• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

7 A. Penelitihan Terdahulu

Penelitian terdahulu oleh Artianto yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Gladag Langen Bogan Surakarta”, dengan variabel independen berupa modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan lokasi usaha (Artianto, 2010). Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial (uji t) menunjukkan tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan yaitu modal, lama usaha, dan tenaga kerja, sedangkan variabel pendidikan dan lokasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Uji F menunjukan bahwa secara bersama-sama kelima variabel tersebut berpengaruh terhadap pendapatan, selanjutnya dengan melihat Standardized coefficients beta untuk membuktikan hipotesis kedua ternyata dari kelima variabel tersebut yang berpengaruh paling dominan yaitu variabel tenaga kerja.

Penelitian terdahulu oleh (Dewi, 2012) “Analisis Pendapatan Pedagang Canang di kabupaten Bandung”. Variabel independennya jam kerja, jumlah tenaga kerja, modal usaha dan lokasi usaha dan variabel dependennya pendapatan pedagang canang di Kabupaten Bandung. Penelitian ini mengambil 25 responden sebagai sampel. Metode analisis data mengunakan uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel jumlah tenaga kerja, modal usaha, dan lokasi usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Canang Bandung.

Penelitian terdahulu oleh (Firdausa, 2013) yang berjudul “Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak”. Penelitian ini menggunakan variabel modal awal, lama usaha, dan jam kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal, lama usaha dan jam kerja terhadap pendapatan pedagang di pasar Bintoro Demak. Metode yang digunakan adalah data primer yaitu metode random sampling.

(2)

Penelitian ini mengambil 75 responden sebagai sampel. Analisis ini menggunakan regresi linier berganda dengan pendapatan sebagai variabel dependen dan tiga variabel independen adalah modal awal (Rp), lama usaha (tahun) dan jam kerja (h).

hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga variabel yaitu modal awal, lama usaha, dan jam kerja berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak.

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh (Asakdiyah, 2015) “Analisis Pendapatan Usaha Perdagangan Informal (studi pada usaha pedagang angkringan di kota Yogyakarta)”. Variabel independennya modal, jam kerja dan jumlah tenaga kerja. Variabel dependennya pendapatan angkringan. Metode analisis data mengunakan ragresi linier berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel modal, jam kerja dan jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan usaha pedagang informal di Yogyakarta.

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh (Antara, 2016) “Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Padagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variable modal, lama usaha, dan jumlah tenaga kerja, terhadap pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung. Sampel yang digunakan sebanyak 96 Pedagang Kaki Lima dengan teknik sampling acak sederhana (simple random sampling). Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi linier berganda Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial (uji t) dengan α

= 5% menunjukan ketiga variabel (modal,lama usaha,dan tenaga kerja) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat.

Penelitian yang di lakukan oleh (Atun, 2016) “Pengaruh Modal, Lokasi, dan Jenis Dagangan Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kabupaten Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah modal, lokasi dan jenis dagangan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pasar prambanan

(3)

kabupaten Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif modal, lokasi, jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang.

Penelitian yang di lakukan oleh (Hanum, 2017) “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kota Kuala Simpang”.

Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel modal, jam kerja serta lama usaha terhadap pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kota Kuala Simpang. Penelitian ini dalam mencapai tujuan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Data yang di gunakan berupa data primer dengan jumlah responden 71. Dari penelitian di dapat hasil bahwa variabel modal, jam kerja, dan lama usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kota Kuala Simpang.

Adapun hubungan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perbedaan dari ketujuh penelitian terdahulu, lokasi pada penelitian ini di Taman Pinang Sidoarjo sementara variabel yang di gunakan dalam penelitian sedikit berbeda dengan penelitian terdahulu, variabel yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu modal usaha, jam kerja, dan jumlah tenaga kerja.

B. Landasan Teori 1. Pendapatan

Menurut (Sukirno, 2006) mengemukakan bahwa pendapatan termasuk unsur yang sangat penting dalam laporan keuangan, karena ketika kita melakukan usaha tentu saja ingin mengetahui jumlah pendapatan yang diperoleh pada periode waktu tertentu. Adanya penghasilan yang diterima oleh masyarakat atas prestasi kerjanya yang telah dicapai selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan maupun bulanan dan tahunan.

Pendapatan mempunyai pengaruh bagi kelangsungan hidup usaha, semakin besar pendapatan maka semakin besar kemampuan usaha dalam membiayai segala pengeluaran di lakukan dalam usaha tersebut (Setiawina , 2016). Menurut Putra (2016) menyatakan bahwa kondisi seseorang dapat diukur dengan konsep pendapatan dengan menunjukkan jumlah dari uang yang di terima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu.

(4)

2. Modal Usaha

Menurut (Soewartoyo, 2018) menyatakan bahwa semakin besar modal maka semakin besar pula pendapatan yang dihasilkan dengan modal yang cukup seseorang dapat mengandalkan barang dagangannya disesuaikan dengan kebutuhan. Tanpa adanya modal usaha tindakan tidak dapat berjalan, karena modal juga kebutuhan komplek yang berhubungan dengan pengeluaran dalam kegiatan usaha untuk meningkatkan pendapatan dan juga untuk mencapai keuntungan maksimum (Vijayanti, 2016). Tetapi pada dasarnya modal yang dimiliki oleh pengusaha sektor informal relatif sedikit sehingga akan dapat sulit untuk meningkatkan produktivitasnya karena kekurangan akses terhadap pembiayaan eksternal sehingga dengan keterbatasan modal pada sektor informal tersebut menyebabkan usaha sulit untuk berkembang. Menurut (Hanum, 2017) menyatakan bahwa modal termasuk faktor produksi atau input yang penting dalam menentukan pendapatan karena berhasil atau tidaknya dalam suatu usaha mempunyai hubungan yang kuat dengan modal. Modal sendiri juga dapat di bagi menjadi :

a. Modal tetap yaitu memberikan jasa untuk suatu proses produksi di dalam jangka waktu yang lama dan jumlah produksi besar kecilnya tidak akan berpengaruh.

b. Modal lancar adalah jasa yang hanya memberikan sekali dalam proses produksi, bisa dalam suatu bentuk bahan baku atau kebutuhan penunjang suatu usaha yang akan di jalankan.

Kemudian menurut (Kasmir, 2010:85) berpendapat bahwa :

1) Modal investasi yaitu modal yang di gunakan untuk jangka panjang dan dapat di gunakan berulang-ulang biasanya jangka waktu lebih dari satu tahun.

2) Modal kerja, di gunakan untuk jangka pendek dan hanya beberapa kali pakai dalam satu usaha produksi, modal kerja juga merupakan modal yang di gunakan untuk membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang beroperasi dan penggunaanya untuk beberapa kali proses produksi.

(5)

Menurut Aswitari (2016), menyatakan bahwa modal yang dimiliki Pedagang Kaki Lima relatif sedikit untuk berusaha dalam bidang produksi maupun penjualan untuk barang-barang (jasa) yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan kelompok tertentu dalam masyarakat dan usaha tersebut di laksanakan berdasarkan pada tempat yang relatif strategis dalam lingkungan informal. Dimana Pedagang Kaki Lima termasuk self-employed yang berarti mayoritas hanya terdiri dari satu tenaga kerja. Modal yang di miliki tidak terlalu besar, dan terbagi pula atas modal tetap dan modal kerja. Dana jarang di penuhi oleh lembaga resmi, dana kebanyakan berasal dari sumber dana ilegal atau biasanya dari supplier yang memasok barang dagangan. Sedangkan sumber dana yang berasal dari tabungan sendiri itu sangat sedikit. Berarti sedikit dari mereka yang dapat menyisihkan hasil usahanya, dikarenakan rendahnya tingkat keuntungan dan cara pengelolaan uangnya, kemungkinan untuk mengadakan investasi modal sangat kecil. Secara garis besar kesulitan yang di hadapi oleh pedagang kaki lima merupakan peraturan dari pemerintah mengenai penataan PKL yang bersifat membangun, kekurangan modal hingga sampai kekurangan fasilitas pemasaran.

3. Jam Kerja

Jam kerja termasuk bagian dari teori ekonomi mikro, khususnya pada teori penawaran tenaga kerja tentang kesediaan individu untuk bekerja dengan harapan memperoleh penghasilan atau tidak bekerja dengan konsekuensi mengorbankan penghasilan yang seharusnya ia dapatkan. Jam kerja erat kaitannya dengan pendapatan seseorang, pada pedagang sektor tidak resmi ditentukan dengan kualitas barang atau jasa dagangan yang terjual. Semakin lama jam kerja yang digunakan pedagang untuk menjalankan usahanya, berdasarakan jumlah barang yang ditawarkan, maka semakin besar peluang untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Setiap tambahan waktu operasional yang dipengaruhi jumlah produksi, akan semakin membuka peluang bagi bertambahnya pendapatan dari hasil penjualan (Wicaksono, 2011).

(6)

Menurut Ammar (2019), menyatakan bila mana semakin banyak jam kerja yang dikorbankan atau dilakukan oleh pedagang kaki lima maka produktivitas semakin banyak serta pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima akan semakin meningkat.

Bekerja termasuk kegiatan atau pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh suatu penghasilan maupun keuntungan paling sedikit yaitu satu jam dalam waktu seminggu. Sehingga jam kerja termasuk salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan yang dimana semakin banyak waktu yang di gunakan dalam membuka kios atau dagangan maka semakin besar pula tingkat penghasilan yang di peroleh (Putra, 2016).

4. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja juga termasuk faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Menurut (Mulyadi, 2012) mengemukaan bahwa tenaga kerja (man power) pada dasarnya berasal dari penduduk yang memiliki usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa, jika ada suatu permintaan untuk tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

Permintaan perusahaan atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Perusahaan memperkerjakan seseorang karena dapat memproduksi barang dan jasa untuk di jual kepada masyarakat konsumen. Pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja bergantung pada pertumbuhan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang di produksi. Permintaan tenaga kerja yang seperti itu yang di namakan Dervied Demand (Sumarsono,2009:18).

Menurut Sumarsono (2009: 12), permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu.

Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini di pengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang di pengaruhi oleh permintaan hasil.

(7)

Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah (Sumarsono, 2003). Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan.

Berdasarkan asumsi Neo klasik, jika penawaran tenaga kerja naik maka upah akan ikut naik juga. Sebaliknya jika permintaan tenaga kerja naik maka upah justru akan turun. Asumsi tersebut beranggapan bahwa semua pihak memiliki informasi yang lengkap tentang pasar kerja, sehingga jumlah penyediaan lapangan kerja selalu sama atau seimbang dengan permintaan tenaga kerja (Sukirnno, 2010: 353).

BPS membagi tenaga kerja (employed), yaitu (BPS, 2015):

a. tenaga kerja penuh (full employed) yaitu orang yang bekerja mempunyai jam kerja diatas 35 jam selama seminggu.

b. tenaga kerja tidak penuh (under employed) yaitu orang yang bekerja mempunyai jam kerja dibawah 35 jam dalam 1 minggu.

c. tenaga kerja yang belum bekerja (unemployed) yaitu orang yang bekerja mempunyai jam kerja 0>1 jam selama seminggu.

Dalam buku teori perencanaan tenaga kerja, Meldona menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan manusia yang berkerja di lingkungan suatu organisasi yang mempunyai potensi, baik dalam wujud potensi nyata fisik, sebagai penggerak utama dalam mewujudkan eksistensi dan tujuan organisasi. Tenaga kerja disebut juga sebagai sumberdaya manusia, personil, pekerja, pegawai dan karyawan (Meldona, 2012:3).

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan kegiatan usaha. Manpower Management merupakan bagian tersendiri dan khusus dari manajemen. Bagaimanapun majunya teknologi dewasa ini, namun faktor manusia masih memegang peranan bagi suksesnya suatu usaha dalam meningkatkan pendapatan.

Adam Smith menganggap bahwa manusia sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada sumberdaya manusia yang pandai mengelolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan (Mulyadi, 2003:78).

(8)

Dari uraian diatas apabila dikaitkan dengan tujuan usaha, dengan menerapkan prinsip ekonomi, yaitu dengan pengorbanan tertentu diharapkan diperoleh hasil atau keuntungan yang maksimum. Maka dari itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, serta sikap mental positif terhadap kegiatan pengembangan usaha.

Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja yang tedapat dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Jumlah tenaga kerja pedagang kaki lima yaitu mulai dari tenaga produksi dan tenaga kerja yang menjual dagangannya tersebut. Dengan adanya pekerja juga memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pembeli. Tenaga kerja tersebut dapat diperoleh dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang bekerja tidak mendapatkan upah tetapi untuk kepentingan pekerjaan keluarga sendiri. Tenaga kerja dari luar keluarga adalah tenaga kerja yang bekerja untuk mendapatkan upah atau imbalan jasa. Tenaga kerja yang diserap oleh sektor informal pada umumnya adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi ataupun yang tidak memiliki keterampilan khusus, hal ini disebabkan sektor informal tidak menuntut persyaratan pengetahuan teknis atau keterampilan yang tinggi bagi tenaga kerjanya.

Banyaknya jumlah tenaga kerja pada pedagang kaki lima tentu akan mempengaruhi pendapatan mereka, karena persaingan yang semakin ketat, untuk itu maka diperlukan suatu kondisi khusus dari para pedagang untuk dapat mencari peluang dan menarik konsumen supaya barang dagangannya laku dan mendapatkan keuntungan yang optimal. Keuntungan dagang bagi pedagang kaki lima adalah merupakan bagian dari pendapatannya. Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima termasuk bagian dari sektor informal. Dimana pekerjaan yang di dalamnya tidak dapat perlindungan dari negara dan usaha tersebut tidak di perkenankan pajak. Pendapatan yang di miliki pun tidak

(9)

menentu, tempat kerja yang di gunakan juga tidak memiliki keamanan kerja (Yusuf, 2015).

Menurut (Wafirotin, 2015) karakteristik pedagang kaki lima adalah :

a. Pada umumnya pedagang kaki lima menjual makanan, minuman maupun gorengan dan konsumsi dalam bentuk lain.

b. Pedagangan kaki lima juga merupakan pedagang yang kadang memproduksi barang sendiri lalu di jual ke konsumen kadang juga menjual jasa untuk di jualkan ke konsumen.

c. Menjual dagangannya dengan menggelar tikar di pinggir jalan dengan menggunkan meja ataupun berbentuk kios-kios kecil.

d. Kualitas yang di perdagangkan memiliki kualitas relatif rendah atau barang yang di perdagangkan tidak memiliki kualitas standart.Sebagian besar pedagang kaki lima tidak memiliki jam kerja atau waktu kerja dengan pola tetap atau tidak juga tetap dalam menjalankan usaha dengan penuh.

e. Jiwa interpreneurship sudah melekat pada pedagang kaki lima walaupun dagangan yang di perdangkan sebagian besar sama.

5. Sektor Informal

Kawasan kota terdapat kesempatan ekonomi yang lebih besar di bandingkan dengan pedesaan maka dari itu peluang melakukan kegiatan usaha di kota lebih besar (AR, 2018). Sektor informal, sektor ini cenderung melakukan kegiatan ekonomi yang dimana berskala kecil. Sektor informal muncul dikarenakan keterbatasan nya sektor formal atau industri formal dalam penyerapan tenaga kerja hal ini lah mengapa sektor informal menjadi muncul di berbagai kota atau kabupaten yang ada di Indonesia salah satunya adalah Kabupaten Sidoarjo.

Sektor informal menjadi sebuah peluang bagi masyarakat khususnya masyarakat kecil dimana mereka terjun ke dalam sektor informal mencari pekerjaan tentunya guna mendapatkan pendapatan sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam kehidupan. Usaha-usaha sektor informal yang dimaksud diantaranya pedagang kaki lima, pedagang keliling, sebagian tukang cukur,

(10)

tukang becak, sebagian tukang sepatu, pedagang makanan di sepanjang jalan atau trotoar dan lain-lain (Riyadi, 2017).

Menurut (Wauran, 2016) menyatakan bahwa keberadaan serta kelangsungan kegiatan sektor informal dalam sistem ekonomi saat ini bukanlah gejala negatif, melainkan bisa dikatakan lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatan yang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan kemajuan dalam pembangunan nasional setidak nya suatu ketika progam pembangunan kurang mampu dalam hal menyediakan peluang kerja bagi masyarakat, sektor informal dengan segala kekurangan nya mampu berperan sebagai penampung serta alternatif peluang kerja bagi masyarakat yang mencari pekerjaan.

6. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Menurut (Pertiwi, 2015) menyatakan bahwa pada hakikatnya tingkat pendapatan yang diterima oleh seorang maupun badan usaha di pengaruhi oleh faktor sebagai berikut :

a. Tingkat pendidikan b. Modal kerja

c. Jam kerja d. Akses kredit

e. Jumlah tenaga kerja f. Tanggungan keluarga g. Jenis barang dagangan

Pada umumnya masyarakat selalu mencari tingkat pendapatan yang tinggi dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya dan rumah tangganya, akan tetapi dibatasi oleh beberapa faktor tersebut.

7. Hubungan Modal Usaha dengan Tingkat Pendapatan

Menurut (Firdausa, 2013) mengungkapkan bahwa besar kecilnya modal kerja yang di gunakan dalam usaha dapat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima. Dengan begitu usaha dagangannya dapat berjalan dengan baik, juga diperlukan modal dagang yang

(11)

cukup memadai. Pendapatan diterima oleh masing-masing individu atau kelompok masyarakat sangat tergantung dari kepemilikan faktor produksi.

Semakin besar modal usaha yang digunakan akan diikuti dengan meningkatnya pendapatan pedagang. Asumsinya bahwa dengan modal yang besar, maka akan bertambah pada keanekaragaman barang dagangan, dengan besarnya modal usaha yang dimiliki akan memungkinkan jumlah dan jenis dagangan lebih banyak. Sehingga dengan keanekaragaman dagangan akan menarik minat pembeli untuk membeli dagangan yang ada sehingga pendapatan akan meningkat (Ardiansyah, 2010). Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan modal usaha terhadap pendapatan bersifat positif.

8. Hubungan Jam Kerja dengan Tingkat Pendapatan

Selain hubungan modal, tingkat pendapatan pedagang juga ditentukan oleh lamanya waktu operasi atau jam kerja. Sasmita dalam (Mashuri, 2019) dalam bukunya yang berjudul ”Formasi Strategi Makro-Mikro Ekonomi Indonesia” mengemukakan secara umum dapat diasumsikan bahwa semakin banyak jam kerja yang dipergunakan, berarti akan semakin produktif. Artinya bahwa semakin tinggi jam kerja yang di jalani pedagang maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan jam kerja terhadap pendapatan bersifat positif.

9. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dengan Tingkat Pendapatan

Menurut Sumarsono (2013) apabila banyak produk yang terjual sehingga dengan demikian pengusaha akan meningkatkan jumlah produksinya.

Meningkatnya jumlah produksi akan mengakibatkan meningkatnya tenaga kerja yang dibutuhkan, sehingga dengan demikian pedapatan juga akan meningkat.

Tenaga kerja dapat membantu dalam proses produksi maupun melayani konsumen sehingga permintaan konsumen dapat terpenuhi. Jika permintaan konsumen dapat terpenuhi maka pendapatan juga akan menjadi meningkat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan tenaga kerja terhadap pendapatan bersifat positif.

(12)

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pikir pada penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir dalam Penelitian

D. Hipotesis

Adapun Hipotesis dalam rumusan ini adalah :

1. H1:Diduga modal usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Taman Pinang Sidoarjo

2. H2: Diduga jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Taman Pinang Sidoarjo

3. H3:Diduga jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Taman Pinang Sidoarjo.

Modal Usaha (X1)

Jam Kerja (X2) Pendapatan (Y)

Jumlah Tenaga kerja (X3)

Referensi

Dokumen terkait

Gabus ( Chana sriata) merupakan family channidae juga merupakan ikan yang memiliki kemampuan air breathing di air tawar.Berdasarkan bentuk adaptasi ikan air breather terhadap

Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisis

Tahun 2007 bisa dikatakan merupakan tahun terbaik bagi Graha Niaga, karena pada tahun tersebut tingkat hunian di ge- dung Graha Niaga mencapai 100 % dan Gedung Graha Niaga

Merujuk pada paparan sebelumnya dan data diatas, bahwa biaya kualitas memiliki pengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan, maka peneliti tertarik untuk membahas dan

Begitu juga sebaliknya semakin pendek jam kerja yang digunakan maka pendapatan bersih yang diperoleh semakin rendah (Isrohah R. 21) pada pedagang kaki lima di komplek

Jumlah tenaga kerja mampu mempunyai hubungan yang sangat positif terhadap pendapatan, yaitu semakin banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu usaha

Kristanto (2008:61), DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari sistem,

Dari sisi peluang terutama melalui sumber daya alam yang dimiliki, Indonesia merupakan negara kedua terbesar yang memiliki area tanam kopi terluas di dunia dengan luas