• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG SKANDAL M. NAZARUDDIN ( Analisis Framing Berita tentang M. Nazaruddin pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi 25-31 Juli 2011 ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG SKANDAL M. NAZARUDDIN ( Analisis Framing Berita tentang M. Nazaruddin pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi 25-31 Juli 2011 )."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi per syar atan untuk memper oleh gelar sar jana pada FISIP UPN “veter an” J awa Timur

Oleh :

RIZKY YUDHISTIRA NPM. 0743010305

PROGDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR SURABAYA

(2)

dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “analisis framing berita tentang skandal M. Nazaruddin

pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas edisi 25-31 Juli 2011”.

Dalam proses penyelesaian penelitian ini, penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Ibu Dra. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UPN “Veteran” Jatim.

3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

4. Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si, selaku Dosen Pembimbing penulis.

Terima kasih atas segala bimbingan dan masukannya.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP

hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

6. Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan dukungan dan kasih

sayangnya.

7. Sheila dan Kayleen yang selalu memberikan semangat kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penelitian ini.

(3)

doanya.

11. Buat Teman-teman X-PHOSE yang memeberikan semangat, dukungan, dan

berkat kalian penulis medapatkan semagat untuk menyelesaikan penelitian ini.

12. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan mengingatkan untuk cepat lulus

BFF, Himakruk, teman-teman “lama”, KINNE, AK RADIO, UPN TV,

HIMAKOM, dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

13. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini,

untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal

terbaik dari penelitian ini. Besar harapan penulis, semoga penelitian ini dapat

memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, Oktober 2011

(4)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Kegunaan Penelitian ... 13

1.4.1. Secara Teoritis ... 13

1.4.2. Secara Praktis ... 13

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Paradigma Konstruksionis... 14

2.1.1. Berita Dalam Paradigma Konstruksionis ... 15

2.2. Surat Kabar Sebagai Media Massa ... 16

2.2.1. Konstruksi Realitas ... 21

2.2.2. Berita dan Idiologi Media ... 24

(5)

2.5. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional ... 36

3.2. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

3.3. Unit Analisis ... 37

3.4. Populasi dan Korpus Penelitian ... 38

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.6. Metode Analisis Data ... 40

3.7. Langkah-Langkah Analisis Framing ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 45

4.1.1. Gambaran Umum Surat Kabar Jawa Pos ... 45

4.1.2. Gambaran Umum Surat Kabar Kompas ... 48

4.2. Hasil dan Pembahasan ... 58

4.2.1. Analisis Framing Berita Jawa Pos ... 58

4.2.1.1Judul : Anas Jatuh, SBY juga Jatuh ... 58

4.2.1.2Judul : Nazaruddin Dijemput Di Argentina .... 62

(6)

4.2.1.7 Judul : Istana Intervensi Pansel KPK ... 85

4.2.2Analisis Framing Berita Kompas... 88

4.2.2.1Judul : Nazaruddin Itu Hebat ... 88

4.2.2.2Judul : Kasus Nazaruddin Diserahkan ke Negara... 91

4.2.2.3Judul : Tunjukkan Komitmen Demokrat... 94

4.2.2.4Judul : Lacak Aliran Dana Partai... 98

4.2.2.5Judul : Anas Sebaiknya Nonaktif Dulu... 102

4.2 Perbandingan Jawa Pos dan Kompas dalam Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 109

5.2. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(7)

ABSTRAKSI

RIZKY YUDHISTIRA. PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG SKANDAL M. NAZARUDDIN ( Analisis Fr aming Berita tentang Skandal M. Nazar uddin pada Surat Kabar J awa Pos dan Kompas edisi 25-31 J uli 2011 )

Adanya pemberitaan tentang skandal M. Nazaruddin di berbagai media, khususnya pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi 25-31 Juli 2011 menjadi sebuah perhatian khusus masyarakat.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Kompas membingkai berita tersebut. Karena pada dasarnya media merupakan pengkonstruksi isu sebuah peristiwa (realitas) yang disajikan melalui pemberitaanya, hal itu dapat terjadi kerena ada muatan kepentingan politik, ekonomi maupun kepentingan pemilik terhadap pemberitaan media tersebut. Untuk melihat perbedaan media dalam mengkonstruksi suatu realitas, peneliti memilih analisis framing sebagai metode penelitian dengan menggunakan perangkat framing model Pan dan Kosicki.

Pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi 25-31 Juli 2011 dengan populasinya sebanyak dua belas dan terbagi dalam korpus Jawa Pos sebanyak tujuh pemberitaan dan lima pemberitaan pada Kompas. Untuk menganalisis perbedaan pemberitaan dan isi berita dari masing-masing surat kabar, peneliti menggunakan perangkat milik Pan dan Kosicki yang meneliti pada empat struktur yaitu sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

Hasil analisis peneliti diketahui bahwa frame pemberitaan Jawa Pos mengenai pemberitaan tentang skandal M. Nazaruddin adalah Jawa Pos terkesan provokatif, sedangkan pada Kompas lebih bersifat netral

Terlepas dari itu semua, media hendaknya dapat memposisikan diri sebagai pihak yang netral, dan dapat menyajikan berita yang valid kepada masyarakat.

(8)

1.1 Latar Belaka ng Masalah

Di era globalisasi dan demokrasi ini masyarakat bebas dalam

mengemukakan pendapat maupun apresiasinya, baik itu tingkah laku maupun

perkataan. Hal ini merupakan cerminan kebebasan demokratis, semenjak masa

reformasi terjadi. Kebebasan berpendapat atau demokrasi ini yang

dinanti-nantikan masyarakat Indonesia, yang didapat setelah turunnya zaman orde-baru

dan berganti zaman reformasi-demokrasi.

Didalam masyarakat mordern manapun, media memainkan peran penting

untuk perkembangan politik masyarakatnya. Pers sering disebut-sebut sebagai

pilar demokrasi. Kebebasan berekspresi dan menyampaikan informasi merupakan

dsar penting untuk sistem demokratis dan telah dikukuhkan dalam semua

dokumen hak asasi manusia yang dikeluarkan setelah perang dunia kedua

(Sobur,2009:32).

Media sebagai sebuah sistem komunikasi manusia telah kian penting di

Dunia, dengan meminjam istilah dari C. Wright Milis yang mengatakan

pengalaman primer telah digantikan oleh komunikasi sekunder, seperti : media

cetak, radio, televisi, elektronik dan film media telah memainkan peran penting

dalam merombak tatanan sosial menjadi masyarakat serba bisa (Rivers, 2003 :

323). Oleh sebab itu, komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara yaitu:

(9)

komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung

memilih khlayak dan demikian pula sebaliknya khalayak memilih-milih media

(Rivers, 2003 : 18).

Kebebasan demokrasi merupakan cerminan perwujudan era reformasi.

Saat ini masyarakat berhak mendapatkan, mengetahui konflik atau permasalahan

yang terjadi didalam negerinya melalui informasi. Informasi-informasi yang

diperlukan berupa pemberitaan di media massa. Saat ini pers Indonesia sudah

bebas, tidak ada lagi kontrol isi media dari pemerintah. Perusahaan media massa

bisa lebih leluasa dalam mengeluarkan isi pemberitaan. Seperti halnya topik

pemberitaan yang saat ini sedang panas tentang skandal M. Nazaruddin. Hal

seperti ini untuk sekarang sudah menjadi konsumsi publik, bukan lagi hal yang

harus ditutupi melainkan harus dipublikasikan kemasyarakat akan kebenaran yang

harus diketahui oleh masyarakat Indonesia saat ini.

Salah satu media massa yang dibingkaikan adalah surat kabar, karena surat

kabar memiliki sebuah ideologi dan ciri khas yang dibawa dalam setiap

pemberitaannya sesuai dengan karakter dari surat kabar tersebut.. Surat kabar

sebagai salah satu alat untuk menyampaikan berita, penilaian atau gambaran

umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai

institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain karena media juga dapat

berkembang menjadi kelompok penekan atau suatu ide atau gagasan, dan bahkan

suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam

(10)

Dalam membingkai (framing) atau mengkontruksi suatu realitas, antara

media cetak satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Seperti halnya pada

surat kabar “Jawa Pos” dengan “Kompas”, dipilih peneliti karena kedua surat

kabar ini memiliki cara pandang berbeda dalam menyikapi suatu permasalahan

yang terjadi, isu-isu yang berkembang kemudian menulisnya dalam berita

mengenai “skandal M. Nazaruddin” edisi 25-31 Juli 2011. Dan kedua surat kabar

ini adalah surat kabar yang berpengaruh juga banyak diminati oleh pembaca.

Dalam pemeberitaan tersebut dibangun konstruksi isu yang berbeda. Hal ini dapat

kita lihat melalui judul pemberitaan kedua media tersebut, antara lain tujuh

pemberitaan pada surat kabar Jawa Pos dengan judul “Anas Jatuh SBY Juga

Jatuh, Nazarudin Dijemput di Argentina?, Anas-Pejabat KPK Diperiksa,

Pimpinan KPK Saling Curiga, Pansel Hadang Chandra dan Johan, Polri Klaim

Kepung Nazaruddin dan Istana Intervensi Pansel KPK”. Pada surat kabar

Kompas terdapat lima judul pemberitaan “Nazaruddin Itu Hebat, Kasus

Nazaruddin Diserahkan ke Negara, Tunjukkan Komitmen Demokrat, Lacak

Aliran Dana Partai dan Anas Sebaiknya Nonaktif Dulu“. Dengan adanya

perbedaan judul pemberitaan pada kedua media tersebut terlihat jelas bagaimana

perbedaan kedua media tersebut membangun konstruksi isu tentang skandal M.

Nazaruddin.

Dalam hal ini peran media masa dalam kehidupan sosial sering dipandang

secara berbeda-beda dari sudut pandang khalayak masing-masing, namun tidak

ada yang menyangkal atas perannya yang signifikan dalam masyarakat modern.

(11)

berdasarkan standart para pengelolanya. Khalayak “Dipilihkan” oleh media

tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian. Disini, pentingnya

peran media massa sebagai realitas simbolik yang dianggap mempresentasikan

realitas objektif sosial dan berpengaruh pada realitas subjektif yang ada pada

pelaku interaksi sosial (Subiakto, 2000 : 11-12).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan kajian analisis

framing sebagai metode penelitian untuk melihat perbedaan media dalam

mengungkap peristiwa (realitas). Metode analisis teks yang berada dalam

kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan

sosial bukan realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya,

konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana

peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksikan dengan cara apa konstruksi itu

dibentuk (Eriyanto, 2005 : 37). Alasannya, karena dalam perspektif komunikasi,

analisi framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat

mengkonstruksi fakta. Analisis mencermati strategi seleksi, penonjolan dan

pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti

atau lebih diingat untuk mengiring interpretasi khalayak sesuai dengan

perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui

bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika

menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya

ditonjolkan dan yang akan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita

(12)

Pembingkian atau framing merupakan analisis untuk mengkaji

pembingakaian realitas (peristiwa, individu, kelompok dan lain-lan) yang

dilakukan oleh media. Pembingakaian tersebut merupakan konstruksi yang artinya

realitas dimaknai dan dikonstruksikan dengan makna dan cara tertentu. Framing

digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu

sesuai dengan kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang

lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan lebih mengena dalam

pikiran khalayak (Kriyantono, 2006 : 252).

Sebagai analisis teks media, framing merupakan salah satu alternatif

model analisis yang dapat mengungkapkan semua perbedaan media dalam

mengungkap sebuah fakta. Selain itu dengan melalui analisis framing akan dapat

diketahui siapa mengendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana

lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan siapa dirugikan, siapa

menindas siapa tertindas, dan seterusnya (Eriyanto, 2005 : VI).

Untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang

digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Peniliti memilih

analisis framing sebagai metode penelitian. Framing adalah pendekatan untuk

mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan

ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada

akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolk,

dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut (Eriyanto, 2005 : 224).

Jadi jelas dengan menggunakan metode framing sebuah realitas diharapkan akan

(13)

oleh sebuah media kedalam bentuk frame sehingga menghasilkan konstruksi

makna berita spesifik.

Dalam analisis framing tidak lepas dari tokoh-tokohnya antara lain,

Murray Edelman, Robert N. Entman, William Gamson, Zhongdang Pan dan

Gerald M.Kosicki (Eriyanto. 2009 : 288). Pada penelitian ini menggunakan model

analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, karena model ini

menyertakan analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki, karena

model ini menyertakan unit analisis elemen retoris yang perlu diperhatikan untuk

menunjukkan perangkat framing. Banyak diadaptasi pendekatan linguistik dengan

memasukkan perangkat framing. Banyak diadaptasi pendekatan lingusitik dengan

memasukkan elemen seperti, pemakaian kata, pemilihan struktur dan bentuk

kalimat yang mengarahkan bagaimana peristiwadibingkai oleh media. Pan dan

Kosicki juga tidak lepas dari konteks sosial politik Amerika, menjabarkan struktur

lebih detail, mengupas framing lewat headline berita dan lebih memusatkan

perhatian terutama pada studi secara sistematis bahasa politik. Sementara model

yang lainnya tidak menunjukkan adanya unsur-unsur tersebut (Eriyanto, 2005 :

288). Hal ini sangat sesuai dengan studi penelitian yang diambil oleh peneliti yang

membahas tentang pemberitaan dugaan keterlibatan pimpinan Partai Demokrat

dalam kasus suap Sesmenpora.

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melalui tulisan mereka “Framing

Analysis : An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan empat

dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing : sintaksis, skrip, tematik

(14)

berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini,

kutipan, pengamatan dan peristiwa-kedalam bentuk susunan kisah berita

Dengan demikian, struktur sintaksis ini bisa diamati dari bagan berita

(headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran,

sumber yang dikutip dan sebagainya). Struktur skrip melihat bagaimana strategi

bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa.

Kemudian, struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkap

pandangannya atas peristiwa kedalam preposisi, kalimat atau hubungan antar

kalimat yang memebntuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat

bagaimana pemahaman itu terwujud kedalam bentuk yang lebih kecil. Sedangkan

struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekan arti tertentu. Dengan

kata lain, struktur retoris melihat pemakaian kata, idiom, grafik, gambar, yang

juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu (Sobur, 2009 :175-176).

Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana kedua surat

kabar tersebut, Jawa Pos dan Kompas mem-frame berita tentang skandal M.

Nazaruddin. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana kemampuan

kedua media tersebut dalam membangun sebuah realitas, karena dengan

menggunakan analisis framing akan jelas terlihat bahwa masing-masing media

Jawa Pos dan Kompas mempunyai “ penangkapan tersendiri tentang apa berita

yang perlu ditonjolkan dan dijadikan fokus dan mana yang harus disembunyikan

atau dihilangkan. Begitu pula dengan cara bagaimana sebuah isu dituturkan dan

(15)

yang saling berbeda, meskipun perbedaan itu tidak selalu signifikan (Malik, 2001

: 69).

Adanya banyak pemberitaan tersebut membuat masyarakat menjadi

bingung. Dugaan-dugaan lain mengatakan pemerintah terlibat dalam kasus ini,

sehingga harus segera diselesaikan. Dari segi materi isi pemebritaan dapat

dikelompokkan dalam berita politik dan berita utama. Mempunyai nilai berita

(news value) yang cukup tinggi, bersifat aktual, menarik perhatian serta dianggap

penting oleh sebagian besar khalayak pembaca (Sumandiria, 2005 : 67).

Menurut pengamatan peneliti, pemberitaan tentang skandal M. Nazaruddin

ini mendapatkan porsi dan perhatian yang cukup besar bagi masyarakat dan kedua

media tersebut. Dari berbagai fenomena dan kontroversi diatas maka sangatlah

menarik bagi media massa untuk memberitakannya sebagai berita yang layak

dikonsumsi masyarakat. Karena kasus ini banyak merugikan negara, dengan

berkembangnya siapa-siapa yang terlibat didalamnya dan jumlah dana yang

terbukti diselewengkan semakin berkembang pula. Pemeberitaan ini akan

menambah fakta-fakta kemana dan siapa saja yang terlibat didalamnya.

Pada edisi Jawa Pos 25 Juli 2011 dengan judul “Anas Jatuh SBY Jatuh”.

Yang didalamnya menceritakan tentang kondisi yang terjadi ketika Ketua Umum

Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengalami penurunan kepercayaan dari

anggota partai dan masyarakat, hal serupa juga akan dialami Susilo Bambang

Yudhoyono yang saat ini menjabat sebagai Presiden R.I 2009-2014 dan Ketua

(16)

Pada edisi Jawa Pos 26 Juli 2011 dengan judul pemberitaannya adalah

“Nazaruddin Dijemput di Argentina?”. Penggunaan kalimat tanya pada judul ini

sebagai maksud sebuah pertanyaan besar Jawa Pos atas statement dari

Menkumham Patrealis Akbar yang telah mengetahui keberadaan Nazaruddin di

luar negeri.

Pada edisi Jawa Pos 27 Juli 2011 dengan judul pemberitannya adalah

“Anas-Pejabat KPK Diperiksa”. Isi pemberitaannya mengenai pemeriksaan

terhadap Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dan para pejabat

KPK yang disebut-sebut oleh Nazaruddin terlibat dalam kasus korupsi dana

proyek pengadaan wisma Atlet SEA Games di Palembang oleh Mabes POLRI.

Pada edisi Jawa Pos 28 Juli 2011 dengan judul pemberitaannya adalah

“Pimpinan KPK Saling Curiga”. Isi pemberitannya mengenai akibat adanya

tudingan M. Nazaruddin bahwa ada keterlibatan para pejabat KPK dalam kasus

dirinya menyebabkan perpecahan di internal KPK, khususnya para pejabatnya.

Pada edisi Jawa Pos edisi 29 Juli 2011 dengan judul pemberitannya adalah

“Pansel Hadang Chandra dan Johan”. Isi pemberitannya mengenai salah satu

akibat tudingan M. Nazaruddin terhadap para pejabat KPK, dalam hal ini Chandra

M. Hamzah dan Johan mendapat pencekalan dari Pansel KPK dalam mengikuti

seleksi pimpinan KPK yang baru.

Pada Jawa Pos edisi 30 Juli 2011 kali ini, terdapat judul pemberitaannya

sebagai berikut “Polri Klaim Kepung Nazaruddin”. Di dalam isi pemberitannya,

dengan didapatkannya informasi keberadaan M. Nazaruddin di luar negeri yang

(17)

Patrialis Akbar, bahwasanya POLRI mengklaim telah melakukan pengepungan

atas M. Nazaruddin dan akan segera melakukan penyergapan.

Edisi terakhir Jawa Pos pada 31 Juli 2011 dengan judul pemberitannya

“Istana Intervensi Pansel KPK”. Di dalam isi pemberitannya mengenai

kejanggalan sikap dan keputusan Pansel KPK yang hanya mencekal Candra dan

Johan pada seleksi calon pimpinan KPK baru, padahal masih terdapat beberapa

calon lainnya yang juga dituding oleh Nazaruddin ikut terlibat dalam kasus

dirinya.

Selain Jawa Pos, Kompas pada edisi 25-31 Juli 2011 juga memberitakan

kasus Korupsi Dana Proyek Wisma Atlet SEA GAMES di Palembang terdapat

lima pemberitaan, antara lain pada 25 Juli 2011 dengan judul pemberitannya

adalah “Nazaruddin itu Hebat”. Isi pemberitannya mengenai kecerdikan dan

kelihaian Nazaruddin menghindar dari kejaran aparat hukum mendapat pengakuan

dari pemerintah, yang disampaikan langsung oleh Menkum-HAM, Patrialis

Akbar.

Pada 26 Juli 2011 dengan judul “Kasus Nazaruddin diserahkan ke

Negara”. Isi pemberitannya mengenai Partai Demokrat menyerahkan sepenuhnya

kasus mantan bendahara umunya kepada Negara, karena kasus ini sudah

menyangkut kepentingan negara dan bukan lagi menjadi urusan intern partai.

Pada edisi 27 Juli 2011 dengan judul pemberitannya adalah “Tunjukkan

Komitmen Demokrat”. Isi pemberitannya mengenai kondisi kredibilitas Partai

(18)

adanya keterlibatan beberapa petinggi partai terhadap kasus dirinya dan politik

uang yang digunakan.

Pada edisi 28 Juli 2011 dengan judul pemberitannya adalah “Lacak Aliran

Dana Partai”. Isi pemberitannya mengenai bagaimana seharusnya sikap KPK dan

PPATK dalam merespon tudingan Nazaruddin tentang aliaran dana partai yang

digunakan dalam kampanye pemilu 2009 lalu, juga berasal dari adanya tindakan

korupsi dari proyek Pemerintah, khususnya proyek pengadaan wisma Atlet SEA

GAMES di Palembang yang juga menjerat dirinya.

Pada edisi 30 Juli 2011 dengan judul pemberitannya adalah “Anas

Sebaiknya Nonaktif Dulu”. Isi pemberitannya mengenai akibat adanya tudingan

M. Nazaruddin terhadap Ketua Umum partainya, Anas Urbaningrum atas

keterlibatnnya dalam kasus korupsi dana proyek pengadaan wisma atlet mendapat

respon dan tanggapan dari para pengamat politik terhadap posisi Anas

Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Berdasarkan perbedaan frame dari kedua surat kabar tersebut, maka

dipilihlah Jawa Pos dan Kompas sebagai media yang akan menjadi obyek

penelitian tentang perbedaan pembingkaian kasus Korupsi Dana Proyek Wisma

Atlet SEA GAMES di Palembang baru-baru ini.

Untuk melihat dan mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang

yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita tentang

dugaan keterlibatan pimpinan Partai Demokrat dalam kasus suap Sesmenpora,

maka peneliti memilih analisis framing sebagai metode penelitian. Senada dengan

(19)

framing sebagai sebuah cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas

berita dan mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategi kata., kalimat, lead,

hubungan antar kalimat, foto, grafik dan perangkat lainnya untuk membantu

dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh

pembaca. Karena alasan itulah maka dalam penelitian ini, peneliti mengunakan

perangkat framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, untuk

mengetahui konstruksi berita tentang skandal M. Nazaruddin.

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

”Bagaimana Jawa Pos dan Kompas dalam membingkai berita tentang

skandal M. Nazaruddin”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

diuraikan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam peneltian ini

adalah : untuk mengetahui konstruksi isu yang dibangun antara surat

kabar Jawa Pos dan Kompas terhadap pemberitaan tentang skandal M.

Nazaruddin edisi 25-31 Juli 2011 pada surat kabar Jawa Pos dan

(20)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

Berguna untuk menambah wawasan mengenai analisis teks media,

khususnya guna membuktikan adanya kegunaan analisis framing dalam

bidang ilmu komunikasi, pada keberadaan media surat kabar dalam

penelitian kualitatif.

1.4.2 Secara Praktis

Sebagai evaluasi bagi pihak media dalam menyajikan berita dan

memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa berita tidaklah

seobjektif seperti pandangan umum. Diperlukan kemampuan lebih untuk

memahami isi berita agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat

(21)

2.1. Par adigma Konstr uksionis

Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana

media, wartawan dan berita dilihat. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat

subjektif. Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan.

Disini tidak realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat

konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada

bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai

pandangan berbeda (Eriyanto, 2005 : 19).

Pandangan konstruksionis sangat bertolak belakang dengan pandangan

positivistik. Dalam pandangan positivistik, ada fakta yang riil yang diatur oleh

kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal. Media sebagai saluran pesan,

berita. Berita adalah cerminan dan refleksi dari kenyataan. Karena itu, berita

haruslah sama dan sebangun dengan fakta yang hendak yang diliput. Berita

bersifat objektif, menyingkirkan opini dan pandangan subjektif dari pembuat

berita. Wartawan sebagai pelapor. Nilai, etika, opini dan pilihan moral yang

berada diluar proses peliputan berita. Berita diterima sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh pembuat berita. Sedangkan dalam pandangan konstruksionis,

fakta merupakan konstruksi atas realitas. Kebenaran suatu fakta bersifat relatif,

(22)

terbentuk merupakan konstruksi atas realitas. Berita bersifat subjektif, opini tidak

dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan

pertimbangan subjektif. Wartawan sebagai pasrtisipan yang menjebatani

keragaman subjektifitas pelaku sosial. Nilai, etika atau keberpihakan wartawan

tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa.

Khalayak mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat

berita (Eriyanto, 2005 : 19-35).

2.1.1. Ber ita Dalam Par adigma Konstr uksionis

Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang

natural, tetapi hasil konstruksi (Eriyanto, 2005 : 37). Konstruksionis atau

paradigma transmisi melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna.

Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis. Pertama, lebih

menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat

gambaran tentang realitas. Kedua, memandang kegiatan komunikasi sebagai

proses yang dinamis. Memeriksa pembentukan pesan dari sisi komunikator dan

dalam sisi penerima mengkonstruksi makna (Eriyanto, 2005 : 40-41).

Pekerjaan media pada hakekatnya adalah mengkonstruksikan realitas. Isi

media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realitas yang

dipilihnya, diantaranya realitas politik. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa

pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi

(23)

berita dimedia pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga

membentuk suatu “cerita” (Tuchman dalam Sobar, 2006 : 88). Jarang ada media

yang membuat berita peristiwa secara utuh, mulai dari menit pertama kejadian

hingga kemenit paling akhir. Atas nama kaidah jurnalistik, peristiwa yang

panjang, lebar, rumit dicoba “disederhanakan” melalui pembingkaian (framing)

fakta-fakta dalam bentuk berita sehingga layak terbit (Sobur, 2006 : 167).

2.2. Sur at Kabar Sebagai Media Massa

Media massa seperti yang dikemukakan oleh althusser dan Gramsci dalam

Sobur (2004:30) merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat

atau aspirasi baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau

negara. Media massa tersebut sebagai wadah untuk menyalurkan informasi yang

merupakan perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidaupan bermasyarakat

dan bernegara, dalam diri media massa juga terselubung kepentingan-kepentingan

yang lain, misalnya kepentingan kapitalisme modal dan kepentingan

keberlangsungan lapangan pekerjaan bagi karyawan dan sebagainya.

Media massa mempunyai kekuatan yang sangat signifikan dalam usaha

mempengaruhi khalayaknya. Keberadaan media massa mempunyai peranan

penting dalam usaha memberikan informasi penting bagi masyarakat,

pengetahuan yang dapat memperluas wawasan, sarana hiburan sebagai pelepas

ketegangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah peranan media sebagai

kontrol sosial untuk memberikan kritik maupun mendukung kebijakan pemerintah

(24)

Sedangkan pengertian kontrol sosial itu sendiri merupakan bagian dari

fungsi media massa, yang menerangkan bahwa media massa mempunyai

kebebasan dan tanggung jawab untuk menyampaikan informasi setiap kebijakan

pemerintah kepada khalayak atau masyarakatnya. Disisi lain, pada dasarnya

masyarakat dibentuk oleh berbagai pengaruh kekuatan ekonomi, baik oleh aneka

kekuatan yang terdapat pada suatu kelompok maupun oleh adanya tarik-menarik

kekuatan antar kelompok yang berkepentingan. Oleh karena itu dalam kaitanya

dengan hal tersebut media massa berperan aktif sebagai penyalur (Desiminator)

dan “Toko” informasi (McQuil, 1991 : 4). Pada pernyataan lainnya McQuill juga

menegaskan, bahwa media massa juga berfungsi sebagai filter yang menyaring

sebagian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainnya, sekaligus kendala yang

menghalangi kebenaran (Littlejhon, 1996 : 324, Eriyanto : xii). Sehingga terlihat

bahwa media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen, dan

inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan.

Media massa merupakan institusi baru yang berkaitan dengan produksi

dan distribusi pengetahuan dalam arti luas. Media massa mempunyai sejumlah

ciri-ciri yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan teknologi yang relatif

maju untuk produksi (massal) dan penyebaran pesan, mempuyai organisasi yang

sistematis dan aturan-aturan sosial serta sasaran pesan yang mengarah pada

audiens dalam jumlah besar yang tidak bisa ditentukan apakah meraka menerima

pesan yang disampaikan, atau malah menolaknya. Institusi media massa pada

(25)

komunikasi reguler dari berbagai pesan yang mendapat persetujuan sodial dan

dikehendaki oleh banyak individu.

Dalam komunikasi massa menurut Winarni dapat dipusatkan pada

komponen-komponen komunikasi massa, yaitu variabel yang dikandung dalam

setiap tindak komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa,

kelima komponen tersebut adalah:

1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks

yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan

pesan.

2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan

kepada massa, yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat

heterogen dan anonim.

3. Pesan. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya

adalah setiap orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari

media massa.

4. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: 1)

Komunikasi massa merupakan proses satu arah. Komunikasi ini

berjalan dari sumber ke penrima dan tidak secara langsung

dikembalikan kecuali dalam bentuk umpan balik tertunda. 2)

Komunikasi massa merupakan proses dua arah (Proses seleksi).

Baik media ataupun khalayak melakukan seleksi. Media

(26)

5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks

sosial. Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan

konteks sosial masyarakat mempengaruhi media massa. (Winarni,

2003 : 4-5).

Setiap disiplin ilmu dalam komunikasi memiliki ciri-ciri dan karekateristik

yang berbeda-beda, adapun beberapa karakteristik komunikasi massa yang sering

digunakan pada media massa yaitu:

1. Sifatnya satu arah, walaupun beberapa media massa terkadang

melibatkan khalayak secara langsung dengan diadakannya dialog

interaktif, namun itu hanya untuk kepentingan terbatas.

2. Selalu ada proses seleksi, misalnya setiap media memilih

khalayaknya, demikian juga dengan khlayak yang juga menyeleksi

medianya, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu

untuk menikmatinya.

3. Menjangkau khalayak secara luas. Dengan adanya satuu stasiun

pemancar pesan atau informasi dapat disampaikan dalam cakupan

satu negara. Namun dalam karakteristik ini sistem ekonomi dan

sosial juga ikut berperan.

4. Berusaha membidik sasaran tertentu, informasi yang disampaikan

harus menarik minat orang-orang sehingga informasi tersebut

disalurkan kepada orang lain

5. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka

(27)

berlangsung antara media dan masyarakat. Untuk memahami

sebuah masyarakat kita harus menelaah latar belakang, asumsi dan

keyakinan-keyakinan dasarnya. Untuk itu diperlukan penguasaan

atas sejarah, sosiologi, ilmu ekonomi dan filsafat demi memahami

sebuah masyarakat secara benar. (Rivers, 2004 :18)

Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat

tunda, komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik komunikan

secara segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus diadakan seminar

terbuka yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan secara

langsung, diadakannya survey atau penelitian. (Vardiansyah, 2004:33).

Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan

sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan

secara teratur, dan bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali

(Djuroto, 2002: 11).

Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi,

khususnya pada study komunikasi massa. Dalam buku ”Ensiklopedia Pers

Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit

pers yang masuk dalam media cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi

berita-berita, karanga-karangan, dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bisa harian,

mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum (Junaedhi: 1991:257).

Surat kabar pertama kali diterbitkan dan diperjual belikan untuk pertama

(28)

pertama oleh seorang imigran dari Inggris pada tahun 1690, bernama Benyamin

Harris (Djuroto, 2002:5).

Surat kabar pada perkembangannya saat ini menjelma sebagai salah satu

bentuk dari pers yang mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk menjadi

sebuah konstrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut

disebabkan karena falsaafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial,

budaya dan politik.

2.2.1 Konstr uksi Realitas

Istilah konstruksi relaitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter

L. Berger dan Thomas Luckman dalam buku The Social of Construction Reality.

Realitas menurut Berger tidak di bentuk secara ilmiah. Tidak juga sesuatu yang

diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman ini

realitas berwujud ganda atau prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang

berbeda-beda atas suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan

dan lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu.

Lebih lanjut gagasan Berger mengenai konteks berita harus dipandang

sebagai konstruksi atas realitas. Karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang

sama dikonstruksi secara berbeda. Setiap wartawan mempunyai pandangan dan

konsepsi yang berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat dilihat bagaimana

(29)

Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang

riil. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta. Realitas sosial tidak

begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses internalisasi

dimana wartawan dilanda oleh realitas yang dia amati dan diserap dalam

kesadarannya. Kemudian proses selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses

ini wartawan menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah

produk dari proses interaksi dan dialektika ini.

Konstruksi realitas terbentuk bukan hanya dari cara wartawan

memandang realitas tapi kehidupan politik tempat media itu berada. System

politik yang diterapkan sebuah Negara ikut menentukan mekanisme kerja media

massa Negara itu mempengaruhi cara media massa tersebut mengkonstruksi

realitas.

Karena sifat dan faktanya bahwa tugas redaksional media massa adalah

menceritakan peristiwa-peristiwa, maka tidak berlebihan bahwa seluruh isi media

adalah relitas yang telah dikonstruksikan. Pembangunan konstruksi realitas pada

masing-masing media berbeda, walaupun realitas faktanya sama. Hal

mengkonstruksikan realitas fakta ini tergantung pada kebijakan redaksional yang

dilandasi pada politik media itu. Salah satu cara yang bisa dipahami atau

digunakan untuk menangkap cara masing-masing media membangun sebuah

realitas berita adalah dengan framing.

Menurut Eriyanto, terdapat dua penekanan karakteristik penting pada

pembuatan konstruksi realitas. Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan

(30)

tentang realitas politik. Makna bukanlah sesuatu yang absolute, konsep static yang

ditemukan dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan

seseorang dalam suatu pesan. Kedua, pendekatan konstruksi memandang kegiatan

konstruksi sebagai proses yang terus menerus dan dinamis.

Kedua karakteristik ini menekankan bagaimana politik pemaknaan dan

bagaimana cara makna tersebut ditampilkan, sebab dalam penekanan tersebut

produksi pesan tidak dipandang sebagai “mirror reality” yang hanya

menampilkan fakta sebagaimana adanya.

Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan

instrument pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi

dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita ataupun

ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa.

Dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata

untuk menggambarkan realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (citra)

yang akan muncul di benak khalayak. Bahasa yang dipakai media, ternyata

mampu mempengaruhi cara melafalkan (pronounciation), tata bahasa (grammar),

susunan kalimat (syntax), perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan

akhirnya mengubah dan atau mengembangkan percakapan (Speech), bahasa

(language) dan makna (meaning).

Dengan begitu, penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi terhadap

kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut

menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang

(31)

2.2.2 Ber ita dan Ideologi Media

Menurut Eriyanto berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan

menyortir (memilah-milah) dan menetukan peristiwa dan tema-tema tertentu

dalam satu kategori tertentu (Eriyanto, 2005 : 102). Sehingga berita dalam

pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti

yang rill.

Oleh karena itu sebuah media dalam menyajikan berita pada pembacanya

sudah seharusnya dapat menarik perhatian. Unsur yang bisa menarik perhatian

khalayak disebut dengan unsur berita. Ahli jurnalistik menyebutkan unsur-unsur

berita adalah:

1. Aktualitas / Timelines : berita baru yang masih hangat menarik

perhatian pemabaca daripada yang sudah basi. Oleh karena itu,

aktualitas menjadi nilai berita utama yang harus dijaga.

2. Kedekatan / Proximity : kedekatan secara emosi dan fisik akan

membuat berita menarik perhatian pembacanya.

3. Tokoh public / Prominence : peristiwa diseputar tokoh idola,

panutan dan pemimpin masyarakat selalu menarik, karena dengan

ketokohannya mereka telah menjadi public.

4. Konflik / Conflict : kontrovensi antar tokoh, peristiwa perang,

bentrokan, peristiwa criminal sangat menarik perhatian pembaca.

5. Kemanusiaan / Human Interest : berita-berita yang menyentuh rasa

(32)

semua orang. Selain dengan menggugah empati, juga membangun

sikap simpatik.

6. Sensational / Unique : keanehan, keganjilan dan hal-hal yang

spektakuler dalam kehidupan manusia, selain memiliki unsure

hiburan dapat juga memberikan dorongan prestasi sekaligus

penyadaran dalam dinamika kehidupan.

7. Seks : seks merupakan unsure berita yang sangat diminati oleh

khalayak pembacanya, seks membuat produk pers dicari dan

dibaca orang.

Pada proses produksi sebuah berita, sebuah media selalu melibatkan

pandangan dan ideology wartawan, juga kepentingan media itu sendiri. Ideology

ini menentukan aspek fakta yang dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang.

Artinya jika seseorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan

sumber dari satu pihak, dan memasukkan opininya pada suatu berita. Semua itu

dilakukan dalam rangka pembenaran tertentu. Sehingga dapat dikatakan media

bukan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam

masyarakat secara apa adanya.

Suatu konsep ideology media juga dapat membantu menjelaskan

mengenai mengapa waktu memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan, dari pada

fakta yang lain, walaupun hal tersebut dapat merugikan pihak lain. Kemudian

menempatkan sumber beritanya yang satu lebih menonjol dari pada sumber berita

yang lain ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada

(33)

secara strategis menghasilkan berita-berita yang sesuai dengan karakter media

tersebut. Berdasarkan hal tersebut media merupakan inti instrument ideology yang

tidak dipandang sebagai zona netral, dimana berbagai kelompok dan kepentingan

dapat ditampung.

Akan tetapi media lebih sebagai subyek yang mengkonstruksikan realitas

atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebarluaskan kepada

khalayak (Eriyanto, 2000 : 92). Media massa sebagai pendefensi realitas tidak

dapat dipisahkan dari keterkaitan antara bahasa yang digunakan dalam

pemberitaanya. Dengan kata lain perbincangan mengenai media selalu berkaitan

tentang ideology yang membentuknya, dimana pada akhirnya ideology tersebut

akan mempengaruhi bahasa (gaya, ungkapan, dan kosa kata), serta pengetahuan

(kebenaran realitas) yang digunakan juga dihasilkan.

2.3 Teor i politik – Ekonomi Media

Setiap media massa memiliki kekuatan untuk menyampaikan peristiwa

atau informasi yang mereka kemas dalam dalam bentuk berita. Dalam media,

tidak hanya memiliki keuatan itu saja, media juga memiliki kekuatan politik dan

kekuatan dalam bentuk ekonomi yang mereka gunakan dalam setiap kali mereka

menyampaikan berita. Yang tidak dapat kita pungkiri kekuatan tersebut yang

berperan besar dalam setiap isi dari beritanya.

Perkembangan dan modernisasi komunikasi massa, terutama modernisasi

dalam industrialisasi media massa, mengalami kemajuan yang sedemikian pesat.

(34)

dalam teknologi komunikasi. Perkembangan industri media ini takterelakan,

demikian juga perkembangan dampak dan efek media menjadi sangat penting

dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan juga

bahwa pemahaman manusia mengenai media massa tidak lagi diletakkan dalam

perspektif tunggal, dalam arti bahwa media massa berikut industrinya dilihat

sebagai totalitas yang didalamnya terdapat interaksi dinamis antara pelaku media,

masyarakat dan Negara.

Teori politik – ekonomi mempertanyakan hubungan antara masyarakat,

massa, dan media massa. Sebab teori ini banyak dipengaruhi oleh paham

Neo-Marxis dan New Left. Teori tersebut mengemukakan bahwa, media massa tidak

selalu menjadi sebab atau faktor pembentukan budaya massa. Media massa hanya

bertindak sebagai saluran penyampaian isi budaya (culture contents) untuk

mengisi sel-sel struktur social yang telah memliki karakteristik massa

(Liliwer, 2001 : 72).

Teori Politik – Ekonomi dikemukakan oleh Marxis, dimana dalam teori

ini mendorong lahirnya beberapa analisis media modern. Teori ini memiliki

kesesuaian dengan Marxis materialis, yang menekannkan faktor ekonomi dan

lebih banyak berkenaan dengan unsure-unsur ideologi (superstruktur)

(Darsono,2007 : 115)

Teori ini mengemukakan ideology pada kekuatan ekonomi dan

mengarahkan perhatian penelitian pada analisis empiris terhadap struktur

pemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar media. Dalam tinjauan ini institusi

(35)

dengan system politik. Menurut Mordock dan Golding (1977 : 37), efek kekuatan

ekonomi tidak langsung secara acak, tetapi terus menerus :

“Mengabaikan suara kelompok yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi

dan sumber daya. Pertimbangan untung rugi diwujutkan secara sistematis

dengan memantapkan kedudukan kelompok-kelompok yang sudah mapan

dalam pasar media massa besar dan mematikan kelompok-kelompok yang

tidak memiliki modal dasar yang dibutuhkan untuk mampu bergerak. Oleh

karena itu, pendapat yang dapat diterima kebanyakan berasal dari

kelompok yang cenderung tidak melancarkan kritik terhadap distribusi

kekayuaan dan kekuasaan yang berlangsung. Sebaliknya mereka yang

cenderung menentang kondisi semacam itu tidak dapat mempublikasikan

ketidak puasan atau ketidak setujuan mereka karena tidak mampu

menguasai sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan komunikan

efektif terhadap khalayak luas.” (McQuail,1991 : 63).

Teori Ekonomi – Politik Media (political economy media theory). Menurut

Vincent Moscow dalam bukunya The political Economy of communication (1998),

pendekatan dengan teori ini pada intinya berpijak pada pengertian ekonomi politik

sebagai studi mengenai relasi sosial, khususnya yang menyangkut relasi

kekuasaan, baik dalam produksi,distribusi dan konsumsi sumberdaya

(resourches). Dalam ekonomi politik komunikasi, sumberdaya ini dapat berupa

surat kabar, majalah, buku, kaset, film internet dan sebagainya

(Mosco, 1998 : 25). Seperti teori Marxisme Klasik, teori ini menganggap bahwa

kepemilikan media pada segelintir elit pengusaha telah menyebabkan patologi

atau penyakit sosial. Dalam pemikiran ini, kandungan media adalah komuditas

(36)

tidak ambil resiko, suatu bentuk mekanisme pasar yang kejam karena membuat

media mendominasi wacana publik dan lainnya terpinggirkan. Beberapa realitas

kontenporer di dalam media menjadikan kajian ekonomi – politik menjadi penting

(McQuail, 2002 : 83).

2.4 Analisis Framing

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis

untuk mengetahui bagai mana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja)

dikonstruksikan oleh media. Dan bagaimana media memahami dan memakai

realitas, dan dengan cara apa realitas itu ditandakan, hal ini lah yang menjadi

pusat perhatian dari analisis framing. Praktisnya, ia digunakan untuk melihat

bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan oleh media.

Dalam analisis framing kita juga melihat bagaimana cara media memakai,

memahami, dan mengkonstruksi kasus atau peristiwa yang diberikan. Metode ini

tentusaja berusaha mengerti dan menafsirkan makna dari suatu teks dengan jalan

menguraikan bagaimana media mengkonstruksi issu.

Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita

(story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita ini tergambar pada

“cara melihat” terhadap realita yang dijadikan berita, “cara melihat” ini

berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Tiap hari kita membaca,

menyaksikan bagaimana pristiwa yang sama diberitakan secara berbeda oleh

media. Kenapa berbeda? Perbedaan ini terjadi karena peristiwa tersebut dipahami

(37)

framing. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagai

mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu

tertulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kat, kalimat, dan gambar untuk

mendukung gagasan. (Eriyanto, 2002:10).

2.4.1 Pr oses Framing

Framing didefinisikan sebagai proses membuat pesan lebih menonjol,

menempatkan informasi lebih daripada yang lain, sehingga khalayak lebih tertuju

pada pesan tersebut. Cara penyajian tersebut secara umum memiliki dua dimensi

dalam framing. Pertama, seleksi issu. Dalam penyajian sebuah peristiwa

wartawan atau awak media telah melakukan pemilihan terhadap fakta dilapangan,

hal ini diasumsikan bahwa pekerjaan media tidak mungkin melihat peristiwa

tanpa perspektif. Kedua, penekanan isu. Hal ini dapat teramati bagaimana

pekerjaan media menuliskan fakta, proses ini berhubungan dengan bagaiman fakta

yang dipilih, disajikan kepada khalayak.

Menurut Pan dan Kosicki ada dua konsep dari framing yang saling

berkaitan. Pertama, dalam konsep psikologis. Framing dalam konsep ini lebih

menekankan bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Kedua,

konsep sosiologis. Pandangan ini lebih melihat bagaimana konstruksi sosial atas

realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang

mengklasifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya

untuk mengerti dirinya ke realitas menjadi teridentifkasi, dipahami dan dapat

(38)

Dalam lingkup komunikasi, analisi framing mewakili tradisi yang

mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis

fenomena atau aktifitas komunikasi. Konsep tentang framing bukan murni dari

ilmu komunikasi itu sendiri, tetapi meminjam dari ilmu kognitif (psikologi).

Analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep

sosiologis, politik dan kulturuntuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga

suatu fenomena dapat diapresiasikan dan dianalisis berdasarkan konteks

sosiologis, politis atau kultur yang melingkupinya (Sudibyo,1999 : 176).

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah

cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati

strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih

bermakna. Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya

mengunakan konsep yang ada dalam pikiranya semata. Pertama, proses

konstruksi juga melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan.

Nilai-nilai sosial yang tertanam mempengaruhi bagaimana kebenaran diterima

secara taken for granted oleh wartawan. Kedua, ketika menulis dan

mengkonstruksi suatu berita, wartawan bukanlah berhadapan dengan public yang

kosong. Bahkan ketika peristiwa ditulis dan kata mualai disusun, khalayak

menjadi pertimbangan bagi wartawan. Hal ini disebabkan wartawan tidak menulis

untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca.

Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu

melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik dan standar professional dari

(39)

2.4.2 Per a ngkat Framing

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari model

Zhongdang Pan dan Kosicki, model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai

frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide

yang dihubungkan dengan makna (bagaimana seseorang memaknai suatu

peristiwa, dapat dilihat dari perangkat yang dimunculkan dalam teks).

Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat struktur

besaran. Pertama, struktur Sintaksis; kedua, struktur Skr ip; Ketiga, struktur

Tematik; Keempat, struktur Retor is. (Sobur, 2006 : 175).

Sintaksis dalam pengertian umum, sintaksis adalah susuanan kata atau

frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian

susuanan dari bagian berita headline, lead, latar belakang informasi, sumber,

penutup dalam suatukesatuan teks berita secara keseluruhan. Bentuk sintaksis

yang paling popular adalah struktur piramida terbalik. Yang dimul;ai dengan judul

headline, lead, episode, latar, dan penutup.

Skr ip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena

dua hal, Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukan hubungan,

peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua,

berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan

lingkungan komunal pemnaca. Bentuk umum dari skrip ini adalah pola 5W+1H

(what, when, where, who, and how) atau dalam istilah jurnalistik dikenal dengan

(40)

Tematik. Salah satu perangkat yang termasuk dalam tematik adalah

koherensi, dimana koherensi merupakan pertalian atau jalinan antara kata,

proposisi atau kalimat.

Retor is. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya

kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekan arti yang ingin ditonjolkan oleh

wartawan (Eriyanto, 2005 : 257).

Perangkat framing Zhongdang Pan dan Kosick

STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

1. Skema framing Headline, lead, latar informasi,

kutipan, sumber, pernyataaan, penutup.

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2. Kelengkapan berita 5W + 1H

TEMATIK

Cara wartawan

menulis fakta

3. Detail

4. Maksud kalimat, hubungan

5. Nominalisasi antar kalimat

6. Koherensi 7. Bentuk kalimat 8. Kata ganti

Paragraf, proposisi

RETORIS

Cara wartawan

menekankan fakta

9. Leksikon 10. Grafis 11. Metafor 12. Pengandaian

[image:40.612.127.509.310.615.2]

Kata, idiom, gambar atau foto, geafik.

(41)

2.5. Ker angka Ber pikir

Dari uraian kerangka teori di atas, dapat diasumsikan bahwa ide dasar dari

model framing ini adalah bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi

sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan

dengan elemen yang berbeda dalam teks berita, kutipan, sumber, latar informasi,

pemakaian kata atau kalimat tertentu dalam teks secara keseluruhan yang ada

dalam surat kabar Jawa Pos dan Kompas.

Pemuatan berita tentang skandal M. Nazaruddin di media cetak kususnya

harian Jawa Pos dan Kompas yang cenderung berbeda sehingga dipilih oleh

peneliti sebagai subjek penelitian. Dasar dipilihnya surat kabar Jawa Pos dan

Kompas, dikarenakan Jawa Pos merupakan suratkabar terbesar di Jawa Timur,

dan memiliki kredibilitas dan kedalaman dalam menganalisis setiap kasus yang

menjadi berita di harian tersebut. Selain itu Jawa Pos merupakan surat kabar yang

memberikan frame berita dengan volume yang cukup luas dengan frekuensi yang

cukup banyak dalam menyajikan issu berita . dan harian Jawa Pos merupakan

surat kabar yang memberkan frame berita dengan volume dan frekuensi berita

yang disesuaikan dengan issu yang ada saat itu.

Sedangkan Kompas merupakan harian Nasional yang terbit di seluruh

Indonesia, yang memiliki kesinambungan dan totalitas dalam setiap mengupas

masalah yang ada di Indonesia. Selain itu Kompas merupakan surat kabar yang

memberikan frame berita dengan volume yang cukup luas dengan frekuensi yang

(42)

memberikan berita yang berpengaruh terhadap khalayak, khususnya masyarakat

Surabaya.

Berita-berita tentang skandal M. Nazaruddin yang muncul diharian Jawa

Pos dan Kompas tersebut, dianalisis mengunakan analisis farming model Pan dan

Kosicki, dimana model framing tersebut terbagi menjadi empat struktur yaitu:

Sinataksis, Skrip, Tematik, Retoris.

Keempat dimensi struktur ini membentuk tema yaitu mempertautkan

elemen-elemen sematik narasi berita dalam suatu koherensi global. Keempat

struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat mewujudkan farming dari

(43)

3.1. Definisi Oper asional

Penelitian yang penulis lakukan menggunakan paradigma

konstruktivisme, maka penelitian ini akan bersifat kualitatif, dengan metode

analisis framing. Penelitian ini pada dasarnya mencoba untuk menangkap

perspektif pemberitaan dalam kaitannya dengan bagaimana pemberitaan itu

memperlihatkan orientasi sebuah media dengan cara tertentu memperlakukan

realitas atau fakta. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara khas berkait

dengan observasi, menelaah terhadap teks-teks dari berbagai teknik kebahasaan

seperti percakapan dan analisis data.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks kasus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

(Lexy.J.Moleong, 2004 : 6). Metode penelitian kualitatif ini sering disebut dengan

metode penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting) disebut juga sebagai netode ertnograpi, karena pada

awalnya metode ini lebihbanya digunakan untuk penelitian bidang antropologi

budaya, disebut metode kualitatif karena data yang dikumpulkan dan analisisnya

(44)

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis framing, yang

memiliki instrument metodologis atau perangkat framing yang dipakai untuk

melihat cara media mengkonstruksi sebuah wacana berita dengan melakukan

penonjolan-penonjolan tertentu. Metode analisis framing sangat tepat digunakan

untuk menangkap kecenderungan sikap dan perspektif media dalam cara

pemeberitaannya.

Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi

ditampilkan dan bagaimana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat

teks. Dengan menggunakan analisis framing, peneliti ingin melihat bagaimana

subyektifitas surat kabar Jawa Pos dan Kompas melakukan frame pemberitaan

dengan masing-masing dari surat kabar tersebut memberitakan sebuah realitas

yang sama skandal M. Nazaruddin.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar Jawa Pos dan Kompas

edisi 25-31 Juli 2011. Sedangkan Obyek penelitian ini adalah berita-berita skandal

M. Nazaruddin.

3.3. Unit Analisis

Pada penelitian ini unit analisis yang dugunakan adalah unit reference.

Yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat

(45)

Analisis teks dengan melihat hubungan antara kalimat, foto, grafik, dan

ungkapan narasumber, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap perspektif

pemberitaan media surat kabar Jawa Pos dan Kompas, dalam melihat skandal M.

Nazaruddin edisi 25-31 Juli 2011.

3.4. Populasi dan Kor pus Penelitian

Secara keseluruhan Surat Kabar Jawa Pos menyajikan tujuh pemberitaan

skandal M. Nazaruddin, yaitu Berita 25 Juli 2011 “Anas Jatuh SBY Juga Jatuh”,

Berita 26 Juli 2011 “Nazarudin Dijemput di Argentina?”, Berita 27 Juli 2011

“Anas-Pejabat KPK Diperiksa”, Berita 28 Juli 2011 “Pimpinan KPK Saling

Curiga”, Berita 29 Juli 2011“Pansel Hadang Chandra dan Johan”, Berita 30

Juli 2011 “Polri Klaim Kepung Nazaruddin” dan Berita 31 Juli 2011 “Istana

Intervensi Pansel KPK”. Sedangkan Kompas menyajikan lima pemberitaannya,

yaitu Berita 25 Juli 2011 “Nazaruddin Itu Hebat”, Berita 26 Juli 2011 “Kasus

Nazaruddin Diserahkan ke Negara”, Berita 27 Juli 2011 “Tunjukkan Komitmen

Demokrat”, Berita 28 Juli 2011 “Lacak Aliran Dana Partai” dan Berita 30 Juli

2011 “Anas Sebaiknya Nonaktif Dulu”. Sehingga populasi penelitian ini sebanyak

dua belas pemberitaan.

Sedangkan korpus penelitian sebanyak tujuh pemberitaan pada surat kabar

Jawa Pos dan lima pemberitaan pada surat kabar Kompas edisi 25-31 Juli 2011,

(46)

Korpus Harian Jawa Pos :

1. Berita 25 Juli 2011

Judul berita “Anas Jatuh SBY Juga Jatuh”

2. Berita 26 Juli 2011

Judul berita “Nazarudin Dijemput di Argentina?”

3. Berita 27 Juli 2011

Judul berita “Anas-Pejabat KPK Diperiksa”

4. Berita 28 Juli 2011

Judul berita “Pimpinan KPK Saling Curiga”

5. Berita 29 Juli 2011

Judul berita “Pansel Hadang Chandra dan Johan”

6. Berita 30 Juli 2011

Judul berita “Polri Klaim Kepung Nazaruddin”

7. Berita 31 Juli 2011

Judul berita “Istana Intervensi Pansel KPK”

Korpus Harian Kompas :

1. Berita 25 Juli 2011

Judul berita “Nazaruddin Itu Hebat”

2. Berita 26 Juli 2011

Judul berita “Kasus Nazaruddin Diserahkan ke Negara”

3. Berita 27 Juli 2011

(47)

4. Berita 28 Juli 2011

Judul berita “Lacak Aliran Dana Partai”

5. Berita 30 Juli 2011

Judul berita “Anas Sebaiknya Nonaktif Dulu”

3.5. Tek nik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari sumber data dan jenis data

primer berupa berita tentang skandal M. Nazaruddin yang dimuat surat kabar

Jawa Pos dan Kompas pada edisi 25-31 Juli 2011.

3.6. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan

menganalisis struktur sintaksis yang digunakan untuk mengamati dari bagan

berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana penyusunan

peristiwa-peristiwa, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk sususnan

kisah berita, seperti headline, yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang

dijadikan sandaran, dan sumber yang dikutip. Slanjutnya menganalisis struktur

skr ip yaitu melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai dalam

mengamas peristiwa dan kemudian menganalisis struktur yang berhubungan

dengan cara mengungkapkan pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi,

kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

Kemudian menganalisis struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa

(48)

diamati dari perangkat tematik diantaranya detail, maksud, nominalisasi,

koherensi dan bentuk kalimat. Dan yang terakhir menganalisis struktur r etor is

berhubungan dengan cara menekankan arti tertentu. Dengan katalain melihat

pemakaian pemilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna

memberi penekanan pada arti tertentu.

3.7. Langkah-langka h Analisis Framing

Dengan menggunakan perangkat framing model Zhongdang Pan dan

Kosicki maka analisis berita skandal M. Nazaruddin berdasarkan pada empat

struktur besar yaitu :

a) SINTAKSIS adalah bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Kompas

menyusun berita kedalam bentuk susunan umum berita. Sintaksis dapat

memaknai bagaimana wartawan memaknai suatu kasus dan hendak

dibawa kemana berita tersebut.

1. Headline : judul berita pada topik skandal M. Nazaruddin

merupakan inti dari suatu berita, dengan disingkat, bentuk

huruf, mencolok untuk menarik perhatian.

2. Lead : atau teras berita, menunjukkan perspektif atau sudut

pandang surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas

3. Latar : latar belakang atas berita skandal M. Nazaruddin,

bagaimana Jawa Pos dan Kompas memberikan pemaknaan dan

(49)

4. Pengutipan Sumber Berita : pengutipan dari narasumber untuk

membangun obyektifitas, prinsip keseimbangan agar khalayak

tidak mem

Gambar

Gambar 1. Perangkat framing Zhongdang Pan dan Kosick
gambar proyek Hambalang.
tabel hubungan antara tiga pejabat KPK (Busyro, M. Jasin dan Johan Budi) dan gambar karikatur Dahlan Iskan
penebalan. Penggunaan bahasa atau gambar kata dalam penulisannya terkesan

Referensi

Dokumen terkait

Kekurangan perhatian dan tidak adanya kebijakan pembangunan kemaritiman yang komperhensif, mengakibatkan timbulnya berbagai masalah ekologi kelautan dan konflik sosial

Oleh karena itu, peneliti mengambil individu yang berada pada periode remaja akhir untuk menjadi informan penelitian untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai tema

produksi batik Kudus di Alfa Shoofa Batik Kudus ini cukup lambat, karena batik yang dihasilkan hanya diminati oleh konsumen eksklusif atau dari kalangan tertentu

Pada penelitian ini penulis akan membahas kondisi yang melatarbelakangi dilakukannya pembetulan SPT Masa PPN dan SPT Tahunan tahun 2009 Tuan A, penghitungan pembetulan SPT

Dari judul skripsi ini yang menjadi sorotan adalah aktivitas di MTs NU Miftahul Maarif Kaliwungu Kudus, yaitu mengenai pengembangan silabus pada mata

Namun sekalipun perbuatan penyalahguna narkotika bagi diri sendiri memenuhi unsur kualifikasi tindak tindak pidana yang diatur dalam pasal yang lain, sepanjang niat

MODEL PEMBELAJARAN KLARIFIKASI NILAI MASYARAKAT PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA BAGI ORANG TUA DENGAN ANAK USIA 3-6

baik pada aspek kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di