Journal
email: pe
em
Elektronik Jurn
Fakultas Peter
Jl. P. B. Sudirman,
email: peter
emai
Volume
Nom
3
2
nal of Tropical Animal Scien
peternakantropika_ejournal@yahoo.c
email: jurnaltropika@unud.ac.id
k Jurnal Ilmu Peternakan
dipublikasikan oleh:
s Peternakan Universitas Uda
man, Denpasar. Gedung Agrokompleks L
Telp. 0361-235231/222096
peternakantropika_ejournal@yahoo.com
email: jurnaltropika@unud.ac.id
Nomor
Tahun
2
2015
cience
ahoo.com
nakan Tropis
as Udayana
leks Lantai 1
o.com
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
KETUA EDITOR
I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Ir. I Gusti Lanang Oka, M.Agr., Ph.D
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, Msi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Eny Puspani, SPt., MSi
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA
Jl. P.B. Sudirman Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231
Email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com
Email: jurnaltropika@unud.ac.id
e-JurnalPeternakanTropika
Volume III No. 2 Tahun 2015
1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETERNAK DALAM MELAKUKAN
USAHA PETERNAKAN SAPI BALI DI DESA PENUKTUKAN, KECAMATAN TEJAKULA,KABUPATEN BULELENG
216-232
Penulis: Dewi, N. L. Y. A., I. N. Suparta dan N. W. Tatik Inggriati
2 EFEKTIVITAS EDIBLE COATING DARI GELATIN KULIT CEKER
PADA BAKSO AYAM SELAMA PENYIMPANAN
233-243
Penulis: Sari, S.T., I.N.S. Miwada, M. Hartawan
3 KECERNAAN BAHAN KERING DAN NUTRIEN RANSUM SAPI
BALI BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERFERMENTASI
INOKULAN DARI CAIRAN RUMEN DAN RAYAP (Termites)
244-258
Penulis: Nugraha, I K. P., I K. Sumadi, dan I M. Mudita
4 PENGARUH PENAMBAHANPROBIOTIK STARBIO DALAM
RANSUM KOMERSIAL TERHADAP PRODUKSI AYAM BROILER
259-270
Penulis: Antari, L. Y. S., I N. T. Ariana, dan N. W. Siti
5 PENINGKATAN PEMBERIAN GAMAL SEBAGAI SUMBER RUMEN
DEGRADABLE PROTEIN (RDP) DALAM RANSUM YANG MENGANDUNG JERAMI PADI TERHADAP UTILITAS NITROGEN SAPI BALI
271-280
Penulis: Pramusinto, F. D., N.N. Suryani, dan IK.M. Budiasa
6 STUDI JENIS-JENIS PAKAN DAN KANDUNGAN NUTRIEN DARI
SAMPAH KOTA SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI BALI DI AREA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH PEDUNGAN
281-294
Penulis: Muriantini, N.M, N.L.P Sriyani dan I.N.T Ariana
7 KARKAS KELINCI YANG DIPELIHARA PADA TINGKAT HUNIAN
BERBEDA DAN DIBERI RANSUM DENGAN IMBANGAN ENERGI SERTA PROTEIN BERBEDA
295-309
Penulis: Saputra, E. D., I M. Nuriyasa dan I N. Ardika
8 PENGARUH PEMBERIAN RANSUM YANG MENGANDUNG
SUPLEMEN BERPROBIOTIK TERHADAP ORGAN DALAM ITIK BALI JANTAN UMUR 8 MINGGU
310-323
Penulis: Suda. In., G. A. M. K. Dewi dan I W. Wijana
9 RESPONS PERTUMBUHAN ITIK BALI JANTAN UMUR DUA
SAMPAI DELAPAN MINGGU YANG DIBERI RANSUM
MENGANDUNG BIOSUPLEMEN
Penulis: Wibawa, I M. A. S., G. A. M. K. Dewi Dan I W. Wijana
10 BERAT POTONG DAN OFFAL EXTERNAL ITIK BALI JANTAN YANG
DIBERI RANSUM NONKONVENSIONAL BERBIOSUPLEMENTASI RUMEN SAPI BALI
338-352
Penulis: Sucahya, D. G. I .,G. A. M. K. Dewi dan N. W. Siti
11 PENGARUH PROBIOTIK STARBIODALAM RANSUM KOMERSIAL
TERHADAP RECAHAN KARKAS AYAM BROILER
353-365
Penulis: Vidyani N.G.A.K.R., I N.T.Ariana, dan K.A.Wiyana
12 PENGARUH BIOSUPLEMEN ISI RUMEN SAPI BALI PADA RANSUM
TERHADAP BERAT DAN KOMPOSISI FISIK KARKAS ITIK BALI JANTAN
366-385
Penulis: Suhendra, I P. N. D., G. A. M. Kristina Dewi, N W. Siti
13 METABOLIT RUMEN SAPI BALI YANG DIBERIKAN RANSUM
TERFERMENTASI DENGAN INOKULAN YANG DIPRODUKSI DARI CAIRAN RUMEN SAPI BALI DAN RAYAP
386-404
Penulis: Dioksa, I M. R., I M. Mudita, Dan A. A. P. P. Wibawa
14 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA (Panicum
maximum cv Trichoglume) PADA BERBAGAI JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK
405-417
Penulis: Widana, G.A.A, N.G.K. Roni dan A.A.A.S. Trisnadewi
15 PENGARUH PENAMBAHAN STARBIO DALAM RANSUM
TERHADAP DIMENSI TUBUH LUAR DAN BERAT BADAN BABI LANDRACE PERSILANGAN
418-429
Penulis: Jaya, I G. A. D., I N. T.Ariana Dan A. A. Oka
16 Kandungan Nutrien dan Populasi Mikroba Inokulan yang Diproduksi Dari
Level Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Berbeda
430 -442
Penulis: Permana Putra. I K., I N. S. Sutama., dan Mudita I M
e-JurnalPeternakanTropika
Volume III No. 2 Tahun 2015
dipublikasikanoleh:
FakultasPeternakanUniversitasUdayana
Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleksLantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231
HP. 081338791005
Email:
jurnaltropika@unud.ac.id
Jour
email:
KECERNAAN BAHAN K
BERBASIS LIM
INOKULAN DARI
NUGRAHA, I K. P., I
Program Studi Ilmu Peterna E-mail: put
Penelitian ini bertujuan limbah pertanian terfermentasi
(Termites) pada sapi bali. Pen
Peternakan Universitas Udayan bulan, yaitu dari tanggal 3 Mei 2 untuk analisis bahan kering Laboratorium Nutrisi dan Maka 1 bulan, yaitu dari tanggal 23 yang telah dilaksanakan mengg dan 3 ulangan. Tiap unit perco sapi bali jantan dengan bobot b
RB0 yaitu sapi yang diberi r
diberi ransum terfermentasi in
RBR2T2 yaitu sapi yang diber
rumen dan 0,2% rayap, dan RB kombinasi 20% cairan rumen meliputi jumlah bahan kering organik tercerna, jumlah serat k tercerna serta kecernaan bahan organik, kecernaan serat kasar, menunjukkan bahwa pemanfaat
bali dan rayap (RBR1T3, RBR
pertanian mampu meningkatka meningkatkan kecernaan ba penelitiandibandingkan dengan penelitian, maka dapat disimpul rayap sebagai fermentor ransu bahan organik, serat kasar dan p
Kata kunci: inokulan, cairan ru
This research aims to d agricultural waste fermented
Journal of Tropical Animal Science
ail: peternakantropika_ejournal@yahoo.com
email: jurnaltropika@unud.ac.id
244
HAN KERING DAN NUTRIEN RANSUM
S LIMBAH PERTANIAN TERFERMENT
DARI CAIRAN RUMEN DAN RAYAP (
. P., I K. SUMADI, I M. MUDITA DAN I W. WI
ernakan, Fakultas Peternakan, Universitas Uday
utranugraha91@yahoo.comHP. 08786167061
ABSTRAK
ujuan untuk mengetahui kecernaan bahan kering da entasi oleh inokulan yang mengandung cairan . Penelitian lapangan dilaksanakan di Stasiun Pe dayana, Bukit Jimbarandengan alokasi waktu ope 3 Mei 2013 sampai dengan 31 Oktober 2013. Penel ering dan nutrien sampel ransum dan feses Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas al 23 September 2013 sampai dengan 23 Oktober menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) de percobaan menggunakan 1 ekor sapi bali jantan, d obot badan awal 118,33 ± 22,99kg. Perlakuan yang
eri ransum tanpa terfermentasi inokulan, RBR1
tasi inokulan dari kombinasi 10% cairan rumen diberi ransum terfermentasi inokulan dari komb
RBR2T3 yaitu sapi yang diberi ransum terfermen
umen dan 0,3% rayap. Variabel yang diamati dal ering dan nutrien ransum tercerna yang terdiri a serat kasar tercerna, jumlah protein kasar tercerna
bahan kering dan nutrien ransum yang terdiri atas kasar, kecernaan protein kasar, dan kecernaan ab anfaataninokulan yang diproduksi dari kombinasi
BR2T2 dan RBR2T3) sebagai fermentor ransum
gkatkan jumlah bahan organik dan protein kas n bahan organik dan serat kasarransum engan pemberian ransum tanpa fermentasiinokulan
mpulkan bahwa pemanfaatan inokulan 20% cairan ransum berbasis limbah pertanian dapat mening r dan protein kasar ransum sapi bali yang terbaik di
n rumen dan rayap, limbah pertanian, ransum t
ABSTRACT
s to determine the digestibility of dry matter and inoculant containing by the rumen fluid and
NSUM SAPI BALI
MENTASI
AP (
Termites
)
W. WIRAWAN
dayana, Denpasar
670617
ring dan nutrien ransum airan rumen dan rayap iun Penelitian Fakultas tu operasional selama 6 enelitian laboratorium feses dilaksanakan di ersitas Udayana selama ktober 2013. Penelitian dengan 4 perlakuan tan, diperlukan 12 ekor n yang diberikan adalah
T3 yaitu sapi yang
umen dan 0,3% rayap, kombinasi 20% cairan fermentasi inokulan dari ati dalam penelitian ini rdiri atas jumlah bahan rcerna, dan jumlah abu ri atas kecernaan bahan an abu.Hasil penelitian inasi cairan rumen sapi ransum berbasis limbah in kasar tercerna serta sum oleh sapi bali
okulan (RB0). Dari hasil
cairan rumen dan 0,3% eningkatkan kecernaan aik diantara perlakuan.
m terfermentasi
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 245
cattle. Field research was conducted at the Faculty of Animal Husbandry Research Station at
Udayana University, Jimbaran hill by the allocation of operating time for 6 months, from 3rd
of May on 2013 until 31st of October on 2013. The laboratory research for analysis of dry
matter and nutrient ration and faecal samples was conducted at the Laboratory of Animal
Nutrition and FeedFaculty of Animal Husbandry Udayana University for 1 month, from 23rd
of September on 2013 until 23rd of October on 2013. The research was conducted using
randomized block design (RBD) with 4 treatments and 3 replications. Each experimental unit using 1 male bali cattle, 12 head of male bali cattle with initial body weight of 118.33±22.99
kg. The treatment given is RB0 that cattle fed ration without inoculants fermented, RBR1T3
that cattle fed ration fermented inoculant by combination 10% of rumen fluid and 0,3% of
termites, RBR2T2 that cattle fed ration fermented inoculant by combination 20% of rumen
fluid and 0,2% termites, and RBR2T3 that cattle fed rations fermented inoculant by
combination 20% of rumen fluid and 0,3% of termites. The variables measured in this research include the amount of dry matter and nutrients of ration digested consist of the amount of organic matter digested, the amount of crude fiber digested, the amount of crude protein digested, and the amount ofash digested and digestibility dry matter and nutrient of ration consist of organic matter digestibility, crude fiber digestibility, crude protein digestibility and digestibility of ash. The results of research indicated that the utilization
inoculant that produced from combination by rumen fluid bali cattle and termites (RBR1T3,
RBR2T2 and RBR2T3) as fermenters ration based agricultural waste can increase the amount
of organic matter and crude protein digested and increase the digestibility of organic matter, crude fiber and crude protein ration by the bali cattle of the research compared with ration
without fermentation inoculant (RB0). From the research, it can be concludedthat theuse of
inoculants 20% rumen fluid and 0,3% termites as fermenter ration based agricultural waste can improve the digestibility of organic matter, crude fiber and crude protein bali cattleration is the best between all the treatment.
Keywords : inoculant, rumen fluid and termites, agricultural waste, fermented ration
PENDAHULUAN
Seiring dengan laju pertambahan penduduk dan semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya protein hewani mengakibatkan permintaan konsumen terhadap
komoditas hasil ternak khususnya daging semakin meningkat pula. Untuk pemenuhan
kebutuhan akan daging, maka perlu dilakukan pengembangan ternak sapi potong sebagai
salah satu ternak penghasil daging (Suparman, 1999).
Sapi bali merupakan salah satu plasma nutfah asli Indonesia yang berpotensi sebagai
ternak potong dan mempunyai prospek pemasaran yang baik untuk pemenuhan kebutuhan
daging nasional. Sapi bali dapat memasok kebutuhan daging sekitar 26% dari total sapi
potong di Indonesia (Guntoro, 2006).
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh peternak penggemukan sapi bali adalah
ketersediaan pakanhijauan sebagai pakan pokok bagi ternak ruminansia. Semakin intensifnya
pengembangan usaha pertanian dan perkebunan maka penyediaan tanah sebagai sumber lahan
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 246
perkebunan yang bisa menghasilkan produksi sampingan dan hal ini dapat dimanfaatkan
untuk membantu penyediaan pakan. Optimalisasi pemanfaatan hasil sampingan dan limbah
berbagai jenis tanaman pertanian (tanaman pangan dan hortikultura) merupakan sumber daya
alam yang sangat potensial dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah tanaman pertanian
misalnya jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, batang pisang dan kulit pod cacao, serta
limbah usaha pertanian dan peternakan misalnya dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai,
tepung bulu ayam, isi rumen, dan lemak tello (Bidura et al., 2008).
Pada umumnya antara hasil sampingan dengan produk utama pada tanaman relatif
tinggi, sehingga menghasilkan biomassa yang sangat besar dengan keragaman jenis produk
yang tinggi (Ginting, 2004). Akan tetapi, pemanfaatan limbah sebagai bahan penyusun
ransum belum dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal bagi ternak. Seperti diketahui
bahan pakan asal limbah pada umumnya mempunyai kualitas yang rendah, kandungan
seratnya tinggi, adanya senyawa anti nutrisi serta kandungan mineral dan vitamin rendah
(Utomo dan Widjaja, 2005).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menutupi kekurangan ransum berbasis limbah
inkonvensional adalah aplikasi teknologi pakan. Teknologi fermentasi menggunakan inokulan
berbasis cairan rumen dan rayap disinyalir dapat dilakukan guna menghasilkan ransum
berbasis limbah yang berkualitas dengan tingkat kecernaan yang tinggi (Mudita dan Wibawa,
2008). Disamping itu, hasil penelitian Thalib et al., (2000) menunjukkan bahwa pemberian
ransum silase jerami padi dengan cairan rumen kerbau dapat meningkatkan kecernaan nutrien
ransum pada sapi Peranakan Ongole (PO).
Penggunaan cairan rumen sapi sangat potensial sebagai inokulan yang kaya akan
nutrien ready fermentable serta mengandung mikroba dan enzim pendegradasi serat (Kamra,
2005). Penelitian yang dilakukan oleh Mudita et al., (2009 ; 2010)a melaporkan penggunaan
cairan rumen mampu menghasilkan inokulan dengan kandungan nutrien dan mikrobiologi
tinggi yang efektif untuk dimanfaatkan sebagai starter dan suplemen ransum limbah
inkonvensional, sedangkan untuk pemanfaatan rayap (Termites) yang berfungsi sebagai
dekomposer kayu juga sangat potensial sebagai produk inokulan. Sel tubuh, air liur dan
saluran pencernaan rayap mengandung enzim pendegradasi serat (Watanabe et al.,1998).
Pemanfaatan cairan rumen dan rayap akan menambah aktivitas mikroba dalam rumen, sintesis
protein mikroba sehingga fermentasi rumen akan lebih maksimal yang nantinya akan
menyebabkan ransum berbasis limbah terfermentasi inokulan yang diproduksi dari cairan
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 247
Hasil penelitian Muditaet al., (2012) menunjukkan, pemanfaatan limbah cairan rumen
sapi bali dengan level 10% dan 20% serta 0,1%, 2%, dan 0,3% rayap mampu
menghasilkaninokulan dengan kandungan nutrien dengan populasi mikroba, aktifitas enzim
dengan efektivitas sebagai starter fermentasi ransum berbasis limbah yang cukup baik. Hasil
penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa inokulan yang diproduksi dari kombinasi cairan
rumen dan rayap yaitu: 10% cairan rumen dan 0,3% rayap; 20% cairan rumen dan 0,2%
rayap; dan 20% cairan rumen dan 0,3% rayap merupakan tiga inokulanunggul yang
mempunyai kualitas yang lebih baik dari kombinasi lainnya.Ketiga inokulan tersebut
mempunyai kandungan nutrien protein terlarut, phosphor (P), kalsium(Ca), Belerang (S) dan
seng (Zn) yaitu: 4,56%, 161,22%, 975,76%, 247,00% dan 8,09%, dengan populasi bakteri
19,01%-9,99% dan aktivitas enzim selulase/CMCase dan silanase yaitu 20,28% dan 39,55%
dan mempunyai efektivitas sebagai starter ransum limbah inkonvensional yang cukup baik
yang ditunjukkan dengan adanya tingkat kecernaan bahan kering (Kc.BK) dan kecernaan
bahan organik (Kc.BO) yaitu 22,73-30,60% dan 20,54-26,31% atau 12,32-19,52% dan
10,47-15,76%. Namun efektivitas tiga inokulan tersebut dalam pengembangan usaha peternakan
sapi bali belum diketahui. Untuk itu, peneliti ingin melakukan penelitian dengan tujuan
mengetahui pengaruh ransum berbasis limbah pertanian terfermentasi ketiga inokulanterhadap
kecernaan sapi bali.
MATERI DAN METODE
Ternak
Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 ekor sapi bali jantandengan
bobot badan awal berkisar 118,33 ± 22,99 kg, milik Fakultas PeternakanUniversitas Udayana
yang ditempatkan secara acak dalam kandang individu yang telah dilengkapi dengan tempat
pakandan tempat air minum.
Kandang dan Perlengkapan
Kandang penelitian yang digunakan adalah kandang individu sebanyak 12 petak, tiap
petak memiliki ukuran panjang × lebar=200 cm × 150 cm yang dilengkapi dengan tempat
pakan dan minum. Kemiringan lantai kandang adalah 50. Atap kandang terbuat dari asbes,
sedangkan lantai kandang dan tempat pakan terbuat dari beton.
Peralatan
Peralatan yang digunakan yaitu timbangan shalter dan digital, ember plastikuntuk
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 248
besar, sekop, dan plester. Selain itu, digunakan juga berbagai wadah/tempat sampel dan
berbagai peralatan lab untuk kegiatan analisis sampel.
Inokulan
Inokulan yang dimanfaatkanadalah tiga inokulan unggul hasil penelitian Mudita et al.
(2012) yaitu (BR2E2, BR1E3 dan BR2E3) yang diproduksi menggunakan sumber isolat dari
limbah cairan isi rumen sapi bali dan rayap serta dibiakkan menggunakan medium kombinasi
bahan alami dan sintetis (Tabel 1). Komposisi medium inokulan yang dimanfaatkan dalam
penelitian ini yaitu gula aren, urea, CMC, xylanosa, asam tanat, tepung jerami padi, serbuk
gergaji kayu, dedak padi dan tepung tapioka, tepung dedak jagung, tepung kedelai, CaCO3,
garam dapur dan multivitamin-mineral “pignox” dan ditambahkan air. Produksi inokulan
dilakukan dengan cara mencampur medium inokulan dan sumber inokulan sesuai perlakuan
(Tabel 2) dalam wadah tertutup rapat. Inokulan yang baru diproduksi selanjutnya diinkubasi
dalam inkubator T 390C selama satu minggu. Kemudian setelah satu minggu, dilanjutkan
dengan mencari kandungan nutrien inokulan (Tabel 3).
Tabel 1 Komposisi bahan penyusun medium inokulan
Bahan Penyusunan Komposisi
Gula Aren (g) 50
Urea (g) 5
CMC (g) 0,02
Xylanosa (g) 0,02
Asam tanat (g) 0,02
Tepung Jerami Padi (g) 1
Tepung Dedak Padi (g) 1
Tepung Tapioka (g) 1
Tepung Dedak Jagung (g) 1
Tepung Kedelai (g) 1
Serbuk Gergaji Kayu (g) 1
Kapur / CaCO3 (g) 0,1
Garam Dapur (g) 0,5
Pignox (g) 0,4
Air bersih hingga volumenya menjadi 1 liter
Kandungan Nutrien*
Kalsium (Ca) (mg/l) 936,07
Phosphor (P) (mg/l) 144,81
Belerang/Sulfur (S) (mg/l) 214,67
Seng/Zincum (Zn) (mg/l) 5,80
Protein Terlarut (%) 3,01
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 249
Tabel 2 Tabel komposisi inokulan penelitian dalam 1 liter
Inokulan
Komposisi Campuran Inokulan Cairan Rumen
(ml)
Rayap (g)
Medium Inokulan (ml)
BR1T3 100 3 897
BR2T2 200 2 798
BR2T3 200 3 797
Tabel 3 Kandungan nutrien inokulan yang diproduksi dari limbah isi rumen sapi
bali dan rayap
Kandungan Nutrien Jenis Inokulan SEM
BR1T3 BR2T2 BR2T3
Kalsium (Ca) (mg/l) 980,54 979,17 979,09 44,73
Phosphor (P) (mg/l) 171,26 172,47 174,55 3,26
Belerang/Sulfur (S) (mg/l) 245,67 246,00 247,00 4,97
Seng/Zincum (Zn) (mg/l) 7,98 8,07 8,09 0,55
Protein Terlarut (%) 7,67 7,82 7,85 0,04
Sumber: Mudita et al., (2012)
Ransum dan Air Minum
Ransum diproduksi dalam penelitian ini adalah ransum basal dan ransum terfermentasi
yang disusun menggunakan sumber daya lokal yang berasal dari limbah pertanian. Komposisi
[image:10.595.73.477.457.653.2]bahan penyusun ransum disajikan pada (Tabel 4).
Tabel 4 Komposisi bahan penyusun ransum basal
Bahan Penyusun Ransum Basal Komposisi (%)
Jerami Padi 50,0
Serbuk Gergaji kayu 5,0
Dedak Padi 20,0
Bungkil Kelapa 20,0
Minyak Kelapa 2,0
Gula Aren 1,0
Urea 1,0
Garam dapur (NaCl) 0,5
Kapur (CaCO3) 0,4
Pignox 0,1
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 250
Tabel 5. Kandungan bahan kering dan nutrien ransum penelitian
Kandungan Nutrien*
Ransum Penelitian
RB0 RBR1T3 RBR2T2 RBR2T3
Bahan Kering (% Asfed basis) 85,54 50,74 48,95 49,09
Bahan Kering (% DW basis) 93,49 92,82 92,76 92,48
Bahan Organik (% DM basis) 81,81 80,92 80,47 81,00
Serat kasar (% DM basis) 21,01 15,93 15,21 14,07
Protein Kasar (% DM Basis) 13,63 14,79 15,24 15,75
Keterangan:
*Hasil analisis Lab. Nutrisi dan Makanan TernakFapet Unud(Desi, 2015,unpublished)
Pembuatan ransum basal dilakukan dengan cara terlebih dahulu membuat campuran
homogen antara dedak padi, bungkil kelapa, dan serbuk gergaji kayu (campuran 1). Pada
tempat yang terpisah, dibuat juga campuran homogen antara gula aren, kapur, garam dapur,
urea, minyak kelapa dan pignox (campuran 2). Kemudian campuran 1 dan 2 dicampur hingga
homogen, selanjutnya ditambahkan jerami padi dicampur kembali hingga homogen. Setelah
campuran homogen dapat dipakai sebagai ransum basal pada perlakuan (RB0), atau untuk
produksi ransum terfermentasi.
Fermentasi ransum dilakukan dengan cara setiap 100 kg ransum basal (kandungan
kahan kering ransum basal 85%) ditambahkan dengan 2 liter larutan inokulan (sesuai
perlakuan), 0,5 kg gula aren dan 70 liter air bersih (kadar air bakalan ransum terfermentasi
±50%). Kemudian dicampur hingga homogen. Fermentasi dilakukan menggunakan kantong
plastik hitam sebagai silo selama 7 hari dalam kondisi anaerob.
Pemberian ransum diberikan secara ad libitum mulai dari pagi harinya sampai pagi
keesokan harinya. Monitoring ketersediaan ransum dilakukan setiap saat sehingga ternak
tidak sampai kekurangan pakan. Khusus untuk ransum terfermentasi (RBR1T3, RBR2T2,
RBR2T3)yang baru diambil dari silo terlebih dahulu diangin-anginkan± 15 menit, kemudian
baru diberikan dalam kondisi segar.
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kandang Farm Fakultas Peternakan Universitas Udayana,
Bukit Jimbaranselama enam bulan, yaitu dari tanggal 3 Mei 2013 sampai dengan 31 Oktober
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 251
MakananTernak Fakultas Peternakan Universitas Udayanaselama 1 bulan, yaitu dari tanggal
23 September 2013 sampai dengan 23 Oktober 2013.
Rancangan Percobaan
Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan
empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan, yaitu:
1. Ransum tanpa terfermentasi/ransum basal(RB0)
2. Ransum terfermentasi inokulan 10% cairan rumen dan 0,3% rayap (RBR1T3)
3. Ransum terfermentasi inokulan 20% cairan rumen dan 0,2% rayap (RBR2T2)
4. Ransum terfermentasi inokulan 20% cairan rumen dan 0,3% rayap (RBR2T3)
Pemberian Ransum dan Air Minum
Pengambilan data penelitian dilaksanakan setelah ternak melewati fase adaptasi pakan
(ternak sudah terbiasa mengkonsumsi ransum terfermentasi). Fase adaptasi pakan
dilaksanakan selama dua minggu.Hari pertama sampai hari ketiga ternak diberikan pakan
hijauan ditambah ransum basal yang telah disiapkan sebelumnya, hari ke-4 sampai hari ke-7
ternak mulai dilatih diberikan ransum penelitian dengan terlebih dahulu dicampur dengan
hijauan yang secara bertahap jumlah hijauan dikurangi hingga ternak terbiasa mengkonsumsi
ransum penelitian.
Pada periode pengambilan data lapangan, ternak diberikan ransum penelitian secara ad
libitum mulai pagi hari (08.00 Wita) dan berakhir keesokan harinya (08.00 Wita). Monitoring
ketersediaan pakan dan air minum serta penambahan ransum ke dalam tempat pakan
dilakukan setiap saat dari pagi sampai sore hari untuk mencegah ternak kehabisan ransum.
Pengambilan Data
Pengambilan Sampel Ransum dan Sisa Ransum
Pengambilan sampel ransum dilakukan selama tiga kali yaitu setelah pencampuran
ransum basal/panen ransum terfermentasi pertama, kedua, dan ketiga.Sedangkan pengambilan
sampel sisa ransum dilakukan selama satu minggu pada periode koleksi total. Semua sampel
yang diambil dibawa ke Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet Unud untuk
dilakukan analisis kandungan bahan kering dan nutriennya (bahan organik, serat kasar, dan
protein kasar).
Pengambilan Sampel dan Data Produksi Feses
Pengukuran produksi fesesdilaksanakan pada fase koleksi total yang dilaksanakan
selama 1 minggu menjelang berakhirnya waktu penelitian. Pengukuran produksi feses harian
dilaksanakan selama 1minggu menggunakantimbangan salter kapasitas 25 kg sebagai
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 252
Feses yang dikeluarkan oleh ternak sesegera mungkin ditampung/dimasukkan kedalam
ember plastik yang telah disiapkan pada setiap kandang metabolik ternak perlakuan. Jumlah
feses yang tertampung selama 1 hari (dari pagi hari sampai pagi keesokan harinya) dihitung
sebagai jumlah produksi feses segar. Setiap feses yang telah tertampung dicampur/diaduk
terlebih dahulu hingga homogen, kemudian baru diambil 100-200 gram/ekor dan dimasukkan
dalam wadah plastik.Selanjutnya sampel masing-masing feses dibawa ke Lab. Nutrisi dan
Makanan Ternak Fapet Unud untuk dianalisis kandungan berat keringnya. Setelah semua
feses kering, feses tiap unit perlakuan digiling halus menggunakan mesin penggiling dengan
diameter 1 mm. Semua sampel feses kering yang telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis
kandungan bahan kering dan analisis nutrien feses.
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum harian dihitung mulai dari pukul 08.00 Wita pagi sampai pukul
08.00 Wita keesokan harinya.Pemberian ransum diberikan secara adlibitum.
Variabel yang Diamati
Kandungan bahan kering (BK), bahan organik (BO) dan serat kasar (SK) ransum dan
feses dianalisis dengan metode analisis proximat, sedangkan kandungan proteian kasar (PK)
dianalisis dengan metode semi mikro ”Kjeldahl”. Variabel yang diamati pada penelitian ini,
yaitu:
a. Jumlah bahan kering (BK) dan nutrien ransum tercerna yang terdiri atas jumlah bahan
kering tercerna, bahan organik tercerna, serat kasar tercerna, protein kasar tercerna dan
jumlah abu tercerna dengan rumus menurut Putra et al., (2008):
Jumlah BK tercerna = Konsumsi BK ransum – Produksi BK feses
Jumlah Nutrien tercerna = Konsumsi Nutrien ransum – Produksi Nutrien feses
b. Kecernaan bahan kering (BK) dan nutrien ransum yang terdiri atas kecernaan bahan
kering (Kc.BK), kecernaan bahan organik (Kc.BO), kecernaan serat kasar (Kc.SK),
kecernaan protein kasar (Kc.PK), dan kecernaan abu (Kc.Abu) yang dihitung berdasarkan
persentase selisih jumlah konsumsi nutrien ransum dengan jumlah nutrien yang keluar
melalui feses dibagi dengan jumlah konsumsi nutrien ransum dengan rumus :
1. Kecernaan Bahan Kering (Kc.BK)
Kc.BK
=
× 100%
….(1)2. Kecernaan Bahan Organik (Kc.BO)
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 253
3. Kecernaan Serat Kasar (Kc.SK)
Kc.SK
=
× 100%
………(3)4. Kecernaan Protein Kasar (Kc.PK)
Kc.PK
=
× 100%
….(4)5. Kecernaan Abu (Kc.Abu)
Kc.Abu
=
× 100%
………..(5)Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Apabila terdapat hasil berbeda
nyata (P<0,05) antara perlakuan, maka analisis dilanjutkandengan uji jarak berganda dari
Duncan(Steel and Torrie, 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Bahan Kering (BK) dan Nutrien Ransum Tercerna
Jumlah bahan kering (BK) dan nutrien ransum tercerna seperti jumlah bahan organik
tercerna, serat kasar tercerna, protein tercerna, dan abu tercerna oleh ternak ruminansia seperti
sapi bali sangat dipengaruhi oleh palatabilitas, keseimbangan nutrien pada ransum
terfermentasi, dan kondisi rumen pada ternak ruminansia. Pengaruh pemanfaatan ransum
terfermentasi inokulan yang diproduksi dari kombinasi limbah cairan rumen sapi bali dan
rayap terhadap jumlah bahan kering dan nutrien ransum tercerna serta kecernaan bahan kering
dan nutrien ransum terhadap sapi bali disajikan pada Tabel 6.
Pada pemberian ransum terfermentasi ketiga inokulan (RBR1T3, RBR2T2 dan RBR2T3),
jumlah bahan kering,serat kasar dan bahan anorganik (abu) tercerna tidak berpengaruh,
walaupun jumlah konsumsi bahan kering harian meningkatmasing-masing sebesar 7,25,
7,30%, dan 5,96% (Lampiran 1) dibandingkan dengan ransum basal (RB0). Hal tersebut
dikarenakan variasi antara masing-masing perlakuan yang cukup tinggi. Disamping itu,
diakibatkan pula karenamikrobainokulan juga membutuhkan nutrien untuk
memenuhikebutuhan nutrisinya pada proses fermentasi (Fellner, 2004), sehingga
menyebabkan kandungan beberapa nutrien ransum terfermentasi mengalami penurunan
(Tabel 2.5). Terhadap jumlah bahan organik (BO) dan protein kasar (PK) tercerna, pemberian
ransum terfermentasi ketiga inokulan menghasilkan jumlah BO dan PK tercerna nyata lebih
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 254
ransum tanpa terfermentasi inokulan (RB0) dengan jumlah BO tercerna 2043,24 g/e/h dan
jumlah PK tercerna sebesar 346,35 g/e/h (Tabel 6).
Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bahan kering dan nutrient tercerna serta kecernaan bahankeringdan nutrien ransumpenelitian pada sapi bali
Peubah Perlakuan
1
SEM3
RB0 RBR1T3 RBR2T2 RBR2T3
Jumlah Bahan Kering dan Nutrien Tercerna (g)
Jumlah BK Tercerna (g) 2345,10a2 2593,56a 2647,14a 2597,47a 99,93
Jumlah BO Tercerna (g) 2043,24b 2324,65a 2327,32a 2327,64a 35,16
Jumlah SK Tercerna (g) 432,55a 414,85a 403,75a 369,23a 14,11
Jumlah PK Tercerna (g) 346,35c 447,43b 473,88ab 485,54a 10,69
Jumlah Abu Tercerna (g) 301,86a 268,92a 319,81a 269,82a 74,78
Tingkat Kecernaan Bahan Kering dan Nutrien Ransum (%)
Kecernaan BK (%) 62,53a2 64,39a 65,71a 65,29a 2,10
Kecernaan BO (%) 66,89b 71,37a 71,81a 72,27a 1,09
Kecernaan SK (%) 54,91b 64,69a 65,87a 66,01a 2,01
Kecernaan PK (%) 67,72b 75,16a 77,18a 77,54a 1,58
Kecernaan Abu (%) 43,42a 34,81a 40,58a 35,54a 9,48
Keterangan:
1) Ransum Perlakuan
RB0 = Ransum basal tanpa terfermentasi
RBR1T3 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR1T3
RBR2T2 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR2T2
RBR2T3 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR2T3
2) Huruf sama pada baris yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata (P>0,05)
3) SEM: “Standard Error of the Treatment Mean”
Pemberian ransum terfermentasi ketigainokulanmenghasilkan jumlah bahan organik
dan protein kasar tercerna yang lebih tinggidiakibatkan karena proses
fermentasimenggunakan ketigainokulan menghasilkan silase ransum dengan kandungan
nutrisis dan palatabilitasyang lebih tinggi. Selain itu, ditunjukkanadanya konsumsi bahan
kering ransum yang lebih tinggi5,96-7,30% (Lampiran 1)sertakandungan protein kasar
ransum 8,45–15,51% lebih tinggi dibandingkan dengan ransum basal (RB0),
walaupunkandungan BO lebih rendah 0,52-1,17% (Tabel 2.5). Mudita et al., (2012)
menyatakan bahwa tingkat konsumsi bahan kering ransum yang lebih tinggi menghasilkan
jumlah bahan organik dan protein kasar tercerna yang lebih tinggi pula.
Peningkatan kandungan protein kasar pada ransum terfermentasi ketiga inokulan
diduga merupakan sumbangan dari protein mikrobainokulan yang sudah tentu mempunyai
kualitas dan tingkat kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ransum tanpa
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 255
terfermentasiinokulan (Tabel 5) juga memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan
kecernaan nutrien ransum termasuk kecernaan bahan organikdan protein kasar ransum
sehingga akan meningkatkan jumlah bahan organik dan protein kasar tercerna (Perez et al.,
2002).
Kecernaan Bahan Kering (BK) dan Nutrien Ransum
Kecernaan merupakan persentase jumlah ransum tercerna terhadap konsumsi ransum,
pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dari ransum yang dikonsumsi,
kondisi lingkungan rumen serta populasi dan aktivitas mikroba rumen (Parakkasi, 1999).
Hasil penelitian menunjukkan, tingkat kecernaan bahan kering (Kc.BK) dan kecernaan
bahan anorganik (abu) ransum terhadap pemberian semua ransum perlakuan menghasilkan
tingkat kecernaan yang mendekati sama. Hal ini disebabkan karena jumlah bahan kering dan
abu tercerna juga mendekati sama (Tabel 6) yang diakibatkan oleh penurunan kandungan
bahan kering ransum terfermentasi ketiga inokulan pada proses fermentasi.
Pada pemberianransum terfermentasi ketiga inokulan, kecernaan bahan organik
(Kc.BO), serat kasar (Kc.SK) dan protein kasar (Kc.PK) ransum mengalami peningkatan
dengan Kc.BO meningkat sebesar6,70%–8,04%, Kc.SK meningkat sebesar 17,81%–20,21%
dan Kc.PK meningkat sebesar 10,99%–14,50%dibandingkan dengan pemberian ransum basal
(RB0).Tingginya populasi mikrobainokulan dan didukung dengan kemampuan degradasi
substrat yang tinggi, serta aktivitas enzim selulase maupun silanase yang tinggi telah mampu
menurunkan kandungan serat kasar ransumsehingga kualitas kandungan nutrienransum
terfermentasi inokulan yang dihasilkan meningkat.Peningkatan kualitas kandungan nutrien
ransum terfermentasi tersebut memberikan respon positif terhadap peningkatan kecernaan
bahan organik (Kc.BO), kecernaan serat kasar (Kc.SK) dan kecernaan protein (Kc.PK)
ransum yang dikonsumsi sapi bali penelitian.
Hal lain yang menyebabkan peningkatan kecernaan bahan organik, serat kasar dan
protein pada sapi bali yang mendapatkan perlakuan ransum terfermentasi dengan cairan
rumen dan rayap adalah terjadinya penurunan populasi protozoa secara nyata (P<0,05)
sebesar 70,43%-83,19% dibandingkan dengan pemberian ransum basal atau tanpa
terfermentasi inokulan (RB0) (Lampiran 2).Hal ini mengindikasikan terjadinya defaunasi
rumen sebagai akibat pemberian ransum terfermentasi ketiga inokulan(RBR1T3, RBR2T2, dan
RBR2T3).Berbagai hasil penelitian menunjukkan defaunasi rumen akan mampu meningkatkan
kecernaan nutrien ransum sebagai akibat terjadinya peningkatan populasi bakteri khususnya
bakteri pendegradasi serat (Cellulolyticbacteria) sehingga kecernaan serat pakan akan
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 256
meningkatkan terjadinya suplai mikrobial protein/sintesis protein mikroba yang merupakan
sumber protein utama bagi induk semang. Mudita et al., (2010) dan Russell et al., (2009)
menyatakan bahwa sumbangan asam amino dari mikroba rumen bisa mencapai 90%. Pathak,
(2008)melaporkan proteinyang berasaldari mikroba rumen merupakan dua pertiga dari
sumber asam amino yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia.
Fermentasi ransum berbasis limbah pertanian menggunakaninokulanyang banyak
mengandung mikroorganisme (bakteri dan fungi) pendegradsi seratyang mempunyai
kemampuandegradasi serat pakan yang cukup tinggidan aktivitas enzim lignoselulolitik yang
tinggi mampu menghasilkan silase ransum (ransum terfermentasi) berkualitas tinggi dengan
kandungan serat yang lebih rendah dan kandungan protein kasar yang lebih tinggi (Mudita et
al., 2010). Pemberian ransum dengan kualitas yang lebih baik sudah tentu akan menghasilkan
tingkat kecernaan ransum yang lebih tinggi, sehingga tentu akan memberikan dampak positif
terhadap produktivitas ternak sapi bali.
Howard et al., (2003) dan Mudita et al., (2009) menyatakan bahwa serat kasar
merupakan faktor pembatas utama pemanfaatan ransum oleh ternak termasuk ternak
ruminansia seperti sapi bali. Ransum dengan kandungan serat kasar tinggi akan lebih sulit
dimanfaatkan oleh ternak daripada ransum dengan kadar serat kasar yang lebih rendah. Hal
tersebut tampaksecara nyatapada penelitian ini, dengan ransum tanpa terfermentasi yang
mempunyai kandungan serat kasar lebih tinggi mempunyai tingkat kecernaan yang lebih
rendah daripada ransum terfermentasi inokulan RBR1T3, RBR2T2, dan RBR2T3 (Tabel 3.1).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan inokulan dari
20%cairan rumendan 0,3%rayapsebagai fermentor ransum berbasis limbah pertanian
terfermentasi (RBR2T3), mampu meningkatkan kecernaan bahan organik, serat kasar, dan
protein kasar ransum sapi bali yang terbaik diantara perlakuan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disarankan pengembangan usaha
peternakan sapi bali berbasis limbah pertanian harus disertai dengan aplikasi teknologi
pengolahan pakan. Salah satunya melalui aplikasi teknologifermentasiinokulan yang
diproduksi dari kombinasicairan rumen sapidan rayap agar dicapai peningkatan kecernaan
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 257
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih saya persembahan kepada Dekan Fakultas Peternakan,
pembimbing pertama dan kedua, teman seperjuangan dalam penelitian dan
teman-teman seangkatan tahun 2011 yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan
dengan semestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bidura, I.G.N.G., I.B.G. Partama, dan T.G.O. Susila. 2008. Limbah.Pakan Ternak Alternatif dan Aplikasi Teknologi. Buku Ajar. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.
Fellner, M.F. 2004. Rumen Microbes and Nutrient Management.Carolina State University. Carolina.
Guntoro, S. 2006. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Ginting, S.P.. 2004. Tantangan dan Peluang Pemanfaatan Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan Kambing di Indonesia. Loka Penelitian Kambing Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. [cited 2007 January 30]. Available from :URL:Http://peternakan.litbang.deptan.go.id/download/infoteknis/kambingpotong/prokpo 04-7.pdf
Howard R. L., Abotsi E., J. V. Rensburg E. L., and Howard S. 2003. Lignocellulose Biotechnology; Issues of Bioconversion and Enzyme Production.Review. African Journal of Biotechnology Vol. 2 (12); 602-619
Kamra, D. N. .2005. Rumen Microbial Ecosystem. Special Section: Microbial Diversity. Current Science. Vol. 89. No. 1. hal 124-135. [cited 2007 Decembre 20]. Available from:
URL: http://www.ias.ac.in/currsci/jul102005/124.pdf.
Mudita, I M. dan AA. P. P.Wibawa. 2008. Evaluasi Kualitas Dan Kecernaan Nutrien Secara
In Vitro Ransum Sapi Komplit Berbasis Bahan Lokal Asal Limbah yang Difermentasi
Cairan Rumen dan Enzim Optyzim. Laporan Penelitian Dosen Muda. Fakultas Peternakan.Universitas Udayana, Denpasar
Mudita, I M., I G.L.O.Cakra, AA.P.P.Wibawa, dan N.W. Siti. 2009. Penggunaan Cairan Rumen Sebagai Bahan Bioinokulan Plus Alternatif serta Pemanfaatannya dalam Optimalisasi Pengembangan Peternakan Berbasis Limbah yang Berwawasan Lingkungan. Laporan Penelitian Hibah Unggulan Udayana, Universitas Udayana, Denpasar.
Mudita, I M., T.I. Putri, T.G.B. Yadnya, dan B. R. T. Putri. 2010a. Penurunan Emisi Polutan
Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 258
Mudita, I M., I W. Wirawan Dan AA. P.P. Wibawa. 2010b. Suplementasi Bio-Multi Nutrien
Yang Diproduksi Dari Cairan Rumen Untuk Meningkatkan Kualitas Silase Ransum Berbasis Bahan Lokal Asal Limbah. Laporan Penelitian Dosen Muda Unud, Denpasar.
Mudita, I M., I W. Wirawan, A.A.P.P. Wibawa, I G. N. Kayana. 2012. Penggunaan Cairan Rumen dan Rayap dalam Produksi Bioinokulan Alternatif serta Pemanfaatannya dalam Pengembangan Peternakan sapi bali Kompetitif dan Sustainable. Laporan Penelitian. Hibah Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Udayana Tahun Pertama, Denpasar. Putra, S. 2008. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan
Universitas Udayana. Denpasar.
Parakkasi, A. 1999.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Pathak, A. K. 2008. Various factor affecting microbial protein synthesis in the rumen.
Veterinary World, Vol. 1(6): 186-189.
Perez, J., J. Munoz-Dorado, T. De la Rubia, and J. Martinez. 2002. Biodegradation and Biological Treatment of Cellulose, Hemicellulose and Lignin; an overview. Int. Microbial, 5: 53-56
Russell, J. B., R. E. Muck and P. J. Weimer. 2009. Quantitative analysis of cellulose
degradation and growth of cellulolytic bacteria in the rumen. FEMS Microbiol. Ecol.
67:183-197.
Suparman. 1999. “Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi Potong”. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian.
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1991. Principle and Procedures of Statistic. McGrow Hill Book Bo.Inc. New York.
Utomo, B.N. dan E. Widjaja. 2005. Limbah padat pengolahan minyak sawit sebagai sumber
nutrisi ternak ruminansia. J. LitbangPertanian. 23(1): 22 – 28.
Watanabe, H., H. Noda, G. Tokuda, and N. Lo. 1998. Acellulase gene of termite origin. Nature 394: 330-331.
PANDUAN BAGI PENULIS
Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan
(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1, S2, S3 minimal
berasal dari naskah seminar yang telah disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing,
sedangkan untuk penulis lain naskah disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku
umum)
2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk
hasil penelitian, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan
4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy
(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft
Word.
5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:
Redaksi eJournal Peternakan Tropika
d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
Telp. 0361-222096 / HP. 081338791005
Email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com
Email: jurnaltropika@unud.ac.id
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali
Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah
dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point;
margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm, sedangkan margin kanan dan margin
bawah berukuran 2,5 cm.
2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil
dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka
3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan
diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di
Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,
penulisan di Bold
4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman diberi nomor secara
berurutan.
5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,
alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode
(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka.
Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama
penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),
abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan
pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.
TATA CARA PENULISAN NASKAH
1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah, maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.
Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 12 point (Bold), jarak
1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.
2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan
penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis
mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan
nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti
dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama
penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama
utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan
umum yang berlaku.
4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan
dipublikasikan
5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris
(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 (satu) paragraf yang berisikan tujuan penelitian, metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu
spasi
6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata
utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.
7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka
mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat
orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et al. (2002)
8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.
Metode pelaksanaan penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan
sumbernya.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
hasil secara jelas dan komprehensif
Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)
a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul
singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup
kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi
b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point
(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang
disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang
selanjutnya wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut
c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa
dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt
setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan
analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama
d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan
tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).
e. Grafik, gambar dan Foto:
- Grafik dibuat dalam program excel
- Gambar baik berupa gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi
f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)
g. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda
petik
10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas
11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu
sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik
proyek/penyandang dana, dll
12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun
menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama
penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.
Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul
buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,