bisa menjadi hal yang lebih menarik.
Teknologi komputer ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya dapat
digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu materi melalui berbagai
cara. Komputer dapat menyajikan informasi dalam bentuk tampilan teks, grafik,
gambar, animasi, suara, dan video.
Dengan tersedianya suatu model pembelajaran berbantuan komputer, akan
mengarahkan peserta didik untuk berkonsentrasi kepada isi pengajaran dan
mengerti teks materi pelajaran. Model pembelajaran berbantuan komputer bisa
mempermudah peserta didik memahami konsep dan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi, khususnya keterampilan berpikir kritis yang mampu memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam persamaan-persamaan, gambar atau grafik. Dengan
pembelajaran berbantuan komputer yang dapat menampilkan simulasi, animasi,
gambar, foto dan video maka fenomena-fenomena yang sulit dihadirkan dapat
divisualisasikan. Keunggulan komputer ini sangat bermanfaat jika dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya dalam pembelajaran
fisika.
Pembelajaran dengan memanfaatkan media teknologi informasi dapat
memberikan dampak yang positif, seperti dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan memberikan efek positif terhadap pemahaman konsep (Baser, 2010:48,
dalam Gina, 2011:6). Menurut beberapa penelitian diantaranya yang diungkapkan
Wiendartun, Taufik dan Hery (2007) mengungkapkan bahwa, pembelajaran
berbasis multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan hasil
komputer dalam pembelajaran dapat meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan
kemampuan penyelidikan.
Salah satu konsep fisika yang dijadikan objek penelitian adalah konsep
fluida. Konsep fluida merupakan konsep yang cukup penting pada kurikulum
pembelajaran fisika. Konsep ini merupakan konsep yang sangat dekat dengan
fenomena yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada
kenyataannya tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari
konsep-konsep fluida dan mengaplikasikannya dalam permasalahan sehari-hari. Tidak
jarang ada siswa yang berpikir mengenai konsep benda tenggelam dalam air
dikarenakan benda lebih berat daripada air namun pada saat yang bersamaan
siswa mengamati fenomena yang bertolak belakang, dimana kapal laut yang
sangat berat dapat berlayar di laut (tidak tenggelam) namun koin logam yang lebih
ringan dari kapal akan tenggelam jika dilemparkan ke laut (Henny, 2012).
Besarnya peran dan pengaruh media komputer dalam proses pembelajaran
seperti yang dipaparkan di atas, menjadi pertimbangan peneliti memadukan
kelebihan pembelajaran berbantuan komputer dengan
kelebihan-kelebihan siklus belajar, terlebih lagi dari kajian diatas diperoleh informasi bahwa
dengan bantuan komputer dapat meningkatkan penguasaan konsep dan juga dapat
melatihkan keterampilan berpikir kritis. Secara garis besar rancangan
pembelajaran Learning cycle berbantuan komputer akan dilakukan dengan cara
mengintergrasikan simulasi, animasi, video dan foto dalam tahapan-tahapan
model pembelajaran Learning cycle. Menurut Rustaman (2007) pembelajaran
dapat dipadukan dengan penggunaan media animasi komputer, yaitu dengan cara
menyisipkan praktikum berbasis animasi komputer pada tahap-tahap tertentu pada
pembelajaran.
Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan model pembelajaran Learning
Cycle 7E berbantuan komputer untuk meningkatkan penguasaan konsep dan
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut “Apakah model pembelajaran Learning cycle
7E berbantuan komputer dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi fluida statis dibandingkan
penggunaan model pembelajaran Learning cycle 7E tanpa bantuan komputer?”.
Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka rumusan masalah di atas
dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1) Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep fluida statis antara siswa
yang mendapat pembelajaran dengan model Learning cycle 7E berbantuan
komputer dibandingkan dengan yang mendapat pembelajaran model
Learning Cycle 7E tanpa bantuan komputer?
2) Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model Learning cycle 7E berbantuan
komputer dibandingkan dengan yang mendapat pembelajaran model
Learning Cycle 7E tanpa bantuan komputer?
3) Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model Learning cycle 7E
berbantuan komputer?
C. VARIABLE PENELITIAN
Variabel penelitian adalah keterampilan berpikir kritis siswa dan
penguasaan konsep.
D. DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam interpretasi, serta untuk
mendapatkan pengertian yang sama terhadap istilah yang digunakan pada
judul penelitian, maka istilah tersebut perlu dijelaskan sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran Learning Cycle yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah model pembelajaan 7E dengan tahapan terdiri dari 7 fase yaitu tahap
mendatangkan pengetahuan awal siswa (Elicit); tahap melibatkan siswa
eksperimen (Explore); tahap menyampaikan hasil eksperimen (Explain);
tahap menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah
(Elaborate); tahap mengevaluasi pemahaman siswa (Evaluate); dan tahap
menemukan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari (Extend).
Pembelajaran berbantuan komputer yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah penggunaan program Power Point yang menampilkan gambar,
animasi dan simulasi yang tidak seutuhnya digunakan pada setiap tahapan
model learning cycle 7E, namun disimpan pada fase engage, elaborate, extend
dan evaluate. Sedangkan pada elicit, explore dan explain tidak menggunakan
media komputer. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan model
pembelajaran learning cycle 7E berbantuan komputer.
2. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1985) didefinisikan sebagai
kemampuan memberikan alasan (reasonable) dan berpikir reflektif yang
difokuskan pada apa yang diyakini dan apa yang yang dikerjakan. Reflektif
artinya mempertimbangkan secara aktif, tekun dan hati-hati terhadap segala
alternatif sebelum mengambil keputusan. Pada penelitian ini keterampilan
berpikir kritis yang dianalisis meliputi 4 indikator keterampilan berpikir kritis
yaitu yaitu menerapkan konsep, mengidentifikasi jawaban yang mungkin,
menginterpretasi pernyataan, dan kemampuan memberikan alasan. (Ennis
dalam Costa, 1985). Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa diukur
melalui penyelenggaraan tes keterampilan berpikir kritis pada saat sebelum
dan setelah penerapan pembelajaran. Tes yang diberikan berbentuk tes
objektif jenis uraian
3. Penguasaan konsep dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkatan ketika
seorang siswa tidak sekadar mengetahui konsep-konsep, tetapi benar-benar
memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam
menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri
maupun penerapannya dalam situasi baru. Penguasaan konsep yang
dimaksudkan sebagai kemampuan kognitif, berdasarkan taksonomi Bloom
penelitian ini penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan
konsep dalam bentuk pilihan ganda yang dikembangkan berdasarkan
taksonomi Bloom. Peningkatan penguasaan konsep siswa antara sebelum dan
sesudah pembelajaran dilihat melalui nilai N-gain (gain yang dinormalisasi).
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kelas yang
menggunakan pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan komputer
dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran Learning Cycle
7E tanpa bantuan komputer.
2. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep fluida statis pada kelas
yang menggunakan pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan komputer
dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran Learning Cycle
7E tanpa bantuan komputer.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap Penggunaan model Pembelajaran
Learning Cycle 7E berbantuan komputer.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan penguasaan
konsep dan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran fisika, khususnya
pada konsep fluida Statis.
2. Bagi guru dan calon pendidik, diharapkan dapat memberi masukan dalam
usaha memilih model pembelajaran yang tepat pada saat mengajar sehingga
dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis
siswa.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberi informasi pendidikan dalam upaya
peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil
penelitian ini diharapkan juga dapat berfungsi sebagai bahan masukan dalam
4. Bagi peneliti, dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai model
pembelajaran Learning Cycle dalam meningkatkan penguasaan konsep dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menguji penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e
berbantuan komputer dalam pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir kritis siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode quasi eksperiment dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan
gambaran peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
digunakan metode quasi eksperiment dengan desain “control group
pretest-posttest design” (Fraenkel, 1993). Sedangkan metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penggunaan Learning Cycle 7e
berbantuan komputer. Pada desain ini menggunakan dua kelompok yaitu satu
kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen
mendapatkan pembelajaran fisika dengan Learning Cycle 7e berbantuan komputer
dan kelompok kontrol dengan Learning Cycle 7e tanpa bantuan komputer.
Terhadap dua kelompok dilakukan tes awal dan tes akhir untuk melihat
peningkatan penguasaan konsep sebelum dan setelah pembelajaran. Tes awal dan
tes akhir juga diberikan pada kedua kelompok untuk melihat keterampilan
berpikir kritis setelah mendapatkan pembelajaran. Desain penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelas Tes awal Perlakuan Tes akhir Eksperimen O1 O2 X1 O1 O2
Kontrol O1 O2 X2 O1 O2
Keterangan:
X1 = Learning Cycle 7e berbantuan komputer
X2 = Learning Cycle 7e tanpa bantuan komputer
O1 = tes awal dan tes akhir penguasaan konsep
Elly Hafsah, 2013
B. Subjek Penelitan
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan IPA pada
sebuah SMA Negeri di Kota Cimahi, yang terdiri dari 7 kelas jurusan IPA dengan
jumlah siswa 266 orang. Subjek penelitian diambil dua kelas yang dipilih secara
randomized control sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil
pemilihan secara acak didapatkan kelas XI IPA 6 sebagai kelompok eksperimen
yang berjumlah 37 orang siswa dan kelas XI IPA 7 sebagai kelompok kontrol
dengan jumlah 39 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
tahun pelajaran 2012/2013.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
a. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi kajian teori tentang model
pembelajaran Learning Cycle 7e dalam pembelajaran fisika, Penguasaan
konsep, keterampilan berpikir kritis, dan konsep fluida statis.
b. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
c. Melakukan validasi instrumen.
d. Melakukan uji coba dan analisis tes.
2. Pelaksanaan
Melakukan ujicoba tes, mengadakan tes awal pada kelompok
eksperimen dan kontrol untuk mengetahui penguasaan konsep awal siswa
tentang materi fluida statis, menerapkan pembelajaran Learning Cycle 7e
berbantuan komputer pada kelas eksperimen dan pembelajaran Learning
Cycle 7e tanpa bantuan komputer pada kelas kontrol, melakukan observasi
keterlaksanaan model, memberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
terhadap penggunaan pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer
pada kelas eksperimen .
3. Pengolahan dan Analisa Data
Menghitung gain yang dinormalisasi penguasaan konsep, keterampilan
berpikir kritis untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, melakukan uji
normalitas data gain yang dinormalisasi, melakukan uji homogenitas varians,
melakukan uji kesamaan dua rata-rata, serta melakukan analisis data angket
dan observasi.
D. Alur Penelitian
Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada
Elly Hafsah, 2013
Studi Literatur: Learning cycle 7e, Penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, fluida statis
E. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun
dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Lebih jelasnya, berikut penjelasan instrumen yang digunakan dalam penelitian:
1. Tes Tertulis
Menurut Arikunto (2005), tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Lebih lanjut Karno To (1996)
berpendapat bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang oleh subyek di
jawab benar atau salah, atau sejumlah tugas yang oleh subyek dilaksanakan
dengan skor atau dinilai berdasarkan acuan tertentu.
Dalam penelitian ini, jenis instrumen tes yang digunakan ialah tes tertulis
yaitu berupa tes piilihan ganda. Tes ini terdiri dari dua macam tes yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu instrumen tes penguasaan konsep
dan instrumen tes keterampilan berpikir kritis siswa. berikut penjelasan dari
masing-masing instrumen tes tersebut.
a. Tes Penguasaan Konsep
Tes ini digunakan untuk mengukur Penguasaan konsep siswa terhadap
konsep yang diajarkan dalam bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan
jawaban sebanyak 20 butir soal ranah kognitif. Tes ini untuk mengukur
penguasaan konsep siswa sebelum (tes awal) dan sesudah (tes akhir)
mendapatkan perlakuan. Butir-butir soal dalam tes penguasaan konsep pada
penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi
pada tingkatan domain pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).
Butir soal tes Penguasaan konsep dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing, dinilai oleh pakar, dan diujicobakan. Untuk kisi-kisi tes dan
Elly Hafsah, 2013
b. Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.
butir-butir soal dalam tes keterampilan berpikir kritis mencakup soal-soal
yang menuntut siswa untuk mampu 1) menerapkan konsep, (2)
mengidentifikasi jawaban yang mungkin, (3) menginterpretasi pernyataan,
dan (4) kemampuan memberikan alasan. Keempat kemampuan tersebut ini
sesuai dengan sebagian indikator keterampilan berpikir Robert H.Ennis.
Untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa sebelum mendapat
perlakuan Learning Cycle 7e berbantuan komputer dan pembelajaran
learning Cycle 7e tanpa bantuan komputer dilakukan tes awal sedangkan
untuk mengukur kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa setelah
mendapatkan perlakuan dilakukan tes akhir. Butir soal tes ini dikonsultasikan
dengan dosen pembimbing, dinilai oleh pakar, dan diujicobakan. Untuk
kisi-kisi tes dan soal tes keterampilan berpikir kritis secara keseluruhan tertera
pada lampiran B.
2. Observasi
Menurut Gulo (2002), observasi merupakan metode pengumpulan data
dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang
mereka saksikan selama penelitian. Jadi pada dasarnya, pengumpulan data
melalui observasi bertujuan untuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran
yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, observasi yang dimaksud
adalah observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang sedang diteliti.
Observasi keterlaksanaan model pembelajaran bertujuan untuk melihat
apakah tahapan-tahapan model pembelajaran yang diteliti telah dilaksanakan
oleh guru atau tidak. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur
dengan menggunakan lembaran daftar cheklist. Adapun observer yang terlibat
3. Skala Sikap Tanggapan Siswa
Skala Sikap ini bertujuan untuk mengungkap tanggapan siswa terhadap
penggunaan Learning Cycle 7e berbantuan komputer di dalam pembelajaran.
Skala sikap ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk
menjawab suatu pertanyaan dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk
pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan STS
= 1, dan sebaliknya (Sugiyono, 2012).
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu
melalui tes, angket, dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih
dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan,
dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap
dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Teknik Pengumpulan Data
No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen 1. Siswa Penguasaan konsep
siswa sebelum dan
2. Siswa Keterampilan berpikir kritis siswa siswa
Elly Hafsah, 2013
No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen pembelajaran konsep
Analisis instrumen meliputi perhitungan Validitas Instrumen, Reliabilitas
Instrumen, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan.
1. Validitas Instrumen
Validitas merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen
sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas instrumen yang
digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas yang
dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Untuk mengetahui
validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (dosen fisika UPI)
terhadap tes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis. Ada tiga orang
yang diminta untuk memberikan pertimbangan terhadap kesesuaian tiap butir soal
dengan konsep yang diukur dan indikator. Hasil pertimbangannya, butir soal yang
dibuat dinyatakan sesuai antara konsep yang diukur dengan indikator.
2. Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang
dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke
pengukuran lainnya (Sugiyono, 2004). Artinya instrument yang reliabel apabila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan metode test-retest,
(Sugiyono:2004).
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product
Moment Pearson: (Arikunto, 2008).
∑ ∑ ∑
Keterangan:
= koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan
X = skor tes 1
Y = Skor tes 2
N = jumlah siswa
Koefisien korelasi selalu terdapat antara –1,00 sampai +1,00. Namun karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat
mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan
adanya hubungan kebalikan antara dua variabel sedangkan koefisien positif
menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua variabel (Arikunto, 2008).
3. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00. Indeks kesukaran untuk soal bentuk pilihan ganda dapat dihitung
dengan persamaan: (Arikunto, 2008).
(3.2)
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2008)
Tabel 3.3.
Kriteria Indeks Kesukaran
Batasan Kategori
0,00 ≤ P < 0,30 Soal sukar
0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang
0,70 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah
Elly Hafsah, 2013
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi (D). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal bentuk pilihan
ganda digunakan persamaan: (Arikunto, 2008).
(3.3)
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyak peserta kelompok atas
JB = banyak peserta kelompok bawah
BA = banyak kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyak kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda suatu tes adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)
Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali
Negatif Tidak baik, harus dibuang (Arikunto, 2008)
Ujicoba instrumen tes penguasaan konsep dilakukan kepada siswa di
sekolah yang sama tetapi beda kelas yang sudah mendapatkan meteri pelajaran
yang akan diuji cobakan (fluida statis). Soal tes penguasaan konsep yang di
ujicobakan berjumlah 20 butir soal dalam bentuk pilihan ganda dan soal tes
keterampilan berpikir kritis berjumlah 5 butir soal dalam bentuk essay. Analisis
instrumen dilakukan untuk menentukan realibilitas tes, tingkat kesukaran dan
daya pembeda soal.
Hasil analisis terhadap ujicoba instrumen tes penguasaan konsep yang
telah dilakukan dirangkum pada tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Hasil Uji Coba Instrumen Tes Penguasaan Konsep
Nomor Soal
Tingkat
Kesukaran Daya Pembeda Validitas Keputusan
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
Elly Hafsah, 2013
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas secara statistik yaitu dengan
menghitung korelasi antara ujicoba pertama dan kedua serta uji hipotesis dua
rata-rata sampel berpasangan, dengan menggunakan Ms excell 2007 Untuk korelasi
soal ujicoba pertama dan kedua diperoleh nilai korelasi sebesar 0,91 . Artinya
korelasi antara hasil ujicoba pertama dan kedua kedua bernilai positif dan
signifikan, maka instrument ini dapat dinyatakan reliabel.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir soal penguasaan konsep yang
berjumlah 20 butir soal dengan bentuk pilihan ganda diperoleh 18 butir soal valid
dan 2 butir soal tidak valid yaitu soal nomor 10 (dibuang) dan soal nomor 12
(dibuang). Dari perhitungan tingkat kesukaran diperoleh 17 butir soal dengan
kategori sedang yaitu soal nomor: 1,4,5,6,7, 8, 9,10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,18, 19
dan 20 dan soal dengan kategori mudah berjumlah 2 butir soal yaitu soal nomor: 2
dan 3. Soal nomor 17 tingkat kesukaran soal dikategorikan sukar. Sedangkan daya
pembeda soal tes penguasaan konsep diperoleh 10 butir soal dikategorikan baik
dan 8 butir soal dikategorikan cukup.
Sedangkan hasil analisis validitas butir soal kemampuan berpikir kritis
berjumlah 5 butir soal yang berbentuk essai, seluruh butir soal valid. Dilihat dari
tingkat kesukaran soal diperoleh bahwa 2 butir soal termasuk dalam kategori
sedang, 2 butir soal dalam kategori mudah dan 1 butir soal dalam ketegori sukar.
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas secara statistik instrument
keterampilan berpikir kritis yaitu dengan menghitung korelasi antara ujicoba
pertama dan kedua serta uji hipotesis dua rata-rata sampel berpasangan, dengan
menggunakan Ms excell 2007 Untuk korelasi soal ujicoba pertama dan kedua
diperoleh nilai korelasi sebesar 0,90. Artinya korelasi antara hasil ujicoba pertama
dan kedua kedua bernilai positif dan signifikan, maka instrument ini dapat
dinyatakan reliable.
I. Teknik Pengolahan Data Hasil Instrumen Tes
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka dalam penelitian ini terdapat beberapa data yang kemudian akan diolah dan
tujuan penelitian. Analisis data yang dimaksudkan untuk membuat penafsiran data
yang diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data tersebut digunakan untuk
mengetahui peningkatan penguasaan konsep, peningkatan keterampilan berpikir
kritis, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika Learning Cycle 7e
berbantuan komputer. Data yang diperoleh dari angket dan observasi dianalisis
secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
dan melihat keterlaksanaan model serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Data
peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis dianalisis dengan
uji statistik. Dalam penelitian ini analisis data statistik menggunakan program
SPSS for Windows versi 17.0, untuk melihat normalitas, homogenitas varians,
peningkatan penguasaan konsep dan peningkatan keterampilan berpikir kritis.
berikut penjelasan teknik pengolahan data yang dilakukan:
a. Pengolahan data hasil tes penguasaan konsep
Data nilai hasil tes penguasaan konsep akan diolah untuk mendapatkan
beberapa informasi yaitu:
1. Perbedaan keadaan awal penguasaan konsep kelas kontrol dan kelas
eksperimen (uji signifikansi perbedaan rata-rata pretest).
2. Perbedaan peningkatan penguasaan konsep (uji signifikasi perbedaan
N-gain), untuk menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan diawal.
3. Gambaran peningkatan penguasaan konsep yang dibagi menjadi 2 yaitu
peningkatan penguasaan konsep secara total dan peningkatan pada setiap
ranah kognitif. Hasil pengolahan tersebut dihubungkan dengan efektifitas
pembelajaran terhadap peningkatan tersebut (rata-rata N-gain Hake).
b. Pengolahan data hasil tes Keterampilan berpikir kritis siswa
Data nilai hasil tes penguasaan konsep akan diolah untuk mendapatkan
beberapa informasi yaitu :
1. Perbedaan keadaan awal penguasaan konsep kelas kontrol dan kelas
eksperimen (uji signifikansi perbedaan rata-rata pretest).
2. Perbedaan peningkatan ketrampilan berpikir kritis (uji signifikasi
perbedaan N-gain), untuk menguji hipotesis penelitian yang telah
Elly Hafsah, 2013
3. Gambaran peningkatan keterampian berpikir kritis yang dibagi menjadi 2
yaitu peningkatan ketrampilan berpikir kritis secara total, dan peningkatan
pada setiap indikator ketrampilan berpikir kritis. Hasil pengolahan
tersebut dihubungkan dengan efektifitas pembelajaran terhadap
peningkatan tersebut (rata-rata N-gain Hake).
Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only,
yaitu jawaban benar di beri skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak
dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah
jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus : S = ∑ R (3.4)
dengan :
S = Skor siswa
R = Jawaban siswa yang benar
Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kritis sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan
oleh Hake (1999) sebagai berikut:
(3.5)
Keterangan:
<Spos > = rata-rata skor tes akhir
<Spre > = rata-rata skor tes awal
<Smaks > = rata-rata skor maksimum ideal
Rata-rata gain yang dinormalisasi diinterpretasikan untuk menyatakan
peningkatan penguasaan konsep pada materi fluida statis dan keterampilan
berpikir kritis dengan kriteria seperti pada Tabel 3.5.
Tabel 3.6.
Kategori Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis
Batasan Kategori
Sedang
Rendah
Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Uji normalitas
Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample Kolmogorov
Smirnov Test.
2. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians dua buah
peubah bebas dengan Levene Test.
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t dengan taraf signifikan α = 0,05. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik dengan rumus: (Uyanto, 2009)
̅ ̅
√ ( ) ( )
(3.6)
Keterangan:
̅ = rata-rata gain kelompok eksperimen
̅ = rata-rata gain kelompok kontrol nx = jumlah sampel kelompok eksperimen
ny = Jumlah sampel kelompok kontrol
S1 = varians kelompok eksperimen
S2 = varians kelompok kontrol
Kriteria pengujian dengan membandingkan taraf signifikansi hitungan P
Elly Hafsah, 2013
diterima atau dengan membandingkan tHitung > tTabel maka Ha diterima pada taraf
signifikansi (α = 0,05).
4. Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa menggunakan rumus
(Sugiono, 2008).
...(3.7)
Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2
dan STS = 1, dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif (Sujana, 1989). Dalam
mengkategorikan persentase tanggapan siswa, dilakukan dengan cara:
a. Menentukan persentase rentang (R) tanggapan
R = persentase maksimum – peersentase minimum R = 100% -25% = 75%
b. Menentukan panjang kelas (P) dan tabel kategori tanggapan sisiwa
Panjang kelas tiap tanggapan ditentukan dari perbandingan panjang
rentang kelas (R) dengan banyaknya kategori (K) tanggapan.
Berdasarkan panjang kelas tersebut, maka pengkategorian persentase
tanggapan siswa dapat dilihat pada tabel 3.6, sebagai berikut:
Tabel 3.7
Pengkategorian persentase tanggapan siswa
Batasan Persentase Kategori
25,00% < % tanggapan siswa ≤ 43,75% Sangat Tidak Setuju ( sangat negatif) 43,75% < % tanggapan siswa ≤ 62,50% Tidak Setuju ( negatif)
62,50% < % tanggapan siswa ≤ 81,25% Setuju ( positif) 81,25% < % tanggapan siswa ≤ 100% Sangat Setuju (sangat positif)
Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa
terhadap pembelajaran fisika Learning Cycle 7e berbantuan komputer pada
5. Analisis tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran yang
disajikan dilakukan dengan melihat jawaban setiap siswa terhadap
pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan.
6. Analisis data hasil observasi proses pembelajaran Learning Cycle 7e
Elly Hafsah, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Fluida Statis
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara keseluruhan pembelajaran fisika melalui model learning cycle 7e
berbantuan komputer lebih meningkatkan penguasaan konsep fluida statis
dibandingkan pembelajaran fisika melalui model learning cycle 7e tanpa
bantuan komputer dengan nilai <g> siswa kelas eksperimen (cycle 7e
berbantuan komputer) sebesar 0,65 sedangkan nilai <g> siswa kelas kontrol
(cycle 7e tanpa bantuan komputer) sebesar 0,45. Hal ini diperkuat dengan
terlihatnya perbedaan yang signifikan peningkatan <g> kemampuan kognitif
siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan
komputer dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle
7e tanpa bantuan komputer
2. Perbedaan <g> keterampilan berpikir kritis siswa antara yang mendapatkan
pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan komputer dan siswa yang
mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e tanpa bantuan komputer
menunjukkan bahwa pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan
komputer dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis lebih baik
dibanding pembelajaran fisika melalui cycle 7e tanpa bantuan komputer
dengan nilai <g> siswa kelas eksperimen (cycle 7e berbantuan komputer)
sebesar 0,68 sedangkan nilai <g> siswa kelas kontrol (cycle 7e tanpa bantuan
komputer) sebesar 0,44. Peningkatan kemampuan fisika terlihat lebih
bermakna dimana perbedaan gain ternormalisasi keterampilan berpikir kritis
siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan
komputer lebih tinggi dibandingkan dengan gain ternormalisasi pembelajaran
Elly Hafsah, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan tanpa bantuan komputer.
3. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran learning
cycle 7e berbantuan komputer pada konsep fluida statis setelah memperoleh
pembelajaran. Implementasi pembelajaran ini menjadikan siswa lebih aktif,
suasana belajar dirasa menyenangkan dan mendukung dalam meningkatkan
penguasaan konsep siswa.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan
cycle 7e berbantuan komputer pada konsep fluida statis maka peneliti dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Agar dalam mengimplementasikan model Learning cycle 7e berbantuan
komputer dalam pembelajaran fisika lebih maksimal hendaknya guru
memberikan waktu lebih untuk merefleksi kembali penemuan mereka setelah
melakukan eksperimen
2. Guru harus memberikan pembimbingan yang lebih baik terutama dalam
kegiatan percobaan
3. Pada tahapan eksplain, guru harus memotivasi siswa supaya berani
mengeluarkan pendapat dan gagasannya supaya proses diskusi berjalan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Akpan,J.P. (2002). “Which Comes First: Computer Simulation Of Dissection Or A Traditional Laboratory Practical Method Of Dissection”. Electronic Journal Of Science Education. 6,(4).
Ali Ismail (2011). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (Clis) Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Pertama. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiri. Bagian I. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching
and Assesing, a revision of Bloom’s taxonomy of educational objective.
New York: Longman.
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Costa. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD
Dahar, R.W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta. Depdikbud-Dirjen Dikti.
Darmawan, D, (2012). Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknolgi Multimedia dan Pembelajaran Online. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Davis, B. (1991). Teaching with Media, a papaer presented at thecnology and education confrence in Athens, Greece.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Djamarah, S. B. & Zain A. (2010). Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education (seventh ed.). Singapura: McGraw-Hill Book Co
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.
Henny, (2012). Penerapan Pembelajaran Generatif dengan Strategi Problem Solving untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Materi Fluida Statis .Pertama. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes. Bandung: IKIP Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP
Karplus, R. (1980). Teaching for the Development of Reasoning. dalam Science Education Information Report. The Ohio State University.
Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002.Bandung : FMIPA UPI
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains . Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA. Bandung: UPI.
Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara
Rusman (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta (Edisi Kedua). PT Raja Grafindo Persada
Rusman (2011). .Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi Jakarta .PT Raja Grafindo Persada
Salih Ates. (2005). The Effects of Cycle Learning on College Students Understunding of Different Aspects in Resistive DC Circuit. Electronic Journal of Science Education, Vol. 9, No. 4.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.