SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi per syar atan untuk memper oleh gelar sar jana pada FISIP UPN “veter an” J awa Timur
Oleh :
RIZKY YUDHISTIRA NPM. 0743010305
PROGDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR SURABAYA
dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “analisis framing berita tentang skandal M. Nazaruddin
pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas edisi 25-31 Juli 2011”.
Dalam proses penyelesaian penelitian ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1. Ibu Dra. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UPN “Veteran” Jatim.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jatim.
3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
4. Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si, selaku Dosen Pembimbing penulis.
Terima kasih atas segala bimbingan dan masukannya.
5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP
hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
6. Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan dukungan dan kasih
sayangnya.
7. Sheila dan Kayleen yang selalu memberikan semangat kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penelitian ini.
doanya.
11. Buat Teman-teman X-PHOSE yang memeberikan semangat, dukungan, dan
berkat kalian penulis medapatkan semagat untuk menyelesaikan penelitian ini.
12. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan mengingatkan untuk cepat lulus
BFF, Himakruk, teman-teman “lama”, KINNE, AK RADIO, UPN TV,
HIMAKOM, dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
13. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini,
untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal
terbaik dari penelitian ini. Besar harapan penulis, semoga penelitian ini dapat
memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.
Surabaya, Oktober 2011
HALAMAN J UDUL ... i
HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 12
1.3. Tujuan Penelitian ... 12
1.4. Kegunaan Penelitian ... 13
1.4.1. Secara Teoritis ... 13
1.4.2. Secara Praktis ... 13
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Paradigma Konstruksionis... 14
2.1.1. Berita Dalam Paradigma Konstruksionis ... 15
2.2. Surat Kabar Sebagai Media Massa ... 16
2.2.1. Konstruksi Realitas ... 21
2.2.2. Berita dan Idiologi Media ... 24
2.5. Kerangka Berpikir ... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 36
3.2. Subjek dan Objek Penelitian ... 37
3.3. Unit Analisis ... 37
3.4. Populasi dan Korpus Penelitian ... 38
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.6. Metode Analisis Data ... 40
3.7. Langkah-Langkah Analisis Framing ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 45
4.1.1. Gambaran Umum Surat Kabar Jawa Pos ... 45
4.1.2. Gambaran Umum Surat Kabar Kompas ... 48
4.2. Hasil dan Pembahasan ... 58
4.2.1. Analisis Framing Berita Jawa Pos ... 58
4.2.1.1Judul : Anas Jatuh, SBY juga Jatuh ... 58
4.2.1.2Judul : Nazaruddin Dijemput Di Argentina .... 62
4.2.1.7 Judul : Istana Intervensi Pansel KPK ... 85
4.2.2Analisis Framing Berita Kompas... 88
4.2.2.1Judul : Nazaruddin Itu Hebat ... 88
4.2.2.2Judul : Kasus Nazaruddin Diserahkan ke Negara... 91
4.2.2.3Judul : Tunjukkan Komitmen Demokrat... 94
4.2.2.4Judul : Lacak Aliran Dana Partai... 98
4.2.2.5Judul : Anas Sebaiknya Nonaktif Dulu... 102
4.2 Perbandingan Jawa Pos dan Kompas dalam Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 109
5.2. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 112
ABSTRAKSI
RIZKY YUDHISTIRA. PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG SKANDAL M. NAZARUDDIN ( Analisis Fr aming Berita tentang Skandal M. Nazar uddin pada Surat Kabar J awa Pos dan Kompas edisi 25-31 J uli 2011 )
Adanya pemberitaan tentang skandal M. Nazaruddin di berbagai media, khususnya pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi 25-31 Juli 2011 menjadi sebuah perhatian khusus masyarakat.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Kompas membingkai berita tersebut. Karena pada dasarnya media merupakan pengkonstruksi isu sebuah peristiwa (realitas) yang disajikan melalui pemberitaanya, hal itu dapat terjadi kerena ada muatan kepentingan politik, ekonomi maupun kepentingan pemilik terhadap pemberitaan media tersebut. Untuk melihat perbedaan media dalam mengkonstruksi suatu realitas, peneliti memilih analisis framing sebagai metode penelitian dengan menggunakan perangkat framing model Pan dan Kosicki.
Pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi 25-31 Juli 2011 dengan populasinya sebanyak dua belas dan terbagi dalam korpus Jawa Pos sebanyak tujuh pemberitaan dan lima pemberitaan pada Kompas. Untuk menganalisis perbedaan pemberitaan dan isi berita dari masing-masing surat kabar, peneliti menggunakan perangkat milik Pan dan Kosicki yang meneliti pada empat struktur yaitu sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
Hasil analisis peneliti diketahui bahwa frame pemberitaan Jawa Pos mengenai pemberitaan tentang skandal M. Nazaruddin adalah Jawa Pos terkesan provokatif, sedangkan pada Kompas lebih bersifat netral
Terlepas dari itu semua, media hendaknya dapat memposisikan diri sebagai pihak yang netral, dan dapat menyajikan berita yang valid kepada masyarakat.
1.1 Latar Belaka ng Masalah
Di era globalisasi dan demokrasi ini masyarakat bebas dalam
mengemukakan pendapat maupun apresiasinya, baik itu tingkah laku maupun
perkataan. Hal ini merupakan cerminan kebebasan demokratis, semenjak masa
reformasi terjadi. Kebebasan berpendapat atau demokrasi ini yang
dinanti-nantikan masyarakat Indonesia, yang didapat setelah turunnya zaman orde-baru
dan berganti zaman reformasi-demokrasi.
Didalam masyarakat mordern manapun, media memainkan peran penting
untuk perkembangan politik masyarakatnya. Pers sering disebut-sebut sebagai
pilar demokrasi. Kebebasan berekspresi dan menyampaikan informasi merupakan
dsar penting untuk sistem demokratis dan telah dikukuhkan dalam semua
dokumen hak asasi manusia yang dikeluarkan setelah perang dunia kedua
(Sobur,2009:32).
Media sebagai sebuah sistem komunikasi manusia telah kian penting di
Dunia, dengan meminjam istilah dari C. Wright Milis yang mengatakan
pengalaman primer telah digantikan oleh komunikasi sekunder, seperti : media
cetak, radio, televisi, elektronik dan film media telah memainkan peran penting
dalam merombak tatanan sosial menjadi masyarakat serba bisa (Rivers, 2003 :
323). Oleh sebab itu, komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara yaitu:
komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung
memilih khlayak dan demikian pula sebaliknya khalayak memilih-milih media
(Rivers, 2003 : 18).
Kebebasan demokrasi merupakan cerminan perwujudan era reformasi.
Saat ini masyarakat berhak mendapatkan, mengetahui konflik atau permasalahan
yang terjadi didalam negerinya melalui informasi. Informasi-informasi yang
diperlukan berupa pemberitaan di media massa. Saat ini pers Indonesia sudah
bebas, tidak ada lagi kontrol isi media dari pemerintah. Perusahaan media massa
bisa lebih leluasa dalam mengeluarkan isi pemberitaan. Seperti halnya topik
pemberitaan yang saat ini sedang panas tentang skandal M. Nazaruddin. Hal
seperti ini untuk sekarang sudah menjadi konsumsi publik, bukan lagi hal yang
harus ditutupi melainkan harus dipublikasikan kemasyarakat akan kebenaran yang
harus diketahui oleh masyarakat Indonesia saat ini.
Salah satu media massa yang dibingkaikan adalah surat kabar, karena surat
kabar memiliki sebuah ideologi dan ciri khas yang dibawa dalam setiap
pemberitaannya sesuai dengan karakter dari surat kabar tersebut.. Surat kabar
sebagai salah satu alat untuk menyampaikan berita, penilaian atau gambaran
umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai
institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain karena media juga dapat
berkembang menjadi kelompok penekan atau suatu ide atau gagasan, dan bahkan
suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam
Dalam membingkai (framing) atau mengkontruksi suatu realitas, antara
media cetak satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Seperti halnya pada
surat kabar “Jawa Pos” dengan “Kompas”, dipilih peneliti karena kedua surat
kabar ini memiliki cara pandang berbeda dalam menyikapi suatu permasalahan
yang terjadi, isu-isu yang berkembang kemudian menulisnya dalam berita
mengenai “skandal M. Nazaruddin” edisi 25-31 Juli 2011. Dan kedua surat kabar
ini adalah surat kabar yang berpengaruh juga banyak diminati oleh pembaca.
Dalam pemeberitaan tersebut dibangun konstruksi isu yang berbeda. Hal ini dapat
kita lihat melalui judul pemberitaan kedua media tersebut, antara lain tujuh
pemberitaan pada surat kabar Jawa Pos dengan judul “Anas Jatuh SBY Juga
Jatuh, Nazarudin Dijemput di Argentina?, Anas-Pejabat KPK Diperiksa,
Pimpinan KPK Saling Curiga, Pansel Hadang Chandra dan Johan, Polri Klaim
Kepung Nazaruddin dan Istana Intervensi Pansel KPK”. Pada surat kabar
Kompas terdapat lima judul pemberitaan “Nazaruddin Itu Hebat, Kasus
Nazaruddin Diserahkan ke Negara, Tunjukkan Komitmen Demokrat, Lacak
Aliran Dana Partai dan Anas Sebaiknya Nonaktif Dulu“. Dengan adanya
perbedaan judul pemberitaan pada kedua media tersebut terlihat jelas bagaimana
perbedaan kedua media tersebut membangun konstruksi isu tentang skandal M.
Nazaruddin.
Dalam hal ini peran media masa dalam kehidupan sosial sering dipandang
secara berbeda-beda dari sudut pandang khalayak masing-masing, namun tidak
ada yang menyangkal atas perannya yang signifikan dalam masyarakat modern.
berdasarkan standart para pengelolanya. Khalayak “Dipilihkan” oleh media
tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian. Disini, pentingnya
peran media massa sebagai realitas simbolik yang dianggap mempresentasikan
realitas objektif sosial dan berpengaruh pada realitas subjektif yang ada pada
pelaku interaksi sosial (Subiakto, 2000 : 11-12).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan kajian analisis
framing sebagai metode penelitian untuk melihat perbedaan media dalam
mengungkap peristiwa (realitas). Metode analisis teks yang berada dalam
kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan
sosial bukan realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya,
konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana
peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksikan dengan cara apa konstruksi itu
dibentuk (Eriyanto, 2005 : 37). Alasannya, karena dalam perspektif komunikasi,
analisi framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat
mengkonstruksi fakta. Analisis mencermati strategi seleksi, penonjolan dan
pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti
atau lebih diingat untuk mengiring interpretasi khalayak sesuai dengan
perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya
ditonjolkan dan yang akan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita
Pembingkian atau framing merupakan analisis untuk mengkaji
pembingakaian realitas (peristiwa, individu, kelompok dan lain-lan) yang
dilakukan oleh media. Pembingakaian tersebut merupakan konstruksi yang artinya
realitas dimaknai dan dikonstruksikan dengan makna dan cara tertentu. Framing
digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu
sesuai dengan kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang
lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan lebih mengena dalam
pikiran khalayak (Kriyantono, 2006 : 252).
Sebagai analisis teks media, framing merupakan salah satu alternatif
model analisis yang dapat mengungkapkan semua perbedaan media dalam
mengungkap sebuah fakta. Selain itu dengan melalui analisis framing akan dapat
diketahui siapa mengendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana
lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan siapa dirugikan, siapa
menindas siapa tertindas, dan seterusnya (Eriyanto, 2005 : VI).
Untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Peniliti memilih
analisis framing sebagai metode penelitian. Framing adalah pendekatan untuk
mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan
ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada
akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolk,
dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut (Eriyanto, 2005 : 224).
Jadi jelas dengan menggunakan metode framing sebuah realitas diharapkan akan
oleh sebuah media kedalam bentuk frame sehingga menghasilkan konstruksi
makna berita spesifik.
Dalam analisis framing tidak lepas dari tokoh-tokohnya antara lain,
Murray Edelman, Robert N. Entman, William Gamson, Zhongdang Pan dan
Gerald M.Kosicki (Eriyanto. 2009 : 288). Pada penelitian ini menggunakan model
analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, karena model ini
menyertakan analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki, karena
model ini menyertakan unit analisis elemen retoris yang perlu diperhatikan untuk
menunjukkan perangkat framing. Banyak diadaptasi pendekatan linguistik dengan
memasukkan perangkat framing. Banyak diadaptasi pendekatan lingusitik dengan
memasukkan elemen seperti, pemakaian kata, pemilihan struktur dan bentuk
kalimat yang mengarahkan bagaimana peristiwadibingkai oleh media. Pan dan
Kosicki juga tidak lepas dari konteks sosial politik Amerika, menjabarkan struktur
lebih detail, mengupas framing lewat headline berita dan lebih memusatkan
perhatian terutama pada studi secara sistematis bahasa politik. Sementara model
yang lainnya tidak menunjukkan adanya unsur-unsur tersebut (Eriyanto, 2005 :
288). Hal ini sangat sesuai dengan studi penelitian yang diambil oleh peneliti yang
membahas tentang pemberitaan dugaan keterlibatan pimpinan Partai Demokrat
dalam kasus suap Sesmenpora.
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melalui tulisan mereka “Framing
Analysis : An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan empat
dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing : sintaksis, skrip, tematik
berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini,
kutipan, pengamatan dan peristiwa-kedalam bentuk susunan kisah berita
Dengan demikian, struktur sintaksis ini bisa diamati dari bagan berita
(headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran,
sumber yang dikutip dan sebagainya). Struktur skrip melihat bagaimana strategi
bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa.
Kemudian, struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkap
pandangannya atas peristiwa kedalam preposisi, kalimat atau hubungan antar
kalimat yang memebntuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat
bagaimana pemahaman itu terwujud kedalam bentuk yang lebih kecil. Sedangkan
struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekan arti tertentu. Dengan
kata lain, struktur retoris melihat pemakaian kata, idiom, grafik, gambar, yang
juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu (Sobur, 2009 :175-176).
Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana kedua surat
kabar tersebut, Jawa Pos dan Kompas mem-frame berita tentang skandal M.
Nazaruddin. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana kemampuan
kedua media tersebut dalam membangun sebuah realitas, karena dengan
menggunakan analisis framing akan jelas terlihat bahwa masing-masing media
Jawa Pos dan Kompas mempunyai “ penangkapan tersendiri tentang apa berita
yang perlu ditonjolkan dan dijadikan fokus dan mana yang harus disembunyikan
atau dihilangkan. Begitu pula dengan cara bagaimana sebuah isu dituturkan dan
yang saling berbeda, meskipun perbedaan itu tidak selalu signifikan (Malik, 2001
: 69).
Adanya banyak pemberitaan tersebut membuat masyarakat menjadi
bingung. Dugaan-dugaan lain mengatakan pemerintah terlibat dalam kasus ini,
sehingga harus segera diselesaikan. Dari segi materi isi pemebritaan dapat
dikelompokkan dalam berita politik dan berita utama. Mempunyai nilai berita
(news value) yang cukup tinggi, bersifat aktual, menarik perhatian serta dianggap
penting oleh sebagian besar khalayak pembaca (Sumandiria, 2005 : 67).
Menurut pengamatan peneliti, pemberitaan tentang skandal M. Nazaruddin
ini mendapatkan porsi dan perhatian yang cukup besar bagi masyarakat dan kedua
media tersebut. Dari berbagai fenomena dan kontroversi diatas maka sangatlah
menarik bagi media massa untuk memberitakannya sebagai berita yang layak
dikonsumsi masyarakat. Karena kasus ini banyak merugikan negara, dengan
berkembangnya siapa-siapa yang terlibat didalamnya dan jumlah dana yang
terbukti diselewengkan semakin berkembang pula. Pemeberitaan ini akan
menambah fakta-fakta kemana dan siapa saja yang terlibat didalamnya.
Pada edisi Jawa Pos 25 Juli 2011 dengan judul “Anas Jatuh SBY Jatuh”.
Yang didalamnya menceritakan tentang kondisi yang terjadi ketika Ketua Umum
Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengalami penurunan kepercayaan dari
anggota partai dan masyarakat, hal serupa juga akan dialami Susilo Bambang
Yudhoyono yang saat ini menjabat sebagai Presiden R.I 2009-2014 dan Ketua
Pada edisi Jawa Pos 26 Juli 2011 dengan judul pemberitaannya adalah
“Nazaruddin Dijemput di Argentina?”. Penggunaan kalimat tanya pada judul ini
sebagai maksud sebuah pertanyaan besar Jawa Pos atas statement dari
Menkumham Patrealis Akbar yang telah mengetahui keberadaan Nazaruddin di
luar negeri.
Pada edisi Jawa Pos 27 Juli 2011 dengan judul pemberitannya adalah
“Anas-Pejabat KPK Diperiksa”. Isi pemberitaannya mengenai pemeriksaan
terhadap Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dan para pejabat
KPK yang disebut-sebut oleh Nazaruddin terlibat dalam kasus korupsi dana
proyek pengadaan wisma Atlet SEA Games di Palembang oleh Mabes POLRI.
Pada edisi Jawa Pos 28 Juli 2011 dengan judul pemberitaannya adalah
“Pimpinan KPK Saling Curiga”. Isi pemberitannya mengenai akibat adanya
tudingan M. Nazaruddin bahwa ada keterlibatan para pejabat KPK dalam kasus
dirinya menyebabkan perpecahan di internal KPK, khususnya para pejabatnya.
Pada edisi Jawa Pos edisi 29 Juli 2011 dengan judul pemberitannya adalah
“Pansel Hadang Chandra dan Johan”. Isi pemberitannya mengenai salah satu
akibat tudingan M. Nazaruddin terhadap para pejabat KPK, dalam hal ini Chandra
M. Hamzah dan Johan mendapat pencekalan dari Pansel KPK dalam mengikuti
seleksi pimpinan KPK yang baru.
Pada Jawa Pos edisi 30 Juli 2011 kali ini, terdapat judul pemberitaannya
sebagai berikut “Polri Klaim Kepung Nazaruddin”. Di dalam isi pemberitannya,
dengan didapatkannya informasi keberadaan M. Nazaruddin di luar negeri yang
Patrialis Akbar, bahwasanya POLRI mengklaim telah melakukan pengepungan
atas M. Nazaruddin dan akan segera melakukan penyergapan.
Edisi terakhir Jawa Pos pada 31 Juli 2011 dengan judul pemberitannya
“Istana Intervensi Pansel KPK”. Di dalam isi pemberitannya mengenai
kejanggalan sikap dan keputusan Pansel KPK yang hanya mencekal Candra dan
Johan pada seleksi calon pimpinan KPK baru, padahal masih terdapat beberapa
calon lainnya yang juga dituding oleh Nazaruddin ikut terlibat dalam kasus
dirinya.
Selain Jawa Pos, Kompas pada edisi 25-31 Juli 2011 juga memberitakan
kasus Korupsi Dana Proyek Wisma Atlet SEA GAMES di Palembang terdapat
lima pemberitaan, antara lain pada 25 Juli 2011 dengan judul pemberitannya
adalah “Nazaruddin itu Hebat”. Isi pemberitannya mengenai kecerdikan dan
kelihaian Nazaruddin menghindar dari kejaran aparat hukum mendapat pengakuan
dari pemerintah, yang disampaikan langsung oleh Menkum-HAM, Patrialis
Akbar.
Pada 26 Juli 2011 dengan judul “Kasus Nazaruddin diserahkan ke
Negara”. Isi pemberitannya mengenai Partai Demokrat menyerahkan sepenuhnya
kasus mantan bendahara umunya kepada Negara, karena kasus ini sudah
menyangkut kepentingan negara dan bukan lagi menjadi urusan intern partai.
Pada edisi 27 Juli 2011 dengan judul pemberitannya adalah “Tunjukkan
Komitmen Demokrat”. Isi pemberitannya mengenai kondisi kredibilitas Partai
adanya keterlibatan beberapa petinggi partai terhadap kasus dirinya dan politik
uang yang digunakan.
Pada edisi 28 Juli 2011 dengan judul pemberitannya adalah “Lacak Aliran
Dana Partai”. Isi pemberitannya mengenai bagaimana seharusnya sikap KPK dan
PPATK dalam merespon tudingan Nazaruddin tentang aliaran dana partai yang
digunakan dalam kampanye pemilu 2009 lalu, juga berasal dari adanya tindakan
korupsi dari proyek Pemerintah, khususnya proyek pengadaan wisma Atlet SEA
GAMES di Palembang yang juga menjerat dirinya.
Pada edisi 30 Juli 2011 dengan judul pemberitannya adalah “Anas
Sebaiknya Nonaktif Dulu”. Isi pemberitannya mengenai akibat adanya tudingan
M. Nazaruddin terhadap Ketua Umum partainya, Anas Urbaningrum atas
keterlibatnnya dalam kasus korupsi dana proyek pengadaan wisma atlet mendapat
respon dan tanggapan dari para pengamat politik terhadap posisi Anas
Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Berdasarkan perbedaan frame dari kedua surat kabar tersebut, maka
dipilihlah Jawa Pos dan Kompas sebagai media yang akan menjadi obyek
penelitian tentang perbedaan pembingkaian kasus Korupsi Dana Proyek Wisma
Atlet SEA GAMES di Palembang baru-baru ini.
Untuk melihat dan mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang
yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita tentang
dugaan keterlibatan pimpinan Partai Demokrat dalam kasus suap Sesmenpora,
maka peneliti memilih analisis framing sebagai metode penelitian. Senada dengan
framing sebagai sebuah cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas
berita dan mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategi kata., kalimat, lead,
hubungan antar kalimat, foto, grafik dan perangkat lainnya untuk membantu
dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh
pembaca. Karena alasan itulah maka dalam penelitian ini, peneliti mengunakan
perangkat framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, untuk
mengetahui konstruksi berita tentang skandal M. Nazaruddin.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
”Bagaimana Jawa Pos dan Kompas dalam membingkai berita tentang
skandal M. Nazaruddin”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam peneltian ini
adalah : untuk mengetahui konstruksi isu yang dibangun antara surat
kabar Jawa Pos dan Kompas terhadap pemberitaan tentang skandal M.
Nazaruddin edisi 25-31 Juli 2011 pada surat kabar Jawa Pos dan
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Secara Teoritis
Berguna untuk menambah wawasan mengenai analisis teks media,
khususnya guna membuktikan adanya kegunaan analisis framing dalam
bidang ilmu komunikasi, pada keberadaan media surat kabar dalam
penelitian kualitatif.
1.4.2 Secara Praktis
Sebagai evaluasi bagi pihak media dalam menyajikan berita dan
memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa berita tidaklah
seobjektif seperti pandangan umum. Diperlukan kemampuan lebih untuk
memahami isi berita agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat
2.1. Par adigma Konstr uksionis
Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana
media, wartawan dan berita dilihat. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat
subjektif. Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan.
Disini tidak realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat
konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada
bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai
pandangan berbeda (Eriyanto, 2005 : 19).
Pandangan konstruksionis sangat bertolak belakang dengan pandangan
positivistik. Dalam pandangan positivistik, ada fakta yang riil yang diatur oleh
kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal. Media sebagai saluran pesan,
berita. Berita adalah cerminan dan refleksi dari kenyataan. Karena itu, berita
haruslah sama dan sebangun dengan fakta yang hendak yang diliput. Berita
bersifat objektif, menyingkirkan opini dan pandangan subjektif dari pembuat
berita. Wartawan sebagai pelapor. Nilai, etika, opini dan pilihan moral yang
berada diluar proses peliputan berita. Berita diterima sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh pembuat berita. Sedangkan dalam pandangan konstruksionis,
fakta merupakan konstruksi atas realitas. Kebenaran suatu fakta bersifat relatif,
terbentuk merupakan konstruksi atas realitas. Berita bersifat subjektif, opini tidak
dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan
pertimbangan subjektif. Wartawan sebagai pasrtisipan yang menjebatani
keragaman subjektifitas pelaku sosial. Nilai, etika atau keberpihakan wartawan
tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa.
Khalayak mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat
berita (Eriyanto, 2005 : 19-35).
2.1.1. Ber ita Dalam Par adigma Konstr uksionis
Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang
natural, tetapi hasil konstruksi (Eriyanto, 2005 : 37). Konstruksionis atau
paradigma transmisi melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna.
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis. Pertama, lebih
menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat
gambaran tentang realitas. Kedua, memandang kegiatan komunikasi sebagai
proses yang dinamis. Memeriksa pembentukan pesan dari sisi komunikator dan
dalam sisi penerima mengkonstruksi makna (Eriyanto, 2005 : 40-41).
Pekerjaan media pada hakekatnya adalah mengkonstruksikan realitas. Isi
media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realitas yang
dipilihnya, diantaranya realitas politik. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa
pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi
berita dimedia pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga
membentuk suatu “cerita” (Tuchman dalam Sobar, 2006 : 88). Jarang ada media
yang membuat berita peristiwa secara utuh, mulai dari menit pertama kejadian
hingga kemenit paling akhir. Atas nama kaidah jurnalistik, peristiwa yang
panjang, lebar, rumit dicoba “disederhanakan” melalui pembingkaian (framing)
fakta-fakta dalam bentuk berita sehingga layak terbit (Sobur, 2006 : 167).
2.2. Sur at Kabar Sebagai Media Massa
Media massa seperti yang dikemukakan oleh althusser dan Gramsci dalam
Sobur (2004:30) merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat
atau aspirasi baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau
negara. Media massa tersebut sebagai wadah untuk menyalurkan informasi yang
merupakan perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidaupan bermasyarakat
dan bernegara, dalam diri media massa juga terselubung kepentingan-kepentingan
yang lain, misalnya kepentingan kapitalisme modal dan kepentingan
keberlangsungan lapangan pekerjaan bagi karyawan dan sebagainya.
Media massa mempunyai kekuatan yang sangat signifikan dalam usaha
mempengaruhi khalayaknya. Keberadaan media massa mempunyai peranan
penting dalam usaha memberikan informasi penting bagi masyarakat,
pengetahuan yang dapat memperluas wawasan, sarana hiburan sebagai pelepas
ketegangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah peranan media sebagai
kontrol sosial untuk memberikan kritik maupun mendukung kebijakan pemerintah
Sedangkan pengertian kontrol sosial itu sendiri merupakan bagian dari
fungsi media massa, yang menerangkan bahwa media massa mempunyai
kebebasan dan tanggung jawab untuk menyampaikan informasi setiap kebijakan
pemerintah kepada khalayak atau masyarakatnya. Disisi lain, pada dasarnya
masyarakat dibentuk oleh berbagai pengaruh kekuatan ekonomi, baik oleh aneka
kekuatan yang terdapat pada suatu kelompok maupun oleh adanya tarik-menarik
kekuatan antar kelompok yang berkepentingan. Oleh karena itu dalam kaitanya
dengan hal tersebut media massa berperan aktif sebagai penyalur (Desiminator)
dan “Toko” informasi (McQuil, 1991 : 4). Pada pernyataan lainnya McQuill juga
menegaskan, bahwa media massa juga berfungsi sebagai filter yang menyaring
sebagian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainnya, sekaligus kendala yang
menghalangi kebenaran (Littlejhon, 1996 : 324, Eriyanto : xii). Sehingga terlihat
bahwa media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen, dan
inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan.
Media massa merupakan institusi baru yang berkaitan dengan produksi
dan distribusi pengetahuan dalam arti luas. Media massa mempunyai sejumlah
ciri-ciri yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan teknologi yang relatif
maju untuk produksi (massal) dan penyebaran pesan, mempuyai organisasi yang
sistematis dan aturan-aturan sosial serta sasaran pesan yang mengarah pada
audiens dalam jumlah besar yang tidak bisa ditentukan apakah meraka menerima
pesan yang disampaikan, atau malah menolaknya. Institusi media massa pada
komunikasi reguler dari berbagai pesan yang mendapat persetujuan sodial dan
dikehendaki oleh banyak individu.
Dalam komunikasi massa menurut Winarni dapat dipusatkan pada
komponen-komponen komunikasi massa, yaitu variabel yang dikandung dalam
setiap tindak komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa,
kelima komponen tersebut adalah:
1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks
yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan
pesan.
2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan
kepada massa, yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat
heterogen dan anonim.
3. Pesan. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya
adalah setiap orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari
media massa.
4. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: 1)
Komunikasi massa merupakan proses satu arah. Komunikasi ini
berjalan dari sumber ke penrima dan tidak secara langsung
dikembalikan kecuali dalam bentuk umpan balik tertunda. 2)
Komunikasi massa merupakan proses dua arah (Proses seleksi).
Baik media ataupun khalayak melakukan seleksi. Media
5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks
sosial. Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan
konteks sosial masyarakat mempengaruhi media massa. (Winarni,
2003 : 4-5).
Setiap disiplin ilmu dalam komunikasi memiliki ciri-ciri dan karekateristik
yang berbeda-beda, adapun beberapa karakteristik komunikasi massa yang sering
digunakan pada media massa yaitu:
1. Sifatnya satu arah, walaupun beberapa media massa terkadang
melibatkan khalayak secara langsung dengan diadakannya dialog
interaktif, namun itu hanya untuk kepentingan terbatas.
2. Selalu ada proses seleksi, misalnya setiap media memilih
khalayaknya, demikian juga dengan khlayak yang juga menyeleksi
medianya, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu
untuk menikmatinya.
3. Menjangkau khalayak secara luas. Dengan adanya satuu stasiun
pemancar pesan atau informasi dapat disampaikan dalam cakupan
satu negara. Namun dalam karakteristik ini sistem ekonomi dan
sosial juga ikut berperan.
4. Berusaha membidik sasaran tertentu, informasi yang disampaikan
harus menarik minat orang-orang sehingga informasi tersebut
disalurkan kepada orang lain
5. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka
berlangsung antara media dan masyarakat. Untuk memahami
sebuah masyarakat kita harus menelaah latar belakang, asumsi dan
keyakinan-keyakinan dasarnya. Untuk itu diperlukan penguasaan
atas sejarah, sosiologi, ilmu ekonomi dan filsafat demi memahami
sebuah masyarakat secara benar. (Rivers, 2004 :18)
Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat
tunda, komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik komunikan
secara segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus diadakan seminar
terbuka yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan secara
langsung, diadakannya survey atau penelitian. (Vardiansyah, 2004:33).
Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan
sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan
secara teratur, dan bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali
(Djuroto, 2002: 11).
Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi,
khususnya pada study komunikasi massa. Dalam buku ”Ensiklopedia Pers
Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit
pers yang masuk dalam media cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi
berita-berita, karanga-karangan, dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bisa harian,
mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum (Junaedhi: 1991:257).
Surat kabar pertama kali diterbitkan dan diperjual belikan untuk pertama
pertama oleh seorang imigran dari Inggris pada tahun 1690, bernama Benyamin
Harris (Djuroto, 2002:5).
Surat kabar pada perkembangannya saat ini menjelma sebagai salah satu
bentuk dari pers yang mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk menjadi
sebuah konstrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut
disebabkan karena falsaafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial,
budaya dan politik.
2.2.1 Konstr uksi Realitas
Istilah konstruksi relaitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter
L. Berger dan Thomas Luckman dalam buku The Social of Construction Reality.
Realitas menurut Berger tidak di bentuk secara ilmiah. Tidak juga sesuatu yang
diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman ini
realitas berwujud ganda atau prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang
berbeda-beda atas suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan
dan lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu.
Lebih lanjut gagasan Berger mengenai konteks berita harus dipandang
sebagai konstruksi atas realitas. Karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang
sama dikonstruksi secara berbeda. Setiap wartawan mempunyai pandangan dan
konsepsi yang berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat dilihat bagaimana
Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang
riil. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta. Realitas sosial tidak
begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses internalisasi
dimana wartawan dilanda oleh realitas yang dia amati dan diserap dalam
kesadarannya. Kemudian proses selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses
ini wartawan menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah
produk dari proses interaksi dan dialektika ini.
Konstruksi realitas terbentuk bukan hanya dari cara wartawan
memandang realitas tapi kehidupan politik tempat media itu berada. System
politik yang diterapkan sebuah Negara ikut menentukan mekanisme kerja media
massa Negara itu mempengaruhi cara media massa tersebut mengkonstruksi
realitas.
Karena sifat dan faktanya bahwa tugas redaksional media massa adalah
menceritakan peristiwa-peristiwa, maka tidak berlebihan bahwa seluruh isi media
adalah relitas yang telah dikonstruksikan. Pembangunan konstruksi realitas pada
masing-masing media berbeda, walaupun realitas faktanya sama. Hal
mengkonstruksikan realitas fakta ini tergantung pada kebijakan redaksional yang
dilandasi pada politik media itu. Salah satu cara yang bisa dipahami atau
digunakan untuk menangkap cara masing-masing media membangun sebuah
realitas berita adalah dengan framing.
Menurut Eriyanto, terdapat dua penekanan karakteristik penting pada
pembuatan konstruksi realitas. Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan
tentang realitas politik. Makna bukanlah sesuatu yang absolute, konsep static yang
ditemukan dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan
seseorang dalam suatu pesan. Kedua, pendekatan konstruksi memandang kegiatan
konstruksi sebagai proses yang terus menerus dan dinamis.
Kedua karakteristik ini menekankan bagaimana politik pemaknaan dan
bagaimana cara makna tersebut ditampilkan, sebab dalam penekanan tersebut
produksi pesan tidak dipandang sebagai “mirror reality” yang hanya
menampilkan fakta sebagaimana adanya.
Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan
instrument pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi
dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita ataupun
ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa.
Dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata
untuk menggambarkan realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (citra)
yang akan muncul di benak khalayak. Bahasa yang dipakai media, ternyata
mampu mempengaruhi cara melafalkan (pronounciation), tata bahasa (grammar),
susunan kalimat (syntax), perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan
akhirnya mengubah dan atau mengembangkan percakapan (Speech), bahasa
(language) dan makna (meaning).
Dengan begitu, penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi terhadap
kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut
menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang
2.2.2 Ber ita dan Ideologi Media
Menurut Eriyanto berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan
menyortir (memilah-milah) dan menetukan peristiwa dan tema-tema tertentu
dalam satu kategori tertentu (Eriyanto, 2005 : 102). Sehingga berita dalam
pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti
yang rill.
Oleh karena itu sebuah media dalam menyajikan berita pada pembacanya
sudah seharusnya dapat menarik perhatian. Unsur yang bisa menarik perhatian
khalayak disebut dengan unsur berita. Ahli jurnalistik menyebutkan unsur-unsur
berita adalah:
1. Aktualitas / Timelines : berita baru yang masih hangat menarik
perhatian pemabaca daripada yang sudah basi. Oleh karena itu,
aktualitas menjadi nilai berita utama yang harus dijaga.
2. Kedekatan / Proximity : kedekatan secara emosi dan fisik akan
membuat berita menarik perhatian pembacanya.
3. Tokoh public / Prominence : peristiwa diseputar tokoh idola,
panutan dan pemimpin masyarakat selalu menarik, karena dengan
ketokohannya mereka telah menjadi public.
4. Konflik / Conflict : kontrovensi antar tokoh, peristiwa perang,
bentrokan, peristiwa criminal sangat menarik perhatian pembaca.
5. Kemanusiaan / Human Interest : berita-berita yang menyentuh rasa
semua orang. Selain dengan menggugah empati, juga membangun
sikap simpatik.
6. Sensational / Unique : keanehan, keganjilan dan hal-hal yang
spektakuler dalam kehidupan manusia, selain memiliki unsure
hiburan dapat juga memberikan dorongan prestasi sekaligus
penyadaran dalam dinamika kehidupan.
7. Seks : seks merupakan unsure berita yang sangat diminati oleh
khalayak pembacanya, seks membuat produk pers dicari dan
dibaca orang.
Pada proses produksi sebuah berita, sebuah media selalu melibatkan
pandangan dan ideology wartawan, juga kepentingan media itu sendiri. Ideology
ini menentukan aspek fakta yang dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang.
Artinya jika seseorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan
sumber dari satu pihak, dan memasukkan opininya pada suatu berita. Semua itu
dilakukan dalam rangka pembenaran tertentu. Sehingga dapat dikatakan media
bukan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam
masyarakat secara apa adanya.
Suatu konsep ideology media juga dapat membantu menjelaskan
mengenai mengapa waktu memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan, dari pada
fakta yang lain, walaupun hal tersebut dapat merugikan pihak lain. Kemudian
menempatkan sumber beritanya yang satu lebih menonjol dari pada sumber berita
yang lain ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada
secara strategis menghasilkan berita-berita yang sesuai dengan karakter media
tersebut. Berdasarkan hal tersebut media merupakan inti instrument ideology yang
tidak dipandang sebagai zona netral, dimana berbagai kelompok dan kepentingan
dapat ditampung.
Akan tetapi media lebih sebagai subyek yang mengkonstruksikan realitas
atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebarluaskan kepada
khalayak (Eriyanto, 2000 : 92). Media massa sebagai pendefensi realitas tidak
dapat dipisahkan dari keterkaitan antara bahasa yang digunakan dalam
pemberitaanya. Dengan kata lain perbincangan mengenai media selalu berkaitan
tentang ideology yang membentuknya, dimana pada akhirnya ideology tersebut
akan mempengaruhi bahasa (gaya, ungkapan, dan kosa kata), serta pengetahuan
(kebenaran realitas) yang digunakan juga dihasilkan.
2.3 Teor i politik – Ekonomi Media
Setiap media massa memiliki kekuatan untuk menyampaikan peristiwa
atau informasi yang mereka kemas dalam dalam bentuk berita. Dalam media,
tidak hanya memiliki keuatan itu saja, media juga memiliki kekuatan politik dan
kekuatan dalam bentuk ekonomi yang mereka gunakan dalam setiap kali mereka
menyampaikan berita. Yang tidak dapat kita pungkiri kekuatan tersebut yang
berperan besar dalam setiap isi dari beritanya.
Perkembangan dan modernisasi komunikasi massa, terutama modernisasi
dalam industrialisasi media massa, mengalami kemajuan yang sedemikian pesat.
dalam teknologi komunikasi. Perkembangan industri media ini takterelakan,
demikian juga perkembangan dampak dan efek media menjadi sangat penting
dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan juga
bahwa pemahaman manusia mengenai media massa tidak lagi diletakkan dalam
perspektif tunggal, dalam arti bahwa media massa berikut industrinya dilihat
sebagai totalitas yang didalamnya terdapat interaksi dinamis antara pelaku media,
masyarakat dan Negara.
Teori politik – ekonomi mempertanyakan hubungan antara masyarakat,
massa, dan media massa. Sebab teori ini banyak dipengaruhi oleh paham
Neo-Marxis dan New Left. Teori tersebut mengemukakan bahwa, media massa tidak
selalu menjadi sebab atau faktor pembentukan budaya massa. Media massa hanya
bertindak sebagai saluran penyampaian isi budaya (culture contents) untuk
mengisi sel-sel struktur social yang telah memliki karakteristik massa
(Liliwer, 2001 : 72).
Teori Politik – Ekonomi dikemukakan oleh Marxis, dimana dalam teori
ini mendorong lahirnya beberapa analisis media modern. Teori ini memiliki
kesesuaian dengan Marxis materialis, yang menekannkan faktor ekonomi dan
lebih banyak berkenaan dengan unsure-unsur ideologi (superstruktur)
(Darsono,2007 : 115)
Teori ini mengemukakan ideology pada kekuatan ekonomi dan
mengarahkan perhatian penelitian pada analisis empiris terhadap struktur
pemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar media. Dalam tinjauan ini institusi
dengan system politik. Menurut Mordock dan Golding (1977 : 37), efek kekuatan
ekonomi tidak langsung secara acak, tetapi terus menerus :
“Mengabaikan suara kelompok yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi
dan sumber daya. Pertimbangan untung rugi diwujutkan secara sistematis
dengan memantapkan kedudukan kelompok-kelompok yang sudah mapan
dalam pasar media massa besar dan mematikan kelompok-kelompok yang
tidak memiliki modal dasar yang dibutuhkan untuk mampu bergerak. Oleh
karena itu, pendapat yang dapat diterima kebanyakan berasal dari
kelompok yang cenderung tidak melancarkan kritik terhadap distribusi
kekayuaan dan kekuasaan yang berlangsung. Sebaliknya mereka yang
cenderung menentang kondisi semacam itu tidak dapat mempublikasikan
ketidak puasan atau ketidak setujuan mereka karena tidak mampu
menguasai sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan komunikan
efektif terhadap khalayak luas.” (McQuail,1991 : 63).
Teori Ekonomi – Politik Media (political economy media theory). Menurut
Vincent Moscow dalam bukunya The political Economy of communication (1998),
pendekatan dengan teori ini pada intinya berpijak pada pengertian ekonomi politik
sebagai studi mengenai relasi sosial, khususnya yang menyangkut relasi
kekuasaan, baik dalam produksi,distribusi dan konsumsi sumberdaya
(resourches). Dalam ekonomi politik komunikasi, sumberdaya ini dapat berupa
surat kabar, majalah, buku, kaset, film internet dan sebagainya
(Mosco, 1998 : 25). Seperti teori Marxisme Klasik, teori ini menganggap bahwa
kepemilikan media pada segelintir elit pengusaha telah menyebabkan patologi
atau penyakit sosial. Dalam pemikiran ini, kandungan media adalah komuditas
tidak ambil resiko, suatu bentuk mekanisme pasar yang kejam karena membuat
media mendominasi wacana publik dan lainnya terpinggirkan. Beberapa realitas
kontenporer di dalam media menjadikan kajian ekonomi – politik menjadi penting
(McQuail, 2002 : 83).
2.4 Analisis Framing
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis
untuk mengetahui bagai mana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja)
dikonstruksikan oleh media. Dan bagaimana media memahami dan memakai
realitas, dan dengan cara apa realitas itu ditandakan, hal ini lah yang menjadi
pusat perhatian dari analisis framing. Praktisnya, ia digunakan untuk melihat
bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan oleh media.
Dalam analisis framing kita juga melihat bagaimana cara media memakai,
memahami, dan mengkonstruksi kasus atau peristiwa yang diberikan. Metode ini
tentusaja berusaha mengerti dan menafsirkan makna dari suatu teks dengan jalan
menguraikan bagaimana media mengkonstruksi issu.
Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita
(story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita ini tergambar pada
“cara melihat” terhadap realita yang dijadikan berita, “cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Tiap hari kita membaca,
menyaksikan bagaimana pristiwa yang sama diberitakan secara berbeda oleh
media. Kenapa berbeda? Perbedaan ini terjadi karena peristiwa tersebut dipahami
framing. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagai
mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu
tertulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kat, kalimat, dan gambar untuk
mendukung gagasan. (Eriyanto, 2002:10).
2.4.1 Pr oses Framing
Framing didefinisikan sebagai proses membuat pesan lebih menonjol,
menempatkan informasi lebih daripada yang lain, sehingga khalayak lebih tertuju
pada pesan tersebut. Cara penyajian tersebut secara umum memiliki dua dimensi
dalam framing. Pertama, seleksi issu. Dalam penyajian sebuah peristiwa
wartawan atau awak media telah melakukan pemilihan terhadap fakta dilapangan,
hal ini diasumsikan bahwa pekerjaan media tidak mungkin melihat peristiwa
tanpa perspektif. Kedua, penekanan isu. Hal ini dapat teramati bagaimana
pekerjaan media menuliskan fakta, proses ini berhubungan dengan bagaiman fakta
yang dipilih, disajikan kepada khalayak.
Menurut Pan dan Kosicki ada dua konsep dari framing yang saling
berkaitan. Pertama, dalam konsep psikologis. Framing dalam konsep ini lebih
menekankan bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Kedua,
konsep sosiologis. Pandangan ini lebih melihat bagaimana konstruksi sosial atas
realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang
mengklasifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya
untuk mengerti dirinya ke realitas menjadi teridentifkasi, dipahami dan dapat
Dalam lingkup komunikasi, analisi framing mewakili tradisi yang
mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis
fenomena atau aktifitas komunikasi. Konsep tentang framing bukan murni dari
ilmu komunikasi itu sendiri, tetapi meminjam dari ilmu kognitif (psikologi).
Analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep
sosiologis, politik dan kulturuntuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga
suatu fenomena dapat diapresiasikan dan dianalisis berdasarkan konteks
sosiologis, politis atau kultur yang melingkupinya (Sudibyo,1999 : 176).
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah
cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati
strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih
bermakna. Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya
mengunakan konsep yang ada dalam pikiranya semata. Pertama, proses
konstruksi juga melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan.
Nilai-nilai sosial yang tertanam mempengaruhi bagaimana kebenaran diterima
secara taken for granted oleh wartawan. Kedua, ketika menulis dan
mengkonstruksi suatu berita, wartawan bukanlah berhadapan dengan public yang
kosong. Bahkan ketika peristiwa ditulis dan kata mualai disusun, khalayak
menjadi pertimbangan bagi wartawan. Hal ini disebabkan wartawan tidak menulis
untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca.
Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu
melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik dan standar professional dari
2.4.2 Per a ngkat Framing
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari model
Zhongdang Pan dan Kosicki, model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai
frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide
yang dihubungkan dengan makna (bagaimana seseorang memaknai suatu
peristiwa, dapat dilihat dari perangkat yang dimunculkan dalam teks).
Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat struktur
besaran. Pertama, struktur Sintaksis; kedua, struktur Skr ip; Ketiga, struktur
Tematik; Keempat, struktur Retor is. (Sobur, 2006 : 175).
Sintaksis dalam pengertian umum, sintaksis adalah susuanan kata atau
frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian
susuanan dari bagian berita headline, lead, latar belakang informasi, sumber,
penutup dalam suatukesatuan teks berita secara keseluruhan. Bentuk sintaksis
yang paling popular adalah struktur piramida terbalik. Yang dimul;ai dengan judul
headline, lead, episode, latar, dan penutup.
Skr ip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena
dua hal, Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukan hubungan,
peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua,
berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan
lingkungan komunal pemnaca. Bentuk umum dari skrip ini adalah pola 5W+1H
(what, when, where, who, and how) atau dalam istilah jurnalistik dikenal dengan
Tematik. Salah satu perangkat yang termasuk dalam tematik adalah
koherensi, dimana koherensi merupakan pertalian atau jalinan antara kata,
proposisi atau kalimat.
Retor is. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya
kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekan arti yang ingin ditonjolkan oleh
wartawan (Eriyanto, 2005 : 257).
Perangkat framing Zhongdang Pan dan Kosick
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI
SINTAKSIS
Cara wartawan
menyusun fakta
1. Skema framing Headline, lead, latar informasi,
kutipan, sumber, pernyataaan, penutup.
SKRIP
Cara wartawan
mengisahkan fakta
2. Kelengkapan berita 5W + 1H
TEMATIK
Cara wartawan
menulis fakta
3. Detail
4. Maksud kalimat, hubungan
5. Nominalisasi antar kalimat
6. Koherensi 7. Bentuk kalimat 8. Kata ganti
Paragraf, proposisi
RETORIS
Cara wartawan
menekankan fakta
9. Leksikon 10. Grafis 11. Metafor 12. Pengandaian
[image:40.612.127.509.310.615.2]Kata, idiom, gambar atau foto, geafik.
2.5. Ker angka Ber pikir
Dari uraian kerangka teori di atas, dapat diasumsikan bahwa ide dasar dari
model framing ini adalah bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi
sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan
dengan elemen yang berbeda dalam teks berita, kutipan, sumber, latar informasi,
pemakaian kata atau kalimat tertentu dalam teks secara keseluruhan yang ada
dalam surat kabar Jawa Pos dan Kompas.
Pemuatan berita tentang skandal M. Nazaruddin di media cetak kususnya
harian Jawa Pos dan Kompas yang cenderung berbeda sehingga dipilih oleh
peneliti sebagai subjek penelitian. Dasar dipilihnya surat kabar Jawa Pos dan
Kompas, dikarenakan Jawa Pos merupakan suratkabar terbesar di Jawa Timur,
dan memiliki kredibilitas dan kedalaman dalam menganalisis setiap kasus yang
menjadi berita di harian tersebut. Selain itu Jawa Pos merupakan surat kabar yang
memberikan frame berita dengan volume yang cukup luas dengan frekuensi yang
cukup banyak dalam menyajikan issu berita . dan harian Jawa Pos merupakan
surat kabar yang memberkan frame berita dengan volume dan frekuensi berita
yang disesuaikan dengan issu yang ada saat itu.
Sedangkan Kompas merupakan harian Nasional yang terbit di seluruh
Indonesia, yang memiliki kesinambungan dan totalitas dalam setiap mengupas
masalah yang ada di Indonesia. Selain itu Kompas merupakan surat kabar yang
memberikan frame berita dengan volume yang cukup luas dengan frekuensi yang
memberikan berita yang berpengaruh terhadap khalayak, khususnya masyarakat
Surabaya.
Berita-berita tentang skandal M. Nazaruddin yang muncul diharian Jawa
Pos dan Kompas tersebut, dianalisis mengunakan analisis farming model Pan dan
Kosicki, dimana model framing tersebut terbagi menjadi empat struktur yaitu:
Sinataksis, Skrip, Tematik, Retoris.
Keempat dimensi struktur ini membentuk tema yaitu mempertautkan
elemen-elemen sematik narasi berita dalam suatu koherensi global. Keempat
struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat mewujudkan farming dari
3.1. Definisi Oper asional
Penelitian yang penulis lakukan menggunakan paradigma
konstruktivisme, maka penelitian ini akan bersifat kualitatif, dengan metode
analisis framing. Penelitian ini pada dasarnya mencoba untuk menangkap
perspektif pemberitaan dalam kaitannya dengan bagaimana pemberitaan itu
memperlihatkan orientasi sebuah media dengan cara tertentu memperlakukan
realitas atau fakta. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara khas berkait
dengan observasi, menelaah terhadap teks-teks dari berbagai teknik kebahasaan
seperti percakapan dan analisis data.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks kasus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Lexy.J.Moleong, 2004 : 6). Metode penelitian kualitatif ini sering disebut dengan
metode penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting) disebut juga sebagai netode ertnograpi, karena pada
awalnya metode ini lebihbanya digunakan untuk penelitian bidang antropologi
budaya, disebut metode kualitatif karena data yang dikumpulkan dan analisisnya
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis framing, yang
memiliki instrument metodologis atau perangkat framing yang dipakai untuk
melihat cara media mengkonstruksi sebuah wacana berita dengan melakukan
penonjolan-penonjolan tertentu. Metode analisis framing sangat tepat digunakan
untuk menangkap kecenderungan sikap dan perspektif media dalam cara
pemeberitaannya.
Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi
ditampilkan dan bagaimana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat
teks. Dengan menggunakan analisis framing, peneliti ingin melihat bagaimana
subyektifitas surat kabar Jawa Pos dan Kompas melakukan frame pemberitaan
dengan masing-masing dari surat kabar tersebut memberitakan sebuah realitas
yang sama skandal M. Nazaruddin.
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar Jawa Pos dan Kompas
edisi 25-31 Juli 2011. Sedangkan Obyek penelitian ini adalah berita-berita skandal
M. Nazaruddin.
3.3. Unit Analisis
Pada penelitian ini unit analisis yang dugunakan adalah unit reference.
Yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat
Analisis teks dengan melihat hubungan antara kalimat, foto, grafik, dan
ungkapan narasumber, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap perspektif
pemberitaan media surat kabar Jawa Pos dan Kompas, dalam melihat skandal M.
Nazaruddin edisi 25-31 Juli 2011.
3.4. Populasi dan Kor pus Penelitian
Secara keseluruhan Surat Kabar Jawa Pos menyajikan tujuh pemberitaan
skandal M. Nazaruddin, yaitu Berita 25 Juli 2011 “Anas Jatuh SBY Juga Jatuh”,
Berita 26 Juli 2011 “Nazarudin Dijemput di Argentina?”, Berita 27 Juli 2011
“Anas-Pejabat KPK Diperiksa”, Berita 28 Juli 2011 “Pimpinan KPK Saling
Curiga”, Berita 29 Juli 2011“Pansel Hadang Chandra dan Johan”, Berita 30
Juli 2011 “Polri Klaim Kepung Nazaruddin” dan Berita 31 Juli 2011 “Istana
Intervensi Pansel KPK”. Sedangkan Kompas menyajikan lima pemberitaannya,
yaitu Berita 25 Juli 2011 “Nazaruddin Itu Hebat”, Berita 26 Juli 2011 “Kasus
Nazaruddin Diserahkan ke Negara”, Berita 27 Juli 2011 “Tunjukkan Komitmen
Demokrat”, Berita 28 Juli 2011 “Lacak Aliran Dana Partai” dan Berita 30 Juli
2011 “Anas Sebaiknya Nonaktif Dulu”. Sehingga populasi penelitian ini sebanyak
dua belas pemberitaan.
Sedangkan korpus penelitian sebanyak tujuh pemberitaan pada surat kabar
Jawa Pos dan lima pemberitaan pada surat kabar Kompas edisi 25-31 Juli 2011,
Korpus Harian Jawa Pos :
1. Berita 25 Juli 2011
Judul berita “Anas Jatuh SBY Juga Jatuh”
2. Berita 26 Juli 2011
Judul berita “Nazarudin Dijemput di Argentina?”
3. Berita 27 Juli 2011
Judul berita “Anas-Pejabat KPK Diperiksa”
4. Berita 28 Juli 2011
Judul berita “Pimpinan KPK Saling Curiga”
5. Berita 29 Juli 2011
Judul berita “Pansel Hadang Chandra dan Johan”
6. Berita 30 Juli 2011
Judul berita “Polri Klaim Kepung Nazaruddin”
7. Berita 31 Juli 2011
Judul berita “Istana Intervensi Pansel KPK”
Korpus Harian Kompas :
1. Berita 25 Juli 2011
Judul berita “Nazaruddin Itu Hebat”
2. Berita 26 Juli 2011
Judul berita “Kasus Nazaruddin Diserahkan ke Negara”
3. Berita 27 Juli 2011
4. Berita 28 Juli 2011
Judul berita “Lacak Aliran Dana Partai”
5. Berita 30 Juli 2011
Judul berita “Anas Sebaiknya Nonaktif Dulu”
3.5. Tek nik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari sumber data dan jenis data
primer berupa berita tentang skandal M. Nazaruddin yang dimuat surat kabar
Jawa Pos dan Kompas pada edisi 25-31 Juli 2011.
3.6. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan
menganalisis struktur sintaksis yang digunakan untuk mengamati dari bagan
berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana penyusunan
peristiwa-peristiwa, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk sususnan
kisah berita, seperti headline, yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang
dijadikan sandaran, dan sumber yang dikutip. Slanjutnya menganalisis struktur
skr ip yaitu melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai dalam
mengamas peristiwa dan kemudian menganalisis struktur yang berhubungan
dengan cara mengungkapkan pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi,
kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Kemudian menganalisis struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa
diamati dari perangkat tematik diantaranya detail, maksud, nominalisasi,
koherensi dan bentuk kalimat. Dan yang terakhir menganalisis struktur r etor is
berhubungan dengan cara menekankan arti tertentu. Dengan katalain melihat
pemakaian pemilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna
memberi penekanan pada arti tertentu.
3.7. Langkah-langka h Analisis Framing
Dengan menggunakan perangkat framing model Zhongdang Pan dan
Kosicki maka analisis berita skandal M. Nazaruddin berdasarkan pada empat
struktur besar yaitu :
a) SINTAKSIS adalah bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Kompas
menyusun berita kedalam bentuk susunan umum berita. Sintaksis dapat
memaknai bagaimana wartawan memaknai suatu kasus dan hendak
dibawa kemana berita tersebut.
1. Headline : judul berita pada topik skandal M. Nazaruddin
merupakan inti dari suatu berita, dengan disingkat, bentuk
huruf, mencolok untuk menarik perhatian.
2. Lead : atau teras berita, menunjukkan perspektif atau sudut
pandang surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas
3. Latar : latar belakang atas berita skandal M. Nazaruddin,
bagaimana Jawa Pos dan Kompas memberikan pemaknaan dan
4. Pengutipan Sumber Berita : pengutipan dari narasumber untuk
membangun obyektifitas, prinsip keseimbangan agar khalayak
tidak mem