• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh YULIANA UTARI LUBIS NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh YULIANA UTARI LUBIS NIM :"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMILIHAN TIPE STERILIZER MENGGUNAKAN MODEL MULTI CRITERIA DECISION MAKING DENGAN METODE AHP-TOPSIS

PADA PT. ABC Oleh

YULIANA UTARI LUBIS NIM : 140403002

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 8

(2)

PEMILIHAN TIPE STERILIZER MENGGUNAKAN MODEL MULTI CRITERIA DECISION MAKING DENGAN METODE

AHP-TOPSIS PADA PT. ABC

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagiandari Styarat-sayarat PenulisanTugas Sarjana

Oleh:

YULIANA UTARI LUBIS NIM: 140403002

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 8

(3)

ABSTRAK

Pada proses pengolahan kelapa sawit, salah satu tahapan yang paling penting adalah perebusan tandan buah segar, karena sangat menentukan rendemen dan kualitas CPO yang dihasilkan. Perusahaan perkebunan biasanya memiliki permasalahan rendemen dan kualitas CPO yang tidak mencapai standar sebagaimana ditargetkan. Salah satu yang menjadi penyebab permasalahan ini muncul adalah dari proses perebusan. Proses perebusan tandan buah segar di beberapa perusahaan biasanya menggunakan tipe horizontal, vertikal ataupun kontinyu. Mesin sterilizer yang sudah tua juga menjadi salah satu faktor perushaan ingin mengganti mesin sterilizer. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah memberikan masukan kepada perusahaan tentang tipe sterilizer berdasarkan keunggulannya. Metode penelitian yang digunakan adalah AHP- TOPSIS. Hasil analisis menggunakan AHP menunjukkan sterilizer tipe vertikal dengan tingkat prioritas sebesar 38% lalu dilanjutkan dengan TOPSIS yang merangking prioritas dari tipe sterilizer untuk mempertegas hasil AHP yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan keunggulan dari penggunaan perebusan dengan tipe vertikal sebesar 74%.

Kata Kunci: Rendemen, Perebusan, Minyak Kelapa Sawit, AHP, TOPSIS.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik.

Pembuatan laporan tugas akhir ini merupakan langkah bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan dan ditujukan untuk memenuhi syarat-syarat dan ketentuan dalam mengikuti kurikulum Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Laporan tugas akhir ini terdiri dari struktur pengerjaan dan dasar-dasar dari penelitian yang akan dilakukan di PT ABC. Laporan ini memaparkan tentang

“Pemilihan Tipe Sterilizer Menggunakan Model Multi Criteria Decision Making dengan Metode AHP-TOPSIS Pada PT ABC”.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini berguna bagi kita semua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN , 21 AGUSTUS 2018

PENULIS

(5)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xix

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-7 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-7 1.4. Batasan dan Asumsi Masalah ... I-8 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-9

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Ruang Lingkup Usaha ... II-1 2.2. Daerah Pemasaran ... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... II-2

(6)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-12

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Kelapa Sawit ... III-1 3.2. Teknik Sampling ... III-4 3.3. Probability Sampling ... III-4 3.4. Non Probability Sampling ... III-6 3.5. Sistem Pendukung Keputusan ... III-8 3.6. Konsep Dasar Multi Attribute-Decision Making

(MADM) ... III-8 3.7. Analytical Hierarchy Process ... III-10 3.7.1. Prinsip Dasar AHP ... III-13 3.7.2. Prosedur Analytical Hierarchy Process ... III-15 3.8. Technique for Order Preference by Similarity to ideal

Solution (TOPSIS) ... III-17 IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Lokasi Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-1 4.5. Indikator Variabel Independen ... IV-2 4.6. Kerangka Konseptual ... IV-5 4.7. Rancangan Penelitian ... IV-5 4.8. Pengumpulan Data ... IV-7 4.8.1. Sumber Data ... IV-7 4.8.2. Metode Pengumpulan Data ... IV-7 4.8.3. Instrumen Penelitian ... IV-8 4.9. Pengolahan Data ... IV-8 4.10. Analisa Data ... IV-8 4.11. Kesimpulan dan Saran ... IV-8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Hierarki Pemilihan Tipe Sterilizer ... V-1 5.2. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison) V-3 5.2.1. Level 2 ... V-3 5.2.2. Level 3 ... V-4 5.2.2.1. Mesin Terhadap Elemen Performa Alat V-4 5.2.2.2. Mesin Terhadap Elemen Keuangan ... V-5

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.2.3. Mesin Terhadap Elemen Represntasi

Teknologi ... V-6 5.2.3. Level 4 ... V-8 5.2.3.1. Mesin Terhadap Elemen Efisiensi Alat V-8 5.2.3.2. Mesin Terhadap Elemen Produk

yang dihasilkan ... V-8 5.2.3.3. Mesin Terhadap Elemen Kepraktisan

Alat ... V-10 5.2.3.4. Mesin Terhadap Elemen Investasi ... V-11 5.2.3.5. Mesin Terhadap Elemen Biaya

Operasional ... V-12 5.2.3.6. Mesin Terhadap Elemen Tingkat

Kelayakan ... V-13 5.2.3.7. Mesin Terhadap Elemen Keamanan

Alat ... V-14 5.2.3.8. Mesin Terhadap Elemen Dampak

Lingkungan ... V-15 5.2.3.4. Mesin Terhadap Elemen Kecanggihan

Teknologi ... V-16

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.3. Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Masing-

masing Elemen dan Unsur ... V-17 5.4. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks ... V-22 5.4.1. Level 2 ... V-22 5.4.2. Level 3 ... V-24 5.4.2.1. Unsur-Unsur dari Elemen Performa Alat V-24 5.4.2.2. Unsur-Unsur dari Elemen Keuangan ... V-26 5.4.2.3. Unsur-Unsur dari Elemen Representasi

Teknologi ... V-27 5.4.3. Level 4 ... V-29

5.4.3.1. Elemen Efisiensi Alat dari Masing-

masing Tipe ... V-29 5.4.3.2. Elemen Kepraktisan Alat dari Masing-

masing Tipe ... V-30 5.4.3.3. Elemen Produk yang dihasilkan dari

Masing-masing Tipe ... V-32 5.4.3.4. Elemen Nilai Investasi dari Masing-

masing Tipe ... V-33 5.4.3.5. Elemen Biaya Operasional dari Masing

-masing Tipe ... V-35

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.4.3.6. Elemen Tingkat Kelayakan dari Masing

-masing Tipe ... V-36 5.4.3.7. Elemen Keamanan Alat dari Masing

-masing Tipe ... V-38 5.4.3.8. Elemen Dampak Lingkungan dari Masing

-masing Tipe ... V-39 5.4.3.9. Elemen Kecanggihan Teknologi dari

Masing-masing Tipe ... V-32 5.5. Penentuan Bobot Prioritas untuk Alternatif ... V-43 5.5.1. Perhitungan Bobot Level 3 ... V-44 5.5.2. Perhitungan Bobot Level 2 ... V-45 5.5.3. Perhitungan Total Bobot ... V-46 5.6. Perhitungan dengan Software Super Decision ... V-46 5.7. Technique for Order Preference by Similarity to

Ideal Solution (TOPSIS) ... V-58 5.7.1. Menyusun Normalisasi Matriks Keputusan ... V-58 5.7.2. Normalisasi Matriks Keputusan Terbobot ... V-60 5.7.3. Matriks Solusi Ideal Positif dan Negatif ... V-61

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.7.4. Jarak Antara Nilai Alternatif dengan Matriks

Solusi Ideal Positif dan Negatif ... V-62 5.7.5. Nilai Preferensi Alternatif ... V-63

VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis Analytical Hierarchy Process ... VI-1 6.2. Analisis TOPSIS ... VI-4

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT ABC ... II-12 2.2. Jam Kerja Karyawan Pabrik dan Kantor ... II-12 3.1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ... III-1 5.1. Unsur dari Elemen Tipe Sterilizer ... V-1 5.2. Perbandingan Berpasangan Antar Elemen Level 2 ... V-3 5.3. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Mesin dari Elemen Performa Alat ... V-4 5.4. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Mesin dari Elemen Keuangan ... V-6 5.5. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Mesin dari Elemen Representasi Teknologi ... V-7 5.6. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Elemen Efisiensi Alat ... V-8 5.7. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Elemen Produk yang dihasilkan ... V-9 5.8. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Elemen Kepraktisan Alat ... V-10 5.9. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Elemen Nilai Investasi ... V-11

(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Elemen Biaya Operasional ... V-12 5.11. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Elemen Tingkat Kelayakan ... V-13 5.12. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Elemen Keamanan Alat ... V-15 5.13. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Elemen Dampak Lingkungan ... V-16 5.14. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison)

antar Elemen Kecanggihan Teknologi ... V-17 5.15. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur Level 2 ... V-18 5.16. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur dalam Elemen Performa

Alat ... V-19 5.17. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur dalam Elemen Keuangan V-19 5.18. Perhitungan Rata-Rata Antar dalam Elemen

Representasi Teknologi ... V-19 5.19. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur Efisiensi Alat dalam

Elemen Level 4 ... V-19 5.20. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur Kepraktisan Alat

dalam Elemen Level 4 ... V-20

(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.21. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur Produk yang

dihasilkan dalam Elemen Level 4 ... V-20 5.22. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur Nilai Investasi dalam

Elemen Level 4 ... V-20 5.23. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur Biaya Operasional

dalam Elemen Level 4 ... V-20 5.24. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur Tingkat Kelayakan

dalam Elemen Level 4 ... V-21 5.25. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur Keamanan Alat dalam

Elemen Level 4 ... V-21 5.26. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur Dampak Lingkungan

dalam Elemen Level 4 ... V-21 5.27. Perhitungan Rata-Rata Antar Unsur Kecanggihan

Teknologi dalam Elemen Level 4 ... V-21 5.28. Perhitungan Bobot Parsial untuk Elemen Level 2 ... V-23 5.29. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur dalam Elemen

Performa Alat ... V-24 5.30. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur dalam Elemen

Keuangan ... V-26

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.31. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur dalam Elemen

Representasi Teknologi ... V-27 5.32. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur Efisiensi

Alat dari Tipe Sterilizer ... V-29 5.33. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur Efisiensi

Alat dari Tipe Sterilizer ... V-31 5.34. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur Produk

yang dihasilkan dari Tipe Sterilizer ... V-32 5.35. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur Nilai Investasi

dari Tipe Sterilizer ... V-34 5.36. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur Biaya Operasional

dari Tipe Sterilizer ... V-35 5.37. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur Tingkat Kelayakan

dari Tipe Sterilizer ... V-37 5.38. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur Keamanan Alat

dari Tipe Sterilizer ... V-38 5.39. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur Dampak Lingkungan

dari Tipe Sterilizer ... V-40 5.40. Perhitungan Bobot Parsial Antar Unsur Kecanggihan

Teknologi dari Tipe Sterilizer ... V-41

(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.41. Rekapitulasi Bobot Parsial Setiap Level ... V-43 5.42. Perhitungan Bobot Prioritas ... V-45 5.43. Perhitungan Total Bobot Tipe Sterilizer ... V-47 5.44. Hasil Pembobotan Subkriteria Terhadap Alternatif Tipe

Sterilizer ... V-48 5.45. Normalisasi Matriks Keputusan ... V-59 5.46. Normalisasi Matriks Keputusan Terbobot ... V-60 5.47. Rekapitulasi Solusi Ideal Positif dan Solusi Ideal Negatif .... V-61 5.48. Rekapitulasi Nilai Preferensi Alternatif ... V-63 6.1. Rangking Tipe Sterilizer ... VI-4 6.2. Nilai D+ dan D- Tiap Tipe Sterilizer ... VI-4 6.3. Nilai Preferensi Tipe Sterilizer ... VI-5

(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Material Balance ... I-2 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 3.1. Struktur AHP ... III-11 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-3 5.1. Hierarki Pemilihan Tipe Sterilizer ... V-2 5.2. Toolbar Design Cluster ... V-46 5.3. Dialog box New Cluster Dialog ... V-47 5.4. Tampilan Cluster Dialog Goals ... V-47 5.5. Toolbar Design Node ... V-48 5.6. Dialog Box Cluster Selector... V-48 5.7. Dialog Box New Node Dialog ... V-48 5.8. Tampilan New Dialog Tipe Sterilizer ... V-49 5.9. Tampilan Akhir Cluster dan Node Hierarki Tipe Sterilizer V-49 5.10. Dialog Box Node Selector ... V-50 5.11. Tampilan Garis Penghubung Goals dan Criteria ... V-50 5.12. Tampilan Garis Penghubung Hierarki Tipe Sterilizer ... V-51 5.13. Toolbar Asses/Compare ... V-51 5.14. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 2 ... V-52 5.15. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 3 Performa Alat V-52

(18)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.16. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 3 Keuangan ... V-52 5.17. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 3

Representasi Teknologi ... V-53 5.18. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 4 Efisiensi Alat V-53 5.19. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 4 Kepraktisan

Alat ... V-53 5.20. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 4 Produk

yang dihasilkan ... V-54 5.21. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 4 Nilai

Investasi ... V-54 5.22. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 4 Biaya

Operasional ... V-55 5.23. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 4

Tingkat Kelayakan ... V-55 5.24. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 4 Keamanan

Alat ... V-55 5.25. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 4 Dampak

Lingkungan ... V-56 5.26. Nilai Geometrik dan Bobot Parsial Level 4

Kecanggihan Teknologi ... V-56

(19)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.27. Toolbar Computations ... V-56 5.28. Rekapitulasi Bobot Prioritas ... V-57 5.29. Toolbar Synthesize ... V-57 5.30. Hasil Perhitungan Hierarki Tipe Sterilizer ... V-58 6.1. Hasil Analisis Antara Subkriteria... VI-2

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada proses pengolahan kelapa sawit, salah satu tahapan yang paling penting adalah perebusan tandan buah segar (TBS) atau sterilisasi, karena sangat menentukan jumlah (rendemen) dan kualitas minyak (CPO) yang dihasilkan.

Perebusan TBS bertujuan untuk memudahkan pelepasan berondolan dari janjangan, mematikan aktivitas enzim penstimulir kenaikan asam lemak bebas, memudahkan pemisahan daging buah dari biji, mempermudah proses pemisahan molekul minyak dari daging buah, serta menurunkan kadar air dan merupakan proses pengeringan awal terhadap biji.

Pada proses pengolahan setiap TBS yang diolah memiliki kompisisi tandan yang sudah ditetapkan. Pada penelitian Zainul Arifin tentang kelapa sawit, pabrik kelapa sawit menetapkan material balance proses produksi CPO dari TBS yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 berikut

Tandan Buah Segar Tandan Buah Segar 100%

Tandan Buah Rebus

Tandan Buah Rebus KondensatKondensat

Buah Terpipil

Buah Terpipil Tandan KosongTandan Kosong

88% 12%

63% 25%

Mesocarp

Mesocarp 51% BijiBiji 12%

Kernel

Kernel CangkangCangkang AirAir

Serabut

Serabut 12% 16% MinyakMinyak 23% 5% 7%

Gambar 1.1. Material Balance

(21)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian menetapkan komposisi tandan, yaitu tandan buah segar (100%), tandan buah rebus (88-92%), air kondensat (8-12%), tandan kosong (20-23%), air (13-23%), serat (10-12%), biji (12-16%), kernel (5-7%), cangkang (7-9%).

Pada penelitian pengolahan kelapa sawit, keberhasilan proses di sterilizer sangat menentukan keberhasilan proses selanjutnya dan kegagalan proses di sterilizer tidak dapat diperbaiki pada proses berikutnya, yang berarti mutu akan rendah dan rendemen turun yang akan menimbulkan kerugian (Arifin, 2014)

Pengaruh proses perebusan (sterilisasi) pada pengolahan kelapa sawit telah diteliti dalam beberapa penelitian di Malaysia. Sterilisasi sangat mempengaruhi pemulihan dan kuantitas minyak sawit mentah yang diekstrak dari serat mesocarp.

Oleh sebab itu sterilisasi adalah tahap yang paling penting dalam proses pengolahan kelapa sawit (Ramanaidu, 2016)

Pada penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan persentasi rendemen crude palm oil. Salah satu penyebab utama yang mempengaruhi rendahnya perolehan rendemen adalah pada proses perebusan.

Proses perebusan ini berfungsi untuk menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB), memudahkan pelepasan buah dari tandan pada waktu perontokan, melunakkan buah, dan mengurangi kadar air dalam buah. Standar rendemen minyak mentah yang ditetapkan oleh PT Perkebunan Nusantara I Cot Girek adalah 23,60% (Sofyan, 2014).

(22)

Rendemen yang dihasilkan belum mencapai target rendemen yang ditetapkan oleh PT ABC. PT ABC menetapkan target rendemen sebesar 24,00%

untuk setiap unit PKS. Faktor utama untuk menghasilkan rendemen yang sesuai dengan standar adalah pada proses perebusan (Arifin 2014; Sofyan 2014;

Ramanaidu 2016)

Pada proses perebusan terdapat beberapa tipe sterilizer, yaitu horizontal, vertikal dan kontinyu. Pada PKS PT ABC sterilizer yang digunakan adalah sterilizer horizontal. Masing-masing tipe memiliki klasfikasi yang berbeda-beda.

Pada tipe vertikal, area yang digunakan signigfikan lebih kecil, waktu perebusan TBS lebih singkat serta biaya pemeliharaan minimal. Pada sterilizer horizontal area yang digunakan lebih luas, kapasitas sterilizer lebih besae serta biaya yang dikeluarkan tinggi. Pada tipe sterilizer kontinyu, menggunakan live steam injection atau low pressure sterilizing, TBS direbus melalui conveyor dua tingkat yang berada dalam kompartemen sterilizer serta siklus rebusan 60-70 menit.Mesin sterilizer yang digunakan oleh perusahaan sudah mencapai umur yang tua. Oleh sebab itu perusahaan memiliki keinginan dan rencana membeli mesin sterilizer baru untuk mencapai terget rendemen yang diinginkan.

Pada penelitian Universitas Thammasat (2016) Multi-criteria Decision Making (MCDM) metode yang selalu digunakan untuk mengevaluasi desain tata

letak yang terbaik berdasarkan kriteria yang dipilih. Salah satu metode yang paling populer dan efektif untuk pengambilan MCDM masalah adalah Analytic Hierarchy Process (AHP), yang memiliki kelebihan dalam membandingkan alternatif berdasarkan perbandingan berpasangan. Kedua kriteria kualitatif dan

(23)

kuantitatif dapat dipertimbangkan oleh AHP. Pendekatan lain yang disebut prinsip Technique For Orders Reference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS), yang merupakan salah satu metode klasik terkenal dan sering digunakan dalam memilih alternatif karena TOPSIS logika rasional dan dapat dimengerti. Kedua metode populer digabungkan untuk memilih layout terbaik untuk pabrik studi kasus, yang merupakan pabrik kopi. Pabrik itu diselidiki dan menemukan bahwa tata letak pabrik tidak tepat karena gerakan tinggi. Setelah layout baru dirancang, AHP dan TOPSIS digunakan untuk memilih layout terbaik. AHP diterapkan untuk menghitung bobot kriteria. TOPSIS digunakan untuk memilih lokasi. Kriteria utama dalam memilih tata letak terbaik dikumpulkan dari para ahli dari pabrik dan dari literatur.

Pada penelitian Rubayet Karim, dkk (2016) Pemilihan mesin sangat penting dalam perekonomian modern untuk mendorong tingkat produksi serta generasi pendapatan. Dalam rangka untuk bertahan dalam bisnis global, perusahaan harus mencari tahu cara yang tepat yang mengarah ke lingkungan produksi yang sukses. Sebuah sistem pendukung keputusan telah dikembangkan dalam penelitian ini dalam proses evaluasi mesin. Kerangka kerja ini akan bertindak sebagai panduan bagi para pengambil keputusan untuk memilih mesin yang cocok melalui pendekatan terpadu dari AHP & TOPSIS.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti berencana untuk mengevaluasi tipe sterilizer yang ada dan menambahkan kriteria untuk penentuan sterilizer.

Metode AHP digunakan pada tahap awal untuk pembobotan kriteria dan uji tingkat konsistensi terhadap matriks perbandingan berpasangan. Metode TOPSIS

(24)

kemudian digunakan untuk menentukan alternatif terpilih dengan menggunakan input bobot kriteria yang diperoleh dari metode AHP.

1.2. Perumusan Masalah

Rendemen yang diperoleh memiliki kualitas yang berfluktuatif dan tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sterilizer menjadi faktor utama dari hasil rendemen yang berfluktuatif dan tidak mencapai target rendemen. Oleh sebab itu perusahaan berniat mencari pengganti mesin sterilizer tersebut sementara dipasar terdapat beberapa tipe sterilizer yang memiliki keunggulan masing-masing. Perusahaan membutuhkan sistem pengambilan keputusan untuk memilih sterilizer yang sesuai dengan kriteria dari perusahaan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ingin mengajukan tools untuk mendukung keputusan perusahaan dalam memilih mesin sterilizer.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kriteria dan subkriteria tipe sterilizer sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2. Mengurutkan kepentingan kriteria dan subkriteria tipe sterilizer sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

3. Memberi masukan tipe sterilizer yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah dapat menentukan sterilzer yang terbaik berdasarkan serangkaian kriteria yang ditentukan. Manfaat penelitian

(25)

bagi peneliti adalah untuk menyelesaikan tugas sarjana serta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dalam suatu kasus dunia nyata. Manfaat penelitian bagi masyarakat adalah menambah wawasan mengenai peranan ilmu teknik industri khususnya dalam dunia usaha, serta memperkenalkan salah satu dari sekian banyak ruang lingkup ilmu teknik industri yang ada.

1.4. Batasan dan Asumsi Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Metode yang digunakan adalah AHP dan TOPSIS.

2. Responden berasal dari pihak perusahaan.

3. Kriteria dan subkriteria pemilihan tipe sterilizer ditentukan berdasarkan jurnal, studi literatur dan saran dari pihak perusahaan.

Asumsi yang digunakan dalam pada penelitian ini adalah:

1. Aktivitas pengolahan pabrik kelapa sawit berjalan dalam keadaan lancar.

2. Responden mengisi kuesioner dengan sebenarnya berdasarkan pengalaman kerja masing-masing.

3. Kondisi sterilizer dalam keadaan normal

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut : Pada Bab I Pendahuluan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan dan asumsi penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan tugas akhir.

(26)

Pada Bab II Gambaran Umum Perusahaan, berisikan sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, visi dan misi, lokasi perusahaan, daerah pemasaran, serta organisasi dan manajemen.

Pada Bab III Landasan Teori, teori-teori mendukung pemecahan masalah.

Teori yang digunakan berhubungan dengan metode AHP (Analysical Hierarchy Process) dan TOPSIS (Technique For Orders Reference by Similarity to Ideal Solution)

Pada Bab IV Metodologi Penelitian berisikan mengenai tempat dan waktu penelitian, objek penelitian, jenis penelitian, prosedur penelitian, sumber data, variabel penelitian, metode penelitian, kerangka konseptual, serta metode analisis dan pemecahan masalah.

Pada Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi tentang pengumpulan data yang berhubungan dengan pemecahan masalah baik dari perolehan data, sebagaimana data-data tersebut diolah untuk memperoleh hasil yang menjadi dasar pemecahan masalah tersebut.

Pada Bab VI Analisis dan Pemecahan Masalah, meliputi analisis terhadap hasil pengolahan data dan hasil pemecahan pemrasalahan penelitian.

Pada Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi rangkuman dari hasil penelitian serta saran yang bermanfaat untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya.

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Ruang Lingkup Usaha

PT ABC merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peran dan pengolahan kelapa sawit. PT ABC menghasilkan produk yang dihasilkan berupa Crude Palm Oil ( minyak sawit mentah) dan Palm Carnel (inti sawit). Selain itu PT ABC juga menghasilkan produk sampingan seperti cangkang yang digunakan sebagai bahan bakar boiler, tandan buah kosong yang digunakan sebagai pupuk, dan limbah yang diolah menjadi pupuk. Pemasaran produk di PT ABC dilakukan langsung oleh departemen pemasaran kantor Pusat.

2.2. Daerah Pemasaran

Hasil produksi PT ABC sepenuhnya dilakukan oleh Kantor Pusat melalui departemen pemasaran. Produk berupa CPO dikirim menggunakan kereta api menuju pelabuhan belawan untuk kemudian diekspor kenegara-negara seperti Belanda, Amerika dan sebagainya.

2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

(28)

Struktur organisasi pada PT ABC adalah struktur lini fungsional yaitu hirarki yang bagian paling atasnya hanya terdapat satu jabatan (tunggal) dan memiliki satu bawahan atau beberapa karyawan yang berada di bawah kontrol dari atasan diatasnya. Semua bagian dari hirarki tersebut terhubung dalam suatu kesatuan struktur yang menyatu untuk mencapai satu tujuan bersama. Adapun struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

MANAGER UNIT

MASINIS KEPALA ASISTEN

KEPALA-B ASISTEN

KEPALA-A

ASISTEN KEPALA TU

ASST AFD-I

ASST AFD-II

ASST AFD-III

ASST AFD-IV

ASST AFD-V

ASST AFD-VI

ASST AFD VII

ASST AFD-VIII

ASST AFD-IX

ASST TEKNIK PABRIK

ASST PKS

ASST PKS

ASST TEKNIK SIPIL

ASST GUDANG

Sumber : PT ABC

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Keterangan:

= Hubungan Garis --- = Hubungan Fungsional

(29)

Pembagian tugas dan tanggungjawab dari tiap-tiap jabatan pada struktur organisasi PT ABC adalah sebagai berikut:

1. Manager Unit

Manager unit memiliki tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut a. Tanggung Jawab:

a) Mengadakan pengawasan dan pengendalian seluruh kegiatan pengelolaan Unit .

b) Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan Unit kepada Direksi.

c) Menyelenggarakan seluruh proses produksi sesuai dengan standar dan program mutu untuk mencapai hasil yang optimal antara lain seperti ISO. Memberikan saran kepada Direksi mengenai peluang- peluang pengembangan usaha serta peningkatan kinerja.

b. Wewenang:

a) Menerapkan kebijakan Direksi atas pendelegasian wewenang.

b) Mengusulkan pengangkatan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan, pemberhentian bawahannya sesuai peraturan yang berlaku.

c) Melakukan pengawasan melekat (WASKAT) sesuai dengan peraturan, sistem dan prosedur yang berlaku.

d) Meminta pertanggung jawaban kepada Kepala Dinas Tanaman A dan B, Kepala Dinas Teknik, Kepala Dinas Pengolahan PKS, Kepala Dinas Tata Usaha, SDM/Umum terhadap pelaksanaan pekerjaan di bidang masing-masing.

(30)

e) Membina, menasehati, menegur serta membuat penilaian staff bawahannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

f) Mengajukan permintaan pengadaan barang dan jasa non local dan local dalam batas wewenang yang ditentukan.

2. Asisten Tanaman

Asisten tanaman memiliki tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut a. Tanggung Jawab:

a) Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan Tanaman dan kebersihan lingkungan Unit kepada Kepala Dinas Tanaman dengan mengacu kepada sistem manajemen mutu dan lingkungan ISO 9001.

b) Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan pada Afdeling, seperti tersebut di atas berdasarkan RKAP dan RKO yang telah disetujui oleh Pimpinan perusahaan.

c) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

d) Memberikan bimbingan, dorongan untuk menciptakan iklim kerja yang harmonis.

e) Mengendalikan tercapainya jasa-jasa kerja karyawan tanaman seoptimal mungkin.

f) Menjaga jumlah tenaga kerja di tanaman yang cukup berdasarkan formasi yang telah ditentukan

b. Wewenang:

(31)

a) Mengusulkan kepada Ka.Dinas Tanaman tentang kepegawaian di bagian tanaman antara lain : Penerimaan/pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

b) Meminta pertanggung jawaban kepada bawahannya terhadap pelaksanaan pekerjaannya dibidang masing-masing.

c) Mengawasi, mengoreksi atau menghentikan operasi mesin peralatan tertentu dengan tetap berpegang pada petunjuk dan pembinaan Kepala Dinas Tanaman

3. Masinis Kepala

Masinis Kepala memiliki tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut a. Tanggung Jawab:

a) Membantu manager untuk meningkatkan perolehan minyak dan inti sawit dengan menekan losses sekecil mungkin.

b) Membantu manager mengkoordinir personil proses pengolahan dan teknik untuk mencapai terget produksi dan mutu.

c) Mengevaluasi pelaksanaan program maintenance dan preventive maintenance.

d) Merencanakan proses pengolahan.

e) Mengevaluasi dan menyetujui stock opname/persediaan produksi minyak dan inti sawit.

b. Wewenang:

a) Menentukan jumlah produksi yang akan dikirim kepelanggan.

(32)

b) Mengkoordinir audit yang berhubungan sesuai dengan kinerja yang telah ditentukan.

c) Mengevaluasi dari hasil teknik stasistikyang telah dilakukan.

4. Asisten Teknik Pabrik

Asisten teknik Pabrik memiliki tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut a. Tanggung Jawab:

a) Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan Bengkel Teknik/Bengkel Reperasi dan kebersihan lingkungan Unit kepada Kepala Dinas Teknik dengan mengacu kepada sistem manajemen mutu dan lingkungan ISO 9001.

b) Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan Teknik Pabrik, seperti tersebut diatas berdasarkan RKAP dan RKO yang telah disetujui oleh Pimpinan perusahaan.

c) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

d) Memberikan bimbingan, dorongan untuk menciptakan iklim kerja yang harmonis.

e) Mengendalikan tercapainya jasa-jasa kerja karyawan Teknik Pabrik dan Bengkel Motor seoptimal mungkin.

f) Menjaga jumlah tenaga kerja di Teknik Pabrik dan Bengkel Motor yang cukup berdasarkan formasi yang telah ditentukan

b. Wewenang:

a) Mengusulkan kepada Ka.Dinas Teknik Pabrik tentang kepegawaian di Teknik Pabrik antara lain, Penerimaan/pengangkatan karyawan,

(33)

pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

b) Meminta pertanggungjawaban kepada bawahannya terhadap pelaksanaan pekerjaannya dibidang masing-masing.

c) Mengawasi, mengoreksi atau menghentikan operasi mesin peralatan tertentu dengan tetap berpegang pada petunjuk dan pembinaan Kepala Dinas Teknik

5. Asisten Teknik Sipil

Asisten teknik sipil memiliki tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut a. Tanggung Jawab:

a) Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan bangunan dan kebersihan lingkungan Unit kepada Kepala Dinas Teknik dengan mengacu kepada Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan ISO 9001.

b) Melaksanakan tugas dan pengajuan biaya terhadap pembuatan/perbaikan pekerjaan dibidang T.Sipil/ Transport yang menyangkut dengan bangunan perusahaan, sosial, jembatan dan saluran air, pemeliharaan halaman complek emplasmen, sarana transportasi dan produksi.

c) Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan T.Sipil/Transportasi, seperti tersebut diatas berdasarkan RKAP dan RKO yang telah disetujui oleh Pimpinan perusahaan.

d) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

(34)

6. Asisten Pengolahan

Asisten pengolahan memiliki tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut a. Tanggung Jawab:

a) Menjamin bahwa kebijakan mutu untuk dimengerti, diterapkan dan dipelihara diseluruh mandor-mandor dan pekerja di proses pengolahan.

b) Membuat rencana pemakaian tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan kimia yang digunakan pada proses pengolahan sesuai dengan RKAP dan penjabarannya ke RKO.

c) Berusaha agar proses pengolahan dilakukan efektif dan efisien, supaya produktivitas dapat tercapai.

d) Mengendalikan proses pengolahan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

e) Melakukan adjustment sesuai data-data yang telah dilakukan oleh asisten laboratorium

f) Melakuakan pengawasan terhadap jumlah bahan baku yang diterima serta produksi yang dikirim.

g) Mengawasi penanganan proses pengolahan dan final product sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan serta penanganan packing dan penyimpanannya.

h) Mengawasi dan mengevaluasi stock produksi yang ada di gudang atau storage tank.

i) Mengendalikan catatan mutu termasuk identifikasi, pengarsipan, pemeliharaan, apakah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

j) Mengorganisasi audit di proses pengolahan sehingga Internal Audit dan External Audit dapat dilaksanakan secara efektif.

(35)

k) Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang ditemukan di dalam Internal Audit dan External Audit.

l) Menandatangani dan mengevalusi checksheet dalam proses pengolahan.

m) Bertanggungjawab terhadap kebersihan seluruh lingkungan pabrik.

n) Bertanggungjawab terhadap pencapaian target produksi sesuai dengan bahan baku yang diterima.

o) Membuat laporan manajemen pengolahan.

p) Bertanggungjawab terhadap manager pabrik.

b. Wewenang:

a) Mengusulkan kepada Kepala Dinas Pengolahan PKS tentang kepegawaian di bagian pemeliharaan dan bangunan antara lain : penerimaan / pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat /jabatan berdasarkan prestasidan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

b) Meminta pertanggung jawaban kepada bawahannya terhadap pelaksanaan pekerjaan masing – masing.

c) Mengawasi, mengoreksi penggunaan dan pemeliharaan bangunan sipil dengan tetap berpegang pada petunjukdan pembinaan dari Kepala Dinas Pengolahan PKS.

7. Asisten Kepala Tata Usaha (KTU)

Asisten Kepala Tata Usaha (KTU) memiliki tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut

a. Tanggung Jawab:

(36)

a) Merencanakan serta melaksanakan transaksi pembayaran yang berkaitan dengan semua kegiatan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Direksi.

b) Melaksanakan Stock Opname Kas setiap hari dan melaporkan keadaan kas kepada Manajer Unit sebagai penanggung jawab serta setiap bulan melaporkan keadaan saldo kas sesuai dengan ketentuan kepada Direksi.

c) Mengatur/menyusun pembagian tugas pegawai yang berada dibawah tanggung jawabnya serta mengadakan pengawasan terhadap tugas- tugas yang diberikan.

d) Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan Dinas Tata Usaha kepada Manajer Unit . e) Menyusun rencana kerja anggaran perusahaan dan RKO dari bagian

bagian sesuai dengan pengarahan dari Manajer Unit dan ketentuan yang berlaku

f) Mengawasi segala biaya/pengeluaran sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan

2.3.3. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

PT ABC memiliki 1143 tenaga kerja. Berikut penjabaran tenaga kerja PT ABC pada tabel 2.1

(37)

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT ABC

Uraian Pria Wanita Jumlah

Karyawan Pimpinan 16 - 16

Staf Pendidik 1 - 1

Karyawan Pelaksana

1. Umum 35 30 65

2. Pengaman 48 - 48

3. Teknik 76 2 78

4. Teknologi 87 3 90

5. Tanaman 634 228 862

Jumlah 880 263 1143

Pada masa produksi jam kerja yang diberlakukan bagi setiap karyawan / staf produksi adalah dengan pembagian jam kerja menjadi 2 shift yaitu sebagai berikut

Tabel 2.2. Jam Kerja Karyawan Pabrik dan Kantor

Karyawan Shift Hari Jam

Kerja Istirahat

Pabrik I Senin-Sabtu 06.30-17.00 09.30-10.30

II Senin-Sabtu 17.00-06.30 19.00-21.00

Kantor I Senin-Sabtu 06.30-15.00 09.30-10.30

II - - -

Pemberian gaji merupakan suatu bentuk kompensasi atas kinerja yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerja. Selain kompensasi dalam bentuk gaji, banyak jenis-jenis kompensasi lain yang diberikan perusahaan untuk meningkatkan kinerja para pekerjanya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung

(38)

jawab perusahaan kepada para pekerjanya dan peraturan yang berlaku. Penetapan upah pada PT ABC meliputi gaji pokok bulanan, premi, dan catu beras

Sedangkan fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Perumahan bagi staf dan karyawan.

2. Sarana pendidikan untuk anak – anak karyawan.

3. Sarana kesehatan untuk staf dan karyawan beserta keluarganya berupa Poliklinik.

4. Membangun sarana olahraga serta memberikan cuti tahunan.

5. Jaminan kesehatan, kecelakaan, hari tua dan kematian dengan memberikan Asuransi BPJS.

(39)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kelapa Sawit1

Gagasan yang dicetuskan Pakpahan sejak tahun 2011 untuk mewujudkan Sumatera Utara sebagai barometer perkelapasawitan nasional memerlukan upaya

Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia telah menggeser Malaysia sejak tahun 2006 (Miranti, 2010), produksi Indonesia telah melebihi Malaysia sekitar satu juta ton dan menyumbang devisa sebesar 7,9 milyar USD sejak tahun 2007 (Purwantoro, 2008; Teoh, 2010). Produksi agroindustri sawit Indonesia tertinggal sangat jauh dari Malaysia akibat produktivitas yang relatif lebih rendah.

Keinginan membuka lahan sawit baru masih sangat besar karena harga CPO dunia yang masih akan terus naik mengikuti kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional (Purwantoro, 2008; Nuryanti, 2008). Bahkan CPO akan terus dilirik sebagai salah satu minyak nabati bahan biodiesel yang harganya jauh lebih murah (Tan et al., 2009), dan banyaknya produk yang dihasilkan dengan menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit (Syaukat, 2010).

1 Juliza Hidayati dkk, Identifikasi Revitalisasi Perkebunan Kelapa Sawit Di Sumatera Utara, Jurnal

(40)

maksimal untuk memperkuat ketersediaan bahan baku dengan memaksimalkan potensi lahan, melalui perluasan kebun dan peremajaan tanaman yang lebih dikenal saat ini sebagai revitalisasi perkebunan (Goenadi, 2007). Revitalisasi perkebunan merupakan upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan serta subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan perkebunan sawit sebagai mitra pengembangan dan pengolahan serta pemasaran hasil (Ditjenbun, 2010).

Salah satu tujuan revitalisasi perkebunan adalah untuk meningkatkan daya saing melalui peningkatan produktivitas dan pengembangan industri hilir berbasis perkebunan. Upaya mengoptimalkan revitalisasi perkebunan sawit dihadapkan pada berbagai kendala, diantaranya karena produktivitas tanaman sawit yang masih rendah di bawah potensi normal hal ini disebabkan masih banyaknya tanaman tua dan rusak dengan bahan tanaman asalan (Ditjenbun, 2010).

Permasalahan rendahnya produktivitas ini merupakan permasalahan umum perkebunan kelapa sawit di Indonesia, oleh karenanya perlu banyak pengkajian untuk meningkatkannya. Umumnya produksi tanaman kelapa sawit sangat

tergantung pada jenis tanah, jenis bibit, iklim, dan teknologi yang diterapkan. Jika dibandingkan antara kebun sawit rakyat dan kebun sawit swasta pada kondisi tanah yang relatif sama, maka hasil produksinya jauh berbeda (BPPP, 2008).

Produktivitas kebun kelapa sawit umumnya dapat mencapai 20-25 ton

TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton CPO. Dewasa ini produktivitas CPO Sumatera

(41)

Utara hanya mencapai 3,8 ton/ha/tahun, sementara potensinya bisa mencapai 7 ton CPO/ha/tahun.

Adapun faktor-faktor yang kurang mendukung peningkatan produktivitas CPO di Sumatera Utara adalah karena belum berkembangnya industri hilir kelapa sawit, ekspor dilakukan dalam bentuk CPO masih tinggi, ditambah dengan rendahnya teknologi, manajemen pengelolaan dan kualitas sumber daya manusia yang digunakan (Nasution, 2012).

Salah satu upaya yang dilakukan saat ini adalah dengan mengurangi persentasi ekspor dalam bentuk CPO hingga mencapai 50%, agar penggunaan CPO untuk industri hilir minimal mencapai 50% (Kemenprin, 2014). Selain itu, produktivitas juga dapat ditingkatkan dengan penggunaan bibit kelapa sawit dan teknik budidaya yang unggul (PPKS, 2006). Tingkat produktivitas ini ditentukan oleh tindakan kultur teknis dan faktor lingkungan tumbuh. Pengelolaan

lingkungan tumbuhnya kelapa sawit, terutama ketersediaan air relatif lebih sulit dibandingkan tindakan kultur teknis (seperti penggunaan bahan tanaman unggul, pengaturan jarak tanam, pemupukan, pengendalian hama, dan penyakit dan perawatan tanaman).

Disimpukan bahwa faktor lingkungan menjadi faktor pembatas utama dalam produksi kelapa sawit (PPKS, 2013). Potensi untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara didukung oleh sumber daya yang tersedia, sehingga gagasan untuk menjadikan Sumatera Utara sebagai barometer perkelapasawitan nasional tidaklah mustahil. Salah satu tujuan revitalisasi perkebunan adalah untuk meningkatkan produktivitas kebun kelapa sawit.

(42)

Upaya mengoptimalkan produktivitas tidak dapat hanya bertumpu pada perluasan lahan karena keterbatasan lahan potensial (kategori S1 dan S2) untuk tanaman kelapa sawit, oleh karenanya produktivitas kelapa sawit per hektar areal tanaman menghasilkan perlu untuk segera ditingkatkan. Untuk itu penting mengidentifikasi upaya yang diperlukan dalam meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara, mengingat besarnya potensi yang dimiliki. Identifikasi dilakukan dengan menganalisa semua faktor yang terlibat dalam meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit

3.2. Non Probability Sampling2

1. Convenience Sampling

Adapun teknik non probability sampling terbagi sebagai berikut:

Seperti disebutkan oleh namanya, convenience sampling adalah suatu metode sampling dimana para responden adalah orang-orang yang secara sukarela

menawarkan diri dengan alasan masing-masing. Convenience sampling sering digunakan selama fase exploratory dari sebuah projek penelitian dan telah dianggap sebagai metode paling baik untuk mendapatkan informasi awal secara cepat dengan biaya yang murah.

2. Purposive Sampling

Purposive sampling adalah metode sampling nonprobability yang

menggunakan orang-orang tertentu sebagai sumber data/informasi. Orang- orang tertentu yang dimaksud disini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan dan lain-lain yang dimilikinya

2 Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian (Medan: USU Press, 2011). hlm. 182-195

(43)

menjadi individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi.

Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement sampling dan quota sampling. Dengan judgement sampling, responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu misalnya karena kemampuannya atau kelebihannya diantara orang-orang lain dalam

memberikan atau informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti.

Sedangkan quota sampling adalah tipe kedua purposivesampling dimana kelompok-kelompok tertentu dijadikan responden untuk memenuhi quota yang telah ditetapkan.

3.3. Sistem Pendukung Keputusan3

Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan.

SPK merupakan penggabungan sumber–sumber kecerdasan individu dengan kemampuan komponen untuk memperbaiki kualitas keputusan. Sistem Pendukung Keputusan juga merupakan sistem informasi berbasis komputer untuk manajemen pengambilan keputusan yang menangani masalah–masalah semi struktur.

Dengan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung keputusan bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan sistem yang membantu pengambil keputusan dengan melengkapi

3Murnawan dkk, Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode Technique for Order by

(44)

mereka dengan informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam proses pembuatan keputusan.

3.4. Konsep Dasar Multi Criteria-Decision Making (MCDM)4

Multiple Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu model pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Ada beberapa fitur umum yang akan digunakan dalam MCDM [7], yaitu:

1. Alternatif, alternatif adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan.

2. Atribut, atribut sering disebut sebagai karakteristik, komponen atau kriteria keputusan.

3. Konflik antar kriteria, beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara satu dengan yang lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami konflik dengan kriteria biaya.

4. Bobot keputusan, bobot keputusan menunjukkan kepentingan relatif dari setiap kriteria,

5. Matriks keputusan; suatu matriks keputusan X yang berukuran m x n, berisi elemen- elemen x yang merepresentasikan Rating dari alternatif A (i=1,2,...,m) terhadap kriteria C (j=1,2,...,n).

3.5. Analytical Hierarchy Process5

4Lusiana Krristiyanti dkk,Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pengajar Les Privat Untuk Siswa Lembaga Bimbingan Belajar Dengan Metode Ahp (Studi Kasus Lbb System Cerdas), Jurnal Masyarakat Informatika Volume 4 Nomor 7 ISSN 2086 –4930

(45)

Metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu kerangka berfikir manusia. Metode ini dikembangkan oleh Thomas L Saaty pada tahun 1970an. Dasar berfikirnya metode AHP ini adalah proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang

berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna

mengembangkan bobot atau prioritas. Metode AHP merupakan penggabungan antara kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Struktur AHP dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1. Struktur AHP

5A Yani Ranius, Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta Di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah, Palembang, 15-16 Desember 2014, Proseding Seminar Bisnis &

(46)

Dengan demikian AHP digunakan manakala keputusan yang diambil melibatkan banyak faktor, saat pengambil keputusan mengalami kesulitan dalam menentukan bobot setiap faktor tersebut. AHP akan memecahkansuatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki. Dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variable secara relative, dan menetapkan variable mana yang memiliki prioritas yang paling tinggi bertujuan untuk mempengaruhi hasil pada situasi saat keputusan akan diambil. Untuk menyelesaikan permasalahan menggunakan metode AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami yaitu:

1. Membuat hierarki yang digunakan untuk mempermudah pemahaman yaitu dengan cara memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung, penyusunan elemen dilakukan secara hierarki dan menggabungkannya.

2. Pemilihan kriteria dan alternatif kriteria dan alternatif dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty dalam bukunya untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan dapat diukur dengan tabel analisis berikut:

Tabel 3.1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Tingkat

Kepentingan Derajat Kepentingan

1 Kedua elemen sangat penting

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting

5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibandingkan elemen yang lainnya

7 Elemen yang satu benar-benar lebih penting dari yang lain 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dibanding elemen yang

lain

2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua penilaian berurutan

Kebalikan Jika aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan

(47)

aktivitas j, maka j akan memiliki nilai dibandingkan dengan nilai i

3. Menentukan prioritas (Synthesis of priority). Setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuiakan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika.

4. Konsistensi logis (Logical Consistency)

Menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan mengurai persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya. Metode AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan didasari dari berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kriteria yang ditentukan dan logika sesuai aturan dari berbagai persoalan, selanjutnya dengan menyeimbangkan dari berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok untuk diterapkan.

Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun kebijakan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat perkiraan agar masing-masing dapat memperoleh pemecahan dari persoalan yang ada sesuai dengan yang diinginkan Ada dua alasan untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding tindakan lain.

(48)

Pertama adalah pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda. Kedua adalah menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, yang berarti perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dan yang lainnya tidak.

3.5.1. Prinsip Dasar AHP

Analytical Hierarchy Process terdiri dari 3 prinsip dasar yaitu sebagai berikut

1. Dekomposisi, dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuannya untuk mendefinisikan dari yang umum sampai khusus. Bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan dengan tujuan, criteria dan level alternatif. Himpunan alternative dapat dibagi dengan lebih banyak menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki tersebut merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin memiliki beberapa elemen, dari elemen-elemen tersebut bias dibandingkan apakah memiliki kepentingan yang hamper sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Bila perbedaan tersebut terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.

2. Perbandingan penilaian atau pertimbangan (comparative judgments), menggunakan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relative dari

(49)

elemen yang ada. Penilaian dapat menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan seacara berpasangan dalam bentuk matriks bila dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.

3. Sintesa prioritas, dilakukan dengan mengalikan prioritas local dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ketiap elemen dalam level yang dipengaruhi oleh kriteria.

(50)

3.5.2. Prosedur Analytical Hierarchy Process (AHP)

Langkah-langkah pengerjaan pada metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebagai berikut

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, selanjutnya menentukan hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hierarki dilakukan dengan cara menetapkan tujuan yang merupakan sasaran system pada level teratas.

2. Menentukan prioritas elemen.

a. Membuat perbandingan yang berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.

b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.

3. Sintesis Pertimbangan - pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom matrik.

b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matrik.

c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapat nilai rata-rata.

4. Mengukur konsistensi.

Dalam pembuatan keputusan perlu diketahui seberapa baik konsistensi yang akan ada, karena jika tidak menginginkan keputusan berdasarkan

(51)

kepentingan dengan konsistensi yang rendah. Hal yang harus dilakukan dalam langkah ini yaitu :

a. Kalikan nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, lalu nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen yang kedua, dan seterusnya.

b. Jumlahkan setiap baris.

c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan banyaknya elemen yang ada, dan hasilnya disebut lamda maks (λ maks).

5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus : CI= (λ maks-n)/n dimana n

=banyaknya elemen.

6. Hitung Rasio Konsistensi (consistency ratio) / CR dengan rumus : CR = CI / IR dimana CR = Consistency Ratio, CI = Consistency Index, IR = Indeks Random Consistency.

7. Memeriksa konsistensi hierarki.

Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/ IR) ≤ 0,1 maka hasil

perhitungan bisa dinyatakan benar.

(52)

3.6. Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)

Metode TOPSIS adalah salah satu metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah MADM. Metode TOPSIS didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif. Konsep ini banyak digunakan pada beberapa model MADM untuk menyelesaikan masalah keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan karena konsepnya yang sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien, dan memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana.

Secara umum, prosedur TOPSIS mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi.

2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot.

3. Menentukan matriks solusi ideal positif & matriks solusi ideal negatif.

4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif.

5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif.

TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap alternatif Ai pada setiap criteria Cj yang ternormalisasi, yaitu :

𝑟𝑟𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑥𝑥𝑖𝑖𝑖𝑖

�∑𝑚𝑚𝑖𝑖=1𝑥𝑥𝑖𝑖𝑖𝑖2

(53)

dengan i=1,2…,m dan j=1,2,…,n.

Solusi ideal positif A+ dan solusi ideal negatif A- dapat ditentukan berdasarkan rating bobot ternormalisasi (yij) sebagai berikut:

𝑦𝑦𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝑤𝑤𝑖𝑖𝑟𝑟𝑖𝑖𝑖𝑖 dengan i=1,2…,m dan j=1,2,…,n.

𝐴𝐴+= (𝑦𝑦1+, 𝑦𝑦2+,...., 𝑦𝑦𝑛𝑛+) 𝐴𝐴= (𝑦𝑦1, 𝑦𝑦2,...., 𝑦𝑦𝑛𝑛)

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif dirumuskan sebagai berikut:

𝐷𝐷𝑖𝑖+ =�∑𝑚𝑚𝑖𝑖 =1 (𝑦𝑦1+− 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑖𝑖)2

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal negatif dirumuskan sebagai berikut:

𝐷𝐷𝑖𝑖 =�∑𝑚𝑚𝑖𝑖 =1 (𝑦𝑦𝑖𝑖𝑖𝑖 − 𝑦𝑦𝑖𝑖)2

Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan adalah sebagai berikut:

𝑉𝑉𝑖𝑖 = 𝐷𝐷𝑖𝑖

𝐷𝐷𝑖𝑖+ 𝐷𝐷𝑖𝑖+

(54)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN .

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan temuan- temuan praktis untuk keperluan pengambilan keputusan. Penelitian tindakan pada umumnya dilakukan secara bersama oleh para peneliti dan pengambil keputusan operasional (Sinulingga, 2013).

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah sterilizer pada stasiun perebusan pada PT ABC.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terbagi menjadi dua jenis, yaitu variabel independen dan variabel dependen

1. Variabel independen

Variabel independen mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif, variabel independen pada penelitian ini adalah

a. Performa alat yang terdiri dari efisiensi alat, produk yang dihasilkan, dan kepraktisan alat.

b. Keuangan yang terdiri dari nilai investasi, biaya operasional, dan tingkat kelayakan.

(55)

c. Representasi teknologi yang terdiri dari keamanan alat, dampak lingkungan, dan kecanggihan teknologi.

2. Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel terikat yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan kualitas dan kuantitas hasil produksi mesin sterilizer.

4.5. Indikator Variabel Independen

Terdapat beberapa indikator dari variabel independen pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Perfoma Alat

a. Efisiensi Alat merupakan merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan..

b. Produk yang dihasilkan merupakan hasil yang didapatkan dari proses produksi. Pada penelitian ini indikator produk yang dihasilkan diamati dari kadar ALB dan rendemen.

c. Kepraktisan alat merupakan kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi atau memperoleh hasil.

2. Keuangan

a. Nilai investasi

Nilai investasi merupakan nilai dari suatu perusahaan yang bersifat spesifik terhadap seorang investor, didasarkan pada atau terkait dengan persyaratan

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini terdiri dari 5 sub bab yang akan menjelaskan tentang dukungan keluarga pada penderita hipertensi, tingkat stres pada penderita hipertensi, hubungan antara

Perkebunan Nusantara II Kwala Madu merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan Gula Kristal Putih (GKP) yang telah menerapkan program Keselamatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III

Hasil pengolahan dan analisis data penelitian ini menghasilkan bahwa dari lima faktor (kriteria) yang menyebabkan permasalahan seleksi penerimaan dosen di

Seluruh Dosen dan Staff program studi Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan

Baskara Katri Anandito, S.TP., M.P., selaku Kepala Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Pembimbing II.. Dian

TUGAS AKHIR PENGOLAHAN PASTA DI RESTORAN PLAY DOMICILE SURABAYA Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Diploma III Program Studi Perhotelan Politeknik NSC

iii HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Fariq Aqil Setiawan NIM : 071419006 Judul Tugas Akhir : Desain roda sirip lengkung traktor roda dua untuk