• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan dalam Pengembangan Energi Baru dan Energi Terbarukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pandangan dalam Pengembangan Energi Baru dan Energi Terbarukan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

28 Januari 2022

Focus Group Discussion : Penguatan Kebijakan

Pengembangan Energi Baru dan Energi Terbarukan Direktorat Jendral EBTKE - Kementerian ESDM

Pandangan dalam Pengembangan Energi Baru dan Energi Terbarukan

Direktorat Perumusan Kebijakan Riset Teknologi dan Inovasi

BRIN

(2)

• Cadangan terus terkuras

• Sudah Net Importir sejak 2004

• Eksplorasi dan produksi menurun

• Konsumsi meningkat

• Energi fosil yang relatif bersih

• Net Importir tahun 2028

• Perlu eksplorasi dan eksploitasi migas non konvensional

• Bahan bakar utama di pembangkit listrik (PLTU)

• Penghasil emisi CO2 terbesar

• Ekspor selalu dominan (±70%)

-1,000 -800 -600 -400 -200 0 200

2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035 2037 2039 2041 2043 2045 2047 2049

Juta Barel

Ekpor Minyak Bumi Impor Minyak Bumi Net Impor Minyak Bumi

Neraca Minyak Bumi

-4,000 -3,000 -2,000 -1,000 0 1,000 2,000

2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035 2037 2039 2041 2043 2045 2047 2049

BSCF

Gas Impor Gas Ekspor Net Impor Gas

Net Impor Gas : 2028 Neraca Gas Bumi

Proyeksi dan Tantangan Penyediaan Energi

Sumber: BPPT, Outlook Energi Indonesia

Latar Belakang

Minyak Bumi

Gas Bumi

Batubara

(3)

Kebijakan Dekarbonisasi

• Sustainable Development Goal (SDG) memandu pencapaian tujuan global sampai tahun 2030, yaitu memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern

• Paris Agreement : komitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar 29% melalui upaya sendiri dan 41% dengan dukungan internasional terhadap Business as Usual (BAU) pada tahun 2030.

• Kebijakan Energi Nasional (KEN) memaksimalkan penggunaan energi baru terbarukan dengan memperhatikan tingkat keekonomian dan meminimalkan penggunaan minyak bumi.

• Program pembangunan rendah karbon.

• Dekarbonisasi dicapai melalui penerapan tiga pilar, yaitu:

melakukan efisiensi energi, elektrifikasi untuk penggunaan akhir, dan penggunaan energi terbarukan

Mitigation Action in Energy Sector:

1.Efisiensi Energi Semua Pengguna Energi 2.Pemanfaatan Energi Terbarukan

3.Pemanfaatan Teknologi Batubara Bersih 4.Penggunaan Bahan Bakar Rendah Karbon

Laporan Indonesia NDC ke UNFCCC  Komitmen Paris Agreement

2020 2030 2040 2050

2010

RAN GRK 26% & 41%

Indonesia NDC

29% & up to 41%

Peak?

GHG emission, Gt/year

(4)

EBT

23%

Minyak Gas 25%

22%

Batubara 30%

400

MTOE

Perpres 22/2017 Tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)

92,2 MTOE

69,2 MTOE

23,0 MTOE

Listrik EBT 45

GW

1 PLTP 7,2

2 PLTA 17,9

3 PLTMH 3

4 PLT Bioenergi 5,5

5 PLTS 6,5

6 PLTB 1,8

7 PLT EBT Lain 3

*) tidak termasuk biofuel untuk pembangkit listrik sebesar 0,7 juta kL tahun 2025

**)1 TOE = 6,84 SBM

1

Biofuel

13,68*) Juta kl 2

Biomassa

8,4 Juta ton 3

Biogas

489,8 Juta m3

4

CBM

46,0 MMSCFD

Kapasitas Pembangkit Nasional 135 GW Kapasitas Pembangkit EBT 45 GW

2736 Juta SBM

631 Juta SBM

473 Juta SBM

157 Juta SBM

2025

Sektor :

• Transportasi : KBLBB dan Biofuels

• Pembangkit Listrik EBT

(5)

BBN

KBLBB

PLT EBT

(6)

Harga RBDPO yang Diharapkan

Pertamina

USD 388/Ton

USD 441/Ton

Bisakah ??

Program Green Fuels

(7)

0 5 10 15 20 25 30 35 40

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Juta kL

Bensin Solar Kerosine MFO Avtur

• Konsumsi bensin lebih besar dari Solar, Impor bensin 18 Juta kL

• Masalah Impor Solar mulai teratasi dengan hadirnya Biodiesel (Biosolar)

• Menyelesaikan impor bensin saat ini lebih strategis

0.00 40.00 80.00 120.00 160.00 200.00 240.00

Dec-16 Mar-17 Jun-17 Sep-17 Dec-17 Mar-18 Jun-18 Sep-18 Dec-18 Mar-19 Jun-19 Sep-19 Dec-19 Mar-20 Jun-20 Sep-20 Dec-20 Mar-21 Jun-21 Sep-21

CPO Price Crude Oil (Petroleum) Price

Harga CPO:

• Berfluktuasi mengikuti harga Crude Oil

• Rata-rata lebih tinggi dari harga Crude Oil

• CPO sebagai bahan baku green fuels relatif lebih mahal dibanding Crude Oil

Sumber : Mundi Index

PT. Pertamina Akan Kesulitan dalam Mengadakan CPO ?

Akibat Tingginya Harga CPO….

Bagaimana Keberlanjutan

Program Green Fuels ??

Sumber : ESDM

Produksi CPO 50 Juta ton/Thn Konsumsi DN 20 Juta Ton/Thn Konsumsi BBM Fosil

(8)

Plantation CPO Mill Green Fuels Plant

Existing Business

FFB CPO Green

Fuels

Relatif Tetap

Pasar

Harga Harga

Tidak Atraktif Tidak Layak

Mekanisme Pasar

Plantation CPO Mill Green Fuels Plant

Perkebunan Energi

FFB CPO Green

Fuels

Relatif Tetap

Pasar

Harga Harga

Harga Stabil Harga Stabil

Perkebunan Energi ?

Entitas bisnis milik negara, yang melakukan usaha di bidang perkebunan dan hasilnya hanya untuk menyediakan energi kepada masyarakat.

Atraktif Layak Bergairah

Target :

Bagaimana menjamin keberlanjutan penyediaan bahan baku yang kompetitif ?

Rekomendasi kebijakan apa yang diperlukan ?

(9)

1. Agar Program Green Fuels dapat terlaksana dengan jaminan keberlanjutan penyediaan bahan baku, maka diharapkan adanya kajian detil untuk Perkebunan Energi yang masif yang dimiliki oleh Negara, sehingga memungkinkan kepastian pasokan dan kepastian harga.

2. Team Peneliti sudah bekerjasama erat dalam mempersiapkan teknologi kilang green fuel ini. Teknologi Katalis Merah Putih yang diprakarsai oleh ITB (Prof.

Subagyo, dkk.) adalah awalan yang baik, dan harus dilanjutkan dengan pengembangan teknologi kilangnya.

3. BRIN tidak hanya mengkaji aspek teknologi, tetapi juga berbagai aspek lainya seperti aspek sosial, budaya, hukum, antropologi, dsb, sehingga pelakasanaan bila program perkebunan energi disetujui nantinya dapat berlangsung dengan mulus.

Catatan :

(10)

Diversifikasi BBM ke KBLBB

(Juta Unit) 2018 2030 2050

BASE KBL BASE KBL

Mobil ICE 16,55 25,04 21,00 56,12 22,07

Mobil Listrik - - 4,04 0 34,05

Sepeda Motor ICE 119,41 163,28 144,88 226,79 114,74

Sepeda Motor Listrik - - 18,40 0 112,06

Proyeksi Mobil dan Motor berdasarakan Target Kemenperin

Mengalami pertumbuhan 18,4% per tahun.

Sepeda Motor Listrik Mengalami pertumbuhan 3,9% per tahun.

Mobil ICE

Mobil Listrik

Mengalami pertumbuhan 2,0% per tahun.

Sepeda Motor ICE

Mengalami pertumbuhan 20,3% per tahun.

➢ Dampak Impor Energi

➢ Dampak Lingkungan (Emisi GRK)

(11)

Dampak Terhadap Rasio Impor

Skenario Base, KBLBB = 0

Skenario KBL, KBLBB = Target Kemenperin Terjadi penurunan Rasio Impor sebesar 6,6% di tahun 2050

Impor Minyak turun sebesar 345 juta SBM di tahun 2050

345 juta SBM

6,6%

25% 24%

31%

27% 26%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600

2018 2020 2030 2040 2050

Rasio Impor

Juta SBM

Impor Minyak Impor BBM Impor LPG Total Rasio Impor

25% 24%

29%

22%

19%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600

2018 2020 2030 2040 2050

Rasio Impor

Juta SBM

Impor Minyak Impor BBM Impor LPG Total Rasio Impor

(12)

561 572 572

782 782

1,218 1,226

1,912 1,910

Base KBL Base KBL Base KBL Base KBL

2018 2020 2030 2040 2050

Juta Ton CO2 ekivalen

Others Pembangkit Listrik

Transportasi Sektor lainnya Rumah Tangga Komersial

Industri Total

Peningkatan Pembangkit

Listrik Berbasis EBT

- 145 + 143

561

1,912 1,910

Skenario Base Skenario Base Penurunan Emisi Transportasi

Peningkatan Emisi Pembangkit

Skenario KBL

2018 2050

Juta Ton CO2e

▪ Emisi GRK Transportasi menurun

▪ Emisi GRK Pembangkit Listrik meningkat

2050

Dampak terhadap

Emisi GRK

(13)

Sampai Tahun 2045 :

• Energi fosil (batubara, minyak, dan gas) masih mendominasi.

• Pangsa penggunaan energi fosil mencapai 85%

(batubara 39%, minyak 28%, dan gas 18%)

Cadangan energi fosil terbatas :

Perlu penggunaan energi terbarukan yang lebih bersih dan berkelanjutan

Opsi PLTN mulai 2030 ?

1,472

2,183

3,363

5,002

Juta SBM

Kelautan

Panas Bumi Nuklir Matahari Air

Biomassa Angin B.B. Nabati Gas

Minyak Batubara Total

Sumber: BPPT, Outlook Energi Indonesia

100 Tahun Indonesia Merdeka

Proyeksi dan Tantangan Penyediaan Energi

Ketenagalistrikan

(14)

Kontribusi EBT dalam Penyediaan Energi Primer

127.7

180.6

311.8

395.5

534.5

642.1

786.4

917.7

9.2%

11.0%

14.3% 15.1% 15.9% 15.8% 15.7%

15.4%

0%

3%

6%

9%

12%

15%

18%

0 200 400 600 800 1,000

2017 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Rasio EBT

Juta SBM

Kelautan Panas Bumi Nuklir

Surya Hidro Biomassa Angin BBN

Shale Gas CBM Total EBT Rasio EBT

Pada tahun 2025, kontribusi EBT diperkirakan sebesar 14,3% (Skenario BaU)

Nuklir ?

(15)

ISU-ISU KEBIJAKAN EBT DALAM PERSPEKTIF IPTEK DAN INOVASI

EBT merupakan produk yang memerlukan high cost, high technology, and high expertise, namun peruntukannya bersifat masif dan harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Aktivitas riset dan pengembangan sektor EBT masih perlu mendapat dukungan pemerintah melalui dukungan kebijakan riset dan pengembangan EBT

Beberapa rencana konsorsium EBT sudah banyak yang digagas dan diciptakan oleh pemerintah bersama perguruan tinggi, lembaga litbang, industri, dan lembaga terkait, namun tidak sedikit pula yang hanya berhenti di konsorsium.

Belum ada ekosistem riset dan inovasi nasional bidang EBT yang fokus pada sektor-sektor EBT tertentu. Belum ada prioritas EBT yang dikembangkan secara masif (Kecuali geothermal dan PLTA yang sudah established)

Target bauran energi untuk EBT yang masih belum memaksimalkan hasil-hasil riset dan inovasi EBT di dalam negeri. Salah satu produk EBT seperti tenaga surya atau PV masih sangat bergantung pada komponen/produk impor.

Belum terkoordinasi dan sinergi kebijakan EBT dari hulu-hilir. Sebagian besar EBT di sektor-sektor tertentu hanya dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat tertentu di desa tertentu (misal: solar, angin, biomassa)

(16)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EBT DALAM PERSPEKTIF EKOSISTEM INOVASI

Aktivitas pengembangan EBT di level hulu

Aktivitas Pengembangan EBT di level intermediari

Aktivitas Pengembangan EBT di level hilir

Publikasi

HAKi (paten, lisensi, dan lainnya), prototipe

Dapat digunakan secara luas dan affordable Aktivitas Penelitian

Dasar EBT

Aktivitas Perekayassan EBT

Aktivitas Komersialisasi EBT

Kebijakan riset dan inovasi

sektor EBT (Kementerian

ESDM, BRIN, Kementerian Perindustrian, Pertamina, dan

agen-agen lainnya terkait)

(17)

CONTOH KEBERHASILAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKOSISTEM INOVASI EBT:

KASUS BIODIESEL

(18)

PERAN DIREKTORAT PERUMUSAN KEBIJAKAN RISET TEKNOLOGI DAN INOVASI – BRIN DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EBT NASIONAL

Merumuskan dan menetapkan Kebijakan Riset & Inovasi berbasis pada bukti (evidence) dimana EBT sebagai salah satu sektor/bidangnya

Mengkoordinasikan dan mensinkronisasi aktivitas-aktivitas riset dan kajian kebijakan iptek & inovasi nasional termasuk aktivitas-aktivitas riset/kajian kebijakan EBT

Berkolaborasi dalam melakukan riset dan kajian kebijakan iptek & inovasi termasuk di dalamnya aktivitas riset/kajian kebijakan EBT

Memberikan masukan dalam bentuk rekomendasi kebijakan atau naskah kebijakan terkait pengembangan EBT nasional, terutama pengembangan EBT yang di dalamnya terdapat aktivitas riset dan inovasi

Terlibat dalam advokasi dan diseminasi kebijakan EBT nasional ke pemangku kepentingan terkait

Bersinergi dengan para pemangku kepentingan terkait (stakeholders) dalam mendorong pencapaian target bauran energi nasional

(19)

Catatan Penutup

▪ Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN), seperti B30 dan green fuels (green diesel dan green gasoline) terus ditingkatkan untuk mensubstitusi bahan bakar minyak (BBM) di sektor transportasi.

▪ Kendaraan Bermotor Listrik Bebasis Baterai (KBLBB) terus dikembangkan secara bertahap dan merupakan opsi untuk mengurangi polusi udara (di perkotaan).

▪ Pengembangan PLTB dan PLTS yang bersifat intermiten perlu dipersiapkan infrastruktur pendukungnya.

▪ PLTN merupakan opsi yang prospektif untuk dikembangkan sebagai pembangkit dengan skala besar (sebagai Base Load) dan tidak menimbulkan emisi gas rumah kaca (GRK).

▪ Kebijakan pengembangan EBT perlu mendapat prioritas nasional di Indonesia agar dapat dikembangkan skala masif dengan waktu yang relatif cepat.

▪ Sinergi dan harmoni kebijakan EBT harus dilakukan dari hulu ke hilir agar bisa terwujud kemandirian EBT nasional (mengurangi ketergantungan teknologi impor)

▪ Direktorat Perumusan Kebijakan Riset Teknologi dan Inovasi – BRIN siap mendukung kebijakan pengembangan EBT nasional melalui ekosistem riset dan inovasi sektor EBT.

Pengembangan teknologi dan inovasi EBT bisa mengarah ke point-2 di atas

(20)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Storman (2015), peranan wanita dalam filem seram merupakan isu perbalahan sama ada di kalangan sarjana malah dalam industri perfileman itu sendiri. Wanita

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan dan perencanaan laba Hotel Sintesa Peninsula Manado secara keseluruhan dengan menggunakan analisis

Apabila dalam ketiga hal ini terjadi gesekan mekanis yang terlalu besar maka tekanan udara yang diinjeksikan pada waktu starting untuk mendorong piston bergerak

Data gambar lengan, kerah dan gambar depan kaos dapat diganti atau diperbarui oleh admin, dengan kata lain aplikasi terkoneksi dengan database sehingga admin

Modul Bahan Teknik Dasar merupakan perangkat pembelajaran untuk matakuliah Bahan Teknik Dasar, berdasarkan kurikulum tahun 2009. Modul ini merupakan salah satu

It is concluded that fraction of hexane extract of carica papaya seeds can decrease the mean number of cells spermatogonia A, spermatocyte of primary pakhiten, spermatid,

Namun, Menurut hasil penelitian I Dewa (2013) menyatakan Debt to Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh signifikan pada tingkat Underpricing diproksi dengan rasio total

menggunakan nama tokoh sebagai namanya. Karya tulis ini diharapkan akan dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang nama-nama jalur di Kuantansingingi yang