• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan manusia. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Gunawan (2012: v) menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Fungsi pendidikan nasional bukan hanya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik tetapi juga membentuk karakter yang baik pada diri peserta didik. Realita pendidikan saat ini masih cenderung mengutamakan aspek kognitif sebagai tolak ukur keberhasilan sebuah pembelajaran seperti praktik pelaksanaan Ujian Nasional (UN) pada mata pelajaran tertentu yang mana hasil kelulusan diukur dari kemampuan peserta didik dalam menjawab soal, sehingga alam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) seringkali masih ada sekolah dan peserta didik yang melakukan tindakan tidak jujur seperti pembocoran soal ujian, jual beli kunci jawaban, kerjasama antara sekolah dan pengawas ujian, dan menyontek dengan menggunakan handphone. Berbagai kecurangan tersebut dilakukan agar peserta didik mendapatkan nilai yang bagus dan lulus Ujian Nasional (UN).

Kondisi demikian dapat membuat peserta didik sebagai penerus generasi bangsa mengalami krisis karakter.

Karakter yang dimiliki generasi bangsa Indonesia dapat mencerminkan kualitas generasi muda sebagai penerus bangsa yang akan menentukan masa depan dan integritas bangsa. Fakta yang terjadi di Indonesia, generasi muda saat ini semakin banyak mengalami krisis karakter yang sangat memprihatinkan.

Banyak generasi muda yang memiliki perilaku tidak berkarakter, misalnya sering terjadinya tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa, minum minuman keras,

(2)

commit to user

berjudi, peredaran narkoba, peredaran foto dan video porno, maraknya geng motor yang seringkali menjurus pada tindak kekerasan yang meresahkan masyarakat bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan dan pembunuhan.

Banyak sekali kasus pelanggaran yang dilakukan oleh para pelajar di Indonesia. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) terdapat 22% pengguna narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa (Harian Terbit, 2014: 1). Data pengguna narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa sejak tahun 2010 hingga 2014 dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1 Daftar Jumlah Pengguna Narkoba di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa Tahun 2010-2014

Tahun Jumlah Pengguna

(orang)

2010 531

2011 605

2012 695

2013 1.121

2014 1.390

Jumlah 4.432

(Sumber: Harian Terbit, 2014: 6)

Berdasarkan data di atas, sebagian besar pelajar dan mahasiswa yang terkena kasus narkoba merupakan konsumen. Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa dari 4.432 jumlah pengguna narkoba pada tahun 2010 hingga 2014 ternyata sebanyak 111 orang merupakan pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD).

Pelanggaran yang sering dilakukan oleh pelajar adalah pelanggaran lalu lintas. Jumlah pelajar yang melanggar lalu lintas karena tidak memiliki Surat Izin Menggemudi (SIM) sebesar 90%. Pelanggaran lalu lintas terjadi pada pelajar tingkat Sekolah Dasar sebanyak 182 orang, pelanggar tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1.384 orang, dan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 4.151 orang. Pada tahun 2012, kecelakaan yang terjadi di kalangan pelajar mencapai 487 kasus dari total kecelakaan sebanyak 8.020 kasus (News Detik, 2013: 3).

(3)

commit to user

Kasus pelanggaran terhadap moral dan hukum seperti kasus tawuran antar pelajar juga terjadi di Magelang. Dalam kurun waktu dua tahun, kasus tawuran antar pelajar di Kota Magelang terus meningkat. Pada tahun 2012, ada satu kasus tawuran pelajar yang menyebabkan seorang pelajar mendapatkan hukuman penjara selama delapan bulan. Pada tahun 2013, terdapat 8 kasus tawuran antar pelajar yakni 5 kasus tawuran mendapatkan pembinaan dan 3 kasus tawuran dibubarkan di tempat. Pada tahun 2014, kasus tawuran antar pelajar meningkat menjadi 10 kasus yakni 2 kasus tawuran masuk dalam proses hukum, 6 kasus tawuran mendapat pembinaan, dan 2 kasus tawuran dibubarkan di tempat (Suara Merdeka, 2015: 3).

Berbagai pelanggaran hukum tersebut tentu sangat memprihatinkan. Para pelajar memerlukan sosialisasi dan pembinaan dari pihak keluarga, sekolah, maupun masyarakat agar tidak melakukan pelanggaran terhadap moral dan hukum. Pelanggaran terhadap moral dan hukum tidak akan terjadi apabila setiap individu memiliki nilai moral dan karakter yang positif. Adanya landasan moral yang kuat dan karakter yang positif, seseorang akan berpikir berulang kali untuk melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Itulah pentingnya pendidikan karakter untuk ditanamkan dalam diri setiap individu sehingga diharapkan mampu menciptakan pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia.

Pendidikan karakter dapat membentuk kepribadian seseorang untuk berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter menjadi salah satu alternatif yang digunakan untuk meningkatkan moral para generasi muda. Pendidikan karakter sebaiknya diberikan kepada anak mulai sejak dini agar anak terbiasa menanamkan nilai-nilai karakter yang bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakat dan lingkungannya. Pendidikan karakter dapat dilaksanakan dalam berbagai jenjang pendidikan baik melalui jalur formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan karakter sangat diperlukan untuk diberikan kepada peserta didik terutama melalui lembaga sekolah.

Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan pendidikan karakter melalui lembaga sekolah didukung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Anies Baswedan, dengan membuat program baru untuk pendidikan Indonesia

(4)

commit to user

yaitu Program Penumbuhan Budi Pekerti (PBP). Pelaksanaan Program Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) bertujuan untuk membentuk karakter dan budaya bangsa (Antara News, 2015: 1). Sesuai dengan program yang dibuat tersebut, maka penting untuk menerapkan pendidikan karakter yang diinternalisasikan dalam berbagai jenjang pendidikan, sehingga diharapkan krisis karakter di negara ini dapat segera teratasi. Selain itu, dengan adanya pendidikan karakter tersebut diharapkan peserta didik dapat mengembangkan nilai-nilai karakter yang diajarkan serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan pendidikan karakter yang diberikan kepada peserta didik dapat dijalankan melalui kegiatan belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan.

Selain itu dapat pula diajarkan dalam kegiatan di rumah melalui peran orang tua.

Peran orang tua dan guru adalah untuk membentuk karakter pada diri anak.

Karakter yang telah diberikan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah diharapkan dapat dibawa dan dibina pula oleh orang tua dalam berbagai kegiatan di lingkungannya, sehingga akan tercipta suatu keseimbangan dan kesuksesan dalam pembentukan karakter anak.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan menjadi tempat belajar dan membentuk nalar berpikir yang kuat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta membentuk karakter siswa dengan nilai-nilai yang luhur. Pendidikan karakter di sekolah bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan. Menurut Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, melalui pendidikan karakter diharapkan siswa mampu meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengimplementasikan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, berakhlak mulia, memiliki kompetensi akademik secara terpadu, dan berperilaku sesuai norma yang berlaku.

(5)

commit to user

Pendidikan karakter dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran agar siswa dapat menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata, sehingga siswa diharapkan memiliki keterampilan yang dapat digunakan dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan pendekatan itu dapat membuat siswa lebih memahami pengetahuan yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif melainkan juga aspek afektif dan psikomotorik.

Aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik sangat ditekankan dalam proses pembelajaran. Hal ini sangat berkaitan dengan Kurikulum 2013.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 selain menekankan pada aspek kognitif, dan psikomotorik juga menekankan pada aspek afektif atau penanaman nilai-nilai karakter. Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak peserta didik. Dalam implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, termasuk mata pelajaran ekonomi.

Mata pelajaran ekonomi wajib dipelajari oleh seluruh peserta didik di tingkat SMA/SMK/MA. Proses integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran ekonomi diimplementasikan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga diharapkan guru mampu menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik melalui materi pelajaran yang diajarkan dan dengan menggunakan model, metode, serta media pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sehingga guru ekonomi dapat menyampaikan nilai-nilai karakter tersebut secara efektif dan dapat diterima oleh peserta didik.

Sejalan dengan permasalahan di atas, SMA Negeri 2 Magelang merupakan salah satu sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013, sehingga sekolah lebih menekankan penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik. Sekolah berupaya untuk menanamkan pendidikan karakter yang baik kepada peserta didik, namun dalam pelaksanaanya terdapat faktor penghambat diantaranya penggunaan waktu yang sangat terbatas untuk memonitor kegiatan secara spesifik dalam pelaksanaan pendidikan karakter, pemerataan buku Kurikulum 2013 dan

(6)

commit to user

pemanfaatan sarana dan prasarana yang belum maksimal, serta masih terdapat siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.

Pelanggaran yang sering dilakukan oleh peserta didik SMA Negeri 2 Magelang yaitu berhubungan dengan nilai karakter kedisiplinan seperti terlambat datang ke sekolah. Data pelanggaran keterlambatan peserta didik dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.2 Data Pelanggaran Keterlambatan Peserta Didik SMA Negeri 2 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015 dan 2015/2016

Bulan Jumlah

Peserta Didik

Presentase (%)

Agustus 2014 166 25

September 2014 80 12

Oktober 2014 64 9,8

November 2014 124 19

Desember 2014 16 2,4

Januari 2015 84 12,8

Februari 2015 105 16,1

Maret 2015 14 2,1

April 2015 68 10,4

Mei 2015 57 8,7

Juni 2015 32 4,9

Agustus 2015 81 12,3

September 2015 19 13,6

Oktober 2015 121 18,5

November 2015 100 15,3

(Sumber : Rekapitulasi Data Pelanggaran Keterlambatan Peserta Didik SMA Negeri 2 Magelang)

Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui bahwa selama tahun pelajaran 2014/2015 dan 2015/2016 angka presentase keterlambatan peserta didik paling tinggi terjadi pada bulan agustus 2014 sebesar 25% atau sebanyak 166 siswa, sedangkan angka presentase keterlambatan paling rendah terjadi pada bulan Maret 2015 sebesar 2,1% atau sebanyak 14 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan peserta didik masih kurang optimal.

Pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik di lingkungan sekolah selain keterlambatan yaitu seperti pemakaian atribut yang tidak lengkap dan

(7)

commit to user

bermain handphone ketika pembelajaran berlangsung. Data pelanggaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3 Data Pelanggaran Ketertiban Peserta Didik SMA Negeri 2 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015 dan 2015/2016

Jenis Pelanggaran Jumlah Peserta Didik

Presentase (%)

Atribut Tidak Lengkap 220 33,7

Foto dan Video Porno 4 0,61

Lain-lain 6 0,92

(Sumber: Data Pelanggaran Ketertiban Peserta Didik SMA Negeri 2 Magelang) Berdasarkan Tabel 1.3 diketahui bahwa pelanggaran ketertiban paling tinggi yaitu pemakaian atribut yang tidak lengkap sebesar 33,7% atau sebanyak 220 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketertiban dan kedisiplinan peserta didik masih perlu untuk ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk kedisiplinan, ketertiban, dan nilai-nilai karakter lain seperti nilai religius, kejujuran, toleransi, tanggung jawab, dan lain-lain pada diri peserta didik yaitu melalui penanaman nilai karakter dalam proses pembelajaran, salah satunya dalam pembelajaran ekonomi. Guru ekonomi dalam proses pembelajaran berupaya untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Adapun beberapa hasil penelitian yang memperkuat penelitian ini, Sadia, Putu, dan Wayan (2013: 14) dalam jurnalnya “Model Pendidikan Karakter terintegrasi Pembelajaran Sains” menjelaskan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran silabus dan RPP masih menjadi permasalahan bagi guru karena hanya sebesar 42,1% guru sains yang mencantumkan aspek karakter dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, dalam penilaian hasil belajar siswa masih terfokus pada aspek kognitif, sedangkan aspek karakter siswa belum mendapat perhatian yang optimal karena belum tersedianya instrument untuk mengukurnya. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sitompul (2014: 52), dalam penelitiannya yang berjudul “Model Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran PKN di Kelas VII SMPN 7 dan SMP Budi Murni Tahun Pelajaran 2012/2013”

(8)

commit to user

menjelaskan bahwa RPP dan format penilaian guru PKn dari dua sekolah tersebut belum menggambarkan RPP dan format penilaian berkarakter.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Hudha, Dyah, dan Husamah (2014: 42) dan Karimah (2015: 54) yang berjudul “Character Education Model In Mathematics and Natural Sciences Learning at Muhammadiyah Junior High School” menjelaskan bahwa implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas dasar, yaitu perencanaan pembelajaran dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai karakter yang dikembangkan ke dalam silabus dan RPP, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menginternalisasi nilai-nilai karakter dalam kegiatan awal, inti, dan penutup, evaluasi terhadap karakter siswa dilakukan dengan membuat indikator-indikator sikap yang akan dinilai dalam rubrik penilaian sikap.

Penelitian yang mengkaji tentang implementasi pendidikan karakter mendapatkan hasil yang berbeda-beda.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran ekonomi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta kendala yang dihadapi guru ekonomi dalam implementasi tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter yang terintegrasi dalam Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Magelang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 2 Magelang?

2. Bagaimana pelaksanaan implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 2 Magelang?

(9)

commit to user

3. Bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh guru ekonomi pada implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 2 Magelang?

4. Apa kendala yang dialami guru ekonomi dalam implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 2 Magelang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perencanaan implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 2 Magelang

2. Mendeskripsikan pelaksanaan implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 2 Magelang

3. Mendeskripsikan evaluasi yang dilakukan oleh guru ekonomi pada implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 2 Magelang

4. Mendeskripsikan kendala yang dialami guru ekonomi dalam implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 2 Magelang

D. Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai bahan acuan bagi kalangan akademisi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegarasi ke dalam mata pelajaran.

(10)

commit to user 2. Manfaat Praktis

Adapun beberapa manfaat praktis yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain:

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti setelah mengetahui implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran ekonomi.

Menambah pengalaman dan dapat dijadikan bekal peneliti bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran ekonomi, karena peneliti juga sebagai calon guru ekonomi, sehingga penelitian ini sangat bermanfaat untuk masa depan.

b. Bagi Siswa

Membantu siswa dalam memahami pentingnya pendidikan karakter yang harus dimiliki siswa agar menjadi manusia yang bermartabat dan memiliki karakter yang baik.

c. Bagi Guru

Memberikan masukan bagi guru khususnya guru ekonomi agar mampu mengimplementasikan nilai-nilai karakter melalui pembelajaran ekonomi kepada peserta didik mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian/evaluasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam mata pelajaran ekonomi.

d. Bagi Sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah mengenai pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi melalui kegiatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang ada di sekolah agar siswa terbiasa menerapkan nilai karakter yang dimiliki.

e. Bagi Peneliti Lain

Memberikan informasi dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran.

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Jumlah Pengguna Narkoba di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa  Tahun 2010-2014
Tabel 1.2 Data Pelanggaran Keterlambatan Peserta Didik   SMA Negeri 2 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015 dan 2015/2016
Tabel 1.3 Data Pelanggaran Ketertiban Peserta Didik SMA Negeri 2 Magelang   Tahun Pelajaran 2014/2015 dan 2015/2016

Referensi

Dokumen terkait

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan

1) Surat Pemyataan minat mengikuti pengadaan yang sesuai dengan butir l.b di atas,.

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Bermula pada hari Rabu tanggal 30 Maret 2016 sekira pukul 17.30 WIB Terdakwa sudah sepakat dengan Boy (belum tertangkap) untuk menggunakan Narkotika jenis sabu-sabu secara

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini diberi judul “ Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing

Proses peradangan yang terjadi pada pasien-pasien kritis tersebut dapat dideteksi lebih lanjut melalui rasio netrofil limfosit (RNL).. Nilai limfositopenia absolut

cunninghamii di Bondowoso, Jawa Timur, menunjukkan variasi genetik yang tinggi di antara provenansi yang diuji dan antar famili di dalam provenans terhadap sifat tinggi

Dalam penelitian ini menggunakan susu pasteurisasi komersial sebanyak 112 sampel dari 7 merek susu pasteurisasi murni yang memiliki izin produksi dari Departemen