• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi sifat fungsional tepung suweg (Amorphopallus campanulatus BI) termodifikasi dengan metode pregelatinisasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi sifat fungsional tepung suweg (Amorphopallus campanulatus BI) termodifikasi dengan metode pregelatinisasi."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Ni Made Ary Esta Dewi Wirastuti, S.T., MSc. PhD Prof. Dr. Drs. IB Putra Yadnya, M.A.

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM.

Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P.

Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng

Dra. Ni Luh Watiniasih, MSc, Ph.D Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA.

Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. Ir. Ida Bagus Wayan Gunam, MP, Ph.D dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, SpMK, Ph.D

Dr. Agoes Ganesha Rahyuda, S.E., M.T. Putu Alit Suthanaya, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D.

I Putu Sudiarta, SP., M.Si., Ph.D. Dr. Ir. Yohanes Setiyo, M.P. Dr. P. Andreas Noak, SH, M.Si I Wayan Gede Astawa Karang, SSi, MSi, PhD.

Dr. Drh. I Nyoman Suarta, M.Si

l Udayana University Press, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana

2015, xli + 2191 hal, 21 x 29,7 SEMINAR NASIONAL SAINS

DAN TEKNOLOGI 2015

(3)

KATA PENGANTAR ... vii

SAMBUTAN KETUA PANITIA ... ix

SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS UDAYANA ... xi

HUMANIORA

NILAI LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM

Fenty U. Puluhulawa, Nirwan Yunus ...3

KEBIJAKAN LOKAL DAN ETNISITAS MENUJU INTEGRASI KELOMPOK ETNIS

DI KABUPATEN POHUWATO

Wantu Sastro ...8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU DALAM RESTORASI DAN KONSERVASI TERUMBU KARANG DI PEMUTERAN BALI SEBAGAI DAYA TARIK EKOWISATA

I Ketut Surya Diarta, I Gede Setiawan Adi Putra ...13

KEMAMPUAN BAHASA BALI GENERASI MUDA BALI DI UBUD GIANYAR BALI

Ni Luh Nyoman Seri Malini, Luh Putu Laksminy, I Ketut Ngurah Sulibra ...21

INTENSITAS KAPITAL INDUSTRI DAN DINAMISME KEUNGGULAN KOMPARATIF PRODUK EKSPOR INDONESIA

Ni Putu Wiwin Setyari ...29

MODEL ESTIMASI KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL UKM DI KABUPATEN BANDUNG

Rivan Sutrisno,Mardha Tri Meilani ...38

KAMUS PRIMITIVA SEMANTIK BALI-INDONESIA-INGGRIS BIDANG ADAT DAN AGAMA Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum, Drs. I Nyoman Udayana, M.Litt., Ph.D,

Dr. Drs. I wayan Suardiana, M.Hum, Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum.,

Dr. Drs. Frans I Made Brata, M.Hum ...46

MODEL KONFIGURASI MAKNA TEKS CERITA RAKYAT TENTANG PRAKTIK-PRAKTIK BUDAYA RANAH AGAMA DAN ADAT

UNTUK MEMPERKOKOH JATI DIRI MASYARAKAT BALI

Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum, Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum,

(4)

OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN MELALUI PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA TANAMAN PISANG DI LAHAN KERING KECAMATAN MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM

I M. Mega, I N. Puja, dan I W Nuarsa ...994

STUDI RAGAM EKSTERIUR DAN KARAKTERISTIK REPRODUKSI BABI BALI

I W. Sudiastra.1), K. Budaarsa ...997

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KAMBING GEMBRONG YANG TERANCAM PUNAH MELALUI SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN-MINERAL DALAM RANSUM BERBASIS HIJAUAN LOKAL

Tjokorda Istri Putri Dan Made Dewantari ...1007

PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DITERNAKKAN DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH

Martini Hartawan 1), Ketut Suriasih2), I Nyoman Sucipta3), Ni Made Suci Sukmawati ...1013

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM KAMPUNG DIPELIHARA SECARA EXSTENSIF

Made Wirapartha, Kadek Anom Wiyana, G. A.M. Kristina Dewi ...1019

KAJIAN EVALUASI SENSORIS BEBERAPALOLOH BALI

Putu Ari Sandhi Wipradnyadewi1), NM Indri Hapsari1), NW Wisaniyasa ...1024

OPTIMALISASI POLA PEMANFAATAN PRODUK PERTANIAN LOKAL DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN HOTEL BERBINTANG

DI KOTA DENPASAR

Putu Ratih Pertiwi1, I G N Widyatmaja2, Nyoman Jamin Ariana ...1027

KARAKTERISASI SIFAT FUNGSIONAL TEPUNG SUWEG (AMORPHOPALLUS CAMPANULATUS BI) TERMODIFIKASI DENGAN METODE PREGELATINISASI

IGA Ekawati(1), Putu Timur Ina(1), IDP Kartika P. ...1034

EKTRAKSI DAN KARAKTERISASI PATI KELADI DALAM UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH UMBI-UMBIAN LOKAL

A.A. Istri Sri Wiadnyani ...1040

STUDI ASPEK BIOLOGI DAN REPRODUKSI TONGKOL KOMO

(EUTHYNNUS AFFINIS)YANG DIDARATKAN DI PPI KEDONGANAN, BALI

Rani Ekawaty1) , Devi Ulinuha ...1049

UJI KERAGAMAN KISARAN INANG TERHADAP PENULARANBEAN COMMON MOSAIC

VIRUS PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis) DI BALI

Trisna A. Phabiola, I Made Sudana, dan I Gede Rai Maya Temaja ...1057

EFISIENSI PEMASARAN BIBIT SAPI BALI

PADA “SIMANTRI” DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

(5)

KARAKTERISASI SIFAT FUNGSIONAL TEPUNG SUWEG

(

AMORPHOPALLUS CAMPANULATUS

BI) TERMODIFIKASI DENGAN

METODE PREGELATINISASI

IGA Ekawati(1), Putu Timur Ina(1), IDP Kartika P(1)

1Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana,

Bukit Jimbaran (0361) 701801, desak_wk@yahoo.co.id

ABSTRAK

$<16N8.@6 A2=B;4 @BD24 :29.9B6 :2A<12 =?2429.A6;6@.@6 169.8B8.; B;AB8 :2:=2?/.686 @63.A 3B;4@6<;.9 F.;4

dimiliki oleh tepung suweg sehingga aplikasinya dalam industri pangan menjadi lebih luas. Metode pregelatinisasi

:2?B=.8.;:2A<12:<16N8.@6A2=B;4@20.?.N@6812;4.;:2:/2?68.;=2?9.8B.;=2?2/B@.;=.1.@B5B1.;7.;48. D.8ABA2?A2;AB*2=B;4@BD2416:<16N8.@612;4.;=2?9.8B.;=2?9.8B.;@B5B=?2429.A6;6@.@6F.6AB oC ,55oC, 60oC,

65 oC, 70oC menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan suhu pregelatinisasi menunjukkan tidak

berpengaruh nyata terhadap hasil kadar air, kadar pati; berpengaruh nyata terhadap indeks penyerapan air, indeks kelarutan air, daya pengembangan, dan daya serap air. Suhu pregelatinisasi menghasilkan kadar air tepung suweg

A2?:<16N8.@6=.1.86@.?.;8.1.?=.A6=.1.86@.?.; 1.F.@2?.=.6?=.1.86@.?.;

(206,64-267,29%); indeks penyerapan air pada kisaran (0,26-0,34 g/g); indeks kelarutan air pada kisaran (0,0053-0,0072 g/ml); dan daya pengembangan pada kisaran (15,481-13,38 g/g). Terdapat kecenderungan peningkatan nilai indeks penyerapan air dan daya pengembangan, daya serap air dan indeks kelarutan seiring dengan meningkatnya

=2?9.8B.;@B5B=?2429.A6;6@.@61.?6A2=B;4@BD24A2?:<16N8.@6

Kata kunci*2=B;4@BD24:<16N8.@6A2=B;4:2A<12=?2429.A6;6@.@6@63.A3B;4@6<;.9

CHARACTERISTIC OF FUNCTIONAL PROPERTIES OF MODIFIED

SUWEG FLOUR (AMORPHOPALLUS CAMPANULATUS BI) WITH

PREGELATINIZATION METHOD

ABSTRACT

'?2429.A6;6G.A6<;@BD24O<B?D2?2B@21A<:<163FA523B;0A6<;.9=?<=2?A62@<3@BD24O<B?A<6:=?<C2=<A2;A6.9B@2 3<?3<<1=?<02@@6;4.==960.A6<;'?2429.A6;6G.A6<;6@.=5F@60.9:<16N21:2A5<13<?O<B?to give a boiling treatment at .A2:=2?.AB?2.;1A6:2=2?6<1@=206N21)BD24O<B?:<16N21/FA?2.A:2;Apregelatinization temperature treatment is 50oC, 55oC, 60oC, 65°C, 70°C using a randomized block design.Pregelatinization temperature treatment has no @64;6N0.;A23320A<;A52?2@B9A@<3D.A2?0<;A2;A@A.?050<;A2;A.;1@5<D21.@64;6N0.;A23320A<;?2@B9A@<3D.A2? absorption index, water solubility index, power development, and water absorption.Pregelatinization temperature =?<1B02@@BD24:<16N21@A.?05D6A5D.A2?0<;A2;A6;A52?.;42A52@A.?050<;A2;A6;A52?.;42

(74,72-80,48%); water absorption in the range (206.64 - 267.29%); water absorption index in the range (0.26 - 0.34 g/g); water solubility index in the range (0.0053 - 0.0072 g/ml); and swelling power in the range (from 15.481 - 13.38 44-.A2?./@<?=A6<;6;12E@D2996;4=<D2?D.A2?./@<?=A6<;.;1@<9B/696AF6;12E<3@BD24O<B?:<16N215.1.; increasing trend with increasing temperature treatment.

"2FD<?1@)BD24O<B?:<16N21O<B?=?2429.A6;6G.A6<;3B;0A6<;.9=?<=2?A62@

1. PENDAHULUAN

(6)

(6?:?8<2E2?5:G6CD:WE2DAC@5F<>2<2?2?52C:DFH6852A2E5:=2<F<2?56?82?>6?8@=29F>3:DFH68 menjadi tepung, sehingga lebih mudah untuk diaplikasikan menjadi berbagai produk pangan khususnya yang berbahan dasar terigu. Penggunaan tepung suweg masih terbatas dan memiliki kekurangan sifat 7F?8D:@?2=*2=29D2EFE6<?:<F?EF<>6?:?8<2E<2?D:72E7F?8D:@?2=E6AF?8252=2956?82?E6<?:<>@5:W<2D: %6E@56>@5:W<2D:4F<FA32?J2<E6E2A:2523636C2A2>6E@56>@5:W<2D:E6AF?8J2?8>F5295:=2<F<2? D6A6CE:>@5:W<2D:56?82?AC686=2E:?:D2D:WD:<9:5C@=:D22D2>2D6E2E2D2>52?6?K:>2E:D6?K:>N amilosa). Berdasarkan Ekawati,et al>6E@56AC686=2E:?:D2D:>6CFA2<2?E6<?:<>@5:W<2D:J2?8 paling baik dalam meningkatkan nilai fungsional dari tepung.

%@5:W<2D: A252 E6AF?8 F>3: DFH68 A252 52D2C?J2 >6CFA2<2? >@5:W<2D: E6C9252A A2E: J2?8 menjadi komponen paling banyak di dalam tepung. Menurut Wurzburg (1989), selain keragaman sifat 7F?8D:@?2=52C:A2E:E6<?:<>@5:W<2D:52A2E5:8F?2<2?F?EF<>6?2?88F=2?8:<6=6>292?<6=6>292?52C: A2E:52?>6?82D:=<2?A2E:56?82?D:72ED:72EJ2?8=63:932:<52?DA6D:W<(2E:56>:<:2?:?:5:D63FED63282: RA2E:E6C>@5:W<2D::<16N21@A.?05S2=2>2CE:=F2DD6E:2AAC@5F<5:>2?2D:72E<:>:252?2E2FD:72EWD:< A2E:3:2D2E6=295:CF3295:D63FED63282:A2E:E6C>@5:W<2D:(C686=2E:?:D2D:>6CFA2<2?>6E@56>@5:W<2D: E6AF?8 D642C2 WD:< 56?82? >6>36C:<2? A6C=2<F2? A6C63FD2? A252 DF9F 52? ;2?8<2 H2<EF E6CE6?EF Pregelatinisasi berarti pati dari tepung tersebut sudah mengalami gelatinisasi kemudian baru dikeringkan. Tepung pregelatinisasi mempunyai kandungan pati dengan kemampuan menyerap air yang lebih tinggi daripada pati biasa dan mudah larut dalam air dingin (Rogol,1986) serta cepat membentuk pasta dalam air dingin (Powell, 1967).

+6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:56?82?>6E@56AC686=2E:?:D2D:5:92C2A<2?52A2E>6?892D:=<2?D:72E fungsional tepung yang lebih baik dari pada tepung suweg sehingga lebih mudah diaplikasikan

A252 36C3282: AC@5F< A2?82? (2E: E6C>@5:W<2D: D642C2 AC686=2E:?:D2D: 52=2> 2A=:<2D:?J2 52A2E digunakan dalam makanan bayi,food powder, cake mixesAF55:?852?AC@5F<A2?82?=2:??J2%@5:W<2D: tepung secara pregelatinisasi dengan perebusan dapat memperbaiki karakteristik dari pasta tepung (Padmaja et al., 2006). Metode pregelatinisasi sangat dipengaruhi oleh suhu pada saat perebusan pati, jika pati tidak dipanaskan pada suhu yang sesuai maka derajat pengembangan granula pati tidak berjalan optimal sehingga >6>A6?82CF9:D:72E7F?8D:@?2=52C:E6AF?8E6C>@5:W<2D:(6?6=:E:2?:?:5:92C2A<2?52A2E>6?892D:=<2? suhu yang optimal dalam proses pregelatinisasi pati suweg dan mempelajari pengaruh perlakuan suhu A6C63FD2?E6C9252A<2C2<E6C:DE:<D:72E7F?8D:@?2=52C:E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:

2. METODE PENELITIAN 2.1 Bahan Penelitian

Bahan baku yang digunakan adalah ubi suweg yang sudah matang optimal. Ubi suweg ini berasal dari Petang - Bali. Bahan kimia Natrium Bikarbonat (Na2CO3),Folin ciocealteu, 1.1-diphenyl-2-picryl hydrazyl (DPPH), methanol, etanol, air, aquades, asam galat, tokoferol, asam askorbat, air destilat steril. 2.2 Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian tahap I adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan suhu pemanasan dan lama pemanasan. Suhu pemanasan terdiri dari 3 perlakuan suhu, yaitu 50oC, 55oC, 60oC, 65oC, dan 70oC selama 20 menit. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga didapat 15 unit percobaan.

0.1$#30/$,!3 2 -2$/3-&,.#(9* 1(#$-& -2 ' //0$&$+ 2(-(1 1( 1. Tahapan pembuatan tepung suweg

(7)

dengan air mengalir hingga bersih. Irisan umbi lalu dikeringkan dengan oven pengering pada suhu 60oC selama 5 jam atau sampai chips mudah dipatahkan. Proses dilanjutkan dengan mengiling tepung sampai halus dan kemudian diayak menggunakan saringan 80 mesh.

+292A2?A6>3F2E2?E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:

Sejumlah 200 g tepung suweg disiapkan dalam gelas piala, lalu ditambahkan air sebanyak 600 mL. Suspensi tersebut selanjutnya dipanaskan pada suhu sesuai dengan perlakuan, S1 : 50oC; S

2 : 55 oC; S

3 : 60oC; S

4 : 65

oC; dan S 5 : 70

oC sambil diaduk sampai homogen dan mengental selama 20 menit. Tepung yang telah dipanaskan tersebut selanjutnya didinginkan pada suhu ruang 1 jam dan dilanjutkan dengan suhu 4oC hingga beku. Selanjutnya tepung dikeringkan. dalam oven pada suhu 60oC selama 8 jam. Tepung yang telah kering diayak dengan ayakan 80 mesh.

Parameter yang diamati adalah karakteristik fungsional dari tepung antara lain swelling power, indeks penyerapan air, indeks kelarutan dalam air, daya serap air, kadar air, kadar pati, kadar abu.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kadar Air

&:=2:<252C2:CA252E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:36C252A252<:D2C2?D2>A2:D652?8<2? nilai kadar air pada tepung suweg sebesar 6,34%. Berdasarkan hasil analisis ragam maka perlakuan DF9F86=2E:?:D2D:E:52<>6>36C:<2?A6?82CF9J2?8?J2E2E6C9252A<252C2:CE6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D: A+6C;25:A6?:?8<2E2?<252C2:C52C:E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:D6:C:?856?82?>6?:?8<2E?J2 DF9FA6>2?2D2?+236=(6?:?8<2E2?<252C2:C52C:E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:36C9F3F?82?56?82? kemampuan daya serap air dari tepung. Semakin tinggi kemampuan tepung untuk menyerap air, maka kadar air dari tepung akan semakin tinggi.

Kadar air standar untuk terigu berdasarkan SNI 01-3751-2006 maksimal sebesar 14,5%. Hal ini 36C2CE:<252C2:CE6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:E6=29>6>6?F9:<C:E6C:2*&!#252C2:CJ2?8C6?5292<2? memudahkan pada penyimpanan, karena tepung pada kondisi ini tidak mudah diserang mikroorganisme dan dapat disimpan dalam waktu yang lama (Hartanti,et al, 2013).

!$+(% 2(,( $/3-&35$&$0,.#(9* 1(0$&$+ 2(-(1 1(

Karakteristik Perlakuan

Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Pati (%) 50oC 6,36 ± 1,33 2,59 ± 1,40 76,31 ± 2,73

55oC 6,49 ± 1,60 2,56 ± 1,49 76,60 ± 3,36

60oC 6,68 ± 1,88 2,61 ± 1,47 80,46 ± 3,71

65oC 7,53 ± 0,60 2,57 ± 1,44 78,24 ± 2,12

70oC 7,78 ± 0,20 2,10 ± 0,78 74,72 ± 1,31

Keterangan : Angka yang ikuti dengan notasi berbeda menunjukkan berbeda nyata (p<0,01)

3.2 Kadar Abu

&:=2:<252C23FA252E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:36C252A252<:D2C2?D2>A2:+236= Berdasarkan hasil analisis ragam maka perlakuan suhu gelatinisasi tidak memberikan pengaruh yang nyata E6C9252A<252C23FE6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:A*642C2<F2?E:E2E:7?:=2:<252C23F52=2>E6AF?8 berasal dari mineral dalam umbi segar, pemakaian pupuk, dan dapat juga berasal dari kontaminasi tanah dan udara selama pengolahan (Soebito, 1988).

3.3 Kadar Pati

(8)

serta amilosa dan amilosa. Terganggunya struktur tersebut dapat memudahkan pati terdegradasi dan mengalami penurunan kadar pati (Salim dan Putri, 2015).

3.4 Daya Pengembangan Pati (Swelling Power)

Swelling power merupakan daya pengembangan pati yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu daya serap air, suhu gelatinisasi, dan kadar amilosa (Jading,et al., 2011). Berdasarkan data pada Tabel 52A2E5:=:92E329H2DH6==:?8A@H6C52C:E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:>6?82=2>:A6?:?8<2E2?D6:C:?8 dengan peningkatan suhu pemanasan. Hasil analisis menyatakan rerata nilai swelling power tst berada pada kisaran 13,38-15,65%. Perlakuan suhu gelatinisasi memberikan pengaruh nyata terhadap swelling power E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:A(6?:?8<2E2?DH6==:?8A@H6C2<:32EA6?:?8<2E2?DF9FA6>2?2D2? disebabkan karena kadar amilosa semakin rendah atau amilopektin dalam pati lebih tinggi. Kenaikkan suhu pemanasan suspensi pati menyebabkan proses gelatinisasi pati berjalan optimal yaitu fraksi amilosa meluruh keluar dari granula pati akibat pecahnya granula pati sehingga akan menurunkan kadar amilosa (Haryanti, et al, 2014). Swelling power pada pati dipengaruhi oleh daya serap air, semakin besar daya serap air menyebabkan swelling power meningkat (Jading, et al, 2011).

+236=#2C2<E6C:DE:<F?8D:@?2=+6AF?8*FH68+6C>@5:W<2D:(C686=2E:?:D2D:

Karakteristik

Perlakuan Swelling Power

(g/g)

Daya Serap Air (%)

Indeks Kelarutan Air (g/ml)

Indeks Penyerapan Air (g/g)

50oC 13,3867b ± 4,39 206,64a± 2,49 0,0057a ± 0,0040 0,262600a ± 0,0135 55oC 15,3017a ± 2,78 212,23a ± 1,35 0,0053a ± 0,0008 0,303700b ± 0,1160 60oC 15,4807a ± 3,94 220,05a ± 2,05 0,0054a ± 0,0006 0,313267bc ± 0,0232 65oC 15,4057a ± 2,92 239,17ab ± 2,82 0,0058a ± 0,0005 0,313567bc ± 0,0019 70oC 15,6500a ± 3,27 267,28b ± 2,58 0,0072ab ± 0,0004 0,337733c ± 0,0017

3.5 Daya serap air

2J2D6C2A2:C52C:E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:>6?82=2>:A6?:?8<2E2?D6:C:?856?82?A6?:?8<2E2? DF9FA6>2?2D2?52C:E6AF?8C6C2E252J2D6C2A2:CE6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:36C<:D2C2?E2C2 267,28%. Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan suhu gelatinisasi memberikan pengaruh nyata E6C9252A52J2D6C2A2:C52C:E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:A+236=>6?F?;F<<2?329H2A6C=2<F2? suhu pemanasan 70oC memiliki rerata nilai daya serap air tertinggi yaitu sebesar 267,28%. Daya serap

air yaitu kemampuan tepung untuk menyerap air secara maksimal. Daya serap air dipengaruhi oleh kadar air bahan serta rasio amilosa dan amilopektin (Wirakartakusumah dan Febriyanti, 1994). Kemampuan menyerap air yang besar diakibatkan karena molekul pati mempunyai gugus hidroksil yang sangat besar (Winarno, 2002).

3.6 Indeks Kelarutan Air

!?56<D<6=2CFE2?2:C52C:E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:36C252A252<:D2C2?+236= Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan suhu pemanasan memberikan pengaruh nyata terhadap indeks <6=2CFE2?2:C52C:E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:A 2D:=:?56<D<6=2CFE2?2:C46?56CF?8>6?82=2>: peningkatan seiring dengan peningkatan suhu pemanasan dari tepung suweg. Peningkatan suhu pemanasan suspensi pati akan mengakibatkan penurunan kadar amilosa yang akan meningkatkan indeks kelarutan air. Setelah pati mengalami gelatinisasi maka akan terjadi degradasi amilosa dan amilopektin menghasilkna molekul yang lebih kecil. Molekul yang lebih kecil inilah yang mudah larut dalam air (Haryanti, et al, 2014).

7 Indeks Penyerapan Air

(9)

:?56<DA6?J6C2A2?2:C52C:E6AF?8DFH68E6C>@5:W<2D:A!?56<DA6?J6C2A2?2:CE6AF?8DFH68 E6C>@5:W<2D:>6?82=2>:A6?:?8<2E2?D6:C:?856?82?A6?:?8<2E2?DF9FA6>2?2D2?!?56<D(6?J6C2A2?

air dipengaruhi oleh deanturasi protein, gelatinisasi pati, dan pembengkakan serat kasar selama proses pengolahan menjadi tepung. Semakin banyak pati yang tergelatinisasi maka semakin besar produk menyerap air (Gomez dan Aguilera, 1983).

4. Kesimpulan

Perlakuan suhu pemanasan menunjukkan pengaruh nyata terhadap daya pengembangan (swelling power), indeks penyerapan air, indeks kelarutan air, dan daya serap air. Terdapat kecenderungan peningkatan indeks penyerapan air, daya pengembangan, daya serap air dan indeks kelarutan dari tepung

DFH68E6C>@5:W<2D:D6:C:?856?82?>6?:?8<2E?J2A6C=2<F2?DF9FA6>2?2D2?

Berdasarkan hasil analisis, maka disarankan bahwa perlakuan suhu pemanasan 70oC merupakan

perlakuan suhu yang layak untuk direkomendasikan dalam aplikasi pada pembuatan tepung suweg

E6C>@5:W<2D: 56?82? >6E@56 AC686=2E:?:D2D: 56?82? D:72E 7F?8D:@?2= E6AF?8 D63282: 36C:<FE 52J2

pengembangan (swelling power) 15,65 g/g; daya serap air 267, 28%; indeks kelarutan air 0,0072; indeks penyerapan air 0,3377 g/g.

Ucapan Terimakasih

Tulisan ini merupakan salah satu output penelitian hibah unggulan program studi 2015. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada LPPM-Unud dan FTP-Unud yang telah memfasilitasi dan memberikan dukungan dana penelitian tahun anggaran 2015 untuk memperlancar pelaksanaan penelitian ini. Semoga tulisan ini bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Association Analytical Chemist. Inc. Washintong D.C.

Alsuhendra dan Ridawati. 2014. Pengaruh Modifikasi Secara Pregelatinisasi, Asam, dan Enzimatis Terhadap Sifat Fungsional Tepung Umbi Gembili (Discorea esculenta). PS. Tata Boga Jurusan IKK FT UNJ.

Apriantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedawati dan S. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. IPB Press.

Ekawati, IGA., P Timur Ina, dan IGAK Diah Puspawati. 2013. Pemanfaatan Tepung Ubi Ungu Modifikasi Sebagai Pangan Sehat. Laporan Akhir Hibah Bersaing Penelitian, Unud.

Faridah, D.N. 2005. Kajian Sifat Fungsional Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus B1) secara in Vivo Pada Manusia. Laporan Akhir Penelitian Dosen Muda-IPB. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Gomez, M.H. dan J,M, Aguilera. 1983. Changes in The Starch Fraction During Extrusion Cooking of Corn. Journal Food Science Vol. 48, pp : 378-381

Haryanti, P., R. Setyawati dan R. Wicaksono. 2014. Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Suspensi Pati Serta Konsentrasi Butanol Terhadap Karakteristik Fisikokimia Pati Tinggi Amilosa dari Tapioka. Agritech (34) 3, pp: 308-315

Jading, A., Tethool, E., Payung, P. dan Gultom, S. 2011. Karakteristik Fisikokimia Pati sagu Hasil Pengeringan Secara Fluidisasi Menggunakan Alat Pengering cross flow fluidized bed bertenaga surya dan biomassa. Reaktor 13(3), pp:155-164.

Richana, N dan TC. Sunarti. 2005. Karakteristik Sifat Fisikokimia Tepung Umbi dan Tepung Pati dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi kelapa, dan Gembili. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, Volume 1, Nomer 1, 2004.

(10)

Soebito. 1988. Analisis Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Utami, Asih Ratna. 2008. Kajian Indeks Glikemik dan Kapasitas in vitro Pengikatan Kolesterol Dari Umbi

Suweg (Amorphophallus campanulatus B1.) dan Umbi Garut (Maranta arundinaceae L.). (Skripsi

S1). Bogor : Institut Pertanian Bogor.

(11)

KARAKTERISASI SIFAT

FUNGSIONAL TEPUNG

SUWEG (AMORPHOPALLUS

CAMPANULATUS BI)

TERMODIFIKASI DENGAN

METODE PREGELATINISASI

by

Iga Ekawati

FILE

TIME SUBMITTED 04-FEB-2016 02:11PM

SUBMISSION ID 627684290

WORD COUNT 2091

CHARACTER COUNT 17300

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

15

%

SIMILARITY INDEX

11

%

INTERNET SOURCES

2

%

PUBLICATIONS

8

%

STUDENT PAPERS

1

4

%

2

1

%

3

1

%

4

1

%

5

1

%

6

1

%

7

1

%

8

1

%

9

1

%

(AMORPHOPALLUS CAMPANULATUS BI) TERMODIFIKASI

DENGAN METODE PREGELATINISASI

ORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

Submitted to Udayana University

Student Paper

pascapanen.litbang.deptan.go.id

Internet Source

Submitted to Universitas Brawijaya

Student Paper

www.drashirleydecampos.com.br

Internet Source

repository.unhas.ac.id

Internet Source

www.pdf-archive.com

Internet Source

stppmedan.ac.id

Internet Source

Submitted to Unika Soegijapranata

Student Paper

(19)

10

1

%

11

1

%

12

<

1

%

13

<

1

%

14

<

1

%

15

<

1

%

16

<

1

%

EXCLUDE QUOTES OFF

EXCLUDE

BIBLIOGRAPHY OFF

EXCLUDE MATCHES OFF

www.slideshare.net

Internet Source

www.polines.ac.id

Internet Source

www.docstoc.com

Internet Source

senastek.unud.ac.id

Internet Source

202.124.205.111

Internet Source

kimiaterapan.com

Internet Source

fpv.ucm.sk

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini disimpulkan bahwa perbedaan sifat kualitatif (pola warna bulu) tidak mempengaruhi performans Ayam Ketarras umur 12 minggu sampai dewasa kelamin.. Kata kunci:

Berdasarkan penilaian evaluasi kesesuaian tambak garam ditinjau dari aspek fisik di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dapat disimpulkan bahwa secara fisik pada lokasi penelitian

Penelitian bertujuan mendapatkan polimer superabsorben (PSA) yang dibuat melalui kopolimerisasi cangkok biner onggok dengan monomer akrilamida dan asam akrilat serta

Dalam modul ini dibahas mengenai berbagai macam cara untuk menghitung turunan suatu fungsi, diantaranya dengan menggunakan aturan rantai. Aturan rantai ini

Variabel FBIR secara parsial memiliki pengaruh negatif tidak signifikan.. terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

Setiap orang yang disangka, ditahan, dituntut, karena disangka melakukan suatu tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah

Penggunaan N.C.B Dalam Pemulihan $ PJK APGAKUM Pasal 26 UU TPPU ❖ Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang

Pada proses pengelasan menggunakan arus 100 A nilai kekerasan pada daerah HAZ mempunyai nilai paling kecil yaitu sebesar 232,1 HB tetapi pada saat pengelasan ada beberapa