• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pemberian Pupuk CustumBio dan Dosis Phosphat pada Media Tanam terhadap Pertumbuhan Semai Kopi Heri Santoso

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pemberian Pupuk CustumBio dan Dosis Phosphat pada Media Tanam terhadap Pertumbuhan Semai Kopi Heri Santoso"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK CUSTOM BIO DAN DOSIS PUPUK

PHOSPHAT PADA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN

SEMAI KOPI (Coffea conephora)

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister Pertanian

Program Studi Agronomi

Oleh : HERU SANTOSO

S 611208006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN

PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul “EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK CUSTOM BIO DAN DOSIS PUPUK PHOSPHAT PADA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI KOPI (Coffea conephora)” ini adalah penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sangsi, baik Tesis beserta gelar magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus menyertakan tim promoter sebagai autor dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 13 Oktober 2014

Mahasiswa,

Heru Santoso S611208006

(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.

Tesis ini terwujud tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendukung baik secara moril maupun materiil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan studi di program pascasarjana program studi Agronomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS., selaku Dosen Pembimbing I Tesis yang telah banyak membantu membimbing penelitian dari awal hingga selesai penyusunan naskah.

3. Dr. Ir. Supriyadi, MS., selaku Dosen Pembimbing II Tesis yang telah banyak membantu membimbing selama penelitian dan penyusunan naskah. 4. Prof. Dr. Ir. Supriyono, MS., selaku Ketua Program Studi Agronomi yang

telah banyak memberikan masukan dan saran.

5. Dr. Ir. Subagiyo. MP., selaku Ketua Penguji yang banyak memberikan masukan dan saran.

Akhirnya segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan agar Tesis ini menjadi lebih baik. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat dan khazanah pengetahuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 13 Oktober 2014

Penulis

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ORISINILITAS TESIS ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Tujuan ……….. 3

C. Manfaat ……… 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Kopi ……… 4

B. Jenis-Jenis Kopi ……….. 7

C. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi ……… 9

D. Teknis Budidaya Kopi ………. 11

E. Dormansi ... 23

F. Perkecambahan ... 25

G. Pupuk Custumbio ... 29

H. Unsur Hara N, P dan K ... 31

I. Pupuk Nitrogen ... 36

J. Pupuk Phospat ... 38

K. Pupuk KCl ... 39

(7)

vii

N. Hipotesis ... 44 BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45 B. Alat dan Bahan ... 45 C. Tatalaksana Penelitian ... 45 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Tanaman ... 55 B. Hasil analisis P jaringan tanaman ... 63 C. Hasil kandungan klorofil pada daun ... 69

BAB V. KESIMPULAN 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Komposisi Kandungan Bahan dalam 1 Tablet (5 g)

CustomBio... 30 Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman pada berbagai Dosis Pupuk

CustomBio dengan dosis Phospat ... 56 Tabel 3 Rata-rata jumlah daun pada berbagai taraf Dosis

Pupuk CustomBio dengan dosis Phospat ... 58 Tabel 4. Rata-rata Panjang Daun pada berbagai taraf Dosis

Pupuk CustomBio dengan dosis Phospat ... 60 Tabel 5. Rata-rata Lebar Daun pada berbagai taraf Dosis Pupuk

CustomBio dengan dosis Phospat ... 63 Tabel 6. Rata-rata Dosis Pupuk CustomBio terhadap

Kandungan P pada jaringan Akar ... 65 Tabel 7. Rata-rata Dosis Pupuk CustomBio terhadap

Kandungan P pada jaringan Batang ………. 67 Tabel 8. Rata-rata Dosis Pupuk CustomBio terhadap

Kandungan P pada jaringan Daun ………. 69 Tabel 9. Rata-rata Dosis Pupuk CustomBio terhadap

Kandungan P pada kandungan klorofil daun ... 73

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Sistem percabangan tanaman kopi ... 5 Gambar 2 Kerangka Berpikir ... 43

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sidik Ragam Tinggi per Tanaman (cm) Lampiran 2. Sidik Ragam Jumlah Tumbuh Daun Lampiran 3. Sidik Ragam Panjang Daun

Lampiran 4. Sidik Ragam Lebar Daun

Lampiran 5. Sidik Ragam Kandungan P pada Akar Lampiran 6. Sidik Ragam Kandungan P pada Batang Lampiran 7. Sidik Ragam Kandungan P pada Daun Lampiran 8. Sidik Ragam Kandungan Klorofil Lampiran 9. Denah Penelitian

Lampiran 10. Dokumentasi

(11)

xi ABSTRAK

Heru Santoso, 2014. ”Efektivitas Pemberian Pupuk CustumBio dan Dosis

Phosphat pada Media Tanam terhadap Pertumbuhan Semai Kopi.” Tesis Program

Pascasarjana Program Studi Agronomi Universias Sebelas Maret Surakarta.

Salah satu permasalahannya pada usaha pemenuhan biji kopi. Perbanyakan kopi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Cara generatif memang memakan waktu yang lebih lama dibandingkan setek, oleh sebab itu diperlukan perlakuan khusus dalam meningkatkan pertumbuhan semai kopi yang menggunakan biji kopi penelitian ini akan melakukan pemberian Custumbio pada media tanam dengan dosis pupuk phospat terhadap petumbuhan semai kopi, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian Custumbio pada media tanam dengan dosis pupuk phospat terhadap petumbuhan semai kopi.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah pola dasar RAL (Rancangan Acak Lengkap) terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu 1) Dosis pupuk CustomBio (C), terdiri dari 4 taraf yaitu: C.0 = 0 tablet per hektar (kontrol), C.1 = 8 tablet per hektar, C.2 = 9 tablet per hektar, C.3 = 10 tablet per hektar. 2) Aplikasi dengan cara melarutian 1 tablet CustomBio dapat dilarutkan menjadi 4 tangki knap sack (13 - 15 liter), Pupuk Phospat (P)

ini , ada 4 taraf yaitu: P0 : 0 kg/ha (kontrol), P1 : 10 kg/ha, P2 : 20 kg/ha, P3 : 30 kg/ha,

dengan ulangan sebanyak 3 kali.

Hasil penelitian yaitu 1) Perlakuan dosis pupuk CustomBio (C) yang paling efektif adalah

250 ml/polybag (C3) karena lebih tinggi pertumbuhannya dibandingkan kontrol. 2)

Perlakuan dosis pupuk Phospat (P) yang paling efektif adalah 18.75 gr/polybag (P3) sebab

lebih tinggi pertumbuhannya dibandingkan kontrol. 3) Interaksi antar perlakuan dosis pupuk CustomBio dengan dosis pupuk phospat (P) berpengaruh berpengaruh sangat nyata pada lebar daun. Lebar daun tertinggi adalah pada kombinasi perlakuan dosis CustomBio

250 ml/polybag dengan dosis pupuk phospat 18.75 gr/ polybag (C3P3) sebesar 3.17 cm. 4)

Kadar P jaringan tanaman pada akar, batang dan daun tertinggi pada kombinasi perlakuan kombinasi perlakuan dosis pupuk CustomBio sebesar 250 ml/polybag dengan dosis

pupuk phospat 18.75 gr/polybag (C3P3) yang masing-masing sebagai berikut untuk akar

kandungan P sebesar 1.96 %, batang kandungan P sebesar 2,08 % dan pada daun kandungan P sebesar 1.96 %. 5) Kandungan klorofil daun tertinggi terjadi pada kombinasi perlakuan pupuk CustomBio 250 ml/polybag dengan pupuk phospat sebesar

18.75 gr/polybag (C3P1) yaitu 9,731 mikrogram daun per cm2.

Kata kunci : Pupuk Custom Bio, Dosis pupuk Phosphat, Pertumbuhan semai kopi

(12)

xii ABSTRACT

Heru Santoso, 2014. ” The Effectiveness of CostumBio The Planting Medium with

the Phosphate Fertilizer Plant Seeds of Growth Coffee.” Thesis Postgraduate Program

of Agronomy Program Study of Surakarta Sebelas Maret University.

One of the problems in the fulfillment business coffee coffee seed propagation can be done in two ways, namely the generative and vegetative. Generative way it takes longer than cutting, and therefore required special treatment to improve seedling growth of coffee that use this research will make provision Custum bio on the planting medium with the phosphate fertilizer petumbuhan coffee plant seeds. Purpose to knowing the effectiveness of bio Custum the planting medium with the phosphate fertilizer plant seeds petumbuhan coffee.

The research methodology used is the archetype CRD (completely randomized design) consists of 2 factors: 1) The dose of fertilizer CustomBio (C), consisting of 4 levels, namely: C.0 = 0 tablets per hectare (control), C.1 = 8 tablets per hectare, C.2 = 9 tablets per hectare, C3 = 10 tablets per hectare. 2) Application by way CustomBio melarutian 1 tablet can be dissolved into 4 tank Knap sack (13-15 liter), pPupuk phosphate (P), there are 4 levels, namely: P0: 0 kg / ha (control), P1: 10 kg / ha, P2: 20 kg / ha, P3: 30 kg / ha, with repeat 3 times.

The results of the study. The results of the study are 1) Treatment of fertilizers CustomBio (C) the most effective is 250 ml / polybag (C3) due to a higher growth than the control. 2) The treatment dose of fertilizer phosphate (P), the most effective is 18.75 g / polybag (P3) because higher growth than the control. 3) Interaction between dose treatment with a dose of fertilizer CustomBio phosphate fertilizer (P) was highly significant effect on the width of the leaf. The width of the leaf is the highest in the combination treatment CustomBio dose of 250 ml / polybag with phosphate fertilizer dose 18.75 g / polybag (C3P3) of 3:17 cm. 4) P levels in the plant tissues of roots, stems and leaves of the highest in the combination treatment CustomBio fertilizer treatment combination of 250 ml / polybag with phosphate fertilizer dose 18.75 g / polybag (C3P3) are respectively as follows for the root P content of 1.96% , stem P content of 2.08% and the leaf P content of 1.96%. 5) leaf chlorophyll content was highest in the combination of fertilizer treatment CustomBio 250 ml / polybag with phosphate fertilizer at 18.75 g /

polybag (C3P1) is 9.731 microgram leaf part cm2.

Keyword : Custom Bio fertilizer, Phosphat fertilizer, seedling growth of coffee

(13)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kopi (Coffea Sp.) merupakan tanaman perkebunan yang penting di Indosnesia. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang dapat meningkatkan sumber pendapatan bangsa. Selain itu tanaman kopi juga mempunyai fungsi sosial, karena dengan adanya perkebunan kopi yang besar berarti memberi pekerjaan bagi orang-orang yang dekat dengan perkebunan tersebut (Siswoputranto, 1993).

Ada empat spesies kopi, yaitu : Coffea Arabica, Coffea Canephora, Coffea Exelsa dan Coffea Liberica. Produksi kopi di dunia meliputi jenis arabica 75%, sedangkan robusta 25%. Di Indonesia prediksi kopi robusta mencapai 93% sedangkan Arabica 7% (Direktorat Jenderal Produksi Perkebunan, 2011).

Pengembangan kopi selama ini telah menempatkan Indonesia sebagai negara yang turut menentukan peraturan kopi di dunia. Hal ini dicirikan dengan posisi Indonesia sebagai produsen kopi nomor empat setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam dengan kontribusi sebesar kurang lebih 5,9%. Selama ini Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi robusta terbesar di dunia. Namun demikian diwaspadai dalam pengembangan kopi robusta adalah munculnya negara produsen baru Pantai Gading yang akan menjadi pesaing utama kopi robusta Indonesia (Yahmadi, 2007).

Komoditas kopi di Indonesia mempunyai peranan penting baik sebagai devisa negara maupun sebagai penunjang perekonomian rakyat. Areal kopi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 1.381.730 ha dengan total produksi 686.319 ton, sehingga, produktivitas tanaman kopi di Indonesia sebesar 0,70 ton/ha. Dari areal tersebut, 1.327.521 ha merupakan perkebunan rakyat dengan total produksi sebesar 18.205 ton, perkebunan swasta sebesar 27.255 ha dengan produksi sebesar 9862 ton (Direktorat Jenderal Produksi Perkebunan, 2011).

(14)

2

Perkebunan kopi rakyat memegang peranan penting mengingat 93% produksi kopi di Indonesia berasal dari rakyat. Meskipun demikian kondisi pengelolaan perkebunan kopi rakyat masih relatif kurang baik dibandingkan dengan kondisi perkebunan besar Negara. Salah satu permasalahannya pada usaha pemenuhan bibit kopi. Perbanyakan kopi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Cara generatif dapat dilakukan dengan menggunakan biji, sedangkan cara vegetatif yang umum dilakukan dengan menyambung atau stek (Spilane, 1996). Cara generatif memang memakan waktu yang lebih lama dibandingkan setek, oleh sebab itu diperlukan perlakuan khusus dalam meningkatkan pertumbuhan semai kopi yang menggunakan biji kopi penelitian ini akan melakukan pemberian CustomBio pada media tanam dengan dosis pupuk phospat terhadap petumbuhan semai kopi.

Hasil penelitian Panjaitan (2005) menunjukkan bahwa pemberian pupuk TNF hingga 6 cc/l air meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan jumlah cabang. Perlakuan pemberian ZPT Atonik hingga 4,5 cc/l meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan jumlah cabang tanaman. Interaksi antara pupuk TNF dan ZPT Atonik tidak memberi pengaruh pada semua parameter yang diamati.

Penelitian yang akan dilakukan ini adalah efektifitas pemberian CustomBio pada media tanam dengan dosis pupuk phospat terhadap petumbuhan bibit tanaman kopi.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji

1. Pengaruh pupuk CustomBio terhadap terhadap petumbuhan bibit tanaman kopi.

2. Pengaruh dosis pupuk phosphat terhadap terhadap petumbuhan bibit tanaman kopi.

(15)

3 C. Manfaat

1. Memberikan informasi kepada petani tentang efektivitas pupuk CustomBio dengan dosis pupuk phospat pada media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman kopi.

2. Dapat memberikan landasan empiris pada pengembangan penelitian pembibitan kopi selanjutnya.

(16)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Tanaman Kopi

Kopi termasuk keluarga besar (suku) rubiacea, keluarga Coffea di Indonesia dari keluarga ini dikenal ada beberapa varietas (Siswoputranto, 1993). Namun dari bermacam-macam varitas yang ada di perkebunan itu tidak tampak adanya perbedaan yang besar. Klasifikasi tanaman kopi, sebagai berikut (Yahmadi, 1986) :

- Kingdom : Phyta

- Divisio : Spermatophyta - Sub divison : Angiospermae - Class : Dycotiledonae - Ordo : Rubioles - Famili : Rubiaceae - Genus : Coffea - Spesies : Coffea sp 1. Sistem Percabangan

Kopi (Coffea sp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang terrnasuk dalam famili Rubiaceae genus Cofea. Tanaman tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujug agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabañg, dan ranting-rantingnya (Spilane, 1996).

Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanamam lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda (Siswoputranto, 1993) yaitu:

(17)

5

Gambar 1. Sistem percabangan tanaman kopi. a. Cabang reproduksi (cabang orthrotrop)

Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbulinya tegak dan lurus.Ketika masih muda cabang ini juga sering disebut wiwilan. Cabang ini berasal dan tunas reproduksi yang terdapat di setiap ketiak daun pada batang utama dan primer. Setiap ketiak daun bisa mempunyai 4-5 tunas reproduksi, sehingga apabila cabang reproduksi mati bias diperbaharuisebanyak 4-5 kali.

b. Cabang primer (cabang plagioirop)

Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari tunas primer. Pada setiap ketiak daun hanya mempunyai satu tunas primer, sehingga apabila cabang mi mati, di tempat itu sudah tidak dapat tumbuh cabang primer lagi.

(18)

6

2) Berfungsi sebagai penghasil bunga karena di setiap ketiak daunnya terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga.

c. Cabang sekunder

Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasaldari tunas sekunder. Cabang ini mempunyai sifat seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan bunga.

d. Cabang kipas

Cabang kipas adalah cabang-cabang reproduksi yang tumbuhkuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Pohon yang sudah tua biasanya hanya tinggal mempunyat sedikit cabang pruner karena sebagian besar sudah mati dan luruh. Cabang yang tinggal sedikit mi biasanya terletak di ujung batang dan mempunyai pertumbuhan yang tepat sehingga mata reproduksinya tumbuh pesat menjadi, cabang-cabang reproduksi.

Cabang reprodusi mi sifatnya seperti batang utama dan sering disebut cabang kipas.

e. Cabang pecut

Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer meskipun tumbuhnya sangat kuat.

f. Cabang Balik

Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, dan mempunyai arah pertumbuhan menuju ke dalam mahkota tajuk.

g. Cabang Air

Cabang air ádalah cabang reproduksi yang tumbuhnya pesat, ruas-ruas daunnya relatif panjang dan lunak atau mengandung banyak air.

2. Sistem Perakaran

(19)

7

mengalami kekeringan pada kemarau yang panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa (Purnamasidi, 2007).

Secara alami tanaman kopi memiliki ákar tunggang sehingga tidak. mudah rebah: Tetapi akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawah merupakan semaian. Tanaman kopi yang- bibitnya, dari setek, cangkokan, atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tungang sehingga relatif mudah rebah, tetapi kalau dari biji memiliki akar tunggang jadi tidak mudah rebah (Wachjar, 1984).

3. Bunga dan Buah

Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak dan yang terletak pada cabang reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanyadihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda (Yahmadi, 2007).

Jumlah kuncup bunga pada setiap ketiak daun terbatas, sehingga pada setiap ketiak daun yang sudah menghasilkan bunga dengan junilah tertentu tidak akan pernah menghasilkan bunga lagi. Namun demikian cabang primer dapat terus tumbuh memanjang membentuk daun baru, batangpun dapat terus menghasilkan cabang primer sehingga bunga bisa terus dihasilkan oleh tanaman (Siswoputranto, 1993).

B. Jenis-Jenis Kopi

Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang, sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, liberika. Penggo1ongan Kopi tersebut umumnya didasarkan pada spesiesnya, kecuali Kopi robusta. Kopi robusta bukan merupakan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi, terutama Coffea canephora (Yahmadi,

(20)

8 1. Kopi Arabika (Coffea arabica)

Kopi Arabilca berasal dari Ethiopia dan Albessinia. Golongan ini merupakan yang pertama kali dikenal dan dibudidayakan oleh manusia,bahkan merupakan golongan kopi yang paling banyak diusahakan sampai akhir abad XIX. Setelah abad XIX dominasi kopi arabika menurun, karena ternyata kopi ini sangat peka terhadap penyakit HV, terutama di dataran redah (Muliana, 1982).

Beberapa sifat penting kopi arabika adalah : (Wachjar, 1984)

a. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 m di atas permukaan laut, dan suhu l6-20°C

b. Menghendaki daerah yang mempunyai iklim kering atau bulan kering 3 bulan pertahun secara berturut-turut, yang sesekali medapat hujan kiriman.

c. Umunnya peka terhadap serangan penyakit HV, terutama bila ditanam di dataran rendah atau kurang dari 500 m di atas permukaan laut. d. Umumnya berbuah sekali dalam satu tahun.

2. Kopi Liberika (Coffea liberica)

Kopi Liberika berasal dan Angola dan masuk ke indonesia sejak tahun 1965. Meskipun sudah cukup lama masuk ke Indonesia, tetapi hingga saat ini jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah dan rendemannya rendah (Muliana, 1982).

Beberapa sifat penting kopi liberika antara lain: (Samsul Bahri, 1996) a. Ukuran daun, cabang, bunga, buah, dan pohon lebih besar,

dibandingkan kopi arabika dan robusta.

b. Cabang primer dapat bertahan lebih lama, dan dalam satu buku dapat keluar bunga atau buah lebih dan satu kali.

c. Agak peka terhadap penyakit HV. d. Berbuah sepanjang tahun.

e. Kualitas buah relatif rendah.

(21)

9 3. Kopi Robusta

Kopi robusta masuk dari Kongo dan masuk ke Indonesia pada tahun 1900. Karena mempunyai sifat-sifat lebih unggul, kopi ini sangat cepat berkembang.Bahkan kopi ini mempakan jenis yang mendominasi perkebunan kopi di Indonesia hingga saat ini. Beberapa penting sifat kopi robusta antara lain: (Purnamasidi, 2007).

a. Resisten terhadap penyakit HV.

b. Tumbuh sangat baik pada ketinggian 400-700 m di atas permukaan laut.

c. Monghendaki daerah yang mempunyai bulan kering 3-4 bulan berturut-turut, dengan 3-4 kali hujan kiriman.

d. Produksi lebih tinggi daripada kopi arabika dan liberika.

e. Kualitas buah lebih rendah daripada kopi arabika, tetapi lebih tinggi daripada kopi liberika.

C. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi

Pada tanaman kondisi lingkungan yang paling berpengaruh terhadap morfologis pertumbuhan dan daya hasil adalah tinggi tempat, curah hujan, penyinaran, angin dan tanah (Wachjar, 1984).

1. Tinggi Tempat

Ketinggian tempat tidak berpengaruh langsung terhadap tanaman kopi tetapi berpengaruh terhadap tinggi rendahnya suhu. Faktor suhu berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan bunga dan buah serta kepekaan terhadap serangan hama penyakit (Anonim, 2004).

2. Curah Hujan

(22)

10 3. Penyinaran

Tanaman kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur, sengatan matahari langsung dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari tanah maupun daun yang pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan proses fotosintesa, juga berpengaruh terhadap proses pembentukkan kuncup bunga. Adanya sinar matahari yang cukup banyak akan merangsang terbentuknya kuncup bunga, Tanaman kopi menghendaki sinar matahari dalam jumlah banyak pada awal musim kemarau atau akhir musim penghujan (Lakitan, 1996)

Pada periode itu tanaman sedang bersiap-siap menghasilkan kuncup bunga sehingga perlu dirangsang oleh sinar matahari, untuk mengatur intensitas penyinaran sesuai dengan kebutuhannya peranan tanaman penaung pada tanaman kopi sangat berarti dengan pengaturan pangkasnya (Suhardi, 2003).

4. Angin

Kopi robusta bunganya bersifat menyerbuk silang (self steril) dan bahan tanam yang dianjurkan berupa poly klona l (terdiri dari beberapa klon yang sesuai pada satuan luas lahan tanam), maka berperan penting dalam membantu proses persarian bunga, selain mempunyai pengaruh yang positif terhadap tanaman kopi (Muliana, 1982). Kadang-kadang angin juga berpengaruh negatif terutama bila berupa angin kencang sehingga akan merusak lajuk tanaman atau akan menggugurkan bunga. Angin kencang pada musim kemarau akan mempercepat terjadinya evapotranspirasi (penguapan air dari daun dan tanah) sehingga mengakibatkan kekeringan (Campbell, et all, 2002).

5. Tanah

(23)

11

sebagaimana mestinya (Salisbury, and Ross, 1995). Selain tanah yang gembur dan kaya bahan organik tanaman kopi juga menghendaki tanah yang agak masam (pH 5,5-6,5). (Wachjar, 1984)

D. Teknis Budidaya Kopi

1. Pembibitan

a. Persyaratan Bibit (Yahmadi, 2007)

1) Tumbuhnya normal dan ukurannya seragam.

2) Tidak terserang hama/penyakit, batang dan daunnya bersih serta kelihatan segar.

3) Mernpunyai akar tunggang yang lurus.

4) Bibit yang akan ditanam harus berasal dan klon/varietas unggul yang dianjurkan.

5) Bibit yang dianjurkan adalah bibit vegetatif, terutama bibit sambungan dan stek (Kastono, et all, 2005)

a) Cepat berbuah terutama bibit stek. b) Mempunyai sifat sama dengan induk.

c) Bibit sambungan merupakan gabungan dari 2 jenis kopi yang bersifat unggul.

b. Pembiakan Kopi dengan biji

Perbanyakan tanaman kopi dilakukan dengan cara generatif dan vegatatis banyakan malalui biji dan melalui stek. Perbanyakan tanaman kopi melalui biji lebih familiar digunakan dalam usaha perbanyak tanaman ini. Hal ini dikarenakan lebih mudah dilakukan dan pada stek (Muliana, 1982).

Perbanyakan melalui biji dilakukan untuk proses pertumbuhan yang lebih seragam dan untuk proses penyeleksian adaptasi tanaman sebelum dilakukan penanaman. Seleksi itu meliputi penyeleksian terhadap penyakit yang dibawa oleh induknya (Edris, 1999).

(24)

12

persemaian yang harus dekan dengan sumber air, dekat dengan kebun yang akan diusahakan, tempatnya datar, terhindar dari gangguan, dan mudah dilakukan pengawasan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi buah kopi untuk menjadi bahan perbanyakan melalui biji (Wachjar, 1984) yaitu:

1) Memperoleh dari pohon induk yang jelas identitasnya. 2) Mengetahui sumber buahnya dari mana.

3) Mengetahui bahwa biji kopi telah mantang secara fisiologis. 4) Melihat homgenitasnya dan ukuran biji kopi.

Adapun cara atau teknik perbanyakan tanaman kopi melalui biji (Yahmadi, 2007) adalah sebagai berikut:

1) Menyiapkan biji kopi yang berasal dari induk yang jelas jenis varietasnya.

2) Melepaskan kulit biji kopi dengan sekam padi dan pasir.

3) Menyemaikan atau ditanam di dalam polybag biji kopi setelah kulit biji terkelupas dan bersih atau menghilangkan lendir pada biji kopi.

4) Menyiapkan media persemaian kopi yaitu tanah dengan lapisan pasir pada bagan atasnya setebal 5 cm.

5) Menanam benih kopi dengan kedalaman 3-5 cm dengan bagian yang terbelah menghadap keatas.

6) Melakukan penyiraman 1 x 1 hari dan biji akan berkecambah padaumur 21 hari setelah persemaian.

7) Menanam biji kopi ke lapangan setelah berumur 9-12 bulan dam mulai berbuah setelah berumur 2.5-3 tahun setelah tanam.

c. Pembiakan Kopi dengan sambung 1) Memilih batang bawah

Batang bawah atau rootstock/understam adalah tanaman yang berfungsi sebagaibatang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem perakaran yang berfungsi mengambil

(25)

13

makanan dan dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya (Wachjar, 1984) .

a) Keuntungan batang bawah dari biji.

b) Perkembangan sistem perakarannya lebib kuat dan dalam, karena memiliki akar tunggang, sehigga relatif lebih tahan terhadap kekeringan.

c) Penyediaan batang bawah jenis ini bisa dilakukan dalam jumlah banyak.

Kriteria tanaman yang akan dijadikan batang bawah:

a) Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang atasnya, sehingga batangbawah ini mampu menyatu dari menopang pertumbuhan batang atasnya.

b) Tanaman dalam kondisi sehat.

c) Sistim perakarännya baik dan dalam serta tahan terhadap keadaan tanah yangkurang menguntungkan, termasuk hama dan penyakit yang ada dalam tanah.

d) Tidak mengurangi kualitas dan kuantitas buah pada tanaman yang disambung dan diokulasi.

Perawatan batang bawah seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyiraman perlu diperhatikan agar batang bawah tumbuh subur dan sehat. Pertumbuhan yang subur dan sehat memudahkan pengelupasan kulit dan kayunya, karena sel-sel kambium berada dalam keadaan aktif membelah dua. Proses pembentukan halus atau penyembuhan luka berlangsung dengan baik, sehingga pada akhirnya keberhasilan sambungan atau okulasinya juga tinggi (Yahmadi, 2007).

2) Pemilihan batang atas (Muliana, 1982)

a) Batang atas yang biasanya disebut entres (scion) adalah calon bagian atas atau tajuk tanaman yang di kemudian. hari akan menghasilkan buah berkualitas unggul.

(26)

14

b) Batang alas ini dapat berupa mata tunas tunggal yang digunakan dalam tehnik okulasi ataupun berupa ranting dengan lebih dan satu mata tunas atau ranting dengan tunas pucuk yang digunakan dalam sambungan (grafting)

c) Entres inilah yang disambungkan pada batang bawah, untuk menggabungkan sifat-sifat yang unggul dalam satu bibit tanaman. Karena itu entres sebagai batang atas harus diambil dari pohon induk yang sudah diketahui betul sifat unggulnya. d) Pohon induk mempunyai bagian yang berbeda-beda fase

perkembangannya. Bagian pangkal pohon merupakan bagian yang tertua menurut umurnya, tetapi karena terbentuk pada masa awal pertumbuhan pohon tersebut maka sel-selnya besifat sederhana, muda (juvenile) dan sangat vegetative. e) Semakin ke arah ujung ranting, semakin muda menurut

umurnya, tetapi sel-sel yang terbentuk paling akhir ini justru bersifat lebih kompleks, dewasa (nature) dan siap untuk memasuki masa berbunga dan berbuah (generate) entres dari pucuk tajuk pohon akan tetap membawa sifat dewasa atau generative.

f) Penyambungan entres dengan batang bawah akan menghasilkan bibit yang sudah membawa sifat dewasa tersebut. Hal ini menyebabkan bibit basil penyambungan. atanokulasi lebih cepat berbuah daripada tanaman yang berasal dari biji

g) Kriterta tanaman yang akan dijadikan sebagai batang atas (Purnamasidi, 2007) yaitu:

(1) Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang bawahnya, sehingga batang atas ini mampu menyatu dan dapat produksi dengan optimal.

(27)

15

(3) Cabang berasal daripohon induk yang sifatnya benar-benar yang seperti kita kehendaki misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi.

h) Menyambung penyambungan memerlukan batang bawah (understump) dan batang atas (entres). Waktu yang diperlukan sejak bibit disambung hingga siap tanam diareal pertanaman 4-10 bulan.

i) Waktu menyambung bibit berumur 6-12 bulan sejak pembibitan, Penyambungan dilakukan pada pagi hari saat tanaman sedang giat tumbuh.

j) Cara Menyambung

(1) Sambungan Celah (Splent Enten/Clefi Grafting). (2) Sambungan Rata (Plak Grafting).

(3) Cara Kina/Kina Grafting. d. Pembiakan Kopi dengan Stek

Perbanyakan tanaman kopi melalui stek biasanya dilakukan dalam usaha peremajaan tanaman kopi yang tidak produktif lagi dengan caraacak yang disebut dengan replanting. Namun perbanyakan tanaman melalui stekjuga dapat dilakukan melalui persemaian yang berasal dari cabang-cabang tanaman kopi (Yahmadi, 2007).

Tujuan dilakukannya stek pada tanaman kopi yaitu, untuk mendapatkan tanaman yang cepat menghasilkan, tanaman kopi yang rendah, memilh sifat yang sama dengan indukuya, dan untuk menghasilkan tanaman yang memiliki daya adaptasi dan perakaranyang kuat (Muliana, 1982).

Syarat-syarat pohon induk tanaman kopi yang akan digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman melalui stek (Purnamasidi, 2007) yaitu:

1) Tanaman yang dijadikan pohon berasal dari kebun yang terisolasi dari perkebunan lain.

(28)

16

3) Telah berumur minimal 5 tahun dan maksimal 25 tahun. 4) Memiliki daya adaptasi yang luas.

5) Terhindar dari gangguan hama dan penyakit.

6) Memiliki produksi dan kualias produksi yang tinggi dan baik. Adapun tata cara melakukan perbanyakan tanaman kopi melalui stek (Yahmadi, 1986) yaitu:

1) Pilihlah cabang tanaman kopi yang masih muda dan sehat.

2) Potong cabang tersebut dengan kemiringan 130 atau miring dengan panjang minimal 15 cm atau tiga ruas cabang kopi.

3) Rendam potongan cabang ke dalam air untuk menghindari pembusukan akibat angin.

4) Oleskan zat perangsang tumbuh dari golongan giberilin pada bagian bawah untuk merangsang pertumbuhan akar.

5) Setelah diolesi dengan giberilin stek kopi ditanamn dalam polybag dengan membuat lubang terlebih dahulu kira-kira seukuran stek.

6) Tanam stek kopi path kedalaman 5-7 cm kemudian tekan agar tanah menjadi pada dan stek tidak mudah roboh dan goyang. 7) Stek tanaman kopi dapat dapat ditanam ke lapangan setelah

berumur 16-24 bulan dan mulai berbuah setalah berumur 1,5 - 2 tahun setelah tanam.

e. Mamberi naungan pada pembibitan.

Memberi naungan, adapun fungsi naungan pada bibit sewaktu kecil (Purnamasidi, 2007) yaitu:

1) Mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan hanya berkisarantara 30 -60% saja.

2) Menciptakan iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit. 3) Menghinidarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat

membakar daun-daun muda.

(29)

17

4) Menurunkan suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air hujan dan menghemat penyiraman air.

5) Jenis naungan untuk pembibitan:

a) Naungan seng plat hijau meneruskan semua sebesar 40-60 % (40% untuknaunganplastik hingga 60% untuk yang baru dipasang.

b) Naungan paranet dari bahan palstik atau nilon paranet tippy 5,5 dan 45 (55 % dari 45 % sleur yang di teruskan umur pakainya bisa bertahan lama (3-4) tahun sehingga sekali pasang dapat di pakai untuk beberapa kali usaha pembibitan. c) Naungan sederhana dari anyaman bambu, daun kelapa dan

sebaginya yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan sinar masuk sekitas 50 %.

f) Zat Pengantur Tumbuh.

ZPT adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrien), yang dalam jumlah sedikit dapat dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan (Netty, 2001). ZPT terdiri dari lima yaitu auksin yang mempunyai ke-mampuan dalam mendukung perpanjangan sel, giberelin dapat menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel atau keduanya, sitokinin mendukung terjadinya pembelahan sel, ethilen berperan dalam proses pematangan buah, dan asam absisat (Abidin, 2001). ZPT auksin secara garis besarnya dapat dibagi atas dua golongan, yaitu alami seperti urine sapi dan air kelapa muda dan sintesis (buatan) dengan merk dagang seperti Atonik, Dekamon, Rootone F, Root Up (Kusumo, 2004).

(30)

18

Zat pengatur tumbuh yang banyak di gunakan dalam perbanyakan dengan turus stek antara lain ; IBA, NAA dan IAA, IBA dan NAA banyak di gunakan untuk mendorong pertumbuhan akar lurus dari tanaman berkayu dan berating lunak (Irwanto, 2004). IBA, mempunyai sifat yang lebih baik daripada IAA dan NAA dalam memberi respon terhadap peralatan karena kandungan kimia IBA lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama (Davies, 2005).

Salah satu Zat Pengatur Tumbuh yang beredar di pasaran adalah Rootone F. Zat Pengatur Tumbuh Rootone F merupakan ZPT sintetis yang berbentuk serbuk, berwarna putih, yang berguna untuk memper-cepat dan memperbanyak keluarnya akar-akar baru, karena mengandung bahan aktif dari hasil formulasi beberapa hormon tumbuh akar yaitu naftalen asetamida 0,067%, 2 metil 1 naftalen asetamida 0,013%, 2 metil 1 naftalen asetat 0,033%, indole 3 butirat (IBA) 0,057%, dan tiram 4% (Rismunandar, 2002).

Menurut Krisnamoorthy (1981) faktor-faktor lingkungan seperti cahaya dan prose-proses kimia selama tumbuh dan difrekuensisasi berlangsung.

Menurut Salisbury, and Ross, (2000) pengaruh fisilogis auksin terhadap tumbuhan yaitu pada :

1) Pemanjangan sel

IAA dan auksin merangsang pemanjangan sel akibatnya juga pemanjangan batang.

2) Absisi daun

Daun akan terpisah dari batang jika sel-sel pada daerah absisi mengalami perbaikan fisik dan kimia proses absisi dikontrol oleh konsentrasi IAA.

3) Aktivitas kambiun

Vaksin merangsang pembelahan sel dalam daerah akar.

(31)

19 4) Tumbuh akar

Dalam akar pengaruh IAA biasanya menghambat pemanjangan sel kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah.

Rootone F dengan bahan aktif Naftalen Acetamida, Methil Naftalen Acetameda, Methil Nathalen Acetat, Indol 3 Butirat bisa merangsang pertumbuhan akar lebih cepat bisa merangsang pertumbuhan akar lebih cepat dan dosis anjuran rooton F untuk stek berkayu dengan cara buat pasta (dioleskan) pada luka baru dosis pemakaian (1 kg / 1.3 l air).

2. Persiapan Lahan

a. Persiapan lahan bukaan baru

1) Sekitar 2 - 3 tahun sebelum kopi di tanam, diadakan land clearing (pembersihan pohon beserta tunggul-tunggulnya)

2) Apabila tanah terlalu miring harus dibuat teras untuk mengurangi erosi.

3) Kurang lebih 2-3 tahun sebelum tanam lahan ditanami tanaman pelindung dan penutup tanah yang ditanam pada musim hujan. b. Persiapan lahan bekas tanaman perkebunan selain kopi.

1) 1,5 – 3 tahun sebelum kopi ditanam, dilakukan land clearing. 2) Mengolah tanah dan memperbaiki teras-teras, jalan dan saluran

drainase yang rusak.

3) Lahan ditanani dengan tanamam pelindung dan tanaman penutup tanah.

c. Lahan bekas ditanami kopi tapi tidak produktif.

1) Seluruh tanaman kopi dan tunggul-tunggulnya ditebang.

2) Mengolah tanah memperbaiki jalan juga saluran drainase yang rusak.

3. Pengolahan Tanah

(32)

20

membuat bidang tanah. Pada tanah yang kurang subur, maka pencangkulan secara total dengan mengemburkan tanah dan diberi pupuk hijau.

a. Pembentukan teras

Yang perlu diperhatikan dari pembuatan teras adalah kemiringan tanah.

Tanah yang tidak begitu curam, dibuat teras individu, sedangkan tanah yang cukup miring periti dibuat teras langsung atau kontur. b. Penanaman Pohon Pelindung

Jenis pohon pelindung : Dadap (Eiytrina lithosperma), Sengon laut (Albiziafalcata), Lamtoro, Kemlanding, Petai Cina (Leucacaena sp.) c. Penanaman Tanaman Penutup Tanah.

Tanaman penutup tanah yang sering digunakan : Kacang (Calopogonium muconoides), Vigna hesei, Indigofera hendecaphila. 4. Penanaman

a. Penentuan Pola Tanam

1) Hubungan kwadrat, dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 meter, sehingga tiap ha dapat ditanami kurang lebih 1.600 batang. Dipakai untuk tanah datar dengan bibit robusta.

2) Hubungan segi empat panjang/segi empat yang digeser. Jarak tanam 2,5 x 2,5 meter, 1 ha memuat kurang lebih 2.000 batang. Dipakai utuk bibit arabika di dataran tinggi. .

3) Hubungan belah ketupat. Sisi yang satu dengan lainnya jaraknya sama, yaitu 3,5 x 3,5 m, tapi dibuat miring dengan tanaman sebatang ditengah-tengahnya. Cocok untuk tanaman berdaun lebar.

4) Hubungan segi tiga sama sisi. Jarak sisi dengan sisi yang lain 2,75 meter cocok untuk tanah datar.

5) Hubungan barisan dengan jarak tanam barisan 1,75 meter antar barisan 3,5 meter.

(33)

21

6) Dari pola-pola diatas yang paling banyak dipakai dan mudah hubungan kwadrat tetapi yang paling baik hubungan segitiga sama sisi.

b. Pembuatan lubang tanam

Lubang tanam dibuat untuk memperbaiki struktur tanah dan membunuh bibit penyakit. Lubang dibiarkan menganga agar dapat sinar matahari dan gas asam arang dari udara.

5. Pemeliharaaan tanaman

a. Penjarangan dan penyulaman

1) Selama 2 minggu setelah tanam, kebun diperiksa 2 kali perminggu.

2) Tanaman berumur 2-4 minggu diperiksa 1 kali perbulan. 3) Selama 6 bulan berikutnya kebut diperiksa 1 kali sebulan. b. Pembumbunan

1) Pada waktu tanaman masih muda, pembumbunan (pendangiran) dilakukan disekeliling batang, diangkut tipis dengan jarak lurang lebih 30 cm dari batang. Tahun berikutnya diperdalam dan diperlebar.

2) Biasa dilakukan 2 kali setahun, yaitu pada awal musim kemarau dan awal musim hujan. Bila tanaman sudah tua, perlu diadakan pencangkulan menyeluruh didalam kebun.

c. Perempelan

1) Untuk pemeliharaaan/produksi.

a) Untuk membuang cabang yang sakit/tidak dikehendaki/ yang tidak produktif.

b) Ada 2 macam pemangkasan pemeliharaan, pemangkasan berat dan ringan.

2) Untuk cabang primer bertujuan untuk merangsang terbentuknya cabang sekunder.

(34)

22

3) Untuk peremajaan, mengganti tajuk tanaman lama dengan tajuk tanaman baru muda yang produktif yang di lakukan setelah panen.

b. Pemupukan 1) Pupuk Organik

Mulsa/muich, yang berasal dan daun-daun, sekitar tanaman kopi, rumput-rumput hasil penyiangan, hasil pemangkasan pohon pelindung dan tanaman penutup tanah, daging buah yang sudah mengering.

a) Fungsinya menambah beberapa unsur harus, memperbaiki strukur.

b) Tanah dan melindungi tanah dari kekeringan di musim kemarau.

c) Waktu pemberian : Awal dan akhir musim hujan.

Caranya : pupuk ditumpuk disekitar batang kopi setebal 15 cm. a) Pupuk Kandang / Kompos.

b) Pupuk Buatan.

Unsur yang diperlukan adalah. Unsur. N, untuk pertumbuhan vegetatif. Unsur P, untuk pembentukan akar baru dan pembungaan dan unsur K, untuk pemasakan buah.

2) Pemeliharaan lain

a) Pemangkasan tanaman pokok

Pemangkasan bentuk bertujuan untuk pembéntukan kerangka pohon, sehinga tanaman tidak terlalu tinggj, menghasilkan cabang yang kuat, letaknya teratur,arahnya menyebar dan produktif. Ada 2 macam pemangkasan bentuk, yaitu pemangkasan untuk membentuk tajuk berbatang tunggal dan tajuk berbatang ganda.

b) Pemangkasan pohon pelindung pokok

(35)

23

awal / akhir musim hujan, atau apabila keádaan kebun sangat gelap.

c) Pemangkasan pohonpembantu dan tanaman penutup tanah Pohon pembantu dipangkas setelah pohon pelindung utama berfungsi. Pemangkasan tanaman penutup tanah dilakukan 2-4 kali dalam 1 tahun atau mendekati musim panen

E. Dormansi

Dormansi benih dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada suatu kisaran keadaan yang luas yang dianggap menguntungkan untuk benih tersebut. Dormansi dapat disebabkan karena tidak mampunya benih secara total untuk berkecambah atau hanya karena bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk perkecambahnnya (Byrd 1968).

Menurut Schmidth (2002), dormansi benih menunjukkan suatu keadaan benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai.

Gardner et al. (1991) mengemukakan bahwa tekanan seleksi selama ribuan tahun pembudidayaan sebenarnya menghilangkan dormansi pada tanaman budidaya. Kebanyakan biji tanaman budidaya cepat berkecambah setelah pemasakan dan pengeringan, atau pengawetan dengan pengeringan. Tanaman budidaya yang lama belum dibudidayakan seringkali menunjukkan dormansi sampai tingkat tertentu dan memerlukan kondisi khusus atau waktu penyimpanan yang lebih panjang sebelum berkecambah. Tekanan seleksi alam selama evolusi telah menghasilkan tanaman dengan biji dorman dan/atau kuncup dorman sebagai adaptasi terhadap periode saat lingkungan tidak menguntungkan seperti yang dijumpai pada daerah beriklim sedang.

(36)

24 1. Embrio yang belum berkembang

Benih dengan pertumbuhan embrio yang belum berkembang pada saat penyebaran tidak akan dapat berkecambah pada kondisi perkecambahan normal dan karenanya tergolong kategori dorman. Fenomena ini seringkali dimasukkan ke dalam kategori dormansi fisiologis, dengan memperhatikan kondisi morfologis embrio yang belum matang.

2. Dormansi mekanis

Dormansi mekanis dapat terlihat ketika pertumbuhan embrio secara fisik dihalangi struktur kulit benih yang keras. Imbibisi dapat terjadi tetapi radicle tidak dapat membelah atau menembus kulitnya. Pada dasarnya hampir semua benih yang mempunyai dormansi mekanis mengalami keterbatasan dalam penyerapan air.

3. Dormansi fisik

Dormansi fisik disebabkan oleh kulit buah yang keras dan impermeable atau penutup buah yang menghalangi imbibisi dan pertukaran gas. Fenomena ini sering disebut sebagai benih keras, meskipun istilah ini sering digunakan untuk benih legum yang kedap air. 4. Zat-zat penghambat

Beberapa jenis benih mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan, misalnya dengan menghalangi proses metabolisme yang diperlukan untuk perkecambahan. Zat-zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Gula, coumarin dan zat-zat lain dalam buah berdaging mencegah perkecambahan karena tekanan osmose yang menghalangi penyerapan. 5. Dormansi cahaya

Sebagian besar benih dengan dormansi cahaya hanya berkecambah pada kondisi terang. Sehingga benih tersebut disebut dengan peka cahaya. Dormansi cahaya umumnya dijumpai pada pohon-pohon pioner.

(37)

25 6. Dormansi suhu

Istilah dormansi suhu digunakan secara luas mencakup semua tipe dormansi, suhu berperan dalam perkembangan atau pelepasan dari dormansi. Benih dengan dormansi suhu seringkali memerlukan suhu yang berbeda dari yang diperlukan untuk proses perkecambahan. Dormansi suhu rendah ditemui pada kebanyakan jenis beriklim sedang.

7. Dormansi gabungan

Apabila dua atau lebih tipe dormansi ada dalam jenis yang sama, dormansi harus dipatahkan baik melalui metode beruntun yang bekerja pada tipe dormansi yang berbeda, atau melalui metode dengan pengaruh ganda. Dormansi benih dapat menguntungkan atau merugikan dalam penanganan benih. Keuntungannya adalah bahwa dormansi mencegah benih dari perkecambahan selama penyimpanan dan prosedur penanganan lain. Disatu sisi, apabila dormansi sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus. Kegagalan untuk mengatasi masalah dormansi akan berakibat pada kegagalan perkecambahan pada benih (Schmidth 2002).

F. Perkecambahan

Perkecambahan benih merupakan suatu proses awal yang penting untuk kehidupan tanaman selanjutnya. Perkecambahan benih menurut fisiologiwan benih ialah berkembangnya struktur penting dari embrio yang ditandai dengan munculnya struktur tersebut dengan menembus kulit benih, sedangkan seorang teknologiwan benih menyatakan bahwa berkecambah ialah muncul dan berkembangnya struktur penting dari embrio serta menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal pada keadaan alam yang menguntungkan (Pranoto, 1990).

(38)

26

perkecambahan benih. Benih mengalami pemasakan ditandai dengan penurunan berat benih dan kadar air benih. Pada saat itu benih mencapai masak fisiologis, dimana viabilitas dan vigor benih maksimum. Dormansi benih juga diketahui sebagai faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih (Hilhorst dan Toorop, 1997). Dormansi ada dua yaitu dormansi endogen dan dormansi eksogen. Dormansi endogen merupakan dormansi yang disebabkan oleh embrio rudimenter, after-ripening, keseimbangan hormonal dan hambatan mekanik. Dormansi eksogen merupakan dormansi yang disebabkab oleh kulit benih impermeabel terhadap air dan gas, filter terhadap cahaya, mengandung inhibitor (Widajati, 2007). Selanjutnya Sutopo (2002) menambahkan bahwa faktor dalam benih yang juga mempengaruhi perkecambahan adalah ukuran benih dan zat penghambat perkecambahan benih.

Faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di luar benih, seperti halnya faktor lingkungan. Copeland dan McDonald (2001) mengemukakan bahwa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih adalah air, gas (O2 dan CO2), suhu, dan cahaya. Selain itu Sutopo (2002) juga

menambahkan faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan adalah media perkecambahan.

Media berfungsi sebagai tempat berjangkar akar, sumber hara dan air, penopang tanaman agar tumbuh dengan baik. Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media adalah aerasi, kapasitas memegang air (water holding capasity) dan kapasitas tukar kation yang mempengaruhi penyerapan unsur hara. Media yang biasanya digunakan untuk pengujian daya berkecambah dapat berupa kertas, pasir, arang sekam, tanah.

Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di

(39)

27

dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan.

Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia.

Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimililasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi baru, pembentukan komponen dan pertumbuhan sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.

Sementara penyerapan air oleh benih terjadi pada tahap pertama biasanya berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40 – 60 % (atau 67 – 150 % atas dasar berat kering). Dan akan meningkat lagi pada saat munculnya radikula sampai jaringan penyimpanan dan kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air 70 - 90 % (Sutopo, 2002)

Ada sedikitnya tanaman Angiospermae yang dimana terjadi proses perkembangan zigot menjadi tanaman dewasa secara terus menerus. Perkecambahan atau pertumbuhan terbuka dari embrio biji dapat terjadi setelah periode dormansi. Bagaimanapun, sebelum perkecambahan terjadi, kondisi eksternal harus disesuaikan. Hal yang paling penting adalah kelembapan, oksigen dan suhu.

(40)

28

material berpindah dari satu bagian biji ke bagian lainnya yang dibutuhkan tumbuhan seperti pencernaan makanan dan pernafasan. Jika kecukupan kuantitas oksigen tidak terpenuhi, respirasi akan dikurangi dan energi yang diperlukan untuk menumbuhkan embrio berkurang. Jarak temperatur untuk perkecambahan bervariasi, namun perkecambahan biji yang terbaik terjadi pada suhu 650 F sampai 830 F (Johnson,1995).

Dormansi adalah masa istirahat, artinya kemampuan biji untuk menangguhkan perkecambahannya sampai pada saat dan tempat yang mengguntungkan baginya untuk tumbuh. Hal yang menyebabkan terjadinya dormansi yaitu adanya rudimentary embryo. Di dalam keadaan seperti ini, embrio belum mencapai tahap kematangan (immature embryo) sehingga memerlukan waktu untuk siap berkecambah. Faktor lain yang cukup menentukan terhadap keberhasilan perkecambahan adalah faktor kematangan biji (seed maturity) (Sutopo, 2002).

. Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses perkecambahan yaitu air, udara, temperatur, cahaya, dan zat kimia yang mendukung pada proses perkecambahan. Air adalah salah satu faktor lingkungan yang sangat diperlukan dalam perkecambahan. Adanya air sangat penting untuk aktivitas enzim dan penguraiannya, translokasi dan untuk keperluan fisiologis lainnya. Faktor lingkungan lain yang berpengaruh dalam proses perkecambahan yaitu udara. Udara terdiri dari 20 % oksigen, 0,03 % karbon dioksida, dan 80 % nitrogen. Adanya oksigen di dalam proses respirasi pada perkecambahan, sangat berpengaruh. Apabila konsentrasi oksigen di udara sangat rendah, menyebabkan terhambatnya perkecambahan (Johnson, 1995).

Hubungannya dengan temperatur, perkecambahan memerlukan temperatur yang optimum, yaitu temperatur yang dapat mengakibatkan persentase perkecambahan yang tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Perlu dikemukakan disini bahwa temperatur minimum, optimum, dan maksimum dikenal dengan temperatur kardinal. Menurut Copeland (1976), temperatur optimum bagi perkecambahan sekitar 150-300C, sedangkan untuk temperatur

(41)

29

maksimum yaitu 350-400 C. Cahaya adalah faktor lingkungan lain yang menentukan kemampuan biji berkecambah (Abidin, 2001).

G. Pupuk CustomBio

Terobosan Tehnologi Bakteri CustomBio telah membuktikan manfaat penting bakteri dan jamur dalam usaha pertanian dengan fokus perhatian ditujukan pada jenis jamur genus Trichoderma dan bakteri genus Bacillus. Melalui pengujian yang sangat teliti dengan tehnologi canggih, CustomBio telah mengidentifikasi dan mengisolasi lima (5) spesies paling produktif dari bakteri genus Bacillus dan empat (4) jamur genus Trichoderma serta Paenibacillus polymyxa yang telah diisolasi dan dibentuk menjadi organisme aktif sebagai penambat nitrogen alami. Sementara tanah menjadi tidak sehat akibat dipicu faktor penyakit, penggunaan pestisida kimiawi secara tidak bijak sehingga terjadi penurunan aktifitas dan kinerja mikrobia tanah, penggunaan pupuk kimiawi secara berlebihan yang pada akhirnya secara simultan akan menjadikan tanah menjadi tidak sehat dan steril dari unsur-unsur penyubur tanah, pada akhirnya akan menurunkan produksi. .

CustomBio telah mengidentifikasi dan mengisolasi lima (5) spesies paling produktif dari bakteri genus Bacillus yaitu) yaitu Bacillus subtilis, Bacillus laterosporus, Bacillus licheniformus, Bacillus megaterium, Bacillus pumilus dan empat (4) jamur genus Trichoderma yaitu Trichoderma harzianum, Trichoderma viride, Trichoderma koningii, Trichoderma polysporum serta penambat nitrogen alami yaitu Paenibacillus polymyxa.

Hasil Uji Laboratorium Pupuk Hayati Tablet Soil Probiotik CustomBio pada Laboratorium Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB adalah sebagai berikut :

(42)

30

Tabel 1. Komposisi Kandungan Bahan dalam 1 Tablet (5 g) CustomBio.

No Bahan Hasil Analisa

Keterangan : SPK = Satuan Pembentuk Koloni 1 tablet = 5 gram

Sumber : Hasil laboratorium Biotenologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Faperta IPB.

CustomBio diformulasikan untuk mengembalikan produktivitas tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. CustomBio digunakan untuk tanaman pangan seperti padi, perkebunan, dan tanaman hias. Tanah subur mengandung sejumlah besar mikroorganisme yang menguntungkan, yang memproses pupuk, membuat nutrisi penting dan mineral tersedia bagi tanaman. CustomBio mendekomposisi bahan organik lainnya, menyediakan nutrisi tambahan ke dalam tanah. CustomBio juga berfungsi sebagai pestisida, insektisida, herbisida karena CustomBio mengandung mikroba yang bermanfaat sehingga CustomBio bisa meningkatkan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman dan vegetasi lainnya.

(43)

31

dikemas sebagai organisme hidup yang mengandung spora jamur dan hifa jamur. Spora jamur dalam suspensi dan tetap tidak aktif, tetapi hifa tetap aktif dengan metabolisme. Produk ini dikemas tanpa pewarna buatan, dan tergantung pada kondisi penyimpanan, perubahan warna pada tablet diakibatkan hifa yang aktif, dan hifa yang aktif dapat menghasilkan pigmen yang mengubah produk hijau tua, hijau muda, putih, coklat atau merah. Ini tidak mempengaruhi kekuatan produk (Baugh, 2003).

Menurut Kuswandi (1993) dan Simanjuntak D (2005) jamur tanah berfungsi untuk memecah bahan-bahan organik, seperti N yang terdapat dalam senyawa kompleks. Nitrogen ini akan dimanfaatkan tanaman dalam merangsang pertumbuhan di atas tanah terutama tinggi tanaman dan memberikan warna hijau. Trcihoderma dapat menguraikan phospat dari AL, Fe dan Mn. Pada tanah masam, P dapat terikat dengan Al dan Fe serta mungkin Mn membentuk ikatan tidak larut di dalam tanah masam dengan kepekatan ion Fe dan Al jauh melebihi H2PO4-, akibatnya akan membentuk

lebih banyak senyawa posphat tidak larut. Dengan demikian hanya sejumlah kecil H2PO4- tersisa dan merupakan bagian yang tersedia bagi tanaman. Untuk

menguraikan P yang terikat dengan Al, Fe dan Mn maka digunakan mikroorganisme tanah agar P dapat tersedia bagi tanaman pada kondisi masam. Salah satu mikroorganisme tanah yang dapat menguraikan bahan organik tanah tersebut adalah Trichoderma.

H. Unsur Hara N, P dan K

Menurut Suriatna (2002) respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkat bila antara lain dengan penggunaan dosis yang tepat. Nitrogen, Phospor dan Kalium merupakan unsur makanan utama dan dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Adapun kegunaan unsur N, P dan K adalah sebagai berikut :

1. Unsur Nitrogen (N)

(44)

32 b. Mempercepat pertumbuhan tanaman. c. Menambah kandungan protein tanaman. 2. Unsur Phospor (P)

a. Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi sehat serta kuat.

b. Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit menular.

c. Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman.

3. Unsur Kalium (K)

a. Mempercepat proses fotosintesis.

b. Memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan.

c. Memperkuat ketegaran batang sehingga mengurangi resiko rebah. d. Mengurangi cepat membusuknya hasil selama pengangkutan dan

penyimpanan.

e. Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan kekeringan.

f. Memperbaiki mutu hasil yang berupa bunga dan buah.

Tanaman jagung memerlukan N yang tinggi sebelum berbunga, tanaman jagung menyerap 25% dari seluruh N yang dibutuhkan dan 66% dari seluruh N yang dibutuhkan diserap setelah terbentuk tongkol (Anonim, 1990).

Nitrogen mempunyai efek yang paling cepat dan paling menonjol yakni meningkatkan pertumbuhan di atas tanah dan memberikan warna hijau pada daun. Bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral (Soegiman, 1992) yaitu:

1. Nitrogen organik yang bergabung dengan humus tanah. 2. Nitrogen amonium diikat oleh mineral lempung tertentu. 3. Amonium anorganik dapat larut dalam senyawa nitrat.

(45)

33

Menurut Indranada (1980) nitrogen diserap ke dalam semua asam amino dan protein. Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat penting dan sering mengatasi tanaman.

Menurut Sutedjo dan Kartosapoetra (1990), menyatakan bahwa nitrogen bahan organik dalam tanah regosol tergolong rendah selain itu peka terhadap erosi. Dalam mengatasinya dapat dilakukan dengan cara pemupukan yang sesuai dosis dan cara pemberiannya.

Pengaruh negatif dari kelebihan nitrogen bagi tanaman adalah mudah rebahnya tanaman, kepekaan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tanaman rusak dan penurunan kualitas (Rinsema, 1993).

Unsur hara P yang dibutuhkan oleh tanaman jagung lebih banyak dibanding tanaman serealia lainnya. P di serap selama pertumbuhan walaupun sampai berbunga yang diserap baru 25% dan pada waktu biji masak 75% dari P yang dibutuhkan terdapat pada biji (Warisno, 2000).

Sutedjo dan Kartosapoetra (1990), menyatakan bahwa dari berbagai macam unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman, unsur hara fosfor adalah salah satu unsur hara yang penting untuk metabolisme kehidupoan tanaman karena merupakan bagian inti sel dan protoplasma. Sebagai inti sel sangat penting dalam pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristem. Di sampingh itu fosfor sebagai lemak dan protein. Fosfat memainkan peranan penting sebagai bahan bakar yang universal untuk semua aktifitas biokimia sel dalam sel hidup. Ikatan adenosin tri fosfat (ATP) yang berenergi tinggi melepaskan ikatan energi untuk kerja bila diubah menjadi adenosin di fosfat (ADP) (Foth, 1994).

Menurut Soepardi (2004), menyatakan bahwa pemupukan fosfat dalam jumlah yang banyak dapat merugikan beberapa suplai unsur mikro, serapan Zn (seng) terganggu bila fosfor berlebihan dipimpin pada tanah. Bila kekurangan seng dapat menimbulkan tanaman tumbuh keredil, daun meramping dan timbul noda – noda coklat.

(46)

34

itu fosfat dapat di perlukan dalam pembentukan karbohidarat dan untuk efisiensi mekanisme aktifitas metabolisme (Subandi, 1990).

Kalium sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan jagung, sekitar 25% kalium terdapat di dalam biji jagung setelah panen dan selebihnya terdapat pada batang dan tongkol. Gejala kekurangan kalium menunjukkan bagian bawah ujung kuning dan mati, kemudian menjalar ke bagian pinggir daun. Kekurangan kalium tanaman masih mampu berbuah tetapi tongkol kecil dan ujungnya meruncing (Rony Palungkum dan Asieni Budiarti, 1992).

Kalium mempunyai fungsi yang mutlak harus ada di dalam proses metabolisme tanaman. Kalium mempunyai pengaruh positif terhadap hasil dan kualitas tanaman (Rinsema, 1993).

Kalium mempunyai peranan penting dalamn tanaman yaitu dalam peristiwa fisiologis yaitu di antaranya berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, nitrogen, sintesa protein, mempercepat jaringan meristematik serta menambah resistensi tanaman (Sutedja, 1995).

Kalium ditemui dalam cairan sel tanaman. Di dalam tanaman, kalium bersifat sangat mobil, kalium akan bergerak dari jaringan – jaringan tua ke titik – titik pertumbuhan akar dan tajuk. Akumulasi K di periode pertumbuhan dan dilanjutkan ditranslokasikan ke bagian – bagian tanaman lainnya. Oleh karena itu gejala kekurangan kalium pertama kali pada daun – daun tua (Indranada, 1986).

Pada tanah – tanah yang kekurangan kalium, tanaman akan menunjukkan gejala daun jadi mengkerut/keriting terutama pada daun tetapi tidak merata kemudian timbul bercak – bercak berwarna coklat mengering lalu mati (Lingga, 1999).

Kalium akan meningkatkan kekerasan tanaman karena berpengaruhnya terhadap jaringan sclerenchim. Semakin tinggi penggunaan kalium semakin tinggi keadaan sclerenchim dan semakin tebal dinding selnya sehingga tanaman tidak mudah roboh (Hakim, 1988).

(47)

35

khusus terdapat di dalam sel yang berupa ion- ion K+ dan sebagai fungsi mutlak yang ada dalam proses metabolisme tanaman. Pengaruh positif kalium adalah mendorong produktifitas hidrat arang, mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan dan sedikit banyak mengurangi kerusakan oleh penyakit. Sedang pengaruh negatifnya antara lain pemupukan yang gterlalu banyak pada tanaman tidak ekonomis dan mampu menurunkan hasil.

Untuk mencukupi kebutuhan unsur hara N,P dan K yang dibutuhkan tanaman dalam porsi yang cukup banyak maka diciptakan pupuk penggantinya yang belakangan dikenal sebagai N (Urea), P (SP-36) dan K (KCl). Secara rinci dijelaskan sebagai berikut

1. Urea

Dengan rumus kimia CO(NH2)2. Urea termasuk pupuk anorganik tunggal, karena hara yang terkandung dalam pupuk ini hanya satu. Urea terdiri dari gas amoniak dan gas asam arang, persenyawaan kedua zat ini melahirkan pupuk anorganik yang mengandung zat N 46 %. Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kebutuhan 73 % urea mudah menarik uap air dari udara. Oleh karenanya mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Keuntungan dari urea ialah kadar N – nya tinggi, kejelekannya kalau diberikan ke tanah maka mudah mengalami perubahan menjadi amoniak dan karbondioksida, di mana kadar gas ini mudah menguap tercuci dan mudah terbakar oleh sinar matahari (Lingga, 1999).

2. SP-36

Dengan rumus kimia Ca(H2PO4) + CaSO4. SP – 36 termasuk pupuk buatan super fosfat dengan kandungan P2O5 total (minimum) 36 %,

available 34 %, Water Solum 30 %, kadar S total (maximum) 5 % dan Face Acid (maximum) 6 %, Warna keabu – abuan, mudah larut dalam air dan bersifat netral terhadap keasaman tanah. Dalam penggunaannya dapat dicampur dengan urea dan ZA. Tidak mudah menyerap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi penyimpanan yang baik (Anonim, 1994).

(48)

36 3. KCl

Dengan rumus kimia K2O. Pupuk ini lebih dikenal dengan singkatannya yaitu KCl, sama halnya dengan pupuk ZK, KCl juga ada 2 macam yaitu KCl 80 yang mengandung K (K2O) 52 – 53 % dan KCl 90 yang

mengandung K(K2O) 55 –58 %. KCl mengandung klorida yang bisa

berpengaruh negatif terhadap tanaman yang tidak membutuhkan, misalnya tanaman kentang dan wortel. Sedang bagi tanaman tertentu misalnya karet, klorida ini tidak memberikan pengaruh keracunan. Klorida ini sangat tergantung pada iklim dan kondisi tanah (Lingga, 1999).

I. Pupuk Nitrogen

Unsur nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk pembentukan protein, daun-daunan dan persenyawaan lainnya. Pemberian nitrogen yang terlalu banyak dapat mengakibatkan tanaman rebah, meningkatkan kepekaan tanaman terhadap penyakit, tanaman terlambat masak dan kualitas produk kurang baik (Rinsema, 1993).

Menurut Sutedja (1995) pupuk buatan atau pupuk anorganik dibuat di pabrik yang umumnya kandungan unsur hara dan kelarutannya tinggi. Di daerah tropik pupuk anorganik sangat disukai oleh penduduk hal ini dikarenakan :

1. Pupuk buatan sangat praktis dalam pemakaian artinya pemakaian dapat disesuaikan dengan perhitungan hasil penyelidikan akan defisiensi unsur hara yang tersedia dalam tanah.

2. Penyediaan pupuk anorganik bagi para pemakainya dapat meringankan biaya pengangkutan, mudah didapat, dapat disimpan lama dan konsentrasinya akan zat-zat makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan ternyata tinggi.

3. Pupuk anorganik mudah diserap oleh tanaman dan dapat diberikan dalam bentuk yang dikehendaki, apakah bentuk cairan atau bukan sesuai dengan waktu pemberiannya dan kebutuhan tanaman.

(49)

37

4. Pemakaiannya lebih mudah dibanding pupuk organik dan tidak banyak memerlukan tenaga.

Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik organik maupun anorganik dengan maksud untuk menggantikan kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik (Sutedjo dan, Kartasapoetra, 1990).

Untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal, pupuk harus diberikan dalam jumlah yang mencukupikebutuhan tanaman, Tidak terlalu banyak dan tidak terlalu kurang. Jika pemberian pupuk terlalu banyak, larutan tanah akan terlalu pekat sehingga dapat mengakibatkan keracunanan pada tanaman. Sebaliknya jika terrlalu sedikit, pengaruh pemupukan pada tanaman mungkin tidak akan tampak. Pemberian pupuk dalam jumlah yang tepat sehingga diperoleh hasil pemupukan yang optimal disebut dosis pemupukan (Setyamidjaja, 1986)

Menurut Murbandono (1993), kita melakukan pemupukan untuk mempertinggi kesuburan tanah atau lebih tepat lagi untuk menyediakan makanan langsung kepada tanaman, pupuk juga mempunyai pengaruh yang tidak langsung terhadap produktivitas buah.

Tanaman jagung memerlukan N yang tinggi sebelum berbunga, tanaman jagung menyerap 25% dari seluruh N yang dibutuhkan dan 66% dari seluruh N yang dibutuhkan diserap setelah berbentuk tongkol (Saubari, 1990).

Nitrogen mempunyai efek yang paling cepat dan paling menonjol yakni meningkatkan pertumbuhan di atas tanah dan memberikan warna hijau pada daun (Soegiman, 1992). Bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral yaitu :

1. Nitrogen organik yang bergabung dengan humus tanah. 2. Nitrogen amonium diikat oleh mineral lempung tertentu. 3. Amonium anorganik dapat larut dalam senyhawa nitrat.

Gambar

Tabel 1.  Komposisi Kandungan Bahan dalam 1 Tablet (5 g)
Gambar 2  Kerangka Berpikir ......................................................
Gambar 1. Sistem percabangan tanaman kopi.
Tabel 1.  Komposisi Kandungan Bahan dalam 1 Tablet (5 g) CustomBio.  Hasil Analisa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa permaasalahan diatas maka perlu dilakukan uji coba respon pertumbuhan bibit gyrinop (Gyrinop decipiens Ding Hou) terhadap berapa jenis komposisi

Hasil analisis ragam pada jenis media tanam dalam penelitian ini, menunjukkan hasil tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan semai tanaman kemiri pada semua parameter

Analisis keragaman menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh media tanam terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan pertambahan diameter batang bibit

Akar bibit kopi yang berasal dari benih memiliki akar tunggang, adapun.. yang berasal dari stek biasanya memiliki 2-3 akar

Peningkatan dosis pupuk kandang juga belum menunjukkan perbedaan nyata terhadap berat 1000 biji, hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah pupuk kandanh yang didalamnya

Media tanam kompos kulit biji kopi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering

Beberapa jenis yang termasuk media tanam yang berasal dari bahan organik, diantaranya adalah arang, arang sekam, cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelapa

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Komposisi Media Tanam Dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertambahan Pertumbuhan Bibit Gaharu