Irfan D. Yananto, SE, MERE
Direktorat Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas
Pembangunan Berketahanan Iklim untuk Mendukung Pencapaian Ekonomi Hijau dan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan
23 Maret 2022
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim di Banjarmasin
Laporan IPCC terkini: Red Alert pada ketahanan dampak iklim
Kesempatan untuk bertindak menangani perubahan iklim semakin sempit dan hanya akan berlangsung selama sisa dekade ini!
AR6 Climate Change 2022:
Impacts, Adaptation & Vulnerability
Tercatat lebih dari 91% kematian di negara-negara berkembang antara tahun 1970 dan 2019 merupakan kematian akibat bahaya cuaca, iklim, dan air
Dalam satu dekade kedepan, perubahan iklim akan menyebabkan sekitar 32-132 juta penduduk dunia jatuh miskin
Jumlah penduduk yang mengalami kekurangan air akan meningkat hingga 4,8-5,7 miliar penduduk di tahun 2050 Sejumlah dampak perubahan iklim sudah terlalu parah untuk ditangani menunjukkan urgensi tindakan Loss & Damage segera
Setelah mengumumkan“kode merah bagi umat manusia”, kini IPCC melaporkan bahwa jendela kesempatan semakin sempit dan
pembangunan berketahanan iklim harus segera dilakukan.
Sumber: IPCC, 2022
Perubahan curah hujan
± 2,5 mm/hari
Gelombang ekstrem meningkat
>1,5 m
Kenaikan muka laut
0,8–1,2 cm/tahun
Peningkatan suhu
0,45–0,75°C
Sumber: Kajian Potensi Bahaya Iklim oleh Tim Ketahanan Iklim Kementerian PPN/Bappenas
5,8 juta km
2wilayah perairan Indonesia berbahaya bagi kapal nelayan <10GT
Produksi beras akan menurun di beberapa wilayah 1.800 km garis pantai masuk dalam kategori sangat rentan
Indonesia juga menghadapi tantangan akibat perubahan iklim
• Jumlah kejadian bencana hidrometeorologi pada tahun 2020 mencapai 4.842 kejadian (meningkat 2,4 kali dibandingkan kejadian bencana tahun 2010)
• Jenis bencana hidrometeorologi pada tahun 2020 didominasi kejadian Banjir, Tanah Longsor dan Puting Beliung.
Intensitas Kejadian Bencana Hidrometeorologi di Indonesia (2010–2020)
Berdasarkan kajian Bappenas, Indonesia berpotensi mengalami kerugian ekonomi hingga Rp 544 triliun selama 2020–2024 akibat dampak perubahan iklim, jika tidak ada intervensi kebijakan (business as usual)
Potensi kerugian ekonomi di Indonesia (2020–2024)
Potensi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim antara lain:
Kecelakaan Kapal dan Genangan Pantai, Penurunan Ketersediaan Air, Penurunan Produksi Beras, dan Peningkatan Kasus Demam Berdarah Pesisir & Laut Air Pertanian Kesehatan
Sumber : BNPB Sumber: Kementerian PPN/Bappenas
Intensitas Kejadian Bencana Hidrometeorologi dan Kerugian Ekonomi akibat Krisis Iklim di Indonesia
Dalam RPJMN 2020–2024, Pemerintah Indonesia menggunakan valuasi ekonomi (potensi kerugian ekonomi) sebagai alat ukur untuk 4 sektor prioritas (perairan, perikanan laut, kesehatan, dan pertanian). Kebijakan ketahanan iklim sebagai salah satu
prioritas dinilai mampu menghindari potensi kerugian ekonomi sebesar Rp 281,9 Triliun hingga tahun 2024.
Secara rata-rata, kerugian ekonomi yang dialami karena bencana hidrometeorologi tiap tahunnya adalah sebesar 22,8 triliun
IDR 408 T
IDR 28 T
IDR 78 T
IDR 31 T
Ekonomi Hijau sebagai bagian dari strategi
Transformasi Ekonomi untuk mendorong Indonesia lepas dari Middle Income Trap sebelum 2045
PROYEKSI PENDAPATAN PER KAPITA
(USD per Kapita, Atlas Method)
RENCANA STRATEGI TRANSFORMASI EKONOMI
SDM berdaya saing
Produktivitas sektor ekonomi
Ekonomi hijau
Transformasi digital
Integrasi ekonomi domestik
Pemindahan IKN
Salah satu strategi transformasi ekonomi adalah melalui Ekonomi Hijau dan Pembangunan Rendah Karbonuntuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan sosial bersamaan dengan menjaga kualitas
lingkungan.
Untuk lepas dari Middle Income Trap, diperlukan adanya transformasi ekonomi, melalui pergeseran struktur ekonomi dari sektor kurang produktif ke sektor lebih produktif (industrialisasi),
pegeseran produktivitas antarsektor.
Threshold High Income:
12.535
5%
6%
7%
12,695
Secara prinsip, ekonomi hijau adalah model pembangunan yang menyinergikan pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan.
Melalui implementasi yang tepat, ekonomi hijau menyediakan alat (tools) yang dibutuhkan untuk mentransformasi aktivitas ekonomi menjadi lebih
ramah lingkungan dan inklusif.
Ekonomi Hijau
Selain meningkatkan ekonomi dan mata pencaharian dalam jangka pendek, Ekonomi Hijau juga melindungi kesejahteraan untuk jangka yang lebih panjang.
Manfaat Ekonomi Hijau
Menciptakan peluang kerja baru (green jobs) dan investasi baru (green investment)
Mendorong pertumbuhan ekonomi yang rendah karbon
Meningkatkan daya dukung SDA dan lingkungan hidup
Transformasi Ekonomi Indonesia menuju Ekonomi Hijau
More GDP, Less Emission >> Less Emission Intensity
Pembangunan Rendah Karbon dan Berketahanan Iklim menjadi “backbone”
dalam Transformasi Ekonomi Indonesia menuju Ekonomi Hijau
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim
PN6:
Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim sebagai agenda Prioritas Nasional dalam RPJMN 2020–2024
P e mba ngun a n Renda h Kar bon
Rendah Karbon Laut & Pesisir Penanganan
Limbah &
Ekonomi Sirkular
Pengembangan Industri Hijau
Pembangunan Energi Berkelanjutan
Pemulihan Lahan Berkelanjutan
5 strategi utama Pembangunan Rendah Karbon di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi seiring
dengan menurunkan emisi GRK sebesar 27,3% di tahun 2024
Beberapa isu strategis yang dikaji oleh Bappenas untuk mendukung
transformasi ekonomi Indonesia menuju Ekonomi Hijau antara lain kajian food loss and waste dan Circular Economy
Keta ha na n Ik li m
Laut &
Pesisir Air Pertanian Kesehatan
Bappenas melakukan analisis terhadap sebaran lokasi prioritas aksi ketahanan iklim pada 4 sektor prioritas:
kelautan & pesisir, air, pertanian, kesehatan Article 3.4 UNFCCC
Bappenas menjadikan Pembangunan Rendah Karbon dan Berketahanan Iklim menjadi Prioritas dalam RKP Tahun 2023
Tema Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) Tahun 2023
Peningkatan Produktivitas untuk Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan
Arah Kebijakan
Pembangunan Rendah Karbon, Transisi Energi, dan Respon
terhadap Perubahan Iklim Penurunan Emisi 27,02%
Target 2023 Dukungan Major Project
• MP Pembangunan Fasilitas Pengelolaan Limbah B3
• MP EWS Bencana
• MP Akselerasi Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Percepatan
Penghapusan Kemiskinan Ekstrim
Peningkatan Kualitas SDM:
Kesehatan dan Pendidikan
Penanggulangan Pengangguran disertai dengan
Peningkatan decent jobs
Mendorong Pemulihan Dunia Usaha
Revitalisasi Industri dan Penguatan Riset Terapan
Pembangunan Rendah Karbon, Transisi Energi, dan Respon
terhadap Perubahan Iklim
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Dasar antara
lain: Air dan Sanitasi
Pembangunan Ibu Kota Negara
”From climate risk to climate resilient development”
Report of IPCC 2022
Diperlukan transformasi dan transisi sistem untuk mengurangi kerentanan dan risiko terkait iklim menjadi Pembangunan Berketahan Iklim yang meliputi iklim, ekosistem (keanekaragaman
hayati), dan kehidupan masyarakat
Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim dalam RPJMN 2020-2024 dan RKP 2023 selaras dengan Laporan IPCC WGII Sixth Assessment Report
Sumber: IPCC (2022)
Isu Perubahan
Iklim
Potensi Bahaya
Proyeksi
Iklim Kelautan & Pesisir
• Proyeksi iklim atmosferik
• Proyeksi iklim laut
• Potensi tinggi gelombang yang dapat berdampak pada keselamatan pelayaran
• Tingkat kerentanan pesisir
Air
• Potensi kekeringan
• Potensi penurunan ketersediaan air
Pertanian Potensi penurunan produksi padi
Kesehatan Potensi peningkatan kasus DBD, Malaria, dan Pneumonia
Potensi Kerugian Ekonomi
Usulan Indikator Litbang dari K/L Indeks Risiko Bencana Kabupaten/
Kota 2018 Data Kerentanan
Sosial-Ekonomi SIDIK 2018
Validasi Lapangan
Data dan informasi yang bersifat lokal ini diperoleh dari Pemerintah
Daerah setempat maupun dari pengecekan lokasi secara langsung
Lokasi Prioritas Ketahanan Iklim
Super Prioritas Top Prioritas
Prioritas
Potensi Bahaya Tinggi + Kerentanan Tinggi + IRBI Tinggi
Potensi Bahaya Tinggi + Kerentanan Tinggi/IRBI Tinggi
Potensi Bahaya Tinggi
Lokasi Prioritas dalam Pembangunan Berketahanan Iklim (1) Kota Percontohan CRIC dalam Lokasi Prioritas PBI
Keterangan:
Sektor Kelautan dan Pesisir
Sektor Air
Sektor Pertanian
Sektor Kesehatan
Kota Super Top Prioritas
Kota Mataram Kota Pangkalpinang Kota Ternate
Kota Bandar Lampung
Kota Banjarmasin Kota Gorontalo Kota Cirebon Kota Samarinda Kota Kupang Kota Pekanbaru
Peningkatan Ketahanan Sosial melalui PBI
Intervensi Kegiatan
Intervensi dari kegiatan perlindungan social adaptif dapat diarahkan pada lokasi prioritas ketahanan iklim dalam PBI dan dengan tingkat kemiskinan tinggi
Perlindungan Sosial Adaptif yang diterapkan sebagai salah satu Aksi Ketahanan Iklim diantaranya:
1. Asuransi pertanian, kapal nelayan, dan perikanan budidaya;
2. Bantuan pembiayaan dan wirausaha sektor produksi;
3. Jaminan kesehatan;
4. Infrastruktur umum dan layanan dasar masyarakat; dll
Sumber: Lokasi prioritas PBI 2021 dan data Kemiskinan Kab/Kota BPS
Jumlah Lokasi Prioritas PBI dan Jumlah penduduk miskin
216 Kab/Kota ➔ 10,71 Juta Jiwa
Sebagai contoh, Kab. Pangandaran merupakan daerah yang terdampak di 4 sektor prioritas ketahanan iklim (Kelautan dan Pesisir, Air, Pertanian, dan Kesehatan) dengan jumlah masyarakat miskin sejumlah 30,730 jiwa.
Kelautan Pesisir
176 Kab/Kota ➔ 8,91 Juta Jiwa
Air
208 Kab/Kota ➔ 14,77 Juta Jiwa
Pertanian
367 Kab/Kota ➔ 21,27 Juta Jiwa
Kesehatan
165 Kab/Kota ➔ 8,68 Juta Jiwa
Lokasi Prioritas dalam Pembangunan Berketahanan Iklim (2)
sebagai Aplikasi Pemantauan dan Evaluasi kegiatan Pembangunan Rendah Karbon dan Berketahanan Iklim
pprk.bappenas.go.id/aksara
Dengan mandat PP 39/2006 mengenai Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
1. Menyediakan data dan informasi PRK dan PBI Indonesia yang akurat, transparan, dan partisipatif
2. Menyediakan sistem pengumpulan dan pelaporan capaian aksi PRK dan PBI kolaboratif lintas sektoral, pusat-daerah 3. Mendukung kredibilitas dan transparansi pelaporan
pencapaian penurunan emisi dan kerugian ekonomi yang dihindari kepada masyarakat internasional
4. Menyediakan data yang up-to-date yang dapat digunakan dalam proses evaluasi dan perencanaan pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim yang lebih baik selanjutnya
TujuanAKSARA
Capaian Pembangunan Berketahanan Iklim
Jumlah Aksi PBI 2020
170
Aksi Nilai Pengurangan Kerugian Ekonomi yang terjadi dampakimplementasi aksi PBI
44,4
Triliun Rupiah
Persentase capaian terhadap Target PDB RPJMN 2020:
84%
Capaian Pembangunan Rendah Karbon
Nilai capaian penurunan emisi GRK pada tahun 2020
24,93%
terhadap baseline Jumlah Aksi
Capaian Pembangunan Rendah Karbon
(2010–2020)
20.209
Aksi daerah dan K/L
Nilai capaian penurunan intensitas emisi GRK pada tahun 2020
34,17%
terhadap baseline
Kolaborasi multipihak termasuk dengan Pemerintah Daerah
merupakan kunci untuk menyukseskan langkah menuju Ekonomi Hijau terutama dalam hal
mengimplementasikan Pembangunan Rendah Karbon
(PRK) dan Pembangunan Berketahanan Iklim (PBI)
KemenPPN/Bappenas terus berkomitmen untuk
mengintegrasikan Ekonomi Hijau dengan PRK dan PBI ke dalam RPJMN 2025-2029 dan RPJPN 2025-2045, Pemerintah Daerah
pun diharapkan
mengintegrasikan aspek PRK dan PBI ke dalam perencanaan
daerah.
Pentingnya peran AKSARA sebagai sistem MER kegiatan PRK dan PBI untuk memantau,
mengevaluasi, dan melaporkan capaian pembangunan baik di level
Nasional maupun di level Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Penutup
Direktorat Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas