• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nama Penelliti Judul Metode Analisis Hasil Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nama Penelliti Judul Metode Analisis Hasil Penelitian"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7 2. BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Reviu Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Penelliti Judul Metode Analisis Hasil Penelitian (Kadjudju et al.,

2017)

Analisis Penerapan Permendagri No.113 Tahun 2014 dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Pertanggungjawa ban APBDes (Studi Kasus Desa Motandai dan Motandai Selatan

Kecamatan Pinolosian Timur Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan

Teknik analisis data yang digunakan :

➢ Pengumpul an data

➢ Reduksi data

➢ Penyajian data

➢ Penarikan kesimpulan

➢ Desa Motandoi dan Motandoi Selatan dalam perencanaan dan

pelaksanaan sudah sesuai dengan

permendagri No 113 tahun 2014 .

➢ Pertanggungja waban belum sesuai

permendagri No 113 Tahun 2014

dikarenakan keuangan desa tidak

iinformasikan kepada masyarakat.

(2)

(Orangbio et al., 2017)

Analisis

Perencanaan dan Pertanggungjawa ban APBDes Menurut

Permendagri

Nomor 113

Tahun 2014 dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan Desa

(studi kasus pada Desa Inabonto II Kecamatan

Bolaang Kabupaten Bolaang Mondondows)

Teknik analisis data yang digunakan :

➢ Pengelolaa n data

➢ Penguraian hasil

➢ Menrik kesimpulan

➢ Perencanaan keuangan Desa Inabonto II Kecamatan Bolaang Kabupaten Bolaang Mondondowss udah sesuai dengan

Permendagri No 113 Tahun 2014

➢ Pertanggungja waban belum sesuai dengan Permendagri No 113 tahun 2014

dikarenakan keuangan desa belum

diinformasikan kepada

masyarakat secara tertulis dan dengan media yang mudah di akses oleh masyarakat.

(Valenia et al., 2017)

Analisis Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negrei No 113 tahun 2014 (studi kasus pada Desa Adow Kecamatan

PinolosianTengah Kabupaten

Bolaang Mongodow Selatan)

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskritif komparatif

➢ Kegiatan penatausahaan, pelaporan keuangan di Desa Adow sudah

dilaksanakan dengan baik

➢ Kegiatan pertanggungja waban

keuangan desa masih

ditemukan ketidaksesuaia

(3)

n dengan Permendagri No 113 Tahun 2014

➢ SDM yang khususnya perangkat desa yang masih belum

memahami secara teknis pengelolaan keuangan (Faradhiba dan

Diana, 2018)

Akuntabilitas Pemerintahan Desa Dalam Pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (Studi kasus pada Desa Banjarsari Kecamatan

Bandarkedungmu lyo Jombang

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif

➢ Terdapat faktor pendukung dalam pengelolaan APBDes terdapat pemerintah desa, dan partisipasi masyarakat.

➢ Sedangkan faktor

penghambanya adalah SDM dan sumber dana.

(Liando et al., 2017)

Analisis

Pengelolaan dan Pertanggungjawa ban APBDes di Desa Kolongan Kecamatan

Kombi Kabupaten Minahasa

Metode analisis data

menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

➢ Prosedur pengelolaan keuangan desa sudah sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa

➢ SDM khususnya perangkat desa yang masih belum terlalu memahami secara teknis pengelolaan

(4)

keuangan.

(Ferdian, 2019) Analisis Implementasi Permendagri No.

133 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Keuangan Desa (Studi kasus pada Desa Mampun Baru Kecamatan Pemenang Barat Kabupaten

Merangin, Jambi

Metode analisis data

menggunakan pengumpulan data, rduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/veri fikasi

➢ Pengelolaan keuanagan desa sudah sesuai dengan Permendagri No. 133 Tahun 2014.

Sumber : Data Olahan Sendiri (2020)

B. Tinjauan Pustaka 1. Desa

Menurut Undang-undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa ( 2014) dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Indonesia (1999) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kebupaten. Menurut undaang-undang No 5 Tahun 1979 Tentang Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal

(5)

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten.

2. Keuangan Desa

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemeritahan desa yang dapat dinilai dengan uang, yang didalamnya termasuk segala bentuk bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa (Amalia dan Nadirsyah, 2017). Sumber keuangan desa pada umumnya berasal dari Pendapatan Asli Desa (PAD), dana dari pemerintah, dan hasil dari BUMdes yang semuanya sudah tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa APBDes terdiri atas :

a. Pendapatan Desa b. Belanja Desa c. Pembiayaan Desa.

3. Pemerintahan Desa

Menurut Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintah Desa) yang mempunyai arti bahwa penyelenggaraan mengenai urusan

pemerintahan oleh pemerintah desa (yang meliputi kepala desa, dan perangkat desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mengrus dan mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasaran asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa yang meliputi kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggraan pemerintah desa,

(6)

sedangkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga yang merupakan perwujudan demokerasi dalam penyelenggara pemerintahan desa.

Tugas Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah membantu perangkat desa dalam memajukan desa.

4. Anggaran

Menurut Halim (2007), Anggaran (budget) merupakan sebuah rencana operasional yang dinyatakan dalam suatu uang dari organisasi, dimana suatu pihak menggambarkan perkiraan pendapatan atau penerimaan guna menutupi pengeluaran tersebut untuk periode tertentu yang umumnya satu tahun.

Sedangkan menurut Nordiawan (2006) Anggaran merupakan sebuah rencana financial yang menyatakan rencana-rencana organisasi untuk melayani

masyarakat atau aktivitas lain dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan, estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasikan rencana tersebut, perkiraan sumber-sumber mana saja yang akan menghaslkan pemasukan serta seberapa besar pemasukan tersebut. Dari berbagai pengertian diatas maka dapat ditarkik kesimupulan bahwa anggaran merupakan suatu peroses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk dijadikan pedoman atas rencana-rencana organisasi untuk masyarakat atau aktifis lain, dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan, meliputi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.

(7)

5. Perencanaan Anggaran

Perencanaan merupakan bagian penting dari suatu organisasi pemerintahan. Perencanan yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik pula. Perencanaan keuangan desa adalah usaha atau suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintahan desa bersama masyarakat desa dalam membuat perencanaan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan pembangunan desa (Firmasnyah 2012). Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, disebutkan bahwa :

1) Sekertaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.

2) Sekertaris Desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang APBDes kepada Kepala Desa untuk dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa dengan ketentuan paling lambat adalah bulan Oktober tahun berjalan.

3) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes yang telah disepakati bersama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota.

4) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDes paling lama dua puluh (20) hari sejak diterimanya RAPERDes tentang APBDes.

5) Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama tujun (7) hari terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

6. Pelaksanaan Anggaran

(8)

Pelaksanaan anggaran desa sudah ditetapkan dalam perencanaan yang sebelumnya timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan desa yang dilaksanakan melalaui rekening desa. Semua penerimaan dan pegeluaran desa harus disertai bukti yang sah.

Beberapa aturan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa :

1) Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

2) Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

3) Penggunaan biaya tak terduga terlebih dahulu harus dibuat rincian anggaran biaya yang telah di sahkan oleh kepala desa.

4) Bendahara wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku tiap akhir bulan secara tertib.

5) Bendahara wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

6) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan setiap bulan kepada Kepala desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

7. Penatausahaan Anggaran

Penatusahaan merupakan pencatatan seluruh transaksi keuangan, baik penerimaan maupun pengeluaran uang dalam satu tahun anggaran.

(9)

Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 menyebutkan bahwa penatausahaan penerimaan dan pengeluaran ttersebut wajib dilaksanakan dengan menggunakan buku kas umum, buku pembantu pajak, dan buku bank.

Penatusahaan keuangan desa tertera dalam pasal 35 dan 36 yaitu : 1) Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa

2) Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutp buku setiap akhir bulan secara tertib.

3) Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

4) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

5) Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran menggunakan:

a) Buku kas umum

b) Buku kas pembantu kegiatan c) Buku kas pembantu pajak d) Buku bank.

8. Pelaporan Anggaran

Pelaporan keuangan desa merupakan suatu kewajiban oleh pemerintah desa kepada pemerintah daerah. Pelaporan dilakukan oleh kepala desa dimana kepala desa harus menyampaikan realisasi pelaksanaan kepada

(10)

Bupati/Walikota. Pelaporan keuangan desa diatur dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 pasal 37, yang mengatur bahwa :

1) Kelapa Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa :

a) laporan semester pertama dan b) lapiran semester akhir tahun.

2) Laporan semester pertama sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) huruf a berupa laporan realisasi APBDesa.

3) Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) huruf a disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.

4) Laporan semester akhir tahun sebagaimana yang dimaksud pada yat (1) huruf b disampaikan paling lambat bulan Januari tahun berikutnya.

9. Pertanggungjawaban Anggaran

Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaa. Laporan tersebut ditetapkan peraturan desa dan dilapmiri dengan :

1) Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes Tahun Anggaran Berkenaan

2) Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran Berkenaan

(11)

3) Format Laporan Program Pemerintah dam Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.

Tahap kegiatan :

1. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran melalui camat berupa laporan semester pertama dan laporan semester akhir tahun.

2. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi pelaksanaan APBDesa. Disampaikan paling lambat akhir bulan bulan Juli tahun berjalan. Sedangkan laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berjalan.

3. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan.

4. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBdesa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Desa.

5. Laporan pertanggungjawaban sudah diinformasikan kepada seluruh masyarakat desa.

10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

Anggaran belanja dan pendapatan desa adalah rencana keuangan desa dalam satu tahun yang memuat perkiraan pendapatan, rencana belanja, program kegiatan, dan rencana pembiayaan yang dibahas dan disetujui

(12)

bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa. Penyelenggaran pemerintah desa yang output-nya berupa pelayanan publik, pembangunan, dan perlindungan

masyarakat harus disusun perencanaannya setiap tahun dan dituangkan dalam APBDesa. Undang-undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2004 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) merupakan peraturan desa yang memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun. APBDes terdiri dari pendapatan desa , belanja desa, dan pembiayaan.

11. Pendapatan

Menurut Permendagri Nomor 113 tahun 2014 pendapatan desa merupakan semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa terdiri dari:

a. Pendapatan Asli Desa (PADesa)

Pendapatan Asli Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dan digali dari potensi pendapatan yang ada di desa. Kelompok Pendapatan Asli Desa terdiri atas :

1) Hasil usaha 2) Hasil asset

3) Swadaya, partisipasi dan gotong royong 4) Lain-lain pendapatan asli desa

(13)

b. Pendapatan Transfer

Pendapatan transfer merupakan pendapatan desa yang diperoleh dari entitas lain seperti transfer dari pemerintah kota dan kabupaten, transfer dari provinsi, dan transfer dari pemerintah pusat. Kelompok transfer terdiri atas:

1) Dana desa

2) Bagian dari hasil pajak daerah kabupaten kota 12. Dana Desa

Berdasarkan PP No. 60 tahun 2014, dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggarkan dana desa secara nasional dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) setiap tahun. Dana desa tersebut bersumber dari belanja pemerintah dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan berkeadilan.

(Andriani dan Zulaika, 2019) 13. Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa atau sering disingkat dengan (ADD) merupakan kewenangan yang dimiliki desa untuk mengatur urusan desa sesuai dengan kewenangan asli yang diberikan (Muntahanah dan Murdijaningsih, 2013).

Alokasi Dana Desa berdasarkan PP Nomor 34 tahun 2014 adalah perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan

(14)

Belanja daerah (APBD) kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK). PP Nomor 43 tahun 2014 menyatakan bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota mengalokasikan ADD dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/kota untuk setiap tahun anggaran. ADD dialokasikan paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi dana Alokasi Khusus. Pengalokasian Alokasi Dana Desa mempertimbangkan :

a. Kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa.

b. Jumlah desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesuilitan geografis desa. Pengalokasian Alokasi Dana Desa ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota.

14. Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan Keuangan Desa diatur dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yang mempunyai pengertian yaitu keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, penatusahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Pemerintah desa wajib mengelola keuangan desa secara transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin. Transparan artinya dikelola secara terbuka, akuntabel artinya dipertanggungjawabkan secara legal, dan partisipatif artinya melinatkan masyarakat dalam penyusunannya. Sistem pengelolaan keuangan desa mengikuti sistem anggaran nasional dan daerah yaitu mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Kepala desa sebagai kepala pemerintah desa

(15)

adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dam mewakili pemerintahan desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan.

Kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keungan desa dibantu oleh pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa (PTPKD), yaitu sekertaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekertaris desa bertindak sebagai koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan bertanggungjawab kepada kepala desa. Pemegang kas desa adalah bendahara desa. Kepala desa menetapkan bendahara desa dengan keputusan kepala desa.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya tokoh dalam hal memenuhi berbagai kebutuhan merupakan keinginan dan dorongan yang termotivasi oleh kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh manusia

Tentang banjir di Banyuwangi, memang cukup mengagetkan. Paling tidak hampir sepuluh tahun terakhir, sejak musibah tsJlnami itu, tidak. pernah terdengar kabar derita dari

Solusi untuk kendala dalam mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010, peneliti dapat memberikan solusi seharusnya saat diberlakukan

Untuk menentukan suatu faktor signifikan atau tidak dalam rancangan FF tanpa pengulangan pada percobaan tersebut dapat digunakan metode Bissell sehingga

(USALIN SA ISIP BAGO BUMANGGIT NG ORACION NA GAGAMITIN MULA SA AKLAT NA ITO) CREUM DEUM DEUS.. ELOI ELOIM ELOJOC YESHUA HAMASIAH SALVATOR SAR

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 34 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 1 Tahun 2009 tentang Desa, Kepala Desa menetapkan Rancangan Peraturan Desa

Kesimpulannya bahwa berdasarkan daya dukung limbah tanaman pangan di Kabupaten Polewali Mandar menghasilkan wilayah yang berpotensi untuk pengembangan ternak sapi

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup