• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 TEORI S-O-R

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model S-O-R (Stimulus, Organism, Respon). Teori SOR sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut model ini, organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Asumsi dasar dari model ini adalah : media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsi bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif;misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula.

Jadi unsur model ini adalah : d. Pesan (Stimulus,S)

e. Komunikan (Organism,O) f. Efek (Response, R)

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa melebihi semula. Prof.Dr.mar’at dalam bukunya “Sikap

(2)

Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan.

Respon atau perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak, komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berupa perubahan kognitid, afektif atau behavioral.

Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini adalah :

1.Stimulus yang dimaksud adalah pesan yang disampaikan dalam rubrik fashion di majalah Cosmogirl.

4. Organisme yang dimaksud adalah mahasiswi Ekonomi USU, Medan.

5. Respon yang dimaksud adalah opini khalayak pembaca di kalangan mahasiswi. Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus

(3)

semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat

2.2 KOMUNIKASI MASSA

2.2.1 Sejarah dan Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human

communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik,

yang mampu melipat-gandakan pesan-pesan komunikasi. Dalam sejarah publisistik dimulai satu setengah abad ditemukan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg. Sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal dengan zaman publisistik atau awal dari era komunikasi massa. Sebaliknya dikenal sebagai zaman prapublisistik (Wiryanto, 2000:1).

Publisistik (publizistic) di Jerman, sebenarnya berkembang dari ilmu Pers atau ilmu Persuratkabaran yang dikenal dengan nama zaitungswisswnschaft.Asalnya dapat ditelusuri sampai abad ke-19 ketika surat kabar sebagai obyek studi ilmiah mulai menarik perhatian para pakar di masa itu. Surat kabar sebagai salah satu hasil dari pertumbuhan teknologi dan industri ternyata membawa berbagai implikasi sosial yang sangat menarik bagi kajian ilmu kemasyarakatan dan kemanusiaan. Adalah mengesankan karena kesadaran dan perhatian seperti itu, baru lahir dan berkembang setelah dua ratus tujuh tiga tahun kemudian dari terbitnya Relation (1609) sebagai surat kabar tercetak pertama di dunia (Arifin, 2003:4).

(4)

Pada dekade sebelum abad ke-20, alat-alat mekanik yang menyertai lahirnya publisistik atau komunikasi massa adalah alat-alat percetakan (press printed) yang menghasilkan surat kabar, buku-buku, majalah, brosur dan materi cetakan lain. Gejala ini makin meluas pada dasawarsa pertama abad ke-20, ketika film dan radio digunakan secara luas. Kemudian disusul televisi pada dekade berikutnya. Kini kita telah memasuki era telekomunikasi dengan digunakannya sistem satelit ruang angkasa dan jaringan komputer (Wiryanto, 2000:2).

Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri, 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara missal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004:3).

Agar tidak ada kerancuan dan perbedaan persepsi tentang massa, ada baiknya kita membedakan arti massa dalam arti umum. Massa dalam komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa disini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca. Beberapa istilah ini berkaitan dengan media massa (Nurudin, 2004:3).

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated

through a mass medium to a large number of people) (Ardianto, 2004:3).

Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gebner. Menurut Gebner (1967) yaitu: “Mass

communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial societis ".( Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan

teknologi dan lembaga dari arus dan pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri ). (Rakhmat dalam Karlinah, dkk:1999)

Rakhmat merangkum defenisi-defenisi komunikasi massa menjadi :

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau

(5)

elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, dalam Karlinah, dkk:1999)

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Defenisi-defenisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu defenisi dengan defenisi lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004:7-13) :

a. Komunikator Terlembagakan

Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media cetak maupun elektronik.

b. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling kita dapat dimuat media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.

c. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai jenis lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.

d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak

(6)

terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian komunikasa massa itu bersifat satu arah.

g. Stimulus Alat indera Terbatas

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang ‘terbatas’. Dalam komunikasi massa, stimulus alat indera bergantung pada jenis media massa. Dalam media majalah, kita menggunakan indera penglihatan.

h. Umpan Balik Tertunda

Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam membentuk komunikasi apapun. Efektifitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik dalam komunikasi massa tidak dapat secara langsung (direct feedback) karena komunikator tidak dapat melihat langsung reaksi atau tanggapan dari komunikan.

2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Harold D Lasswell yakni, (1) Fungsi Pengawasan (2) Fungsi Koerelasi (3) Fungsi Pewarisan Sosial. Sama seperti pendapat Lasswell, Charles Robert Wright (1988) menambah fungsi hiburan dalam fungsi komunikasi massa (Nurudin, 2003:62-63)

Sedangkan fungsi komunikasi massa Dominick, dalam bukunya The Dinamics of Mass Communications adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004:16-18) :

(7)

a. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama :

 Fungsi pengawasan peringatan yaitu jenis pengawasan yang dilakukan oleh media untuk menyampaikan informasi berupa ancaman yang perlu diketahui oleh khalayak.

 Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

b. Interpretation(Penafsiran)

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberi penafsiran kepada kejadian-kejadian penting. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut.

c. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk Linkage (Pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis diperhatikan atau dihubungkan oleh media.

d. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

e. Entertainment (Hiburan)

Sulit dibantah lagi, bahwa kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Majalah banyak memuat hiburan, bahkan ada beberapa majalah yang hanya menampilkan berita seperti Time dan News Week, Tempo, Gatra dan Garda.

2.2.4 Komponen Komunikasi Massa

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan proses komunikasi satu arah, artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media kepada komunikan (khalayak). Walaupun komunikasi massa dalam prosesnya bersifat satu

(8)

arah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain yang turut menentukan lancarnya proses komunikasi. Komponen dalam komunikasi massa ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya. Proses komunikasi massa lebih kompleks, karena setiap komponennya mempunyai karakteristik tertentu adalah sebagai berikut : (Ardianto, 2004:36-42)

a. Komunikator

Dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan karya langsung seseorang, tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang terorganisasikan dari beberapa partisipan, diproduksi secara missal dan didistribusikan kepada massa.

b. Pesan

Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

c. Media

Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous).

d. Khalayak

Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak.

e. Filter dan Regulator Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya ditujukan kepada massa (khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya.Oleh karena itu, pesan tersebut akan difilter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya.

f. Gatekeeper(Penjaga Gawang)

Dalam proses perjalanan sebuah pesan dari sumber media massa kepada penerimanya, gatekeeper ikut terlibat didalamnya. Gatekeeper dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima.

(9)

2.3 Media Massa Majalah

Majalah adalah sebuah penerbitan berkala (buku harian) yang terbit secara teratur dan sifat isinya tidak menampilkan pemberitaan atau sari berita, melainkan berupa artikel, atau bersifat pembahasan yang menyeluruh dan mendalam. Junaedhi menggolongkan majalah berdasarkan pangsa pembacanya yaitu jenis kelamin : pria dan wanita, usia : anak-anak, remaja dan dewasa, hobi dan minat :interior, psikologi, otomotif, arsitektur dan lain sebagainya. Ia juga menambahkan penggolongannya berdasarkan sifat atau misinya yaitu : majalah berita, majalah hiburan, majalah berbahasa daerah dan majalah agama (Junaedhi, 1995:xiv)

Majalah didefenisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Adapula yang membatasi pengertian majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan terbit setiap hari. Media cetak itu harus bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus.(http://duamata.blogspot.com/2006/02/pasang-surut-majalah.html)

Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dwimingguan atau bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer yang ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Publikasi akademis yang menulis artikel padat ilmu disebut jurnal.(http://id.wikipedia.org/wiki/Majalah)

2.3.1 Sejarah Majalah

Edisi perdana majalah yang diluncurkan di Amerika pada pertengahan 1930-an memperoleh kesukses1930-an besar. Majalah telah membuat segmentasi pasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam dunia media massa cetak di Amerika. Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, majalah diawali dari negara-negara Eropa dan Amerika (Karlinah, dkk:1999). Majalah di Inggris (London) adalah Review yang diterbitkan oleh Daniel Depoe pada tahun 1704. bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, hanya halaman kecil, serta terbit tiga kali satu minggu.

(10)

Tahun 1790, Richard Steele membuat majalah The Tatler, kemudian bersama-sama dengan Joseph Addison ia menerbitkan The Spectator. Majalah tersebut berisikan masalah politik, berita-berita internasional, tulisan yang mengandung unsur-unsur moral, berita-berita hiburan dan gosip. Sedangkan di Amerika pada pertengahan abad 20 tidak ada majalah yang sesukses Reader’s Digest yang diterbitkan oleh suami istri Dewitt Wallace dan Lila, pada tahun 1922 ketika mereka masih berusia 20 tahun. Pada tahun 1973 Reader’s Digest dapat mencapai pelanggan sebanyak 18 juta untuk pembaca di Amerika saja, dan pembaca lainnya di dunia.

Majalah lainnya yang sukses adalah Playboy yang diterbitkan Hugh Hefner tahun 1953. Playboy adalah majalah khusus untuk pria yang pada tahun 1970-an sirkulasinya mencapai enam juta eksemplar. Kemudian keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada masa menjelang awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Djojohadisoeparto dengan prakata dari Ki Hadjar Dewantoro selaku Menteri Pendidikan pertama RI. Di Ternate, pada bulan Oktober 1945, Arnold Monoutu dan Dr.HassanMissouri menerbitkan majalah mingguan Menara Merdeka yang memuat berita-berita yang disiarkan RRI.

Majalah untuk kaum wanita dengan nama Wanita terbit di Solo dibawah pimpinan Sutia Surjohadi. Sedangkan majalah Soera Parkis dan Bulan Sabit diterbitkan oleh gerakan Pemuda Islam Indonesia cabang Solo (Karlinah, dkk:1999)

2.3.2 Karakteristik Majalah

Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat, dimana mereka dapat dengan leluasa dan luwes menentukan bentuk, jenis dan sasaran khalayak. Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri yaitu sebagai berikut :

1. Penyajian lebih lama

Frekwensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan, selebihnya dwi mingguan, bahkan bulanan (sekali sebulan).

(11)

Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka nilai aktualitas majalah bisa satu minggu.

3. Gambar/Foto lebih banyak

Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar/foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakannya pun lebih baik. Foto-foto yang ditampilkan majalah memiliki daya tarik tersendiri, apalagi foto tersebut sifatnya eksklusif.

4. Cover (sampul) sebagai daya tarik

Disamping cover atau sampul, majalah juga merupakan daya tarik tersendiri.

Cover adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada manusia. Cover majalah

biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya cover suatu majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta konsitensi atau keajengan majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya (Ardianto, 2004:113-114)

2.3.3 Klasifikasi Majalah

Menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi ke dalam lima kategori utama yakni:

1. General consumer magazine (Majalah konsumen umum)

Konsumen majalah ini siapa saja, dapat membeli majalah tersebut di sudut-sudut outlet, mall, supermall atau took buku local. Majalah konsumen umum ini menyajikan informasi tentang produk dan jasa yang diiklankan pada halaman-halaman tertentu.

2. Business publication (Majalah bisnis)

Majalah bisnis ini melayani secara khusus informasi bisnis, industri atau profesi. Media ini tidak dijual di mall atau supermall, pembacanya terbatas pada kaum profesional atau pelaku bisnis.

2. Literacy reviews and academic (Kritik sastra dan majalah ilmiah)

Terdapat ribuan nama majalah kritik sastra dan majalah ilmiah, yang pada umumnya memiliki sirkulasi di bawah 10 ribu, dan banyak diterbitkan oleh organisasi-organisasi nonprofit, universitas, yayasan

(12)

atau organisasi profesional. Majalah ini menerbitkan empat edisi atau kurang dari itu setiap tahunnya, dan kebanyakan tidak menerima iklan. 3. Newsletter (Majalah khusus terbitan berkala)

Media ini dipublikasikan dengan bentuk khusus, 4-8 halaman dengan perwajahan khusus pula. Media ini didistribusikan secara gratis atau dijual secara berlangganan. Belakangan penerbitan newsletter telah menjadi lahan bisnis basar.

4. Public relations magazine (Majalah humas)

Majalah PR ini diterbitkan oleh perusahaan, dan dirancang untuk sirkulasi pada karyawan perusahaan, agen, pelanggan atau pemegang saham. Jenis publikasi penerbitan ini berbeda sedikit dengan periklanan, kendati menjadi bagian dari peomosi organisasi atau perusahaan yang mensponsori penerbitan (Ardianto, 2004:107-108).

2.3.4 Fungsi Majalah

Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda dengan yang lainnya. Majalah berita berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur, fungsi informasi dan mendidik mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya mungkin informasi (Ardianto, 2004:112)

Majalah Wanita

Majalah merupakan refleksi dari masyarakat atau keadaan zamannya, maka dari sana pula, pembaca diharapkan akan mendapat gambaran utuh mengenai segala sesuatu. Maraknya penerbitan majalah wanita, misalnya, memberikan gambaran menyeluruh betapa pesatnya kemajuan yang dicapai kaum wanita saat ini.

Majalah wanita, majalah yang mempunyai tugas khusus menciptakan dunia yang khas untuk wanita (Ibrahim dan suranto, 1988:117). Selain itu, pengertian lain

(13)

dari majalah wanita adalah majalah yang khusus menyajikan masalah kewanitaan atau dunia wanita seperti mode, resep makanan, keluarga dan sebagainya dilengkapi dengan foto-foto (Salim, 2002:910).

` Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa majalah wanita adalah majalah yang memang khusus membahas tentang kehidupan dunia wanita.

Tentang profil dan daya tarik majalah-majalah wanita saat ini, Toeti H. Noerhadi, menyebutkan :

5. Halaman muka menampilkan wanita muda, menarik, terawat.

6. Wanita yang ditampilkan ialah wanita yang patuh pada tugas kewanitaan tapi juga terbuka terhadap kehidupan masyarakat luas berpartisipasi, sedikitnya mengikuti perkembangannya.

7. Majalah wanita hadir pada saat yang tepat sewaktu dunia usaha membuka pintu lebar ke luar industri konsumsi.

8. Sasaran yang hendak dicapai majalah wanita adlah masyarakat luas kalangan menengah sambil menawarkan daya dan selera yang tadinya dianggap hanya terbatas menjadi prerogatif kalangan tinggi (Junaedhie, 1995:75).

2.4 Pengetahuan Fashion

Fashion merupakan mode atau cara berpakaian seseorang yang selalu mengikuti trend dan perkembangan zaman. Fashion adalah suatu gambaran seseorang dari luar. Jika seseorang menggunakan fashion dengan gayanya dan terlihat bagus maka orang itu sudah memahami gaya fashion yang ada. Fashion yang ada dalam majalah wanita dipakai para model – model cantik ataupun artis – artis terkenal. Fashion yang digunakan oleh model ataupun artis nantinya akan menjadi trendsetter (orang yang menciptakan mode yang kemudian dicontoh oleh orang lain). Mode – mode terbaru lengkap disajikan dengan keterangan merk, harga, dan tempat

(14)

penjualan. Ada unsur kebudayaan asing dan modern di dalamnya. Globalisasi kebudayaan terjadi melalui majalah ini. Budaya barat dimasukkan melalui cara penyampaian pesan dan contoh gambar. Sikap para pembaca terhadap kebudayaan ini bervariasi. Hal ini tergantung dari penilaian masing – masing pembacanya.

Selain itu fashion juga semakin mendukung eksplotasi bagi perempuan. Terlihat, saat ini perempuan dan remaja juga semakin ketularan perilaku majalah fashion yang sangat mengumbar adegan perempuan yang menantang pria untuk berlaku agresif. Setelah diekspos secara ekplisit seksual dalam suatu iklan mengindikasikan stereotipe peran berdasarkan gender yang menerima, pemerkosaan dan perilaku agresif terhadap perempuan. Hal ini semakin menjadikan perempuan hanya sebagai objek untuk dinikmati sebagaimana sex roles-nya. Serta untuk mendukung keberlanjutan industri yang saling diuntungkan.

Sementara itu, pengetahuan fashion yang dimaksud disini meliputi gaya hidup, cara berbusana dan mode pakaian. Sedangkan pengetahuan diartikan sebagai pengenalan akan suatu fakta yang disusun atas dasar-dasar perilaku manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada indikator kesalahan prinsip yang terdiri dari 5 bagian nomor soal masing-masing no.1 diperoleh bahwa 19 orang siswa

Ada empat aktitivitas kunci dalam mengelola Kuadran II, memfokuskan pada apa yang ingin selesaikan dan 7 hari ke depan: 1) Identifikasi tugas, 2) Memilih sasaran - dua atau

Data beban yang mengalami kondisi puncak pada tanggal tersebut di subsistem 150 kV Gandul – Kembangan – Muara Karang adalah beban pembangkit, beban IBT 500/150 kV dan beban

Matematika dan filsafat mempunyai sejarah keterikatan satu dengan yang lain sejak jaman Yunani Kuno. Matematika di samping merupakan sumber dan inspirasi bagi para filsuf,

Penerapan metode Least Square Support Vector Regression (LS- SVR) sebagai controller nilai setting TCSC dan SVC untuk menjaga kestabilan tegangan saat kondisi sistem normal maupun

Balikan dan koreksi terhadap sikap, perilaku siswa dapat digunakan guru dalam dialog di kelas, misalnya untuk mengatasi siswa yang bermasalah, seperti siswa yang

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 154 Tahun 2015