• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif mengenai Psychological Well-Being pada Pengurus PMK di Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif mengenai Psychological Well-Being pada Pengurus PMK di Universitas "X" Bandung."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran derajat dan dimensi psychological well-being pada pengurus PMK di Universitas “X” Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik survey. Data yang diambil adalah seluruh populasi dengan jumlah 64 orang.

Alat ukur digunakan dari The Ryff Scale of Psychological Well-Being (SPWB, 1989) oleh Ryff yang dimodifikasi oleh peneliti, memperoleh hasil skor validitas yang berkisar antara 0,3 sampai 0,6. Skor reliabilitas pada alat ukur ini adalah sebesar 0,949.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa jumlah psychological well-being tinggi dan psychological well-being rendah pada pengurus PMK di

Universitas “X” Bandung sebanding, yaitumasing-masing 50% dari jumlah populasi penelitian. Persentase setiap dimensi psychological well-being pada pengurus PMK

di Universitas “X” Bandung tidak memiliki perbedaan mencolok. Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa faktor dukungan memiliki keterkaitan dengan derajat psychological well-being dan faktor jenis kelamin menunjukkan keterkaitan dengan dimensi positive relation with others.

(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha Abstract

This research is conducted to gather insight about degree and dimension of Psychological Well-Being in PMK board at University “X” Bandung.That method

that used in this research is “Descriptive” with survey method. The data taken is the

entire population of 64 people.

The measuring instrument from The Ryff Scale of Psychological Well-Being (SPWB, 1989) that modificated by researches, acquire result in the form of the validity score between 0,3 to 0,6. The reliability score of this measuring instrument is 0,949.

Based on the results, it’s concluded that the number of high psychological well being and low psychological well-being on the PMK board at University “X” Bandung is comparable, each 50% of total population research. Percentage of each dimension of psychological well-being in PMK board at University “X” Bandung has no striking difference. Based on the result,it’s concluded that support factor has linkages with psychological well-being degree and gender factor show linkages with dimention positive relation with others.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATAPENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis... 8

1.5 Kerangka Pemikiran ... 8

(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Psychological Well-Being ... 16

2.1.1 Defenisi PsychologicalWell-Being ... 16

2.1.2 Dimensi Psychological Well-Being ... 16

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-Being 19

2.1.3.1 Faktor Sosiodemografi ... 19

2.2 Dewasa Awal ... 21

2.2.1 Defenisi Dewasa Awal ... 21

2.2.2 Perkembangan Fisik ... 22

2.2.3 Perkembangan Kognitif ... 22

2.2.4 Pekembangan Sosio-Emosional ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 26

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 26

3.3Variabel Penelitian dan Definisi ... 27

3.3.1 Variabel Penelitian ... 27

3.3.2 Definisi Konseptual ... 27

3.3.3 Defenisi Operasional ... 27

3.4 Alat Ukur ... 29

3.4.1 Alat Ukur Psychological Well-Being ... 29

3.4.1.1 Deskripsi Alat Ukur ... 29

3.4.1.2 Kisi-kisi Alat Ukur ... 29

3.4.1.3 Sistem Penilaian ... 31

(5)

xii

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang... 32

3.4.2.1 Data Penunjang ... 32

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 33

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 33

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 33

3.5 Populasi dan Karakteristik Populasi ... 34

3.5.1 Populasi Sasaran ... 34

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 35

3.6 Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel Penelitian ... 36

4.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

4.1.2 Berdasarkan Usia... 37

4.1.3 Berdasarkan Lama menjabat sebagai Pengurus PMK... 38

4.2 Hasil Penelitian ... 39

4.2.1 Gambaran Derajat Psychological Well- Being Pengurus PMK … 39 4.2.2 Gambaran Dimensi Psychological Well-Being Pengurus PMK.. 39

4.2.3 Tabulasi Silang Psychological Well-Being dengan Faktor yang Mempengaruhi PWB ... 41

4.2.3.1 Tabulasi Silang Psychological Well-Being dengan Faktor Usia ... 41

4.2.3.2 Tabulasi Silang Psychological Well-Being dengan Faktor Jenis Kelamin ... 42

(6)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

Faktor Dukungan ... 43

4.3.1 Tabulasi Silang antara Dimensi Psychological Well-Being Pengurus PMK dengan Faktor yang Mempengaruhi PWB .... 43

4.3.2Tabulasi Silang Dimensi Psychological Well-Being dengan Faktor Usia ... 43

4.3.3 Tabulasi Silang Dimensi Psychological Well-Being Keseluruhan Pengurus PMK dengan Faktor Jenis Kelamin .. 45

4.4 Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 53

5.2.1 Saran Teoritis ... 53

5.2.2 Saran Praktis ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

DAFTAR RUJUKAN... 56

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 29

Tabel 3.2 Skor Penilaian Jawaban ... 32

Tabel 3.3 Kriteria Validitas ... 33

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 33

Tabel 4.4 Gambaran Derajat Psychological Well-Being Pengurus PMK 39

Tabel 4.5 Gambaran Dimensi Psychological Well-Being Pengurus PMK 39 Tabel 4.6 Tabulasi Silang Psychological Well-Being dengan Faktor Usia 41 Tabel 4.7 Tabulasi Silang Psychological Well-Beingdengan Faktor Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Psychological Well-Being dengan Faktor Dukungan ... 43

Tabel 4.9 Tabel Tabulasi Silang Dimensi Autonomy dengan Faktor Usia 43 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Dimensi Environmental mastery dengan Faktor Usia ... 44

(8)

xv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gamabr 1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 14

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 26

Gambar 4.1 Grafik Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

Gambar 4.2 Grafik Deskripsi Sampel Berdasarkan Usia ... 37

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Kata Pengantar Kuesioner ... L-1 Lampiran 2 Surat Pernyataan Kesediaan ... L-2

Lampiran 3 Validitas Alat Ukur ... L-12 Lampiran 4 Reliabilitas Alat Ukur ... L-15

Lampiran 5 Skor Total dan Dimensi PWB ... L-17 Lampiran 6 Derajat PWB dan Dimensinya ... L-19 Lampiran 7 Crosstab PWB All ... L-21

Lampiran 8 Crosstab Dimensi Seluruhnya ke Faktor ... L-23

Lampiran 9 Visi dan Misi Pelayanan Mahasiswa ... L-27

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki kebebasan dalam memeluk agama. Agama berfungsi untuk mengajarkan nilai-nilai ajarannya kepada setiap umat yang memeluk

kepercayaannya, agar setiap individu yang memeluk agama dapat hidup sejahtera dan hidup bermoral dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam Encyclopedia of

Philosophy, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni

kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia (Martineau, 2004).

Sebagai mahluk beragama, individu cenderung membentuk sebuah komunitasnya dengan tujuan untuk saling berinteraksi satu dengan lainnya dan

mengaplikasikan prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran agamanya. Terdapat beberapa macam agama yang diakui di dunia, termasuk di Indonesia ada enam agama yang diakui oleh pemerintah. Salah satunya adalah agama Kristen Protestan.

Di Indonesia terdapat beberapa institusi pendidikan yang berlandaskan keagamaan. Universitas “X” Bandung merupakan sebuah institusi pendidikan tinggi

swasta di Bandung yang berdiri atas dasar nilai-nilai Kristiani. Hal tersebut dapat

dilihat dari visi dan misi Uiversitas X itu sendiri. Visi Universitas X yaitu menjadi Perguruan Tinggi yang mandiri dan berdaya cipta, serta mampu mengisi dan

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni abad ke-21 berdasarkan kasih dan keteladanan Yesus Kristus. Misi Universitas X yaitu mengembangkan cendikiawan yang handal, suasana yang kondusif, dan nilai-nilai hidup yang

(11)

2

penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi Universitas Kristen Maranatha. Dengan visi misi tersebut, Universitas “X” Bandung ingin lebih menampilkan

nilai-nilai Kristianinya melalui unit kegiatan yang bergerak di bidang kerohanian yaitu

Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK). Persekutuan Mahasiswa Kristen berfungsi sebagai wadah pembinaan rohani kepada setiap mahasiswanya. Terdapat enam PMK yang berdiri di Universitas “X” Bandung atas tanggung jawab dari BPK (Badan

Pengurus Kerohanian) yang ada di kampus tersebut. BPK tidak turun langsung mengurus PMK yang ada. BPK menyerahkan tugas kepada TPM (Tim Pelayanan

Mahasiswa) untuk mengarahkan dan mengevaluasi segala kegiatan yang dilakukan PMK. PMK yang ada di Universitas “X” diantaranya : PMK Yehova Rapha

(Fakultas Kedokteran), PMK Sola Gratia (Fakultas Psikologi), PMK Immanuel

(Jurusan Teknik Elektro dan Sastra), PMK Pniel Matheteo (Fakultas Ekonomi, Teknik Sipil dan Hukum), PMK Chollose 323 (Jurusan Teknik Industri), dan PMK

IT Eklesia (Fakultas IT).

Setiap PMK memiliki kepengurusan yang berbeda, dengan masa aktif kepengurusan antara satu atau dua semester tiap generasinya. Jumlah keselurahan pengurus PMK di Universitas “X” yaitu 64 pengurus. Pengurus terbentuk

berdasarkan hasil pemilihan para fasilitator atau tim regenerasi. Tim regenerasi merupakan senior-senior yang pernah terlibat langsung menjadi pengurus. Dengan

begitu, mahasiswa yang terpilih menjadi pengurus merupakan individu yang telah memenuhi standar dari karakteristik yang dibutuhkan dan merupakan mahasiswa yang secara aktif tercatat di Universitas “X” Bandung.

Berdasarkan surat keterangan standarisasi regenerasi Kepengurusan Persekutuan Mahasiswa Universitas “X” Bandung (2005), ada beberapa kriteria yang

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha anggota aktif Kelompok Kecil di PMK, terdaftar sebagai anggota tetap di gereja,

mempunyai kerinduan untuk melayani, lahir baru, memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Tuhan, minimal semester 3, memiliki Kelompok Kecil yang aktif di

kampus. Selain itu, disebutkan juga beberapa komitmen yang harus tetap dijaga oleh seorang pengurus, diantaranya aktif dalam melakukan kegiatan disiplin rohani, berkomitmen menjadi pengurus selama periode yang ditentukan, menjaga hubungan

yang baik dengan anggota PMK maupun orang-orang di lingkungan sekitarnya, dan memiliki suatu tujuan yang pasti untuk membawa PMK menjadi lebih baik. Selain

itu, pengurus harus bersedia secara aktif mengikuti persekutuan rutin yang diadakan tiap minggunya, bersedia aktif dalam mengikuti rapat, tetap mempertahankan prestasi di perkuliahan, dan aktif untuk ikut dalam rangkaian pembinaan yang

diadakan oleh Tim Pelayanan Mahasiswa (TPM).

Dalam menjalani tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengurus PMK,

individu akan menginvestasikan tenaga, pikiran dan perasaannya untuk memikirkan pertumbuhan kerohanian anggotanya dan kualitas PMK. Pengurus harus mampu menjadi role model bagi anggota-anggotanya dalam menjalani aktivitasnya

sehari-hari. Selain itu para pengurus juga harus mengenal anggota PMK dan bersikap terbuka kepada lingkungannya.

Namun, dalam perjalanannya melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai

pengurus, ada berbagai masalah yang dihadapi. Apa yang diharapkan oleh pengurus tidak selamanya sesuai dengan kenyataannya. Banyaknya tugas kuliah dan

(13)

4

menyebabkan banyaknya kesalahpahaman yang terjadi dalam mempersiapkan ibadah

mingguan PMK.

Berdasarkan informasi dari pendamping PMK, terdapat masalah yang

dihadapi oleh para pengurus. Beberapa pengurus menjadi pengurus pasif dalam setiap rapat yang diadakan. Pengurus lebih memilih diam, tidak menyumbangkan ide dan pendapatnya serta lebih memilih untuk mengikuti apa yang diusulkan pengurus

lainnya. Selain itu, terdapat juga pengurus yang merasa tidak cocok dengan pengurus lainnya sehingga komunikasi yang terjalin kurang baik yang mengakibatkan kinerja

pengurus dalam ibadah PMK tiap minggunya menurun. Ada juga beberapa pengurus yang kesulitan untuk menjangkau mahasiswa baru sehingga sedikitnya mahasiswa yang datang beribadah ke PMK.

Masalah-masalah yang dihadapi para pengurus setiap harinya akan berpengaruh pada kesejahteraan psikologis pengurus PMK. Pengurus tetap ingin

mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan di tengah berbagai tugas dan tanggung jawab yang dihadapinya sebagai mahasiswa dan pengurus PMK. Kesejahteraan psikologis atau Psychological Well-Being merupakan hasil evaluasi atau penilaian

individu terhadap pengalam-pengalaman hidupnya (Ryff, 1995). Seligman (2005) menyatakan bahwa kesejahteraan atau kebahagiaan mengacu pada emosi positif yang dirasakan oleh individu. Individu yang telah mencapai kebahagiaan merupakan

individu yang berhasil mengidentifikasi, mengelola atau melatih kekuatan dasar yang dimiliki, kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu,

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha Menurut Ryff, untuk menjadi sejahtera individu dapat merealisasikan

pencapaian penuh potensi dirinya melalui enam dimensi psychological well-being yaitu self-acceptance, positive relation with others, autonomy, environmental

mastery, purpose in life dan personal growth (Ryff, 1989). Dimensi self-acceptance

adalah situasi dimana pengurus PMK menerima kekurangan dan kelebihan yang ada dalam dirinya baik di masa lalu ataupun masa kini. Dimensi kedua adalah positive

relation with others menjelaskan bahwa pengurus menghayati dirinya mampu

membangun dan mempertahankan hubungan yang hangat dan saling percaya dengan

orang lain. Dimensi ketiga adalah autonomy yaitu pengurus PMK menghayati dirinya mampu mandiri dan mengambil keputusan sendiri.

Dimensi keempat adalah environmental mastery yaitu pengurus PMK

menghayati dirinya mampu untuk memanfaatkan peluang yang ada di lingkungannya. Dimensi kelima adalah purpose in life yaitu pengurus PMK

menghayati bahwa dirinya sudah memiliki tujuan serta makna hidup dan memiliki suatu target untuk dirinya maupun untuk pelayanannya di PMK. Dimensi yang terakhir adalah personal growth yaitu pengurus PMK menghayati dirinya memiliki

potensi-potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki keinginan untuk mengembangkan dirinya.

Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 10 (sepuluh) pengurus PMK di Universitas “X” Bandung diperoleh data sebagai berikut: sebanyak

40% pengurus yang dapat menjalin dan mempertahankan relasinya dengan anggota

PMK maupun dengan teman-teman kuliah. Pengurus tersebut juga tidak merasa kesulitan untuk masuk dalam lingkungan baru dan terbuka dengan orang lain.

Selain itu terdapat 20% pengurus PMK yang mengaku kurang tertarik untuk

(15)

6

Pengurus mengaku takut untuk mencoba suatu hal yang baru untuk mengembangkan

potensinya. Saat diminta untuk menjadi WL (Worship Leader) ataupun pengalaman baru lainnya, pengurus butuh waktu yang lama untuk memikirkan mencoba hal baru

tersebut.

Terdapat 30% pengurus PMK yang tahu apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan diri. Pengurus tersebut kurang menerima apa yang ada dalam dirinya,

namun para pengurus tetap berusaha menerima keadaan yang ada.

Disisi lain terdapat 10% pengurus menemui kesulitan untuk mengatur jadwal

rapat PMK dan waktu untuk mengerjakan tugas. Banyaknya jadwal latihan untuk pelayan PMK, rapat dan banyaknya tugas kuliah membuat pengurus kesulitan memfokuskan pikirannya. Sehingga hasil yang dikerjakan kurang memuaskan.

Sebanyak 40% pengurus memiliki visi yang belum jelas dalam menjalani hidupnya di kepengurusan. Kurang je;asnya target yang ingin dicapai pengurus

membuatnya menjalani aktivitas di kepengurusan dengan seadanya.

Sebanyak 15% pengurus PMK yang memilih untuk menjadi pengurus pasif pada saat rapat evaluasi rutin. Pengurus tidak berani untuk mengeluarkan

pendapatnya dan lebih memilih untuk mengikuti pendapat pengurus lainnya. Dalam mengambil keputusan, pengurus akan meminta saran dari pengurus lainnya dalam mengambil keputusan.

Pengurus yang memiliki derajat psychological well-being yang rendah tentunya akan menurunkan produktivitasnya. Hal ini membuat visi misi PMK tidak

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha gambaran psychological well-being pada pengurus PMK di Universitas “X”

Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran

psychological well-being pengurus PMK di Universitas “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Mengetahui gambaran psychological well-being pada pengurus PMK di Universitas “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran psychological well-being melalui dimensi

psychological well-being pengurus PMK di Universitas “X” Bandung yaitu : menerima segala kelebihan dan kekurangan diri apa adanya (self-acceptance),

memiliki relasi yang positif dengan orang lain (positive relation with others), kemandirian dalam berpikir dan bertindak (autonomy), mampu menguasai lingkungan (environmental mastery), memiliki tujuan hidup (purpose in life), dan

mampu melakukan pengembangan diri (personal growth)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Memberikan informasi bagi pengembangan teori-teori psikologi khususnya

(17)

8

 Memberikan masukan kepada peneliti lain yang memiliki minat untuk melakukan

penelitian lanjutan mengenai psychological well-being pada pengurus PMK di Universitas “X” Bandung.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Memberikan informasi mengenai gambaran psychological well-being pengurus PMK di Universitas “X” Bandung yang menjadi responden dan memberikan

masukan untuk dapat mengevaluasi diri melalui dimensi-dimensi yang perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat ditingkatkan.

Memberikan informasi mengenai psychological well-being pengurus PMK di Universitas “X” Bandung kepada BPK (Badan Pengurus Kerohanian) dan TPM

(Tim Pelayanan Mahasiswa) agar dapat memfokuskan kebutuhan pengurus untuk kemajuan unit kegiatan PMK.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pengurus PMK di Universitas “X” Bandung berada pada masa dewasa awal

yang merupakan masa transisi yang dimulai dari transisi fisik hingga peran sosial (Santrock, 2002). Pada masa ini pengurus melewati suatu periode dimana dirinya menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru, harapan-harapan sosial baru,

tanggung jawab baru dan komitmen-komitmen di kemudian hari. Untuk itu pengurus diharapkan mampu mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan

nilai-nilai baru sesuai dengan tugas yang baru.

Peran tersebut dimulai ketika pengurus memasuki suatu komunitas dan memilih untuk bergabung di dalamnya sebagai pengurus PMK. PMK merupakan

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha rohani. Dalam menjalani peran sebagai pengurus PMK dan mahasiswa, tentunya

pengurus memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dibanding individu lain. Pengurus harus bertanggungjawab dan mampu menyeimbangkan urusan perkuliahan

dan PMK dengan baik.

Menjalankan peran sebagai mahasiswa dan sebagai pengurus PMK tentunya bukan hal yang mudah. Untuk tugas sebagai pengurus PMK sendiri, para pengurus

harus mengikuti berbagai macam rapat untuk membicarakan konsep acara PMK setiap minggunya, menyelenggarakan acara besar PMK seperti retreat, kebersamaan,

RKK dan sebagainya. Ditengah kesibukan mengurus PMK, para pengurus juga harus tetap menjalankan tanggungjawabnya di perkuliahan seperti mengerjakan tugas individu maupun kelompok dan mempelajari materi kuliah saat akan menghadapi

ujian agar dapat mempertahankan prestasi dalam kuliah.

Dengan banyaknya tugas yang harus dihadapi, para pengurus tentunya akan

memiliki penilaian mengenai pengalaman hidupnya selama menjadi pengurus. Menurut Ryff, psychological well-being merupakan hasil evaluasi atau penilaian seseorang terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya (Ryff, 1995). Psychological

well-being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu yang

mana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam

arti memodifikasi lingkungannya agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan hidup, serta terus mengembangkan pribadinya (Ryff, 1989).

Menurut Ryff (1989), konsep psychological well-being memiliki enam dimensi pendukung. Dimana masing-masing dimensi tersebut menjelaskan tantangan-tantangan berbeda yang dihadapi pengurus untuk dapat berfungsi secara

(19)

10

pengurus PMK, dimensi ini memungkinkan pengurus dapat mengenal dan menerima

kelebihan serta kekurangannya dan dapat melihat makna positif dari setiap pengalaman hidupnya sampai terpilih menjadi pengurus PMK. Sebaliknya, gambaran

dimensi self-acceptance yang rendah ditandai dengan pengurus yang menghayati dirinya tidak puas dengan apa yang ada dalam dirinya, ingin menjadi orang lain dan tidak dapat menemukan makna positif dari setiap pengalaman masa lalunya.

Dimensi kedua yaitu positive relation with others. Dalam perannya sebagai pengurus PMK, dimensi ini memungkinkan pengurus untuk dapat menjaga relasi

yang baik dengan setiap anggota PMK, memiliki empati kepada anggota PMK yang sedang mengalami masalah dan menjadi pendengar yang baik. Pengurus dengan dimensi positive relation with others yang rendah ditandai dengan jauhnya hubungan

antara pengurus dengan anggota PMK, pengurus kesulitan untuk mendekatkan diri dengan anggota PMK, dan tidak terbuka kepada pengurus lain maupun anggota

PMK.

Dimensi ketiga yaitu autonomy. Dalam menjalani peran sebagai pengurus PMK, dimensi ini ditampilkan pengurus dengan kemampuannya untuk mandiri,

mampu mengambil keputusan untuk kemajuan PMK, namun memiliki penjelasan yang tepat apabila pengurus lain meminta penjelasan terhadap keputusannya. Pengurus yang memiliki dimensi autonomy rendah akan sulit apabila diminta

mengambil suatu keputusan dan akan bergantung atau lebih memilih keputusan yang banyak diambil pengurus lainnya.

Dimensi keempat yaitu environmental mastery. Sebagai pengurus PMK, dimensi ini ditampilkan pengurus dengan kemampuan pengurus mengatur setiap situasi kepengurusan, dapat mengatur setiap tanggungjawab yang diberikan dengan

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha dengan cepat menghubungi orang lain yang dapat menggantikan. Pengurus dengan

dimensi environmental mastery yang rendah akan kesulitan mengatur jadwal rapat rutin, saat angka kehadiran anggota PMK menurun, pengurus merasa tidak memiliki

cara agar angka kehadiran anggota kembali seperti semula ataupun meningkat kembali.

Dimensi kelima yaitu purpose in life. Sebagai pengurus PMK, dimensi ini

ditampilkan pengurus dengan jelasnya tujuan yang dimiliki pengurus dalam menjalani hidupnya terutama sebagai pengurus dan memiliki target yang jelas untuk

kemajuan PMK. Pengurus dengan dimensi purpose in life yang rendah tidak memiliki target dalam kepengurusannya di PMK serta tidak yakin dengan kemampuan yang dimilikinya sebagai pengurus PMK.

Dimensi terakhir yaitu personal growth. Sebagai pengurus PMK, dimensi ini ditampilkan pengurus dengan adanya keinginan dalam diri pengurus untuk

mengembangkan dirinya dan melihat setiap kesempatan yang ada untuk mengembangkan diri dengan mengikuti seminar ataupun training untuk memperluas wawasannya. Pengurus dengan dimensi personal growth yang rendah akan merasa

bosan dan jenuh dengan kegiatannya sebagai pengurus dan menghindar untuk mengikuti seminar maupun training yang diadakan oleh TPM.

Menurut Ryff terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi psychological

well-being seseorang yaitu usia, jenis kelamin dan dukungan sosial. Usia akan

mempengaruhi peningkatan pada dimensi autonomy dan environmental mastery

(21)

12

lingkungan akan semakin terlatih. Begitu pula halnya dengan kemandiriannya

(autonomy).

Faktor jenis kelamin juga dapat memengaruhi psychological well-being

individu. Menurut Ryff dan Singer (1996), wanita di segala usia memiliki tingkat yang lebih tinggi dalam dimensi positive relation with others daripada pria. Wanita memiliki karakteristik lebih ekspresif, bersikap ramah, hangat dan berempati.

Karakteristik tersebut dapat membuat dimensi positive relations with others pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Pengurus PMK wanita yang memiliki

karakteristik seperti ini akan dapat memiliki hubungan yang hangat dan saling percaya dengan yakin dengan anggota PMK. Pengurus PMK peduli dengan keadaan anggota PMK yang ada. Apabila ada anggota yang sakit atau sedang dalam masalah,

pengurus wanita ini akan menyadari dan sebisa mungkin membantu.

Dukungan sosial merupakan faktor yang dapat memengaruhi psychological

well-being individu. Dukungan sosial didefenisikan sebagai rasa nyaman, kepedulian

dan harapan atau pemberian bantuan kepada individu, yang bisa diperoleh dari pasangan, keluarga, teman atau organisasi masyarakat (Cobb; Century &Kobas ;

Wallston, Allagna, De Vellis dan De Vellis; Wills dalam safrino, 1990). Pengurus yang mampu terbuka dengan orang lain, memiliki banyak teman dan memahami konsep take and give dengan lingkungan akan merasa lebih didukung oleh

lingkungan.

Keenam dimensi dan berbagai faktor-faktor yang dimiliki pengurus PMK

akan mempengaruhi psychological well-being pengurus sehingga dapat diketahui gambaran psychological well-being pada pengurus PMK. Pengurus PMK yang memiliki PWB tinggi akan menghayati dirinya mampu melakukan evaluasi terhadap

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha potensi diri dimana para pengurus dapat menerima diri (self-acceptance), mampu

menjalin relasi yang positif dengan orang lain (positive relation with others), mampu untuk mandiri (autonomy), mampu untuk menguasai lingkungannya (environmental

mastery), mampu memiliki tujuan dalam hidupnya (purpose in life) dan mampu

untuk mengembangkan dirinya (personal growth) sedangkan pengurus PMK yang memiliki PWB rendah akan menghayati bahwa dirinya kurang mampu melakukan

evaluasi terhadap pengalaman-pengalaman hidupnya dan kurang mampu melakukan pencapaian penuh dari potensi diri dimana para pengurus kurang mampu menerima

diri (self-acceptance), kesulitan dalam menjalin relasi yang positif dengan orang lain (positive relation with others), kurang mandiri (autonomy), kesulitan dalam menguasai lingkungannya (environmental mastery), tidak memiliki tujuan dalam

hidupnya (purpose in life) dan kesulitan dalam mengembangkan dirinya (personal

(23)

14

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir Pengurus PMK

di Universitas “X” Bandung

Psychological Well-Being

Dimensi PWB:

1. Self-acceptance

2. Positive Relation With Others 3. Autonomy

4. Environmental Mastery 5. Purpose in life

6. Personal Growth

Tinggi

Rendah Faktor-faktor yang

mempengaruhi PWB: 1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Dukungan Sosial

Gambaran Dimensi Psychological

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

Derajat psychological well-being pada pengurus PMK di Universitas “X”

Bandung berbeda-beda, pengurus dapat menampilkan derajat psychological

Well-Being yang tinggi ataupun rendah.

Derajat psychological well-being ditentukan berdasarkan dimensi self-acceptance,

positive relation with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life,

dan personal growth.

 Usia, jenis kelamin, dan dukungan sosial merupakan faktor yang mempengaruhi

derajat psychological well being pada Pengurus PMK di Universitas “X”

(25)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 64 pengurus PMK di Universitas “X” Bandung, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut.

1. Derajat psychological well-being tinggi dan psychological well-being rendah pada pengurus PMK di Universitas “X” Bandung sebanding dari jumlah populasi

penelitian.

2. Para pengurus PMK di Universitas “X” Bandung yang memiliki derajat

psychological well-being yang tinggi, pada umumnya memiliki derajat yang tinggi

pula pada semua dimensi , yaitu self-acceptance, positive relation with others,

autonomy, environmental mastery, purpose in life dan personal growth.

Sedangkan pada pengurus PMK di Universitas “X” Bandung yang memiliki

derajat psychological well-being yang rendah, pada umunya memiliki derajat yang rendah pula pada semua dimensi, yaitu self-acceptance, positive relation with

others, autonomy, environmental mastery, purpose in life dan personal growth.

3. Setiap dimensi psychological well-being pada pengurus PMK di Universitas “X”

Bandung menunjukkan persentase yang tidak memiliki perbedaan yang mencolok. 4. Faktor dukungan sosial merupakan faktor yang mungkin menunjukkan keterkaitan dengan derajat psychological well-being pada pengurus PMK di Universitas “X”

Bandung. Pengurus PMK yang memiliki derajat psychological well-being tinggi didominasi dengan pengurus yang mendapat banyak dukungan.

5. Faktor jenis kelamin merupakan faktor yang menunjukkan keterkaitan dengan

(26)

53

Universitas Kristen Maranatha perempuan memiliki derajat yang tinggi pada dimensi positive relation with

others dibandingkan pengurus laki-laki.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjut mengenai

psychological well-being pada pengururs PMK, dapat melakukan penelitian

dengan membandingkan psychological well-being pada pengurus PMK di

Universitas yang berbeda.

2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

psychological well-being pada pengurus PMK dapat melakukan penelitian lebih

lanjut dengan menggunakan metode kontribusi antara faktor yang mempengaruhi terhadap psychological well-being pada pengurus PMK di Universitas “X”

Bandung khususnya faktor jenis kelamin ataupun dukungan sosial agar dapat memperoleh hasil yang lebih mendalam mengenai kontribusi dari faktor jenis

kelamin atau dukungan sosial terhadap derajat psychological well-being.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi TPM (Tim Pelayanan Mahasiswa) dan Tim Regenerasi Universitas “X” Bandung agar bekerjasama untuk membuat suatu program seminar ataupun training yang dapat meningkatkan derajat psychological well-being para calon

(27)

54

2. TPM dan Tim Regenerasi setiap PMK dapat menciptakan lingkungan PMK yang

saling mendukung dan memotivasi agar dapat mengembangkan psychological

(28)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA

PENGURUS PMK DI UNIVERSITAS “X”

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

CHRISTINE HARTATY HUTAURUK

NRP : 1030214

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(29)
(30)
(31)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan kasih setiaNya yang luar biasa kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir

ini.

Tugas akhir ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan sidang sarjana

pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha dengan mengambil judul STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA

PENGURUS PMK DI UNIVERSITAS ‘X’ BANDUNG. Dalam penyusunan

proposal ini, peneliti amat sangat menyadari bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca demi 4 mengembangkan penelitian ini di masa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya pada:

1. Dr. Irene Prameswari E., M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Efnie Indrianie, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, diskusi, masukan dan

semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

3. Tessalonika Sembiring, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktunya, perhatian dan masukan yang sangat

bermanfaat bagi peneliti selama penyusunan tugas akhir ini.

(32)

viii

5. Tery Setiawan M. Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktunya untuk membantu peneliti dalam pengerjaan Metodologi Penelitian sampai dengan pengerjaan Usulan Penelitian.

6. Para Pengurus PMK di Universitas Kristen Maranathayang telah membantu

peneliti untuk menyelesaikan usulan penelitian ini.

7. Para dosen yang telah mengajarkan peneliti berbagai macam ilmu pengetahuan.

8. Mama, Papa, David dan Anggita untuk doa dan dukungan yang selalu menjadi penyemangat peneliti dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

9. Anasthachia, Amelia, Kristina, Elmarta dan Garcia, terima kasih untuk semangat

serta motivasinya kepada peneliti. Meskipun jauh, doa serta dukungan kalian tidak pernah putus kepada peneliti.

10. PKK dan SKK: Tri Hastuti, Eva Lestari dan Anna Tambun, telah menjadi pendengar yang baik dan selalu mendoakan serta memberi semangat yang

kepada peneliti.

11. Philip, Kezia, Fenny, Widya, Bellatrix, Evandeo, Pita, Mega, Yohanes, Cindy, dan Dewi terimakasih untuk perhatiannya yang selalu menanyakan

perkembangan pengerjaan tugas akhir ini dan selalu memberikan semangat serta doa bagi peneliti.

12. Maria Theresia, S.Psi., Eva Oktrafrida, S.Psi., Juraida Saragih, S.Psi., untuk masukannyaserta semangat yang diberikan kepada peneliti.

13. Rosalia, Amelia, Marcelina, Stevie, Elisabeth, Rezki, Visi, Noprika, Ghina,

(33)

ix

14. Grecia, Shinta, Pascana, Jaini, Adohari, Caroline dan Stefanie yang terus

memberikan motivasi, semangat serta doa yang membuat peneliti kembali bersemangat mengerjakan usulan penelitian ini.

15. Opta Tresia, Margarettha, Ria, Maya, Elvira dan Juliettateman satu perjuangan

dalam bimbingan dan pengerjaan skripsi. Semoga perjuangan kita ini mendapatkan hasil terbaik.

16. Kakak-kakak , teman-teman, serta adik-adik PMK Sola Gratia atas doa dan dukungannya kepada peneliti.

17. Seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha atas

kebersamaan, kekompakan, keceriaan, dan dukungan yang telah kalian berikan kepada peneliti.

18. Bagian Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan fasilitas kepada peneliti untuk mengerjakan usulan penelitian ini.

19. TU Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang membantu dan memberikan informasi kepada peneliti.

Peneliti berharap dengan adanya proposal ini akan dapat memberikan

sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat pada umumnya.

Bandung, Mei 2016

(34)

55

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Hidalgo, Jesus L. T., Bravo, Beatriz N., Martinez, dkk (Ed). (2010).

PsychologicalWell-Being. Assesment Tools and Related Factors. Dalam Wells,

Ingrid E. Psychology of Emotion, Motivations and Actions hlm 77-113. New York:Nova Science Publisher, Inc.

Ryff, C. D., Singer, B. (1996). Psychological Well-being: Meaning, Measurement,and Implication for Psychotherapy Research. Psychotherapy,Psychosomatic,Special Article. 65, 14-23.

Santrock, John W. (2002). Life-Span Development Fifth edition. Jakarta : Erlangga.Ryff, Carol D dan Keyes, Corey Lee M. 1995. The Structure of

Psychological Well-Being Revisited. “Journal of Personality and Social

Psychological”. Vol 69: 719-727. The American Psychological Association, Inc.

Friedenberg, Liza. (1995). Psychological Testing, Design, Analysis, and Use. BostonAllyn and Bacon Ryff, C. D. (1989). Happiness is Everything, or is

it?Explorations on the meaning of psychological well being. Journal of

Personality and Social Psychology, 57, 1069-1081.

Ryff, C.D., Keyes C. (1995). The Structure of well-being received. Journal of

Personalityand Social Psychology, 69, 719-727.

Ryff, Carol. 1989. Scales of Psychological Well Being. University of Wisconsin: Institute on Aging.

Sugiyono. (2013). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, CV.

(35)

DAFTAR RUJUKAN

Asri, Natra Gilly. (2015).Studi Deskriptif Mengenai Psychological Well-Being

PadaNarapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan “X” Bandung.

Skripsi.Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Sionhanjaya, Felicia. (2013). Studi Deskriptif Mengenai Psychological

Well-BeingPadaRohaniawan Kristen (Hamba Tuhan) Perkumpulan Gereja “X” di

Bandung.Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Ulina, Agitha Ateta. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Dimensi-Dimensi

Psychological Well Being pada Warakawuri Lansia di Komplek Seroja Bale Endah Bandung.Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Maranatha.

(http://repository.maranatha.edu/7798/3/0430039_chapter1.pdf , diakses 1 Mei 2015, pukul 13:25)

(http://silmmi-fpsi11.web.unair.ac.id, diakses 3 Mei 2015, pukul 14:45)

Gambar

Gambar 3.1
Gambaran  Dimensi

Referensi

Dokumen terkait

akan menghasilkan yang mana candidate sequences yang. termasuk dalam

 Semester Gasal (antara Juli – Agustus)  Semester Genap (antara Januari

Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa desain RPP IPA Terpadu pada topik Pengaruh Ukuran Daun terhadap Penguapan dikatakan berhasil dan

Pengerjaan skripsi ini bertujuan untuk merancang sebuah beban elektronik yang dapat. digunakan untuk menguji kestabilan sebuah instrumen seperti

Tinggi rendahnya profitabilitas mempengaruhi lama atau cepatnya penyampaian laporan keuangan seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Trianto (2006) pada

PENGARUH KOMPOSISI INOKULUM ( Aspergillus niger, Bacillus NG2, Yeast ) DAN LAMA FERMENTASI AMPAS KELAPA TERHADAP AKTIVITAS ENZIM SELULASE , MANANASE DAN AMILASE SEBAGAI

United Nation Conference on Environment & Development.. Rio de Janeiro: United Nation

Apabila belum tersedia dosen yang berijazah Magister dapat diangkat Sarjana (Si) dalam bidang Bahasa dan Sastra Indonesia, dan/atau Pendidikan Bahasa dan Sastra