• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECERNAAN BAHAN KERING DAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERFERMENTASI INOKULAN DARI CAIRAN RUMEN DAN RAYAP (Termites).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KECERNAAN BAHAN KERING DAN NUTRIEN RANSUM SAPI BALI BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERFERMENTASI INOKULAN DARI CAIRAN RUMEN DAN RAYAP (Termites)."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Journal

email: pe

em

Elektronik Jurn

Fakultas Peter

Jl. P. B. Sudirman,

email: peter

emai

Volume

Nom

3

2

nal of Tropical Animal Scien

peternakantropika_ejournal@yahoo.c

email: jurnaltropika@unud.ac.id

k Jurnal Ilmu Peternakan

dipublikasikan oleh:

s Peternakan Universitas Uda

man, Denpasar. Gedung Agrokompleks L

Telp. 0361-235231/222096

peternakantropika_ejournal@yahoo.com

email: jurnaltropika@unud.ac.id

Nomor

Tahun

2

2015

cience

ahoo.com

nakan Tropis

as Udayana

leks Lantai 1

o.com

(2)

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA

KETUA EDITOR

I Made Mudita, S.Pt., MP

EDITOR

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS

Prof. Ir. I Gusti Lanang Oka, M.Agr., Ph.D

Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS

Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS

Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, Msi

I Wayan Wirawan, SPt., MP

Eny Puspani, SPt., MSi

Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi

ALAMAT REDAKSI:

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA

Jl. P.B. Sudirman Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1

Telp. 0361- 222096 / 235231

Email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com

Email: jurnaltropika@unud.ac.id

(3)

e-JurnalPeternakanTropika

Volume III No. 2 Tahun 2015

1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETERNAK DALAM MELAKUKAN

USAHA PETERNAKAN SAPI BALI DI DESA PENUKTUKAN, KECAMATAN TEJAKULA,KABUPATEN BULELENG

216-232

Penulis: Dewi, N. L. Y. A., I. N. Suparta dan N. W. Tatik Inggriati

2 EFEKTIVITAS EDIBLE COATING DARI GELATIN KULIT CEKER

PADA BAKSO AYAM SELAMA PENYIMPANAN

233-243

Penulis: Sari, S.T., I.N.S. Miwada, M. Hartawan

3 KECERNAAN BAHAN KERING DAN NUTRIEN RANSUM SAPI

BALI BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERFERMENTASI

INOKULAN DARI CAIRAN RUMEN DAN RAYAP (Termites)

244-258

Penulis: Nugraha, I K. P., I K. Sumadi, dan I M. Mudita

4 PENGARUH PENAMBAHANPROBIOTIK STARBIO DALAM

RANSUM KOMERSIAL TERHADAP PRODUKSI AYAM BROILER

259-270

Penulis: Antari, L. Y. S., I N. T. Ariana, dan N. W. Siti

5 PENINGKATAN PEMBERIAN GAMAL SEBAGAI SUMBER RUMEN

DEGRADABLE PROTEIN (RDP) DALAM RANSUM YANG MENGANDUNG JERAMI PADI TERHADAP UTILITAS NITROGEN SAPI BALI

271-280

Penulis: Pramusinto, F. D., N.N. Suryani, dan IK.M. Budiasa

6 STUDI JENIS-JENIS PAKAN DAN KANDUNGAN NUTRIEN DARI

SAMPAH KOTA SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI BALI DI AREA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH PEDUNGAN

281-294

Penulis: Muriantini, N.M, N.L.P Sriyani dan I.N.T Ariana

7 KARKAS KELINCI YANG DIPELIHARA PADA TINGKAT HUNIAN

BERBEDA DAN DIBERI RANSUM DENGAN IMBANGAN ENERGI SERTA PROTEIN BERBEDA

295-309

Penulis: Saputra, E. D., I M. Nuriyasa dan I N. Ardika

8 PENGARUH PEMBERIAN RANSUM YANG MENGANDUNG

SUPLEMEN BERPROBIOTIK TERHADAP ORGAN DALAM ITIK BALI JANTAN UMUR 8 MINGGU

310-323

Penulis: Suda. In., G. A. M. K. Dewi dan I W. Wijana

9 RESPONS PERTUMBUHAN ITIK BALI JANTAN UMUR DUA

SAMPAI DELAPAN MINGGU YANG DIBERI RANSUM

(4)

MENGANDUNG BIOSUPLEMEN

Penulis: Wibawa, I M. A. S., G. A. M. K. Dewi Dan I W. Wijana

10 BERAT POTONG DAN OFFAL EXTERNAL ITIK BALI JANTAN YANG

DIBERI RANSUM NONKONVENSIONAL BERBIOSUPLEMENTASI RUMEN SAPI BALI

338-352

Penulis: Sucahya, D. G. I .,G. A. M. K. Dewi dan N. W. Siti

11 PENGARUH PROBIOTIK STARBIODALAM RANSUM KOMERSIAL

TERHADAP RECAHAN KARKAS AYAM BROILER

353-365

Penulis: Vidyani N.G.A.K.R., I N.T.Ariana, dan K.A.Wiyana

12 PENGARUH BIOSUPLEMEN ISI RUMEN SAPI BALI PADA RANSUM

TERHADAP BERAT DAN KOMPOSISI FISIK KARKAS ITIK BALI JANTAN

366-385

Penulis: Suhendra, I P. N. D., G. A. M. Kristina Dewi, N W. Siti

13 METABOLIT RUMEN SAPI BALI YANG DIBERIKAN RANSUM

TERFERMENTASI DENGAN INOKULAN YANG DIPRODUKSI DARI CAIRAN RUMEN SAPI BALI DAN RAYAP

386-404

Penulis: Dioksa, I M. R., I M. Mudita, Dan A. A. P. P. Wibawa

14 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA (Panicum

maximum cv Trichoglume) PADA BERBAGAI JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK

405-417

Penulis: Widana, G.A.A, N.G.K. Roni dan A.A.A.S. Trisnadewi

15 PENGARUH PENAMBAHAN STARBIO DALAM RANSUM

TERHADAP DIMENSI TUBUH LUAR DAN BERAT BADAN BABI LANDRACE PERSILANGAN

418-429

Penulis: Jaya, I G. A. D., I N. T.Ariana Dan A. A. Oka

16 Kandungan Nutrien dan Populasi Mikroba Inokulan yang Diproduksi Dari

Level Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Berbeda

430 -442

Penulis: Permana Putra. I K., I N. S. Sutama., dan Mudita I M

e-JurnalPeternakanTropika

Volume III No. 2 Tahun 2015

dipublikasikanoleh:

FakultasPeternakanUniversitasUdayana

Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleksLantai 1

Telp. 0361- 222096 / 235231

HP. 081338791005

Email:

jurnaltropika@unud.ac.id

(5)

Jour

email:

KECERNAAN BAHAN K

BERBASIS LIM

INOKULAN DARI

NUGRAHA, I K. P., I

Program Studi Ilmu Peterna E-mail: put

Penelitian ini bertujuan limbah pertanian terfermentasi

(Termites) pada sapi bali. Pen

Peternakan Universitas Udayan bulan, yaitu dari tanggal 3 Mei 2 untuk analisis bahan kering Laboratorium Nutrisi dan Maka 1 bulan, yaitu dari tanggal 23 yang telah dilaksanakan mengg dan 3 ulangan. Tiap unit perco sapi bali jantan dengan bobot b

RB0 yaitu sapi yang diberi r

diberi ransum terfermentasi in

RBR2T2 yaitu sapi yang diber

rumen dan 0,2% rayap, dan RB kombinasi 20% cairan rumen meliputi jumlah bahan kering organik tercerna, jumlah serat k tercerna serta kecernaan bahan organik, kecernaan serat kasar, menunjukkan bahwa pemanfaat

bali dan rayap (RBR1T3, RBR

pertanian mampu meningkatka meningkatkan kecernaan ba penelitiandibandingkan dengan penelitian, maka dapat disimpul rayap sebagai fermentor ransu bahan organik, serat kasar dan p

Kata kunci: inokulan, cairan ru

This research aims to d agricultural waste fermented

Journal of Tropical Animal Science

ail: peternakantropika_ejournal@yahoo.com

email: jurnaltropika@unud.ac.id

244

HAN KERING DAN NUTRIEN RANSUM

S LIMBAH PERTANIAN TERFERMENT

DARI CAIRAN RUMEN DAN RAYAP (

. P., I K. SUMADI, I M. MUDITA DAN I W. WI

ernakan, Fakultas Peternakan, Universitas Uday

utranugraha91@yahoo.comHP. 08786167061

ABSTRAK

ujuan untuk mengetahui kecernaan bahan kering da entasi oleh inokulan yang mengandung cairan . Penelitian lapangan dilaksanakan di Stasiun Pe dayana, Bukit Jimbarandengan alokasi waktu ope 3 Mei 2013 sampai dengan 31 Oktober 2013. Penel ering dan nutrien sampel ransum dan feses Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas al 23 September 2013 sampai dengan 23 Oktober menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) de percobaan menggunakan 1 ekor sapi bali jantan, d obot badan awal 118,33 ± 22,99kg. Perlakuan yang

eri ransum tanpa terfermentasi inokulan, RBR1

tasi inokulan dari kombinasi 10% cairan rumen diberi ransum terfermentasi inokulan dari komb

RBR2T3 yaitu sapi yang diberi ransum terfermen

umen dan 0,3% rayap. Variabel yang diamati dal ering dan nutrien ransum tercerna yang terdiri a serat kasar tercerna, jumlah protein kasar tercerna

bahan kering dan nutrien ransum yang terdiri atas kasar, kecernaan protein kasar, dan kecernaan ab anfaataninokulan yang diproduksi dari kombinasi

BR2T2 dan RBR2T3) sebagai fermentor ransum

gkatkan jumlah bahan organik dan protein kas n bahan organik dan serat kasarransum engan pemberian ransum tanpa fermentasiinokulan

mpulkan bahwa pemanfaatan inokulan 20% cairan ransum berbasis limbah pertanian dapat mening r dan protein kasar ransum sapi bali yang terbaik di

n rumen dan rayap, limbah pertanian, ransum t

ABSTRACT

s to determine the digestibility of dry matter and inoculant containing by the rumen fluid and

NSUM SAPI BALI

MENTASI

AP (

Termites

)

W. WIRAWAN

dayana, Denpasar

670617

ring dan nutrien ransum airan rumen dan rayap iun Penelitian Fakultas tu operasional selama 6 enelitian laboratorium feses dilaksanakan di ersitas Udayana selama ktober 2013. Penelitian dengan 4 perlakuan tan, diperlukan 12 ekor n yang diberikan adalah

T3 yaitu sapi yang

umen dan 0,3% rayap, kombinasi 20% cairan fermentasi inokulan dari ati dalam penelitian ini rdiri atas jumlah bahan rcerna, dan jumlah abu ri atas kecernaan bahan an abu.Hasil penelitian inasi cairan rumen sapi ransum berbasis limbah in kasar tercerna serta sum oleh sapi bali

okulan (RB0). Dari hasil

cairan rumen dan 0,3% eningkatkan kecernaan aik diantara perlakuan.

m terfermentasi

(6)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 245

cattle. Field research was conducted at the Faculty of Animal Husbandry Research Station at

Udayana University, Jimbaran hill by the allocation of operating time for 6 months, from 3rd

of May on 2013 until 31st of October on 2013. The laboratory research for analysis of dry

matter and nutrient ration and faecal samples was conducted at the Laboratory of Animal

Nutrition and FeedFaculty of Animal Husbandry Udayana University for 1 month, from 23rd

of September on 2013 until 23rd of October on 2013. The research was conducted using

randomized block design (RBD) with 4 treatments and 3 replications. Each experimental unit using 1 male bali cattle, 12 head of male bali cattle with initial body weight of 118.33±22.99

kg. The treatment given is RB0 that cattle fed ration without inoculants fermented, RBR1T3

that cattle fed ration fermented inoculant by combination 10% of rumen fluid and 0,3% of

termites, RBR2T2 that cattle fed ration fermented inoculant by combination 20% of rumen

fluid and 0,2% termites, and RBR2T3 that cattle fed rations fermented inoculant by

combination 20% of rumen fluid and 0,3% of termites. The variables measured in this research include the amount of dry matter and nutrients of ration digested consist of the amount of organic matter digested, the amount of crude fiber digested, the amount of crude protein digested, and the amount ofash digested and digestibility dry matter and nutrient of ration consist of organic matter digestibility, crude fiber digestibility, crude protein digestibility and digestibility of ash. The results of research indicated that the utilization

inoculant that produced from combination by rumen fluid bali cattle and termites (RBR1T3,

RBR2T2 and RBR2T3) as fermenters ration based agricultural waste can increase the amount

of organic matter and crude protein digested and increase the digestibility of organic matter, crude fiber and crude protein ration by the bali cattle of the research compared with ration

without fermentation inoculant (RB0). From the research, it can be concludedthat theuse of

inoculants 20% rumen fluid and 0,3% termites as fermenter ration based agricultural waste can improve the digestibility of organic matter, crude fiber and crude protein bali cattleration is the best between all the treatment.

Keywords : inoculant, rumen fluid and termites, agricultural waste, fermented ration

PENDAHULUAN

Seiring dengan laju pertambahan penduduk dan semakin meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya protein hewani mengakibatkan permintaan konsumen terhadap

komoditas hasil ternak khususnya daging semakin meningkat pula. Untuk pemenuhan

kebutuhan akan daging, maka perlu dilakukan pengembangan ternak sapi potong sebagai

salah satu ternak penghasil daging (Suparman, 1999).

Sapi bali merupakan salah satu plasma nutfah asli Indonesia yang berpotensi sebagai

ternak potong dan mempunyai prospek pemasaran yang baik untuk pemenuhan kebutuhan

daging nasional. Sapi bali dapat memasok kebutuhan daging sekitar 26% dari total sapi

potong di Indonesia (Guntoro, 2006).

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh peternak penggemukan sapi bali adalah

ketersediaan pakanhijauan sebagai pakan pokok bagi ternak ruminansia. Semakin intensifnya

pengembangan usaha pertanian dan perkebunan maka penyediaan tanah sebagai sumber lahan

(7)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 246

perkebunan yang bisa menghasilkan produksi sampingan dan hal ini dapat dimanfaatkan

untuk membantu penyediaan pakan. Optimalisasi pemanfaatan hasil sampingan dan limbah

berbagai jenis tanaman pertanian (tanaman pangan dan hortikultura) merupakan sumber daya

alam yang sangat potensial dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah tanaman pertanian

misalnya jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, batang pisang dan kulit pod cacao, serta

limbah usaha pertanian dan peternakan misalnya dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai,

tepung bulu ayam, isi rumen, dan lemak tello (Bidura et al., 2008).

Pada umumnya antara hasil sampingan dengan produk utama pada tanaman relatif

tinggi, sehingga menghasilkan biomassa yang sangat besar dengan keragaman jenis produk

yang tinggi (Ginting, 2004). Akan tetapi, pemanfaatan limbah sebagai bahan penyusun

ransum belum dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal bagi ternak. Seperti diketahui

bahan pakan asal limbah pada umumnya mempunyai kualitas yang rendah, kandungan

seratnya tinggi, adanya senyawa anti nutrisi serta kandungan mineral dan vitamin rendah

(Utomo dan Widjaja, 2005).

Upaya yang dapat dilakukan untuk menutupi kekurangan ransum berbasis limbah

inkonvensional adalah aplikasi teknologi pakan. Teknologi fermentasi menggunakan inokulan

berbasis cairan rumen dan rayap disinyalir dapat dilakukan guna menghasilkan ransum

berbasis limbah yang berkualitas dengan tingkat kecernaan yang tinggi (Mudita dan Wibawa,

2008). Disamping itu, hasil penelitian Thalib et al., (2000) menunjukkan bahwa pemberian

ransum silase jerami padi dengan cairan rumen kerbau dapat meningkatkan kecernaan nutrien

ransum pada sapi Peranakan Ongole (PO).

Penggunaan cairan rumen sapi sangat potensial sebagai inokulan yang kaya akan

nutrien ready fermentable serta mengandung mikroba dan enzim pendegradasi serat (Kamra,

2005). Penelitian yang dilakukan oleh Mudita et al., (2009 ; 2010)a melaporkan penggunaan

cairan rumen mampu menghasilkan inokulan dengan kandungan nutrien dan mikrobiologi

tinggi yang efektif untuk dimanfaatkan sebagai starter dan suplemen ransum limbah

inkonvensional, sedangkan untuk pemanfaatan rayap (Termites) yang berfungsi sebagai

dekomposer kayu juga sangat potensial sebagai produk inokulan. Sel tubuh, air liur dan

saluran pencernaan rayap mengandung enzim pendegradasi serat (Watanabe et al.,1998).

Pemanfaatan cairan rumen dan rayap akan menambah aktivitas mikroba dalam rumen, sintesis

protein mikroba sehingga fermentasi rumen akan lebih maksimal yang nantinya akan

menyebabkan ransum berbasis limbah terfermentasi inokulan yang diproduksi dari cairan

(8)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 247

Hasil penelitian Muditaet al., (2012) menunjukkan, pemanfaatan limbah cairan rumen

sapi bali dengan level 10% dan 20% serta 0,1%, 2%, dan 0,3% rayap mampu

menghasilkaninokulan dengan kandungan nutrien dengan populasi mikroba, aktifitas enzim

dengan efektivitas sebagai starter fermentasi ransum berbasis limbah yang cukup baik. Hasil

penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa inokulan yang diproduksi dari kombinasi cairan

rumen dan rayap yaitu: 10% cairan rumen dan 0,3% rayap; 20% cairan rumen dan 0,2%

rayap; dan 20% cairan rumen dan 0,3% rayap merupakan tiga inokulanunggul yang

mempunyai kualitas yang lebih baik dari kombinasi lainnya.Ketiga inokulan tersebut

mempunyai kandungan nutrien protein terlarut, phosphor (P), kalsium(Ca), Belerang (S) dan

seng (Zn) yaitu: 4,56%, 161,22%, 975,76%, 247,00% dan 8,09%, dengan populasi bakteri

19,01%-9,99% dan aktivitas enzim selulase/CMCase dan silanase yaitu 20,28% dan 39,55%

dan mempunyai efektivitas sebagai starter ransum limbah inkonvensional yang cukup baik

yang ditunjukkan dengan adanya tingkat kecernaan bahan kering (Kc.BK) dan kecernaan

bahan organik (Kc.BO) yaitu 22,73-30,60% dan 20,54-26,31% atau 12,32-19,52% dan

10,47-15,76%. Namun efektivitas tiga inokulan tersebut dalam pengembangan usaha peternakan

sapi bali belum diketahui. Untuk itu, peneliti ingin melakukan penelitian dengan tujuan

mengetahui pengaruh ransum berbasis limbah pertanian terfermentasi ketiga inokulanterhadap

kecernaan sapi bali.

MATERI DAN METODE

Ternak

Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 ekor sapi bali jantandengan

bobot badan awal berkisar 118,33 ± 22,99 kg, milik Fakultas PeternakanUniversitas Udayana

yang ditempatkan secara acak dalam kandang individu yang telah dilengkapi dengan tempat

pakandan tempat air minum.

Kandang dan Perlengkapan

Kandang penelitian yang digunakan adalah kandang individu sebanyak 12 petak, tiap

petak memiliki ukuran panjang × lebar=200 cm × 150 cm yang dilengkapi dengan tempat

pakan dan minum. Kemiringan lantai kandang adalah 50. Atap kandang terbuat dari asbes,

sedangkan lantai kandang dan tempat pakan terbuat dari beton.

Peralatan

Peralatan yang digunakan yaitu timbangan shalter dan digital, ember plastikuntuk

(9)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 248

besar, sekop, dan plester. Selain itu, digunakan juga berbagai wadah/tempat sampel dan

berbagai peralatan lab untuk kegiatan analisis sampel.

Inokulan

Inokulan yang dimanfaatkanadalah tiga inokulan unggul hasil penelitian Mudita et al.

(2012) yaitu (BR2E2, BR1E3 dan BR2E3) yang diproduksi menggunakan sumber isolat dari

limbah cairan isi rumen sapi bali dan rayap serta dibiakkan menggunakan medium kombinasi

bahan alami dan sintetis (Tabel 1). Komposisi medium inokulan yang dimanfaatkan dalam

penelitian ini yaitu gula aren, urea, CMC, xylanosa, asam tanat, tepung jerami padi, serbuk

gergaji kayu, dedak padi dan tepung tapioka, tepung dedak jagung, tepung kedelai, CaCO3,

garam dapur dan multivitamin-mineral “pignox” dan ditambahkan air. Produksi inokulan

dilakukan dengan cara mencampur medium inokulan dan sumber inokulan sesuai perlakuan

(Tabel 2) dalam wadah tertutup rapat. Inokulan yang baru diproduksi selanjutnya diinkubasi

dalam inkubator T 390C selama satu minggu. Kemudian setelah satu minggu, dilanjutkan

dengan mencari kandungan nutrien inokulan (Tabel 3).

Tabel 1 Komposisi bahan penyusun medium inokulan

Bahan Penyusunan Komposisi

Gula Aren (g) 50

Urea (g) 5

CMC (g) 0,02

Xylanosa (g) 0,02

Asam tanat (g) 0,02

Tepung Jerami Padi (g) 1

Tepung Dedak Padi (g) 1

Tepung Tapioka (g) 1

Tepung Dedak Jagung (g) 1

Tepung Kedelai (g) 1

Serbuk Gergaji Kayu (g) 1

Kapur / CaCO3 (g) 0,1

Garam Dapur (g) 0,5

Pignox (g) 0,4

Air bersih hingga volumenya menjadi 1 liter

Kandungan Nutrien*

Kalsium (Ca) (mg/l) 936,07

Phosphor (P) (mg/l) 144,81

Belerang/Sulfur (S) (mg/l) 214,67

Seng/Zincum (Zn) (mg/l) 5,80

Protein Terlarut (%) 3,01

(10)
[image:10.595.75.441.85.171.2]

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 249

Tabel 2 Tabel komposisi inokulan penelitian dalam 1 liter

Inokulan

Komposisi Campuran Inokulan Cairan Rumen

(ml)

Rayap (g)

Medium Inokulan (ml)

BR1T3 100 3 897

BR2T2 200 2 798

BR2T3 200 3 797

Tabel 3 Kandungan nutrien inokulan yang diproduksi dari limbah isi rumen sapi

bali dan rayap

Kandungan Nutrien Jenis Inokulan SEM

BR1T3 BR2T2 BR2T3

Kalsium (Ca) (mg/l) 980,54 979,17 979,09 44,73

Phosphor (P) (mg/l) 171,26 172,47 174,55 3,26

Belerang/Sulfur (S) (mg/l) 245,67 246,00 247,00 4,97

Seng/Zincum (Zn) (mg/l) 7,98 8,07 8,09 0,55

Protein Terlarut (%) 7,67 7,82 7,85 0,04

Sumber: Mudita et al., (2012)

Ransum dan Air Minum

Ransum diproduksi dalam penelitian ini adalah ransum basal dan ransum terfermentasi

yang disusun menggunakan sumber daya lokal yang berasal dari limbah pertanian. Komposisi

[image:10.595.73.477.457.653.2]

bahan penyusun ransum disajikan pada (Tabel 4).

Tabel 4 Komposisi bahan penyusun ransum basal

Bahan Penyusun Ransum Basal Komposisi (%)

Jerami Padi 50,0

Serbuk Gergaji kayu 5,0

Dedak Padi 20,0

Bungkil Kelapa 20,0

Minyak Kelapa 2,0

Gula Aren 1,0

Urea 1,0

Garam dapur (NaCl) 0,5

Kapur (CaCO3) 0,4

Pignox 0,1

(11)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 250

Tabel 5. Kandungan bahan kering dan nutrien ransum penelitian

Kandungan Nutrien*

Ransum Penelitian

RB0 RBR1T3 RBR2T2 RBR2T3

Bahan Kering (% Asfed basis) 85,54 50,74 48,95 49,09

Bahan Kering (% DW basis) 93,49 92,82 92,76 92,48

Bahan Organik (% DM basis) 81,81 80,92 80,47 81,00

Serat kasar (% DM basis) 21,01 15,93 15,21 14,07

Protein Kasar (% DM Basis) 13,63 14,79 15,24 15,75

Keterangan:

*Hasil analisis Lab. Nutrisi dan Makanan TernakFapet Unud(Desi, 2015,unpublished)

Pembuatan ransum basal dilakukan dengan cara terlebih dahulu membuat campuran

homogen antara dedak padi, bungkil kelapa, dan serbuk gergaji kayu (campuran 1). Pada

tempat yang terpisah, dibuat juga campuran homogen antara gula aren, kapur, garam dapur,

urea, minyak kelapa dan pignox (campuran 2). Kemudian campuran 1 dan 2 dicampur hingga

homogen, selanjutnya ditambahkan jerami padi dicampur kembali hingga homogen. Setelah

campuran homogen dapat dipakai sebagai ransum basal pada perlakuan (RB0), atau untuk

produksi ransum terfermentasi.

Fermentasi ransum dilakukan dengan cara setiap 100 kg ransum basal (kandungan

kahan kering ransum basal 85%) ditambahkan dengan 2 liter larutan inokulan (sesuai

perlakuan), 0,5 kg gula aren dan 70 liter air bersih (kadar air bakalan ransum terfermentasi

±50%). Kemudian dicampur hingga homogen. Fermentasi dilakukan menggunakan kantong

plastik hitam sebagai silo selama 7 hari dalam kondisi anaerob.

Pemberian ransum diberikan secara ad libitum mulai dari pagi harinya sampai pagi

keesokan harinya. Monitoring ketersediaan ransum dilakukan setiap saat sehingga ternak

tidak sampai kekurangan pakan. Khusus untuk ransum terfermentasi (RBR1T3, RBR2T2,

RBR2T3)yang baru diambil dari silo terlebih dahulu diangin-anginkan± 15 menit, kemudian

baru diberikan dalam kondisi segar.

Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kandang Farm Fakultas Peternakan Universitas Udayana,

Bukit Jimbaranselama enam bulan, yaitu dari tanggal 3 Mei 2013 sampai dengan 31 Oktober

(12)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 251

MakananTernak Fakultas Peternakan Universitas Udayanaselama 1 bulan, yaitu dari tanggal

23 September 2013 sampai dengan 23 Oktober 2013.

Rancangan Percobaan

Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan

empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan, yaitu:

1. Ransum tanpa terfermentasi/ransum basal(RB0)

2. Ransum terfermentasi inokulan 10% cairan rumen dan 0,3% rayap (RBR1T3)

3. Ransum terfermentasi inokulan 20% cairan rumen dan 0,2% rayap (RBR2T2)

4. Ransum terfermentasi inokulan 20% cairan rumen dan 0,3% rayap (RBR2T3)

Pemberian Ransum dan Air Minum

Pengambilan data penelitian dilaksanakan setelah ternak melewati fase adaptasi pakan

(ternak sudah terbiasa mengkonsumsi ransum terfermentasi). Fase adaptasi pakan

dilaksanakan selama dua minggu.Hari pertama sampai hari ketiga ternak diberikan pakan

hijauan ditambah ransum basal yang telah disiapkan sebelumnya, hari ke-4 sampai hari ke-7

ternak mulai dilatih diberikan ransum penelitian dengan terlebih dahulu dicampur dengan

hijauan yang secara bertahap jumlah hijauan dikurangi hingga ternak terbiasa mengkonsumsi

ransum penelitian.

Pada periode pengambilan data lapangan, ternak diberikan ransum penelitian secara ad

libitum mulai pagi hari (08.00 Wita) dan berakhir keesokan harinya (08.00 Wita). Monitoring

ketersediaan pakan dan air minum serta penambahan ransum ke dalam tempat pakan

dilakukan setiap saat dari pagi sampai sore hari untuk mencegah ternak kehabisan ransum.

Pengambilan Data

Pengambilan Sampel Ransum dan Sisa Ransum

Pengambilan sampel ransum dilakukan selama tiga kali yaitu setelah pencampuran

ransum basal/panen ransum terfermentasi pertama, kedua, dan ketiga.Sedangkan pengambilan

sampel sisa ransum dilakukan selama satu minggu pada periode koleksi total. Semua sampel

yang diambil dibawa ke Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet Unud untuk

dilakukan analisis kandungan bahan kering dan nutriennya (bahan organik, serat kasar, dan

protein kasar).

Pengambilan Sampel dan Data Produksi Feses

Pengukuran produksi fesesdilaksanakan pada fase koleksi total yang dilaksanakan

selama 1 minggu menjelang berakhirnya waktu penelitian. Pengukuran produksi feses harian

dilaksanakan selama 1minggu menggunakantimbangan salter kapasitas 25 kg sebagai

(13)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 252

Feses yang dikeluarkan oleh ternak sesegera mungkin ditampung/dimasukkan kedalam

ember plastik yang telah disiapkan pada setiap kandang metabolik ternak perlakuan. Jumlah

feses yang tertampung selama 1 hari (dari pagi hari sampai pagi keesokan harinya) dihitung

sebagai jumlah produksi feses segar. Setiap feses yang telah tertampung dicampur/diaduk

terlebih dahulu hingga homogen, kemudian baru diambil 100-200 gram/ekor dan dimasukkan

dalam wadah plastik.Selanjutnya sampel masing-masing feses dibawa ke Lab. Nutrisi dan

Makanan Ternak Fapet Unud untuk dianalisis kandungan berat keringnya. Setelah semua

feses kering, feses tiap unit perlakuan digiling halus menggunakan mesin penggiling dengan

diameter 1 mm. Semua sampel feses kering yang telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis

kandungan bahan kering dan analisis nutrien feses.

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum harian dihitung mulai dari pukul 08.00 Wita pagi sampai pukul

08.00 Wita keesokan harinya.Pemberian ransum diberikan secara adlibitum.

Variabel yang Diamati

Kandungan bahan kering (BK), bahan organik (BO) dan serat kasar (SK) ransum dan

feses dianalisis dengan metode analisis proximat, sedangkan kandungan proteian kasar (PK)

dianalisis dengan metode semi mikro ”Kjeldahl”. Variabel yang diamati pada penelitian ini,

yaitu:

a. Jumlah bahan kering (BK) dan nutrien ransum tercerna yang terdiri atas jumlah bahan

kering tercerna, bahan organik tercerna, serat kasar tercerna, protein kasar tercerna dan

jumlah abu tercerna dengan rumus menurut Putra et al., (2008):

Jumlah BK tercerna = Konsumsi BK ransum – Produksi BK feses

Jumlah Nutrien tercerna = Konsumsi Nutrien ransum – Produksi Nutrien feses

b. Kecernaan bahan kering (BK) dan nutrien ransum yang terdiri atas kecernaan bahan

kering (Kc.BK), kecernaan bahan organik (Kc.BO), kecernaan serat kasar (Kc.SK),

kecernaan protein kasar (Kc.PK), dan kecernaan abu (Kc.Abu) yang dihitung berdasarkan

persentase selisih jumlah konsumsi nutrien ransum dengan jumlah nutrien yang keluar

melalui feses dibagi dengan jumlah konsumsi nutrien ransum dengan rumus :

1. Kecernaan Bahan Kering (Kc.BK)

Kc.BK

=

× 100%

….(1)

2. Kecernaan Bahan Organik (Kc.BO)

(14)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 253

3. Kecernaan Serat Kasar (Kc.SK)

Kc.SK

=

× 100%

………(3)

4. Kecernaan Protein Kasar (Kc.PK)

Kc.PK

=

× 100%

….(4)

5. Kecernaan Abu (Kc.Abu)

Kc.Abu

=

× 100%

………..(5)

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam. Apabila terdapat hasil berbeda

nyata (P<0,05) antara perlakuan, maka analisis dilanjutkandengan uji jarak berganda dari

Duncan(Steel and Torrie, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Bahan Kering (BK) dan Nutrien Ransum Tercerna

Jumlah bahan kering (BK) dan nutrien ransum tercerna seperti jumlah bahan organik

tercerna, serat kasar tercerna, protein tercerna, dan abu tercerna oleh ternak ruminansia seperti

sapi bali sangat dipengaruhi oleh palatabilitas, keseimbangan nutrien pada ransum

terfermentasi, dan kondisi rumen pada ternak ruminansia. Pengaruh pemanfaatan ransum

terfermentasi inokulan yang diproduksi dari kombinasi limbah cairan rumen sapi bali dan

rayap terhadap jumlah bahan kering dan nutrien ransum tercerna serta kecernaan bahan kering

dan nutrien ransum terhadap sapi bali disajikan pada Tabel 6.

Pada pemberian ransum terfermentasi ketiga inokulan (RBR1T3, RBR2T2 dan RBR2T3),

jumlah bahan kering,serat kasar dan bahan anorganik (abu) tercerna tidak berpengaruh,

walaupun jumlah konsumsi bahan kering harian meningkatmasing-masing sebesar 7,25,

7,30%, dan 5,96% (Lampiran 1) dibandingkan dengan ransum basal (RB0). Hal tersebut

dikarenakan variasi antara masing-masing perlakuan yang cukup tinggi. Disamping itu,

diakibatkan pula karenamikrobainokulan juga membutuhkan nutrien untuk

memenuhikebutuhan nutrisinya pada proses fermentasi (Fellner, 2004), sehingga

menyebabkan kandungan beberapa nutrien ransum terfermentasi mengalami penurunan

(Tabel 2.5). Terhadap jumlah bahan organik (BO) dan protein kasar (PK) tercerna, pemberian

ransum terfermentasi ketiga inokulan menghasilkan jumlah BO dan PK tercerna nyata lebih

(15)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 254

ransum tanpa terfermentasi inokulan (RB0) dengan jumlah BO tercerna 2043,24 g/e/h dan

jumlah PK tercerna sebesar 346,35 g/e/h (Tabel 6).

Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bahan kering dan nutrient tercerna serta kecernaan bahankeringdan nutrien ransumpenelitian pada sapi bali

Peubah Perlakuan

1

SEM3

RB0 RBR1T3 RBR2T2 RBR2T3

Jumlah Bahan Kering dan Nutrien Tercerna (g)

Jumlah BK Tercerna (g) 2345,10a2 2593,56a 2647,14a 2597,47a 99,93

Jumlah BO Tercerna (g) 2043,24b 2324,65a 2327,32a 2327,64a 35,16

Jumlah SK Tercerna (g) 432,55a 414,85a 403,75a 369,23a 14,11

Jumlah PK Tercerna (g) 346,35c 447,43b 473,88ab 485,54a 10,69

Jumlah Abu Tercerna (g) 301,86a 268,92a 319,81a 269,82a 74,78

Tingkat Kecernaan Bahan Kering dan Nutrien Ransum (%)

Kecernaan BK (%) 62,53a2 64,39a 65,71a 65,29a 2,10

Kecernaan BO (%) 66,89b 71,37a 71,81a 72,27a 1,09

Kecernaan SK (%) 54,91b 64,69a 65,87a 66,01a 2,01

Kecernaan PK (%) 67,72b 75,16a 77,18a 77,54a 1,58

Kecernaan Abu (%) 43,42a 34,81a 40,58a 35,54a 9,48

Keterangan:

1) Ransum Perlakuan

RB0 = Ransum basal tanpa terfermentasi

RBR1T3 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR1T3

RBR2T2 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR2T2

RBR2T3 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR2T3

2) Huruf sama pada baris yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata (P>0,05)

3) SEM: “Standard Error of the Treatment Mean”

Pemberian ransum terfermentasi ketigainokulanmenghasilkan jumlah bahan organik

dan protein kasar tercerna yang lebih tinggidiakibatkan karena proses

fermentasimenggunakan ketigainokulan menghasilkan silase ransum dengan kandungan

nutrisis dan palatabilitasyang lebih tinggi. Selain itu, ditunjukkanadanya konsumsi bahan

kering ransum yang lebih tinggi5,96-7,30% (Lampiran 1)sertakandungan protein kasar

ransum 8,45–15,51% lebih tinggi dibandingkan dengan ransum basal (RB0),

walaupunkandungan BO lebih rendah 0,52-1,17% (Tabel 2.5). Mudita et al., (2012)

menyatakan bahwa tingkat konsumsi bahan kering ransum yang lebih tinggi menghasilkan

jumlah bahan organik dan protein kasar tercerna yang lebih tinggi pula.

Peningkatan kandungan protein kasar pada ransum terfermentasi ketiga inokulan

diduga merupakan sumbangan dari protein mikrobainokulan yang sudah tentu mempunyai

kualitas dan tingkat kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ransum tanpa

(16)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 255

terfermentasiinokulan (Tabel 5) juga memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan

kecernaan nutrien ransum termasuk kecernaan bahan organikdan protein kasar ransum

sehingga akan meningkatkan jumlah bahan organik dan protein kasar tercerna (Perez et al.,

2002).

Kecernaan Bahan Kering (BK) dan Nutrien Ransum

Kecernaan merupakan persentase jumlah ransum tercerna terhadap konsumsi ransum,

pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dari ransum yang dikonsumsi,

kondisi lingkungan rumen serta populasi dan aktivitas mikroba rumen (Parakkasi, 1999).

Hasil penelitian menunjukkan, tingkat kecernaan bahan kering (Kc.BK) dan kecernaan

bahan anorganik (abu) ransum terhadap pemberian semua ransum perlakuan menghasilkan

tingkat kecernaan yang mendekati sama. Hal ini disebabkan karena jumlah bahan kering dan

abu tercerna juga mendekati sama (Tabel 6) yang diakibatkan oleh penurunan kandungan

bahan kering ransum terfermentasi ketiga inokulan pada proses fermentasi.

Pada pemberianransum terfermentasi ketiga inokulan, kecernaan bahan organik

(Kc.BO), serat kasar (Kc.SK) dan protein kasar (Kc.PK) ransum mengalami peningkatan

dengan Kc.BO meningkat sebesar6,70%–8,04%, Kc.SK meningkat sebesar 17,81%–20,21%

dan Kc.PK meningkat sebesar 10,99%–14,50%dibandingkan dengan pemberian ransum basal

(RB0).Tingginya populasi mikrobainokulan dan didukung dengan kemampuan degradasi

substrat yang tinggi, serta aktivitas enzim selulase maupun silanase yang tinggi telah mampu

menurunkan kandungan serat kasar ransumsehingga kualitas kandungan nutrienransum

terfermentasi inokulan yang dihasilkan meningkat.Peningkatan kualitas kandungan nutrien

ransum terfermentasi tersebut memberikan respon positif terhadap peningkatan kecernaan

bahan organik (Kc.BO), kecernaan serat kasar (Kc.SK) dan kecernaan protein (Kc.PK)

ransum yang dikonsumsi sapi bali penelitian.

Hal lain yang menyebabkan peningkatan kecernaan bahan organik, serat kasar dan

protein pada sapi bali yang mendapatkan perlakuan ransum terfermentasi dengan cairan

rumen dan rayap adalah terjadinya penurunan populasi protozoa secara nyata (P<0,05)

sebesar 70,43%-83,19% dibandingkan dengan pemberian ransum basal atau tanpa

terfermentasi inokulan (RB0) (Lampiran 2).Hal ini mengindikasikan terjadinya defaunasi

rumen sebagai akibat pemberian ransum terfermentasi ketiga inokulan(RBR1T3, RBR2T2, dan

RBR2T3).Berbagai hasil penelitian menunjukkan defaunasi rumen akan mampu meningkatkan

kecernaan nutrien ransum sebagai akibat terjadinya peningkatan populasi bakteri khususnya

bakteri pendegradasi serat (Cellulolyticbacteria) sehingga kecernaan serat pakan akan

(17)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 256

meningkatkan terjadinya suplai mikrobial protein/sintesis protein mikroba yang merupakan

sumber protein utama bagi induk semang. Mudita et al., (2010) dan Russell et al., (2009)

menyatakan bahwa sumbangan asam amino dari mikroba rumen bisa mencapai 90%. Pathak,

(2008)melaporkan proteinyang berasaldari mikroba rumen merupakan dua pertiga dari

sumber asam amino yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia.

Fermentasi ransum berbasis limbah pertanian menggunakaninokulanyang banyak

mengandung mikroorganisme (bakteri dan fungi) pendegradsi seratyang mempunyai

kemampuandegradasi serat pakan yang cukup tinggidan aktivitas enzim lignoselulolitik yang

tinggi mampu menghasilkan silase ransum (ransum terfermentasi) berkualitas tinggi dengan

kandungan serat yang lebih rendah dan kandungan protein kasar yang lebih tinggi (Mudita et

al., 2010). Pemberian ransum dengan kualitas yang lebih baik sudah tentu akan menghasilkan

tingkat kecernaan ransum yang lebih tinggi, sehingga tentu akan memberikan dampak positif

terhadap produktivitas ternak sapi bali.

Howard et al., (2003) dan Mudita et al., (2009) menyatakan bahwa serat kasar

merupakan faktor pembatas utama pemanfaatan ransum oleh ternak termasuk ternak

ruminansia seperti sapi bali. Ransum dengan kandungan serat kasar tinggi akan lebih sulit

dimanfaatkan oleh ternak daripada ransum dengan kadar serat kasar yang lebih rendah. Hal

tersebut tampaksecara nyatapada penelitian ini, dengan ransum tanpa terfermentasi yang

mempunyai kandungan serat kasar lebih tinggi mempunyai tingkat kecernaan yang lebih

rendah daripada ransum terfermentasi inokulan RBR1T3, RBR2T2, dan RBR2T3 (Tabel 3.1).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan inokulan dari

20%cairan rumendan 0,3%rayapsebagai fermentor ransum berbasis limbah pertanian

terfermentasi (RBR2T3), mampu meningkatkan kecernaan bahan organik, serat kasar, dan

protein kasar ransum sapi bali yang terbaik diantara perlakuan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disarankan pengembangan usaha

peternakan sapi bali berbasis limbah pertanian harus disertai dengan aplikasi teknologi

pengolahan pakan. Salah satunya melalui aplikasi teknologifermentasiinokulan yang

diproduksi dari kombinasicairan rumen sapidan rayap agar dicapai peningkatan kecernaan

(18)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 257

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih saya persembahan kepada Dekan Fakultas Peternakan,

pembimbing pertama dan kedua, teman seperjuangan dalam penelitian dan

teman-teman seangkatan tahun 2011 yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan

dengan semestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Bidura, I.G.N.G., I.B.G. Partama, dan T.G.O. Susila. 2008. Limbah.Pakan Ternak Alternatif dan Aplikasi Teknologi. Buku Ajar. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.

Fellner, M.F. 2004. Rumen Microbes and Nutrient Management.Carolina State University. Carolina.

Guntoro, S. 2006. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Ginting, S.P.. 2004. Tantangan dan Peluang Pemanfaatan Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan Kambing di Indonesia. Loka Penelitian Kambing Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. [cited 2007 January 30]. Available from :URL:Http://peternakan.litbang.deptan.go.id/download/infoteknis/kambingpotong/prokpo 04-7.pdf

Howard R. L., Abotsi E., J. V. Rensburg E. L., and Howard S. 2003. Lignocellulose Biotechnology; Issues of Bioconversion and Enzyme Production.Review. African Journal of Biotechnology Vol. 2 (12); 602-619

Kamra, D. N. .2005. Rumen Microbial Ecosystem. Special Section: Microbial Diversity. Current Science. Vol. 89. No. 1. hal 124-135. [cited 2007 Decembre 20]. Available from:

URL: http://www.ias.ac.in/currsci/jul102005/124.pdf.

Mudita, I M. dan AA. P. P.Wibawa. 2008. Evaluasi Kualitas Dan Kecernaan Nutrien Secara

In Vitro Ransum Sapi Komplit Berbasis Bahan Lokal Asal Limbah yang Difermentasi

Cairan Rumen dan Enzim Optyzim. Laporan Penelitian Dosen Muda. Fakultas Peternakan.Universitas Udayana, Denpasar

Mudita, I M., I G.L.O.Cakra, AA.P.P.Wibawa, dan N.W. Siti. 2009. Penggunaan Cairan Rumen Sebagai Bahan Bioinokulan Plus Alternatif serta Pemanfaatannya dalam Optimalisasi Pengembangan Peternakan Berbasis Limbah yang Berwawasan Lingkungan. Laporan Penelitian Hibah Unggulan Udayana, Universitas Udayana, Denpasar.

Mudita, I M., T.I. Putri, T.G.B. Yadnya, dan B. R. T. Putri. 2010a. Penurunan Emisi Polutan

(19)

Nugraha et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 2 Th. 2015: 244 - 258 Page 258

Mudita, I M., I W. Wirawan Dan AA. P.P. Wibawa. 2010b. Suplementasi Bio-Multi Nutrien

Yang Diproduksi Dari Cairan Rumen Untuk Meningkatkan Kualitas Silase Ransum Berbasis Bahan Lokal Asal Limbah. Laporan Penelitian Dosen Muda Unud, Denpasar.

Mudita, I M., I W. Wirawan, A.A.P.P. Wibawa, I G. N. Kayana. 2012. Penggunaan Cairan Rumen dan Rayap dalam Produksi Bioinokulan Alternatif serta Pemanfaatannya dalam Pengembangan Peternakan sapi bali Kompetitif dan Sustainable. Laporan Penelitian. Hibah Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Udayana Tahun Pertama, Denpasar. Putra, S. 2008. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan

Universitas Udayana. Denpasar.

Parakkasi, A. 1999.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Pathak, A. K. 2008. Various factor affecting microbial protein synthesis in the rumen.

Veterinary World, Vol. 1(6): 186-189.

Perez, J., J. Munoz-Dorado, T. De la Rubia, and J. Martinez. 2002. Biodegradation and Biological Treatment of Cellulose, Hemicellulose and Lignin; an overview. Int. Microbial, 5: 53-56

Russell, J. B., R. E. Muck and P. J. Weimer. 2009. Quantitative analysis of cellulose

degradation and growth of cellulolytic bacteria in the rumen. FEMS Microbiol. Ecol.

67:183-197.

Suparman. 1999. “Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi Potong”. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian.

Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1991. Principle and Procedures of Statistic. McGrow Hill Book Bo.Inc. New York.

Utomo, B.N. dan E. Widjaja. 2005. Limbah padat pengolahan minyak sawit sebagai sumber

nutrisi ternak ruminansia. J. LitbangPertanian. 23(1): 22 – 28.

Watanabe, H., H. Noda, G. Tokuda, and N. Lo. 1998. Acellulase gene of termite origin. Nature 394: 330-331.

(20)

PANDUAN BAGI PENULIS

Ketentuan Umum

1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan

(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1, S2, S3 minimal

berasal dari naskah seminar yang telah disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing,

sedangkan untuk penulis lain naskah disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku

umum)

2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk

hasil penelitian, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.

3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang

ditentukan

4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy

(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft

Word.

5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:

Redaksi eJournal Peternakan Tropika

d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali

Telp. 0361-222096 / HP. 081338791005

Email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com

Email: jurnaltropika@unud.ac.id

Standar Penulisan

1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali

Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah

dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point;

margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm, sedangkan margin kanan dan margin

bawah berukuran 2,5 cm.

2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil

dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka

(21)

3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan

diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di

Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,

penulisan di Bold

4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman diberi nomor secara

berurutan.

5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,

alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan

Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode

(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar

pustaka.

Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama

penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),

abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan

pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.

TATA CARA PENULISAN NASKAH

1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah, maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.

Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 12 point (Bold), jarak

1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.

2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan

penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis

mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan

nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti

dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama

penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama

utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan

umum yang berlaku.

(22)

4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan

dipublikasikan

5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris

(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 (satu) paragraf yang berisikan tujuan penelitian, metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu

spasi

6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata

utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.

7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka

mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat

orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et al. (2002)

8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.

Metode pelaksanaan penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan

sumbernya.

9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan

hasil secara jelas dan komprehensif

Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)

a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul

singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan

huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup

kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi

b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point

(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang

disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang

selanjutnya wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut

c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa

dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan

huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt

setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan

analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama

(23)

d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan

tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).

e. Grafik, gambar dan Foto:

- Grafik dibuat dalam program excel

- Gambar baik berupa gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi

f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)

g. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda

petik

10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas

11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu

sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik

proyek/penyandang dana, dll

12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun

menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama

penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama

penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.

Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul

buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,

Gambar

Tabel 1 Komposisi bahan penyusun medium inokulan
Tabel 4 Komposisi bahan penyusun ransum basal
Tabel 5. Kandungan bahan kering dan nutrien ransum penelitian
Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bahan kering dan nutrient tercerna serta kecernaan bahankeringdan nutrien ransumpenelitian pada sapi bali

Referensi

Dokumen terkait

- BAB IV Kesimpulan dan Saran , berisi Manfaat yang diperoleh dari Kerja Praktik, Saran kepada pihak DKV FSRD Universitas Kristen Maranatha, Saran kepada Sempre Studio,

Pemberdayaan ini menekankan pada permasalahan pemuda pengangguran yang ada di desa Banjar, yaitu hilangnya peran pemuda dalam pembangunan desa Banjar. Permasalahan ini

Universitas Kristen Maranatha Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan pemahaman mengenai perpajakan baik secara teori maupun praktek, khususnya

Metode yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah Pengurangan Spektral Multiband, yaitu teknik menekan noise dengan memisahkan sebuah perkiraan noise bias (dalam

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W2, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013,

Capaian Program Meningkatnya Kualitas Pelaporan Kinerja dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Daerah Yang Transparan, Terukur, Tepat Waktu dan Akuntabel. 1 Dokumen Lakip,

The more dense the data gets, the Storage size for the captured Amount of data increases extremely causing delays in processing and creating deliverables as well as the

An academically effective school is distinguished by its culture: a structure, process, and climate of values and. culture: a structure, process, and climate of