• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DASAR IMUNOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP DASAR IMUNOLOGI"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DASAR IMUNOLOGI

Chairul Huda Al Husna

Departemen Keperawatan Medikal Bedah FIKES UMM

(2)

SEJARAH

• Mereka yg sembuh thd infeksi menjadi terlindung

• Wabah di Athen, Yunani 430 SM

• Louis Pasteur  the father of immunology  studi vaksinasi dini

(3)

SEJARAH

Edward Jenner dan Smallpox (1796)

(4)

Kata vaksinasi berasal dari bahasa Latin vacca yang berarti sapi - diistilahkan demikian karena

vaksin pertama berasal dari virus yang menginfeksi sapi (cacar sapi)

(5)

DEFINISI

• Immunology (Latin): Immunis + Logos

• Imunologi (Immunology): Studi tentang

mekanisme biologis dari Seluler, Molekular serta fungsional Sistim Imun.

• Sistim Imun (Immune System): Sistim yang terdiri dari Molekuler, Seluler, Jaringan dan Organ yang berperan dalam proteksi/

kekebalan tubuh

• Imunitas (Immunity): Proteksi dari Penyakit Infeksi

(6)

Learning outcomes

• SISTEM IMUN

• SEL-SEL SISTEM IMUN

• KOMPLEMEN

• ANTIGEN – ANTIBODI

• SITOKIN

• REAKSI HIPERSENSIVITAS

• INFLAMASI

• AUTOIMUNITAS DAN DEFISIENSI IMUN

(7)

SEL-SEL SISTEM IMUN

(8)
(9)

SEL-SEL SISTEM IMUN NON SPESIFIK

1. Sel Fagosit

• Fagosit mononuklier

– Sel monosit

– Sel makrofag  hasil differensiasi sel monosit di berbagai jaringan  fagosit profesional dan sel APC (Antigen Presenting Cell)

• Fagosit polimorfonuklier

– Neutrofil  Soldiers of the body  7-10 jam – Eosinofil  melawan inf parasit

– Basofil  bagian terkecil  mediator

• Fagosit frustasi  pelepasan lisozim keluar sel

(10)

Lanjutan...

Kandungan sel fagosit

• Lisosom : enzim yang mencerna dan merusak bahan yang dimakan

• Fagolisosom : gabungan fagosom + lisosom  menurunkan pH dan mengaktifkan protease

• Granul : lisosom khusus dari granulosit  berisikan berbagai protein bakterisidal

• Lisozim : enzim yang mencerna ikatan proteoglikan dalam dinding bakteri Gram Positif

• Protein kationik : merusak lapisan lipid bagian luar bakteri Gram Negatif

• Defensin : sitotoksik dan bersifat antibakterial luas dan antimikotik

• Laktoferin : mengikat zat besi yang esensial untuk bakteri

(11)

2. Sel Nol

• Sel-sel limfoid yang tidak mengandung petanda seperti yang ditemukan pada sel T dan B

• Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL)

• Dibagi menjadi 2 yaitu : Sel NK (Natural Killer) dan Sel K (Killer)

• Sel NK : membunuh sel tumor dan sel yang mengandung virus dengan cara non spesifik tanpa bantuan antibodi

• Sel K : merupakan efektor dari ADCC (Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity) yg dapat

membunuh sel secara non spesifik  hanya terjadi bila sel sasaran dilapisi antibodi

(12)

3. Sel Mediator

• Basofil dan mastosit : mediator yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dan

respon inflamasi serta mengerutkan otot polos bronkus

• Trombosit : agregasi dinding vaskuler yang rusak, respon inflamasi, dan sitotoksik

4. Sel assesori

• Eosinofil, basofil, sel mastosit, trombosit, dan sel APC

(13)

SEL-SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

1. Sel T

Sel asal sel T adalah dari sumsum tulang  memasuki timus  berproliferasi di regio subkapsuler

Sel asal itu adalah dari CD4 dan CD 8

Terdiri dari berbagai subset :

Sel Th (T helper)

Sel Ts (T suppressor)

Sel Tdh/Td (delayed hypersensitivity) Sel Tc (cytotoxic)

Sel limfosit naif (virgin) Sel Th0

Sel Regulator dan efektor

(14)

• Fungsi Sel T umumnya :

– Membantu sel B dalam memproduksi antibodi

– Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus

– Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis

– Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun

(15)

2. Sel B

• Perkembangan Sel B dalam sumsum tulang adalah antigen independen tetapi

perkembangan selanjutnya memerlukan rangsangan dari antigen

• Fungsi utama sel B adalah memproduksi antibodi

• Atas pengaruh Sel T  sel B berberploriferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mampu membentuk Ig yang spesifik

(16)
(17)

SISTEM IMUN

Pada dasarnya sistem imun dibagi menjadi 2 :

– Sistem Imun Non Spesifik (SIN) :

• Fisik/mekanik : kulit, selaput lendir, silia, batuk bersin

• Larut : Biokimia (asam lambung, lisozim, laktoferin, asam neuraminik, dll), Humoral (komplemen,

Interferon, C Reactive Protein (CRP))

• Seluler : Fagosit (Mono Nuklear, PMN), Sel Nol (Sel NK, Sel K), Sel Mediator (Basofil dan mastosit, trombosit)

– Sistem Imun Spesifik (SIS) :

• Humoral/Sel B

• Seluler/Sel T

(18)

Perbedaaan Sifat Respon Imun Spesifik dan Non Spesifik

NON-SPESIFIK SPESIFIK

RESISTENSI Tidak Berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang (memori)

SPESIFITAS Umumnya efektif terhadap semua mikroorganisme

Spesifik utk mikroorganisme yang sudah mensensitisasi sebelumnya

SEL YANG PENTING

Fogosit Sel NK Sel K

Limfosit

MOLEKUL YANG PENTING

Lizosim

Komplemen Interferon

Antibodi Sitokin

Komponen yg larut

Peptida antimikrobal dan protein antibodi Respon Time Menit/jam

Selalu siap

Hari (lambat)

Tidak siap sampai terpajan alergen

Harus ada pajanan sebelumnya

(19)

Sistem Imun Non Spesifik

• Pertahanan tubuh terdepan dalam

menghadapi serangan mikroorganisme

• Respon langsung terhadap antigen

• Disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.

(20)

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Sistem Imun Non Spesifik

1. Spesies

2. Perbedaan individu dan pengaruh usia 3. Suhu

4. Pengaruh hormon 5. Faktor nutrisi

6. Flora bakteri normal

(21)

Pertahanan Fisik/Mekanik

• Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, akan mencegah masuknya

berbagai kuman patogen ke dalam tubuh.

• Kulit yang rusak, misal karena luka bakar, akan meningkatkan resiko infeksi

(22)

Pertahanan Biokimia

• pH asam dari keringat dan sekresi sebaseus  efek antimikrobal

• Sekresi mukosa saluran napas dan telinga (sekresi lilin)

• Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu  melindungi dari berbagai kuman Gram Positif 

menghancurkan dinding sel

• Air susu ibu  laktoferin dan asam neuraminik  sifat antibakterial terhadap E. Coli dan Staphylococcus

• Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik dan empedu dalam usus halus  menciptakan

lingkungan anti bakteri

(23)

Pertahanan Humoral

A. Komplemen

a. Fungsi komplemen

1. Menghancurkan sel membran banyak bakteri (lisis)

2. Melepas bahan kemotaktik yang mengerahkan makrofag ke tempat bakteri (kemotaksis)

3. Mengendap pada permukaan bakteri  memudahkan makrofag untuk mengenal (opsonisasi)  lalu

memakannya

b. Larut dalam keadaan non aktif  diaktivasi oleh antigen, kompleks imun, dsb  mediator (biologik aktif ataupun mjd enzim untuk reaksi selanjutnya) c. Jalur aktivasi ini sering pula disertai dengan

kerusakan jaringan

(24)

Lanjutan komplemen...

• Berbagai mediator yang dilepas pada waktu komplemen diaktifkan :

– C1qrs meningkatkan permeabilitas kapiler – C2 mengaktifkan kinin

– C3a dan C5a bersifat kemotaksis  mengerahkan leukosit dan sebagai anafilatoksin yang dapat

mempengaruhi mastosit sehingga dapat melepaskan histamin dan lisosom

– C3b berfungsi sebagai opsonin dan adherens imun – C4b berfungsi sebagai opsonin

– C5-6-7 bersifat kemotaksis

– C8-9 ikut diaktifkan melepas sitolisin, yang dapat menghancurkan sel

(25)

Lanjutan komplemen...

• Anafilatoksin adalah bahan dengan berat molekul kecil yang dapat menimbulkan degranulasi

mastosit dan atau basofil dan pelepasan histamin

• Histamin me ↑ kan permeabilitas vaskular &

kontraksi otot polos dan menimbulkan gejala- gejala yang ditemukan pada reaksi alergi

• Pe ↑ kan permeabilitas vaskular menimbulkan edema yaitu akumulasi cairan (antibodi dan

komponen komplemen) dalam jaringan  me ↑ kan lagi pelepasan anafilatoksin dan memperluas reaksi

• C3a dan C5a adalah anafilatoksin Anafilatoksin

(26)

Lanjutan komplemen...

• Kemotaksin adalah bahan-bahan yang dapat menarik dan mengerahkan sel-sel fagosit

• C3a, C5a, dan C5-6-7 adalah kemotaksin Kemotaksin

(27)

Lanjutan komplemen...

• Adherens imun merupakan fenomen dari

partikel antigen yang dilapisi antibodi dan atas pengaruh komplemen melekat pada berbagai permukaan  mudah dimakan fagosit

• C3b adalah Adherens Imun

Adherens Imun

(28)

Lanjutan komplemen...

• Opsonisasi adalah proses melapisi partikel antigen oleh antibodi dan/atau oleh

komponen komplemen  lebih mudah dan cepat dimakan fagosit

• Opsonin adalah molekul yang dapat diikat oleh partikel yang harus difagositir dan oleh reseptor fagosit sehingga merupakan

jembatan antara dua protein reaktif tersebut

• C3b dan C4b adalah opsonin/reseptor fagosit Opsonisasi

(29)

Lanjutan komplemen...

Aktivasi Komplemen

• C1q adalah komplemen yang diaktifkan pertama kali,

membutuhkan IgG1, IgG2, IgG3, dan IgM

• C1q selanjutnya mengaktifkan C1r dan yang akhir

mengaktifkan C1s

• C1s yang aktif mempunyai sifat esterolitik dan proteolitik

• Selanjutnya C1s mengaktifkan C4

(30)

Lanjutan komplemen... • C4 adalah glikoprotein yang diaktifkan mengakibatkan : berikatan dengan membran sel yang diikat oleh epitop antigen dan C1q, dan berinteraksi dengan C1s lalu mengaktifkan C2

• C2 yang diaktifkan tetap berikatan dengan C4  membentuk enzim C42 (konvertase C3)  mengaktifkan C3

• C3 dipecah menjadi fragmen-fragmen C3a yang kecil dan C3b yang lebih besar

• C3a/C3b dapat berikatan dengan C42 dan membentuk C423 (konvertase C5)

• C5 dipecah (oleh konvertase C5)

menjadi C5a dan C5b yang mengikat C6 dan C7 untuk membentuk C567 

mengaktifkan C8 dan C9

• Bila C5b diendapkan di membran sel dan berikatan dengan C6, C7, C8, dan C9  terbentuk C5C678 dan polimerik C9  membrane attack complex (MAC)

 lisis

(31)

Aktivasi kompelen melalui jalur klasik

• IgM dan IgG1, IgG2, IgG3  membentuk komplek imun dengan antigen

• Jalur klasik melibatkan C1-C9 dan diaktifkan secara beruntun

• Produk yang dihasilkan menjadi katalisator dalam reaksi berikutnya

(32)

Aktivasi kompelen melalui jalur alternatif

• Tanpa melalui 3 reaksi pertama pada jalur klasik (C1, C4, C2)

• IgA1, IgA2, dan IgG4, faktor nefritik  mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif

• Dalam jalur ini C3b mengikat faktor B  C3bB

 C3bB mengikat faktor D  C3bBD

• C3bBD distabilkan oleh properdin

(33)

Ab - Ag

C1qrs

C14

C142

C3 C3a

C3b + faktor B

C3bB + faktor D

C3bBD

= konvertase C3

C3b + faktor B

C3bB + faktor D

C356789

Membantu

JALUR KLASIK Agregat Ig Protease Urat

Polinukleotide CRP

JALUR ALTERNATIF

Agregat IgA, IgG4 Virus, jamur Parasit

Faktor nefritik

(34)

B. Interferon

• Interferon (IFN) adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel tubuh yang

mengandung nukleus dan dilepas sebagai

respon terhadap infeksi virus  sifat antivirus

 menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi menjadi resisten terhadap virus

• Selain itu IFN juga dapat mengaktifkan sel NK (Natural Killer)

(35)

C. CRP (C-Reactive Protein)

• Merupakan protein fase akut  berbagai

protein kadarnya meningkat pada infeksi akut

• Mengikat komplemen melalui mekanisme opsonin

(36)

Pertahanan Seluler

1. Fagosit

Pada dasarnya semua sel bersifat fagositosis

Non spesifik  mononuklier (monosit & makrofag) dan polimorfonuklier atau granulosit

Alur : kemotaksis (aktivasi komplemen)  menelan  memakan (fagositosis)  membunuh  mencerna (lisis)

2. Makrofag

Dapat hidup lama

Mempunyai beberapa granul dan melepaskan berbagai bahan :

lisozim, komplemen, interferon, dan sitokin  kontribusi dalam SIN dan SIS

3. LGL (Large Granular Lymphocyte)

Mengandung banyak sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia, dan nukleus eksentris

Bersifat seperti sel NK

(37)

SISTEM IMUN SPESIFIK

• SPESIFIK HUMORAL

– Benda asing  sel B berproliferasi dan

berkembang menjadi sel plasma  membentuk antibodi  mentetralisir toksin infeksi

ekstraseluler

• SPESIFIK SELULER

– Sel T  Pertahanan terhadap infeksi intraseluler

• SISTEM LIMFOID

– Tempat pematangan sel T dan sel B

(38)

1.AGEN INTFEKSI MASUK TUBUH  IMUNITAS ALAMIAH  PROTEKSITDK SAKIT 2. BILA SAKITAKTIVASI IMUNIATAS ADAPTIF  SEMBUH MEMORI

3. PADA INFEKSI DG AGEN YG SAMA IMUNITAS DIDAPAT/SPESIFIK TDK SAKIT

(39)
(40)

ANTIGEN

• Antigen (imunogen) adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada

• Epitop atau determinan antigen adalah bagian antigen yang dapat merangsang sistem imun

dengan sangat kuat. Satu antigen dapat memiliki satu atau lebih determinan antigen.

• Hapten adalah antigen yang molekulnya

berukuran kecil yang tidak dapat menginduksi respon imun jika sendirian, tetapi menjadi

imunogenik jika bersatu dengan carrier

(41)

ANTIGEN-ANTIBODI KOMPLEK

HAPTEN-CARRIER KOMPLEK

(42)

ANTIBODI

• Antibodi (imunoglobulin) merupakan kelas molekul

yang dihasilkan oleh sel plasma (proliferasi dari limfosit B) dan dibantu oleh limfosit T dan makrofag yang

dirangsang oleh antigen asing

• Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai polipeptida dasar : 2 rantai berat (heavy chain/H) dan 2 rantai ringan (light chain/L), serta 2 regio : variabel (V) dan constant (C)

• Enzim papain memecah molekul antibodi dalam fragmen masing-masing. Fab : Fragmen Antigen Binding . Fc : Fragmen crystallizable

• Ada 5 imunoglobulin : IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE

(43)

Rumus Bangun Dasar Imunoglobulin

Menentukan spesifitas Ab

thd Ag

(44)

Ig A

• Imunoglobulin sekretori (mencegah perlekatan)

• Ditemukan dalam kolostrum, saliva, air mata, cairan hidung, dan sekret respiratorius, GI

serta urogenital

• 15-20% merupakan imunoglobulin dalam serum darah

(45)

Ig D

• Dalam serum darah dan limfe relatif sedikit, tetapi banyak ditemukan dalam limfosit B

• Membantu memicu respon imun

(46)

Ig E

• Ditemukan dalam konsentrasi darah sangat rendah

• Kadar meningkat saat alergi dan parasitik tertentu

• Molekul ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil serta menyebabkan pelepasan

histamin dan mediator kimia lainnya

(47)

Ig G

• Mencapai 80% - 85% dari keseluruhan antibodi yang bersirkulasi dan merupakan satu2nya

antibodi yg menembus plasenta dan memberikan imunitas pada bayi baru lahir

• Molekul ini akan diproduksi besar2an pada pajanan kedua dan berikutnya thd antigen spesifik

• Molekul ini berfungsi sebagai pelindung terhadap organisme dan toksin yang bersirkulasi,

mengaktifkan komplemen dan meningkatkan keefektifan sel fagositik

(48)

Ig M

• Ab pertama yang tiba di tempat infeksi pada pajanan awal thd antigen

• Pajanan kedua peningkatan IgG

• Mengaktivasi komplemen dan memperbanyak fagositosis, tetapi umur relatif pendek

• Karena ukurannya molekul ini menetap dalam pembuluh darah dan tidak keluar ke jaringan

(49)
(50)

Interaksi Ab-Ag

1. Fiksasi komplemen :

– Ab mengikat komplemen  diaktivasi melalui

“jalur klasik” :

• Opsonisasi : Ag diselubungi Ab/komplemen  fagositosis

• Sitolisis : ruptur membran plasma  isi seluser keluar

• Inflamasi : produk komplemen melalui aktivasi sel mast, basofil, dan trombosit

Sisi pengikat Ag pada regio variabel (V) Ab berikatan dengan sisi penghubung determinan pada Ag  komplek imun

(51)

Lanjutan interaksi...

2. Netralisasi

– Ab menutup sisi toksik antigen  no danger

3. Aglutinasi (penggumpalan)

– Terjadi jika antigen adalah materi partikulat, seperti bakteri

4. Presipitasi

– Terjadi jika antigen dapat larut

(52)

SITOKIN

• Sitokin adalah messenger kimia atau

perantara dalam komunikasi interseluler yang sangat poten

• Sitokin adalah protein yang berfungsi memberikan isyarat antar sel untuk berkomunikasi dalam respon imun

• Autokrin : berefek pada sel yang menghasilkannya

• Parakrin : berefek pada sel yang berdekatan

(53)

SITOKIN

(lanjutan)

• Peran sitokin dalam aktivasi Sel T

– Ag diproses APC  dipresentasikan ke Th dan Tc  APC melepas IL-1 yg merangsang sel T berproliferasi dan

berdeferensiasi  sel T memproduksi sitokin untuk reaksi selanjutnya

• Peran sitokin dalam aktivitas Sel B

– Th yang dirangsang melepas sitokin (IL 1)  mengaktifkan sel B menjadi sel plasma  produksi Ig

• Peran sitokin dalam aktivitas makrofag dan monosit

– Endotoksin bakteri dan IFN-y yg dilepas sel T 

merangsang makrofag memproduksi bahan aktif lainnya : IFN-a, IL-1, GM-CSF, dan M-CSF

(54)

REAKSI HIPERSENSITIVITAS

• Merupakan reaksi imun yang patologik  respon imun yang berlebihan  kerusakan jaringan

Tipe Manifestasi Mekanisme

I II III IV

Reaksi hipersensitivitas cepat Antibodi terhadap sel

Kompleks Ab-Ag

Reaksi hipersensitivitas lambat

Biasanya IgE IgG atau IgM

IgG (Terbanyak) atau IgM Sel T yang disensitasi

(55)

REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I

(56)

REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I

• Sifatnya segera

• Juga disebut Reaksi Anafilaktik

• Patofis : pengikatan Ag dengan IgE pada permukaan sel mast  melepaskan mediator alergi 

vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, kontraksi otot polos, dan eosinofilia

• Contoh klinis : asma ekstrinsik, rinitis alergika, reaksi sengatan serangga, reaksi alergi obat/makanan,

urtikaria, eczema

(57)

REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II

(58)

REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II

• Dependen komplemen

• Disebut juga Reaksi Sitotoksik

• Patofis : pengikatan IgG atau IgM dengan Ag seluler mengaktifkan rangkaian komplemen 

fagositosis/sitolisis

• Contoh klinis : anemia pernisiosa, anemia hemolitik autoimun, trombositopenia, reaksi obat (sebagian), reaksi tranfusi, dan myasthenia gravis

(59)

REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE III

• Disebut juga Reaksi Kompleks Imun

• Patofis : kompleks imun (Ab- Ag) beredar dalam darah  mengendap dalam jaringan (paling sering : ginjal,

persendian, kulit, pembuluh darah) respon imun 

kerusakan jaringan sekitar

• Contoh klinis : SLE, RA, poliarteritis

(60)

REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV

(61)

REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV

• Disebut juga Reaksi Lambat

• Patofis : antigen diproses makrofag 

dihantarkan pada sel T  sel T melepaskan berbagai sitokin  akumulasi sel-sel radang

• Contoh klinis : dermatitis kontak, penolakan alograft, sensitivitas obat

(62)

DEFISIENSI IMUN

No Defisiensi sistem imun

Penyakit yang menyertai

1.

2.

3.

4.

Sel B atau Antibodi Sel T

Fagosit

Komplemen

Infeksi bakteri rekuren seperti otitis media, pneumonia rekuren

Kerentanan meningkat terhadap virus, jamur, dan protozoa Infeksi sistemik oleh bakteri yang dalam keadaan biasa mempunyai virulensi rendah, infeksi bakteri piogenik Infeksi bakteri, autoimunitas

(63)

AUTOIMUNITAS

• Autoimunitas (hilangnya toleransi) adalah reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri

• Contoh : SLE, SJS, RHD

• Ada beberapa teori autoimunitas :

a. Teori forbidden clones  eliminasi klon yang tidak lengkap  klon yang meloloskan diri kembali dan bermutasi

b. Reaksi silang dengan antigen bakteri  epitop bakteri sama dengan sel sendiri  reaksi silang

c. Rangsangan molekul poliklonal  stimulasi

bakteri/virus kepada sek B untuk menyerang sel sendiri d. Kegagalan autoregulasi  pengawasan sel autoreaktif

oleh sel T suppresor yang gagal

(64)

INFLAMASI

(65)

INFLAMASI

(lanjutan)

• Inflamasi adalah respon jaringan terhadap cidera akibat infeksi, pungsi, abrasi, terbakar, objek asing, atau toksin

• Ditandai dengan kemerahan, panas, pembengkakan, dan nyeri. Gejala kelima kadang terjadi adalah hilangnya fungsi

(66)

INFLAMASI

(lanjutan)

• Rangkaian peristiwa inflamasi :

1. Produksi faktor-faktor kimia vasoaktif meliputi histamin, serotonin, derivatif asam arakidonat (leukotrien, prostlagandin, dan tromboksan), dan kinin (protein plasma teraktivasi). Faktor- faktor ini mengakibatkan efek :

a. Vasodilatasi  eritema, nyeri berdenyut, panas b. Peningkatan permeabilitas kapiler  bengkak c. Pembatasan area cidera  bekuan fibrin

(67)

INFLAMASI

(lanjutan)

2. Kemotaksis (gerakan fagosit ke arah cidera)  1 jam setelah permulaan inflamasi

a. Marginasi : perlekatan fagosit ke dinding endotelial b. Diapedesis : migrasi fagosit ke area cidera

3. Fagositosis agens berbahaya

a. Neutrofil & makrofag  terurai dan mati setelah menelan bakteri

b. Membentuk pus terus menerus sampai infeksi teratasi

 pus bergerak ke permukaan tubuh/rongga internal untuk diuraikan/diabsorbsi

c. Abses/granuloma akan terbentuk jika respon inflamasi tdk dapat mengatasi cidera

a. Abses :kantong pus terbatas dikelilingi jaringan terinflamasi

b. Granuloma : proses inflamasi kronik karena iritasi berulang  dikelilingi kapsul fibrosa

(68)

INFLAMASI

(lanjutan)

4. Pemulihan

a. Regenerasi jaringan  mitosis sel-sel sehat

b. Pembentukan jaringan parut  respon alternatif c. Regenerasi atau pembentukan parut ditentukan

oleh sifat jaringan yang rusak dan luasnya cidera.

Kulit  kemampuan regenerasi yang tinggi  regenerasi lengkap, kecuali jika cidera terlalu dalam

(69)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga sesuai dengan indikator modal sosial yaitu organisasi nelayan, tingkat kepercayaan antar nelayan dan jaringan ikatan masyarakat, maka analisa pemberdayaan

Dermatophyte strip test (DST) sebagai sarana diagnostic baru digunakan untuk mendeteksi dermatofita pada kerokan kuku dengan sensitivitas dan spesifisitas yang

Penggunaan lebar sempadan sungai sebagai zona riparia dapat diterapkan berdasarkan definisi dari beberapa peneliti yang menyebutkan riparian sebagai zona peralihan yang

Informasi di atas menunjukan bahawa sebagian besar responden membutuhkan informasi tentang petinggi dan karyawan lain di Kejaksaan Agung yaitu sebanyak 20 responden (40%),

Adapun metode yang digunakan oleh Bank Syariah dalam penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah telah sesuai dengan apa yang diatur dalam Fatwa Dewan

Jika ada lipstick merek lain yang harganya lebih murah dari Wardah kosmetik, ada kemungkinan untuk mencoba beralih, namun dilihat dulu apakah. warnanya sesuai

Jadi, Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan