Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 0 UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
Alamat : Jl.Perintis Kemerdekaan. Padang 25127. Indonesia Telp.: +62 751 31746. Fax.: +62 751 32838
e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
BLOK 3 .4 :
GANGGUAN SISTEM UROGENITAL
STUDENT`S GUIDE
EdisiketujuhTahun 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ANDALAS
PADANG - INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 1 Tim Pengelola Blok 3.4 (Gangguan Urogenital)
Surat Tugas Dekan FKUA tanggal 2 Januari 2013 No:010/UN16.02.D/PP/2013
Koordinator : dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM Sekretaris : dr. Alvarino, SpB SpU
Anggota : dr. Saptino Miro, SpPD dr. Rudy Afriant, SpPD dr. Yenita M Biomed, SpPA
Padang, 14 Januari 2013
Wakil Dekan I Koordinator Blok 3.4
Prof. Dr. dr. Hj. Eryati Darwin, PA(K) dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 2 BLOK 3.4
GANGGUAN SISTEM UROGENITAL
PENDAHULUAN
Pada Blok 3.4 (Gangguan Sistem Urogenital), mahasiswa dipersiapkan untuk kompeten dalam bidang sistem urogenital. Pembelajaran dalam Blok 3.4 ini meliputi kuliah pengantar, tutorial, skills lab dan praktikum.
Pembelajaran dalam Blok urogenital (Blok 3.4) terdiri dari patofisiologi, prinsip diagnosis dan penatalaksanaan dari
- Kelainankongenitalsistem urogenital, - Gangguankeseimbangancairandanelektrolit - Infeksidanotoimun
- Trauma sistem urogenital
- Penyakitdegeneratifdanneoplasmasistem urogenital - PenyakitGinjalKronik
Padaakhirpembelajaran di Blok 3.4ini,
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 3 TUJUAN PEMBELAJARAN BLOK 3.4
TUJUAN BLOK
Mampumenjelaskandasar diagnosis danpenatalaksanaankomprehensifgangguan system urogenitaliadenganpendekatankedokterankeluarga.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
1. Menjelaskan patogenesis, prinsip diagnosis dan penatalaksanaan kelainan kongenital sistem urogenital dengan pendekatan kedokteran keluarga.
2. Menjelaskan prinsip diagnosis dan penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak dan dewasa dengan pendekatan kedokteran keluarga.
3. Menjelaskan prinsip diagnosis dan penatalaksanaan penyakit infeksi, dan autoimun sistem urogenital pada anak dan dewasa dengan pendekatan kedokteran keluarga.
4. Menjelaskan prinsip diagnosis dan penatalaksanaan trauma pada sistem urogenital dengan pendekatan kedokteran keluarga.
5. Menjelaskan prinsip diagnosis dan penatalaksanaan penyakit degeneratif dan neoplasma pada sistem urogenital dengan pendekatan kedokteran keluarga.
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 4 POHON TOPIK
Sistem Urogenital
Patogenesis / kelainan Sistem Urogenital
KelainanKo ngenital
Ganggua n keseimb
angan cairan dan elektrolit
Trau ma
Infeksidanpenyak itotoimun
Penyakitdegeneratifda nneoplasma
PenyakitGinja lKronik
- Anamnesis - Kelainanfisis
- Kelainanlaboratorium - Pemeriksaanpenunjang
- Diagnosis
- Diagnosis banding
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 5 METODE PEMBELAJARAN
A. Aktivitas Pembelajaran. a. Tutorial.
Diskusi kelompok dengan tutor dijadwalkan dua kali seminggu. Jika berhalangan hadir karena sesuatu hal, mahasiswa yang bersangkutan harus menginformasikan kepada tutor dalam waktu 2 x 24 jam.
b. Skill’s lab.
Kegiatan untuk mendapatkan keterampilan medik, mulai dari komunikasi, keterampilan laboratorium, keterampilan prosedural dan keterampilan klinik
c. Praktikum
Kegiatan yang dilakukan di laboratorium, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang teori.
d. Diskusi pleno
Tujuan dari diskusi ini untuk mempersamakan dan membandingkan proses pembelajaran kelompok untuk mencegah adanya kelompok yang mengambil jalur yang salah. Kelompok dapat mengajukan masalah yang belum terpecahkan dan fasilitator akan mengarahkan diskusi . Kegiatan ini diadakan sekali seminggu dan dihadiri oleh dosen yang terkait.
e. Kuliah Pengantar
Kuliah yang diberikan oleh dosen, yang bertujuan untuk memberikan pedoman kepada mahasiswa dalam mempelajari suatu topik.
f. Konsultasi dengan fasilitator / instruktur / pakar.
Konsultasi dengan fasilitator, instruktur atau dosen apabila diperlukan dengan membuat perjanjian sebelumnya
g. Belajar mandiri
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 7 h. Diskusi kelompok tanpa tutor
Tergantung pada kebutuhan, mahasiswa juga dapat merancang pertemuan kelompok tanpa kehadiran tutor. Tujuan dari diskusi tanpa tutor bisa bervariasi, seperti mengidentifikasi pertanyaan secara teoritis, mengidentifikasi tujuan pembelajaran kelompok, untuk memastikan bahwa kelompok tersebut telah mengumpulkan cukup informasi, atau untuk mengidentifikasi pertanyaan praktis
B. Sumber Pembelajaran. Sumber pembelajaran berupa: a. Buku teks.
b. Majalah dan Jurnal. c. Internet (e-library). d. Nara sumber. e. Laboratorium.
C. Media Instruksional.
Media instruksional yang digunakan a. Panduan tutorial (student’s guide). b. Penuntun Praktikum.
c. CD Rom.
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 8
EVALUASI
NO KOMPONEN BOBOT
1 Penilaian Tutorial 20%
2 Ujian Skills Lab 20%
3 Ujian Tulis (MCQ, PAQ) 60%
Ketentuan :
1. Mahasiswa yang akan mengikuti ujian tulis/skills lab/praktikum harus memenuhipersyaratan berikut :
a. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi tutorial 90% b. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi pleno 90% c. Minimal kehadiran dalam kegiatan skills lab 100% d. Minimal kehadiran dalam kegiatan praktikum 100%
2. Apabila tidak lulus dalam ujian tulis, mahasiswa mendapat kesempatan untuk ujian remedial satu kali pada akhir tahun akademik yang bersangkutan. Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang blok.
3. Apabila tidak lulus ujian skills lab, mahasiswa mendapat kesempatan untuk ujian remedial satu kali di akhir blok. Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang blok
4. Ketentuan penilaian berdasarkan peraturan akademik program sarjana Universitas Andalas tahun 2006.
Nilai Angka Nilai Mutu Angka Mutu Sebutan Mutu
90-100 A+ 4.00 Sangat cemerlang
85-89 A 3.75 Cemerlang
80-84 A- 3.50 Hampir cemerlang
75-79 B+ 3.25 Sangat baik
70-74 B 3.00 Baik
65-69 B- 2.75 Hampir baik
60-64 C+ 2.25 Lebih dari cukup
55-59 C 2.00 Cukup
50-54 C- 1.75 Hampir cukup
40-49 D 1.00 Kurang
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 9 MODUL 1
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN KELAINAN KONGENITAL GANGGUAN SISTEM UROGENITAL
UNIT PEMBELAJARAN 1
SKENARIO 1 : PUTRA TIDAK MAU SEKOLAH
Putra 9 tahun tidak mau sekolah karena diejek kawan ketika buang air kecil di kamar mandi sambil jongkok, yang berbeda dengan kebiasaan kawannya. Ketika dibawa ke dokter Puskesmas, dianjurkan untuk dirujuk ke RSU Dr.MDjamil karena disana sarana fasilitas serta dokter yang berkompeten tersedia. Sambil mempersiapkan rujukan, dokter Puskesmas menjelaskan bahwa apabila ada kelahiran seperti ini sebaiknya segera dirujuk, tunda penentuan jenis kelamin, dan tunda membuat akta kelahiran sampai ada kejelasan jenis kelaminnya, walaupun sex of rearing nya laki-laki.
Pada pemeriksaan umum Putra tampak sehat, tidak ada kelainan fisik, dan tidak ada kelainan bawaan lain. Pada regio genitalia belum ada rambut pubis, ukuran phalus 2
cm,terdapat khordae, skrotum bifida, dan hipospadia phenoskrotal. Teraba gonad di skrotum kanan dan tidak teraba di skrotum kiri. Selanjutnya Putra menjalani pemeriksaan analisis kromosom yang hasilnya adalah 46,XY, dan hasil pemeriksaan genitografi , sesuai dengan genitalia interna laki-laki.
Dokter Spesialis Anak menjelaskan bahwa Putra menderita kelainan kromosom 46,XY DSD yang masih perlu penelusuran lanjutan untuk menentukan diagnosis pasti dan tatalaksananya. Keadaan ini tentu jauh berbeda dengan 46,XX DSD. Dokter juga menjelaskan apabila penelusuran sudah selesai, Putra akan ditangani secara multidisiplin , ahli agama dan lainnya.
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 10 MODUL 2
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
UNIT PEMBELAJARAN 2
SKENARIO 2 : MUNTABER
Tn. Koleri 20 tahun, dibawa ke Puskesmas dengan keluhan diare lebih 20 kali sejak 2 hari yang lalu dan disertai muntah-muntah. Dari pemeriksaan didapatkan, kesadaran baik, tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 110x/menit, nafas 30 x/menit cepat dan dalam, turgor jelek. Dokter segera memasang oksigen, menghitung defisit cairan dan memberikan infus,
kemudian setelah KU membaik Tn. Koleri di rujuk ke RS.
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 11 MODUL 3
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT INFEKSI DAN AUTOIMUN PADA GANGGUAN SISTEM UROGENITAL.
UNIT PEMBELAJARAN 3
SKENARIO 3 : KAKI DANPERUTNONASINEF
Nn. Sinef, 16 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan kaki sembab dan perut buncit sejak 2 minggu yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan asites dan edem kedua tungkai. Dari hasil laboratorium didapatkan albuminurine ++++. Dokter menerangkan pada Nn. Sinef dan keluarganya, kemungkinan telah terjadi “kebocoran” di ginjal dan
menganjurkan untuk dirujuk ke RS, guna pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Pada saat yang sama juga dijumpai pasien datang dengan keluhan nyeri sewaktu buang air kecil, dan disertai poli uria. Hasil laboratorium terlihat sedimen leukosit +++. Pasien ini cemas jangan-jangan jengkol yang dimakannya kemarin penyebab infeksi ini.
Di RS dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap Nn.Sinef, dengan hasil Esbach 4gr/24 jam, kolesterol total 950 mg/dl. Dokter menerangkan pada Nn. Sinef tentang
penyakitnya dan meminta persetujuan Nn. Sinef untuk dilakukan biopsiginjal, sehingga diagnosis dan penatalaksanaannya lebih tepat.
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 12 MODUL 4
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN TRAUMA PADA GANGGUAN SISTEM UROGENITAL
SKENARIO 4 : KELUARDARAHDARIKEMALUAN AHMAD
Tadi malam hingga pagi hujan deras sekali mengguyur desa KuraiTaji. Padahal pagi itu Ahmad (23 tahun) harus kesawah untuk mencari rumput buat kambingnya. Jalan menuju ke sawah yang banyak rumput pada pematangnya, Ahmad harus menyeberang kali dengan meniti sebatang bambu. Karena hari habis hujan, bambunya licin, Ahmad tergelincir waktu meniti dan selangkangannya tepat mengenai batang bambu tsb. Ahmad kesakitan, lalu segera pulang dan tidak jadi mencari rumput. Dirumah waktu mau mengganti pakaian, terlihat ada noda darah pada celana dalam dan pada ujung penisnya terlihat tetesan darah. Dia coba untuk kencing ternyata tidak bisa keluar, lalu dia berangkat ke Puskesmas untuk berobat.
Dari anamnesis, dokter menyimpulkan bahwa Ahmad mengalami saddle injury. Waktu diperiksa oleh dokter ternyata pada selangkangannya terlihat hematoma. Pada palpasi, terabavesicaurinaria penuh. Dokter mengatakan telah terjadi retensio urine dan memutuskan untuk melakukan suprapubic puncture. Kemudian dokter merujuk Ahmad ke RSU Dr. M. Djamil Padang. Tn Ahmad di rujuk bersama seorang anak perempuan umur 11 tahun dengan kasus trauma yang disebabkab Child Abuse.
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 13 MODUL 5
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT DEGENERATIF DAN NEOPLASMA GANGGUAN SISTEM UROGENITAL
UNIT PEMBELAJARAN 5
SKENARIO 5: DERITA TN. KARTA
Tn. Karta 80 tahun datang kepuskesmas dengan keluhan tidak bisa kencing sejak satu hari yang lalu. Sejak satu bulan yang lalu Tn. Karta sudah merasakan kencing tidak lancar serta sedikit-sedikit dan sering.
Dari pemeriksaan didapatkan, KU lemah, gizi kurang.Pada pemeriksaan abdomen teraba masa di supra simpisis. Pada RT teraba kelenjar prostat membesar, berbenjol dan konsistensi keras. Dokter menerangkan pada Tn. Karta tentang penyakitnya dan minta persetujuan Tn. Karta untuk memasang kateter. Ternyata kateter gagal dipasang dan dokter menganjurkan untuk di rujuk ke RS.
Di RS dilakukan pemasang kateter secara SPP, dan dari pemeriksaan lebih lanjut didapatkan PSA 15 ngr/L . Dokter menerangkan pada Tn. Karta, bahwa ia menderita keganasan kelenjar prostat dan menganjurkan untuk operasi.
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 14 MODUL 6
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN GAGAL GINJAL
UNIT PEMBELAJARAN 6
SKENARIO 6 : GINJALKUSAYANGGINJALKUMALANG
Ny. Diagin 54 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhanmual-mual sejaksatu bulan yang lalu. Ny. Diagin sudah dikenal menderita diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu, berobat di Puskesmas, tetapitidakteratur.Dari pemeriksaan didapatkan konyungtivaanemis, tekanan darah 180/100 mmHg dan edem pada keduatungkai.Dari laboratorium di dapatkan Hb 8gr/dl, guladarah sewaktu 240 mg/ dl, danalbumin urine ++.
Dokter menganjurkan Ny. Diagin untuk dirujuk ke RS, karena telah terjadi komplikasi diabetesnya keginjal. Di RS dilakukan pemeriksaan lanjutan, dan dari hasil laboratorium di dapat kanureum 110 mg/dl dankreatinin 8 mg/ dl.Dokter menerangkan pada Ny. Diagin bahwa telah terjadi kegagalan ginjal karena diabetes yang telah lama diderita. Dokter menganjurkan untuk dilakukan dialisis. Suami Ny. Diagin merasa cemas, apakah cucunya kelak akan menderita penyakit seperti istrinya?
Gangguan Sist em U rogenit al edisi ke-7 Tahun 2013 15 LAMPIRAN 1
METODA TUJUH LANGKAH (SEVEN JUMPS) DALAM DISKUSI TUTORIAL
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, digunakan metoda tujuh langkah (sevenjumps) dalam diskusi kelompok. Diskusi kelompok yang pertama mencakup langkah 1-5, dan langkah berikutnya dilakukan dalam diskusi kelompok kedua tentang skenario yang sama. Pertanyaan yang digarisbawahi adalah : Apa yang perlu diketahui? Apa yang telah diketahui? Apa yang ingin diketahui?
Langkah 1. Mengklarifikasi terminologi dan konsep Langkah 2. Menentukan masalah
Langkah 3. Menganalisis masalah melalui brainstorming dengan menggunakan prior knowledge
Langkah 4. Membuat pengkajian yang sistematik dari berbagai penjelasan yang didapatkan pada langkah 3
Langkah 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran
Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 0
DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL
FAK ULT AS K EDOK T ERAN
UNIVERSIT AS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN
Alamat : Jl.Perintis Kemerdekaan. Padang 25127. Indonesia Telp.: +62 751 31746. Fax.: +62 751 32838
e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
BLOK 3.4 :
GANGGUAN SISTEM UROGENITAL
JADWAL KEGIATAN
AKADEMIK
Edisi ketujuhTahun 2013
Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 1
DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL
FAK ULT AS K EDOK T ERAN
UNIVERSIT AS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
Tim Pengelola Blok 3.4 (Gangguan Urogenital)
Surat Tugas Dekan FKUA tanggal 2 Januari 2013 No:010/UN16.02.D/PP/2013
Koordinator : dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM Sekretaris : dr. Alvarino, SpB SpU
Anggota : dr. Saptino Miro, SpPD dr. Rudy Afriant, SpPD dr. Yenita M Biomed, SpPA
Padang, 14 Januari 2013
Wakil Dekan I Koordinator Blok 3.4
Prof. Dr. dr. Hj. Eryati Darwin, PA(K) dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 2
DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL
FAK ULT AS K EDOK T ERAN
UNIVERSIT AS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
DAFTAR KULIAH PENGANTAR BLOK 3.4 TAHUN 2013
MODUL / MINGGU
N
O TOPIK KULIAH KODE NAMA DOSEN
I 1.
2. 3. 4. 5. 6.
Pengantar Blok 3.4
Kelainan kongenital pada genetalia wanita
Embriologi sistem urogenital Diferensiasi Seks
Gangguan diferensiasi seks Penatalaksanaan kelainan sistem urogenital 3.4.1.1 3.4.1.2 3.4.1.3 3.4.1.4 3.4.1.5 3.4.1.6
dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
dr. Ermawati, SpOG (K) dr. M. Setia Budi PA
dr. Eka Agustia Rini, SpA (K) dr. Eka Agustia Rini, SpA (K) dr. Yevri Zulfiqar, SpBSpU II 1.
2. 3. 4. 5.
Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit Prinsip pengobatan gangguan keseimbangan cairan elektrolit Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak
Prinsip pengobatan gangguan
keseimbangan cairan & eletrolit pada anak 3.4.2.1 3.4.2.2 3.4.2.3 3.4.2.4 3.4.2.5
dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
dr. Yusridiane, SpA(K) dr. Yusridiane, SpA(K)
III 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Histopatologi glomerulopati & I.S.K Glomerulopati
Batu saluran kemih I.S.K
Farmakologi obat pada ISK dan glomerulopati
Pencitraan batu saluran kemih dan kista ginjal 3.4.3.1 3.4.3.2 3.4.3.3 3.4.3.4 3.4.3.5 3.4.3.6
dr. Noza Hilbertina, SpPA dr. Afdal, SpA
dr. Rudy Afriant, SpPD
dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
dra. Elly Usman, Msi, Apt dr. Sylvia Rachman, SpR
IV 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Trauma genetalia wanita Trauma traktus urinarius Intoksikasi jengkol “Consouling Infertilitas” “Sex Education”
Pencitraan trauma urogenital Kejahatan seksual dan aspek medikolegalnya 3.4.4.1 3.4.4.2 3.4.4.3 3.4.4.4 3.4.4.5 3.4.4.6 3.4.4.7
dr. Bobby Indra Utama, SpOG(K) dr. Alvarino, SpB SpU
Prof. dr. Kamardi Thalud, SpB dr. Putri Sri Lasmini, SpOG (K) dr. Syahredi SA, SpOG(K) dr. Sylvia Rachman, SpR dr. Rika Susanti, SpF
V 1.
2.
Histopatologi neoplasma urogenital Neoplasma pada sistem urogenital laki-laki
3.4.5.1 3.4.5.2
Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 3
DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL
FAK ULT AS K EDOK T ERAN
UNIVERSIT AS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
3. 4.
Neoplasma pada sistem urogenital wanita
Kista ginjal
3.4.5.3 3.4.5.4
dr. Ermawati, SpOG(K) dr. Rudy Afriant, SpPD VI 1.
2. 3. 4. 5. 6.
Penyakit ginjal kronik “A.K.I” pada dewasa “A.K.I” pada anak-anak Obat pada penyakit ginjal Pemeriksaan laboratorium pada penyakit urogenital
Depresi pada penyakit ginjal
3.4.6.1 3.4.6.2 3.4.6.3 3.4.6.4 3.4.6.5 3.4.6.6
dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
dr. Afdal, SpA
dra. Elly Usman, MSi, Apt dr. Efrida. Sp
Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 4
DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL
FAK ULT AS K EDOK T ERAN
UNIVERSIT AS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
JADWAL KEGIATAN AKADEMIK BLOK 3.4 TAHUN 2013
MINGGU JAM SENIN
28-1-2013 SELASA 29-1-2013 RABU 30-1-2013 KAMIS 31-1-2013 JUMAT 1-2-2013 KET I
07.00-07.50 Upacara KP 3.4.1.2 (AB)
BM
BM BM
08.00-08.50 KP 3.4.1.1 (AB)
KP 3.4.1.2 (CD)
KP 3.4.1.4 (AB)
BM BM
09.00-09.50 KP 3.4.1.1
(CD) KP 3.4.1.3 (AB)
KP 3.4.1.4 (CD)
KP 3.4.1.6
(CD) PLENO
(ABCD)
10.00-10.50 BM KP 3.4.1.5
(AB) KP 3.4.1.6 (AB) 11.00-11.50 Tutorial (ABCD) KP 3.4.1.3 (CD) KP 3.4.1.5 (CD) TUTOR ABCD
12.00-12.50 BM
13.00-13.50 ISOMA ISOMA ISOMA ISOMA
14.00-14.50
SL (A) SL (B) SL (C) SL (D) 15.00-15.50
MINGGU JAM SENIN
4-2-2013 SELASA 5-2-2013 RABU 6-2-2013 KAMIS 7-2-2013 JUMAT 8-2-2013 KET II
07.00-07.50 BM BM BM BM BM
08.00-08.50 KP 3.4.2.1 (AB) KP 3.4.2.2 (CD) KP 3.4.2.4 (CD) KP 3.4.2.5 (AB) BM 09.00-09.50 KP 3.4.2.1
(CD) KP 3.4.2.2 (AB) KP 3.4.2.4 (AB) KP 3.4.2.5
(CD) PLENO
(ABCD) 10.00-10.50 BM KP 4.3.2.3
(CD)
BM BM
11.00-11.50
Tutorial (ABCD)
KP 3.4.2.3
(AB) BM Tutorial
(ABCD)
12.00-12.50 BM BM
13.00-13.50 ISOMA ISOMA ISOMA ISOMA
14.00-14.50
Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 5
DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL
FAK ULT AS K EDOK T ERAN
UNIVERSIT AS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
MINGGU JAM SENIN
11-2-2013 SELASA 12-2-2013 RABU 13-2-2013 KAMIS 14-2-2013 JUMAT 15-2-2013 KET III
07.00-07.50 BM
BM KP 3.4.3.3 (AB)
KP 3.4.3.5
(CD) BM
08.00-08.50 KP 3.4.3.1 (AB) KP 3.4.3.2 (CD) KP 3.4.3.3 (CD) KP 3.4.3.5 (AB) BM 09.00-09.50 KP 3.4.3.1
(CD) KP 3.4.3.2 (AB) KP 3.4.3.4 (AB) KP 3.4.3.6
(CD) PLENO
(ABCD)
10.00-10.50 BM BM KP 3.4.3.4
(CD) KP 3.4.3.6 (AB) 11.00-11.50 Tutorial (ABCD) Pratikum 1 (A) Pratikum 1 (D) Tutorial (ABCD) 12.00-12.50
13.00-13.50 IS O M A Prak tiku m 1 (B)
ISOMA ISOMA ISO
MA Prati kum 1 (C) 14.00-14.50
SL (B) SL (C)
15.00-15.50 SLA SL (D)
MINGGU JAM SENIN
18-2-2013 SELASA 19-2-2013 RABU 20-2-2013 KAMIS 21-2-2013 JUMAT 22-2-2013 KET IV
07.00-07.50 BM BM BM BM KP 3.4.4.7
(AB) 08.00-08.50 KP 3.4.4.1
(AB) KP 3.4.4.2 (CD) KP 3.4.4.4 (AB) KP 3.4.4.6 (CD) KP 3.4.4.7 (CD) 09.00-09.50 KP 3.4.4.1
(CD) KP 3.4.4.2 (AB) KP 3.4.4.4 (CD) KP 3.4.4.6
(AB) PLENO
(ABCD) 10.00-10.50 BM KP 3.4.4.3
(CD) KP 3.4.4.5 (AB) BM 11.00-11.50 Tutorial (ABCD) KP 3.4.4.3 (AB) KP 3.4.4.5
(CD) Tutorial (ABCD)
12.00-12.50 BM BM
13.00-13.50 ISOMA ISOMA ISOMA ISOMA
14.00-14.50
Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 6
DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL
FAK ULT AS K EDOK T ERAN
UNIVERSIT AS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
MINGGU JAM SENIN
25-2-2013 SELASA 26-2-2013 RABU 27-2-2013 KAMIS 28-2-2013 JUMAT 1-3-2013 KET V
07.00-07.50 BM KP 3.4.5.1 (AB)
KP 3.4.5.3 (CD)
BM
BM 08.00-08.50 BM KP 3.4.5.1
(CD)
KP 3.4.5.3 (AB)
BM
BM 09.00-09.50 Pratikum 2
(A)
KP 3.4.5.2 (AB)
KP 3.4.5.4
(CD) Pratikum 2 (D)
PLENO (ABCD)
10.00-10.50 KP 3.4.5.2
(CD)
KP 3.4.5.4 (AB) 11.00-11.50 Tutorial
(ABCD) Pratikum 2 (B) Pratikum 2 (C) Tutorial (ABCD) 12.00-12.50
13.00-13.50 ISOMA ISOMA ISOMA ISOMA
14.00-14.50
SL (A) SL (B) SL (C) SL (D) 15.00-15.50
MINGGU JAM SENIN
4-3-2013 SELASA 5-3-2013 RABU 6-3-2013 KAMIS 7-3-2013 JUMAT 8-3-2013 KET VI
07.00-07.50 BM BM BM BM BM
08.00-08.50 KP 4.3.6.1 (AB) KP 4.3.6.2 (CD) KP 4.3.6.4 (AB) KP 4.3.6.6
(CD) BM
09.00-09.50 KP 4.3.6.1 (CD) KP 4.3.6.2 (AB) KP 4.3.6.4 (CD) KP 4.3.6.6
(AB) PLENO
(ABCD) 10.00-10.50 BM KP 4.3.6.3
(CD) KP 4.3.6.5 (AB) BM 11.00-11.50 Tutorial (ABCD) KP 4.3.6.3 (AB)
KP 4.3.6.5
(CD) Tutorial (ABCD)
12.00-12.50 BM BM
13.00-13.50 ISOMA ISOMA ISOMA ISOMA
14.00-14.50
Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 7
DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL
FAK ULT AS K EDOK T ERAN
UNIVERSIT AS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
MINGGU JAM SENIN
11-3-2013
SELASA 12-3-2013
RABU 13-3-2013
KAMIS 14-3-2013
JUMAT 15-3-2013
KET
VII 10.00-11.40 - Libur UJIAN
HARI 1
UJIAN
HARI 2 - -
Keterangan
1. BM : Belajar mandiri 2. KP : Kuliah pengantar 3. SL : Skills Lab
4. Pratikum 1 : Histopatologi glomerulopati & ISK 5. Pratikum 2 : Histopatologi tumor urogenital Keterangan tempat kegiatan
1. Kuliah pengantar : lokal GH 2. Tutorial : ruangan tutorial
3. Pleno : lokal GH
Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 8
DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL
FAK ULT AS K EDOK T ERAN
UNIVERSIT AS ANDALAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id
DAFTAR NAMA MODERATOR DAN NARASUMBER
DISKUSI PLENO BLOK 3.4 TAHUN 2013
MINGGU KE
HATI / TANGGAL
JAM NAMA
MODERATOR
NAMA NARASUMBER
1 Jumat
1-2-2013
09.00-10.50 dr. Eka Agustia Rini, SpA9K)
1. dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
2. dr. Ermawati, SpOG (K) 3. dr. M. Setia Budi PA
4. dr. Eka Agustia Rini, SpA (K) 5. dr. Yevri Zulfiqar, SpB SpU
2 Jumat
8-2-2013
09.00-10.50 dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
1. dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
2. dr. Yusridiane, SpA(K)
3 Jumat
15-2-2013
09.00-10.50 dr. Afdal, SpA 1. dr. Noza Hibertina, SpPA 2. dr. Afdal, SpA
3. dr. Rudy Afriant, SpPD
4. dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
5. dra. Elly Usman, Msi, Apt 6. dr. Sylvia Rachman, SpR
4 Jumat
22-2-2013
09.00-10.50 dr. Alvarino, SpB SpU
1. dr. Bobby Indra Utama, SpOG(K) 2. dr. Alvarino, SpB SpU
3. Prof. dr. Kamardi Thalub, SpB 4. dr. Putri Sri Lasmini, SpOG (K) 5. dr. Syahredi SA, SpOG(K) 6. dr. Sylvia Rachman, SpR 7. dr. Rika Susanti, SpF
5 Jumat
1-3-2013
09.00-10.50 dr. Rudy Afriant, SpPD
1. dr. Noza Hibertina, SpPA 2. dr. Alvarino, SpB SpU 3. dr. Ermawati, SpOG(K) 4. dr. Rudy Afriant, SpPD
6 Jumat
8-3-2013
09.00-10.50 dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
1. dr. H. Syaiful Azmi, SpPD-KGH, FINASIM
2. dr. Afdal, SpA
3. dra. Elly Usman, MSi, Apt 4. dr. Efrida. Sp
Tut or’s Guide Blok 3.4 (GangguanSistem U rogenital) Edisike 7 tahun 2013 Page 9
DEPAR TEMEN PENDIDIK AN NASIONAL
FAK ULT AS K EDOK T ERAN
UNIVERSIT AS ANDALAS
PENUNTUN SKILLS LAB
BLOK 3.4
GANGGUAN UROGENITAL
I. SERI KETRAMPILAN PROSEDURAL:
Kateterisasi uretra
Punksi Supra Pubik
II. SERI KETRAMPILAN LABORATORIUM
Urin 4. Reduksi Urin dan Protein Urin
III. SERI KETRAMPILAN PROSEDURAL DAN
KOMUNIKASI
Pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Konseling Keluarga Berencana Paska Persalinan
EDISI 3
REVISI 2013
TIM PELAKSANA SKILLS LAB
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
CARA PENGGUNAAN BUKU INI:
Untuk mahasiswa
Bacalah penuntun skills lab ini
sebelum
proses
pembelajaran dimulai. Hal ini akan membantu saudara lebih
cepat memahami materi skills lab yang akan dipelajari dan
memperbanyak waktu untuk latihan dibawah pengawasan
instruktur masing-masing.
Bacalah juga bahan /materi pembelajaran yang terkait
dengan keterampilan yang akan dipelajari seperti: Anatomi,
fisiologi, biokimia, dan ilmu lainnya. Hal ini akan membantu
saudara untuk lebih memahami ilmu-ilmu tersebut dan
menemukan keterkaitannya dengan skills lab yang sedang
dipelajari.
Saudara juga diwajibkan untuk menyisihkan waktu diluar
jadwal untuk belajar / latihan mandiri.
Selamat belajar dan berlatih ...
Terima kasih
Tim
DAFTAR TOPIK SKILLS LAB TIAP MINGGU
Minggu Ke
Bentuk keterampilan topik Tempat
I
Keterampilan Prosedural
Latihan:
Kateterisasi uretra
Punksi Supra pubik Ruang skills lab
Gedung EF
II
III ujian
IV Keterampilan laboratorium
Latihan:
Urin 4. Protein urin dan Reduksi Urin Laboratorium biokimia V Latihan: 1. Pemasangan Alat Ujian Urin 4 VI Keterampilan Prosedural dan komunikasi
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
2. Konseling Keluarga Berencana
Paska Persalinan Gedung ABCD
Ujian
Nilai akhir skills lab: Nilai = 3P+2L+2K 7
Keterangan:
P = Keterampilan prosedural minggu 1-3 (ada 2 ceklist) L = Keterampilan laboratorium minggu 4 dan 5(2 ceklist)
K= keterampilan prosedural dan komunikasi minggu 5-6 (2 ceklist)
Total pertemuan untuk skills lab di blok 3.4 gangguan urogenital ada 7 kali
pertemuan. 2 kali pertemuan dalam 1 minggu ada pada minggu ke 5.
Ketentuan :
1. Mahasiswa yang akan mengikuti ujian tulis/skills lab/praktikum harus mengikuti persyaratan berikut :
a. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi tutorial 90% b. Minimal kehadiran dalam kegiatan diskusi pleno 90% c. Minimal kehadiran dalam kegiatan skills lab 100% d. Minimal kehadiran dalam kegiatan praktikum 100%
2. Apabila tidak lulus dalam ujian tulis, mahasiswa mendapat kesempatan untuk ujian remedial satu kali pada akhir tahun akademik yang bersangkutan. Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang blok.
3. Batas minimal nilai kelulusan skills lab adalah 81 untuk kesemua keterampilan 4. Apabila tidak lulus ujian skills lab, mahasiswa mendapat kesempatan untuk
ujian remedial satu kali di akhir blok. Jika masih gagal, mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang blok
KATETERISASI URETRA
PENGANTAR
Kateterisasi uretra adalah memasukan kateter kedalam buli-buli melalui uretra.
Istilah ini sudah dikenal sejak zaman Hypokrates yang pada waktu itu menyebutkan
tentang tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan cairan dari tubuh. Bernard
memperkenalkan kateter yang terbuat dari karet th 1779, sedangkan Foley membuat
kateter menetap pada th 1930. Kateter Folley inilah yang saat ini masih dipakai secara
luas sebagai alat untuk mengeluarkan urine dari buli-buli.
Pada skills lab kali ini, kegiatan latihan skills lab difokuskan pada pemasangan
kateter pada pria, karena pemasangan kateter pada wanita telah dilakukan pada blok 1.5
(blok urogenital). Namun mahasiswa masih dapat melakukan latihan pemasangan kateter
pada wanita. Untuk nilai akhir skills lab yang diujikan adalah keteterisasi uretra pada pria.
TUJUAN KATETERISASI
Ada untuk tujuan diagnosis dan terapi :
Tindakan diagnosis:
1. Pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urine untuk pemeriksan kultur.
2. Untuk mengukur residu ( sisa ) urine setelah pasien miksi.
3. Untuk memasukan bahan kontras untu pemeriksaan radiologi.
4. Pemeriksaan urodinamik menentukan tekanan intra vesika
5. Untuk menilai produksi urine.
Tujuan terapi :
1. Mengeluarkan urine dari buli-buli pada keadaan obstruksi infra vesika.
2. Mengeluarkan urine pada disfungsi buli.
3. Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinari bagian bawah.
4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra
5. Memasukan obat-obatan intra vesika.
6. Pemakaian kateter secara bersih mandiri berkala .
Kateter untuk diagnostik dilepas setelah tujuan selesai, untuk terapi dipertahankan
sampai tujuan terpenuhi.
Kateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat pemakaian dan percabangan.
Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriere’s (French). Ukuran ini merupakan
Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainleess), karet (lateks), silikon dan lateks
dengan lapisan silikon .Dewasa normal pemasangan kateter untuk drainase digunakan
ukuran 16F – 18F.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:
Dapat memberikan pemahaman dan keterampilan kepada mahasiswa indikasi dan cara
pemasangan kateter yang benar pada pria, sebab jika dikerjakan dengan keliru dapat
menimbulkan kerusakan uretra yang permanen.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat atau bahan untuk pemasangan
kateter pada pria
2. Mampu menerangkan ke pasien ( inform consent ) tentang tindakan yang akan
dilakukan dan persetujuan atas tindakan tersebut.
3. Mampu melakukan tindakan kateterisasi secara aseptik dan sistematis .
4. Mampu mengajarkan kepada orang lain (misalnya petugas kesehatan lain lain )
bagaimana cara melakukan keteterisasi yang benar.
BAHAN DAN ALAT
1. Sabun cuci tangan biasa.
2. Sarung tangan (Hand schoen)
steril.
3. Betadine
4. Doek steril
5. Kateter
6. Jelly
7. Spuit 10 cc
8. NaCl 0,9% atau Aqua steril.
9. Urine bag (penampung urine)
PROSEDUR
1. Operator mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu pada air kran mengalir .
2. Operator memakai hand schoen secara aseptik.
3. Posisi terlentang
4. Lakukan desinfeksi secukupnya dengan memekai bahan anti septik yang tidak
menimbulkan iritasi pada kulit genitalia.
5. Lalu sekitar genital ditutupi dengan doek steril.
6. Anestesi topikal pada penderita yang peka dengan jelly xylocaine 2-4% yang
dimasukkan dengan spuit 20cc.
7. Kateter yang sudah tersedia diolesi dengan jelly secukupnya lalu dimasukan
8. Pelan-pelan kateter didorong masuk, kira-kira didaerah bulbo membranacea (
spinkter uretra eksterna ) akan terasa ada tahanan,dalam hal ini pasien disuruh
untuk nafas dalam supaya spinkter uretra eksterna jadi relaks.
9. Kemudian kateter terus didorong masuk kebuli-buli ditandai dengan keluarnya
urine dari lobang kateter.
10. Sebaiknya kateter terus didorong sampai percabangan kateter menyentuh
meatus uretra eksterna.
11. Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 cc.
12. Jika kateter menetap dihubungkan dengan pipa penampung (urine bag )
13. Kateter difiksasi dengan plester pada kulit proksimal atas di daerah inguinal dan
usahakan agar penis mengarah ke lateral. Hal ini untuk mencegah nekrosis
akibat tekanan pada bagian ventral uretra didaerah penoskrotal.
Prosedur diatas adalah untuk pria, pada wanita biasanya jarang dijumpai kesulitan karena
uretranya lebih pendek. Biasanya kesulitannya mencari muara uretra, kadang karena
stenosis pada muara uretra. Untuk kondisi ini sebelum pemasangan kateter dilakukan
dilatasi dahulu dengan bougie.
Bila terjadi kesulitan pemasangan karena ketegangan spinkter eksterna karena pasien
kesakitan atau ketakutan dapat diatasi dengan :
1. Menekan tempat tertahan tadi dengan ujung kateter kira-kira beberapa menit
sampai terjadi relaksasi spinkter.
2. Pemberian anestesi topikal berupa campuran lidokain hidroklorida 2% dengan
jelly 10-20cc,dimasukan peruretra sebelum melakukan kateterisasi.
LEMBARAN PENILAIAN SKILLSLAB BLOK 3.4 KATETERISASI URETRA
Nama : ... Kelompok: ...
No. BP: ...
No Aspek yang dinilai Nilai
1 2 3 4
1 Kemampuan menerangkan indikasi pemasangan kateter 2 Kemampuan untuk menyiapkan bahan dan alat untuk
pemasangan kateter.
3 Kemampuan untuk melakukan inform concern kepada pasien sebelum melakukan pemasangan kateter
4 Kemampuan untuk melakukan tindakan aseptik sebelum pemasangan kateter
5 Kemampuan untuk melakukan pemasangan kateter uretra secara benar dan sistematis
6 Kemampuan menerangkan cara pemasangan kateter secara benar kepada orang lain
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan
2 = Dilakukan / diterangkan tidak secara lengkap atau ada bagian yang terlupakan. 3 = Dilakukan / diterangkan sistematik tetapi tidak begitu lancar.
4 = Dilakukan / diterangkan sistematik dan lancar.
Penilaian : Jumlah skor x 100% = ……… 18
Padang, ……….
Instruktur,
PUNKSI SUPRA PUBIS
PENGANTAR
Punksi supra pubis biasanya dilakukan untuk pengambilan contoh urine agar tidak
terkontaminasi, disamping itu dapat juga digunakan sebagai diversi urine sementara
waktu bila pasien retensi dan pemasangan kateter uretra gagal sedang kan sarana
maupun prasarana untuk melakukan sistostomi terbuka atau dengan trokar tidak ada
apalagi tersedianya set perkutan sistostomi..Walaupun tidak begitu menyakitkan tetapi
tidak menyenangkan bagi pasien. Sebelum melakukan punksi pasien harus banyak
minum dulu agar buli-bulinya penuh.Biasanya pada laki-laki teraba puncak buli-bulinya
yang penuh karena tonus ototnya relatif lebih kuat, sedangkan pada wanita kadang
walaupun sudah penuh buli-bulinya masih tidak teraba. Punksi supra pubis biasanya
dilakukan pada garis tengah diantara umbilikus dan simpisis pubis, punksinya kira-kira 2
inci diatas simpisis.
Punksi buli tidak dilakukan pada tumor buli, kontracted bladder dan hematuri yang
belum jelas sebabnya.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:
Untuk memberikan pemahaman dan keterampilan kepada mahasiswa indikasi
dan cara melakukan punksi supra pubis yang benar.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat atau bahan untuk pemasangan
punksi supra pubis.
2. Mampu menerangkan ke pasien ( inform consent ) tentang tindakan yang akan
dilakukan dan persetujuan atas tindakan tersebut.
3. Mampu melakukan tindakan punksi supra pubis secara aseptik dan sistematis .
4. Mampu mengajarkan kepada orang lain (misalnya petugas kesehatan lain lain )
bagaimana cara melakukan punksi supra pubis yang benar.
BAHAN DAN ALAT
1. Sabun cuci tangan biasa.
2. Sarung tangan (Hand schoen) steril
3. .Betadine
4. Doek steril.
PROSEDUR
1. Operator mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu pada air kran mengalir .
2. Operator memakai hand schoen secara aseptik.
3. Lakukan desinfeksi secukupnya dengan memakai bahan anti septik yang tidak
menimbulkan iritasi pada kulit antara simpisis dengan umbilikus.
4. Lalu daerah yang akan dipunksi ditutupi dengan doek steril.
5. Dilakukan punksi dg spuit atau spinal needle( garis tengah antara simpisis pubis
dan umbilikus,biasanya 2 inci diatas simpisis pubis) tegak lurus dengan daerah
punksi terus didorong masuk kebuli-buli ditandai dengan keluarnya urine dari
lobang jarum.
LEMBARAN PENILAIAN SKILLS LAB BLOK 3.4 PUNKSI SUPRA PUBIK
Nama : ... Kelompok: ...
No. BP: ...
No Aspek yang dinilai Nilai
1 2 3 4
1 Kemampuan menerangkan indikasi punksi supra pubis 2 Kemampuan untuk menyiapkan bahan dan alat untuk
punksi supra pubis.
3 Kemampuan untuk melakukan inform concern kepada pasien sebelum melakukan punksi supra pubis
4 Kemampuan untuk melakukan tindakan aseptik sebelum melakukan punksi supra pubis
5 Kemampuan untuk melakukan punksi supra pubis secara benar dan sistematis
6 Kemampuan menerangkan secara benar tindakan punksi supra pubis kepada orang lain
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan
2 = Dilakukan / diterangkan tidak secara lengkap atau ada bagian yang terlupakan. 3 = Dilakukan / diterangkan sistematik tetapi tidak begitu lancar.
4 = Dilakukan / diterangkan sistematik dan lancar.
Penilaian : Jumlah skor x 100% = ……… 18
Padang, ……….
Instruktur,
TES GLUKOSA URINE
(TES REDUKSI / BENEDICT)
I. PENGANTAR
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa urine termasuk pemeriksaan penyaring
dalam urinalisis. Prosedur ini diajarkan kepada mahasiswa agar mereka memahami
bahwa tes reduksi urine ini dapat dipakai untuk menguji adanya glukosa dalam urine
sehingga merupakan upaya diagnostik untuk mengetahui adanya peningkatan glukosa di
dalam darah. Sekaligus agar siswa dapat melakukan persiapan, melakukan serta
menginterpretasikan hasil pemeriksaan ini.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan umum
Untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam mempersiapkan,
melakukan dan menginterpretasikan tes reduksi (glukosa) urine.
Tujuan khusus
a. Mampu menerangkan kepada pasien tujuan dan prosedur tes reduksi urine
b. Mampu melakukan persiapan bahan dan alat untuk tes reduksi urine
c. Mampu melakukan tes reduksi urine
d. Mampu menginterpretasikan hasil tes reduksi urine
III. STRATEGI PEMBELAJARAN:
a. Demonstrasi oleh instruktur
b. Bekerja kelompok dengan pengawasan instruktur
c. Bekerja dan belajar mandiri
IV. PRASYARAT:
Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih yaitu teori mengenai proses pembentukan urine dan komposisinya.
V. TEORI
Menyatakan adanya gukosa dalam urine dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Cara yang tidak spesifik yaitu menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi.
Pada tes ini terdapat suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika
direduksi oleh glukosa. Reagen yang banyak digunakan untuk menyatakan adanya
Diantara reagensia yang mengandung garam cupri untuk menyatakan reduksi,
reagen yang terbaik adalah larutan Benedict. Prinsip dari tes Benedict ini adalah
glukosa dalam urin akan mereduksi kuprisulfat menjadi kuprosulfat yang terlihat
dengan perubahan warna dari larutan Benedict tersebut. Tetapi harus diingat bahwa
yang mempunyai sifat pereduksi tidak hanya glukosa, monosakharida lain seperti
galaktosa, fruktosa dan pentosa, disakharida seperti laktosa dan beberapa zat bukan
gula seperti asam homogentisat, formalin, salisilat kadar tinggi, vitamin C dsb juga
mengadakan reduksi.
VI. PROSEDUR KERJA
CARA BENEDICT
Bahan dan alat:
1. Tabung reaksi
2. Lampu spiritus / water bath
3. Rak tabung reaksi
4. Penjepit tabung reaksi
5. Reagen Benedict
Cara Kerja:
1. Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi
2. Teteskan sebanyak 5 – 8 tetes urin ke dalam tabung itu
3. Masukkan tabung tsb ke dalam air mendidih selama 5 menit atau langsung
dipanaskan di atas lampu spiritus selama 3 menit mendidih
4. Angkat tabung, kocok isinya dan bacalah hasil reduksi
Menilai Hasil: secara semikuantitatif
- : tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh
+ : hijau kekuning-kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5 – 1% glukosa)
++ : kuning kehijauan atau kuning keruh (1 – 1,5% glukosa)
+++ : jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5% glukosa)
LEMBARAN PENILAIAN SKILL LAB BLOK 3.4 REDUKSI URINE
Nama Mahasiswa :
BP. :
Kelompok :
No Aspek yang dinilai
Nilai
1 2 3 4
1. Menerangkan tujuan dan prosedur
2. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan
3. Memasukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi
4. Meneteskan 5 – 8 tetes urin ke dalam tabung tsb
5.
Memasukkan tabung tsb ke dalam air mendidih selama 5 menit atau langsung memanaskan di atas lampu spiritus selama 3 menit mendidih
6. Mengangkat tabung dan mengocok isinya
7. Membaca hasil tes reduksi
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan
2 = Dilakukan dengan banyak perbaikan 3 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan 4 = Dilakukan dengan sempurna
Penilaian : Jumlah Skor x 100% = ...
21
Padang, ……….
Instruktur,
TES PROTEIN URINE
(PEMANASAN DENGAN ASAM ASETAT)
I. PENGANTAR
Pemeriksaan terhadap protein urine termasuk pemeriksaan rutin. Salah satu cara
untuk menentukan adanya protein dalam urine yaitu pemanasan dengan asam asetat.
Prosedur ini diajarkan kepada mahasiswa agar mereka memahami bahwa pemanasan
dengan asam asetat ini dapat dipakai untuk menguji adanya protein dalam urine sehingga
merupakan upaya diagnostik untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal. Sekaligus
agar siswa dapat melakukan persiapan, melakukan serta menginterpretasikan hasil
pemeriksaan ini.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan umum
Untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam mempersiapkan,
melakukan dan menginterpretasikan tes protein urine.
Tujuan khusus
a. Mampu menerangkan kepada pasien tujuan dan prosedur tes protein urine
b. Mampu melakukan persiapan bahan dan alat untuk tes protein urine
c. Mampu melakukan tes protein urine
d. Mampu menginterpretasikan hasil tes protein urine
III. STRATEGI PEMBELAJARAN:
- Demonstrasi oleh instruktur
- Bekerja kelompok dengan pengawasan instruktur
- Bekerja dan belajar mandiri
IV. PRASYARAT:
Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih yaitu teori mengenai proses pembentukan urine dan komposisinya.
Kebanyakan cara yang rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin adalah
berdasarkan pada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan
itu menjadi ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urin yang
benar-benar jernih menjadi syarat penting untuk tes terhadap protein. Jika urine yang
akan diperiksa tersebut jernih maka dapat langsung dipakai, tetapi jika terlihat keruh
harus dilakukan sentrifugasi dan yang dipakai adalah supernatannya.
Protein dengan pemanasan akan terbentuk presipitat yang terlihat berupa
kekeruhan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik
iso-elektrik protein; pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan terjadi
presipitasi.
Karena kekeruhan yang sangat ringan sukar dilihat, maka harus digunakan
tabung yang bersih dan bagus. Jika tabung telah tergores tidak dapat digunakan lagi.
Sumber reaksi negatif palsu pada tes pemanasan dengan asam asetat adalah
pemberian asam asetat yang berlebihan. Sumber reaksi positif palsu yaitu kekeruhan
yang tidak disebabkan oleh albumin atau globulin, kemungkinannya:
a. Nukleoprotein, kekeruhan terjadi pada pemberian asam asetat sebelum
pemanasan
b. Mucin, kekeruhan juga terjadi pada saat pemberian asam asetat sebelum
pemanasan
c. Proteose, presipitat terjadi setelah campuran reaksi mendingin, kalau dipanasi
menghilang lagi
d. asam-asam resin, kekeruhan oleh zat ini larut dalam alkohol
e. protein Bence Jones, protein ini larut pada suhu didih urin, terlihat kekeruhan
pada suhu kira-kira 60ºC
VI. PROSEDUR KERJA
CARA PEMANASAN DENGAN ASAM ACETAT
Bahan dan alat:
1. Tabung reaksi
2. Lampu spiritus
3. Rak tabung reaksi
4. Penjepit tabung reaksi
Cara Kerja:
1. Masukkan urin jernih (sentrifus terlebih dahulu) ke dalam tabung reaksi sampai
2/3 penuh
2. Dengan memegang tabung reaksi itu pada ujung bawah, lapisan atas urin itu
dipanasi di atas nyala api sampai mendidih selama 30 detik
3. Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin, dengan membandingkan
jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan,
mungkin disebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga oleh calciumfosfat atau
calcium karbonat
4. Teteskan ke dalam urin yang masih panas itu 3 – 5 tetes larutan asam acetat 6%.
Jika kekeruhan itu disebabkan oleh calcium – fosfat maka kekeruhan itu akan
lenyap. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh calcium karbonat, kekeruhan hilang
juga tapi dengan pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih
keruh lagi maka tes terhadap protein adalah positif
5. Panaskan sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan kemudian beri
penilaian semikuantitatif
Menilai Hasil:
- : tidak ada kekeruhan
+ : kekeruhan ringan (spt awan) tanpa butir-butir (kadar protein kira-kira
0,01 – 0,05%)
++ : kekeruhan mudah dapat dilihat dan nampak butir-butir dalam kekeruhan
(0,05 – 0,2%)
+++ : urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0,2 – 0,5%)
++++ : urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping besar atau
bergumpal-gumpal taupun memadat (lebih dari 0,5%). Jika terdapat lebih
LEMBARAN PENILAIAN SKILL LAB BLOK 3.4 TES PROTEIN URINE
Nama Mahasiswa :
BP. :
Kelompok :
No Aspek yang dinilai
Nilai
1 2 3 4
1. Menerangkan tujuan dan prosedur 2. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan
3. Memasukkan urin ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 tabung
4. Memanaskan lapisan atas urin
5. Membandingkan dengan urin yang masih jernih di bawah tabung
6. Meneteskan asam asetat 6%
7. Memanaskan kembali lapisan atas urin sampai mendidih
8. Membaca hasil tes protein urine
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan
2 = Dilakukan dengan banyak perbaikan 3 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan 4 = Dilakukan dengan sempurna
Penilaian : Jumlah Skor x 100% = ...
24
Padang, ……….
Instruktur,
PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
DAN KONSELING KELUARGA BERENCANA PASKA
PERSALINAN
1. PENGANTAR:
Keterampilan konseling keluarga berencana dan pemasangan Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR), merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter
umum dan dipelajari sejak mahasiswa berada di jenjang akademik/preklinik. Keterampilan
ini sangat membantu seorang Dokter dalam memberikan pelayana keluarga berencana
secara menyeluruh dari seorang pasien.
Pengetahuan dan keterampilan konseling keluarga berencana dan pemasangan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) berperan penting dalam penurunan angka kematian
ibu dan bayi. peningkatan pelayanan KB tidak semata-mata untuk pengendalian
penduduk namun diharapkan akan berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan ibu dan
bayi.
Keterampilan ini sangat berkaitan dengan ketrampilan yang telah diberikan pada blok
sebelumnya seperti Handwashing (Blok 1.1.), Komunikasi (Blok 1.1 – Blok 1.4), Pemeriksaan Fisik Umum (Blok 1.1), Pemeriksaan Tanda Vital (Blok 1.2). Waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan ketrampilan ini adalah 150 menit (3 x 50 menit). Dilakukan di
ruangan skills lab FK-Unand.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN:
2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan pelatihan Keterampilan konseling keluarga berencana dan
pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) mahasiswa mampu melaksanakan
konseling keluarga berencana dan mampu memasang alat kontrasepsi dalam rahim.
2.2 Tujuan Instruksional Khusus :
2.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi konseling keluarga berencana dan
pemasangan AKDR.
2.2.2 Mahasiswa mampu melakukan konseling keluarga berencana dengan baik.
2.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim dengan
baik
3.1 Demonstrasi yang dilakukan instruktur
3.2 Supervisi
3.3 Mandiri
3.4 Diskusi
4. PRASYARAT:
4.1 Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:
4.1.1 Anatomi Genitalia Wanita
4.1.2 Komunikasi efektif
4.1.3 Pengetahuan mengenai berbagai jenis alat kontrasepsi
4.2 Praktikum yang harus diikuti sebelum berlatih
4.2.1 Anatomi genitalia wanita
4.3 Ketrampilan yang terkait:
4.3.1. Komunikasi (Blok 1.1 – Blok 1.4)
4.3.2. Pemeriksaan Fisik Umum (Blok 1.1)
4.3.3 Pemeriksaan Tanda Vital (Blok 1.2)
4.3.4 Pemeriksaan Genitalia wanita (Blok 2.3)
5. TEORI
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
A. Program Keluarga Berencana ( KB )
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:
a. Mendapatkan objektif - objektif tertentu.
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
d. Mengatur interval di antara kelahiran.
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri.
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan
KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat
desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan
KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek
Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD, implant,
vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh
langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa. Kontrasepsi suntik
KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan kontrasepsi jenis, IUD, implant dan
vasektomi / tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.
B. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan
Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel
pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari / mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut.
Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga
kategori, yaitu menunda / mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta
menghentikan / mengakhiri kehamilan atau kesuburan.
Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu :
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
b. Melumpuhkan sperma.
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
C. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR / IUD )
1. Pengertian IUD ( Intra Uterine Device )
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang
dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil,
suntik dan kondom. Efektifitas metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka
kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode tersebut
diatas.
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau
campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah
masuknya sprematozoa / sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan
alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat
dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh
perempuan yang terpapar infeksi menular seksual.
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti
fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan
lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
c. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm.
Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau
375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu
standar, small, dan mini.
d. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung.
Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri
dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran
30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih).
Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari
pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka
[image:47.612.138.446.526.604.2]atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
Gambar 1: Jenis-jenis AKDR
Keterangan: Dari kiri ke kanan berturut-turut: Copper-T, Copper-7, Multiload,
Lippes loop
3. Cara Kerja IUD
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke
dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
4. Keuntungan dan Kelemahan IUD
Adapun keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni :
a. Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).
b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi
infeksi).
j. Dapat digunakan sampai menapouse (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan IUD yaitu :
a. Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya pada
3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan
banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
b. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangan benar).
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti
pasangan.
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD,
PRP dapat memicu infertilitas.
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD.
Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
h. Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau
bidan) yang terlatih.
i. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan)
j. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
5. Waktu Penggunaan IUD
Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi
(MAL).
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi.
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.
6. Waktu Kontrol IUD
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa
posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan
adalah :
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. setiap 6 bulan berikutnya
d. bila terlambat haid 1 minggu
Gambar 2: Bagian-bagian IUD Copper-T
7. Prosedur Kerja Pemasangan IUD
Pemasangan maupun pencabutan AKDR tidak memerlukan ruang operasi besar,
akan tetapi wajib menggunakan instrumen yang telah disterilisasi atau di Disinfeksi
Tingkat Tinggi (DTT) dan dilakukan di ruangan yang bersih. Bahan-bahan yang
diperlukan dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
- Alat dan instrumen dasar yang biasanya ditemukan pada suatu klinik KB.
- Alat khusus untuk pemasangan/pencabutan AKDR (misalnya: kit pemasangan/ pencabutan).
- Bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan mengurangi penyebaran penyakit serius seperti Hepatitis B dan HIV/AIDS.
Persiapan :
Gambar 3: Anatomi Genitalia Wanita
b. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
c. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
d. Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan AKDR :
- Gyn bed
- Tensimeter dan stetoskop
- IUD set steril
- Bengkok
- Lampu
- Meja dengan duk steril.
- Sym speculum
- Sonde rahim
- Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
- Kogel tang
- Pincet dan gunting
Gambar 4: Alat-alat pemasangan IUD
Siapkan peralatan dan instrumen yang diperlukan untuk pencabutan AKDR.
Instrumen dan bahan yang diperlukan adalah:
[image:51.612.121.509.327.641.2]- Forsep/korentang
- Mangkuk untuk larutan antiseptik
- Sarung tangan (yang telah diDTT atau disterilisasi atau sarung tangan periksa yang baru)
- Cairan antiseptik (mis.: povidon iodin) untuk membersihkan serviks .
- Kain kasa atau kapas
- Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks
Langkah-langkah pemasangan AKDR:
a. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping
dan cara menanggulangi efek samping.
b. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien
mengajukan pertanyaan.
c. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa
langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada
langkah-langkah tersebut.
d. Pastikan kllen telah mengosongkan kandung kencingnya.
e. Melaksanakan anamnese umum, keluarga.
f. Melaksanakan pemeriksaan umum, mengukur tensimeter.
g. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
h. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi
Lithotomi.
i. Petugas cuci tangan
j. Pakai sarung tangan kanan dan kiri
k. Bersihkan vulva dan vagina dengan kapas sublimat
l. Periksa genitalia eksterna.
m. Lakukan pemeriksaan dengan spekulum untuk menentukan keadaan posisi
uterus.
- Pasang speculum sym.
- Dapat digunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
- Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan bentuk rahim.
n. Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rongga
rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter
dikeluarkan.
- Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya.
- Hati-hati memasukkan tabung inserter sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai terasa ada tahanan.
- Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (withdrawal technique). Tarik keluar pendorong.
- Setelah lengan AKDR lepas, dorong secara perlahan-lahan tabung inserter ke dalam kavum uteri sampai leher biru menyentuh serviks.
- Tarik keluar sebagian tabung inserter, potong benang AKDR kira-kira 3 - 4 cm panjangnya.
- Cara lain, tarik keluar seluruh tabung inserter, jepit benang AKDR dengan menggunakan forsep kira-kira 3-4 cm dari serviks dan potong benang
[image:53.612.177.443.199.525.2]AKDR pada tempat tersebut.
Gambar 5: Pemasangan IUD
o. Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut rahim
(forniks).
p. Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
q. Alat-alat dibersihkan
- Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan.
s. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami
setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
t. Ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR (dengan menggunakan
model bila tersedia).
u. Minta klien menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR
Catatan :
- Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan dokter spesialis.
- Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke
dokter spesialis.
- Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
KONSELING KB PASCA PERSALINAN
Peningkatan pelayanan KB pasca