• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Dukungan Organisasional Terhadap Organizational Citizenship Behavior.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Dukungan Organisasional Terhadap Organizational Citizenship Behavior."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN DUKUNGAN ORGANISASIONAL TERHADAP

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR SKRIPSI

Oleh :

NI KADEK NITA SUWANDEWI NIM : 1206205162

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN DUKUNGAN ORGANISASIONAL TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP

BEHAVIOR

SKRIPSI

Oleh :

NI KADEK NITA SUWANDEWI NIM : 1206205162

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian pesyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji

pada tanggal 01 April 2016 :

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Putu Saroyeni Piartrini, SE., MM., Ak ………..

2. Sekretaris : Dr. Dra. I Gusti Ayu Manuati Dewi, MA ………..

3. Anggota : Ni Wayan Mujiati, SE., MSi ………..

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di

dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Denpasar, 01 April 2016

Mahasiswa,

Ni Kadek Nita Suwandewi

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Dukungan Organisasional terhadap Organizational Citizenship Behavior” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan

skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si, Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Gede Bayu Rahanatha, SE., MM, sebagai Pembimbing Akademik atas

bimbingan dan motivasi selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Udayana sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

5. Dr. Dra. I Gusti Ayu Manuati Dewi, MA, dosen pembimbing atas waktu

bimbingan, masukan, serta motivasi selama menempuh studi di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Ni Wayan Mujiati, SE., M.Si, dosen pembahas skripsi dan dosen penguji

skripsi atas waktu dan masukan yang dapat membantu dalam

penyempurnaan skripsi ini.

7. Dr. Putu Saroyeni Piartrini, SE., MM., Ak, selaku dosen penguji skripsi atas

waktu dan masukan yang dapat membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.

(6)

v

9. I Ketut Nuadhi Astawa dan Ni Wayan Suwendi selaku orang tua, I Putu

Nova Suwastawan, Amd selaku kakak laki-laki saya yang selalu memberikan

dukungan moral dan materi selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Udayana serta telah memberi semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat seperjuangan saya yaitu Novita Sari, Deni Maryanti, Sri Wiwika,

Cahya Indrayani, Agus Setiawan dan Wida Arimbawa serta teman-teman

Manajemen Angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan dan masukan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman-teman KKN Manukaya Periode Agustus 2015 yang telah memberi

memberi dukungan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan terima

kasih atas kerja sama, keceriaan, pertemanan, serta kebersamaan yang

membuat kita semakin dewasa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap

bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 01 April 2016

(7)

vi

Judul : Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Dukungan Organisasional terhadap Organizational Citizenship Behavior

Nama : Ni Kadek Nita Suwandewi NIM : 1206205162

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dan dukungan organisasional terhadap organizational citizenship behavior. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Giri Mitra dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang karyawan yang ditentukan dengan teknik non probability sampling purposive. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa kecerdasan emosional dan dukungan organisasional secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional dan dukungan organisasional yang dirasakan karyawan maka akan semakin tinggi OCB karyawan. Kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kemampuan memotivasi diri dan kesadaran diri karyawan yang dapat meningkatkan perilaku OCB. Dukungan organisasional juga secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB. Hal ini membuktikan bahwa dukungan organisasi seperti perlakuan organisasi yang adil dan kemauan organisasi mendengarkan keluhan karyawan, sehingga dapat meningkatkan OCB karyawan.

Kata kunci: Kecerdasan Emosional, Dukungan Organisasional, Organizational Citizenship Behavior

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of emotional intelligence and organizational support to the organizational citizenship behavior. This research was conducted in cooperation Giri Partners with a total sample of 50 employees who were determined by purposive non-probability sampling techniques. Data collected through interviews and questionnaires. The analysis technique used is multiple linear regression. Based on the analysis found that emotional intelligence and organizational support simultaneous positive and significant impact on OCB. This shows that the higher the emotional intelligence and perceived organizational support of employees, the higher OCB employee. Emotional intelligence is partially positive and significant impact on OCB. This suggests that the ability to motivate self and self-awareness of employees to improve the behavior of OCB. Organizational support is also partially positive and significant impact on OCB. This proves that the support of organizations like treatment of fair organization and organizational will listen to complaints of employees, thereby increasing employee OCB.

(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Organizational citizenship behavior ... 11

2.1.2 Kecerdasan emosional ... 13

2.1.3 Dukungan organisasional ... 14

2.1.4 Teori pertukaran sosial ... 19

2.2 Rumusan Hipotesis ... 20

2.2.1 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap organizational citizenship behavior ... 20

2.2.2 Pengaruh dukungan organisasional terhadap organizational citizenship behavior ... 21

2.3 Kerangka Berpikir ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 23

3.2 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 23

3.3 Obyek Penelitian ... 24

3.4 Identifikasi Variabel ... 24

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 24

3.5.1 Organizational citizenship behavior (Y) ... 24

3.5.2 Kecerdasan emosional (X1) ... 25

3.5.3 Dukungan organisasional (X2) ... 26

3.6 Jenis dan Sumber data ... 26

3.6.1 Jenis data ... 26

(9)

viii

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 27

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.9 Instrumen Penelitian ... 29

3.9.1 Uji validitas ... 29

3.9.2 Uji reliabilitas ... 29

3.10 Teknik Analisis Data ... 30

3.11 Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 31

3.12 Uji Hipotesis (Uji t) ... 31

3.13 Uji Koefisien Determinasi ... 31

3.14 Uji Asumsi Klasik ... 32

3.14.1 Uji normalitas ... 32

3.14.2 Uji heteroskedastisitas ... 32

3.14.3 Uji multikolinieritas ... 33

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum ... 34

4.1.1 Sejarah koperasi giri mitra ... 34

4.1.2 Struktur organisasi koperasi giri mitra ... 36

4.1.3 Tugas dan fungsi struktur organisasi ... 36

4.2 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 41

4.3.1 Uji validitas ... 41

4.3.2 Uji reliabilitas ... 42

4.3 Karakteristik Responden Penelitian ... 43

4.4 Deskripsi Variabel Penelitian ... 45

4.4.1 Organizational citizenship behavior ... 46

4.4.2 Kecerdasan emosional ... 48

4.4.3 Dukungan organisasional ... 50

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 52

4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 54

4.6.1 Hasil uji kelayakan model (uji F) ... 55

4.6.2 Hasil uji hipotesis (uji t) ... 56

4.6.3 Hasil uji koefisien determinasi ... 56

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

4.7.1 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap organizational citizenship behavior ... 57

4.7.2 Pengaruh dukungan organisasional terhadap organizational citizenship behavior ... 58

4.8 Implikasi hasil Penelitian ... 60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 61

5.2 Saran... 62

DAFTAR REFERENSI ... 63

(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Data Karyawan Menurut Jabatan Koperasi Giri Mitra ... 14

4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 42

4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen... 42

4.3 Karakteristik Responden ... 43

4.4 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Organizational Citizenship Behavior ... 46

4.5 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Kecerdasan Emosional ... 46

4.6 Deskripsi Persepsi Responden Terhadap Variabel Dukungan Organisasional... 50

4.7 Hasil Uji Normalitas ... 52

4.8 Hasil Uji Multikoleniaritas ... 53

4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 54

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1 Model Konseptual Penelitian ... 22

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Kuesioner ... 66

3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 73

4 Hasil Uji Realibilitas Instrumen Penelitian... 85

5 Hasil Deskriptif Penelitian ... 86

6 Hasil Uji Normalitas ... 96

7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 97

8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 98

(13)
(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber Daya Manusia (SDM) dalam organisasi memainkan peran yang

sangat penting sebab keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tidak dapat

dilepaskan dari peran karyawannya. Organisasi atau perusahaan dalam melakukan

aktivitasnya memerlukan SDM yang berkualitas untuk menghadapi

perkembangan dunia bisnis dengan persaingan yang ketat antar perusahaan

(Setyani, 2013). Menurut Ardana,dkk. (2012:05) SDM merupakan kemampuan

potensial yang dimiliki oleh manusia yang terdiri dari kemampuan berfikir,

berkomunikasi, bertindak, dan bermoral untuk melaksanakankegiatan yang

bersifat teknis maupun manajerial dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Koperasi sebagai salah satu pilar ekonomi kerakyatan dan sokoguru

ketahanan ekonomi nasional, perannyacukup besar dalam mendorong

perkembangan ekonomi. Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan mikro

non bank merupakan lembaga yang paling dekat dan bersentuhan langsung

dengan kegiatan ekonomi masyarakat menengah ke bawah (Sitio &Halomoan,

2010:14). Koperasi bukan hanya sekedar tumbuh dan berkembang tetapi

jugatelahmemberikanperan yang tak kecil bagi pembangunan, khususnya di

wilayah kecamatan Kuta Selatan.

Meningkatnya pertumbuhan perekonomian pada sektor pariwisata di

(15)

2

lembaga keuangan mikro terutama koperasi simpan pinjam. Hadirnya koperasi

dapat membantu aktivitas ekonomi masyarakat, juga membuka lapangan kerja

serta menyelamatkan aset warga, sebab dana-dana masyarakat bisa diberdayakan

untuk kepentingan masyarakat melalui aktivitas simpan pinjam.Koperasi menjadi

lembaga keuangan yang berkembang pesat di Kuta Selatan selain bank, baik itu

bank umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maupun lembaga keuangan mikro

non bankberupa Lembaga Perkreditan Desa yang ada disetiap desa adat di

wilayah kecamatan Kuta Selatan.

Koperasi Giri Mitra merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang

ada di kecamatan Kuta Selatan, yang salah satu unit usahanya adalah dalam

bidang usaha simpan pinjam. Koperasi Giri Mitra menghimpun dana anggota dan

calon anggota melalui tabungan harian koperasi, simpanan berjangka koperasi,

dan tabungan berencana ( tabungan mitra bahagia). Untuk selanjutnya disalurkan

kembali kepada anggota, calon anggota, koperasi lain atau anggotanya dalam

bentuk pinjaman yang diberikan. Data mengenai jumlah karyawan di Koperasi

[image:15.595.109.516.533.707.2]

Giri Mitra pada Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Karyawan Menurut Jabatan Pada Koperasi Giri Mitra, 2015

No Jabatan Jumlah (orang)

1 Pengurus 5

2 Pengawas 3

3 Badan Penasehat 3

4 Manajer 2

5 Kepala Bagian 3

6 Staf 47

Jumlah 63

(16)

3

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah karyawan pada Koperasi Giri Mitra

berjumlah 63 orang. Karyawan yang menduduki jabatan struktural berjumlah 16

orang, sedangkan staf berjumlah 47 Orang.

Berkembangnya Koperasi Giri Mitra tidak lepas dari peran karyawan

dalam menjalankan tugas sesuai dengan tujuan organisasi. Hasil wawancara awal

dengan 10 orang karyawan, menunjukkan adanya indikasi

rendahnyaorganizational citizenship behavior(OCB) yaitu kurang mematuhi

peraturan perusahaan seperti mengambil jam istirahat sebelum waktunya dan

terkadang lebih dari waktu yang diberikan, menggunakan waktu kerja untuk

mengobrol dan datang tidak tepat waktu tetapi pulang sebelum waktunya. Indikasi

masalah ini berhubungan dengan kurangnya pelatihan untuk pengembangan diri

dan karir karyawan, karena dari hasil wawancara karyawan yang sering mendapat

pelatihan hanya kepala bagian saja sedangkan karyawan yang berhubungan

langsung dengan anggota dan calon anggota jarang mendapatkan pelatihan. Selain

itu, hasil dari wawancara dengan manajer menunjukkan bahwa perilaku karyawan

Koperasi Giri Mitra yang hanya mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya

sendiri serta tidak memiliki keinginan untuk membantu rekan kerja yang memiliki

beban kerja yang tinggi. Indikasi rendahnya dukungan organisasional juga terlihat

dari hasil wawancara, dimana perusahaan menekankan karyawan harus saling

membantu rekannya walaupun itu di luar deskripsi pekerjaannya, tetapi karyawan

tidak mengetahui sejauh mana perusahaan menghargai kontribusi mereka dalam

menjalankan tugasnya dan kurangnya perhatian dari Koperasi itu sendiri terhadap

(17)

4

sosial antar rekan kerja dan organisasi, karena rasa peduli organisasi terhadap

karyawan ini membuat karyawan merasa harus membalas budi terhadap

organisasinya (Alkerdawy, 2014).

Indikasi lain yang diungkapkan oleh 2 orang manajer mengenai karyawan

yang pada saat diberikan masukan terkadang terlalu terbawa emosi sehingga susah

untuk diberikan pengarahan lebih lanjut, sehingga anggota dan calon anggota

yang datang ke kantor mendapatkan layanan yang tidak sesuai. Pihak atasan ingin

melihat seberapa besar kesadaran karyawan membantu rekannya menyelesaikan

masalah yang diluar dari deskripsi pekerjaannya dan mampu mengendalikan serta

mengelola emosinya saat melayani anggota dan calon anggota. Rendahnya

kecerdasan emosional karyawan, akan mengakibatkan tingkat OCB juga rendah

(Anindya,2011). Hal ini disebabkan emosi yang kurang dikendalikan akan

mengurangi niat untuk membantu rekan kerja bahkan bisa memicu timnbulnya

masalah antar karyawan. Kecerdasan emosional yang rendah juga akan membawa

dampak negatif bagi perusahaan, karena rendahnya kualitas layanan dari

karyawan kepada anggota dan calon anggota koperasi.

Keberhasilan suatu organisasi dalam menjawab tantangan-tantangan dan

persaingan yang datang ditentukan oleh perilaku karyawan yang menjalankan

tugas sesuai dengan deskripsi pekerjaannya. Perusahaan menekankan bahwa

perilaku-perilaku kooperatif dan saling membantu yang berada di luar persyaratan

formal sangat penting bagi berfungsinya suatu organisasi. Perilaku tambahan di

luar deskripsi pekerjaan dalam organisasi sering juga disebut sebagai perilaku

(18)

5

(OCB)(Ariati,dkk. 2012).Menurut Veiseh et al. (2014),perilaku kewargaan

organisasional didefinisisebagai perilaku perankaryawan yang melampaui

persyaratan organisasi seperti menyelesaikan kewajiban dan tugas di luar

pekerjaannya, membantu orang lain, dan memberi saran kepada rekannya.

Seorang karyawan yang mempunyai perilaku sosial yang tinggi, seperti

mudah bergaul, banyak bicara, dan aktif, cenderung mempunyai kepedulian yang

tinggi terhadap rekan kerja, atasan dan organisasi.Karyawan yang mempunyai

sifat ingin tahu dan berempati cenderung ingin membantu rekan kerja dalam

penyelesaian masalahnya dan organisasi dalam mencapai tujuan.Perilaku

membantu rekan kerja terhadap penyelesaian masalah, dan bekerja kerasterhadap

organisasi menunjukkan perilaku kewargaan organisasional.Kompetensi pribadi

(kemampuanmotivasi diri untuk bekerja keras) dan kompetensi sosial (empati)

merupakankomponen penting dari perilaku kewargaan organisasional

(Muhdiyanto & Lukluk, 2013).

Menurut Alavi et al. (2013),kecerdasan emosional (emotional intelligence)

adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan antara manajer dan

anggota organisasi.Kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan

pribadi, emosi, dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan (Ariati,dkk. 2012).

Kecerdasan emosional mengevaluasi orang dengan aspek emosional, yang

berkaitan dengan berapa banyak seseorang memiliki kesadaran dan perasaannya

sendiri, dan bagaimana mengendalikan serta mengelolanya(Eynollahzadeh & Ali,

(19)

6

Penelitian yang dilakukan oleh Jung dan Hye (2011) menunjukkan bahwa

kecerdasan emosionalberpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB

karyawan.Berdasarkan hasilanalisis faktor menunjukkan bahwakecerdasan

emosional menjadi faktor penting dalammeningkatkan OCB. Karyawan yang

memahami, mengkontrol, dan menggunakan emosi secara efektifakan

menciptakan lingkungan kerja yang positif dan signifikan meningkatkan perilaku

karyawan seperti peningkatan OCB. Penelitian yang dilakukan Anindya (2011)

menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan

terhadap OCB karyawan departemen unit X Kompas Gramedia. Semakin tinggi

kecerdasan emosional karyawan, maka semakin tinggi pula OCB karyawan.

Sebaliknya apabila kecerdasan emosional karyawan rendah maka OCB karyawan

juga akan rendah.

Dukungan organisasional yang dirasakan merupakan sumber daya penting

yang semakin diperhatikan dari hari ke hari dalam pengelolaan lingkungan

modern dunia usaha terutama di sektor jasa (Beheshtifar et al., 2013). Menurut

Kambu,dkk.(2012) konsep dukungan organisasional menjelaskan interaksi

individu dengan organisasi yang secara khusus mempelajari bagaimana organisasi

memperlakukan karyawannya. Dukungan organisasional yang dirasakan didefinisi

sebagai persepsi karyawan mengenai sejauh manaorganisasi menghargai

kontribusi karyawan dan peduli tentang kesejahteraan mereka(Ucar & Otken,

2013).

Teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah teori pertukaran

(20)

7

yang terjadi di seluruhkehidupan sosial seseorangyangditandai denganhubungan

emosionalyang kuat. Karyawan akanmengembangkan tingkat dukungan yang

kuatdari organisasi atau pemimpin mereka, dandapat menyebabkan perilaku kerja

yang efektif, seperti kinerja yang lebih baik dan memberikan lebih banyak

bantuan untuk rekan mereka (Cheung,2013).

Penelitian yang dilakukan Alkerdawy (2014) menunjukkan bahwa

dukungan organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB pada

karyawan Bank Umum Mesir. Hasil analisis dengan karyawan yang memperoleh

dukungan organisasional yang tinggi akan menampilkan perilaku OCB yang

tinggi. Menurut Osman et al. (2015), dukungan organisasional berpengaruh positif

dan signifikan terhadap OCB, ketika karyawan manufaktur menerima dukungan

dari organisasi, mereka akanmelakukan hal yang lebih baik bagi organisasi.

Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnyayaitu

penelitian yang dilakukan Ardi danSudarma (2015) menunjukkan bahwa

dukungan organisasional tidak berpengaruh terhadap OCB.Penelitian yang

dilakukan Waileruny (2014) juga menunjukkan bahwa dukungan organisasional

tidak berpengaruh terhadap OCBpada PT. Bank Maluku Cabang Utama Kota

Ambon. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa kontribusi karyawan bagi

organisasi maupun rekan kerja, bukan didasari karena merasa ada dukungan dari

organisasi, tetapi karena insiatif mereka sendiri dan juga karena meraka sudah

(21)

8 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah sesuai dengan latar belakang diatas sebagai berikut.

1) Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadapOCB karyawan

Koperasi Giri Mitra?

2) Apakah dukungan organisasional berpengaruh terhadapOCBkaryawan

Koperasi Giri Mitra?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah

sebagai berikut.

1)Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap

OCBkaryawan Koperasi Giri Mitra.

2)Untuk menganalisis pengaruh dukungan organisasional terhadapOCB

karyawan Koperasi Giri Mitra.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian secara langsung maupun tidak langsung bagi

pihak-pihak terkait, sebagai berikut.

1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi

peneliti lain yang akan melakukan penelitian lanjutan mengenai subjek

atau objek yang terkait di dalam penelitian ini serta mampu menjadi

referensi tambahan bagi pengembangan penelitian ke depannya.

(22)

9

wawasan peneliti dalam pendalaman teori-teori yang berhubungan

dengan ilmu manajemen sumber daya manusia.Peneliti juga dapat

belajar lebih banyak mengenai fakta-fakta dan isu-isu yang terjadi di

lingkungan kerja saat ini.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian diharapkan menjadi referensi bagi perusahaan sebagai bahan

pertimbangan evaluasi kinerja.Diharapkan penelitian ini dapat

menyumbangkan pemikiran bagi perusahaan dalam menentukan

kebijakannya khususnya dalam pengelolaan sumber daya manusia.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab dimana kelima bab tersebut saling

berkaitan. Gambaran umum mengenai isi dari masing-masing bab antara lain

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menguraikan tentang kajian pustaka dan teori-teori yang

relavan mengenai penelitian ini yang meliputi kecerdasan

emosional, dukungan organisasional, organizational citizenship

(23)

10 BAB III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian,

objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel,

jenis data, sumber data, populasi, sampel, metode penentuan

sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian,

uji asumsi klasik, uji hipotesis dan teknik analisis data.

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini berisi mengenai gambaran umum lokasi penelitian,

maupun deskripsi dari masing-masing variabel penelitian, serta

pembahasan yang mengacu pada pokok permasalahan dan tujuan

yang ingin dicapai pada penelitian ini.

BAB V Simpulan dan Saran

Bab ini berisi mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil

pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian, serta saran yang

(24)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Organizational Citizenship Behavior

Perilaku extra-roleadalah perilaku dalam bekerja yang tidak terdapat pada

deskripsi kerja formal karyawan tetapi sangat dihargai jika ditampilkan karyawan

karena meningkatkan efektivitas dan kelangsungan hidup organisasi. Perilaku

extra-role dalam organisasi juga dikenal dengan istilah Organizational

Citizenship Behavior (OCB), dan orang yang menampilkan perilaku OCB disebut

sebagai karyawan yang baik (good citizen). Contoh perilaku yang termasuk

kelompok OCBadalah membantu rekan kerja, secara sukarela melakukan kegiatan

ekstra di tempat kerja, menghindari konflik dengan rekan kerja, menghargai

peraturan yang berlaku di organisasi, toleransi pada situasi yang kurang

ideal/menyenangkan di tempat kerja, memberi saran-saran yang membangun di

tempat kerja, serta tidak membuang-buang waktu di tempat kerja

(Robbins&Judge, 2008: 40).

Menurut Veiseh et al. (2014), OCBatauperilaku kewargaan

organisasionalsebagai perilaku pilihan yang tidak menjadi bagian dari kewajiban

kerja formal seorang karyawan, namun mendukung berfungsinya organisasi

tersebut secara efektif. Menurut Luthans (2006:251) OCBbersifat bebas memilih

dan tidak perlu diatur dengan sistem penghargaan formal organisasi. Organisasi

(25)

12

tugas biasa mereka dan tentunya diharapkan akan memberikan kinerja

yangmelebihi harapan (Robbins&Judge, 2008:40).Perilaku kewargaan

organisasional terlihat dalam membantu individu lain dalam tim, mengajukan diri

untuk melakukan pekerjaan ekstra, menghindari konflik yang tidak perlu,

menghormati semangat dan isi peraturan, serta dengan senang hati mentoleransi

kerugian dan gangguan terkait dengan pekerjaan yang terkadang terjadi.

Organisasi menginginkan dan membutuhkan karyawan yang bersedia melakukan

tugas yang tidak tercantum dalam deskripsi pekerjaaan mereka, dan organisasi

yang mempunyai karyawan seperti itu memiliki kinerja yang lebih baik daripada

organisasi yang lainnya (Robbins & Judge, 2015:54).

OCB memiliki 5 dimensi yang dikemukakan oleh Organ (1988) (dalam

Ristiana, 2013) yaitu: Altruism, Conscientiousness, Courtesy, Sportmanship dan

Civic Virtue.Altruismmerupakan perilaku membantu meringankan pekerjaan yang

ditujukan kepada individu dalam suatu organisasi. Conscientiousnessadalah

perilaku karyawan yang menguntungkan organisasi seperti mematuhi

peraturan-peraturan di organisasi. Courtesyadalah perilaku karyawan yang membantu rekan

kerja mencegah timbulnya masalah sehubungan dengan pekerjannya dengan cara

memberi konsultasi dan informasi serta menghargai kebutuhan

mereka.Sportsmanshipmerupakan kesediaan karyawan mentoleransi pada situasi

yang kurang ideal di tempat kerja tanpa mengeluh.Civic virtuemerupakan

partisipasi karyawan dalam kegiatan-kegiatan organisasi dan peduli pada

ke-langsungan hidup organisasi. Menurut Tziner (2014) jenis perilaku organisasi

(26)

13

beban kerja tinggi, mencegah konflik di tempat kerja,menghormati hak-hak orang

lain, dan tidak mengeluh tentang masalah sepele. Struktur OCBadalah untuk

mengenali administrasi dan mengevaluasi perilakukaryawan yang bekerja dalam

organisasi dan perilaku untuk meningkatkan efektivitas organisasi (Altuntas

&Baykal, 2010).

2.1.2 Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (2002:7) emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk

bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan

secara berangsur-angsur (evolusi), dan emosi juga sebagai perasaan, keadaan

biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami serta

mengatur suasana hati agar tidak melumpuhkan kejernihan berfikir otak rasional,

tetapi mampu menampilkan beberapa kecakapan, baik kecakapan pribadi maupun

kecakapan antar pribadi (Goleman, 2002:45).Kecerdasan emosional mengandung

dua suku kata, yakni emosi dan kecerdasan. Kecerdasan secara harfiah dapat

diartikan sebagai tingkat kecemerlangan seseorang, dan emosi sebagai suatu

gejala yang multidimensional sebagai unjuk dari tingkat perasaan yang

subyektif(Supriyanto,dkk. 2012). Menurut Muhdiyanto dan Lukluk (2013) emosi

mempunyai peran dalam peningkatan proses konstruksi pikiran dalam berbagai

bentuk pengalaman kehidupan manusia.

Kecerdasan emosional dapat didefinisi sebagai suatu kesadaran individu

terhadap emosinya sendiri dan kemampuan untuk mengekspresikan emosi-emosi

(27)

14

sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan

memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain,

memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk

mengembangkan pikiran dan tindakan. Kecerdasan emosional pada dasarnya

diidentifikasi sebagai kemampuan untuk memahami dan mengintegrasikan emosi

untuk memfasilitasi pikiran, dan mempromosikan pertumbuhan pribadi (Gunduzet

al., 2012).

Kecerdasan emosional memiliki dua komponen utamayaitu: penyadaran

emosional dan regulasi emosional. Penyadaran emosional mengacu pada

kemampuan seseorang untuk memahami emosi dan memahami dirinya

sendiri.Regulasi emosional adalah serangkaian proses mengelola emosi sesuai

dengan tujuan individu, baik dengan cara otomatis atau dikontrol, disadari atau

tidak disadari dan melibatkan banyak komponen yang bekerja terus menerus

sepanjang waktu(Gunduz et al., 2012).

Kecerdasan emosional berhubungan dengan perbedaan antara orang-orang

pada persepsi, pengolahan, pengaturandanpenggunaaninformasiemosional (All

Hajj&Dagher, 2010). Karyawandengantingkat kecerdasanafektiftinggi

lebihterampildalam menetapkandan mengelolasendiri pembentukaninteraksi

positif. (Naqshbandi, 2011). Menurut Bagram,dkk. (2011) kecerdasan emosional

adalah kemampuan mengatur tidak hanya emosi, tetapi emosi orang lain serta

emosi dari sekelompok orang yang berbeda. Menurut Alavi et al. (2013),

kecerdasan emosionaladalahsalah satu faktoryang mempengaruhi hubungan antara

(28)

15

sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih

efektif dalam pekerjaan mereka (Robbin & Judge, 2008:335).

2.1.3 Dukungan Organisasional

Menurut Robbins danJudge (2008:103) dukungan organisasional yang

dirasakan (Perceived Organizational Support) adalah tingkat sampai mana

karyawan yakin organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli dengan

kesejahteraan mereka. Sebagai contoh, seorang karyawan yakin bahwa

organisasinya akan mengakomodasi dirinya apabila mempunyai masalah

pengasuhan anak atau akan memaafkan kesalahan yang jujur di pihaknya.

Individu merasa organisasi mereka bersikap suportif ketika penghargaan

dipertimbangkan dengan adil, karyawan mempunyai suara dalam pengambilan

keputusan, dan pengawasan mereka dianggap suportif. Perlakuan-perlakuan dari

organisasi yang diterima oleh karyawan ditangkap sebagai stimulus yang

diorganisir dan diinterpretasikan menjadi persepsi atas dukungan organisasi

(Rivanda, 2013).

Menurut Alkerdawy (2014) dukungan organisasional merupakan persepsi

karyawan terhadap apa yang dilakukan organisasi bagi karyawan, dimana hal

tersebut dapat terkait dengan kepedulian organisasi terhadap kesejahteraan

karyawan, kemauan organisasi mendengarkan keluhan karyawan, kemauan

organisasi mencoba membantu karyawan ketika sedang menghadapi masalah, dan

cara organisasi memperlakukan karyawan dengan adil.Menurut

Kambu,dkk.(2012) persepsi karyawan yang baik tehadap dukungan organisasional

(29)

16

dalam diri mereka pada organisasi sehingga mereka akan merasa memiliki

kewajiban untuk membayarnya.

Simosi (2012) mendeskripsikan bahwa dukungan organisasional

merupakan keyakinan karyawan mengenai sejauh mana organisasi memberikan

penghargaan, kontribusi, dan peduli atas kesejahteraan mereka. Dukungan

organisasional dinilai sebagai kepastian akan tersedianya bantuan dari organisasi

ketika bantuan tersebut dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan tugas

karyawan agar dapat berjalan secara efektif. Dukungan organisasional dapat

memberikan sikap atau perilaku positif karyawan, ketika karyawan bersikap

positif maka dapat membantu mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan

(Rivanda, 2013).

Menurut Ardi dan Sudarma (2015) dukungan organisasional yang

dirasakan karyawan ini dinilai sebagai kepastian akan tersedianya bantuan dari

organisasi ketika bantuan tersebut dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan

tugas karyawan agar dapat berjalan secara efektif serta untuk menghadapi

situasi-situasi yang mengandung tekanan. Dukungan organisasionaltelah menjadi elemen

kunci yang terfokus di banyak organisasi untuk meningkatkan semangat kerja

karyawan, karena dukungan organisasional yang dirasakan meliputi aspek

perlakuan yang adil, dukungan pengawasan, imbalan dankondisi pekerjaan yang

menguntungkan. Unsur tersebut telah menjadi aspek kunci yang dianggap oleh

karyawan untukberkontribusi dan mengembangkan diri. Selain itu, dukungan

organisasional memperkuat upaya karyawan dalamorganisasi yang membantu

(30)

17

al., 2015). Menurut Aryaningtyas (2013) peran dukungan organisasional

menjelaskan bahwa organisasi akan menyediakan bantuan sesuai yang dibutuhkan

oleh karyawan untuk bekerja secara efektif dan dalam menghadapi situasi yang

sulit.

Dukungan organisasional yang dirasakan harus menghasilkan rasa peduli

terhadap kesejahteraan karyawan dan membuat karyawan bekerja lebih keras

untuk membantu organisasimencapai tujuannya. Perhatian, persetujuan, dan

menghormati dilambangkan dengan dukungan organisasi yang dirasakan harus

memenuhi kebutuhan sosial-emosionalkaryawan yang mengarah pada keahlian

dan status peran dalam identitas sosial mereka (Beheshtifar et al., 2012).Menurut

Paille et al. (2010), terdapat sejumlah indikator yang dapat dijadikan sarana untuk

mengukur dukungan organisasional di dalam suatu perusahaan, sebagai berikut.

1) Perusahaan mengapresiasi kontribusi karyawan.

2) Perusahaan mau mempertimbangkan aspirasi karyawan.

3) Perusahaan mau mempertimbangkan nilai-nilai yang dimiliki karyawan.

4) Perusahaan benar-benar peduli pada hal baik yang karyawan lakukan

didalam pekerjaannya.

5) Perusahaan bangga dengan prestasi yang karyawan raih.

6) Perusahaan peduli akan kesejahteraan karyawan.

Menurut Rhoades danEisenberger (2002) (dalam Dina, 2012), terdapat tiga

bentuk umum perlakuan dari organisasi yang dianggap baik dan akan dapat

meningkatkan dukungan organisasional yang dirasakan karyawan, sebagai

(31)

18 a. Keadilan.

Faktor keadilan di sini adalah keadilan prosedural yang menyangkut masalah

keadilan mengenai cara yang seharusnya digunakan untuk mendistribusikan

sumber-sumber daya yang ada dalam organisasi. Terjadinya keadilan yang

berulang-ulang dalam membuat keputusan mengenai distribusi sumber daya

akan memiliki pengaruh yang kuat terhadap dukungan organisasional yang

dirasakan karyawan yang ditunjukkan dengan adanya perhatian pada

kesejahteraan karyawan.

b. Dukungan atasan.

Tindakan atasan sebagai wakil organisasi bertanggung jawab untuk mengatur

dan menilai kinerja bawahan, maka para karyawan memandang

tindakan-tindakan atasan yang bersifat menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi

karyawan sebagai perwujudan dari dukungan organisasional.

c. Imbalan-imbalan dari organisasi dan kondisi kerja.

Imbalan-imbalan berupa penghargaan, gaji, dan promosi, membantu

mengomunikasikan suatu penilaian positif dari kontribusi karyawan yang

selanjutnya juga akan menyumbang pada peningkatan dukungan

organisasional yang dirasakan karyawan. Selain itu, adanya keamanan kerja

yang memiliki arti bahwa terdapatnya kepastian bahwa organisasi akan tetap

mempertahankan keanggotaan karyawan di masa depan dan hal ini diharapkan

akan menyebabkan tingginya dukungan organisasi yang dirasakan karyawan.

Kepercayaan organisasi terhadap kebijaksanaan karyawan dalam

(32)

19

organisasi yang dirasakan karyawan. Perlakuan seperti: pekerjaan yang terlalu

banyak; tuntutan pekerjaan yang mustahil diselesaikan dalam waktu yang

terbatas; kekaburan peran, termasuk didalamnya tidak adanya informasi yang

jelas mengenai tanggung jawab individu; dan konflik peran, termasuk

tanggung jawab-tanggung jawab kerja yang saling bertentangan akan dapat

menurunkan dukungan organisasi yang dirasakan karyawan (Rhoades

&Eisenberger, 2002).

2.1.4 Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran sosial (Social Exchange Theory) menggambarkan

berbagai transaksi yang terjadi di seluruhkehidupan sosial seseorangyangditandai

denganhubungan emosionalyang kuat. Karyawan akanmengembangkan tingkat

saling mendukung yang kuatdengan organisasi atau pemimpin mereka, dandapat

menyebabkan perilaku kerja yang efektif, seperti kinerja yang lebih baik dan

memberikan lebih banyak bantuan untuk rekan mereka (Cheung,2013).White

danYanamandrama(2012), menggunakan teori ini untuk berpendapat bahwa

ketika karyawan merasa telah didukung oleh organisasi, mereka akan

membalasnya. Pembalasan dari karyawan tersebut termasuk perasaaan memiliki

yang kuat terhadap organisasi dan perilaku seperti organizational citizenship

behavior.

Menurut Serim et al. (2014), hubungan di tempat kerja memiliki

unsur-unsur dari teori pertukaran sosial, karyawan percaya satu sama lain untuk

melaksanakan kewajiban bersama mereka. Teori pertukaran sosial mendominasi

(33)

20

pertukaran sosial menjelaskan hubungan antara karyawan dan organisasi,

karyawan melakukanOCB untuk mencapai reputasi yang baik bagi organisasi

mereka, ketika mereka merasa bahwa itu memberikan perhatian khusus terhadap

nilai-nilai dan kepentingan mereka (Chiang & Hsieh, 2012).

2.2 Rumusan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap Organizational Citizenship Behavior

Penelitian yang dilakukan Setyawati (2012) menunjukkan bahwa tingkat

kecerdasan emosional dianggap paling mampu untuk menstimulir terbentuknya

OCB pegawai PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Purwokerto

dibandingkan sikap pegawai terhadap budaya organisasi. Hal ini menunjukkan

bahwa dalam kondisi yang sama, apabila kemampuan pegawai dalam mengenali

dan mengatur perasaan diri sendiri maupun perasaan orang lain (peduli terhadap

orang lain), kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola

emosi pada diri sendiri serta dalam berhubungan dengan orang lain meningkat,

maka akan lebih cepat meningkatkan perilaku pegawai tersebut diluar tugasnya

yang ditujukan untuk kemanfaatan organisasi.

Menurut Ibrahim (2013), kecerdasan emosional berpengaruh signifikan

terhadap OCBperawat RS Umum Anutapura dan RS Undata Palu. Berarti,

semakin meningkat kemampuan perawat dalam memotivasi diri yang disertai

dengan kesadaran diri yang tinggi, maka akan diikuti oleh peningkatan perilaku

OCB perawat.Penelitian yang dilakukan Muhdiyanto danLukluk (2013)

(34)

21

terhadap perilaku kewargaan organisasional dilembaga keuangan non bank di

Magelang. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku kewargaan organisasional

lebih didorong motif afiliasi yaitu membentuk dan memelihara hubungan dengan

orang lain atau organisasi. Motif afiliasi dipandang sebagai komitmen terhadap

pemberian layanan orang lain. Motif ini cenderung dimiliki oleh pegawai yang

memiliki kecerdasan emosional yang menonjol. Meningkatnya kecerdasan

emosional karyawan lembaga keuangan akan diikuti dengan meningkatnya

perilaku tambahan di luar deskripsi pekerjaan dalam organisasi.Berdasarkan

landasan teori dan berbagai hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan hipotesis

sebagai berikut.

H1 : Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap Organizational Citizenship Behavior.

2.2.2 Pengaruh dukungan organisasional terhadap Organizational Citizenship Behavior

Menurut Rivanda (2013) karyawan yang merasa mereka didukung oleh

organisasi akan memberikan timbal baliknya (feedback) melalui perilaku OCB,

maka terindikasi perilaku OCBterjadi di Polsekta Payakumbuh salah satunya

dipicu dari perhatian organisasi terhadap anggotanya.Penelitian yang dilakukan

Kambu,dkk. (2012) menunjukkan bahwadukungan organisasional berpengaruh

positif dan signifikan terhadap OCB. Persepsi pegawai tentang dukungan

organisasional mampu meningkatkan OCB yang dilihat dari hasil analisis

koefisien jalur bertanda positif yang mengindikasikan bahwa semakin kuat

dukungan organisasional akan meningkatkan OCB. Para karyawan atau individu

dalam organisasi akan mengembangkan suatu keyakinan menyeluruh untuk

(35)

22

kerja yang meningkat dan memenuhi kebutuhan karyawan untuk dipuji dan

dihargai. Karyawan yang mempunyai persepsi dukungan organisasional yang baik

akan berusaha sekuat tenaga untuk membalas kebaikan yang diterimanya dari

organisasi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tennant (2012) dapat dijelaskan

bahwa dukungan organisasional sepenuhnya dapat meningkatkan perilaku OCB

secara positif dan signifikan. Jadi, semakin tinggi dukungan organisasional yang

diterima oleh pegawai, maka akan semakin meningkat pula OCB para pegawai

layanan industri. Berdasarkan landasan teori dan berbagai penelitian sebelumnya

dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut.

H2: Dukungan organisasional berpengaruh positif terhadap Organizational Citizenship Behavior.

2.3 Kerangka Berpikir

Untuk memperjelas keterkaitan antara kecerdasan emosional, dukungan

organisasional dan organizational citizenship behavior maka model konseptual

[image:35.595.109.512.511.598.2]

yang menggambarkan hubungan antara masing-masing variabel sebagai berikut.

Gambar 2.1 Hubungan Antar Variabel pada Pengaruh Kecerdasan Emosional dan

Dukungan Organisasional Terhadap Organizational Citizenship Behavior Karyawan

Sumber : Kajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya. Kecerdasan Emosional

(X1)

Dukungan Organisasional(X2)

Organizational Citizenship Behavior (Y) H1

H2 (+)

Gambar

Tabel 1.1 Data Karyawan Menurut Jabatan Pada Koperasi Giri Mitra, 2015
Gambar 2.1 Hubungan Antar Variabel pada Pengaruh Kecerdasan Emosional dan

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah tangkapan yang bersangkutan, serta dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Dihitung dari tepi

[r]

Praktik jual beli makanan ringan yang tidak mencantumkan tanggal kadalursa ini masih ada penjual yang belum memenihu hak-hak konsumen dalam pasal 4 nomor 8

Variabel yang signifikan adalah klasifikasi daerah tempat tinggal, merokok, konsumsi narkoba, pernah pacaran, masih sekolah, tingkat pendidikan, berkomunikasi

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan tinjauan langsung ke lapangan didapatkan kesimpulan yaitu : adanya kesulitan untuk mengumpulkan data hasil

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Dinas Perhubungan Kota Manado telah melakukan pencatatan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006

The technical options for sequestering carbon through forestry measures include: the conservation and management of existing closed forests; the restoration of degraded or

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2018 tentang Paralegal dalam Pemberian Bantuan Hukum (Berita