• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (SANIMAS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (SANIMAS)"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (SANIMAS)

Studi Kasus: Program Sanimas di Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang.

TUGAS AKHIR

OLEH

NOVA CHOIRIYYAH NIM : 200422011

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSTAS INDONUSA ESA UNGGUL 2010

(2)

IDENTIFIKASI PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (SANIMAS)

Studi Kasus: Program Sanimas di Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang.

OLEH

NOVA CHOIRIYYAH NIM : 200422011

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

SARJANA TEKNIK

Jenjang Pendidikan Strata-1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSTAS INDONUSA ESA UNGGUL 2010

(3)

PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Nama : Nova Choiriyyah

Nim : 2004-22-011

Jurusan : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Progam Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Judul Tugas Akhir : Identifikasi Pelaksanaan Kegiatan Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) (Studi kasus : Program SANIMAS di

Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang)

Tugas akhir diatas telah disetujui dan diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik, jenjang Pendidikan Strata-1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.

Jakarta, 09 Maret 2010

Ir. Sugihartoyo, ME Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Ir. Reza Sasanto, MPlan&Des Dr. Lily Amelia, MAgr

(4)

TANDA LULUS MEMPERTAHANKAN TUGAS AKHIR

Nama : Nova Choiriyyah

Nim : 2004-22-011

Jurusan : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Progam Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Judul Tugas Akhir : Identifikasi Pelaksanaan Kegiatan Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) (Studi kasus : Program SANIMAS di

Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang)

Dinyatakan LULUS mempertahankan Tugas Akhir pada Ujian Tugas Akhir yang dilaksanakan di Universitas Indonusa Esa Unggul tanggal 01 Maret 2010.

Jakarta, 09 Maret 2010

1. Dosen Penguji I (Ketua)

Nama : Ir Sugihartoyo, ME (………….…….) 2. Dosen Penguji II (Anggota)

Nama : Ir. Reza Sasanto, MPlan &Des (……….….) 3. Dosen Penguji III (Anggota)

Nama : Ir. Yuliarti (……….….)

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nova Choiriyyah

Nim : 2004-22-011

Jurusan : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Progam Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul : Identifikasi Pelaksanaan Kegiatan Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis sendiri dan bukan merupakan jiplakan, kecuali kutipan-kutipan yang berasal dari sumber-sumber yang tercantum pada Daftar Pustaka.

Jakarta, 09 Maret 2010

Nova Choiriyyah

(6)

ABSTRAKSI

Kabupaten Tangerang merupakan kota penyangga Ibukota, yang letak geografisnya berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang pesat diiringi oleh kebutuhan pelayanan sanitasi yang semakin meningkat pula, namun peningkatan itu tidak diiringi kesiapan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam hal pelayanan sanitasi khususnya penanganan air limbah permukiman. Hal itu terlihat dari banyaknya kasus berupa penyakit diare yang terjadi di kabupaten Tangerang salah satunya di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri.

Menyadari kondisi bahaya tersebut maka Depertemen PU bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Tangerang melakukan program Sanitasi Oleh Masyarakat (Sanimas) di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang. Program SANIMAS ini bertujuan untuk memperbaiki sistem sanitasi dan kualitas lingkungan sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam hal peningkatan kualitas kesehatan.

Namun pada kenyataan di lapangan, program SANIMAS yang ada di kecamatan Sukadiri ini tidak sesuai dengan tujuan sehingga berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa program SANIMAS ini kurang optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pada pelaksanaan Program Sanimas di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang. Tingkat efektivitas diukur dari aspek perencanaan, penguatan kelembagaan, kesehatan lingkungan dan penggunaan sarana.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dari sisi pelaksanaannya program Sanimas ini dikatakan efektif dan berhasil namun dilihat dari penyediaan prasarana dan sarana air limbah, program Sanimas ini kurang efektif, hal itu disebabkan karena faktor lokasi.

Kata kunci : Program SANIMAS, Efektivitas.

(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..

Pada penulisan ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, tenaga, dan waktu yang dimiliki penulis. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penulisa skripsi ini, oleh sebab itu sudah sewajarnya penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Kedua orangtuaku yang telah menjadi penyemangat, atas doa serta

keringat dan restunya serta dorongan baik moril maupun materi.

2. Adik-adikku, Isty dan Ery atas semangat dan doanya kalian berdua.

3. Ibu Dr. Lily Amelia, MAgr. yang terhormat selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonusa Esa Unggul

4. Bapak Ir Sugihartoyo, ME. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan, pengetahuan dan petunjuk-petunjuk mengenai penulisan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Yuliarti, terima kasih atas kritik dan nasehat-nasehat yang diberikan serta pengertiannya.

6. Bapak Ir. Reza Sasanto, MPlan &Des. terima kasih atas kritik dan nasehat-nasehat yang diberikan.

7. Para staf-staf, dan para pegawai fakultas teknik.

8. Dosen-dosen Perencanaan Wilayah dan Kota yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis duduk di bangku

(8)

9. “Ay” Pitra Ariadna Saputra, S.kom, yang selalu ada dalam memberikan perhatian, semangat, cinta dan sayangnya serta saran, kritik maupun nasehatnya.

10. Kakak sepupuku, Alvin Naofal, yang telah membantu penulis dalam penyebaran kuesioner.

11. Bang Erwin Mawandy, ST, Msos yang telah memberikan saran, kritik dan bantuan kepada penulis.

12. Maya Asmara, Aditianata, R. Agung CR, Inggit, Rima Metalia, Sulhi, Azka, Nana, Alan, Ilham sebagai rekan sesama angkatan, terima kasih atas segala dukungan dan kenangan selama dibangku kuliah.

13. Rekan Himpunan Mahasiswa/i Planologi Indonusa (Plano Conditio Sine Qua Non)

14. Pak Hamzah, Pak Tatang, Pak Imam, Pak Toto, Mba Ita, dan pegawai LSM BEST, atas bantuan dalam memberikan informasi dan data dalam penyusunan skripsi ini.

15. Pak Omay dan keluarga , terima kasih atas kebaikan kalian selama ini yang telah membantu penulis.

16. Bapak-bapak dan Ibu-ibu di Kampung Pulo, terima kasih atas bantuan kalian sampai terselesainya skripsi ini.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah membantu baik moril maupun materi, semoga Allah SWT membalas semua amal dan kebaikan ini dengan melimpahkan rahmatNya.

(9)

Akhirnya saran dan kritik sangat diharapkan didalam penyempurnaan skripsi ini sehingga kualitas penyusunan skripsi ini semakin meningkat. Kiranya Rahmat dan KaruniaNya jualah yang dapat membalas kebaikan tersebut, penulis ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang bersangkutan atas kesalahan-kesalahan penulis dalam menyusun skripasi ini baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 01 Maret 2010

Penulis,

Nova Choiriyyah

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-6 1.3 Tujuan Penulisan ... I-7 1.4 Ruang Lingkup Studi ... I-8 1.4.1 Ruang Lingkup Materi ... I-8 1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah studi ... I-8 1.5 Sistematika Pembahasan ... I-8

1.6 Kerangka Pemikiran ... I-10 BAB II TINJAUAN TEORITIS ... II-1

2.1 Pelayanan Publik ... II-1 2.2 Teori Efektivitas ... II-1

2.3 Partisipasi Masyarakat ... II-3 2.4 Kebijakan Nasional Penyehatan

Lingkungan Berbasis Masyarakat... II-4

(11)

2.5 Pengertian Sanitasi ... II-6 2.6 Pengertian Air dan Kriteria Mutu Air... II-8

2.7 Program SANIMAS ... II-10 2.7.1 Tahapan Pelaksanaan

Program SANIMAS ... II-11 2.7.2 Pendekatan, Prinsip, dan Pola

Penyelenggaraan Program SANIMAS ... II-25 2.7.3 Tujuan, dan Indikator Keberhasilan

penyelenggaraan Program SANIMAS ... II-29 2.8 Kesehatan Lingkungan ... II-30 2.9 Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum . II-32 2.10 Kemitraan ... II-32 2.11 Perencanaan ... II-33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... III-1 3.1 Tempat Penelitian ... III-1 3.2 Metode Penelitian ... III-1

3.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... III-2

3.3.1 Sumber Data ... III-2 3.3.2 Metode Pengumpulan Data ... III-2

3.4 Metodologi Survei ... III-3 3.5 Metode Sampling ... III-4 3.5.1 Populasi ... III-3 3.5.2 Sampel ... III-4

3.5.3 Penentuan Besar Sampel di Wilayah

(12)

3.5 Teknik Analisis Data ... III-7

BAB IV GAMBARAN UMUM... IV-1 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Sukadiri

4.1.1 Luas Wilayah ... IV-1 4.1.2 Batas Wilayah ... IV-1 4.1.3 Kependudukan ... IV-2 4.1.4 Sarana Sanitasi ... IV-4

4.2 Gambaran Umum Desa Gintung ... IV-4 4.2.1 Kondisi Topografi ... IV-5 4.2.2 Luas Wilayah ... IV-5 4.2.3 Batas Wilayah ... IV-5 4.2.4 Kependudukan... IV-7

4.2.5 Sarana Sanitasi dan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat ... IV-8 4.3 Gambaran Umum Kampung Pulo ... IV-9 4.3.1 Kependudukan ... IV-9 4.3.3 Drainase ... IV-11

4.3.4 Penyediaan Air Bersih ... IV-11 4.4 Gambaran Umum Pelaksanaan Program SANIMAS

di Kampung Pulo ... IV-15 4.4.1 Seleksi Lokasi ... IV-16 4.4.2 Penyusunan Dokumen RKM ... IV-21 4.4.3 Teknologi Sarana Sanitasi Terseleksi ... IV-21 4.4.4 Pembentukan KSM ... IV-24

4.4.5 Mekanisme Pendanaan SANIMAS ... IV-24

(13)

4.4.6 Pengelolaaan Keuangan SANIMAS ... IV-26 4.4.7 Rencana Kerja Masyarakat ... IV-27

BAB V ANALISIS PERMASALAHAN ... V-1 5.1 Identitas Responden ... V-1 5.2 Analisis Efektivitas Aspek Perencanaan... V-3 5.3 Analisis Efektivitas Aspek Kelembagaan ... V-4 5.4 Analisis Efektivitas Aspek Penggunaan Sarana

SANIMAS ... V-9 5.5 Efektivitas Aspek Kesehatan Lingkungan ... V-13

5.5.1 Analisis Efektivitas Perilaku Hidup Bersih V-14 5.5.2 Analisa Efektivitas Peningkatan

Kebersihan Lingkungan ... V-21

BAB VI KESIMPULAN dan REKOMENDASI ... VI-1 6.1 Kesimpulan ... VI-1 6.2 Rekomendasi ... VI-4 DAFTAR PUSTAKA ... xiii LAMPIRAN ...

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Informasi dan Alat RPA ... II-17 Tabel 3.1 Tipe Masyarakat di Wilayah Studi ... III-5 Tabel 3.2 Jumlah Sampel ... III-6 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Sukadisri ... IV-2 Tabel 4.2 Jumlah Sarana Sanitasi Kecamatan Sukadiri ... IV-4 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Gintung ... IV-7 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kampung Pulo ... IV-9 Tabel 4.5 Hasil RPA Kampung Pulo ... IV-14 Tabel 4.6 Hasil RPA Kampung Tegal Jawa ... IV-15 Tabel 4.7 Konsolidasi Skor RPA ... IV-18 Tabel 4.8 Jumlah Iuran ... IV-28 Tabel 4.9 Waktu Untuk Pembayaran Iuran ... IV-28 Tabel 5.1 Pendidikan Terakhir ... V-1 Tabel 5.2 Pekerjaan ... V-2 Tabel 5.3 Penghasilan ...V-3 Tabel 5.4 Penilaian Efektivitas Kegiatan Perencanaan dan

Pembangunan Program SANIMAS ... V-5 Tabel 5.5 Penilaian Efektivitas Kelembagaan ... V-10

Tabel 5.6 Intensitas Responden Pengguna Dalam

Menggunakan MCK SANIMAS ... V-10 Tabel 5.7 Kegiatan yang Dilakukan Responden Dalam

Menggunakan MCK SANIMAS ... V-8 Tabel 5.8 Alasan Responden Menggunakan SANIMAS ... V-11

(15)

Tabel 5.9 Jarak antara MCK SANIMAS dengan Rumah

Responden Pengguna ... V-11 Tabel 5.10 Alasan Responden Tidak Menggunakan

MCK SANIMAS ... V-12 Tabel 5.11 Kualitas Air di Lingkungan ... V-13

Tabel 5.12 Intensitas Dalam Kegiatan Menutup Makanan .... V-15 Tabel 5.13 Intensitas Dalam Kegiatan Minum Air yang

Dimasak ... V-16 Tabel 5.14 Intensitas Dalam Kegiatan Masak dan Minum

Menggunakan Air Bersih ... V-17 Tabel 5.15 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan

Sabun ... V-18 Tabel 5.16 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan

Sabun Sesudah BAB ... V-19 Tabel 5.17 Intensitas Dalam Kegiatan Membuang Hajat

di MCK ... V-20 Tabel 5.18 Persepsi Masyarakat mengenai kondisi Lingkungan

Sebelum adanya Program SANIMAS ... V-23 Tabel 5.19 Persepsi Masyarakat mengenai kondisi Lingkungan

Setelah adanya Program SANIMAS ... V-25

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Tangerang ... I-11 Gambar 2.1 Bagan Sumber Pendanaan ... II-23 Gambar 4.1 Peta Orientasi Kecamatan Sukadiri ... IV-3 Gambar 4.2 Peta Batas Administrasi Desa Gintung ... IV-6 Gambar 4.3 Peta Orientasi Kampung Pulo

dan Sarana SANIMAS ... IV-10 Gambar 4.4 Kondisi Sungai/ Selokan ... IV-11 Gambar 4.5 Proses Pelaksanaan Pelatihan Terhadap KSM... IV-25 Gambar 4.6 Pelatihan Terhadap Operator ... IV-26 Gambar 5.1 Kondisi Lingkungan Sebelum Program

SANIMAS ... V-22 Gambar 5.2 Kondisi Lingkungan Setelah Program

SANIMAS ... V-24

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Hasil Kuesioner Lampiran B Desain Kuesioner Lampiran C Analisa Frequencies Lampiran D Tabel Mutu Air Lampiran E Matriks Kuesioner Lampiran F Daftar Istilah dan Definisi

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur baik yang merupakan aset pemerintah maupun aset swasta, dilaksanakan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti jalan raya, jembatan, taman, gedung kantor, rumah sakit, dan sebagainya. Infrastruktur diperlukan masyarakat dalam rangka menjalankan berbagai kegiatan.

Kegiatan ekonomi masyarakat di suatu daerah tidak akan berjalan optimal tanpa didukung infrastruktur yang memadai.

Pada dasarnya, jenis infrastruktur pemerintah dapat dibedakan menjadi infrastruktur pusat dan infrastruktur daerah. Infrastruktur pusat adalah infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah pusat, yang umumnya melayani masyarakat pada skala nasional, seperti jalan raya antar propinsi,dan sebagainya.

Infrastruktur daerah adalah infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah daerah, yang umumnya dibangun untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat atau pihak lain di suatu daerah tertentu.

Misalnya penyediaan air bersih dan sanitasi untuk masyarakat di kabupaten tertentu, pembangunan sarana jalan untuk mengembangkan potensi pariwisata di daerah tertentu, dan sebagainya.1

1 Purwoko, makalah penelitian “Analisis Peluang Penerbitan Obligasi Daerah Sebagai

(19)

Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, sanitasi diartikan sebagai pemelihara kesehatan. Pemeliharaan kesehatan lingkungan (sanitasi), merupakan kebutuhan dasar masyarakat.

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara -negara berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. Tidak memadainya sarana sanitasi akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan. Sebagai konsekuensinya pemerintah mendorong terpenuhinya kebutuhan itu walaupun hingga saat ini cakupan layanan sanitasi baik di perkotaan maupun perdesaan belum memadai. Salah satu layanan sanitasi yang belum memadai adalah penanganan air limbah permukiman terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah di lingkungan permukiman padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi di perkotaan.

Berdasarkan data dari badan penelitian dan pengembangan permukiman departemen Pekerjaan Umum (PU) diketahui bahwa sistem pelayanan air limbah baik sistem on site maupun off site di perkotaan pada tahun 2000 baru mencapai 25,5%. Sistem pembuangan air limbah dengan IPAL baru mencapai 1,26% dari penduduk Indonesia. (Tuti Kursiah, 2005).

Sedangkan data dari hasil konferensi Sanitasi Nasional yang disampaikan oleh menteri Pekerjaaan Umum Djoko Kirmanto, data menunjukkan bahwa ada kenaikan cakupan pelayanan prasarana dan

(20)

sarana sanitasi yaitu tahun 2002 sebesar 63,5%, tahun 2004 sebesar 67%, tahun 2005 sebesar 68%, dan pada tahun 2006 sebesar 70 %.

Meskipun data statistik menunjukkan sebesar 70% pada tahun 2006, diperkirakan 10 % tidak memiliki unit pengolahan air limbah rumah tangga yang memadai.

Peningkatan cakupan itu tidak mampu mengimbangi pertumbuhan penduduk dan permukiman yang demikian pesat.

Akibatnya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana sanitasi menjadi tertinggal. Banyak faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi. Seperti minimnya kepedulian dari berbagai pihak antara lain pemerintah dan wakil rakyat akan persoalan sanitasi tercermin dari alokasi anggaran yang sangat sedikit untuk pembangunan fasilitas sanitasi dasar. Penyakit seperti diare dan malaria pun biasa muncul pada daerah dengan sanitasi buruk.

Selain itu juga masih kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan kesehatan lingkungan terutama di daerah perdesaan, karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Hal ini menyebabkan banyaknya jamban yang tidak digunakan sebagaimana mestinya karena ketidakmengertian masyarakat.

Keterlibatan dan komitmen pemangku kepentingan termasuk pemerintah, para wakil rakyat, dunia usaha (swasta), dan masyarakat masih jauh dari kemampuan untuk bersama-sama berembug dan bertindak sesuai kesepakatan peran dan kewajiban untuk mengelola air limbah.

Pengalaman juga menunjukkan adanya sarana dan prasarana sanitasi terbangun yang tidak dapat beroperasi secara optimal. Salah satu

(21)

penyebabnya adalah tidak dilibatkannya masyarakat sasaran baik tahap perencanaan, pembangunan ataupun pada kegiatan operasi dan pemeliharaan.

Selain itu, pilihan teknologi yang terbatas mempersulit masyarakat untuk dapat menentukan prasarana dan sarana yang hendak dibangun dan digunakan di daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan, budaya setempat, Kemampuan masyarakat untuk mengelola prasarana tersebut. Hal tersebut mengakibatkan prasarana dan sarana sanitasi yang terbangun menjadi tidak berkelanjutan, tidak dapat berfungsi dengan baik, dan tidak adanya perhatian masyarakat untuk menjaga pelayanan prasarana dan sarana.

Salah satu solusi dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah di lingkungan kumuh dan rawan sanitasi maka dikenalkan Program Sanimas. Program Sanimas ini merupakan salah satu program pembangunan prasarana air limbah yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui :

1. Keberpihakan pada warga yang berpenghasilan rendah.

2. Otonomi dan desentralisasi.

3. Mendorong prakarsa local dengan iklim keterbukaan.

4. Partisipatif.

5. Keswadayaan.

Fokus kegiatan Sanimas adalah penanganan air limbah rumah tangga. Melalui pelaksanaan Sanimas ini, masyarakat memilih sendiri prasarana dan sarana air limbah permukiman yang sesuai, ikut aktif menyusun rencana aksi, membentuk kelompok dan melakukan

(22)

pembangunan fisik termasuk mengelola kegiatan operasi dan pemeliharaan, bahkan bila perlu mengembangkannya.

Kegiatan Sanimas sudah diuji coba dan sejauh ini berhasil dilaksanakan tahun 2003-2005 di Provinsi Bali, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Pada Tahun 2006 Departemen Pekerjaan Umum melalui Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan replika kegiatan Sanimas di 20 Provinsi (69 Lokasi), kemudian pada tahun 2007 telah dialokasikan dana untuk kegiatan Sanimas bagi 22 Provinsi (128 Lokasi). Salah satu Kabupaten yang telah melaksanakan kegiatan Sanimas adalah Kabupaten Tangerang.

Kabupaten Tangerang merupakan kabupaten penyangga Ibukota, yang letak geografisnya berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang pesat diiringi oleh kebutuhan pelayanan sanitasi yang semakin meningkat pula, namun peningkatan itu tidak diiringi kesiapan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam hal pelayanan sanitasi khususnya penanganan air limbah permukiman.

Hal itu terlihat dari banyaknya kasus berupa penyakit diare yang terjadi di kabupaten Tangerang salah satunya di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri.

Menyadari kondisi bahaya tersebut maka Depertemen PU bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Tangerang melakukan program Sanitasi Oleh Masyarakat (Sanimas) di daerah tersebut.

Sanimas ini berupa pembangunan MCK. Terpilihnya Kampung Pulo sebagai lokasi pencanangan gerakan didasarkan banyak masyarakat yang tidak memiliki WC di rumah, dan juga kesiapan masyarakat dalam

(23)

menyediakan lahan yang di hibahkan untuk pembangunan sanimas.

Untuk keperluan buang air besar (BAB), masyarakat biasa menggunakan pematang sawah, kebon dan tegalan.

Bangunan MCK tersebut dibangun dana patungan (cost sharing) antara Pemerintah Kabupaten Tangerang, dana masyarakat, serta pendampingan dari lembaga Borda. Untuk pemeliharaan bangunan MCK ini pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat.

Program SANIMAS ini bertujuan untuk memperbaiki sistem sanitasi dan kualitas lingkungan sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam hal peningkatan kualitas kesehatan dan dapat menjadi pembangunan yang berkelanjutan.

Namun pada kenyataan di lapangan, program SANIMAS yang ada di kecamatan Sukadiri ini tidak sesuai dengan tujuan sehingga berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa program SANIMAS ini kurang optimal misalnya jumlah masyarakat yang menggunakan sarana sanitasi ini berkurang dibandingkan dengan target yang direncanakan, di pinggir sungai dan sawah terdapat WC gantung sehingga masyarakat kembali kepada kebiasaan lama dalam hal membuang hajat.

Jika hal ini terjadi terus menerus maka perbaikan kualitas kesehatan masyarakat tidak dapat dilaksanakan dan program yang telah dilakukan akan menjadi sia-sia yang kemudian akan merugikan masyarakat itu sendiri.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

(24)

1. Apakah program SANIMAS yang ada di Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang ini efektif bagi masyarakat?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas program Sanimas di wilayah studi?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan pada pelaksanaan Program Sanimas di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang mulai dari tahapan perencanaan, pembangunan, maupun pemeliharaan sarana sanitasi. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah :

1. Teridentifikasinya permasalahan program Sanimas di wilayah studi.

2. Teridentifikasinya faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas program Sanimas ini.

Pada akhirnya hasil yang diharapkan berupa seberapa besar efektif program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) ini dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah studi ini dan sebagai masukan/ pertimbangan bagi pemerintah atau instansi terkait untuk mengatasi permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan Program Sanimas.

(25)

1.4 Ruang Lingkup Studi 1.4.1 Ruang Lingkup Materi

Materi yang menjadi pokok pembahasan dalam studi ini adalah melakukan penilaian mengenai efektivitas dari pelaksanaan program Sanimas di Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Studi

Penelitian mengenai Program Sanimas ini di batasi pada Program Sanimas yang dilaksanakan di Kampung Pulo, Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang.

1.5 Sistematika Pembahasan BAB I : Pendahuluan

Bab ini merupakan bab pengantar yang menjelaskan alasan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, serta sistematika pembahasan.

BAB II : Landasan Teori

Membahas semua teori yang relevan dan mendukung topik permasalahan yang sedang diteliti.

BAB III : Metodologi Penelitian

Menjelaskan tempat penelitian, metode penelitian, sumber dan metode pengumpulan data, serta metode analisis data.

BAB IV : Gambaran Umum Wilayah Studi

Menjabarkan lebih jelas mengenai gambaran wilayah studi, gambaran kependudukan, penjelasan mengenai profil

(26)

ekonomi dan sosial gambaran fisik lingkungan dan proses pelaksanaan kegiatan Sanimas di wilayah studi.

BAB V : Analisis Permasalahan

Menyajikan analisis dari permasalahan Sanimas yang ditemukan dilapangan, berdasarkan perspektif perencanaan, kelembagaan, penggunaan sarana, dan kesehatan lingkungan.

BAB VI : Rekomendasi Dan Kesimpulan

Menyajikan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan oleh penulis serta memberikan rekomendasi.

(27)

1.6 Kerangka Pemikiran

Latar Belakang Permasalahan

1. Sanitasi merupakan salah satu infrastruktur daerah yang di bangun untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Tidak memadainya sanitasi akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan lingkungan.

3. Program SANIMAS adalah Salah satu solusi dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

4. Fakta awal menunjukkan Program Sanimas di Kampung Pulo kurang optimal misalnya jumlah masyarakat pengguna menjadi berkurang dibandingkan dari target yang direncanakan

Hasil pelaksanaan Sanimas berdasarkan fakta lapangan

Analisis Kesehatan Lingkungan Analisis

Kelembagaan Analisis

Perencanaan

Program Sanimas di Kampung Pulo

gkat Efektivitas Program SANIMAS

tor-faktor yang mempengaruhi efektivitas program Sanimas

Rekomendasi

Analisis Penggunaan

Sarana Identifikasi

2. Tin 3. Fak

(28)

Gambar 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Tangerang

(29)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pelayanan Publik

Pelayanan publik pada hakekatnya adalah pelayanan kepada pengguna jasa layanan dalam hal ini adalah masyarakat dalam arti luas, sehingga apapun bentuk dan model pelayanan yang diberikan semestinya orientasi adalah untuk masyarakat itu sendiri (R. Ferry Anggoro Suryokusumo, 2008: 9).

Setiap golongan masyarakat harus mendapatkan hak yang sama untuk menikmati layanan yang diberikan oleh penyedia layanan.

Masyarakat juga harus diberikan peluang untuk berkontribusi dalam peningkatan pelayanan, baik dalam bentuk penyampaian aspirasi langsung ataupun tidak langsung yang fasilitasnya semestinya disediakan oleh penyedia layanan secara terbuka dan transparan.

Peningkatan dan perbaikan layanan kepada publik yang dilakukan secara berkelanjutan dan ditujukan kepada masyarakat tanpa pembedaan serta dukungan sarana dan prasarana penunjang akan berdampak pada tingkat kepercayaan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan sehingga masyarakat pun akan lebih minded (berpikir) untuk senantiasa menggunakan layanan yang disediakan.

2.2 Teori Efektivitas

Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai

(30)

tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya (Steers, 1985:87 dalam www.komengpoenya.blog)

Efektivitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.

Efektivitas dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan (Martoyo, 1998:4). Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dipahami bahwa efektivitas dalam proses suatu program yang tidak dapat mengabaikan target sasaran yang telah ditetapkan agar operasionalisasi untuk mencapai keberhasilan dari program yang dilaksaksanakan dapat tercapai dengan tetap memperhatikan segi kualitas yang diinginkan oleh program.

Menurut Richard Steer dalam Halim (2001), efektivitas harus dinilai atas dasar tujuan yang bisa dilaksanakan bukan atas dasar konsep tujuan yang maksimum.

(31)

2.3 Partisipasi masyarakat

Menurut kamus tata ruang pengertian partisipasi adalah ikut serta secara aktif dalam suatu kegiatan, misalnya dalam proses atau persiapan perencanaan dan pembangunan kawasan atau bangunan.

Menurut Chambers, partisipasi dalam artian keterlibatan satu pihak terhadap lain dan yang keterkaitan dengan lokal berarti suatu keterlibatan komuitas lokal terhadap suatu proses pembangunan.lokal yang dimaksud berarti mencakup masyarakat suatu wilayah. (Chambers 1974, dalam Amri Marzali, 2003).

Menurut Hans H. Munker, partisipasi masyarakat adalah

”kelompok target yang menjadi sasaran dari proyek dan program- program untuk kaum miskin sejak permulaan harus memainkan peran aktif dalam penetapan tujuan dan prioritas-prioritas dalam perencaanaan proyek atau program-program dalam perencanaan proyek serta terlibat dalam evaluasi setiap langkah yang diambil. (Hans H muker dalam Noor Indah Yanti, 2006).

Masalah yang berkenaan masyarakat lokal kaitannya dengan pemberian kesempatan berpartisipasi. Tidak mempedulikan partisipasi dan aspirasi masyarakat dapat mengakibatkan kegagalan proyek.

Sehingga untuk masalah partisipasi masyarakat dilakukan dengan sangat hati-hati dan memerlukan suatu pendekatan tersendiri untuk meneliti terlebih dahulu pada bidang-bidang apa saja masyarakat dapat dan tidak mangganggu jalannya suatu proyek.

(32)

Keberhasilan proyek banyak tergantung pada software partisipasi. Seperti, adanya bentuk-bentuk sosial di masyarakat lokal yang merupakan daya tampung dan sekaligus daya dukung sosial suatu proyek, berjalannya informasi dari masyarakat karena adanya saluran komunikasi yang jelas, kajian evaluasi berjalan dan sistem pelatihan.

Semua ini membuat teknologi jadi berguna dan bekerja.

Usaha yang harus dilakukan untuk membawa masyarakat terlibat dalam perencanaan dan implementasi proyek yaitu :

a. Memberikan training.

b. Penelitian pendukung.

c. Evaluasi.

d. Menyediakan staff yang ahli dalam mengembangkan pola organisasi yang memadai dan sabar.

Partisipasi yang tinggi akan menciptakan kemandirian dan keswadayaan masyarakat dalam pembangunan. Oleh karena itu LSM dibutuhkan untuk mendorong partisipasi serta kemandirian dan keswadayaan masyarakat terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.

2.4 Kebijakan Nasional Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat.

Tujuan dari program penyehatan lingkungan (Tuti Kustiah, 2005: 3) adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Dengan meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan diharapkan derajat kesehatan masyarakat meningkat Dengan peningkatan tersebut maka produktivitas akan

(33)

meningkat yang pada akhirnya kualitas hidup masyarakat akan meningkat. Kebijakan penyehatan lingkungan di Indonesia disusun berdasarkan kebijakan nasional sebagai berikut :

1. GBHN 1999 - 2004 (Tap No IV/MPRf1999), Butir F. Sosial Budaya, Ayat 1.a :Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut. Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat.

2. Undang-undang No 23 Tahun 1997 Pasal 3 : Mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya.

3. Undang-undang No 32/2004 : Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

4. PROPENAS 2000 - 2004 ( Undang-undang No 25 Tahun 2000), Bab VIII, Pembangunan Sosial dan Budaya Butir C, Program II Pembangunan, Ayat b. Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat : Sasaran khusus program ini adalah :

a) Meningkatnya perwujudan dan kepedulian perilaku hidup bersih dari sehat dalam kehidupan bermasyarakat.

(34)

b) Berkembangnya sistem jaringan dukungan masyarakat, sehingga pada akhirnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dapat meningkat.

2.5 Pengertian Sanitasi

Menurut UU No.7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air, yang dimaksud dengan sanitasi adalah limbah dan persampahan.

Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, sanitasi diartikan sebagai pemelihara kesehatan lingkungan. Sedangkan menurut kamus tata ruang, sanitasi yaitu kebersihan, menjaga kesehatan, usaha menciptakan dan membina keadaan yang baik di bidang kesehatan lingkungan, masyarakat.

Dari pengertian –pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa sanitasi adalah upaya pemelihara kesehatan dalam hal ini kebersihan dari limbah dan persampahan guna menciptakan dan membina keadaan yang baik di bidang kesehatan lingkungan dan masyarakat karena sanitasi merupakan kebutuhan dasar manusia.

Kualitas sanitasi merupakan salah satu prioitas utama dalam peningkatan dan menjaga derajat kesehatan masyarakat sehingga apabila tidak memadainya sanitasi maka akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan lingkungan .

Dan ini telah menjadi salah satu target dalam tujuan pembangunan millenium (MDG’s). Kualitas sanitasi ini didukung oleh ketersediaan fasilitas sanitasi dasar yang memenuhi syarat teknis dan kesehatan. Fasilitas sanitasi yang kerap disebut sebagai fasilitas sanitasi

(35)

Dampak yang ditimbulkan apabila jamban yang dibangun tidak sesuai syarat teknis dan kesehatan antara lain pencemaran air tanah, pencemaran air muka permukaan, dan penurunan derajat kesehatan masyarakat akibat timbulnya penyakit-penyakit menular (Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, 2004).

Untuk itu diperlukan berbagi langkah untuk mengurangi dampak-dampak tersebut. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, 2007) :

• Mengembangkan kerangka kebijakan dan institusi. Kepastian pembagian peran di antara institusi yang terlibat, termasuk menetapkan institusi yang memegang peran utama dalam pembangunan air limbah sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sanitasi.

• Mengubah perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan seperti kamapanye publik, mediasi dan fasilitasi kepada masyarakat mengenai perlunya perilaku hidup bersih dan sehat perlu digalakkan. Perubahan perilaku masyarakat juga diperlukan untuk mengembangkan budaya penghargaan dan hukuman terhadap partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan.

• Meningkatkan kapasitas masyarakat berdasarkan pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach/ demand driven), partisipatif, pilihan yang diinformasikan, keberpihakan pada masyarakat miskin, gender, pendidikan dan swadaya

(36)

• Mengembangkan model penyediaan fasilitasi dasar seperti program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat). Hal ini menjadi jalan keluar untuk lahan perkotaan yang sempit, yakni dengan menyediakan sistem pengolahan tinja komunal.

• Mengembangkan sistem database dan informasi untuk sanitasi dasar. Sistem database yang baik akan bermanfaat dalam pengalokasian sumber-sumber pembiayaan sanitasi dasar kepada masyarakat secara optimal.

Memperbaiki ketersediaan air bersih, fasilitas sanitasi yang cukup, dan tingkah laku yang higienis merupakan hal-hal yang vital dan saling mengisi satu sama lain dalam sektor penyediaan air dan sanitasi.

Sehingga jika hanya melakukan investasi pada salah satu aspek tersebut tanpa melibatkan aspek lainnya, maka akan menimbulkan resiko terhadap kesehatan masyarakat dan tidak akan menyelesaikan permasalahan kesehatan masyarakat.

2.6 Pengertian air dan Kriteria Mutu Air

Kegiatan sanitasi tidak lepas dari penggunaan air, pengertian air berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, air yang dimaksud adalah semua air yang terdapat di atas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil. Namun apabila air yang digunakan kualitasnya buruk maka akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk hal itu terjadi karena turunnya kualitas air sampai dengan tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat

(37)

berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Untuk menentukan air tersebut layak atau tidak layak digunakan dilihat dari baku mutu air, pengertian dari Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu : a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku

air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kriteria mutu air berdasarkan kelas dapat dilihat pada lampiran D.

(38)

2.7 Program SANITASI Oleh Masyarakat (SANIMAS)

Program Sanimas merupakan salah satu implementasi dari kebijakan pemerintah di bidang penyehatan lingkungan. Program SANIMAS (Sanitasi Oleh Masyarakat) adalah kegiatan pada proyek yang bertujuan mempromosikan dan menciptakan beragam contoh Sanitasi Berbasis Masyarakat (SBM)2 serta menggali hasil pembelajarannya untuk direplikasikan oleh kelompok masyarakat atau untuk skala yang lebih luas. Kegiatan ini merupakan bagian dari uji coba (pilot project) yang dikembangkan oleh WASPOLA, yaitu sebuah kerjasama pembangunan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia di bawah koordinasi Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific (WSP-EAP)3. BORDA, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berpusat di Jerman, bekerjasama dengan jaringan LSM Indonesia telah diberi tanggung jawab sebagai pelaksana proyek SANIMAS untuk membantu masyarakat, pemerintah daerah dan fasilitator setempat dalam merancang, merencanakan dan melaksanakan kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SBM).

Gambaran SBM di sini adalah sebuah jaringan pengelolaan tinja dengan investasi murah yang menghubungkan sarana sanitasi perumahan melalui jaringan perpipaan dengan instalasi pengolahan tinja (IPAL). Untuk tipe pemukiman masyarakat miskin kota yang bermukim

2 Adalah pengelolaan sanitasi yang seluruh prosesnya dikelola masyarakat sejak menggagas ide,

merencanakan, konstruksi hingga operasional dan maintenance.

3 WSP-EAP merupakan lembaga di bawah Bank Dunia, yang kegiatannya difokuskan pada pengembangan kebijakan sector, praktek

(39)

di rumah atau kamar sewa, telah dibangun sarana umum berupa tempat mandi, cuci dan kakus (MCK) yang dilengkapi kamar untuk mencuci, mandi dan jamban yang juga dihubungkan dengan IPAL. Selain sarana sanitasi, pelayanan air bersih juga tersedia di MCK.

Dalam konteks SANIMAS, sanitasi hanya terbatas pada pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah akhir tinja.

2.7.1 Tahapan Pelaksanaan Program SANIMAS

Tahapan pelaksanaan SANIMAS meliputi : Persiapan, Seleksi Kabupaten/ Kota, Seleksi Lokasi, Penguatan Kelembagaan, Penyusunan RKM (Rencana Kegiatan Masyarakat), Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan sarana terbangun. (Panduan Umum Pelaksanaan SANIMAS, 2006).

1. Persiapan

Persiapan SANIMAS meliputi :

a. Sosialisasi kegiatan SANIMAS kepada seluruh pemerintah kabupaten/ kota pada akhir tahun anggaran sebelumnya yang diselenggarakan oleh Dinas PU/ Cipta Karya Provinsi.

b. Penyampaian surat pernyataan minat oleh pemerintah Kabupaten/

Kota untuk ikut serta dalam kegiatan SANIMAS.

c. Workshop regional yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP), Dep.

Pekerjaan Umum.

(40)

d. Penyampaian surat minat oleh pemerintah Kabupaten/ Kota untuk ikut serta dalam kegiatan SANIMAS bagi pemerintah Kabupaten/

Kota yang belum menyampaikan.

2. Seleksi Kabupaten/ Kota Kriteria seleksi Kabupaten/ Kota :

a. Mengirim Surat Minat ditandatangani Walikota/ Bupati atau Pejabat yang berwenang untuk implementasi SANIMAS.

b. Ada Dinas Pertanggungjawab yang ditunjuk oleh Bupati/ Walikota.

c. Berminat untuk melaksanakan kegiatan SANIMAS secara partisipatif.

d. Terdapat lingkungan yang rawan sanitasi dan padat penduduk perkotaan di wilayah permukiman perkotaan.

e. Bersedia kontribusi tunai berupa Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sampai 60% (± sebesar Rp. 200 juta) untuk biaya fisik, dan in-kind yaitu berupa sarana kantor dan staf dinas penanggung jawab sebagai fasilitator.

f. Road Show terhadap Kabupaten/ Kota terpilih untuk meninjau calon lokai SANIMAS, mempersiapkan penandatanganan Nota Kesepakatan dan pemilihan TFL (Tim Fasilitator Lapangan).

g. Penandatanganan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Kabupaten/ Kota, Konsultant pendamping dan diketahui oleh Bappenas.

(41)

3. Seleksi Lokasi

a. Seleksi lokasi dimulai dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota menetapkan atau mengusulkan calon lokasi penerima SANIMAS dalam bentuk daftar- panjang permukiman/ kampung/ kelurahan.

b. Penetapan daftar-panjang didasarkan pada wilayah yang merupakan prioritas perencanaan sarana dan prasarana air limbah kota. Oleh karena itu perlu disusun pemetaan prasarana dan sarana air limbah sehingga pendekatan menjadi lebih komprehensif.

Daftar Panjang merupakan data sekunder calon lokasi yang diusulkan oleh pemerintah daerah kota/ kabupaten pada saat MoU (nota kesepakatan), dengan ketentuan memiliki kelayakan sebagai berikut :

¾ Kepadatan > 700 jiwa/ Km² (wilayah Jawa dan Bali)

¾ Kumuh secara fisik

¾ Lingkungan masyarakat berpendapat rendah (kumuh miskin, bukan kumuh kaya)

¾ Memiliki masalah kesehatan/ kasus diare kejadian luar biasa

¾ Terdapat masalah fisik sanitasi

¾ Selalu masuk di semua program penataan kampung kumuh/

penataan kawasan di semua dinas.

c. Pemerintah Kabupaten/ Kota bersama dengan fasilitator pendamping ( BORDA atau Konsultant) akan menyusun daftar- pendek sesuai persyatan teknis minimal yang ditetapkan dan melalui pengecekan lapangan.

(42)

Daftar pendek merupakan data primer yang ditentukan berdasarkan hasil survey dan identifikasi daftar panjang (longlist) yang dilakukan TFL dan dinas penanggung jawab kegiatan sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS) berdasarkan criteria kelayakan maksimal. Tujuan penyusunan daftar pendek adalah mempermudah dan mengefektifkan sosialisasi stakeholderkampung dan seleksi kampung sasaran program.

Syarat kriteria kelayakan lokasi sasaran sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS) adalah :

¾ Terdaftar dalam administrasi pemerintahan Kota/ Kabupaten &

cakupan 50-100 KK-RT/RW/Lingkungan Kampung.

¾ Memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak untuk segera ditangani.

¾ Tersedia lahan :

a. Luas minimal 100 m² ( Untuk Simplified Sewerage System (SSS) atau komunal).

b. Luas minimal 150 m² (untuk Community Sanitation Center (CBS) atau mck++.

c. Jarak dengan jalan besar ± 100 m.

¾ Tersedia sumber air (PDAM, sumur gali, mata air), dan saluran untuk pembuangan air limbah (saluran drainase/ sungai).

¾ Bersedia untuk berkontribusi (in cash + in kind).

¾ Tertarik untuk mengimplementasikan sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS).

(43)

d. Kegiatan Seleksi Kampung

Kegiatan seleksi kampung dilakukan dengan metode Rapid Participatory Assesment (RPA) dan Community Self Selection Stakeholder Meeting.

ƒ Rapid Participatory Assesment (RPA)

Rapid Participatory Assesment (RPA) merupakan metode yang digunakan untuk melakukan pemetaan kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi, serta kebutuhan untuk emecahkan masalah sanitasi secra cepat dan dilakukan secara partisipatif, atau bersama-sama masyarakat setempat melalui teknik RPA yaitu : Timeline, Leader 1, Transect WALK, Venn Diagram dan Problem Tree.

Alasan penggunaan metode ini adalah : 1. Memposisikan masyarakat sebagai subyek

2. Memberikan “ruang” kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan keinginannya.

3. Sebagai salah satu media pemberdayaan masyarakat pada tingkat bawah.

Dalam tahap implementasi SANIMAS, RPA dilakukan setelah kegiatan presentasi Konsep SANIMAS kepada stakeholder masyarakat, RPA akan dilakukan hanya jika ada undangan atau permintaan dari masyarakat setelah mereka memahami konsep SANIMAS melalui presentasi. Hal ini sesuai dengan Demand Responsive Approach (DRA), dimana undangan/ permintaan menjadi salah satu indicator kebutuhan untuk memecahkan sanitasi yang dihadapi.

(44)

Hasil RPA ini akan dipresentasikan pada sesi Seleksi Lokasi Sendiri oleh masyarakat bersama-sama dengan hasil RPA dari kampung lain dalam 1 Kabupaten/ Kota. Sesi ini dinamakan Self Selection Stakeholder Meeting, yang bertujuan untuk menentukan lokasi masyarakat yang paling siap untuk implementasi SANIMAS.

Untuk menilai kesiapan masyarakat akan diukur dengan 5 variabel yaitu :

1. Pengalaman membangun infrastruktur kampung.

2. Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi.

3. Kelayakan teknis untuk infrastruktur sanitasi.

4. Kesiapan lembaga setempat untuk mengelola sanitasi.

5. Prioritas perbaikan sanitasi.

Penentuan kampung yang lolos seleksi didasarkan pada total skor yang dimiliki oleh masing-masing kampung. Logikanya : semakin miskin kondisi kampung dan semakin besar tingkat keswadayaan masyarakat, maka semakin tinggi skornya, dan begitu pula sebaliknya. Maka kampung yang mengumpulkan skor nilai tertinggi yang dianggap paling siap untuk implementasi SANIMAS.

(45)

Tabel 2.1 Jenis informasi dan Alat RPA yang Digunakan

No Jenis Informasi RPA Tools

1 Pengalaman membangun infrastruktur kampung

Timeline

2 Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi Ladder-1

3 Kelayakan teknis untuk infrastruktur sanitasi

Transect Walk

4 Kesiapan lembaga setempat untuk mengelola sanitasi

Venn Diagram

5 Prioritas perbaikan sanitasi Problem Tree

Sumber : Panduan Umum Pelaksanaan SANIMAS, 2006.

• Community Self Selection Stakeholders Meeting

Community Self Selection Stakeholders Meeting atau pertemuan perwakilan kampung dalam proses seleksi pemilihan kampung merupakan alat untuk menentukan 1(atau lebih sesuai kesiapan dana Pemerintah Kota/ Kabupaten) lokasi yang paling siap dengan sistem scoring. Kegiatan tersebut diikuti oleh kampung shortlist yang telah melaksanakan RPA dengan difasilitasi oleh TFL. Kegiatan tersebut diawali dengan mengundang masyarakat tiap lokasi/ kampung yang telah melaksanakan RPA, kemudian wakil masyarakat tiap kampung mempresentasikan hasil RPA langkah terakhir dengan difasilitasi oleh TFL dan dilakukan perhitungan hasil scoring tiap kampung secara terbuka.

(46)

4. Penyusunan RKM

a. Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) merupakan bukti dokumen resmi perencanaan perbaikan sanitasi oleh masyarakat, sekaligus sebagai dasar untuk pencairan dana/ material dari berbagai stakeholder yang telah meberikan komitmen, RKM SANIMAS hanya dilakukan oleh masyarakat yang kampungnya terseleksi sebagai lokasi.

b. Lokasi terpilih menyusun Rencana Kerja Msyarakat (RKM) SANIMAS berupa pemilihan teknologi sanitasi, calon penerima manfaat, pembentukan, forum penguna, pembentukan KSM, DED

& RAB, jadwal konsrtruksi, rencana kontribusi, rencana pelatihan serta rencana pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas air limbah yang dibangun.

c. Dokumen perencanaan SANIMAS diusulkan dan disahkan dalam forum musyawarah di kelurahan tempat/ lokasi pelaksanaan SANIMAS.

5. Konstruksi

a. Tahapan pelaksanaan konstruksi dilakukan oleh masyarakat calon pengguna dengan didampingi oleh TFL dan pengawas teknis konsultan pendamping.

b. Konstruksi dilakukan setelah RKM selesai disusun dan disahkan oleh para wakil stakeholder.

c. Kegiatan konstruksi dapat dilakukan oleh pihak ketiga jika ada kesepakatan bersama masyarakat.

(47)

6. Operasi dan Pemeliharaan

a. Setelah konstruksi selesai dilaksanakan diperlukan pengoperasian dan pemeliharaan yang tepat agar sarana yng dibangun dapat berfungsi dengan baik dan berkelanjutan.

b. Sarana yang sudah dibangun dikelola oleh KSM pengelolaan tersebut dapat menggunakan kelembagaan masyarakat yang sudah ada ataupun dengan membentuk kelembagaan baru sesuai dengan kebutuhan. Proses pengelolaan dilakukan berdasarkan hasil musyawarah masyarakat pengguna. Pada tahap ini masyarakat memperoleh fasilitas baik dan aparat, tenaga pendamping maupun pihak-pihak lain yang berkompeten.

c. Mekanisme pengelolaan pada tahap pemanfaatan dilakukan sebagaimana proses pelaksanaan kegiatan SANIMAS dimana proses musyawarah, transparansi, akuntabilita public maupun kontrol social dapat tetap berjalan.

d. Operasi dan pemeliharaan dilakukan oleh operator yang ditunjuk oleh KSM sesuai dengan petunjuk operasional (SOP).

7. Penguatan Kelembagaan Masyarakat

Penguatan kelembagaan dalam SANIMAS ditekankan pada upaya peningkatan kapasitas/ pengetahuan maupun keterampilan bagi fasilitator dan masyarakat penerima manfaat SANIMAS. Untuk itu penguatan kelembagaan tersebut bertujuan mendukung pencapaian sasaran program SANIMAS. Penguatan kelembagaan masyarakat berupa pengorganisasian masyarakat & pengembangan institusi lokal :

(48)

identifikasi seleksi dan implementasi pilihan-pilihan teknologi sanitasi berbasis masyarakat, dan penerapan Perilaku Hidup Sehat dalam bentuk pelatihan dan sosialisasi yang meliputi :

a. Pelatihan terhadap TFL (RPA & RKM) : Dalam pelatihan ini para TFL disiapkan untuk memfasillitasi masyarakat dalam penilaian kondisi sanitasi secara tepat dan mendampingi masyarakat dalam menyusun RKM.

b. Pelatihan terhadap KSM : Dalam pelatihan ini ketua dan bendahara dibekali pengetahuan tentang organisasi dan pengelolaan administrasi keuangan.

c. Pelatihan terhadap mandor & tukang : Dalam pelatihan ini mandor dana tukang disiapkan untuk membangun sarana SANIMAS terpilih sesuai dengan DED yang telah disusun.

d. Pelatihan terhadap operator : Dalam pelatihan ini operator disiapkan untuk mengoperasikan dan memelihara sarana SANIMAS.

e. Sosialisasi terhadap kelompok pengguna : Dalam kegiatan ini kelompok masyarakat calon pengguna diberi penjelasan mengenai Pola Hidup Sehat (PHS) dan tata cara penggunaan sarana SANIMAS.

8. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

a. KSM ditetapkan dalam Musyawarah Masyarakat calon penerima manfaat dan disaksikan oleh Kepala Desa/ Lurah dan diketahui Camat.

b. KSM bertugas :

(49)

• Memfasilitasi pemilihan/ penentuan lokasi survey kajian cepat yang partisipatif (RPA).

• Memfasilitasi pembentukan KSM penerima manfaat.

• Memonitor/ mengawasi pelaksanaan proyek.

• Mengidentifikasi permasalahan prasarana dan kebutuhan akan sanitasi di tingkat desa/ kelurahan/ masyarakat.

• Membuat usulan kegiatan sesuai hasil musyawarah masyarakat calon penerima manfaat dan jenis teknologi sanitasi yang akan dibangun, dengan didampingi oleh LSM dan tenaga fasilitator.

• Menyetujui rencana kerja dan rencana pelaksanaan fisik yang disusun oleh masyarakat calon penerima manfaat.

• Menandatangani kontrak kerja apabila pekerjaan konstruksi dikerjakan oleh pihak ketiga/KSO.

• Menyusun Laporan pelaksanaan kegiatan (laporan penggunaan dana dan laporan harian) dan mengajukan kepada Satker/

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

• Menyusun dan mengajukan anggaran kepada Satker/ Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

• Menyelenggarakan dan menyampaikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan, penggunaan dana, kemajuan pelaksanaan kegiatan dan hasil akhir pelaksanaan kegiatan melalui forum musyawarah desa dan menempelkan di papan- papan informasi, kemudian menyampaikannya kepada Pemda.

• KSM dibentuk berdasarkan musyawarah masyarakat calon penerima manfaat yang pembentukkannya difasilitasi oleh

(50)

Fasilitator dari LSM setempat dan disaksikan oleh Kepala Desa yang diketahui oleh Camat.

• Susunan pengurus KSM minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Tenaga Teknis dan Anggota.

• Dalam KSM dapat dibentuk Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP).

9. Monitoring dan Evaluasi

a. Monitoring dilakukan oleh semua stakeholder pada berbagai tingkatan. Fasilitator dan KSM membuat laporn secara periodic sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan, sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh aparat fungsional dalam mekanisme pengawasan pembangunan dimaksudkan agar penyelenggraan SANIMAS dapat dipertanggungjawabkan.

Monitoring dilakukan sejak tahap rembug warga tahap pertma, untuk menjaga dilaksanakannya prinsip-prinsip dasa SANIMAS.

b. Evaluasi dilakukan oleh instansi terkait di berabagai tahapan pelaksanaan sejak Perencanaan hingga akhir konstruksi untuk memperoleh gambaran hasil yang dicapai beserta factor-faktor penyebabnya baik kelemahan maupun kekuatannya. Hasil evaluasi tersebut merupakan dasar penyempurnaan SANIMAS untuk masa selanjutnya. Evaluasi pelaksanaan SANIMAS akan mengacu pada pencatatan terhadap pencapaian indicator-indikator kinerja, yang selanjutnya direalisasikan dalam format-format baku yang bisa dibaca secara kuantitatif.

(51)

10. Sumber Pendanaan

Secara umum dana kegiatan SANIMAS per lokasi kegiatan berasal dari 4 sumber yaitu : Pemerintah pusat, APBD, Donor (LSM donator) serta Masyarakat (lihat Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Bagan Sumber Pendanaan

Hal ini membuktikan bahwa kegiatan sanitasi dapat bersumber dari beberapa sumber (multi-sources) tergantung kepentingan dan kebutuhannya.

Pola pendanaan dan kontribusi di kegiatan SANIMAS terdiri dari 2 macam yaitu : cash (tunai) dan in-cash (material/ lahan)

Metode pencairan dana adalah sebagai berikut :

Sanitasi Berbasis Masyarakat

• Dana yang bersumber dari pemerintah pusat dalam bentuk material dicairkan melaui Satuan Kerja Peningkatan Kinerja Pengelolaan Penyehatan Lingkungan Permukiman Propinsi dalam bentuk in-

(52)

cash per lokasi. Pengadaannya melaui tender dan disalrkan ke masyarakat sesuia dengan kesepakatan.

• Dana yang bersumber dari Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam bentuk cash (upah) dan in-cash (material dan lahan). Proses pencairan/ pengadaan sesuai dengan proposal KSM saat mengajukan rencana kegiatan masyarakat.

Dana yang bersumber dari swasta/LSM Donatur dalam bentuk cash dan in-cash.

Dana yang bersumber dari masyarakat berupa cash dan in –cash.

Semua dana cash (tunai) ditransfer ke rekening KSM SANIMAS yang dibuka di bank setempat. Rekening bank dibuka tas nama tiga Itiga) pihak yaitu : KSM (wakil masyarakat), bendahara KSM dan Pimpinan Kegiatan/ fasilitator (wakil pemerintah Kota/ Kabupaten).

Untuk memonitor dan mengawasi progress keuangan maka KSM membuat Jurnal Keuangan, yang dibuat tiap minggu oleh KSM dan diinformasikan kepada masyarakat. Sedangkan laporan akhir keuangan dibuat oleh KSM SANIMAS setelah semua pekerjaan konstruksi selesai disertai bukti-bukti semua transaksi.

11. Rencana Pembiayaan

Untuk setiap lokasi diperlukan konstribusi pendanaan dari masing- masing pemangku kepentingan sebagai berikut :

a. Biaya Pemberdayaan dan Pendampingan dibiayai dari APBN khususnya untuk senior TFL dan beberapa pelatihan : dana APBD

(53)

sebesar 15 dari nilai RAB plus LSM (BORDA) sebesar 15% dari nilai RAB untuk kegiatan pemberdayaan.

b. Biaya Konstruksi dibiayai oleh :

• Pemerintah Pusat (APBN) sebesar 100 juta (untuk pengadaan material).

• Pemerintah daerah (APBD) minimal 200 juta (biaya untuk material, upah).

• Swadaya Masyarakat.

• Kontribusi dari masyarakat berupa dana tunai (on cash) sebesar 2-4 % serta kontribusi dalam bentuk barang (in kind) berupa lahan, tenaga kerja, material, dan lain-lain).

• Dana pihak swasta/ LSM dapat dikumpulkan melalui beberapa upaya yang lain saling menguntungkan.

c. Biaya Operasional di tanggung oleh masing-masing stakeholder.

2.7.2 Pendekatan, Prinsip dan Pola Penyelengaraan Program SANIMAS4.

A. Pendekatan Program SANIMAS

Program SANIMAS menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui :

1. Keberpihakan pada warga yang berpenghasilan rendah, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil ditujukan kepada penduduk miskin yang bermukim di permukiman padat perkotaan berdasarkan kebutuhan.

(54)

2. Otonomi dan desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh kepercayaan dan kesempatan yang luas dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan, dan pengelolaan hasilnya.

3. Mendorong prakarsa local dengan iklim keterbukaan, dimana masyarakat menyampaikan permasalahan dan merumuskan kebutuhannya secara demaokratis dan transparan.

4. Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan, dan pengelolaan.

5. Keswadayaan, dimana kemampuan masyarakat menjadi factor pendorong utama dalam keberhasilan kegiatan baik perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupan pemanfaatan, hasil kegiatan.

Adapun pengertian dari Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Karakteristik pemberdayaan masyarakat merupakan suatu gerakan yang diarahkan kepada dua komponen yaitu penggerak dan masyarakat yang digerakkan secara stimultan. Perpaduan dua komponen tersebut akan menghasilkan kemampuan, kemandirian, kinerja dan karya kepada penggerak maupun masyarakat yang digerakkan sehingga berdampak pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan kelembagaannya.

Tujuan yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan masyarakat, adalah masyarakat yang madiri, berswadaya, mampu mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan. Beberapa siri atau

(55)

karateristik dari masyarakat yang telah berdaya adalah diantaranya (Dunham, 1996 dalam Ambar : 2004) :

• Terbuka.

• Mandiri atau mampu menolong dirinya sendiri

• Memiliki kepercayaan diri untuk berswadaya.

• Mengetahui keunggulan/ potensi pada masyarakatnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan permasalahnnya.

Dalam konteks good governance ada tiga pilar yang harus menopang jalannya proses pembangunan, yaitu : masyarakat sipil, pemerintah dan swasta. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa SDM/

Masyarakat menjadi pilar utama yang harus diberdayakan (Ambar : 2004).

B. Prinsip-Prinsip SANIMAS Prinsip dasar SANIMAS adalah :

1. Program ini bersifat tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak mengikuti SANIMAS akan bersaing mendapatkan program ini dengan cara menunjukkan komitmen serta kesiapan untuk melaksanakan sistem sesuai pilihan mereka

2. Pengambilan keputusan berada sepenuhnya di tangan masyarakat, peran LSM/ Swasta, sedangkan pemerintah hanya sebatas sebagai fasilitator.

3. Masyarakat menentukan, merencanakan, membangun, dan mengelola sistem yang mereka pilih sendiri dengan di fasilitasi oleh

(56)

LSM atau konsultan pendamping yang bergerak secara profesional dalam bidang teknologi pengolahan limbah maupun bidang sosial.

4. Pemerintah daerah tidak sebagai pengelola sarana, hanya memfasilitasi inisiatif kelompok masyarakat.

Prinsip penyelenggaraan SANIMAS adalah : 1. Dapat diterima

Pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh dukungan dan diterima masyarakat.

2. Transparan

Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dan aparatur sehingga dapat diawasi dan dievalusi oleh semua pihak.

3. Dapat dipertanggung jawabkan

Pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada seluruh lapisan masyarakat.

4. Berkelanjutan

Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan, yaitu ditandai dengan adanya manfaat bagi pengguna serta pemeliharaan dan pengelolaan sarana dilakukan secara mandiri oleh masyarakat pengguna.

c. Pola Penyelenggaraan SANIMAS

Pola penyelenggaraan SANIMAS dilakukan oleh masyarakat dengan difasilitasi Lembaga Sawadaya Mayarakat (LSM) atau konsultant pendamping yang memiliki kemampuan teknis dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

(57)

2.7.3 Tujuan, dan Indikator Keberhasilan penyelenggaraan Program SANIMAS.

a. Tujuan Program SANIMAS

Tujuan dari program SANIMAS adalah

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pola hidup sehat.

2. Meningkatkan peran serta dan pelibatan masyarakat.

3. Membina organisasi/ kelompok masyarakat.

4. Memfasilitasi masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah.

5. Membina masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana air limbah.

b. Tingkat indikator keberhasilan penyelenggaraan Pembangunan SANIMAS

Tingkat indikator keberhasilan penyelenggaraan Pembangunan SANIMAS di tentukan dengan indikator sebagai berikut :

1. Masyarakat mempunyai akses yang lebih mudah, murah dan memenuhi syarat kesehatan dalam penggunaan sarana sanitasi.

2. Terciptanya kebersihan dan kenyamanan lingkungan di sekitar lokasi sasaran sehingga mempunyai dampak berkurangnya tingkat penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia.

3. Terbentuknya lembaga masyarakat pengelola yang bertangung jawab terhadap keberhasilan sarana dan prasarana yang telah dibangun.

(58)

4. Memenuhi 3 Tepat yaitu : tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat mutu.

c. Sasaran Program SANIMAS

Sasaran dari program ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesehatan lingkungan yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat.

2. Membantu Masyarakat mandiri di bidang pengolahan air limbah rumah tangga.

2.8 Kesehatan Lingkungan

Para ahli kesehatan masyarakat sepakat dengan kesimpulan H.L Bloom yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap terciptanya peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas kesehatan lingkungan dibandingkan faktor yang lain.

Bahkan, lebih jauh menurut hasil penelitian para ahli, ada korelasi yang sangat bermakna antara kualitas kesehatan lingkungan dengan kejadian penyakit menular maupun penurunan produktivitas kerja. Pendapat ini menunjukkan bahwa demikian pentingnya peranan kesehatan lingkungan bagi manusia atau kualitas sumber daya manusia.

Pengertian sehat menurut WHO adalah “Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.”. Sedangkan menurut UU No 23 / 1992 Tentang kesehatan “Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”

(59)

Pengertian Lingkungan Menurut A.L. Slamet Riyadi 1976, dalam Munif Arifin (2009) adalah ”Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.”

Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Kesehatan Lingkungan sebagai berikut :

• Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organisation (WHO) pengertian Kesehatan Lingkungan : Those aspects of human health and disease that are determined by factors in the environment. It also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors in the environment that can potentially affect health. Atau bila disimpulkan “Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.”

• Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) : Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

• Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah : Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.

(60)

2.9 Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum

MCK adalah sarana umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga utuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi permukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi yaitu antara 300-500 jiwa/ Ha (SNI 03-2399-2002) Tata cara perencanaan bangunan MCK umum dimaksudkan untuk memberikan ukuran dan batasan minimum bangunan MCK guna perlindungan kesehatan dan pembinaan kesejahteraan masyarakat.

Persyaratan lokasi dan waktu tempuh dari rumah penduduk adalah 2 menit (jarak 100 m), luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha.

Penyediaan air bersih dari PDAM, air tanah, sumur bor/ gali/

mata air dan kuantitas air untuk mandi 20ltr/org/hr, cuci 15 ltr/org/hr, kakus 10 ltr/org/hr. Untuk MCK perlu dilengkapi dengan sistem plambing untuk pipa air bersih, air kotor dan drainase. (SNI 03-2399- 1991).

2.10 Kemitraan

Dalam pembangunan kota, diperlukan kerjasama yang baik diantara tiga aktor yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta didukung oleh adanya fungsi keperantaraan, yang biasanya dipegang oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Masing-masing aktor pembangunan ini menguasai sumber daya pembangunan yang sangat diperlukan bagi berlangsungnya pembangunan kota. Oleh karena itu masing-masing aktor pembangunan tidak bisa bertindak secara sendiri-

Gambar

Gambar 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Tangerang
Tabel 2.1 Jenis informasi dan Alat RPA yang Digunakan
Gambar 2.1 Bagan Sumber Pendanaan
Tabel 3.2  Jumlah Sampel  Tipe   Masyarakat  Prorporsi  (%)  Jumlah  Sampel  Pembulatan  Masyarakat  pengguna    25 7.5 7  Masyarakat  bukan pengguna  75 22.5 23  Jumlah Total  100 30 30
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan Saya memiliki kelebihan yang jarang dimiliki orang lain Saya mampu menyelesaikan masalah dengan pikiran yang positif Saya selalu merasa puas dengan usaha yang saya

Quinazolinone derivative compounds has anticancer activity, so this study synthesized some phenylquinazolinone derivatives.. Novel of phenylquinazolinone ( 4a-h )

Yuni Apsari, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan dukungan selama proses perkuliahan hingga

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :Arus permukaan di perairan Genuk memiliki karakteristik arus pasang surut, dengan nilai

Jika terdapat korelasi antar komponen error dalam masing-masing alternatif, maka dengan menggunakan maximum likelihood estimator akan menghasilkan estimator yang bias.. Semakin

Iklan produk kosmetik untuk laki-laki pada akhirnya menunjukkan makna dominan mengenai maskulinitas laki-laki dengan menampilkan laki-laki yang maskulin sebagai laki-laki

a) Hilangkan fitur yang tidak kompatibel pada model relasional (tahap optional). Menghaluskan model logikal data konseptual dengan menghilangkan fitur yang tidak kompatibel

Jnlnr ka iafprnkl iaoaiak kl nsakl iakakaopitarn akl pvn ar akras kl mak~akl ralatamnknl ptakl iamatal)nsnt sn~a kl iafprnkl tavaakl lalainrnk ka iamatptpma| sa ar`ks~hk