• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Kodrat Manusia Menurut Jean Jacques Rousseau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Konsep Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Kodrat Manusia Menurut Jean Jacques Rousseau"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JMPK Jurnal Manajemen Pendidikan Kristen

[e-ISSN: 2798-4761]

Vol.1, No.2, 2021, hal. 103-110

Submitted: 22 Desember 2021 Revised: 30 Desember 2021 Accepted: 31 Desember 2021

Konsep Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Kodrat Manusia Menurut Jean Jacques Rousseau

Firmanians R. Tuerah

Institut Agama Kristen Negeri Manado email: [email protected]

ABSTRACT. The 2013 Curriculum is expected to produce Indonesian people who we inspire together.

Therefore, this article explores the human idea contained in the Kurikulum 2013. This can be achieved by using an approach to human philosophy from Jean Jacques Rousseau with methodical elements of interpretation, internal coherence, description and reflection. Based on the analysis that has been done, there are several things that can be concluded from the results of the study. First, 2013 Curriculum which is based on character and creativity is an attempt to take responsibility for oneself in freedom.

Second, efforts to develop students' character and creativity must be in the context of fighting for the

"general will". Third, creativity or good self-character will create the common good.

Keywords: 2013 Curriculum, Natural Human, Common Good

PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang saat ini diterapkan di tingkat satuan pendidikan SD, SMP dan juga SMA. Kurikulum ini adalah kurikulum yang menekankan pendidikan karakter yang membuatnya berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya di mana penekanannya pada aspek kognitif manusia. Hal ini membawa nuansa baru bagi suasana pendidikan di Indonesia di mana kemampuan-kemampuan individu-individu dihargai sebagai sesuatu yang baik dalam rangka pembentukan karakter atau kepribadian. Mengapa pendidikan karakter sangat perlu dalam kurikulum 2013? Hal ini dirasakan bahwa sebagian besar permasalahan sosial disebabkan adanya karakater-karakter yang tidak beres dalam diri manusia. Kurikulum 2013 merupakan suatu usaha untuk menjawab dan menangani problem sosial yang ada dalam masyarakat. Maka pertanyaannya adalah bagaimana kurikulum 2013 menghasilkan pribadi- pribadi yang berkarakter baik?

Dalam rangka menghasilkan pribadi-pribadi yang baik tentu diperlukan usaha terlebih dahulu untuk memahami hakikat atau kodrat pribadi yang baik. Pemahaman akan hakikat manusia sangat diperlukan dalam rangka membangun pribadi-pribadi yang berkarakter baik.

Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk meninjau kembali kurikulum 2013 untuk menghasilkan gambaran manusia yang dicita-citakan. Gambaran tentang manusia dalam kurikulum 2013 sekiranya akan didapatkan dengan menggunakan suatu tinjauan tentang hakikat manusia. Dalam tulisan ini, akan dijelaskan tentang pemahaman hakikat manusia

(2)

menurut Rousseau. Mengapa pemahaman kodrat manusia menurut Rousseau? Pemikiran Rousseau tentang kodrat manusia dipilih karena pemikirannya yang sangat terkenal dalam memahami kodrat manusia yakni “kembali ke manusia alamiah”. Manusia alamiah menurut Rousseau adalah manusia yang baik adanya karena manusia hidup berdasarkan asas-asas kodratinya. Dengan hidup berdasarkan asas-asas kodrati sebagai manusia, maka pribadi yang baik akan dihasilkan dan dengan demikian memberikan dampak yang baik pada kehidupan bersama, sehingga manusia menjadi “tuan” atas dirinya sebagaimana dalam keadaan aslinya atau keadaan alamiahnya manusia. Oleh karena itu, pemikiran dari Rousseau tentang kodrat manusia dipakai sebagai cara untuk membedah kurikulum 2013. Maka, rumusan masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana tinjauan hakikat manusia menurut Rousseau terhadap kurikulum 2013? Dengan perumusan masalah tersebut maka tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tinjauan hakikat manusia menurut Rousseau terhadap kurikulum 2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka, sehingga hasil pengumpulan data pustaka merupakan sumber data primer dan sekunder yang menjadi dasar bagi tahap penelitian selanjutnya.

Penelitian ini dilalui dengan beberapa tahap yaitu pengumpulan data penelitian, klasifikasi data penelitian, pengolahan data, dan penyusunan hasil analisis. Unsur-unsur metodik yang dipakai dalam penelitian ini meliputi interpretasi, koherensi intern, deskripsi dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konsep Kurikulum 2013

a. Latar belakang pengembangan Kurikulum 2013

Ada beberapa alasan dalam rangka pengembangan kurikulum 2013. Pertama adalah masa depan yang begitu menantang. Ada beberapa hal yang tidak dapat dihindari di masa depan, misalnya globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permasalahan lingkungan hidup, perkembangan ekonomi, bangkitnya industri kreatif, perkembangan kebudayaan, dan transformasi dalam dunia pendidikan. Kedua, terkait dengan kompetensi masa depan. Kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan memperhatikan moralitas, menjadi warga negara yang baik, kemampuan menyesuaikan dengan pandangan yang berbeda, kehidupan masyarakat yang mendunia, siap untuk bekerja dengan tekun, cerdas dan berbakat sesuai bidang keahlian, dan bertanggung jawab atas lingkungan hidup. Ketiga, hal yang berkaitan dengan persepsi masyarakat. Keempat, perkembangan pengetahuan yang mencakup psikologi, neurologi, Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning. Kelima, fenomena buruk yang menggejolak, misalnya perkelahian antarpelajar, narkoba, korupsi, kecurangan dalam ujian, dan perlbagai ketimpangan dalam masyarakat (Kemendikbud: 2014: 3-5). Pelbagai permasalahan yang telah disebutkan menyentuh permasalahan karakter manusia. Karakter yang baik semestinya

(3)

dibangun dalam rangka menjawab problem-problem kemasyarakatan. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha, khususnya dalam bidang pendidikan, untuk menjawab pelbagai macam problem kemasyarakatan yang ada. Hal inilah yang memungkinkan penciptaan suatu kurikulum yang berintikan pada pembentukan karakter diri manusia seutuhnya.

b. Karakter Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan manusia Indonesia yang, kreatif inovatif, inovatif, afektif, melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Oleh karena itu diharapkan adanya keseimbangan antara hardskill dan softskill yang dimulai dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Semua mata pelajaran harus berkontribusi bagi pembentukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

(kemendikbud, 2014: 24-28). Dapat dikatakan bahwa penekanan kurikulum 2013 ada pada pembentukan sikap dan perilaku. Pembentukan karakter yang baik melalui sikap, perilaku dan keterampilan, diharapkan berjalan beriringan dengan pengembangan pengetahuan manusia (aspek kognitif).

c. Proses Pembelajaran

Kurikulum 2013 berintikan pembelajaran yang memusatkan perhatian pada kreativitas.

Dyers melalui Harvard Business Review pernah menegaskan bahwa 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang didapatkan dalam proses pendidikan dan 1/3 berasal dari genetik.

Sebaliknya, kemampuan kecerdasan yaitu 1/3 didapatkan dari pendidikan dan 2/3 didapatkan dari genetik. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran yang mengutamakan kecerdasan tidak akan menghasilkan sesuatu yang signifikan. Kemampuan kreativitas diperoleh melalui beberapa kegiatan, yakni: Observing (mengamati), Questioning (menanya), Experimenting (mencoba), Associating (menalar), Networking (membentuk jejaringan). Dalam rangka mengupayakan pelbagai kegiatan tersebut, maka perlu diadakan suatu kurikulum yang benar- benar menunjang kreativitas manusia (Kemendikbud, 2014: 41). Setiap pembelajaran diharapkan dapat memakai suatu pendekatan dalam rangka menunjang kreativitas peserta didik. Metode yang diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas peserta didik memiliki unsur- unsur, yakni: mengamati, menanya, mencoba, menalar, mencipta, mengkomunikasikan (kemendikbud, 2014: 42).

2. Hakikat Manusia Menurut Rousseau a. “Manusia Alamiah”

Menurut Rousseau, “manusia alamiah” lebih tinggi martabatnya dibanding dengan orang modern. Manusia alamiah adalah manusia yang dilahirkan dari kandungan alam. Pada dasarnya manusia ini baik oleh karena perilakunya didasarkan pada asas-asas yang tetap, asali dan tidak berubah (Hadiwijono, 1980: 60). Dalam pandangan Rousseau, manusia alamiah, itu sifatnya netral dalam arti apa adanya. Ciri-ciri manusia alamiah itu tidak baik, tidak buruk, tidak egois, tidak altruis. Manusia yang sungguh-sungguh hidup dalam kepolosan dan dengan spontan mencintai dirinya. Maka ciri khas manusia alamiah adalah kebebasan. Ia bebas dari

(4)

segala kekuasaan orang lain. Dengan ciri yang demikian adanya, maka pada dasarnya semua manusia itu sama dan kedudukannya setara. Tidak ada manusia yang lebih daripada manusia lain dan tidak ada yang mendominasi satu sama lain. Tetapi untuk mempertahankan hidupnya dengan memenuhi segala kebutuhannya, maka manusia masuk dalam kehidupan sosial.

Konsekuensinya, kepolosan manusia alamiah itu hancur sewaktu manusia ada bersama orang lain, karena dipenuhi dengan ketidaksamaan-ketidaksamaan yang bukan merupakan ciri manusia alamiah. Ketidaksamaan-ketidaksamaan ini menghasilkan segala kemerosotan (Magnis-Suseno, 1987: 239). Dalam pandangan Rousseau, manusia alamiah membangun hidupnya sesuai dengan dorongan-dorongan alamiah. Maka, ia cenderung tidak bermasyarakat (Magnis-Suseno, 1987: 257).

Di lain pihak, Rousseau sadar betul bahwa manusia tidak akan kembali ke dalam situasi alamiah. Kehidupan sosial manusia tidak dapat dipungkiri. Manusia dapat menjamin kebutuhan-kebutuhannya dengan terlibat dalam kehidupan sosial. Perkembangan umat manusia tidak dapat dielakan. Waktu berjalan terus dan manusia tidak dapat kembali ke keadaan asali. Rousseau pun akhirnya menemukan suatu dilema. Di satu pihak, pemasyarakatan manusia menciptakan situasi di mana manusia telah kehilangan kebebasan alamiah dan di lain pihak ia sulit untuk membangun kehidupan sosial. Bagaimana Rousseau menemukan solusi atas permasalahan tersebut? Rousseau membuat suatu karya utama, Contract Social, sebagai jalan keluar untuk menangani masalah tersebut. Dalam Contract Social, Rousseau membahas bagaimana pemasyarakatan dibangun, namun manusia tidak kehilangan kebebasan dan sifat alamiahnya (Magnis-Suseno, 1987: 239).

b. Kontrak Sosial

Rousseau berkehendak bahwa masyarakat dapat dibangun dalam suasana yang bebas, manusiawi dan membahagiakan. Dengan suasana demikian adanya maka manusia pun hidup menurut asas-asas kodrati manusia. Relasi-relasi sosial dibangun dengan memperhatikan sifat- sifat kodrati manusia sehingga manusia tetap menjadi “tuan” atas dirinya. Pemasyarakatan terjadi karena adanya pelbagai kesepakatan, persetujuan dan konvensi. Inilah kontrak sosial yang menjadi inti gagasan dari Rousseau. Meskipun manusia telah bermasyarakat, namun keadaan alamiah tetap dipertahankan (Hardiman, 2011: 101-102).

Inti dari Kontrak sosial dapat dinyatakan sebagai berikut: “masing-masing dari kita secara bersama-sama meletakkan kedirian dan seluruh kekuasaan kita di bawah supremasi kehendak umum, dan dalam kapasitas kolektif kita, kita menerima tiap anggota sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan” (Russel, 1946: 909). Pemikiran Rousseau ini bertolak dari kehendak personal. Ada dua komponen dalam kehendak masing-masing orang, yakni suatu kepentingan yang memang semata-mata individual dan suatu kepentingan yang identik atau mengarah kepada kepentingan umum. Setiap orang menghendaki hal-hal yang merupakan kepentingan bersama, misalnya, keamanan, kedamaian dan keadilan. Maka kehendak setiap orang ada unsur-unsur yang umum juga. Harus diakui bahwa dengan menjumlahkan kehendak setiap orang maka kehendak umum belum dihasilkan karena itu hanya merupakan suatu kehendak semua orang (Magnis-Suseno, 1987: 240). Kehendak umum berbeda dengan

(5)

“kehendak semua orang”. Kehendak semua itu berdasarkan keputusan dari suara terbanyak.

Tentunya hal ini belum mencerminkan kehendak umum. Kehendak umum identik dengan kepentingan umum. Kehendak umum selalu menjadi idaman setiap orang karena selalu terarah kepada kebenaran. Kehendak umum ini dapat menjadi sesuatu yang memaksa, karena terjadi atas dasar kesepakatan bersama, yaitu perjanjian kemasyarakatan (kontrak sosial). Dengan cara ini segala egoisme dan kepentingan sendiri dapat dapat dihindari (Hadiwijono, 1980: 61).

3. Tinjauan hakikat manusia menurut Rousseau terhadap kurilulum 2013 a. Bagaimana mengerti hakikat manusia menurut Rousseau?

Pertama, manusia harus kembali ke “kodrat alamiah”. Rousseau memandang kodrat manusia alamiah secara positif. Artinya kodrat manusia alami adalah netral yakni tidak “baik”

dan tidak “buruk”. Sebelum sampai pada pandangan ini Rousseau berpendapat bahwa memang situasi manusia alamiah sangat menentukan. Keadaan manusia alamiah menuntut manusia untuk bertanggung jawab atas dirinya, mengalami dirinya sebagai mana adanya, mempertahankan hidupnya melalui apa yang terberi padanya melalui kesekitaran yakni lingkungan dan juga kalau dikaitkan dengan kehidupan sosial dapat dikatakan bahwa manusia

“harus bergaul apa adanya”. Dalam arti ini, manusia tidak boleh berlebihan dan tidak juga berkekurangan pada dirinya. Tidak boleh berlebihan berarti tampil apa adanya, yang mungkin bisa berarti tidak berbohong dan lain sebagainya. Tidak berkekurangan dalam arti manusia harus juga bertanggung jawab atas kebutuhannya atau memenuhi kebutuhannya.

Kedua, manusia punya kecenderungan secara kodrati untuk berinteraksi dengan yang lain. Manusia menurut Rousseau bukanlah manusia yang egois murni. Manusia sejatinya memiliki dua kehendak. Kehendak pertama yang berarti kehendak untuk dirinya sendiri dan kehendak kedua adalah kehendak yang terarah pada kehendak umum. Keterarahan manusia kepada kehendak umum inilah kemudian menuntut adanya perjanjian sosial atau kontrak sosial yang menjamin dilaksanakannya kehendak umum. Maka aspek sosialitas manusia sebetulnya ditekankan oleh Rousseau. Meskipun bentuk konkret dari sosialitas manusia misalnya adanya lembaga kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan tidak dianggap sebagai sesuatu yang baik kalau tidak mencerminkan kehendak umum.

b. Bagaimana mengerti konsep kurikulum 2013?

Pertama. Hal yang yang sangat ditonjolkan dari kurikulum 2013 adalah soal keseluruhan aspek dalam diri manusia dan yang terpenting adalah soal kreativitas. Kurikulum 2013 tidak mengutamakan aspek kognitif manusia sebagaimana yang menjadi penekanan dalam berbagai kurikulum sebelumnya. Kreativitas itu merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan dalam diri, misalnya mencoba mengamati problem yang ada, siswa berusaha untuk bertanya dalam diri tentang problem yang dihadapi, kemudian siswa mencipta dalam arti membuat solusi yang tepat dalam pemecahan masalah yang dihadapi, lalu mengkomunikasikan temuannya kepada orang lain tentang keterampilan atau solusi atau hasil dari kreativitasnya. Selain kreativitas dalam diri yang harus dihasilkan melalui kurikulum 2013, upaya untuk menghasilkan manusia yang berkarakter baik menjadi perhatian yang besar

(6)

juga dalam kurikulum 2013. Hal ini menjadi kekhasan dari kurikulum 2013 yang menekankan pada pendidikan karakter. Karakter-karakter manusia inilah yang perlu dibentuk untuk menghasilkan kreativitas-kreativitas yang khas dimiliki oleh masing-masing individu.

Kedua, selain upaya untuk menggali kemampuan dalam diri melalui kreativitas- kreativitas, seorang siswa juga dituntut untuk mengkomunikasikannya. Temuan yang didapat oleh siswa sekiranya dapat dikomunikasikan kepada orang-orang lain. Tujuan dari proses belajar dari kurikulum 2013 adalah tindakan untuk mengkomunikasikan kreativitasnya kepada orang lain. Maka tujuan akhir yang dicapai dari kurikulum 2013 adalah ada aspek sosialitas yang dibangun.

c. Tinjauan pemikiran Rousseau terhadap konsep kurikulum 2013

Hal yang menjadi penekanan dalam kodrat manusia menurut Rousseau yakni soal

“kembali ke manusia alamiah” yang bermakna bahwa manusia harus bertanggung jawab kepada dirinya sendiri (aspek individual) dan manusia harus terarah kepada kehidupan sosial (aspek sosial). Dari tesis ini, ada beberapa hal yang sekiranya menjadi sumbangan pemikiran Rousseau terhadap kurikulum 2013.

1. Kurikulum 2013 yang berbasis pada karakter dan kreativitas merupakan usaha untuk betanggung jawab pada diri sendiri dalam kebebasan

“Manusia alamiah” menurut Rousseau terletak pada tanggung jawabnya terhadap dirinya sendiri yang didasari oleh kebebasan. Maka penggalian dalam diri untuk menemukan karakter yang tepat yang menjadi pedoman bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas sangat diharapkan dihasilkan dalam pembelajaran melalui kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang menekankan pada usaha untuk menggali potensi dalam diri perlu didasari oleh semangat untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Artinya, kreativitas tidak boleh merugikan diri sendiri. Maka kreativitas yang dihasilkan oleh peserta didik itu perlu dilihat sebagai usaha untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam kebebasan. Tidak ada paksaan dari siapapun untuk mengembangkan diri. Dalam hal ini berarti ada kesadaran penuh dari manusia untuk bertanggung jawab pada diri sendiri. Suatu kebebasan untuk memilih hal-hal mana yang tepat demi pertanggungjawaban pada diri sendiri. Di sinilah sifat kodrati atau alamiah manusia mencuat dalam rupa kebebasan sehingga manusia menjadi “tuan” atas dirinya.

2. Usaha untuk pengembangan karakter dan kreativitas siswa harus dalam rangka memperjuangkan “kehendak umum”

Kehendak umum yang dimaksudkan oleh Rousseau meskipun sulit untuk dipahami tetapi paling tidak kehendak umum yang dimaksud adalah kehendak yang terarah pada kepentingan umum atau kebaikan umum. Dalam proses pembelajaran yang terakhir dari kurikulum 2013 sangat ditekankan aspek interpersonal. Aspek interpersonal dalam hal ini sudah memasuki ranah sosialitas manusia. Kemampuan untuk mengkomunikasikan kreativitas dalam diri sangat ditekankan dalam kurikulum 2013. Kemampuan mengkomunikasikan kreativitas didukung oleh karakter-karakter atau pembentukan kepribadian yang mantap.

(7)

Keterampilan-keterampilan dalam diri yang ditampilkan melalui kreativitas bertujuan untuk terciptanya kepentingan bersama atau kebaikan bersama. Maka karakter baik yang dibentuk oleh siswa dan juga kreativitas-kreativitas yang dihasilkannya merupakan suatu usaha untuk menunjang kehidupan bersama yang baik. Di situlah “kehendak umum” dapat tercapai dengan baik. Dengan demikian, alasan pembentukan kurikulum 2013 sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya di mana sebagian besar berangkat dari permasalahan sosial yang ada kiranya menjadi sebuah solusi yang tepat untuk menjawab berbagai permasalahan sosial yang ada di zaman sekarang ini.

3. Kreativitas atau karakter diri yang baik akan menciptakan kebaikan bersama Dapat dikatakan bahwa, dengan pembentukan karakter yang baik dan didukung oleh kreativitas-kreativitas yang baik menjamin terciptanya kebaikan bersama. Dalam hal ini memang kita perlu mengakui bahwa kehidupan sosial yang baik atau kebaikan bersama dihasilkan dari pribadi-pribadi yang baik pula. Kurikulum 2013 yang diharapkan menjadi sarana untuk menghasilkan pribadi-pribadi yang berkarakter baik dan menghasilkan kreativitas-kreativitas, bertujuan untuk menciptakan kebaikan bersama. Itulah yang dimaksudkan dengan terciptanya “kehendak umum”. Itulah kebaikan bersama.

KESIMPULAN

Pemikiran Rousseau tentang kodrat manusia yang berintikan usaha untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri dan keterarahannya kepada kehendak umum mendapatkan titik temu dalam kurikulum 2013. Sejatinya kurikulum 2013 menekankan penemuan jati diri melalui pembentukan karakter dan pengembangan kreativitas. Hal ini sejalan dengan kodrat manusia menurut Rousseau yakni kembali ke keadaan alamiah.

Pembentukan kurikulum 2013 sebagian besar dilatarbelakangi oleh situasi sosial yang kurang bagus. Maka kurikulum 2013 dihadirkan sebagai usaha untuk menjawab permasalahan sosial yang ada. Menurut Rousseau situasi sosial harus berlandaskan pada “kehendak umum”

atau demi kepentingan/ kebaikan bersama. Maka seorang siswa yang telah mampu untuk mengkomunikasikan kepada orang lain tentang hasil dari kreativitasnya merupakan aktualisasi dari upaya untuk mendukung terciptanya kebaikan bersama.

Pada akhirnya harus diakui bahwa keadaan alamiah manusia memang menunjang terciptanya kehendak umum. Adanya pribadi-pribadi yang baik akan menciptakan kehidupan sosial yang baik pula.

DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono, Harun, 1980, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius

(8)

Hardiman, Budi, 2011, Pemikiran-pemikiran Yang Membentuk Dunia Modern, Jakarta: Erlangga Kemendikbud, 2014, Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud

Magnis-Suseno, Franz, 1987, Etika Politik, Jakarta: Gramedia

Russel, Bertrand, 1946, Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Kata-kata yang tepat untuk melengkapi puisi di atas adalah ..... Agar dapat menemukan makna dalam puisi, kita harus

(1) siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir, siswa memahami betul bahan pelajaran,

Dalam kelompok kecil peserta didik menemukan cara yang tepat untuk melakukan gerakan sikap lilin dan menjaga keseimbangan

Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter, Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.. Strategi

mengembangkan strategi penyelesaian yang tepat untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Hal ini menyebabkan siswa cenderung tidak percaya diri dalam

Baja I nti Kharisma I ndustri bertujuan untuk membantu perusahaan dalam menemukan strategi pemasaran yang tepat dengan meningkatkan market based-assets yang ada baik itu

Disamping itu tafsiran terhadap “ gerak “ 7 Paulus dalam menanggapi isu tentang kehidupan pernikahan beda agama diharapkan mampu untuk membantu kita, tidak hanya bagi mereka

Manfaat praktis Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi para produsen suatu produk dalam membuat strategi yang tepat untuk mendapatkan Citra Merek, Promosi,