• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM INSTANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II. GAMBARAN UMUM INSTANSI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Halaman

Kata Pengantar... 1

Daftar Isi ... 1

BAB I. PENDAHULUAN ... 2

I.1 Latar Belakang ... 2

I.2 Landasan Hukum ... 3

I.3 Maksud dan Tujuan ... 3

BAB II. GAMBARAN UMUM INSTANSI ... 7

2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi ... 7

2.2 Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota Dumai ... 10

2.3 Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan Kota Dumai ... 10

2.4 Analisis Kondisi Eksternal dan Tantangan Pengembangan- Pelayanan Dinas Pendidikan Kota Dumai ... 38

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 46 3.1 Identifikasi Isu Strategis Pendidikan Kota Dumai ... 46

3.2 Rencana dan Prioritas Pembangunan SDM Kota Dumai- 2011-2015 ... 50

BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN DINAS PENDIDIKAN- KOTA DUMAI ... 54

4.1 Visi dan Misi Pendidikan Kota Dumai ... 54

4.2 Tata Nilai Dinas Pendidikan... 54

4.3 Pilar-Pilar Strategis Strategi Pembangunan Pendidikan- Kota Dumai Sebagaimana UU Sisdiknas ... 54

4.4 Tujuan Yang Akan Dicapai Dalam 5 (lima) Tahun Ke Depan 56 4.5 Sasaran Strategis 2011-2015 ... 56

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN ... 67

5.1 Program Strategis... 67

5.2 Kegiatan Tiap Program... 67

Daftar Lampiran.

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa akhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan Kota Dumai Tahun 2011- 2015 dapat diwujudkan. Kiranya RENSTRA ini dapat menjadi sarana bagi Kota Dumai untuk mewujudkan pendidikannya yang berkualitas, baik aparatur, tenaga pendidik dan kependidikan, maupun lembaga pendidikan yang mampu membangun manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian tinggi, serta mandiri.

Sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan hasrat mulia tersebut RENSTRA ini bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada yang akan difokuskan pada: 1). Pemerataan dan perluasan akses pendidikan; 2). Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan 3). Peningkatan tata kelola pemerintahan, akuntabilitas, dan pencitraan publik seluruh jajaran pendidikan.

Upaya untuk mewujudkan hasrat tersebut bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, diperlukan tekad yang kuat, kerjasama yang baik, dengan tindakan yang sungguh-sungguh dari pemerintah kota, satuan pendidikan, dan unsur masyarakat lainnya.

Akhirnya dengan rampungnya RENSTRA ini, kami masih mengharapkan saran, dan masukan dari semua pihak, demi suksesnya capaian seluruh target yang telah diprogramkan dalam RENSTRA ini.

Dumai, Oktober 2011 KEPALA DINAS PENDIDIKAN

KOTA DUMAI

Drs. H. SYA’ARI, MP Pembina Utama Muda, NIP. 19600816198601 1 001

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidkan Kota Dumai Tahun 2011-2015 merupakan penjelasan tentang visi, misi, tujuan, strategis kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan pendidikan di Kota Dumai dalam lima tahun ke depan.

Program Pembangunan Pendidikan Kota Dumai diarahkan pada efesiensi dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan agar secara efektif dapat memacu peningkatan mutu, relevansi pendidikan dan daya saing, serta pemerataan kesempatan belajar secara berkelanjutan.

RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Dumai Tahun 2011 – 2015 akan menjadi acuan untuk penetapan kebijakan pendidikan dan perencanaan program tahunan dan jangka menengah lima tahun ke depan.

Selain itu RENSTRA Dinas Pendidikan juga merupakan komitmen dari seluruh aparatur dan jajaran Dinas Pendidikan Kota Dumai yang harus dipedomani secara konsisten, karena RENSTRA ini merupakan perencanaan pendidikan yang tak dapat dipisahkan dari Program Pembangunan Daerah Kota Dumai.

I.2. Landasan Hukum

RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Dumai disusun dengan mengacu pada : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

(6)

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2004 tentang Guru dan Dosen;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

(7)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3952).

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintahan Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan penyelenggaraan Pemerintah daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 nomor 19,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

17. Peraturan Pemerintah nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738)

18. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Tahapan , Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

19. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 11);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur

(8)

21. Peraturan Menteri Dalam negeri Noor 13 Tahun 2006 tentang 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 59 Tahun tentang Perubahan atasan Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

23. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Dan Menteri Keuangan Nomor : 28 Tahun 2010 Nomor : 0199/M PPN/04/2010 Nomor : PMK 95/PMK 07/2010 Tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

25. Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 10 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Riau Tahun 2009-2013.

I.3. Maksud dan Tujuan

Secara umum penyusunan RENSTRA Pendidikan Kota Dumai 2011-2015 dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan sekaligus untuk memacu dan mempercepat pencapaian dan pelaksanaannya.

Sedangkan tujuannya adalah:

1. Memberikan arah kebijakan pendidikan Kota Dumai khususnya pada periode 2011-2015.

2. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana program tahunan pengembangan pendidikan di Kota Dumai

3. Sebagai pedoman dalam mencapai target capaian (keberhasilan) pengembangan pendidikan di Kota Dumai.

(9)

I.4. Sistematika Penulisan

RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Dumai 2011-2015 disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Maksud dan Tujuan 1.4. Sistematika Penulisan

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI 2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota

Dumai

2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota Dumai 2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan Kota Dumai

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Dinas Pendidikan Kota Dumai

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pelayanan Dinas Pendidikan Kota Dumai

3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra 3.4. Penentuan Isu-Isu Strategis

BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1. Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kota Dumai

4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan Kota Dumai

4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Dumai

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,

(10)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

1. Tugas

Dinas Pendidikan Kota Dumai mempunyai tugas melaksanakan kewenangan di bidang pendidikan dalam merumuskan kebijaksanaan, mengkoordinasikan, membina, dan mengendalikan program pendidikan dan tenaga kependidikan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota Dumai.

2. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas sebagai mana tersebut di atas Dinas Pendidikan mempunyai fungsi :

1) Perumusan kebijaksanaan di bidang pendidikan;

2) Pembinaan dan pengendalian pendidikan pra sekolah dan luar sekolah;

3) Perencanaan, pengendalian, pembinaan, pengurusan dan pengawasan pendidikan dasar dan menengah;

4) Perencanaan, pengendalian, pembinaan, pengurusan, dan pengawasan manajemen pendidikan dasar dan menengah;

5) Perencanaan, pengendalian, pembinaan, pengurusan dan pengawasan tenaga kependidikan;

6) Pembinaan dan pengendalian kurikulum dan muatan lokal;

7) Pembinaan dan pengawasan teknis edukatif dan administratif kepada unsur terkait dengan bidang pendidikan;

8) Pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan ketatausahaan;

9) Perumusan Kebijakan peningkatan mutu pendidikan.

3. Struktur Organisasi

Susunan organisasi Dinas Pendidikan Kota Dumai dimuat dalam Peraturan Walikota Dumai Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Pendidikan Kota Dumai. Susunan Organisasi Dinas Pendidikan, terdiri dari:

(11)

1. Kepala Dinas;

2. Sekretaris;

3. Kepala Bidang Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah;

4. Kepala Bidang Pendidikan Pra Sekolah dan Luar Sekolah;

5. Kepala Bidang Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidkan.

Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Pendidikan dibantu oleh Sekretariat dan Kepala Bidang. Kepala Bagian dan Kepala Bidang Dibantu oleh Kepala Subbagian dan Kepala Seksi. Yaitu :

1). Sekretaris dibantu oleh Kepala Subbagian terdiri dari : a. Kepala Sub Bagian Administrasi dan Umum;

b. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi, dan Pelaporan.

c. Kepala Sub Bagian Kepegawaian.

2). Kepala Bidang Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dibantu oleh:

Kepala Seksi terdiri dari : a. Kepala Seksi Pendidikan Dasar;

b. Kepala Seksi Pendidikan Menengah Umum c. Kepala Seksi Pendidikan Menengah Kejuruan.

3). Kepala Bidang Pendidikan Pra Sekolah dan Luar Sekolah dibantu oleh Kepala Seksi terdiri dari :

a. Kepala Seksi Pendidikan Pra Sekolah;

b. Kepala Seksi Pendidikan Luar Sekolah.

4). Kepala Bidang Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan dibantu oleh Kepala Seksi terdiri dari :

4. Kepala Seksi Kurikulum;

5. Kepala Seksi Profesi dan Ketenagaan;

6. Kepala Seksi Diklat Tenaga Kependidikan.

(12)
(13)

2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota Dumai

Dalam upaya akselerasi pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Pendidikan Kota Dumai dibantu oleh 68 personel. Dengan kualifikasi pendidikan, S-2 sebanyak 7 orang, S-1 sebanyak 41 orang, D-III sebanyak 6 orang, D-II sebanyak 10 orang , D-I sebanyak 1 orang, SMA sebanyak 28 orang, dan SMP sebanyak 1 orang. Komposisi PNS menurut Pangkat dan Golongan dapat dilihat pada tabel di bawah.

Jumlah PNS Menurut Pangkat dan Golongan Pada Dinas Pendidikan Kota Dumai

No. PANGKAT GOL. RUANG JUMLAH (ORANG)

1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Pembina Utama Muda Pembina Tk.I

Pembina Penata Tk.I

Penata Penata Muda Tk.I

Penata Muda Pengatur Tk.I

Pengatur Pengatur Muda Tk.I

IV/C IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a

1 7 23

5 2 7 10

- 5 3 5

Jumlah 68

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan Kota Dumai

Dalam penyusunan rencana lima tahun ke depan perlu dilihat kondisi pendidikan yang sudah dicapai selama lima tahun terakhir. Oleh karena itu berikut dijabarkan kondisi pendidikan Kota Dumai berdasarkan aspek-aspek yakni kondisi akses; mutu, relevansi, dan daya saing; dan tata kelola dan good governance.

Setelah itu kondisi masing-masing jenjang pendidikan juga akan dipaparkan berdasarkan aspek-aspek sebagai mana disebutkan di atas. Hal ini penting

(14)

untuk dapat melihat kondisi pendidikan secara lebih jelas di masing-masing jenjang pendidikan tersebut.

2.3.1. Akses Pendidikan di Kota Dumai

Ketersediaan akses pendidikan ditunjukkan dengan keberadaan lembaga pendidikan formal dan non formal di Kota Dumai. Dari tabel di bawah terlihat persebaran sekolah negeri dan swasta (TK dan SD) berdasarkan kecamatan, sebagai berikut :

NO KECAMATAN

TK / R.A SD / MI

NEGERI SWASTA JUMLAH NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 0 4 4 14 3 17

2 Dumai Barat 0 21 21 18 6 24

3 Dumai Timur 1 19 20 27 6 33

4 Medang Kampai 1 1 2 7 - 7

5 Sungai Sembilan 0 5 5 16 2 18

JUMLAH 2 50 52 82 17 99

Sedangkan persebaran satuan pendidikan pada tingkatan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di Kota Dumai (per kecamatan) dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini :

NO KECAMATAN SMP / MTS MA / SMA / SMK

NEGERI SWASTA JUMLAH NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 6 5 11 2 3 5

2 Dumai Barat 4 8 12 5 8 13

3 Dumai Timur 5 11 16 1 5 6

4 Medang Kampai 2 1 3 1 - 1

5 Sungai Sembilan 3 2 5 2 1 3

JUMLAH 20 27 47 11 17 28

Ketersediaan sarana belajar/ pendidikan berupa lembaga satuan pendidikan di tiap kecamatan sebagaimana table di atas juga dapat menggambarkan persebaran siswa per jenjang pendidikan per kecamatan. Tabel di bawah ini menunjukan persebaran

(15)

siswa di masing-masing kecamatan tersebut khususnya pada jenjang pendidikan TK/RA dan SD/MI:

NO KECAMATAN

TK / R.A SD / MI

NEGERI SWASTA JUMLAH NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur - 300 300 4165 275 4440

2 Dumai Barat - 1511 1511 7987 1348 9335

3 Dumai Timur 139 1390 1529 11405 2509 13914

4 Medang Kampai 49 54 103 1235 - 1235

5 Sungai Sembilan 135 135 3309 36 3345

JUMLAH 188 3390 3578 28101 4168 32269

Sedangkan persebaran siswa pada tahun 2010 berdasarkan jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di Kota Dumai (per kecamatan) dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini :

NO KECAMATAN

SMP / MTS SMA/MA/SMK

NEGERI SWASTA JUMLAH NEGERI SWASTA JUMLAH

1 Bukit Kapur 931 716 1647 596 83 679

2 Dumai Barat 5,171 2,461 7632 3527 3107 6634

3 Dumai Timur 3,041 4,609 7650 979 1343 2322

4 Medang Kampai 244 134 378 289 - 289

5 Sungai Sembilan 256 874 1130 427 123 550

JUMLAH 9,643 8,794 18,437 5818 4656 10,474

Dapat kita lihat bahwa pada tingkat pendidikan SD dengan jumlah murid lebih banyak berada di Kecamatan Dumai Timur dan Kecamatan Dumai Barat. Di samping

(16)

swasta. Hal ini menunjukan tingginya partisipasi pihak swasta dalam pengelolaan pendidikan di Kota Dumai.

Untuk lebih jelasnya menggambarkan kondisi ketersediaan akses pendidikan di Kota Dumai, berikuti dipaparkan beberapa indikator akses pendidikan seperti angka partisipasi kasar (APK), rasio ruang kelas per siswa, dan rasio rombongan belajar per siswa.

1. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka partisipasi kasar (APK) adalah perbandingan antara penduduk usia sekolah di daerah tertentu dengan jumlah siswa usia sekolah yang tertampung di sekolah.

Berdasarkan database SIAK Kota Dumai penduduk usia 4-6 tahun di Kota Dumai saat ini berjumlah 15.165 jiwa, sedangkan jumlah siswa TK se-Kota Dumai saat ini berjumlah 3.565 orang. Dengan demikian APK TK Kota Dumai adalah 23,51 %.

Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Dumai sebenarnya cukup cepat. Tahun 2006 tercatat ada 31 TK di Kota Dumai, dan pada tahun 2010 angka itu bertambah menjadi 52 TK/RA. Namun kalau kita lihat APK TK/RA, jumlah usia sekolah 4-6 tahun yang bersekolah di TK/RA masih sedikit yakni 24 %. Hal ini selain masih kurangnya orang tua yang menyekolahkan anaknya di TK/RA juga karena sebagian orang tua memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan agama seperti TPA/MDA yang dianggap sejajar dengan PAUD/TK/RA.

Pertumbuhan jumlah sekolah TK/RA mayoritas digerakkan oleh sektor swasta yang mana sekolah-sekolah tersebut memiliki daya tampung yang masih cukup terbatas.

Jumlah TK Negeri di Kota Dumai saat ini hanya 2 (dua) sekolah yakni di Kecamatan Dumai Timur dan Medang Kampai. Diharapkan ke depan Kota Dumai memiliki TK Negeri minimal 1 (satu) per kecamatannya, sehingga masih dibutuhkan pembangunan sekolah baru di Kecamatan Dumai Barat, Bukit Kapur, dan Medang Kampai. Dengan demikian diharapkan kehadiran TK Negeri tersebut dapat berfungsi sebagai pembina TK swasta yang ada di kecamatan masing-masing.

Oleh karena itu untuk meningkatkan akses pendidikan PAUD Formal (TK/RA) yang dilakukan ke depan adalah dengan mencanangkan pembangunan TK Negeri di setiap kecamatan yang belum memiliki TK Negeri yakni kecamatan Dumai Barat, Bukit Kapur, dan Sungai Sembilan. Diharapkan dalam 5 tahun ke depan hal tersebut telah terwujud baik melalui APBD Kota Dumai, Provinsi, dan Pusat.

(17)

Pada jenjang pendidikan tingkat SD/MI, jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun di Kota Dumai saat ini 28.610 jiwa. Sedangkan jumlah siswa SD/MI se-Kota Dumai 32.034 orang. Dengan demikian APK tingkat SD/MI adalah 112 %. Untuk tingkat SMP/MTs, jumlah penduduk usia sekolah 13-15 tahun di Kota Dumai adalah 13.562 jiwa, sedangkan jumlah siswa tingkat SMP/MTs 14.459 orang. dengan demikian APK SMP/MTs Kota Dumai adalah 108 %.

Jika dilihat dari APK tingkat SD/MI dan SMP/MTs secara umum memang dapat dikatakan bahwa Kota Dumai telah berhasil dalam menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Namun jika kita lihat APK per kecamatan maka terdapat disparitas yang cukup siqnifikan antar kecamatan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

APK SD/MI DAN SMP/MTs PER KECAMATAN

No Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Pddk Usia

6-12 thn Siswa APK Pddk Usia 12-

15 thn Siswa APK

1 Dumai Timur 11.527 13.971 103,85 5.086 3.564 70,10

2 Dumai Barat 10.921 10.088 92,37 5.078 7.695 151,54

3 Bukit Kapur 5.394 5.224 96,85 2.035 1.592 78,22

4 Sungai Sembilan 3.861 3.823 99,02 1.729 1.135 65,64

5 Medang Kampai 1.179 1.372 116,37 561 483 86,01

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa aktifitas pendidikan dasar tingkat SD/MI di Kota Dumai terkonsentrasi pada Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur, sedangkan untuk tingkat SMP/MTs banyak terkonsentrasi di Kecamatan Dumai Barat.

Hal ini dikarenakan persebaran sekolah SMP/MTs yang lebih banyak berada di Dumai Barat sehingga penduduk usia sekolah dari kecamatan lain bersekolah di Dumai Barat. Oleh karena itu kecamatan lainnya terutama Sungai Sembilan masih membutuhkan perluasan akses pendidikan dasar seperti pembangunan unit sekolah baru dan penambahan ruang kelas.

Oleh karena itu untuk mengatasi masalah akses pendidikan dasar tersebut yang akan dilakukan dalam 5 tahun ke depan adalah sebagai berikut :

1. Membangun unit sekolah baru di wilayah pinggir kota Dumai dengan tujuan agar konsentrasi sekolah-sekolah di pusat kota bisa dipecah.

(18)

2. Pemerataan fasilitas dan mutu pendidikan dengan meningkatan kapasitas sekolah-sekolah potensial. Misalnya memfokuskan peningkatan mutu di beberapa SMP seperti SMPN 11, SMPN 12, SMPN 13, SMPN 14, dan SMPN 15.

3. Melakukan revitalisasi bangunan sekolah di wilayah padat penduduk seperti di Jayamukti, Pangkalan Sesai, Bintan, Sukajadi, Tanjung Palas, Dumai Kota, Buluh Kasap, dan Teluk Binjai.

4. Menambah ruang kelas di sekolah-sekolah yang lahannya masih cukup, dengan memperhatikan standar maksimal rombongan belajar dan kapasitas kelas.

Dalam beberapa tahun terakhir APK Pendidikan Kota Dumai dari tahun ke tahun mengalami peningkatan pada semua jenjang pendidikan (SD, SMP, dan SMA). Hal ini disebabkan jumlah siswa lebih banyak dibandingkan dengan usia wajar penduduk.

Sedangkan pertambahan APK SD, SMP, dan SMA selama 5 tahun sebesar 11,99 %, 6,42%, dan 14,18

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Tahun 2004 - 2009

JENJANG 2004 2005 2006 2007 2008 2009

SD 97,56 99,89 102,53 109,99 111,82 112,01

SMP 92,51 94,23 98,65 102,78 105,12 107,53

SMA 78,60 79,89 80,12 80,39 82,34 82,96

Dengan mencermati data APM dan APK tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Dumai telah berhasil menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun sejak tahun ajaran 2008-2009.

Pada jenjang pendidikan sekolah menengah, jumlah penduduk usia sekolah 16-18 tahun di Kota Dumai berjumlah 13.851 jiwa, sedangkan siswa SMA/MA/SMK se-Kota Dumai berjumlah 11.701 orang. Dengan demikian APK SMA/MA/SMK Kota Dumai adalah 84,48 %. Dari APK tersebut tidak serta merta dapat disimpulkan bahwa masih banyak penduduk usia sekolah 16-18 tahun yang tidak tertampung di sekolah.

Hal ini dapat dibuktikan dengan angka putus sekolah (APS) tingkat SMA/MA/SMK yang rendah (0,1 %) dan angka melanjutkan (AM) dari SMP sederajat ke tingkat SMA sederajat yang cukup tinggi (105 %). APK tersebut lebih dikarenakan banyaknya siswa SMP sederajat Kota Dumai yang melanjutkan pendidikan ke luar

(19)

daerah dibandingkan jumlah siswa asal luar daerah yang melanjutkan pendidikan di Kota Dumai.

Namun dalam hal pemerataan akses pendidikan dapat dilihat dari persebaran pendidikan di tiap kecamatan sebagaimana tabel berikut.

APK SMA/MA/SMK PER KECAMATAN

No Kecamatan SMA Sederajat

Pddk Usia 16-18 thn Siswa APK

1 Dumai Timur 4.779 3.328 69,64

2 Dumai Barat 5.108 6.057 118,58

3 Bukit Kapur 1.940 1.159 59,74

4 Sungai Sembilan 1.759 872 49,57

5 Medang Kampai 509 285 55,99

Penumpukan siswa terutama terjadi di Kecamatan Dumai Timur dan Dumai Barat seperti di SMAN 1, SMAN 2, SMKN 1, SMKN 2, dan SMK Taruna Persada. Hal ini disebabkan karena peserta didik yang berasal dari Kecamatan Bukit Kapur, Sungai Sembilan, dan Medang Kampai memilih bersekolah di sekolah-sekolah di Kecamatan Dumai Barat. Pada sekolah-sekolah yang disebut di atas masih membutuhkan penambahan ruang kelas baru dan sarana lainnya.

Upaya yang dilakukan dalam 5 tahun ke depan dalam mengatasi masalah akses pendidikan menengah adalah :

1. Merencanakan pembangunan unit sekolah baru SMA/ SMK Negeri di Dumai Timur.

2. Memberikan beasiswa miskin secara bertahap sehingga mencapai pendidikan menengah yang murah dan terjangkau.

3. Mendorong dan memfasilitasi sekolah swasta agar meningkatkan mutunya sehingga membantu pemenuhan akses pendidikan menengah.

Jika dilihat dari indikator APK, jelaslah bahwa Kota Dumai sebenarnya sudah mencapai target wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dengan asumsi bahwa seluruh penduduk usia sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun sudah terserap di dalam lembaga pendidikan formal satuan pendidikan (sekolah). Bahkan jika dilihat angkanya melebihi 100 % dapat diambil kesimpulan bahwa tidak hanya mereka yang terdaftar sebagai penduduk Kota Dumai saja yang mendapatkan fasilitas akses

(20)

pendidikan di Kota Dumai, melainkan kawasan yang masuk wilayah administrasi kabupaten-kabupaten tetangga seperti Bengkalis dan Rokan Hilir.

Namun terserapnya penduduk usia sekolah pendidikan dasar tersebut belum diikuti dengan efisiensi pendidikan berdarkan umur. Hal ini dapat dilihat dari angka partisipasi murni (APM). Jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun di Kota Dumai saat ini sebanyak 28.645 jiwa. Jika dibandungkan dengan penduduk usia sekolah 7- 12 tahun di Kota Dumai yang sebanyak 29.853 jiwa maka APM tingkat SD/MI sebesar 96 %. Untuk tingkat SMP/MTs, jumlah penduduk usia sekolah 13-15 tahun di Kota Dumai adalah 13.562 jiwa, sedangkan jumlah siswa berusia 13-15 tahun tingkat SMP/MTs sebesar 9.978 orang. Dengan demikian APM SMP/MTs Kota Dumai baru mencapai 75 %.

Belum tercapainya APM 100% disebabkan banyaknya penduduk yang masuk sekolah meskipun usianya belum mencukupi. Hal ini dapat dipandang bahwa antusiasme orang tua memasukkan anaknya sekolah sebelum mencapai usia menggambarkan kondisi ekonomi keluarga yang sudah baik, namun di sisi lain dapat juga dipandang sebagai inefesiensi dalam memaksimalkan perkembangan anak berdasarkan usianya.

Angka Partisipasi Murni Pendidikan Kota Dumai dari tahun 2005 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan secara signifikan pada setiap jenjang pendidikan. Ini berarti persentase penduduk kelompok usia sekolah yang bersekolah dijenjang pendidikan tertentu cukup tinggi terutama pada jenjang SD dan SMA. Sedangkan APM SMP tahun 2009 mencapai 73,62 %. Hal ini disebabkan adanya jumlah anak yang bersekolah pada jenjang SMP di bawah kelompok usia Wajar (13-15 tahun).

Pertambahan APM SD, SMP, dan SMA selama 5 tahun sebesar 2,48 %, 2,3 %, dan 6,32 %.

Perkembangan Angka Partisipasi Murni Tahun 2005 – 2009

JENJANG 2005 2006 2007 2008 2009

SD 89,55 90,25 91,71 92,09 95,39

SMP 61,35 63,05 67,57 70,81 73,62

SMA 49,83 51,23 53,67 54,82 55,61

(21)

2. Rasio Siswa/Ruang Kelas/Rombongan Belajar

Untuk menjamin perluasan akses dapat diikuti dengan mutu pembelajaran, jumlah siswa per ruang kelasnya harus dibatasi sampai batas efektif seorang pendidik dapat memantau perkembangan setiap peserta didiknya. Untuk tingkat TK/RA jumlah ruang kelas di Kota Dumai saat ini berjumlah 140 unit sedangkan jumlah siswanya 3.565 orang. Maka rasio siswa per ruang kelas adalah 1 : 25.

Untuk tingkat SD sederajat jumlah ruang kelas yang tersedia di Kota Dumai adalah 847 unit dengan jumlah siswa sebanyak 34.478 orang. Dengan demikian rasio siswa per ruang kelas tingkat SD sederajat adalah 1 : 40. Jumlah ruang kelas tingkat SMP sederajat di Kota Dumai adalah 461 unit, sedangkan jumlah siswa sebanyak 14.459 orang. Dengan demikian rasio siswa per ruang kelas tingkat SMP sederajat adalah 1 : 32. Untuk tingkat SMA sederajat ruang kelas yang tersedia sebanyak 408, sedangkan jumlah siswa 11.701 orang. Maka rasio siswa per kelas tingkat SMA sederajat di Kota Dumai adalah 1 : 29.

Radio Jumlah Siswa/Kelas Tahun 2004 - 2009

JENJANG 2004 2005 2006 2007 2008 2009

SD 41 40 40 39 39 38

SMP 36 35 35 34 32 32

SMA 34 33 31 29 27 26

Dari data beberapa tahun terakhir di atas terlihat bahwa kita masih membutuhkan tambahan perluasan akses pendidikan khusunya untuk tingkat SD. Kenyataan ini semakin dikuatkan dengan melihat rasio siswa per kelas dan rasio ruang kelas berbanding rombongan belajar yang cukup tinggi. Untuk tingkat TK sederajat rasionya adalah 1 : 1,38. Untuk tingkat SD sederajat rasionya 1 : 1,67. Untuk tingkat SMP sederajat rasionya 1 : 1,14, dan untuk tingkat SMA sederajat rasionya 1 : 0,89.

Dapat dilihat bahwa rata-rata 1 (satu) unit ruang kelas (bangunan fisik) dipakai lebih dari 1 (satu) rombongan/ kelompok belajar, yang mana pada prakteknya hal ini disebut masih banyak sekolah yang menerapkan double shift (terutama SD dan SMP Negeri), sebagian kelas belajar sore, sehingga dipandang kurang efektif dalam mutu

(22)

Rasio Ruang Kelas/Rombel Tahun 2004 - 2009

JENJANG 2004 2005 2006 2007 2008 2009

SD 2,17 2,05 2,07 2,01 1,87 1,67

SMP 1,67 1,71 1,80 1,87 1,04 1,14

SMA 1,90 1,70 1,57 1,68 0,87 0,83

Selain hal di atas persoalan persebaran peserta didik yang terjadi adalah penumpukan pada sekolah negeri terutama di Kecamatan Dumai Barat dan Dumai Timur. Hal ini terjadi karena memang tingkat kepadatan penduduk Kota Dumai juga terjadi di kecamatan yang disebut di atas.

Untuk mengatasinya selain dengan meningkatkan mutu pendidikan sekolah-sekolah di daerah pinggir kota dan sekolah-sekolah swasta, juga dengan membuka sekolah baru dan menambah ruang kelas sekolah-sekolah yang lahannya masih memungkinkan di kecamatan yang padat penduduknya.

2.3.2. Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan

Kualitas Pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dalam satu sistem dan saling berpengaruh. Mutu keluaran pendidikan dipengaruhi oleh mutu masukan, mutu proses, dan mutu keluaran.

Secara eksternal, komponen masukan pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan meliputi: (I) ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan (kuantitas dan kualitas) maupun kesejahteraan pendidik; (2) prasarana dan sarana belajar yang tersedia dan didayagunakan; dan (3) pendanaan pendidikan yang memadai untuk menunjang mutu pembelajaran;

serta (4) proses pembelajaran efisien dan efektif.

1. Mutu Pendidik dan tenaga Kependidikan

Salah satu faktor terpenting dalam mempengaruhi kualitas pendidikan adalah ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan. Sampai dengan Tahun 2010 terdapat sekitar 3.443 guru dari jenjang pendidikan SD/MI hingga sekolah menengah/Tsanawiyah/Aliyah, baik pada sekolah negeri maupun swasta. Angka menunjukkan rasio guru terhadap siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA Tahun

(23)

2010 yaitu 1:17, 1:15, dan 1:10. Apabila dibandingkan dengan rasio guru terhadap siswa berdasarkan standar nasional pendidikan, maka jumlah guru pada jenjang tersebut sudah sangat mencukupi. Rasio ini tidak diikuti dengan pendayagunaan guru secara efisien. Beberapa faktor penyebab ketidakefisienan tersebut disebabkan adanya penumpukan guru di daerah perkotaan.

Masalah guru atau tenaga pendidik lainnya adalah masih terdapatnya kesenjangan guru dilihat dari keahlian atau latar belakang bidang keilmuannya. Guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya (mismatch) masih banyak terjadi pada jenjang SD, yang dalam hal ini erat kaitannya dengan kelayakan mengajar guru.

Proporsi guru yang berpendidikan di bawah kualifikasi minimal tersebut tentu tidak memadai jika pemerintah daerah ingin menyediakan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Untuk jenjang pendidikan SD menggunakan sistem guru kelas, SMP dan SMA yang menggunakan sistem guru mata pelajaran. Namun sebagaimana dipaparkan di atas banyak terjadi ketidaksesuaian anatara pelajaran yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan guru tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian, khususnya dalam rekrutmen tenaga pendidik, penempatan, mutasi, dan pengendaliannya.

Tenaga fungsional lain (pengawas) di Dinas Pendidikan Kota Dumai masih banyak yang berpendidikan D2 dan D3. Padahal untuk melakukan supervisi dan pengawasan terhadap kinerja sekolah diperlukan tingkat kualifikasi tertentu. Karenanya diperlukan peningkatan kualifikasi pengawas sebagai profesi.

Masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan di Kota Dumai dipengaruhi oleh sejumlah faktor, diantaranya adalah masih banyaknya pendidik/kepala sekolah yang belum memenuhi kualifikasi.

Dalam memenuhi amanat UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pemerintah Kota Dumai menyadari bahwa ada banyak hal yang harus dibenahi. Hal ini terutama karena masih banyak sekali tenaga pendidik belum memiliki tingkat pendidikan setara S-1, sebagaimana tuntutan undang-undang.

(24)

Kondisi tenaga pendidik yang belum berpendidikan setara S-1 dikategorikan sebagai tenaga pendidik yang belum berwewenang mengajar, dengan rincian sebagai berikut:

Persentase guru layak mengajar ( S 1 ) Tahun 2004 – 2009

JENJANG 2004 2005 2006 2007 2008 2009

SD 12,21 12,54 14,48 15,48 17,17 18,74

SMP 56,69 56,69 58,85 59,65 60,65 62,04

SMA 70,42 71,12 71,65 72,25 72,55 73,31

Sebagaimana kita lihat pada tabel bahwa rata-rata jumlah tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi baru mencapai 51,27%. Tentu saja masih banyak tenaga pendidik yang harus membenahi diri. Oleh karena itu untuk mempercepat pemenuhan tuntutan undang-undang, selain terbatasnya anggaran untuk menyekolahkan para guru, Dinas Pendidikan Kota Dumai berkoordinasi dengan Universitas Terbuka dan Universitas Riau sehingga dapat menambah akses bagi para guru dalam mencapai pendidikan setara sarjana.

Oleh karena itu sejak tahun 2007 sampai sekarang telah dilaksanakan program penyetaraan guru dengan memberikan bantuan pendidikan termasuk kerjasama dengan Universitas Riau (UR) dan Universitas Terbuka (UT) dalam meningkatkan kualifikasi pendidikan para guru. Salah satu yang penting bahwa syarat kualifikasi guru adalah berpendidikan strata satu (S-1). Oleh karena itu sejak tahun 2007 Pemerintah Kota Dumai telah memulai kerjasama dengan pihak Universitas Riau dalam membantu proses perkuliahan S-1 tersebut sebanyak 350 peserta yang biaya pendidikannya ditanggung oleh APBD Kota Dumai.

Dan untuk 5 (lima) tahun ke depan Pemerintah Kota Dumai harus semakin aktif dalam membuka akses dan memfasilitasi tenaga pendidik yang belum berpendidikan S-1 untuk mencapai kualifikasi tersebut. Hal ini dikarenakan dalam UU No. 34 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditargetkan setelah tahun 2015 seluruh tenaga pendidik di Indonesia harus sudah mencapai kualifikasi S-1. Oleh karena itu selain menganggarkan dukungan biaya pendidikan melalui APBD Kota Dumai, pemerintah harus aktif membangun kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Riau maupun pemerintah pusat.

(25)

Kualifikasi tenaga pendidik juga berdasarkan UU Guru dan Dosen telah dianggap sebagai profesi, sehingga tenaga pendidik harus memiliki sertifikasi profesionalisme.

Proses sertifikasi tersebut saat ini masih dikoordinir oleh pemerintah pusat termasuk quota setiap kabupaten/ kota setiap tahunnya.

Sampai dengan tahun 2010/2011 ini jumlah tenaga pendidik dan pengawas sekolah yang telah mendapatkan sertifikasi sebanyak 1.011 orang dari 3.637 tenaga pendidik (27,8%).

Selain pemenuhan kualifikasi tenaga pendidik berpendidikan setingkat sarjana, Pemerintah Kota Dumai juga berupaya menghasilkan tenaga pendidik yang dapat menjadi fasilitator dan menguasai metodologi penelitian pendidikan. Hal ini dapat dicapai melalui pendidikan lanjutan bagi pendidik dan tenaga kependidikan pada tingkat program magister (S-2) dan doktoral (S-3).

Peningkatan tenaga kependidikan dalam hal ini dititikberatkan kepada pengelola laboratorium (laboran) dan perpustakaan (pustakawan). Selama ini diakui bahwa tenaga laboran dan pustakawan belum memenuhi kualifikasi keahlian profesinya.

Mereka seharusnya mendapat pendidikan khusus yang kualifikasinya diakui secara nasional bahkan internasional. Pelatihan terhadap laboran dan pustakawan tersebut dapat dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga pelatihan lainnya.

Hal ini penting dalam rangka pemberdayaan sumber daya manusia pendidikan selain untuk membantu program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) pada beberapa sekolah di Kota Dumai. Terutama sekali karena pada tahun 2010 ini Pemerintah Kota Dumai sudah melakukan kerjasama dengan Universitas Riau untuk membuka program magister pendidikan di Kota Dumai.

2. Kondisi Ruang Kelas

Pada tahun 2009, di tingkat SD ruang kelas yang dalam kondisi baik 86,74%, rusak ringan 12,32 %, dan rusak berat 3,01 %. Di tingkat SMP/MTs yang dalam kondisi baik 89,76%, rusak ringan 3,12 % dan rusak berat 2,90 %. Di tingkat SMA/MA ruang kelas yang dalam kondisi baik 90,26 %, rusak ringan 1,58, dan rusak berat 0 %.

(26)

Kondisi rusak ringan yang dimaksud terutama lantai ruang kelas yang berdebu (tidak berkeramik), teras dan rabat kelas yang turun/ retak, dan atap kelas/ rangka atap yang sudah dimakan usia sehingga beberapa bagian bocor/ tempias jika hujan turun.

Hal tersebut cukup mengganggu proses belajar mengajar di kelas.

Kondisi rusak berat yang dimaksud adalah bangunan sekolah negeri yang semula dibangun atas inisiatif masyarakat. Karena keterbatasan dana sekolah tersebut pada sebagian kelasnya masih kurang layak ditinjau dari kualitas bangunan misalnya atap kelas yang sudah lapuk, kelas yang masih berlantai tanah, dan dinding sekolah yang masih terbuat dari kayu/ papan.

Persentase Bangunan Sekolah yang Baik Tahun 2004 - 2009

JENJANG 2004 2005 2006 2007 2008 2009

SD 75,77 77,39 78,40 80,50 82,75 86,74

SMP 67,39 68,15 74,80 78,20 85,75 89,76

SMA 60,39 65,15 69,70 74,27 85,20 90,26

Jumlah sekolah seperti ini sebenarnya hanya sedikit dan lokasinya berada jauh dari pusat kota seperti di daerah transmigrasi di Kecamatan Sungai Sembilan dan Kecamatan Bukit Kapur. Pemerintah Kota Dumai dalam 3 (tiga) tahun terakhir telah memfokuskan dana dan perhatian untuk memperbaiki infrastruktur di daerah tersebut, namun untuk menuntaskan sekolah dalam kondisi rusak berat dan rusak ringan membutuhkan dana yang cukup besar yang berasal dari APBD Kota Dumai, APBD Provinsi Riau, dan dari APBN Pemerintah Pusat.

3. Angka Putus Sekolah dan Angka Mengulang Kelas

Tingkat siswa putus sekolah di Kota Dumai dapat dikatakan sedikit. Di tingkat SD/MI pada tahun 2010 tercatat hanya ada 4 (empat) orang siswa yang putus sekolah, sedangkan pada tingkat SMP/MTs ada 5 (lima) orang, dan di tingkat sekolah menengah terdapat 30 orang.

(27)

Perkembangan Angka Putus Sekolah Tahun 2005 - 2009

JENJANG 2004 2005 2006 2007 2008 2009

SD 0,12 0,20 0,18 0,18 0,12 0,12

SMP 0,11 0,09 0,07 0,07 0,04 0,04

SMA 0,18 0,18 0,15 0,08 0,08 0,08

Dalam beberapa tahun terakhir angka putus sekolah di Kota Dumai dapat dikatakan cukup kecil. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Dumai ternyata telah mampu membiayai pendidikan anaknya pada pendidikan dasar mulai sejak mendaftar sampai dengan selesainya. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa program pembebasan biaya pendidikan pada jenjang pendidikan dasar melalui berbagai program seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), subsidi pendidikan melalui dana APBD Kota Dumai, beasiswa siswa miskin, beasiswa retrival, dan program-program lainnya sudah cukup berhasil.

Angka mengulang dimaksudkan untuk melihat kesiapan peserta didik di dalam mengikuti proses pembelajaran, khususnya pada tingkat I. Angka mengulang peserta didik di Kota Dumai sebenarnya sudah cukup baik, meskipun tentunya memerlukan peningkatan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.

Perkembangan Angka Mengulang Kelas Tahun 2005 - 2009

JENJANG 2005 2006 2007 2008 2009

SD 3,12 3,16 2,83 2,71 2,53

SMP 1,10 0,93 0,88 0,51 0,34

SMA 0,98 0,82 0,70 0,88 0,51

Jumlah siswa mengulang memang cenderung lebih besar di tingkat pertama jenjang pendidikan, namun angka tersebut semakin berkurang di tingkatan selanjutnya. Hal ini dipandang positif karena menunjukkan bahwa peserta didik semakin siap menghadapi proses pembelajaran dari tahun ke tahun.

(28)

4. Rasio Guru per Siswa

Jumlah guru di Kota Dumai sebenarnya sudah mencukupi kalau dilihat dari rasio guru berbanding siswa. Bahkan tidak berlebihan dikatakan bahwa Kota Dumai sudah berkelebihan tenaga pendidik. Hanya saja kalau kita lihat persentase jumlah guru dengan status PNS dengan yang non PNS maka perbandingannya hanya sekitar 53%

guru yang berstatus PNS.

Dari sisi kesejahteraan dan fasilitas jelas guru PNS lebih baik daripada non PNS.

Sementara tuntutan di sekolah hampir tidak ada bedanya. Tentu saja hal ini bisa menimbulkan kurangnya motivasi guru dalam mengajar yang berdampak pada mutu pendidikan.

Mengharapkan kinerja guru bantu sama dengan tuntutan terhadap guru PNS harus diikuti dengan kejelasan jenjang karir dan status bagi guru bantu serta peningkatan kesejahteraan. Ke depan kedua hal tersebutlah yang menjadi fokus dalam pemerataan kebutuhan guru di Kota Dumai yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Dumai bersama dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Dumai.

5. Ketersediaan Sarana Pendidikan Lainnya

Untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan, sarana yang harus tersedia harus memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional khususnya Standar Sarana Pendidikan yang diatur dalam Perarutan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 dan Program Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EfA), sekolah harus memiliki sarana di antaranya

Tabel Rasio Siswa/Warga Belajar per Guru/ Tutor 2009/2010

Jenjang Siswa / Guru/ Rasio

Pendidikan Warga

Belajar Tutor

(1) (2) (3) (4)=(2)/(3)

Persekolahan

TK/RA 3,409 274 12

SD/MI 32,034 1,906 17

SMP/MTs 14,621 988 15

SMA/MA/SMK 10,641 948 11

Jumlah/Total 60,705 4,116 13.82

Luar Sekolah

Paket B Setara 80 12 7

Paket C Setara 240 36 7

Jumlah/Total 320 48 7

(29)

perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium bahasa, ruang praktek untuk SMK, alat praktik siswa, sarana kegiatan kesiswaan, dan sarana sanitasi sekolah.

Dalam pelaksanaan peningkatan kegiatan belajar dan mengajar diperlukan media pembelajaran disamping kurikulum pembelajaran mulai dari SD/MI sampai dengan SMA/MA, media pembelajaran SD dan MI sebanyak 125, media pembelajaran SMP/MTs sebanyak 121, dan media pembelajaran SMA/MA sebanyak 106. Secara keseluruhan media pembelajaran di Kota Dumai dilihat dari jenjang pendidikan SD/MI belum memadai dalam penyediaan media, hal ini disebabkan pendidikan lebih memfokuskan kepada jenjang pendidikan yang lebih tinggi terutama SMA/MA, seperti terlihat dalam tabel berikut.

PERKEMBANGAN SARANA PENDIDIKAN BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN KOTA DUMAI TAHUN 2010

NO RUANG KELAS SD + MI SLTP + MTs SMA + MA

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Perpustakaan Lapangan Olah Raga UKS

Laboratorium Keterampilan BP

Gedung Serba Guna Bengkel

Ruang Praktek

2 23 70 30 5 1 1 0 6

25 19 12 41 7 9 7 0 1

13 10 9 43

2 10

9 7 2

JUMLAH 125 121 105

Sedangkan persentase sekolah yang memiliki sarana pendidikan sebagaimana di atas dijabarkan dalam tabel di bawah ini.

PERSENTASE KELENGKAPAN SARANA PENDIDIKAN No Jenjang Perpustakaan

( % )

Laboratorium IPA ( % )

Laboratorium Bahasa ( % )

Laboratorium Komputer (%)

1 SD/MI 91 65 - 45

2 SMP/MTs 96 75 50 70

3 SMA/MA 100 96 75 70

4 SMK 100 88 75 75

Dari tabel di atas dapat dilihat masih cukup banyak kebutuhan akan ruangan perpustakaan dan laboratorium yang harus dipenuhi di Kota Dumai. Perpustakaan

(30)

minimal yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Sebagian sekolah khususnya SD tidak dapat memiliki lahan yang cukup untuk membangun sarana yang sesuai dengan standar, sehingga menggunakan ruangan lain difungsikan sebagai perpustakaan/ laboratorium.

Selain itu dengan digiatkannya program pendidikan vokasional jumlah jurusan di SMK semakin bertambah yang seharusnya diikuti dengan pertambahan ruang praktik dan alat peraga siswa berdasarkan jurusan masing-masing. Hal-hal tersebut di atas menunjukkan bahwa masih banyak sarana/ pra sarana pendidikan yang harus dipenuhi Pemerintah Kota Dumai.

Dari aspek fisik, kondisi sarana dan pra sarana pendidikan belum sepenuhnya memadai. Hal ini antara lain dapat dilihat dari ketersediaan perpustakaan di sekolah.

Saat ini baru 35 % sekolah yang sudah memiliki perpustakaan. Selain kondisi fasilitas yang demikian juga masih banyak ruang belajar dan sarana belajar lain seperti laboratorium dan sarana olahraga yang rusak. Kondisi demikian selain akan berpengaruh pada proses belajar mengajar, juga akan berdampak pada keengganan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.

Fasiliitas lainnya yang turut mempengaruhi mutu pendidikan ialah ketersediaan buku.

Secara nasional, rasio buku per siswa SD, SMP, dan SMK berturut-turut adalah 0,75;

0,65; 0,60 dan 0,25. Kondisi ini masih jauh dari kondisi ideal yakni rasio 1:1 (satu siswa satu buku). Masalah yang lebih besar tidak hanya terletak pada ketersediaan buku tetapi juga pendayagunaan buku pelajaran tersebut untuk meningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan sekolah untuk mengganti buku setiap tahun ajaran baru semakin memberatkan orang tua siswa. Selain itu juga menimbulkan pemborosan yang tidak perlu, karena buku yang ada di sekolah tidak dapat dimanfaatkan oleh siswa tahun berikutnya. Faktor lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu dan daya saing adalah anggaran pendidikan yang belum memadai, baik dalam ketersediaannya maupun dalam efisiensi pengelolaannya.

6. Daya Saing Hasil Pembelajaran

Pemerintah Kota Dumai sudah serius dan berupaya dalam memperhatikan persoalan pendidikan. Pada dasarnya kuantitas lulusan yang dihasikan sejalan dengan kualitasnya. Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar

(31)

dan Menengah telah menetapkan kriteria kompetensi lulusan yang mana untuk mencapai hasil tersebut dipersiapkan melalui kurikulum, rencana pokok pembelajaran, dan silabus yang disusun oleh setiap tenaga pendidik (guru).

Berbagai instrumen tersebut diterjemahkan di dalam pembelajaran sehari-hari dan dievaluasi secara berkala oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, dan pemerintah.

Secara berkala kualitas setiap peserta didik (murid) dievaluasi melalui ujian bulanan, semesteran, dan tahunan, termasuk ujian nasional. Oleh karena itu hasil ujian nasional dapat dianggap mewakili kualitas peserta didik.

Di tahun 2009 Dinas Pendidikan berupaya meningkatkan mutu hasil pembelajaran melalui berbagai upaya. Salah satunya adalah melaksanakan try out kepada calon peserta ujian nasional di setiap jenjang pendidikan. Hal ini dipandang penting karena mengingat di tahun sebelumnya prestasi pendidikan Kota Dumai khususnya jika dilihat dari persentase kelulusan belum membanggakan. Di tingkat SD/MI Kota Dumai menempati urutan ke-4 di Riau dan berada pada peringkat 110 dari 436 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Untuk tingkat SMP/MTs Kota Dumai berada di posisi ke-10, di tingkat SMA/MA berada pada posisi ke-11, dan untuk SMK berada di posisi ke-9 untuk tingkat Provinsi Riau.

Oleh karena itu di tahun 2008/2009 dilakukan pembenahan sebagai hasil evaluasi hasil ujian nasional 2007/2008. Pelaksanaan try out tetap dijadikan pilihan meskipun di tahun sebelumnya juga dilaksanakan. Hal ini didasarkan pandangan bahwa belum semua siswa terbiasa dengan model ujian dengan sistem komputerisasi.

Di tahun 2008/2009 hasil ujian nasional Kota Dumai mengalami peningkatan meskipun belum bersifat drastis. Untuk tingkat SD/MI Kota Dumai naik di posisi ke-2 di Provinsi Riau; untuk tingkat SMP/MTs tetap berada di posisi ke-10; untuk tingkat SMA/MA naik dua tingkat menjadi posisi ke-9, sedangkan untuk SMK tetap berada di posisi ke-9 untuk tingkat Provinsi Riau.

Hasilnya memang mengalami peningkatan meskipun belum begitu baik. Khususnya untuk tingkat SMA/MA dan SMK peningkatannya cukup baik. pada tahun 2007/2008 angka kelulusan SMA/MA sebesar 91,18 %, dan pada tahun 2008/2009 meningkat

(32)

penurunan kelulusan di tingkat SMP/MTs. Di mana tahun 2007/2008 angka kelulusan sebesar 93,08 % dan menurun menjadi 85,02 %. Ini menjadi pembelajaran tersendiri bagi Dinas Pendidikan Kota Dumai untuk membenahi mutu pembelajaran dan persiapan menjelang ujian nasional di tahun mendatang.

Sebagai tambahan berikut ditampilkan rata-rata nilai ujian nasional Kota Dumai yang dibandingkan dengan rata-rata nilai ujian se-Provinsi Riau. Meskipun kebanyakan nilai rata-rata yang diperoleh Dumai melebihi rata-rata di Provinsi Riau namun prestasi ini belumlah begitu memuaskan, dan ke depan harus dilakukan banyak pembenahan untuk mendongkrak mutu pendidikan, khususnya hasil ujian nasional.

Nilai rata-rata ujian nasional Kota Dumai juga mengalami peningkatan yang cukup baik. Pada tahun 2007/2008 nilai rata-rata untuk tingkat SMP/MTs adalah 6,34 dan meningkat menjadi 7,01 di tahun 2008/2009. Untuk tingkat SMA/MA Jurusan IPA tahun 2008/2009 nilai rata-rata ujian nasional sebesar 7,93 meningkat dari 7,70 di tahun 2007/2008. Pada jurusan IPS di tahun 2007/2008 nilai rata-rata ujian nasional 6,35, dan meningkat menjadi 7,43 di tahun 2008/2009. Dan untuk tingkat SMK juga terjadi peningkatan dari 6,37 di tahun 2007/2008 menjadi 7,25 di tahun 2008/2009.

Namun menariknya, meskipun jumlah kelulusan ujian nasional tingkat SMP di Kota Dumai mengalami penurunan di tahun 2009, namun ternyata mutu pembelajaran tingkat SMP Kota Dumai justru terbaik di Riau. Hal ini dapat dipelajari dari Indeks Capaian Mutu Pendidikan (ICPM) yang belum lama ini dipublikasikan sebagai hasil penelitian Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Riau untuk tingkat pendidikan SMP dan sederajat menempatkan Kota Dumai sebagai urutan teratas dengan nilai indeks 0,54. Di urutan ke 2, 3, dan 4 berturut-turut adalah Kabupaten Indragiri Hulu dengan indeks 0,52, Kebupaten Pelalawan dengan indeks 0,52, dan Kota Pekanbaru dengan indeks 0,50.

(33)

Penilaian tersebut menggunakan indikator-indikator dari 8 (delapan) standar pendidikan nasional. Dengan memperhatikan hasil penelitian dan publikasinya yang dimuat pada beberapa media massa lokal Riau, Kota Dumai ternyata mempunyai mutu pendidikan terbaik di Riau karena parameternya lebih lengkap daripada hanya melihat hasil ujian nasional.

Meskipun demikian prestasi yang telah dicapai ini perlu dimaknai sebagai bagian dari evaluasi kinerja peningkatan mutu pendidikan yang selama ini telah dilaksanakan di Kota Dumai. Dan ke depan perlu lebih banyak mempelajari hal-hal apa saja yang sangat menentukan penilaian mutu pendidikan di suatu daerah, sehingga pembenahan mutu pendidikan dapat dilakukan lebih kompherensif.

Khususnya mengenai kualitas kelulusan siswa pada tiap jenjang pendidikan disamping kuantitas kelulusan dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional tahun 2009 yang lalu bahwa pada tingkat SD Kota Dumai memperoleh peringkat kedua setelah Kota Pekan Baru dengan memperoleh nilai rata-rata 7,09 dibanding nilai rata-rata provinsi Riau 6,80 dan berada pada peringkat 110 dari 436 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Sedangkan untuk tingkat SMP diperoleh nilai rata-rata 7.15 berada pada peringkat empat di Provinsi Riau.

(34)

Sementara untuk tingkat SMA/MA diperoleh nilai rata rata 7.71 dibanding nilai rata- rata Riau 7.60 berada pada peringkat kedua setelah Kota Pekanbaru di Provinsi Riau. Dapat disimpulkan bahwa meskipun Kota Dumai belum menjadi terbaik di dalam kompetensi lulusan siswanya, namun tetap menunjukkan bahwa melalui hasil tersebut Kota Dumai sudah cukup serius dalam memperhatikan pendidikan.

Pada tahun 2010 dan 2011 perkembangan daya saing pendidikan berdasarkan evaluasi kualitas hasil pembelajaran yang dilihat dari tingkat kelulusan dan nilai akhir ujian nasional pada setiap jenjang pendidikan dibandingkan dengan peringkat se- Provinsi Riau terus mengalami dinamika.

Dari tabel yang disajikan di bawah ini tergambar bahwa dalam 4 (empat) tahun terakhir nilai rata-rata ujian nasional secara umum mengalami peningkatan termasuk angka kelulusan. Namun hal ini tidak serta merta diikuti dengan perbaikan peringkat di Provinsi Riau. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat persaingan perkembangan yang cukup siqnifikan dari kabupaten/ kota yang lain di Riau.

N

O TINGKAT TAHUN JURUSA N

PERSENTASE CAPAIAN KELULUSAN

PRESTASI DARI TAHUN SEBELUMNYA

CAPAIAN RERATA NILAI UN

PRESTASI DARI TAHUN SEBELUMNYA

PERINGKA T SE-PROV

RIAU

1 SD/MI

2008 ~ 99.79% NAIK 6.71 NAIK 5

2009 ~ 99.83% NAIK 7.09 NAIK 2

2010 ~ 99.98% NAIK 6.67 TURUN 2

2011 ~ 7.38 NAIK 4

2 SMP/MTs

2008 ~ 93.08% NAIK 6.43 NAIK 7

2009 ~ 88.64% TURUN 6.35 TURUN 4

2010 ~ 91.06% NAIK 7.53 NAIK 3

2011 ~ 99.57% NAIK 7.61 NAIK 9

3 SMK

2008 ~ 91.77% NAIK 6.37 NAIK 6

2009 ~ 94.22% NAIK 7.26 NAIK 2

2010 ~ 88.12% NAIK 6.78 TURUN 5

2011 ~ 99.57% NAIK 7.65 NAIK 6

4 SMA/MA

MENURUT JURUSAN

2008 IPA 97.87% NAIK 7.7 NAIK 3

IPS 88.56% TURUN 6.34 TURUN 10

2009 IPA 98.43% NAIK 7.96 NAIK 4

IPS 88.79% TURUN 7.54 NAIK 2

2010 IPA 98.76% TURUN 8.3 NAIK 4

IPS 90.24% Naik 7.46 TURUN 6

2011 IPA 100% NAIK 8.17 TURUN 6

IPS 99.46% NAIK 7.66 NAIK 8

(35)

Ujian nasional memang dapat menjadi indikator mutu pendidikan di sebuah daerah.

Dan yang menjadi pembanding adalah hasil ujian nasional di daerah lain. Namun ujian nasional bukan satu-satunya indikator keberhasilan atau mutu pendidikan. Dan hasil ujian nasional sangat dipengaruhi oleh banyak hal lain seperti kualitas guru, metode pembelajaran, dan kurikulum.

Jika hanya melihat hasil ujian nasional ini meskipun mengalami peningkatan namun belum membuat prestasi pendidikan Kota Dumai dalam hal hasil ujian nasional menjadi kebanggaan bersama. Dalam waktu 5 (lima) tahun ke depan diharapkan minimal dalam hal kelulusan dan rata-rata nilai ujian nasional Kota Dumai dapat berada pada posisi 5 besar, bahkan di akhir tahun 2015 diharapkan dapat menembus peringkat 3 besar di Riau. Oleh karena itu harus dilakukan banyak pembenahan terutama di dalam peningkatan kualitas pendidik, penyediaan sarana dan pra sarana yang memadai, serta peningkatan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan sebagaimana termuat di dalam RENSTRA Pendidikan ini.

2.3.3. Tata Kelola Pemerintahan, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik.

Tujuan dari program perluasan dan pemerataan pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing akan tercapai dengan baik apabila dibarengi dengan peningkatan mutu tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik penyelenggara pendidikan. Penerapan manajemen sumber daya pendidikan di Dinas dan sekolah- sekolah yang efektif dan efesien akan tercapai apabila dikembangkan dengan sistem pengelolaan pendidikan dan didukung oleh sumber daya manusia yang handal.

Salah satu tujuan desentralisasi pendidikan adalah peningkatan mutu layanan pendidikan kepada masyarakat dan juga sebagai alat pelayanan pendidikan.

Desentralisasi pendidikan harus sampai ke sekolah dan sekolah diberi kewenangan mengatur rumah tangga sekolah yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat dan dilakukan secara partisipatif (Manajemen Berbasis Sekolah). Namun hal tersebut masih terasa sulit bagi sekolah untuk memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip kemandirian dalam otonomi daerah dalam arti kata peran serta masyarakat belum optimal.

(36)

Program dan pengelolaan pendidikan masih belum berjalan dengan baik terutama program penuntasan wajib belajar 9 Tahun, karena masih lemahnya koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kota. Di sisi lain, pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan pendidikan masih belum optimal.

Melalui kegiatan monitoring dan evaluasi ini program-program dapat dipantau dan dipastikan bahwa proses implementasi kegiatan pendidikan berlangsung dengan baik dan tujuan dicapai dengan opimal.

Manajemen data dan informasi pendidikan Kota Dumai yang masih lemah, data kependidikan kurang akurat, masih menjadi kendala sehingga dalam merumuskan program dan kegiatan setiap tahunnya belum optimal sebagai mana mestinya.

Masih belum tertata dengan baik sistem perencanaan, aktualisasi, implementasi, koordinasi, monitoring, dan evaluasi program dan kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Dumai, serta belum optimalnya sumber daya manusia yang melaksanakan berbagai program dan kegiatan tersebut dapat terlihat dari :

 Masih terdapatnya miskoorndinasi antara bidang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang sebagian disebabkan karena masih terdapatnya ego sektoral;

 Koordinasi dengan pemerintah Provinsi Riau dan pemerintah pusat baik dalam hal pelaksanaan program nasional dan provinsi maupun dalam upaya bantuan kegiatan dan anggaran belum tertata dan cenderung berjalan sendiri-sendiri;

 Kegiatan belum benar-benar berfokus pada pencapaian hasil sebagaimana yang ditetapkan di dalam dokumen perencanaan dan tindak lanjut (keberlanjutannya) masih belum optimal;

Data base, sistem informasi manajemen, dan pengembangan teknologi berbasis web yang belum optimal;

 Sarana dan pra sarana gedung kantor serta fasilitas yang belum mendukung dinamika dan mobilisasi layanan pendidikan.

2.3.4. Anggaran Pendidikan Kota Dumai

Anggaran pendidikan memang telah melebihi 20% dari APBD Kota Dumai dalam kurun 4 (empat) tahun terakhir. Namun jika dilihat komposisinya maka sebagian besar anggaran tersebut terserap untuk membiayai gaji pegawai, honor dan

(37)

transportasi guru/pegawai tidak tetap, dan biaya operasional sekolah negeri mulai dari tingkat TK hingga sekolah menengah. Selebihnya anggaran yang ada diupayakan untuk dapat memenuhi kebutuhan sarana/ pra sarana pendidikan, kegiatan peningkatan mutu guru, kegiatan rutin kesiswaan, pembinaan pelayanan sekolah, dan penyediaan beasiswa bagi siswa kurang mampu.

Hal ini dapat dilihat dari komposisi anggaran Dinas Pendidikan T.A, 2011 sebagai mana tabel berikut :

N0 JENIS KEGIATAN ANGGARAN (Rp) %

1 Belanja Tidak Langung 175.494.088.899 78,4

2 Kegiatan Pelayanan Rutin Kantor 2.054.276.200 0,92

3 BOS Pusat 16.457.575.000 7,35

4 Ujian Akhir Sekolah dan Nasional 1.491.833.200 0,67 5 Honorarium Guru/Pegawai Tidak Tetap 7.746.539.200 3,47

6 Pelatihan dan Pendidikan Guru/

Pegawai

438.562.500 0,2

7 Belanja Operasional Sekolah 13.635.253.838 6,1

8 Kegiatan Kesiswaan Bersifat Nasional 758.362.400 0,33

9 Penyediaan Beasiswa Miskin 944.000.000 0,42

10 Penyediaan Sarana dan Pra Sarana Pendidikan (fisik, pengadaan, rehab gedung)

4.256.908.300 1,9

11 Peningkatan Tata Kelola dan Manajemen

279.473.000 0,12

12 Dan lain-lain 266.175.500 0,12

TOTAL 223.823.048.037 100

Dengan anggaran yang sangat terbatas, program-program pendidikan harus secara ketat menetapkan skala prioritas selama jangka menengah. Kita mengetahui ada banyak persoalan pendidikan yang harus dijawab seperti: sarana pendidikan yang

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, Bapak Iberamsyah menjelaskan beliau sering memberikan penjelasan kepada masyarakat ataupun orang tua murid tentang keadaan madrasah yang sebenarnya dan

Endapan sekunder adalah endapan yang terbentuk akibat konsentrasi bahan galian berharga (bijih) akibat pengendapan kembali secara sekunder (berasal

KECUALI JIKA DIPASANG PERALATAN INDEPENDENT KEDUA UNTUK EMERGENCY GEN-SET, SUMBER TUNGGAL DARI TENAGA TERSIMPAN HARUS DILINDUNGI UNTUK MENGHINDARI KEHABISAN TENAGA OLEH SISTEM

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Jenis Deliming Agent dan Kecepatan Pengadukan dalam Proses

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Abdul Ramli sebagai Kepala Bagian Seksi Administrasi, mengenai adanya sanksi bagi pegawai PDAM Kota Balikpapan yang tidak melayani

Permasalahan yang berkenaan dengan akibat hukum pembatalan perkawinan terhadap anak dimuat dalam pasal 28 (2) UUP, sebagai berikut: Keputusan tidak berlaku surut

Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam melakukan pembagian tanaman kepada masyarakat ada dari kantor ketahanan pangan dengan skala gizi yang baik

Atas izin dan syukur serta anugrah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik penulisan