• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA AKSESIBILITAS MASYARAKAT KOTA PADANG MENUJU BANGUNAN SHELTER SAAT TERJADI GEMPA DAN TSUNAMI BERDASARKAN WAKTU PERJALANAN: STUDI KASUS KECAMATAN PADANG UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA AKSESIBILITAS MASYARAKAT KOTA PADANG MENUJU BANGUNAN SHELTER SAAT TERJADI GEMPA DAN TSUNAMI BERDASARKAN WAKTU PERJALANAN: STUDI KASUS KECAMATAN PADANG UTARA."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA AKSESIBILITAS MASYARAKAT KOTA

PADANG MENUJU BANGUNAN SHELTER SAAT

TERJADI GEMPA DAN TSUNAMI BERDASARKAN

WAKTU PERJALANAN: STUDI KASUS KECAMATAN

PADANG UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Strata-I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Andalas Padang

Oleh

GITA SATRIA PRATAMA

0810922023

Pembimbing

TITI KURNIATI, MT

NIP. 196810101994032002

JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

ii ABSTRAK

Saat terjadi gempa bumi yang berpotensi menimbulkan gelombang tsunami, maka sebagian besar masyarakat khususnya yang berada di wilayah rawan tsunami akan berupaya menyelamatkan diri. Akan tetapi kebanyakan masyarakat ini lebih cenderung memilih lari menuju jalur evakuasi menjauh dari pantai atau daerah rawan. Hal ini menyebabkan ruas-ruas jalan disepanjang jalur evakuasi macet total. Maka dari itu masyarakat diarahkan untuk melakukan evakuasi secara vertikal menuju bangunan shelter terdekat. Masyarakat diasumsikan berevakuasi dengan berjalan kaki dengan mengasumsikan kecepatan orang berjalan dalam kondisi tersebut diperkirakan 2,5-3,6 km/jam maka lokasi tempat evekuasi yang ideal berkisar pada jarak 400 – 600 m dari pusat aktivitas masyarakat , yang dapat dicapai dalam waktu paling lama 10 menit. Untuk itu diperlukan data – data sperti lokasi shelter,jumlah penduduk, lebar dan kondisi jalan dan sebagainya yang diperlukan untuk pengerjaan penelitian ini. Data ini diolah kemudian diprediksikan tingkat aksesibilitas berdasarkan waktu tempuh,lebar dan kondisi jalan.Dari penelitian yang dilakukan maka diperoleh peta aksesibilitas masyarakat terdekat menuju shelter yang dapat ditempuh dalam waktu 10 menit. Dari hasil pemetaan lokasi shelter maka diperoleh 19 titik kisi menuju Mesjid Raya Sumbar, 20 kisi menuju SMP N 25, 26 kisi menuju SMA N 1, 24 kisi menuju Gedung Auto 2000, 28 kisi menuju Basko Hotel, dan 29 kisi menuju Gedung FBSS UNP. Pada kondisi tanpa memperhitungkan kondisi jalan diperoleh 29 kisi dengan aksesibilitas tinggi, 88 kisi dengan aksesibilitas sedang, 29 kisi dengan aksesibilitas rendah. Sementara itu pada kondisi dengan memperhitungkan kondisi jalan diperoleh 84 kisi dengan aksesibilitas tinggi, 49 kisi dengan aksesibilitas sedang, dan 13 kisi dengan aksesibilitas rendah.

(3)

iii

ABSTRACT

When an earthquake that could potentially cause a tsunami, then most of the people especially those in tsunami-prone areas will attempt to save themselves. But most people are more likely to choose ran to evacuation routes away from the beach or vulnerable areas. This leads to road sections along the evacuation route standstill. Thus the public is directed to evacuate vertically toward the nearest shelter building. Society assumed berevakuasi foot assuming pace of people walking in these conditions is estimated from 2.5 to 3.6 km / h then the ideal location of evacuation ranged at a distance of 400-600 m from the center of community activity, which can be reached within a period of 10 minutes. It required data - the data just as shelter locations, population, width and road conditions etc. required for this research work. This data is processed and then predicted the level of accessibility based on travel time, width and condition jalan.Dari research done then the accessibility maps obtained toward shelter nearby that can be reached within 10 minutes. From the results obtained by mapping the location of the shelter 19 lattice points toward the Grand Mosque in West Sumatra, 20 lattice towards SMP N 25, 26 lattice toward SMA N 1, 24 lattice towards building Auto 2000, 28 lattice towards Basko Hotel, and 29 lattice towards building UNP FBSS. In this condition regardless of the road conditions obtained 29 lattice with high accessibility, 88 lattice with moderate accessibility, 29 lattice with low accessibility. Meanwhile, the condition obtained by taking into account road conditions 84 lattice with high accessibility, accessibility 49 lattice with moderate, and 13 lattice with low accessibility.

(4)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bangunan Penyelamatan/Shelter ... 6

2.2 Gempa Bumi dan Tsunami... 13

2.3 Teori Pergerakan ... 22

2.4 Bangunan Shelter Sebagai Tarikan Pergerakan dan konsep Aksesibilitas ... 24

2.5 Model Bangkitan Perjalanan (Trip Generation) ... 27

2.6 Sistem Jaringan dan Ruas Jalan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Kerja ... 31

3.2 Uraian Skema Kerangka Kerja ... 32

3.2.1 Tinjauan Pustaka ... 32

(5)

v

3.2.3 Pengolahan Data ... 33

3.2.4 Analisis Data ... 38

3.2.4.1 Aksesibilitas Tanpa Memperhitungkan Kondisi Jalan ... 38

3.2.4.2 Aksesibilitas Dengan Memperhitungkan Kondisi Jalan ... 39

3.2.5 Pembahasan Data ... 40

3.2.6 Pembuatan Laporan ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Survey Di Lapangan ... 42

4.1.1 Data Lokasi Bangunan Shelter di Kecamatan Padang Utara ... 42

4.1.2 Jumlah Penduduk di Kecamatan ... Padang Utara ... 43

4.1.3 Kondisi Permukaan Jalan ... 47

4.2 Analisis Data ... 48

4.2.1 Aksesibilitas Tanpa Memperhitungkan Kondisi Permukaan Jalan ... 48\

4.2.1.1 Mesjid Raya Sumbar ... 48

4.2.1.2 SMP N 25 Padang ... 51

4.2.1.3 SMA N 1 Padang ... 52

4.2.1.4 Astra Auto 2000 ... 54

4.2.1.5 Gedung Basko Grand Hotel ... 55

4.2.1.6 Gedung FBSS UNP ... 56

(6)

vi

4.2.2.1 Aksesibilitas Menuju Mesjid Raya Sumbar

... 58

4.2.2.2 Aksesibilitas Menuju SMP N 25 Padang ... 59

4.2.2.3 Aksesibilitas Menuju SMA N 1 Padang ... 60

4.2.2.4 Aksesibilitas Menuju Auto 2000 ... 61

4.2.2.5 Aksesibilitas Menuju Basko Hotel Padang ... 62

4.2.2.6 Aksesibilitas Menuju Gedung FBSS UNP ... 63

4.3 Hasil Penelitian ... 64

4.3.1 Mesjid Raya Sumbar ... 64

4.3.2 SMP N 25 Padang ... 65

4.3.3 SMA N 1 Padang ... 66

4.3.4 Gedung Astra Auto 2000 ... 67

4.3.5 Gedung Basko Hotel ... 68

4.3.6 Gedung FBSS UNP ... 69

4.4 Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki kondisi tektonik aktif, karena merupakan bagian dari pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia yang dicirikan oleh kegempaan aktif. Gempa-gempa besar (di atas Mw7) yang berpusat di dasar laut sering terjadi di wilayah ini dengan kedalaman relatif dangkal. Gempa-gempa yang sering menimbulkan tsunami di perairan barat Sumatera tersebut perlu diwaspadai, terutama di kawasan pantai yang padat penduduk.

(8)

2

Gambar 1.1. Distribusi tingkat Kerentanan masyarakat Kota Padang (Anwar, 2008) dan peta bahaya tsunami (DLR (2008) Namun demikian resiko kehilangan nyawa akibat bahaya tsunami dapat diminimalisir diantaranya dengan mengaktifkan sistem-sistem peringatan dini tsunami baik secara resmi maupun secara kearifan lokal, meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap bahaya alam, meningkatkan kesiapan dan kewaspadaan masyarakat, meningkatkan mutu pengelolaan bencana dan tentu dengan sistem evakuasi yang lebih efektif dan lain sebagainya.

(9)

3

rencana jalur penyelamatan/evakuasi (escape road), dan rencana lokasi penyelamatan darurat (shelter).

Di samping itu pula, kegiatan ini dilakukan sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 28, bahwa sebagai suplemen dari RTRW Kota adalah ”Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Evakuasi Bencana” sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota. Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Evakuasi dalam Rangka Mitigasi Bencana Tsunami di Kota Padang ini diharapkan dapat menjadi arahan pembangunan untuk sarana dan prasarana mitigasi bencana tsunami dalam mengurangi dampak kehancuran yang ditimbulkan di masa depan.

Setelah terjadinya gempa yang banyak menimbulkan kerusakan, rehabilitas merupakan salah satu komponen penting dalam siklus manajemen bencana. Membuat suatu wilayah atau kota yang bebas dari bencana alam adalah sesuatu yang tidak mungkin karena bencana alam berkaitan dengan proses alam yang tidak bisa dihindari. Yang dapat dilakukan adalah meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam melalui upaya mitigasi, diantaranya adalah penyediaan sistem peringatan dini (early warning system) dan penataan ruang wilayah/kota yang berbasis pada kerentanan terhadap bencana alam.

(10)

4

kemacetan di jalan raya, untuk itu perlu dilakukan analisa terhadap jarak lokasi shelter terdekat yang dapat ditempuh oleh masyarakat dengan berjalan kaki.

Kecepatan masyarakat untuk menuju tempat evakuasi sangat ditentukan oleh lokasi evakuasi ,jalur yang dilalui dan kapadatan jalur tersebut. Dengan mengasumsikan kecepatan orang dalam berlari dalam kondisi tersebut diperkirakan paling cepat 3.6 km/jam atau paling lambat sekitar 2.5 km/jam maka lokasi tempat evekuasi yang ideal berkisar pada jarak 400 – 600 m dari pusat pemukiman atau aktivitas masyarakat , yang dapat dicapai dalam waktu paling lama 10 menit.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Secara umum tujuan penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi lokasi shelter dan prasarana transportasi b. Menentukan tingkat aksesibilitas masyarakat menuju shelter

terdekat

c. Membuat Peta aksesibilitas pada lokasi studi

Manfaat dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menghitung waktu tempuh masyarakat menuju shelter terdekat saat terjadi gempa besar yang berpotensi tsunami. Sedangkan luaran penelitian adalah memprediksi waktu tempuh masyarakat menuju shelter terdekat dengan berjalan kaki dan aksesibilitas masyarakat menuju shelter.

1.3 Batasan Masalah

(11)

5

a. Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada kawasan zona rawan bencana tsunami di wilayah Kota Padang khususnya daerah Kecamatan Padang Utara.

b. Penentuan lokasi shelter berdasarkan lokasi gedung – gedung yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai shelter. c. Perhitungan jarak menuju shelter terdekat dilakukan dengan

membagi wilayah rawan bencana pada kisi dan jarak tersebut dihitung dari titik tengah kisi menuju shelter – shelter yang ada pada Kecamatan Padang Utara.

d. Perhitungan waktu tempuh masyarakat menuju shelter berdasarkan jarak dari titik tengah kisi menuju tiap – tiap shelter dengan berjalan kaki.

e. Pada kondisi dengan atau tanpa memperhitungkan kondisi jalan, penulis mengasumsikan kondisi lalu lintas dalam keadaan normal.

f. Pergerakan penduduk menuju shelter diasumsikan pada malam hari dikarenakan jumlah penduduk pada siang hari berbeda dengan jumlah penduduk pada malam hari.

g. Kondisi jalan yang dibandingkan adalah kondisi jalan dengan permukaan perkerasan yang baik dan kondisi perkerasan yang rusak atau berlobang.

Gambar

Gambar 1.1. Distribusi tingkat Kerentanan masyarakat Kota

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini bagi sekolah-sekolah yang ingin mencapai kinerja tinggi terutama dalam prestasi ujian nasional disarankan untuk membangun dan

Pada awal bimbingan klasikal praktikan merasa senang karena siswa yang diberi materi sangat antusias dalam mengikuti bimbingan klasikal. Hal ini menjadikan motivasi

Pajak berganda internasional merupakan masalah pokok dalam hukum pajak internasional atau pajak yang dikenakan lebih dari satu kali terhadap objek yang sama oleh lebih

Protein dalam makanan memiliki peran aktif sebagai media transportasi bagi vitamin dan mineral di dalam tubuh salah satunya zat besi (Sari dkk., 2016),

Daerah endemis malaria, kepadatan parasit yang tinggi sering ditemukan pada individu yang asimptomatik, sebaliknya terdapat kasus kematian akibat malaria dengan

Kedua golongan masyarakat informasi ini dipisahkan oleh jurang informasi yang cukup lebar, kondisi inilah yang akhirnya memacu perpustakaan sebagai lembaga informasi

Menurut Kiai Ro’is Hasyim (khalifah Kiai Musta‘in), acara ini dilakukan, di samping agar tidak mempersulit jamaah untuk berpindah dari satu tempat ke tempat

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengalisis penerapan media sosial KPU Kota Surabaya dalam sosialisasi Pemilihan Gubernur Jawa Timur tahun 2018. Hal ini