• Tidak ada hasil yang ditemukan

Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Palangka Raya"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Raya

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA MATERI HIDUP TENANG DENGAN BERPERILAKU TERPUJI SISWA KELAS III DI SDN PANGKALAN MUNTAI KECAMATAN SUKAMARA

SATRIYATI1

Email [email protected] ABSTRAK

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Discovery Learning dengan untuk meningkatkan hasil belajar pada materi Hidup tenang dengan berperilaku terpuji siswa kekas III SDN Pangkalan Muntai. Hal ini dilakukan karena dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah sehingga aktifitas siswa hanya 30 %, dan aktifitas guru 70 %. Model pembelajara yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar pada materi Hidup tenang dengan berperilaku terpuji siswa kelas III SDN Pangkalan Muntai Kecamatan Sukamara adalah model pembelajaran Discovery Learning. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) penerapan model pembelajaran Discovery Learning dilaksanakan dalam satu siklus. 2) hasil dari model pembelajaran Discovery Learning pada materi semua bersih hidup jadi nyaman di SMPN 3 Sukamara mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan hasil belajar dan hasil praktek tata cara taharah terlihat dari kemampuan awal pra tindakan 35 %, meningkat menjadi 85% pada pertemuan kedua siklus I dan aktifitas siswa mengalami peningkatan dari 40 % menjadi 85 % pada pertemuan kedua siklus I. Dengan demikian model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada materi Hidup tenang dengan berperilaku terpuji Sukamara.

Kata Kunci: Meningkatkan Hasil Belajar PAI Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Hidup Tenang Dengan Berperilaku Terpuji.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk meningkatkan dan menggali potensi yang ada dalam diri manusia, tidak hanya

(2)

Raya

itu saja ada beberapa aspek yang dapat berkembang yaitu aspek koknitif, aspek psikomotorik, dan aspek afektif menurut Kusnandar (2007: 11) dengan pendidikanlah seseorang dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan tidak kalah pentingnya macam-macam tatanan hidup baik yang berupa norma-norma, aturan-aturan positif, dan sebagainya.

Dalam pembukaan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 disebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003: 9).

Apabila kita perhatikan dalam proses perkembangan Pendidikan Agama Islam, salah satu kendala yang paling menonjol dalam pelaksanaan Pendidikan Agama ialah masalah metodologi. Metode merupakan bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari semua komponen pendidikan lainnya, seperti tujuan, materi, evaluasi, situasi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Pendidikan Agama diperlukan suatu pengetahuan tentang metodologi Pendidikan Agama, dengan tujuan agar setiap pendidik agama dapat memperoleh pengertian dan kemampuan sebagai pendidik yang professional.

Guru profesional harus dapat menampilkan keahliannya didepan kelas, diantaranya pemahaman tentang siapakah peserta didik, bagaimana potensi, kemampuan, karakteristik, dan sifat-sifatnya. Sehingga diperlukan keahlian mengenal berbagai jenis model pembelajaran serta memilih manakah model yang paling tepat untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa.

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi “Hidup Tenang Dengan BerPerilaku Terpuji” kelas III, di SDN Pangkalan Muntai Kecamatan Sukamara , pada umumnya masih menggunakan metode ceramah, sehingga para siswa hanya pasif sebagai obyek dan merasa bosan dengan materi yang disampaikan oleh guru. Kurangnya variasi dalam penyampaian materi inilah yang membuat para siswa kurang terlibat langsung (aktif) di dalam proses pembelajaran, sehingga hal ini berakibat pada kurang maksimalnya nilai yang diperoleh siswa. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Gagne, seperti yang dikutip oleh Mariana (1999: 25), menyatakan untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatkan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu.

(3)

Raya

Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru dan ditempatkannya bersama – sama. Kondisi eksternal meliputi aspek benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Sebagai hasil belajar (learning incomes), Gagne, seperti yang dikutip oleh Mariana (1999: 25), menyatakan dalam lima kelompok, yaitu intelectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude.

Pendidikan abad 21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK. Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui bnerbagai model pembelajaran yang berbasis aktifitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Kecakapan yang dibutuhkan dalam pendidikan abad 21 juga merupakan keterampilan berpikit lebih tinggi (higher orther thingking skills / HOTS) yang sangat diperlukan peserta didik dalam menghadapi tantangan global. ( Rozak, 2018 : 45 )

Salah satu model pembelajaran abad 21 adalah Model Discovery Learning menjadikan para siswa lebih dilibatkan secara langsung dan lebih aktif, khususnya ketika mereka mengamati dan melihat langsung, serta membuat pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh teman-temannya sendiri. Model pembelajaran seperti ini berbeda dengan model pembelajaran konvensional karena dalam pembelajaran konvensional tidak melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran hanya terpusat pada seorang guru saja.

Model Pembelajaran Discovery Learning

1) Model Pembelajaran Discovery Learning adalah pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi. Proses di atas disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind.

( Robert .B Sun dan Malik, 2001 : 2019 )

2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning, yaitu a).

Pemberian rangsangan (stimulation). b). Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement). c). Pengumpulan data (data collection). d). Pengolahan data (data processing). e). Pembuktian (verification). f)Menarik simpulan/generalisasi (generalization)

3) Ciri – ciri model pembelajaran discovery learning , yaitu a). Sistem belajar

(4)

Raya

dua arah ( guru dan siswa sama – sama berperan aktif). b). Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, mengabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan. c). Berpusat pada peserta didik.

d).Menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

4) Kelebihan model pembelajaran discovery learning adalah, a). Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan- keterampilan serta proses berpikir kognitif. b). Pengetahuan yang diperoleh melalui model pembelajaran penemuan sangat ampuh, karena menguatkan pengertian dan ingatan. c). Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. d). Memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. e). Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akal dan motivasi sendiri. f). Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. g). Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. h).

Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan pasti. i). Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik. j). Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru. k). Mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

l). Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. m). Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. n).

Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik. o). Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

p). Mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

Proses pembelajaran atau pendidikan memungkinkan seseorang menjadi lebih manusiawi, sehingga disebut dewasa dan mandiri.

Bertumbuh menjadi dewasa dan mandiri berarti semakin mampu bertanggung jawab atas diri sendiri, mampu menyatakan pendapat, dan mampu mengeluarkan potensi – potensi yang dipercayakan sang Pencipta.

Bertumbuh menjadi dewasa dan mandiri berarti semakin mengenal dan menjadi diri sendiri, menjauhkn kecenderungan meniru atau sekedar ikut – ikutan, dan semkin jujur dengan diri sendiri.

Penerapan model pembelajaran Discovery Learning cocok diterapkan pada mapel Pendidikan Agama Islam aspek Akidah, Akhlak, Fiqih, dan tarikh

(5)

Raya

serta kebudayaan Islam. Karena keempat aspek tersebut membutuhkan pemahaman materi yang mendalam, dan penggalian informasi dari siswa.

Model pembelajaran discovery learning dapat melatih kesiapan siswa untuk mengeksplorsikan semua pengetahuan tentang aspek-aspek tersebut kepada guru dan teman-temannya, dengan model pembelajaran Discovery Learning juga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, tidak hanya satu arah saja namun pembelajaran terlaksana dengan dua arah antara guru, dan murid samasama berperan aktif. (Fathurrohman, 2007 : 31 )

1. Perencanaan: a) membuat skenario pembelajaran yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) materi semua bersih hidup jadi nyaman melalui model pembelajaran Discovery learning b) membuat instrumen/lembar observasi untuk melihat kondisi pembelajaran semua bersih hidup jadi nyaman c) menyiapkan LKPD yang diperlukan meningkatkan kemampuan peserta didik d) mendesain alat evaluasi untuk mengetahui tata cara taharah.

2. Tindakan Siklus. Pada tahap ini peneliti bersama guru mendesain pembelajaran semua bersih hidup jadi nyaman melalui model pembelajaran Discovery learning. Selama pembelajaran berlangsung peneliti dalam mengajar menggunakan RPPH yang telah disusun dengan pertimbangan dari guru kelas. Sedangkan guru kelas sebagai pengamat dimana lembar observasi sudah disiapkan oleh peneliti.

3. Observasi/Pengamatan siklus. Peneliti perlu mengamati beberapa hal antara lain: proses tindakan, pengaruh tindakan (baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja), keadaan dan kendala tindakan, serta persoalan lain yang timbul pada saat penerapan model pembelajaran Discovery learning Pengamatan dilakukan oleh guru sedangkan peneliti sebagai pelaksana pembelajaran. Pengamatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan peneliti. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui jalannya pembelajaran semua bersih hidup jadi nyaman.

4. Refleksi siklus. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan mengindentifikasi data yang telah diperoleh, yaitu meliputi lembar observasi dan wawancara serta catatan dari guru. Kemudian peneliti melakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi dilakukan antara peneliti dengan guru yang bersangkutan. Diskusi dilakukan untuk mengevaluasi hasil yang telah dilakukan yaitu dengan cara melakukan penilaian terhadap proses selama pembelajaran berlangsung. Masalah yang muncul dan berkaitan dengan hal–hal yang dilakukan setelah melakukan refleksi kemudian peneliti membuat rencana untuk siklus selanjutnya.

(6)

Raya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan ini dimulai dengan alur sebagai berikut , Permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah SDN Pangkalan Muntai Kecamatan Sukamara, kemudian diadakan Kesepakatan jadwal Penelitian. Fretest, dilakukan untuk mengidentifikasi Permasalahan dan Pelaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam hasil pretest

SIKLUS 1 a. Perencanaaan

1) Pertemuan 1 , yang dilakukan adalah, : a). Guru secara Kolaboratif merencanakan penerapan dan pembelajaran Dicovery Learning.pada materi yang diajarkan yaitu Hidup Tenang Dengan Berperilaku Terpuji. b).

Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran dikelas. c). Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembelajaran ( kertas untuk pelaksanaan Dicovery Learning.dan bahan - bahan lainnya yang menunjang proses pembelajaran PAI). d). Menyiapkan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik beserta kuncinya untuk pembelajaran siklus I). e). Menyiapkan soal evaluasi beserta kunci jawaban. f). Menyiapkan Pendokumentasian selama proses penelitian berlangsung.

2) Pertemuan 2, yang dilakukan adalah: a). Guru secara Kolaboratif merencanakan penerapan dan pembelajaran Dicovery Learning.pada materi yang diajarkan yaitu Hidup Tenang Dengan Berperilaku Terpuji. b).

Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran dikelas. c). Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembelajaran ( kertas untuk pelaksanaan Dicovery Learning.dan bahan - bahan lainnya yang menunjang proses pembelajaran PAI). d). Menyiapkan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik beserta kuncinya untuk pembelajaran siklus I). e). Menyiapkan soal evaluasi beserta kunci jawaban. f). Menyiapkan Pendokumentasian selama proses penelitian berlangsung.

3) Pertemuan 3, yang dilakukan adalah : a). guru secara Kolaboratif merencanakan penerapan dan pembelajaran Dicovery Learning.pada materi yang diajarkan yaitu Hidup Tenang Dengan Berperilaku Terpuji. b).

Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran dikelas. c). Menyiapkan sarana dan

(7)

Raya

prasarana yang diperlukan. d). Menyiapkan Pendokumentasian selama proses penelitian berlangsung.

b. Tindakan

1) Pertemuan 1

a) aktivitas pendahuluan, yaitu : Guru menyampaikan tujuaan pembelajaran (standar kompetensi) yang akan dicapai pada materi pokok semua bersih hidup jadi nyaman., Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, Guru membimbing siswa dalam bentuk kelompok kecil dengan anggota 2–3 anak. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya dengan memperhatikan keharmonisan kerja kelompok.

b) aktivitas inti kegiatan mengajar, yaitu : Setiap kelompok mengamati video yang sudah disiapkan guru untuk dianalisis dan didiskusikan dengan kelompoknya, Guru memanggil siswa secara acak untuk membacakan pertanyaan yang didapat siswa sekaligus diminta untuk menjawab, Siswa yang mampu menjawab pertanyaan secara spontan dalam waktu yang telah ditentukan diberi nilai tambahan.

c) aktivitas penutup, yaitu : Menyimpul kan Materi yaitu Tanggung Jawab, Memotivasi peserta didik agar membiasakan Berperilaku Terpuji

2) Pertemuan 2

a) aktivitas pendahuluan, yaitu: Guru menyampaikan tujuaan pembelajaran (standar kompetensi) yang akan dicapai pada materi pokok semua bersih hidup jadi nyaman, Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, Guru membimbing siswa dalam bentuk kelompok kecil dengan anggota 2–3 anak. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya dengan memperhatikan keharmonisan kerja kelompok.

b) aktivitas inti kegiatan mengajar, yaitu Setiap kelompok mengamati Video yang sudah disiapkan guru untuk dianalisis dan didiskusikan dengan kelompoknya, Guru memanggil siswa secara acak untuk membacakan pertanyaan yang didapat siswa sekaligus diminta untuk menjawab, Siswa yang mampu menjawab pertanyaan secara spontan dalam waktu yang telah ditentukan diberi nilai tambahan.

c) aktivitas penutup, yaitu : Menyimpul kan Pengertian Tawadhu Memotivasi peserta didik agar membiasakan hidup berperilaku terpuji.

3) Pertemuan 3

a) Aktivitas Pendahuluan, yaitu : Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran , Memeriksa

(8)

Raya

kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin, Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan materi sebelumnya, Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung , Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada hari ini, Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung.

b) aktivitas inti kegiatan mengajar, yaitu : Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian pada materi Peduli Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin tentang materi Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan diskusi.

c) Aktivitas penutup, yaitu : Memberikan masukan kepada peserta didik tentang materi peduli, Memotivasi peserta didik agar membiasakan hidup berperilaku terpuji.

c. Observasi

1) Hasil observasi pertemuan 1

Kegiatan ovservasi dilakukan untuk melihat sejauh mana siswa termotivasi dan penuh semangat, serta lebih aktif dalam menghadapi pembelajaran dikelas. Observasi dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan pengamatan langsung selama proses pembelajaran

2) Hasil observasi pertemuan 2

Kegiatan ovservasi dilakukan untuk melihat sejauh mana siswa termotivasi dan penuh semangat , serta lebih aktif dalam menghadapi pembelajaran dikelas.Observasi dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan pengamatan langsung selama proses pembelajaran

3) Hasil observasi pertemuan 3

Kegiatan ovservasi dilakukan untuk melihat sejauh mana siswa termotivasi dan penuh semangat , serta lebih aktif dalam melaksanakan poses pembelajaran. Observasi dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian tertulis melalui pengamatan langsung selama proses pembelajaran.

1) Pertemuan Pertama, aktifitas siswa mencapai 30 %, lebih berfokus kepada guru sekitar 70 %, sehingga membuat siswa ngantuk dan bosan sehinggamempengaruhi ketuntasan belajar sekitar 30%.

2) Pertemuan kedua, pembelajaran dikelas aktifitas siswa mencapai 80 %, lebih berfokus kepada guru sekitar 35 %, sehingga pembelajaran dikelas

(9)

Raya

sudah berjalan sesuai dengan yang diarahkan sehinggamempengaruhi ketuntasan belajar sekitar 80%.

3) Pertemuan ketiga , pembelajaran dikelas aktifitas siswa mencapai 80 %, lebih berfokus kepada siswa, sehingga pembelajaran dikelas sudah berjalan sesuai dengan yang diarahkan sehinggamempengaruhi ketuntasan belajar sekitar 85%.

KESIMPULAN

Penerapan pembelajaran hidup tenang dengan berperilaku terpuji dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning di SDN Pangkalan Muntai Kecamatan Sukamara berjalan dengan baik, karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya anak didik yang mendapatkan hasil b elajar yang bagus. Penerapan model pembelajaran discovery learning pada kelas III SDN Pangkalan Muntai Kecamatan Sukamara, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ketuntasan belajar pada materi hidup tenang dengan berperilaku terpuji pada kelas III SDN Pangkalan Muntai Kecamatan Sukamara, meningkat dari obsevasi pra tindakan 40 %, setelah melaksanakan tindakan siklus 1, pertemuan pertama menjadi 85 %, hingga pertemuan ketiga . Dengan demikian Penerapan model pembelajaran discovery learning pada kelas III SDN Sukamara pada materi hidup tenang dengan berperilaku terpuji.

Peneliti juga memberi penjelasan serta membenarkan peserta didik dalam berperilaku terpuji dan melakukan kegiatan dengan senang, semangat, serta melakukan dengan sungguh–sungguh.

DAFTAR PUSTAKA

Fathurohman, Pupu dkk.2010. Strategi Belajar mengajar. Bandung : Refika Aditama

Hasim, Achmad. 2018. Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Kelas III. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres.

Poerwadarminta. 2017. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka

(10)

Raya

Rozak, Abdul dkk. 2018. Modul Materi pelatihan Pedagogik 2 Model Pembelajaran Pada sekolah Menemgah Pertama. Jakarta. KementrianAgama Republik

Indonesia

Syukur, Asywadie. 2003. Kitab sabilal Muhtadin. Surabaya : Bina Ilmu Rasjid, Sulaiman. 2006. Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhirnya penerimaan tiap suami dan istri berada pada kategori negotiate yang menempatkan mereka pada posisi suami dan istri harus saling bekerja untuk

Hal ini juga ditemui pada penelitian ini dimana sebagian besar responden adalah usia muda yang tergolong dalam masa kerja sebentar/junior namun tidak ditemukan

Untuk mempermudah ketika mengimplementasi jaringan yang diperlukan dalam perancangan load balancer yang tepat dan efisien, supaya semua bagian dapat bekerja secara maksimal,

peningkatan penerapan pembelajaran titrasi asam basa melalui praktikum berbasis inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa,

Melalui metode Drill dapat meningkatkan aktivitas hasil belajar pendidikan agama islam materi surah surah pendek pilihan pada siswa kelas IV SDN Palimbang Gusti

Karnadjaja(2007) mengggambarkan aplikasi penjual dan pembeli call options yaitu pada transaksi jual beli rumah, dimana pembeli memberikan uang jaminan kepada penjual

Sedangkan hasil observasi pada siklus II, dapat diketahui bahwa hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan yang tinggi yaitu 11 siswa (91,66%) sudah

Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Pada kenyataannya, dalam belajar