USULAN PENELITIAN Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh : Dian Fitri Fauji 0612010250 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh :
Dian Fitri Fauji 0612010250 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Dian Fitri Fauji 0612010250 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan HidayahNya telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ekonomi jurusan Manajemen dalam jenjang strata satu fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul “Pengaruh Efektivitas Iklan, Sikap Dan Keyakinan Konsumen Terhadap Minat Beli Produk Sabun Pembersih Wajah Biore Di Surabaya”.
Dalam menulis skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran serta dorongan moril yang baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir Teguh Soedartono, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM selaku Dekan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS selaku ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dra. Ec. Malicha selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan tenaganya dalam memberikan bimbingan, saran, petunjuk dan koreksi
6. Bapak dan Ibu tercinta serta kakakku yang selalu memberikan restu, dukungan dan doanya selama penulis menempuh kuliah sampai dengan menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi maupun penyajian skripsi ini karena keterbatasan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk dilakukan suatu penelitian selanjutnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI ……… iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ………... x
ABSTRAKSI ……… xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ……… 1
1.2. Perumusan Masalah ………... 7
1.3. Tujuan Penelitian ………... 7
1.4. Manfaat Penelitian ………. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ………... 9
2.2. Kajian Teori ……… 12
2.2.1. Pengertian Manajemen Pemasaran ………. 12
2.2.2. Pengertian Pemasaran ……….. 13
2.2.2.1. Konsep Pemasaran ……… 14
2.2.3. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ………. 17
2.2.4. Periklanan ……… 18
2.2.5.1. Televisi sebagai media periklanan ……… 22
2.2.5.2. Bentuk-Bentuk Iklan Televisi ………... 23
2.2.5.3. Teknik Visual Iklan Televisi ………. 25
2.2.6. Sikap Konsumen (Attitude) ……… 28
2.2.6.1. Fungsi – Fungsi Sikap ………. 29
2.2.7. Keyakinan Konsumen (Confidence) ………... 30
2.2.8. Minat Beli (Purchase Intention) ………. 31
2.2.9. Hubungan Antara Iklan, Sikap Dan Keyakinan Konsumen Terhadap Minat Beli ………. 33
2.2.9.1 Pengaruh Iklan Terhadap Sikap Konsumen ………. 33
2.2.9.2. Pengaruh Iklan Terhadap Keyakinan Konsumen …………. 34
2.2.9.3. Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli ………… 36
2.2.9.4. Pengaruh Keyakinan Konsumen Terhadap Minat Beli …… 37
2.3. Kerangka Konseptual ………. 39
2.4. Hipotesis ………. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………... 41
3.1.1. Definisi Operasional ………. 41
3.1.2. Pengukuran variabel ………. 44
3.3. Teknik Pengumpulan Data ……… 46
3.3.1. Jenis Data………... 46
3.3.2. Sumber Data……….... 46
3.3.3. Pengumpulan Data ………... 46
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ………. 47
3.4.1. Asumsi model ……….. 48
3.4.1.1. Uji Normalitas dan Linieritas ………... 48
3.4.1.2. Evaluasi Outlier ……… 49
3.4.1.3. Deteksi Multicollinierity dan Singularity ……… 50
3.4.1.4. Uji Validitas dan Reliabilitas ………... 51
3.4.2. pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ……… 52
3.4.3. Pengujian model dengan Two Step Approach ……… 52
3.4.4. Evaluasi Model ……… 54
3.4.4.1. Pengujian Hipotesis ……….. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 59
4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ……… 59
4.1.2. Deskripsi Variabel Yang Diteliti ……… 60
4.2. Analisis Data ……….. 64
4.2.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted …….. 67
4.2.5. Evaluasi Normalitas ………. 68
4.2.6. Analisis Model One – Step Approach to SEM ……… 69
4.2.7. Uji Kausalitas ……….. 71
4.2.8. Analisis Unidimensi First Order ………. 72
4.3. Pembahasan ……… 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……… 76
5.2. Saran ………... 77
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
Tahun 2007-2009 ………... 4
Tabel 3.1. Ukuran Gooness-of-fit ………. 54
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ………. 59
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………... 60
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status / Pekerjaan ……… 60
Tabel 4.4. Jawaban Responden Mengenai Efektivitas Iklan ………. 61
Tabel 4.5. Jawaban Responden mengenai Sikap Konsumen ……… 62
Tabel 4.6. Jawaban Responden mengenai Keyakinan Konsumen ………… 62
Tabel 4.7. Jawaban Responden mengenai Minat Beli ……….. 63
Tabel 4.8. Outlier Data ………. 64
Tabel 4.9. Reliabilitas Data ………... 65
Tabel 4.10 Validitas Data ……….. 66
Tabel 4.11. Construct Reliability dan Variance Extracted ……… 67
Tabel 4.12. Normalitas Data ……….. 68
Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ………. 70
Tabel 4.14. Hasil Uji Kausalitas ……… 71
Tabel 4.15. Unidimensi First Order ………... 72
Gambar 3.1. Contoh Model Pengukuran Faktor Iklan ………. 48 Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural
Advertising, Customer Attitude, Customer Confidence, Purchase Intention
Model Spesification One Step Aproach-Base Model ……….. 70
Lampiran 2. Tabulasi Jawaban Responden Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data
x Oleh Dian Fitri Fauji 0612010250/FE/EM
ABSTRAKSI
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, bentuk periklanan meramaikan semua jenis media, hal tersebut menandakan Indonesia telah memasuki masa persaingan. Hal ini ditunjukkan dengan data Top Brand Index memperlihatkan brand keluaran PT Kao Indonesia, Biore mendapat TBI sebesar 33,3% atau beda tipis dengan Pond’s diurutan pertama dengan perolehan indeks sebesar 34,7%. Persaingan antara Pond’s dan Biore sejak tahun 2007 hingga 2009 terlihat jelas, perolehan indeks yang didapat keduanya bersaing ketat. Pada 2007, Pond’s tertinggal 9,8% dari Biore. Tetapi, tahun 2008 dan 2009. Pond’s mengejar laju Biore hingga berhasil sampai di puncak Top Brand. Berdasarkan fenomena tersebut penurunan TBI mengindikasikan kurangnya kesetiaan merek dari konsumen terhadap produk tersebut. Sebuah iklan yang ditampilkan mampu menciptakan keyakinan positif terhadap merek. Konsumen akan lebih mungkin untuk mempunyai sikap positif dan membeli produk itu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa iklan, sikap dan keyakinan konsumen terhadap minat beli produk sabun pembersih wajah Biore.
Skala pengukuran untuk indikator-indikator dari setiap variabel yang digunakan adalah skala Likert dengan skala interval 1 sampai 5. Pengambilan sampel didasari oleh asumsi SEM bahwa besarnya sampel yaitu 5-10 kali parameter yang diestimasi. Pada penelitian ini terdapat 12 indikator, sehingga jumlah sampel yang ditetapkan adalah sebesar 110 responden melalui penyebaran kuesioner kepada konsumen yang pernah melihat tayangan iklan di televisi. Dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik accidental sampling (pengambilan sampel secara kebetulan), yaitu sampel yang dipilih berdasarkan responden yang secara kebetulan ditemui oleh peneliti.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa Iklan berpengaruh positif terhadap Sikap Konsumen tidak dapat diterima.Iklan berpengaruh positif terhadap Keyakinan Konsumen dapat diterima.Sikap Konsumen berpengaruh positif terhadap Minat Beli tidak dapat diterima.Keyakinan Konsumen berpengaruh positif terhadap Minat Beli dapat diterima.
1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, aktivitas dunia usaha di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan usaha dibidang periklanan. Periklanan kini telah mendapatkan pengakuan luas sebagai salah satu ujung tombak dalam aktivitas pemasaran, dan dipercaya sebagai ujung pendongkrak penjualan. Serta sudah sejak lama berbagai bentuk periklanan meramaikan semua jenis media, hal tersebut menandakan Indonesia telah memasuki masa persaingan.
Setiap perusahaan selalu berusaha agar melalui produk yang dihasilkan (di produksi) dapat mencapai tujuan yang telah diharapkan. Salah satu tujuan perusahaan memaksimalkan proses penciptaan produk, dan produk yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta menyelenggarakan pemasaran untuk meningkatkan permintaan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam memperkenalkan atau memasarkan produknya yang mereka tawarkan kepada konsumen atau masyarakat luas adalah periklanan (promosi), sebab periklanan salah satu bentuk promosi yang dapat menarik minat konsumen dalam pembelian suatu produk. Iklan semenjak dahulu telah dipahami kegunaannya, baik oleh perorangan maupun perusahaan, selaku sarana untuk membangun citra tertentu
diri maupun produk dilayar persepsi masyarakat atau konsumen yang nantinya dapat berimbas semakin memperluas popularitas individu berikut kelompoknya atau meningkatkan volume penjualan barang atau jasa tertentu yang tengah ditawarkan, demi tercapainya tujuan memenangkan persaingan.
Dalam perkembangan periklanan, iklan dapat dilakukan berbagai macam media seperti media cetak (surat kabar dan majalah) maupun media elektronik (radio dan televisi). Produk yang diiklankan melalui televisi memiliki beberapa keuntungan antara lain mempunyai kesempatan untuk menimbulkan empati penontonnya. Karena sebuah iklan harus dibuat semenarik mungkin sehingga dapat menarik minat konsumen serta dapat menguasai pasar.
Faktor-faktor yang mendukung dalam pembuatan sebuah iklan sangat berperan untuk mempengaruhi nilai jual produk ke konsumen dan yang paling penting dalam mengiklankan dan menawarkan sebuah produk adalah inovasi yang berkelanjutan untuk menghindari kejenuhan konsumen, begitu juga dengan inovasi produk yang bermanfaat untuk mengembangkan produk yang ditawarkan (Kotler, 1997). Selanjutnya konsumen akan memperlihatkan, memahami/ manafsirkan dan memberikan tanggapan terhadap iklan tersebut apakah itu penyaji, pesan atau gambar iklan. Dimana penilai iklan itu melibatkan emosi atau perasaan tertentu dalam diri konsumen terhadap iklan tersebut (disebut tanggapan efektif), tanggapan konsumen ini merupakan tahap penerimaan terhadap iklan.
konsumen potensial dan sebuah iklan cenderung menciptakan sikap yang baik terhadap suatu produk dengan menjelaskan ciri-ciri positif serta konsekuensinya serta pada dasarnya sikap terhadap iklan terbentuk karena adanya pengaruh elemen-elemen iklan baik secara verbal maupun visual yang kemudian akan mempengaruhi perasaan dan emosi konsumen atas iklan tersebut.
Sebuah iklan yang ditampilkan mampu menciptakan kepercayaan positif terhadap merek. Konsumen akan lebih mungkin untuk mempunyai sikap positif dan membeli produk itu (Sutisna, 2003 : 107) serta periklanan diarahkan pada tahap-tahap kesiapan pembeli untuk membeli produk, yaitu mengubah dari tidak tahu menjadi memahami, mengambil sikap, lalu membeli (Tjiptono, 1997 : 240). Untuk itu tentunya iklan patut disajikan secara menarik, mudah didengar, dilihat dan dimengerti, juga terpercaya, informatif serta dirasaka bermanfaat dan sanggup pula menghibur demi mendapatkan rasa suka cita konsumen. Jika suatu iklan dirasakan hanya sekedar memberikan janji-janji kosong belaka, maka konsumen biasanya akan segera mengabaikan pesan-pesan yang terkandung pada iklan tersebut, dan produk yang ditawarkan akan teronggok di pasaran kehilangan pelanggan.
Perusahaan yang secara sadar akan mengacu pada tujuan kemajuan usaha (bussines growth) makin menyadari bahwa seorang tujuan pengusaha harus ikut terjun kedalam ajang persaingan, perusahaan mulai yakin bahwa sikap menjauhi diri dari ajang persaingan akan berakibat hilangnya pangsa pasar dan membawa jatuhnya laba bagi perusahaan.
Hal ini dibuktikan dengan adanya iklan produk sabun pembersih wajah yang bermunculan di televisi yang masing-masing berusaha memberikan kepuasan terhadap konsumen. Keberhasilan suatu perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan pelanggan tentu tidak terlepas dari strategi pemasaran yang tepat serta didukung kualitas produk yang terjamin pula. PT. Kao Indonesia bergerak di bidang usaha barang-barang konsumsi (Consumer Goods) yang secara garis besar dikelompokkan dalam 3 kategori salah satunya adalah : Perawatan Kulit yang meliputi sabun pembersih wajah dan sabun mandi "BIORE". Untuk saat ini banyak sekali produk-produk sabun pembersih wajah di pasaran yang sama kualitasnya, sehingga hal ini menyebabkan tingkat penjualan biore mengalami penurunan hal ini didukung dengan adanya data top brand index adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1: Top Brand Index Sabun Pembersih Wajah Biore Tahun 2007-2009
Produk
Biore 32,70% Pond’s 35,4% Pond’s 34,7%
Pond’s 22,95% Biore 32,6% Biore 33,3%
Data tersebut juga memperlihatkan bahwa urutan selanjutnya ditempati oleh Biore, brand keluaran PT Kao Indonesia. Biore mendapat TBI sebesar 33,3% atau beda tipis dengan Pond’s diurutan pertama dengan perolehan indeks sebesar 34,7%. Persaingan antara Pond’s dan Biore sejak tahun 2007 hingga 2009 terlihat jelas, perolehan indeks yang didapat keduanya bersaing ketat. Pada 2007, Pond’s tertinggal 9,8% dari Biore. Tetapi, tahun 2008 dan 2009, Pond’s mengejar laju Biore hingga berhasil sampai di puncak Top Brand.
Jika ditelisik, keduanya memang gencar melakukan kegiatan promosi di lini above the line dan below the line. Biore, contohnya pada Oktober 2008 menggelar acara “Re-Born”, yakni kelahiran kembali Biore Facial Foam. Biore juga terus melakukan inovasi produk dengan meluncurkan Biore Facial Fit Expert. Adapun rangkaian produknya berupa Acne & Oil Care, Pore & T-Zone, Fine & Wrinkle Care, Clarity Radiance, dan Luminous Bright.
Mulai dari pengetahuan masuk ke evaluasi dan kemudian ke arah perilaku calon konsumen merasa yakin bahwa ada minat sehingga akhirnya mau membeli. Yang namanya calon konsumen diyakinkan sehingga mempunyai minat untuk membeli. Skor TBI dihitung berdasarkan rata-rata ketiga komponen, sebagai berikut : kepada mereka ditanyakan tentang merek yang paling di ingat, merek yang dibeli atau dikonsumsi dan kecenderungan mereka untuk memilih merek itu kembali.
Dengan melihat presentasi pangsa pasar dari produk sabun pembersih wajah Biore, iklan mempunyai sumbangan besar berupa penguatan terhadap sikap dan keyakinan konsumen terhadap merek yang ditawarkan yang kesemuanya itu diharapkan mampu menimbulkan minat beli (Purchase Intention) dari konsumen. Hal ini tentu saja akan mampu mempengaruhi konsumen untuk pasti melakukan pembelian yang nyata.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah iklan (advertising) berpangaruh terhadap sikap konsumen (attitude)?
2. Apakah iklan (advertising) berpangaruh terhadap keyakinan konsumen (confidence) ?
3. Apakah sikap konsumen (attitude) berpengaruh terhadap minat beli konsumen (purchase intention) ?
4. Apakah keyakinan konsumen (confidence) berpengaruh terhadap minat beli konsumen (purchase intention) ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis adanya pengaruh iklan (advertising) terhadap sikap konsumen (attitude).
2. Untuk menganalisis adanya pengaruh iklan (advertisimg) terhadap keyakinan konsumen (confidence).
3. Untuk menganalisis adanya pengaruh sikap konsumen (attitude) terhadap minat beli konsumen (purchase intention).
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi Perusahaan
2.1. Penelitian Terdahulu
Hasil peenlitian tedahulu yang berkaitan dan dipergunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian ini dilakukan oleh:
1. Zuraida dan Chasanah (jurnal, 2001). Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efektifitas Iklan Rinso, SoKlin, dan Attack dengan menggunakan Consumer Decision Model (CDM).
Berdasarkan analisis Consumer Decisison Model (CDM) yang memiliki enam variabel yang berhubungan yaitu Pesan Iklan (F, Information), Pengenalan Merek (B, Brand Recognition), Sikap Konsumen (A, Attitude), Keyakinan Konsumen (C, Confidence), Niat Beli (I, Intention), dan Pembelian (P, Purchase). Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Variabel Pesan Iklan mempunyai pengaruh signifikan terhadap Keyakinan Konsumen.
b. Variabel Pesan Iklan mempunyai pengaruh signifikan terhadap Sikap Konsumen.
c. Variabel Keyakinan Konsumen mempunyai pengaruh signifikan terhadap Niat beli.
d. Variabel Sikap Konsumen mempunyai pengaruh signifikan terhadap Niat Beli.
e. Variabel Pesan Iklan dapat berpengaruh langsung terhadap Niat Beli tanpa melalui Keyakinan Konsumen, Keyakinan Konsumen bukan sebagai variabel antara.
f. Variabel Pesan Iklan dapat berpengaruh langsung terhadap Niat Beli tanpa melalui Sikap Konsumen, Sikap Konsumen bukan sebagai variabel antara.
2. Sukarno,Gendut (jurnal, 2005). Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Consumer Decision Model Untuk Pengukuran Efektifitas Periklanan”. Berdasarkan analisis Consumer Decisison Model (CDM) yang memilki enam variabel yang berhubungan yaitu Pesan Iklan (F, Information), Pengenalan Merek (B, Brand Recognition), Sikap Konsumen (A, Attitude), Keyakinan Konsumen (C, Confidence), Niat Beli (I, Intention), dan Pembelian (P, Purchase), didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Faktor Pesan Iklan mempunyai pengaruh positif terhadap Sikap Konsumen. b. Faktor Pesan Iklan mempunyai pengaruh positif terhadap Keyakinan Konsumen.
3. I Putu Artaya (jurnal, 2008). Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sikap Dan Keyakinan Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Tepung Terigu Merek Gunung Bromo Produk PT. Bogasari Flour Mils Surabaya”. Memiliki tiga variabel yang berhubungan yaitu Sikap Konsumen (X1), Keyakinan Konsumen (X2), Keputusan Pembelian (Y). Dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Menyatakan bahwa variabel keputusan pembelian dipengaruhi secara signifikan
oleh variabel keyakinan konsumen dan sikap konsumen, serta keyakinan konsumen dan sikap konsumen mempunyai hubungan yang kuat dan searah dengan keputusan pembelian.
2.2. Kajian Teori
2.2.1. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan pemasaran untuk membantu dan mendukung pertukaran yang efisien dan efektif. Devinisi manajemen pemasaran banyak diberikan para ahli pemasaran.
Menurut Kotler (1997 : 13) manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.
Sedangkan menurut Swastha dan Irawan (1983 : 7) manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong, serta melayani pasar.
terhadap kelangsungan dan suksesnya organisasi. Proses perencanaan merupakan suatu proses yang selalu memandang kedepan atau kemungkinan-kemungkinan yang akan datang termasuk disini adalah pengembangan program, kebijaksanaan dan prosedur untuk mencapai tujuan pemasaran. Unutk membuat suatu rencana, fungsi penganalisaan sangat penting agar rencana yang dibuat dapat lebih matang dan tepat.
Dari segi lain, penetapan merupakan kegiatan menjalankan rencana. Sedangkan fungsi terakhir dari manajemen adalah pengawasan, yaiut fungsi mengendalikan segala macam aktivitas untuk menghindari adanya penyimpangan atau memperkecil penyimpangan yang mungkin akan tejadi.
2.2.2. Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (1997 : 8) pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Menurut Pride dan Ferrel (1995: 4) pemasaran adalah pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan seluruh kegiatan usah yang dibuat unutk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen.
2.2.2.1. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler (1997 : 17) konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci unutk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.
Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai dengan usaha mengenali dan merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga elemen pokok, yaitu:
a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli
Dalam upaya memasarkan hasil produknya, produsen hendaknya memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih banyak berhubungan dengan konsumen sebagai penikmat dan sebagai penggunanya. Beberapa komponen yang harus ada untuk
perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen, antara lain:
Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi
Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya
Menentukan produk dan program permasalahannya
Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka
Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.
b. Volume penjualan yang menguntungkan
tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, serta dapat memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.
Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan pada konsumen.
c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran
Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam pemasaran turut berkecimpung dalam usaha yang konsisten, sehinggan tujuan perusahaan dapat terealisir, terkoordinir unutk memberikan kepuasan yang menjadi keputusan.
Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler, 1997:18) adalah sebagai berikut:
a. Konsep penjualan
1. memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan
2. sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai
b. Konsep pemasaran
1. memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli
2.2.3. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran (Marketing Mix) merupakan salah satu konsep utama perusahaan, bauran pemasaran adalah gabungan strategi produk, penetapan harga, promosi dan distribusi yang digunakan untuk memasarkan produk.
Marketing mix merupakan variabel-variabel yang dipakai oleh perusahaan sebagai sarana untuk memenuhi atau melayani kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut Swastha (1984 : 42) marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yang terdiri dari:
a. Produk
Dalam pengelolaannya perlu adanya perencanaan dan pengembangan produk atau jasa untuk dipasarkan, selain itu keputusan-keputusan yang perlu diambil menyangkut masalah pembelian merek, pembungkusan, warna dan bentuk produk lainnya.
b. Harga
Dalam kebijaksanaannya manajemen harus menentukan harga dasar dari produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos kirim dan hal-hal lain yang berhubungan dengan harga.
c. Promosi
d. Distribusi
Tugas dari distribusi adalah memilih perantara tang akan digunakan dalam saluran distribusi, serta mengembangkan sistem distribusi swcara fisik menangani dan mengangkut produk supaya dapat mencapai pasar yang dituju tepet pada waktunya.
Marketing mix merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yang mana keempat variabel tersebut saling berhubungan atau saling mempengaruhi agar perusahaan tersebut dapat melakukan tugas pemasarannya seefektif mungkin. Jadi perusahaan tersebut tidak hanya sekedar memilih kombinasi yang terbaik saja, tetapi juga harus mengkoordinir berbagai macam variabel dari marketing mix tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif.
2.2.4. Periklanan
2.2.4.1. Pengertian periklanan
Periklanan adalah salah satu bentuk kegiatan promosi yang berfungsi untuk menunjukkan atau memperkenalkan suatu produk kepada konsumen dengan tujuan agar konsumen selalu mengingat produk yang telah diiklankan.
Sebuah definisi mengatakan bahwa periklanan adalah segala bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang atau jasa olah suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler, 1998 : 235).
suatu sponsor yang dikenal dengan menggunakan media massa ntuk membujuk atau mempengaruhi pemirsa. Jefkins (1997 : 15) mengemukakan bahwa periklanan merupakan cara menjual melalui penyebaran informasi. Iklan selain memberikan pemahaman tentang keberadaan suatu produk, iklan sekaligus menjadi media dalam membujuk konsumen untuk secara langsung mencoba atau membeli produk yang ditawarkan. Hal itu berarti, iklan baik itu disampaikan melalui TV, radio, surat kabar, majalah dan lainnya diupayakan untuk memenuhi kepuasan konsumen.
Untuk mendapatkan pesan yang mudah diingat, Jamieson dan Campbell (Malik dan Iriantara, 1994 : 134) mengemukakan beberapa bentuk daya tarik pesan,yaitu: merek dagang, kemasan dan slogan, model iklan, musik dan repetisi. Diantara banyak teknik yang dilakukan untuk menyampaikan pesan iklan kepada konsumen, salah satunya dengan cara pengulangan (repetisi). Pengulangan pesan, suatu iklan merupakan suatu strategi untuk mendekati khalayak sasaran.
Suatu pesan yang sama senantiasa diulang-ulang pada akhirnya akan berakibat diingatnya pesan tersebut. Pengulangan pesan suatu iklan dapat menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku (2001 : 162) dalam jurnal Indriyanti dan lhalauw. Para peneliti berpendapat bahwa pengulangan itu ada batasnya, dimana jumlah optimumnya adalah tiga kali, lebih dari tiga kali akan membuatnya mubazir. Ini yang disebut three-hit theory Schiffman dan Kanuk (2000 : 166) dalam jurnal Indriyanti dan lhalauw yang mencakup:
Sekali untuk memperlihatkan relevansi produk tersebut
Sekali untuk mengingat konsumen tentang kemaslahatan produk tersebut.
2.2.4.2. Fungsi dan Tujuan periklanan
Menurut Shimp (2000: 357) secara umum periklanan dihargai sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organosasi Karena mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Memberi informasi
Periklanan membuat konsumen sadar akan merek-marak baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat mereka memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif.
b. Membujuk
Iklan yang baik akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang persuasi berbentuk permintaan primer, yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Tetapi lebih sering, iklan berupaya untuk membangun permintaan sekunder, yakni permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.
c. Mengingatkan
d. Memberikan nilai tambah
Periklanan memberikan nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan lebih unggul dari tawaran pesaing.
e. Mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan
Peran utama periklanan adalah sebgai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran.
Tujuan periklanan bagi suatu produk akan tergantung pada tahap yang ada di dalam siklus kehidupanproduk tersebut. Menurut Swastha dan Irawan (1983 : 369) tujuan periklanan adalah:
1. memberikan kesadaran pada pembeli tentang adanya produk baru tersebut
2. mendorong distribusi merek baru
3. menunjukkan kepada pembeli dengan suatu alasan bagi pembelian produk tersebut.
Tujuan periklanan juga diungkapkan oleh Susanto dan Astrid (1989 : 213),yaitu:
1. menyadarkan komunikasi dan memberi informasi tentang suatu barang, jasa atau ide.
3. meyakinkan komunikasi akan kebenaran tentang apa yang dianjurkan dalam iklan dan karenanya menggerakkan untuk berusaha memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang dianjurkan.
2.2.5. Periklanan Televisi
2.2.5.1. Televisi sebagai media periklanan
Televisi merupakan sebuah media elektronik yang telah berhasil membuktikan bahwa segala sesuatunya akan cepat berdampak pada masyarakat ketika berita atau segala sesuatunya ditayangkan di televisi tersebut. Sejak awal 1990 televisi swasta mulai bermunculan di Indonesia. Munculnya televisi swasta membawa dampak yang sangat luas bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena televisi bisa menjangkau segala lapisan masyarakat. Mulai dari berbagai kelompok umur, kelas sosial, gaya hidup dan profesi semuanya menjadi jangkauan televisi. Pendeknya televisi sudah menjadi teman hidup untuk mendapatkan kesenangan, informasi dan juga tempat melarikan diri dari realitas kehidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu, televisi dianggap mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dengan kemampuan jangkauan yang merambah ke berbagai bentuk kehidupan masyarakat, televisi menjadi sarana yang sangat ampuh untuk menjangkau pasar sasaran. Bahkan untuk sekedar memperkenalkan produk kepada masyarakat, televisi menjadi sarana yang paling ampuh (Sutisna, 2001: 287).
mampu mempengaruhi emosi masyarakat dalam memenuhi standar dan gaya hidup.Luasnya jangkauan televisi yang dapat dalam waktu yang bersamaan secara serentak, pesan atau informasi yang disampaikan melalui televisi mampu menjangkau jutaan orang khalayak sasarannya.
Bagi pemasar hal penting yang dicapai adalah pesan iklan produk bisa sampai kepada kelompok konsumen sasaran. Jika ingin menggunakan televisi sebagai media penyampai pesan, pemasar perlu mengetahui bagaimana kebiasaan masyarakat menonton televisi (Sutisna, 2001: 287). Pemasar harus kreatif merancang pesan iklan yang bisa menimbulkan perhatian penonton secara penuh. Tampilan hal-hal menarik, sehingga penonton mencurahkan perhatiannya pada tayangan iklan. Pesan iklan harus mudah diingat, karena pada dasarnya penonton televisi tidak serius dalam menonton, apalagi jika berkumpul dengan keluarga. Kata-kata atau kalimat-kalimat lucu bisa sangat membantu dalam menanamkan daya ingat bagi penonton (Sutisna, 2001 : 288).
Beberapa pendapat diatas memberikan pamahaman bahwa kekuatan televisi mampu merangsang dan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku, yang berarti dengan adanya televisi mampu membentuk fenomena tersendiri sehingga dapat membuat pemirsa dapat larut didalamnya.
2.2.5.2. Bentuk-Bentuk Iklan Televisi
atau sindikat, jaringan, local, kabel, atau bentuk lainnya. Adapun beberapa bentuk iklan televisi tersebut adalah:
1. Pensponsoran, banyak sekali acara televisi yang penayangan dan pembuatannya dilakukan atas biaya sponsor atau pengiklan. Pihak sponsor bersedia membiayai seluruh biaya produksi plus fee untuk televisi.
2. Partisipasi, bentuk iklan televisi ini agak berbeda dengan bentuk sebelumnya, namun akan dapat mengurangi beban biaya dan risiko. Melalui iklan sepanjang 15, 30, atau 60 detik, iklan disisipkan di antara satu atau beberapa acara (spots). Pengiklan dapat membeli waktu yang tersedia, baik atas acara yang tetap maupun tidak tetap.
3. Spot Announcement, bentuk ini mengacu pada pengertian bahwa Announcement iklan tersebut ditempatkan pada pergantian acara. Ikaln spot 10, 20, 30, atau 60 detik dijual oleh stasiun-stasiun, baik untuk pengiklan local maupun nasional, pengiklan local biasanya memanfaatkan bentuk iklan ini.
2.2.5.3. Teknik Visual Iklan Televisi
Untuk iklan televisi, ada beberapa teknik visual yang dapat digunakan untuk membuat naskah iklan yang dramatis dan membuat kemampuan menjual yang kuat.
Menurut Russel dan kawan-kawan dalam buku Kasali (1993: 93) teknik-teknik itu adalah:
1. Pembicaraan Seseorang
Teknik ini menampilkan seseorang di hadapan kamera yang langsung membawakan iklan kepada pemirsa televisi.
2. Testimoni
Teknik ini mempergunakan seseoramh yang dikenal luas yang mampu memberikan kesaksian atau jaminan tentang suatu produk.
3. Demonstrasi
Teknik ini cukup popular mengingat televisi adalah media yang ideal untuk memberikan demonstrasi kepada konsumen tentang manfaat suatu produk.
4. Obyek secara Dekat
Teknik ini memperlihatkan secara dekat dan detail dari produk yang diiklankan supaya pemirsa tahu secara jelas kelebihan produk tersebut. 5. Rangkaian Cerita
6. Perbandingan Produk Secara Langsung
Teknik dan gaya iklan ini membandingkan dua buah produk secara langsung.
7. Humor
Teknik dan gaya ini temasuk salah satu yang digemari oleh copywriter maupun konsumen. Gaya ini mengandung resiko yang besar dan memerlukan penggarapan yang hati-hati, mengingat humor akan kehilangan daya tariknya apabila sudah sering disaksikan atau didengar. 8. Penggalan Hidup
Pendekatan teknik ini mempergunakan penggalan dari adegan sehari-hari. Rumusnya adalah dengan menggabungkan “keadaan yang menjengkelkan” ditambah “penyelesaian masalah” ditambah “kebahagiaan”.
9. Wawancara kepada Pelanggan
Teknik pembuatan iklan yang menampilkan wawancara langsung dengan konsumen produk yang terkait.
10. Keadaan
11. Animasi
Animasi biasa kita kenal sebagai gambar kartun. Teknik seperti ini biasanya menggunakan gambar atau tokoh kartu sebagai ganti suasana atau manusia sebenarnya.
12. Gerak Berhenti
Meskipun mampu menampilkan gambar bergerak televisi sering kali juga menampilkan iklan yang disajikan hanya sebagai stop motion dan mungkin juga merupakan suatu rangkaian gambar berseri.
13. Rotoscope
Teknik ini menggabungkan teknik animasi dengan gambaran nyata. 14. Kombinasi
Teknik ini pada dasarnya merupakan penggabungan dari dua atau beberapa teknik dasar diatas.
Menurut Lee dan Johnson (2004 : 187) Dimensi variabel Iklan antara lain: a. Pesan Iklan.
Info yang disampaikan agar mendapat perhatian, menarik, membangkitkan keinginan dan menghasilkan tindakan.
b. Gambar.
Seting gambar yang menjadi latar belakang dari iklan yang ditayangkan di televisi
c. Musik.
2.2.6. Sikap Konsumen (Attitude)
Sikap disebut juga sebagai konsep paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen.
Sikap menurut Swastha (1983 : 114) didefinisikan suatu kecenderungan terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten.
Menurut Setiadi memberikan definisi tentang sikap yang dikemukakan oleh Gordon Allport (2003 : 214) Sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan kesiapan untuk menanggapi di organisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan dinamis terhadap perilaku.
Dalam jurnal Gunawan (2003 : 1-14) Sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan emosional, dan kecendrungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan. Sikap konsumen merupakan suatu respon yang diberikan oleh pesan iklan dan ditangkap oleh konsumen. Sikap merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang memberikan respon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Menurut I Putu Artaya (2008 : 68) Indikator Sikap Konsumen antara lain:
1. Harga : Memiliki harga yang lebih terjangkau di banding produk lain.
3. Manfaat : Mengandung bahan-bahan yang berguna untuk kecantikan wajah. Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan strategi promosi dan satu konsep yang paling penting digunakan pemasar untuk memahami konsumen.
2.2.6.1. Fungsi – Fungsi Sikap
Daniel Kazt dalam Setiadi (2003 : 215) mengklasifikasikan empat sikap yaitu:
1. Fungsi Utilitarian
Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan. 2. Fungsi Ekspresi Nilai
Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya.
3. Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.
4. Fungsi Pengetahuan
membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhannya.
2.2.7. Keyakinan Konsumen (Confidence)
Menurut Kotler (2002 :199) Keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Keyakinan mungkin berdasarkan pengetahuan, pendapat, atau kepercayaan.
Menurut Pandji Anoraga (2000 : 228) dalam jurnal Gunawan bahwa Keyakinan merupakan suatu gagasan deskriptif yang dianut oleh sesorang tentang sesuatu. Oleh karena itu, untuk membuat seorang konsumen merasa yakin atas produk yang ditawarkan, maka tidak terlepas dari mempelajari perilaku konsumen tersebut.
a. Kemudahan mendapatkan : Kemudahan mendapatkan produk saat konsumen membeli / membutuhkan.
b. Daya tahan : Daya tahan produk jika disimpan dalam jangka waktu tertentu. c. Kemudahan pemakaian : Kemudahan pemakaian produk saat menggunakannya.
Dimana ketiga bagian tersebut dapat mempengaruhi konsumen sebagai masukan atau pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan dapat diperoleh dari informasi produk atau product knowledge dari produk yang disajikan pemasar melalui periklanan.
2.2.8. Minat Beli (Purchase Intention)
Menurut Howard (1994 : 41) Intention to buy is defined as a mental
state that reflects the buyer’s plan to buy some spesified number of units of a
particular brand in some spesified time period. Artinya, minat beli merupakan
suatu tahapan dalam batin konsumen yang mencerminkan rencana untuk melakukan suatu jenis produk dengan merek dan jangka waktu tertentu. Dari definisi diatas terlihat bahwa walaupun dalam kehidupannya konsumen banyak menerima informasi yang berasal dari sumber lain yang dapat mempengaruhi mereka, hal ini hanya akan bermanfaat apabila konsumen juga berniat pada produk yang ditawarkan.
dalam kehidupannya konsumen banyak menerima informasi yang berasal dari sumber lain yang mempengaruhi niat belinya, namun hal itu akan bermanfaat apabila konsumen juga berniat pada produk yang ditawarkan pemasar seringkali mampu mengidentifikasi pola perilaku konsumennya, kemudian mengestimasi minat beli konsumen dimasa yang akan datang dengan harapan akan mampu menghasilkan pembelian secara nyata.
Minat beli konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat menjadi pemicu timbulnya minat beli. Rangsangan-rangsangan diupayakan pemasar untuk membuat produk yang menarik dengan tujuan untuk menarik konsumen, karena itu seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimulasi yang menarik perhatian konsumen. Menurut Setiadi (2003 : 161), stimuli pemasaran adalah setiap komunikasi atau stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi konsumen.
Ferdinand (2006 : 242), Menyimpulkan bahwa minat membeli dapat dikenali melalui indikator-indikator sebagi berikut:
a. Intensitas pencarian informasi, Intensitas pencarian informasi mengenai suatu produk.
b. Keinginan segera membeli, Keinginan untuk segera membeli/ memiliki suatu produk.
2.2.9. Hubungan Antara Iklan, Sikap Dan Keyakinan Konsumen Terhadap Minat Beli
2.2.9.1 Pengaruh Iklan Terhadap Sikap Konsumen
Sebuah iklan cenderung menciptakan sikap yang baik terhadap suatu produk dengan menjelaskan ciri-ciri positif serta konsekuensinya sikap sangat penting bagi pemasaran karena sikap merupakan kunci pemahaman mengapa seseorang berperilaku sedemikian rupa atas suatu objek, karena pada dasarnya sikap adalah bagaimana perasaan seseorang atas suatu objek yang dapat mempengaruhi reaksi atau perilaku individu atas objek tersebut. Jika iklan yang ditampilkan mampu menciptakan kepercayaan positif pada merek, konsumen akan lebih mungkin untuk mempunyai sikap positif dan membeli produk itu (Sutisna, 2003 : 107).
Menurut Engel (1995 : 95) menyatakan bahwa kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang menyongkong terhadap suatu produk mungkin sering bergantung pada sikap konsumen terhadap iklan itu sendiri. Iklan yang disukai atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap konsumen. Penelitian memperlibatkan secara berulang-ulang bahwa sikap terhadap suatu iklan berfungsi sebagai peramal yang signifikan atas sikap terhadap produk.
bagaimana sikap konsumen atas iklan tersebut, sikap atas iklan ini akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek objek yang diiklankan.
2.2.9.2. Pengaruh Iklan Terhadap Keyakinan Konsumen
konsumen mengembangkan inferensi atau kesimpulan mengenai merek, harga, toko, dan perusahaan. Kesimpulan-kesimpulan itu merupakan kepercayaan mengenai suatu obyek dari asosiasi masa lalu (Sutisna, 2003 : 82).
Howard (1994 :36) menerangkan ”information causes the buyer to
recognize the brand, to evaluate the brand in terms of his or her needs, which is
attitude, and to create in a mental level of confidence or certainty of how well he
or she can judge whether the brand will yield satisfactory or unsatisfactory
results”, maksudnya bahwa pesan iklan menyebabkan pembeli mengenali merek,
mengevaluasi merek dalam hal kebutuhannya, yaitu sikap, dan menumbuhkan tingkat keyakinan atau kepastian tentang seberapa baik pembeli dapat memutuskan apakah merek tersebut menguntungkan baginya atau tidak.
Confidence is defined as the buyer’s degree of certainty of that his or
her evaluative judgement of a brand, whether favorable or unfavorable, is
correct. Buyer’s confidence in a particular brand increases when their thinking is
clarified by repeated reminders from marketers and peers, by information about
how their peers feel about the brand and it is distinct from other brands, and by
how consistent the information is with what they already know about the brand,
tidak adalah benar. Keyakinan konsumen pada merek utama meningkat saat pemikiran mereka diterangkan oleh ingatan yang diulang-ulang oleh pemasar, melalui informasi tentang bagaimana perasaan mereka tentang merek dan bagaimana merek tersebut berbeda dari merek-merek yang lain dan seberapa konsisten informasi yang diterima dengan apa yang telah konsumen ketahui tentang merek tersebut (Howard, 1994 :40)
Menurut Sutisna (2003 : 122) bahwa kepercayaan yang terbentuk merupakan hasil dari proses evaluasi terhadap informasi yang diterima. Kepercayaan lebih mudah diubah daripada mengubah manfaat yang diinginkan. Kepercayaan terhadap merek lebih mudah diubah dengan melakukan kampanye iklan. Konsumen yang pada awalnya mempunyai kepercayaan yang rendah atas merek suatu produk, tetapi dengan kampanye iklan yang gencar, kepercayaan konsumen dapat meningkat.
2.2.9.3. Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli
Menurut Setiadi (2003 :213) dalam banyak hal, sikap terhadap merek tertentu akan mempengaruhi apakah konsumen jadi membeli atau tidak. Sikap positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan konsumen malakukan pembelian terhadap merek itu, tetapi sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen untuk melakukan pembelian.
Periklanan diarahkan pada tahap-tahap kesiapan pembeli untuk membeli produk, yaitu mengubah pelanggan dari tidak tahu menajdi memahami, mengambil sikap, lalu membeli (Tjiptono, 1997 :240).
Menurut Shimp (2003 :161) jika komunikator sukses menciptakan kesadaran konsumen akan mereknya, konsumen dapat membentuk sikap (attitude) positif terhadap merek tersebut dan mungkin akan muncul minat (interest) untuk membeli merek tersebut, ketika timbul keinginan untuk membeli suatu produk di masa yang akan datang.
Sutisna (2003 :101) ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi, sikap merupakan bagian dari hierarki pengaruh yang menyebabkan keputusan untuk membeli (pertama kali konsumen mempunyai kepercayaan terhadap merek, kemudian mengembangkan sikap terhadap merek, dan kemudian memutuskan apakah membeli atau tidak).
sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen untuk membeli produk tersebut.
Jadi kesimpulannya, kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk sering tergantung pada sikap konsumen dengan adanya iklan. Iklan yang diminati atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap produk dan muncul minat untuk membeli produk itu, tetapi sikap yang negatif dapat mengurangi minat pembelian produk oleh konsumen.
2.2.9.4. Pengaruh Keyakinan Konsumen Terhadap Minat Beli
Perilaku konsumen untuk dapat yakin atas produk tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada didalam menangkap pesan yang diberikan pada konsumen tersebut. Oleh karenanya informasi yang diberikan harus mampu menyentuh dan memberikan persepsi bagi konsumen untuk merasa yakin dan aman dalam memperoleh dan menggunakan produk yang ditawarkan sesuai dengan yang dibutuhkannya. Sebab persepsi merupakan proses pemilihan, pengorganisasi dan penafsiran masukan-masukan dari informasi yang diberikan, sehingga tercipta sebuah gambaran yang bermakna yang ditangkap oleh konsumen dan akhirnya menjadi keyakinan bagi konsumen tersebut untuk memilih dan menggunakan produk tersebut (jurnal Gunawan, 2003 :1-14).
menumbuhkan keyakinan, dan akan mencoba membeli produk yang diyakini tersebut. Kesimpulan tersebut dapat diperkuat dengan penjelasan dalam jurnal Zuraida dan Chasanah (2001), produsen sedapat mungkin memberikan informasi yang benar tentang produk yang ditawarkan. Karena hal itu akan berpengaruh dalam menumbuhkan keyakinan konsumen. Apabila keyakinan itu sudah terbentuk, bukan merupakan sesuatu yang sulit untuk mempengaruhi konsumen dengan mencoba membeli produk yang diiklankan dan diyakini. Dapat pula dikatakan bahwa keyakinan konsumen akan mampu menumbuhkan niat beli konsumen dari semula ragu-ragu yang disebabkan oleh ketidakpastian menjadi pembeli nyata.
2.3. Kerangka Konseptual
Keyakinan Konsumen (Y2)
Minat Beli (Z) Sikap Konsumen
(Y1)
2.4. Hipotesis
a. Ada pengaruh positif antara Iklan (advertising) terhadap Sikap Konsumen (attitude).
b. Ada pengaruh positif antara Iklan (advertising) terhadap Keyakinan Konsumen (confidence).
c. Ada pengaruh positif antara Sikap Konsumen (attitude) terhadap Minat Beli (purchase intention).
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Definisi Operasional variabel penelitian adalah untuk memberikan
petunjuk tentang bagaimana suatu variabel-variabel penelitian diukur. Variabel
beserta definisi yang digunakan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
a. X = Iklan
Merupakan komunikasi non personal yang dibayar oleh perusahaan dengan
menggunakan media masa untuk membujuk atau mempengaruhi pemirsa.
Menurut Lee dan Johnson (2004 : 187) Indikator variabel Iklan antara lain:
X1 = Pesan Iklan
Info yang disampaikan agar mendapat perhatian, menarik,
membangkitkan keinginan dan menghasilkan tindakan.
Indikatornya:
X1.1 = Jelas
Pesan iklan yang dikemas harus jelas mengenai kriteria-kriteria
produk yang ditawarkan.
X1.2 = Mudah Dipahami
pesan iklan yang ditampilkan harus mudah dipahami agar pemirsa
paham dan mengerti isi dari pesan iklan.
X2 = Gambar
Seting gambar yang menjadi latar belakang dari iklan yang ditayangkan
di televisi
Indikatornya:
X2.1 = Obyek
Daya tarik obyek dalam iklan yang mampu menarik perhatian
pemirsa
X2.2 = Gerakan
Gerakan-gerakan dari bintang iklan yang terkesan sopan dan baik
sehingga mampu menarik perhatian pemirsa.
X3.3 = Warna menarik
Warna yang selaras sehingga menarik perhatian pemirsa
X3 = Musik
Alunan dana yang mengiringi cerita suatu iklan yang ditayangkan di
televisi.
Indikatornya:
X3.1 = Suara jernih
Musik dalam iklan mampu menghasilkan suara yang jernih pada
saat didengarkan
X3.2 = Enak didengar
Musik yang mengiringi iklan mampu menghasilkan suara yang
b. Y1 = Sikap Konsumen
Sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik,
perasaan emosional, dan kecendrungan berbuat yang bertahan selama waktu
tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan. Menurut I Putu Artaya (2008 :
68) Indikator variabel Sikap Konsumen antara lain:
Y1.1 = Harga
Memiliki harga yang lebih terjangkau.
Y1.2 = Kandungan
Mempunyai formula yang halus jika digunakan saat membersihkan
wajah.
Y1.3 = Manfaat
Mengandung bahan-bahan yang berguna untuk mengurangi minyak
berlebih dan mencegah timbulnya jerawat.
c. Y2 = Keyakinan Konsumen
Sesuatu yang dapat menguatkan konsumen mengenai penilaian terhadap suatu
hal (produk). Menurut I Putu Artaya (2008 : 67) Indikator variabel Keyakinan
Konsumen antara lain :
Y2.1= Kemudahan mendapatkan.
Kemudahan mendapatkan produk saat konsumen membeli/
Y2.2 = Daya tahan.
Mempunyai daya tahan yang lama jika disimpan dalam jangka waktu
tertentu.
Y2.3 = Kemudahan pemakaian.
Kemudahan pemakaian produk saat menggunakannya.
d. Z = Minat Beli
Niat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
konsumen sebelum mengadakan pembelian atas produk yang ditawarkan atau
yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Indikator dari variabel Minat Beli
antara lain (Ferdinand, 2006 : 242):
Z1 = Intensitas pencarian informasi.
Intensitas pencarian informasi mengenai suatu produk.
Z2 = Keinginan segera membeli.
Keinginan untuk segera membeli/ memiliki suatu produk.
Z3 = Keinginan preferensial.
Preferensi bahwa produk tertentu inilah yang diinginkan, seseorang
bersedia mengabaikan pilihan lain.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval, yaitu merupakan ukuran yang semata-mata menunjukkan urutan
tentang jarak perbedaan antara tingkatan obyek yang satu dengan obyek yang lain.
Sedangkan pengukuran skala menggunakan skor lima poin skala Likert, analisis
ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang
serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk
nilai yang berada dalam jenjang 1 sampai 5 dalam penelitian ini mengikuti pola
sebagai berikut:
Sangat tidak setuju Sangat setuju
1 5
Jawaban dengan nilai 1 berarti sangat tidak membenarkan pernyataan yang
diberikan.
Jawaban dengan nilai 5 berarti sangat membenarkan pernyataan yang
diberikan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah melihat
tayangan iklan produk sabun pembersih wajah Biore di Surabaya.
3.2.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah melihat
tayangan iklan produk sabun pembersih wajah Biore di Surabaya.
Dalam penelitian ini tidak ada sampling frame yang lengkap misalnya
Sampling. Penarikan sampel yang digunakan adalah teknik Accidental Sampling
(pengambilan sampel secara kebetulan), yaitu sampel yang dipilih berdasarkan
responden yang secara kebetulan ditemui oleh peneliti.
Maka pengambilan sampelnya harus tepat, pengambilan sampel
inisesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ferdinand (2002:48). Ukuran sampel
minimal tergantung pada jumlah indikator dikali 5 – 10. Bila terdapat 12
indikator, besarnya sampel adalah antara 60 – 120 responden. Jadi jumlah sampel
yang diambil adalah sebesar 110 responden. Dengan menyebarkan kuesioner di
Carrefour A. Yani Surabaya dan jumlah kuesioner yang disebarkan kembali
semua sebesar 110.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer yaitu
data yang diperoleh langsung dari tanggapan responden.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban responden secara
langsung dengan menyebarkan kuesioner.
3.3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
a. Wawancara, yaitu metode yang dilakukan dalam upaya mencari tanggapan
responden atas berbagai permasalahan yang diangkat.
b. Kuisioner, yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyampaikan
daftar pertanyaan kepada responden.
3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis Struktural Equation Model (SEM), merupakan sekumpulan
teknik statistik yang memungkinkan pengujian suatu hubungan antara satu atau
lebih variabel independent dengan satu atau lebih variabel dependen yang
diestimasi secara simultan. Metode ini bukan ditujukan untuk menghasilkan teori
melainkan untuk mengkonfirmasi teori. Langkah-langkah dalam analisis SEM
model pengukuran dengan contoh variabel iklan dilakukan sebagai berikut:
Persamaan dimensi faktor Iklan :
X1.1 = λ1 Iklan + er_1
X1.2 = λ2 Iklan + er_2
X1.3 = λ3 Iklan + er_3
Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model
untuk diukur unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka
model pengukuran dengan contoh faktor information akan nampak sebagai
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor Iklan
X1
X2
X3 er_3
er_2 er_1
Iklan
Keterangan :
X1 = Pertayaan tentang …,
X2 = Pertanyaan tentang …,
X3 = Pertanyaan tentang …,
X4 = Pertanyaan tentang …,
Demikian juga faktor lain seperti sikap dan keyakinan konsumen.
3.4.1. Asumsi model
3.4.1.1.Uji Normalitas dan Linieritas
a. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji
dengan metode-metode statistik.
b. Menggunakan Critical standard error dan Skewness value yang biasanya
disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk mengisi
normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikan 1 %, jika nilai
Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah
c. Linieritas dengan mengamati scatter plots dari data yaitu dengan memilih
pasangan data dan dilihat pola penyabarannya untuk menduga ada tidaknya
linieritas.
3.4.1.2. Evaluasi Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memilki karakteristik yang
unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi (Hair dkk, 1995). Dalam analisis ini outlier dapat dievaluasi
dengan dua cara yaitu analisis terhadap univariate outlier dan analisis multivariate
outlier.
a. Outlier Univariate
Deteksi terhadap adanya outlier univariate dapat dilakukan dengan
menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outliers dengan
cara mengkoversi nilai data penelitian kedalam standar score atau yang biasa
disebut dengan z-score, yaitu mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi
sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah di nyatakan dalam format yang standar
(z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat
dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah
nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4
(Hair dkk, 1998 dalam Ferdinand, 2002:98). Oleh karena itu apabila ada
obsevasi-observasi yang memilki score z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan
b. Outlier Multivariatets
Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu dilakukan sebuah
data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat,
tetapi observasi itu dapat menjadi outlier bila sudah saling dikombinasikan
jarak mahanalobis (The mahanalibis distance) untuk tiap observasi dapat
dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari semua rata-rata semua
variabel dalam sebuah ruang multi dimensional. Uji terhadap mulitvariat
dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak mahanalobis dengan tingkat ρ <
0,001 jarak mahanalobis itu dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai X²
pada derajat kebebasan sebesar jumlah variabel yang dugunakan daalm
penelitian itu. Dalam penelitian ini digunakan 10 variabel, oleh karena itu
semua kasus yang mempunyai mahanalobis dictance yang lebih besar dari X²
(10,0.001) = 29,588 adalah outlier multivariate.
3.4.1.3. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Untuk melihat pada data penelitian terhadap multikoloniarity atau
singularity dalam sebuah kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah
determinan dari matriks kovarians sampelnya. Determinan yang kecil atau
mendekati nol akan mengindikasikan adanya multikoloniaritas atau singularitas,
3.4.1.4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator
dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya
diukur. Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latant
variable/construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara
setiap observed variabel dan latent variabel.
Secara umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah > 0,5.
variance extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Σ
Std.Loading² Variance Extracted =
Σ
Std.Loading² +Σ
εjReliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator
sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing
indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk/ factor yang umum. Dengan kata
lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dengan menjelaskan
sebuah fenomena yang umum. Composite Reliability diperoleh melalui rumus
berikut ini :
(
Σ
Std.Loading)² Construct- Reliability =(
Σ
Std.Loading)² +Σ
εjKeterangan :
1. standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator
2.
ε
ψ adalah measurement error dari setiap indikator. measurement error dapatdiperoleh dari 1 – reliabilitas indicator.
3.4.2. pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi
terstandart, dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR (critical ratio) atau
p (probability) yang sama dengan nilai t hitung apabila t hitung lebih besar
daripada t table berarti signifikan.
3.4.3. Pengujian model dengan Two Step Approach
Two Step Approach to structural equation modelling (SEM)
digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan
dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan keakuratan reliabilitas
indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two step approach ini. Two Step
Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan
model structural pada One Step Approach (Hair et.al., 1998).
Yang dilakukan dalam two step approach to SEM adalah estimasi terhadap
measurement model dan estimasivterhadap structural model (Anderson dan
Gerbing, 1988). Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two step
approach adalah sebagai berikut:
a. menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator
summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap
= 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala
yang berbeda-beda tersebut (Hair et.al.,1998).
b. Menetapkan error [
ε
] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung denganrumus 0,1 kali dan lambda terms dengan rumus 0,95 kali (Anderson dan
Gerbing, 1988). Perhitungan construct reliability [
ε
ψ] telah dijelaskan padabagian sebelumnya dan deviasi standart [σ] dapat dihitung dengan bantuan
program aplikasi statistic SPSS. Setelah error [
ε
] dan lambda [λ] termsdiketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis
model pengukuran SEM.
Keterangan akan simbol-simbol di dalam S.E.M adalah sebagai berikut:
: faktor/construct/latent variable/unobserved variable yaitu
sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui
indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata.
: variabel terukur/observed variable/indicators variableyaitu
variabel yang datanya harus dicari melalui observasi,
misalnya melalui instrument-instrumen survey.
Garis dengan anak panah satu arah = garis yang menunjukkan hubungan
yang dihipotesiskan antara dua variabel dimana variabel yang dituju anak panah
merupakan variabel dependen.
Garis dengan anak panah dua arah = garis yang menunjukkan hubungan
3.4.4.Evaluasi Model
Hair et.al.,1998 menjelaskan bahwa pola ”confirmatory”
menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas
hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dengan data empiris. Jika
model teiritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap
sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori
tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah
model “good fit” atau “poor fit”. Jadi “good fit” model yang diuji sangat penting
dalam penggunaan structural equation modeling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai
kriteria goodness of fit, yakni Chi-Square, Probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI,
AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model
dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.
Tabel 3.1. Ukuran Gooness-of-fit
Googness-off-fit-index Cut-off-value
X² chi-square Diharapkan kecil
Derajat bebas (DF) ≤ 2,00
Signifikan Probabilitas ≥ 0,05
RMSEA ≤ 0,08
Dalam SEM tidak ada alat uji statistic tunggal untuk mengukur atau
untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atzu ditolak
adalah:
1. X² chi-square statistic
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah
likelihood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya
sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari
200), statistic chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang
diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah.
Semakin kecil nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah
mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau
yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil
dan signifikan.
X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaiut terhadap
sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan chi-square
hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100-200. bila ukuran diluar itu, uji
signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini perlu
dilengkapi dengan uji yang lain.
2. RMSEA – The Poot Mean Square Error of Appoximation
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan
mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA
dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08
merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom.
3. GFI – Goodness of Fit Index
Index kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang
dari varians dalam matriks kovarians populasi yang terestimasi.
GFI adalah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai 0
(poor fit) sampai dengan 1.0 (perfec fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini
menunjukkan sebuah “better fit”. GFI yang diharapkan sebesar > 0,90.
4. AGFI – Adjusted Goodness of Fit Index
Adalah analog dari R dalam regresi berganda. Fit index ini dapat diadjust
terhadap degress of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya
model. db
AGFI = 1- (1 – GFI) D
dimana:
G
db =
Σ
p(g) = jumlah – sampel - moment g=1d = degress – of – freedom
Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI
mempunyai nilai sama dengan atau lebih dari 0,90 perlu diketahui bahwa baik
GFI maupun AGFI adalah criteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang