• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA

VARIABEL

Reno Agustiawan,Hamzah B. Uno,Yamin Ismail Jurusan Matematika Program Studi S1 Pendidikan Matematika

F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:renoagustiawan_19@yahoo.com

ABSTRAK

Reno Agustiawan, 2013: Analisis Kesalahan Matematika Siswa Dalam memecahkan Masalah Soal Cerita pada Pembelajaran Sistem Persamaan Linier Dua Variabel, di SMP Negeri 2 Dumoga. Dengan bentuk rumusan masalah “bagaimana Kesalahan Matematika

Siswa Dalam menyelesaikan Soal cerita Pada Pembelajaran Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Kelas VIII di SMP Negeri 2 Dumoga”? dengan sampel 1 kelas sebanyak 25 orang

siswa.

Adapun tujuan dalam penelitian ini, untuk mengetahui kesalahan siswa dalam memecahkan masalah soal cerita pada pembelajaran sistim persamaan linier dua variabel, mengetahui pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah matematika, dan menegetahui kesalahan siswa dalam memecahkan masalah matematika.

Terdapat empat indikator kesalahan matematika siswa yaitu: (a) Kesalahan fakta,(b) Kesalahan konsep,(c) Kesalahan prinsip, dan(d) Kesalahan operasi, dengan menggunakan dua instrumen penelitian yatu:(a) Tes untuk semua indikator, dan(b) Wawancara, untuk semua indikator dan sebagai data pendukung.

Dari hasil penelitian ini, menyimpulkan bahwa kesalahan matematika siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel masih tinggi.

Kata kunci : Kesalahan matematika siswa, Memecahkan masalah soal cerita

I. PENDAHULUAN

Dalam menyelesaikan masalah matematika, tugas guru adalah membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dengan spektrum yang luas yakni membantu siswa dalam memahami masalah , sehingga kemampuan dalam memahami konteks masalah bisa terus berkembang menggunakan kemampuan inquiri dalam menganalisa alasan mengapa masalah itu muncul. Dalam matematika hal seperti itu biasanya berupa pemecahan masalah yang didalamnya termuat soal cerita, untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah hal yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan menyangkut beberapa hal teknik dan strategi pemecah masalah, pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman merupakan elemen-elemen penting dalam belajar matematika.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Dumoga diperoleh hasil banyak factor yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa khususnya pada materi Sistem persamaan linier dua variabel diantaranya banyak siswa yang kurang bahkan tidak memahami penyelesaian pemecahan masalah soal cerita atau kesulitan menyelesaikan suatu

(2)

pernyataan matematika persamaan linier dua variabel yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kemudian dibuat model matematikanya dan siswa mengartikan maksud soal sering salah sehingga siswa sering mengalami kesalahan dalam penyelesaianya.Contohnya soal cerita seperti berikut,

Harga lima buku dan dua pulpen Rp7.750,00, harga tiga buku dan empat pulpen Rp6.750,00. Tentukan harga dua buku dan tiga pulpen!

Dalam menyelesaikan soal seperti ini, siswa sering mengalami kesulitan dalam membuat model matematikanya. Siswa kurang memahami model matematika dengan memisalkan sehingga penyelesaiannya salah. Untuk belajar memecahkan masalah, para siswa harus mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan masalah. Jadi mereka perlu mendapatkan pendekatan pedagogik untuk menyelesaikan masalah.Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana seorang guru menyiapkan masalah-masalah untuk para siswa dan bagaimana guru itu membuat para siswa tertarik dan suka menyelesaikan masalah yang dihadapi.Agar supaya para siswa tertarik dan suka menyelesaikan masalah yang dihadapi perlu diberikan penghargaan. Penghargaan itu dapat berupa nilai atau penghargaan khusus lainnya.Pujian juga jangan dilupakan.Hal itu semuanya merupakan cara yang efektif untuk mendorong keberhasilan. Guru juga dituntut untuk dapat mengajarkan pemecahan masalah dengan baik, untuk mengajarkan pemecahan masalah dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni (1) waktu yang diperlukan, (2) perencanaan, (3) sumber, dan (4) teknologi (modul matematika teori belajar Polya:2011:11-12).

Menjalin kerja sama yang baik dalam proses pembelajaran matematika, tentunya dibutuhkan keterampilan mengajar guru yang mampu menarik perhatian dan semangat siswa untuk belajar. Sehingga akan memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa, dalam artian siswa mampu mencapai standar kompetensi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Ketidaktercapainya standar kompetensi siswa, dapat dilihat dari beberapa nilai matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dumoga.

Menurut Rahmat Basuki (dalam Sahriah:2012:2) kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal adalah kesalahan konsep, kesalahan operasi dan kesalahan ceroboh, dengan kesalahan dominan adalah kesalahan konsep. Sedangkan menurut Sukirman (dalam Karim:1999:25) kesalahan merupakan penyimpangan dari hal yang benar yang sifatnya sistematis dan konsisten pada materi tertentu, kesalahan yang sistematis dan konsisten disebabkan oleh kompetensi siswa yang mengakibatkan rendahnya penguasaan materi pelajaran.Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan adalah suatu bentuk penyimpangan atas jawaban yang sebenarnya yangsifatnya sistematis dan konsisiten.

(3)

Kesalahan siswa dalam memecahkan masalah soal matematika terutama soal cerita berkenaan dengan kesalahan yang dilakukan siswa pada saat menggunakan dan menerapakan prosedur langkah-langkah untuk menyelesaikan soal matematika.

Menurut Malau (dalam Sahriah:2012:2) penyebab kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam memecahkan soal-soal matematika dapat dilihat dari beberapa hal antara lain disebabkan kurangnya pemahaman atas materi prasyarat maupun materi pokok yang dipelajari, kurangnya penguasaan bahasa matematika, keliru menafsirkan atau menerapkan rumus, salah perhitungan, kurang teliti, lupa konsep.

Faktor penyebab siswa melakukan kesalahan terutama dalam menyelesaikan soal cerita antara lain rendahnya kemampuan siswa khususnya pada materi Sistem persamaan linier dua variabel diantaranya banyak siswa yang kurang bahkan tidak memahami penyelesaian pemecahan masalah soal cerita atau kesulitan menyelesaikan suatu pernyataan matematika persamaan linier dua variabel yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kemudian dibuat model matematikanya dan siswa mengartikan maksud soal sering salah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesalahan matematika siswa muncul karena siswa kurang memahami materi dan kurang memahami konsep dari materi sistem persamaan linier dua variabel terutama pada soal cerita atau membuat model matematika.

II. METODE PENULISAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Dumoga. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap yaitu bulan Mei-Juni tahun ajaran 2013 . Adapun yang menjadi Sampel pada penelitan ini adalah Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Dumoga Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten Bolaang Mongondow Induk. Yang berjumlah 25 orang.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dumoga pada tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 117 yang tersebar di 5 kelas. Rata-rata jumlah siswa setiap kelas berkisar antara 21-25 orang siswa. Namun dalam penelitian ini yang akan menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A Semester Genap. Kelas ini memiliki jumlah siswa sebanyak 25 orang siswa. Untuk menentukan besarnya sampel (dalam arikunto:2002:112) apabila subjek kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi.Jika subjeknya lebih besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% – 25% Jadi, untuk menentukan sampel penelitian ini akan diambil salah satu kelas dengan teknik Classter random sampling yang berarti penarikan sampel pada kelas sebanyak 5 kelas diambil secara acak salah satu kelasnya.

(4)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang tujuannya untuk memaparkan tentang kesalahan matematika siswa dalam memecahkan soal cerita pada pembelajaran sistem persamaan linier dua variabel dikelas VIII SMP Negeri 2 Dumoga. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen untuk mengukur kesalahan matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan tes, khususnya pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Instrumen yang dimaksud adalah tes yang berbentuk uraian yang disusun berdasarkan kompetensi dan indikator penelitian, yakni kesalahan konsep, kesalahan prinsip, kesalahan operasi dan kesalahan fakta. Kemudian dilanjutkan dengan membuat kisi-kisi yang memuat indikator yang meliputi membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel, dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel dan penafsirannya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari tes yang telah dilakukan, data hasil tes yang diberikan oleh siswa masih bersifat umum. Untuk itu peneliti melakukan pemilihan data, dalam hal memfokuskan data pada indikator-indikator yang akan diteliti. Data yang telah direduksi merupakan data yang memberikan gambaran yang jelas sehingga akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Berikut akan dijelaskan secara rinci berdasarkan masing-masing indikator.

1. Kesalahan Konsep

Tabel 4.1 Kesalahan Matematika Siswa pada soal Indikator Kesalahan Konsep

Deskriptor Nomor Soal

1 2 3 4 5

Menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui

dan yang ditanyakan dalam soal

19 orang 21 orang 7 orang 13 orang 11 orang

Hanya menuliskan sebagian pemisalan dari

hal yang diketahui dan yang ditanyakan dalam

soal

6 orang 4 orang 18 orang 12 orang 14 orang

(5)

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada indikator kesalahan konsep yang terdiri dari 5 bagian nomor soal masing-masing no.1 diperoleh bahwa 19 orang siswa dapat menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui, 6 orang siswa yang hanya menuliskan sebagian pemisalan dari hal yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal dan tidak ada siswa yang tidak menjawab atau menuliskan pemisalannya. Soal no.2 diperoleh 21 orang siswa dapat menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal, 4 orang siswa yang hanya menuliskan sebagian dan tidak ada yang tidak menuliskan pemisalannya. Soal no.3 diperoleh 7 orang siswa yang dapat menuliskan pemisalannya, 18 orang siswa yang sebagian tidak dapat menuliskan pemisalannya dan tidak ada yang tidak menuliskan pemisalannya. Soal no.4 diperoleh 13 orang siswa yang dapat menuliskan pemisalannya , 12 orang siswa yang sebagian menuliskan pemisalannya dan tidak ada yang tidak manuliskan pemisalannya. Untuk no.5 diperoleh 11 orang siswa yang dapat menuliskan pemisalannya, 14 orang siswa yang sebagian menuliskan pemisalannya dan tidak ada yang tidak menuliskan pemisalannya.

Untuk lebih memastikan siswa-siswa dapat atau tidak dapat menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan perlu adanya perlakuan yang lebih mendalam dengan cara melakukan wawancara lebih mendalam terhadap siswa-siswa tersebut. Adapun dalam wawancara ini, peneliti memilih 3 orang siswa pada tiap indikator yang akan mewakili siswa-siswa yang lain yang dapat atau tidak dapat menulisskan pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan. Pemilihan subyek wawancara dapat dilihat pada lampiran.

Dari hasil kutipan wawancara dapat dilihat bahwa kedua siswa yakni siswa kategori tinggi (SKT), siswa kategori sedang (SKS) dan siswa kategori rendah (SKR) yang dijadikan sebagai informan dapat menggunakan satu informasi dari soal yakni informasi tentang menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan dengan baik, sehingga berhasil menjawab soal dengan benar.

Kutipan wawancara untuk soal no 1-5 SKT,SKS dan SKR dapat menuliskan pemisalan dari apa yang diketahui dan ditanyakan dengan baik dan benar. Karena dapat menggunakan informasi yang ada pada soal kemudian menuliskan pemisalannya.

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas, ditemukan bahwa pada siswa berkemampuan tinggi dan sedang mampu menggunakan informasi-informasi yang terdapat pada soal kesalahan konsep sehingga berhasil menjawab soal dengan baik dan benar.

(6)

2. Kesalahan Prinsip

Tabel 4.2 Kesalahan Matematika Siswa pada soal Indikator Kesalahan Prinsip

Deskriptor Nomor Soal

1 2 3 4 5

Bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat

19 orang 21 orang 17 orang 20 orang 15 orang

Kurang bisa membuat model matematika dari

pemisalan yang dibuat

6 orang 4 orang 8 orang 5 orang 10 orang

Tidak bisa membuat model matematika dari

pemisalan yang dibuat

- - - - -

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada indikator kesalahan prinsip yang terdiri dari 5 bagian nomor soal masing-masing no.1 diperoleh bahwa 19 orang siswa dapat membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat, 6 orang siswa yang kurang bisa membuat model matematika dan tidak ada siswa yang tidak bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat. Soal no.2 diperoleh 21 orang siswa bisa membuat model matematika, 4 orang siswa yang kurang bisa membuat model matematika dan tidak ada yang tidak bisa membuat model matematika. Soal no.3 diperoleh 17 orang siswa yang bisa membuat model matematika, 8 orang siswa yang kuarang bisa membuat model matematika dan tidak ada yang tidak bisa membuat model matematikanya. Soal no.4 diperoleh 20 orang siswa yang bisa membuat model matematika , 5 orang siswa yang kurang bisa membuat model matematikanya dan tidak ada yang tidak bisa membuat model matematika. Untuk no.5 diperoleh 15 orang siswa yang bisa membuat model matematika, 10 orang siswa yang kurang bisa membuat model matematika dan tidak ada yang tidak bisa membuat model matematikanya.

Untuk lebih memastikan bahwa siswa-siswa bisa atau tidak bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat perlu adanya perlakuan yang lebih mendalam dengan cara melakukan wawancara lebih mendalam terhadap siswa-siswa tersebut. Adapun dalam wawancara ini, peneliti memilih 3 orang siswa pada tiap indikator yang akan mewakili siswa-siswa yang lain yang bisa atau tidak bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat. Pemilihan subyek wawancara dapat dilihat pada lampiran.

(7)

Dari hasil petikan wawancara dapat dilihat bahwa ketiga siswa yakni siswa kategori tinggi (SKT), siswa kategori sedang (SKS) dan siswa kategori rendah (SKR) yang dijadikan sebagai informan dapat menggunakan informasi dari soal yakni informasi tentang membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat dengan baik, sehingga berhasil menjawab soal dengan benar.

Kutipan wawancara untuk soal no 1-5, SKT dan SKS bisa membuat model matematika dengan baik dan benar, karena dapat menggunakan pemisalan yang ada pada soal yang sudah dijawab pemisalannya kemudian membuat model matematikanya dengan benar. untuk SKR atau yang siswa kategori rendah kurang bisa membuat model matematikanya dengan benar. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas ditemukan bahwa pada indikator kesalahan prinsip, siswa kategori tinggi dan kategori sedang mampu menghubungkan informasi-informasi dari soal serta mampu membuat model matematika dengan baik. Sedangkan pada siswa kategori rendah kurang bisa menghubungkan informasi serta kurang bisa membuat model matematika dengan baik.

3. Kesalahan Operasi

Tabel 4.3 Kesalahan Matematika Siswa pada soal Indikator Kesalahan Operasi

Deskriptor Nomor Soal

2 3 4 5

Menyelesaikan soal dengan prosedur yang

benar dan sistematis

8 orang 4 orang 7 orang 2 orang

Menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang benar, namun tidak

sistematis

4 orang 9 orang 4 orang 5 orang

Menyelesaikan soal cerita dengan prosedur

yang tidak benar, dan tidak sistematis

13 orang 12 orang 14 orang 18 orang

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada indikator kesalahan operasi yang terdiri dari 4 bagian nomor soal masing-masing no.2 diperoleh bahwa 8 orang siswa dapat menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis, 4 orang siswa yang menyelesaikan soal

(8)

dengan prosedur yang benar namun tidak sistematisdan 13 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan prosedur yang tidak benar dan tidak sistematis. Soal no.3 diperoleh 4 orang siswa bisa menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis, 8 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar namun tidak sistematis dan 13 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan prosedur yang tidak benar dan tidak sistematis. Soal no.4 diperoleh 9 orang siswa yang bisa menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis,5 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar namun tidak sistematis dan 11 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan prosedur yang tidak benar dan tidak sistematis . Soal no.5 diperoleh 2 orang siswa yang dapat menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis, 5 orang siswa yang menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar namun tidak sistematis dan 18 orang siswa menyelesaikan soal dengan prosedur yang tidak benar dan tidak sistematis.

Untuk lebih memastikan bahwa siswa-siswa bisa atau tidak bisa menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis perlu adanya perlakuan yang lebih mendalam dengan cara melakukan wawancara lebih mendalam terhadap siswa-siswa tersebut. Adapun dalam wawancara ini, peneliti memilih 3 orang siswa pada indicator kesalahan operasi ini yang akan mewakili siswa-siswa yang lain yang bisa atau tidak bisa menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis. Pemilihan subyek wawancara dapat dilihat pada lampiran.

Kutipan wawancara untuk soal nomor 2-5 SKT dan SKS dapat menyelesaikan soal dengan baik dan benar. Karena dapat menggunakan informasi-informasi yang terdapat pada soal, yakni pada soal 2-5 informasi tentang perhitungan dari model matematika yang dibuat. Sehingga untuk selanjutnya dari informasi-informasi terebut mereka dapat menghubungkannya secara bersama-sama dengan menyelesaikan system persamaan linier dua variabel atau yang ditanyakan. Sedangkan untuk SKR tidak dapat meghubungkan informasi-informasi dari soal nomor 2-5 karena tidak memahami konsep pindah ruas.

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas, ditemukan bahwa pada siswa berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan sedang, mampu menggunakan informasi-informasi yang terdapat pada soal kesalahan operasi sehingga berhasil menjawab soal dengan baik dan benar, Sedangkan pada siswa berkemampuan rendah stidak dapat memberikan jawaban pertanyaan dari soal yang diberikan.

(9)

4. Kesalahan Fakta

Tabel 4.4 Kesalahan Matematika Siswa pada soal Indikator Kesalahan fakta

Deskriptor Nomor Soal

2 3 4 5

Mampu Memberikan kesimpulan

8 orang 1 orang 1 orang 1 orang

Kurang mampu memberikan kesimpulan

4 orang 1 orang 2 orang 20 orang

Tidak mampu memberikan kesimpulan

13 orang 23 orang 22 orang 4 orang

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada indikator kesalahan fakta yang terdiri dari 4 bagian nomor soal masing-masing no.2 diperoleh bahwa 8 orang siswa mampu memberikan kesimpulan, 4 orang siswa kurang mampu memberikan kesimpulan dan 13 orang siswa tidak mampu memberikan kesimpulan. Soal no.3 diperoleh 1 orang siswa mampu memberikan kesimpulan, 1 orang siswa kurang mampu memberikan kesimpulan dan 23 orang siswa tidak mampu memberikan kesimpulan. Soal no.4 diperoleh 1 orang siswa mampu memberikan kesimpulan,2 orang siswa kurang mampu memberikan kesimpulan dan 22 orang siswa tidak mampu memberikan kesimpulan . Soal no.5 diperoleh 1 orang siswa yang mampu memberikan kesimpulan, 20 orang siswa yang kurang mampu memberikan kesimpulan dan 4 orang yang tidak mampu memberikan kesimpulan.

Agar lebih memastikan bahwa siswa-siswa mampu atau tidak mampu memberikan kesimpulan perlu adanya perlakuan yang lebih mendalam dengan cara melakukan wawancara lebih mendalam terhadap siswa-siswa tersebut. Adapun dalam wawancara ini, peneliti memilih 3 orang siswa pada indikator kesalahan fakta ini yang akan mewakili siswa-siswa yang lain yang mampu atau tidak mampu memberikan kesimpulan. Pemilihan subyek wawancara dapat dilihat pada lampiran.

Kutipan wawancara untuk soal nomor 2-5 SKT dapat menyelesaikan soal dengan baik dan benar. Karena dapat menggunakan informasi-informasi yang terdapat pada soal, yakni pada soal 2-5 informasi tentang memberikan kesimpulan akhir dengan baik dan benar. Pada soal nomor 2-5 juga SKS kurang mampu memberikan kesimpulan akhir. Sedangkan untuk SKR tidak dapat meghubungkan informasi-informasi dari soal nomor 2-5 sehingga tidak dapat memberikan kesimpulan akhir.

(10)

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian diatas ditemukan bahwa pada indikator kesalahan fakta, siswa kategori tinggi mampu menghubungkan informasi-informasi dari soal, serta mampu memberikan kesimpulan yang terdapat pada soal. Sedangkan pada siswa kategori sedang kurang mampu mengubungkan informasi-informasi serta kurang mampu memberikan kesimpulan yang terdapat pada soal. Lainnya pada siswa kategori rendah tidak dapat menghubungkan informasi-informasi yang terdapat pada soal sehingga tidak berhasil menjawab soal yang diberikan dengan baik atau tidak mampu memberikan kesimpulan. Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar siswa melakukan kesalahan operasi dan kesalahan fakta. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang tidak benar dan tidak sistematis dan yang tidak mampu memberikan kesimpulan. Dari hasil wawancara juga diperoleh siswa yang menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang tidak benar dan tidak mampu memberikan kesimpulan. Dalam menjawab tes siswa lebih banyak memberikan jawaban tanpa disertai dengan langkah-langkah penyelesaian yang benar dan sistematis. Langkah-langkah penyelesaian yang ditempuh siswa dalam memperoleh jawaban masih mengalami kesalahan, contohnya dalam menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang benar dan sistematis masih kurang mampu. Siswa juga tidak mampu melakukan operasi pindah ruas. Sehingga kesalahan siswa dalam menyelesaiakan soal cerita pada pembelajaran sistem persamaan linier dua variabel masih tinggi.

Begitu pula dalam menarik kesimpulan, sebagian besar siswa tidak memberikan kesimpulannnya dan masih memberikan kesimpulan yang salah. Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan juga dipengaruhi oleh kesalahan operasi siswa yaitu dalam menyelesaikan soal, ketika siswa mengalami kesulitan maupun kesalahan pada langkah-langkah penyelesaian secara tidak langsung siswa juga tidak mampu menarik kesimpulan yang benar.

Dari hasil tes dan wawancara diperoleh bahwa dalam menyelesaikan soal-soal garis singgung lingkaran siswa kurang mampu menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan tidak sistematis dan tidak mampu memberikan kesimpulan. Dalam menjawab soal siswa lebih banyak menuliskan jawaban yang benar namun langkah-langkah penyelesaiannya kurang sistematis dan masih salah. Setelah memberikan jawaban siswa juga tidak memberikan kesimpulan. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan matematika siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel masih tinggi.

(11)

IV. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal-soal system persamaan linier dua variabel siswa menyelesaikan soal dengan prosedur yang tidak benar dan tidak sistematis dan tidak mampu memberikan kesimpulan. Dalam menjawab soal siswa lebih banyak menuliskan jawaban. Setelah memberikan jawaban siswa juga tidak memberikan kesimpulan. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan matematika siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel masih tinggi.

Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Untuk siswa agar belajar latihan soal dan lebih meningkatkan kemampuan pemahamannya agar tidak melakukan kesalahan matematika dalam proses pembelajaran.

2. Untuk guru sebaiknya melakukan pemilihan metode yang tepat untuk siswa lebih khusus menyelesaikan dengan prosedur yang benar dan sistematis serta memberikan kesimpulan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Kasful, dan Harmi, Hendra. 2011. Perencanaan Sistem Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hardini, Isriani, dan Puspitasari, Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, konsep,

dan implementasi), Yogyakarta: Familia (Group Relasi Inti Media). http://ebookbrowse.com/modul-matematika-teori-belajar-polya-pdf-d132303358.

Izoelsyifa. 2010.

http://izoelsyifa.wordpress.com/2010/11/27/tinjauan-tentang-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika/.

Manfaat, Budi. 2010. Membumikan Matematika. Jakarta: Eduvision Publising.

Nakii, Karim. 1999. Kesalahan Mahasiswa Menyelesaikan Soal-soal Kalkulus II. Tesis. Surabaya. Fakultas Pendidikan Matematika. Tidak di Publikasikan.

Sahriah, Sitti. 2012. http://jurnal-online.ac.id/article/do/detail-article/1/31/408. Universitas Negeri Malang.

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tazudin, K.S, Delima, dan Arsyad, M. 2005. Literatur Matematika Kontekstual Kelas VIII

Untuk SMP dan MTs (Jilid 2). Jakarta: Literatur Media Sukses.

Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran. Gorontalo: Nurul Jannah.

Gambar

Tabel 4.1 Kesalahan Matematika Siswa pada soal Indikator Kesalahan Konsep
Tabel 4.2 Kesalahan Matematika Siswa pada soal Indikator Kesalahan Prinsip
Tabel 4.3 Kesalahan Matematika Siswa pada soal Indikator Kesalahan Operasi
Tabel 4.4 Kesalahan Matematika Siswa pada soal Indikator Kesalahan fakta

Referensi

Dokumen terkait

Penyelamatan yang dilakukan bukan pada tanaman itu sendiri melainkan pada tanaman yang lain yang dekat dengan pathogen supaya tidak menular dan mencegah lebih dahulu mulai

Dalam memahami sejarah kebudyaan Indonesia masa kolonial perlu dipahami menganai kondisi sosial masyrakat pada masa itu, dalam hal ini adalah struktur sosial krana kita ketahuai

Hubungan interaksi antara individu dalam masyarkat adalah hal yang konkret yang dapat diobservasi dan dicatat, dalam hal ini struktur sosial hidup langsung di belakang para

sekalipun Anggaran DAU mengalami pengurangan yang sangat berarti, sebagai akibat berkurangnya wilayah Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah yang diakibatkan oleh ketentuan pasal 7

Pada proses fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa komplek diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim dari mikroorganisme Penelitian yang

Dilakukan exclude dari sumber asli dan dari publikasi yang sama, kemudian diperoleh similarity index 34%, seperti gambar berikut:.. Diperoleh similarity 34% dan merah pada semua teks

Pemilih adalah semua pihak sebagai tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mereka mendukung dan kemudian dapat memberikan suaranya

Pengasih dan Maha Penyayang, oleh karena kasih dan anugerahNya penulis dimampukan untuk merampungkan Tesis Magister yang berjudul “Gambaran Karakteristik Penderita,