• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Strategic (RENSTRA) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Rencana Strategic (RENSTRA) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka Tahun"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kata pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT yang telah memberikan Hidayah dan Innayah-Nya sehingga berkat ridho-Nya penyusunan Rencana Stratejik (RENTRA) Tahun 2014-2018 pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka dapat diselesaikan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Rencana Stratejik (RENTRA) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018 berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka dan Master Plan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

Mudah-mudahan dengan tersusunnya Rencana Stratejik (RENTRA) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka Tahun 2014- 2018 ini dapat meningkatkan kinerja Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

Majalengka, Nopember 2014

KEPALA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MAJALENGKA

H. ALIMUDIN, S.Sos., M.M., M.M.Kes Pembina Tk.I

NIP. 19610910 198203 1 015

(3)

Daftar isi

Kata pengantar. ... i

Daftar isi. ... ii

Daftar table. ... iii

BAB I. PENDAHULUAN. ... 1

1.1. Latar Belakang. ... 1

1.2. Dasar Hukum. ... 2

1.3. Maksud dan Tujuan RENSTRA. ... 6

1.3.1. Maksud Penyusunan RENSTRA. ... 6

1.3.2. Tujuan Penyusunan RENSTRA. ... 7

1.4. Sistematika Penulisan. ... 8

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MAJALENGKA. ... 11

2.1. Tugas Pokok, Fungsi, dan Struktur Organisasi... 11

2.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi. ... 11

2.1.2. Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka. ... 13

2.2. Sumber Daya Manusia (SDM). ... 14

(4)

2.3. Kinerja Pelayanan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten

Majalengka. ... 15

2.3.1. Pelayanan Persampahan/Kebersihan. ... 15

2.3.2. Penyedotan kakus. ... 15

2.3.3. Kajian lingkungan. ... 16

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan. ... 17

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS. ... 23

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup. ... 23

3.1.1. Permasalahan Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup... 24

3.1.2. Permasalahan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup. ... 24

3.1.3. Permasalahan Bidang Pengelolaan Persampahan dan Kebersihan. ... 24

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kabupaten Majalengka. ... 24

3.2.1. Visi Kabupaten Majalengka“MAJALENGKA MAKMUR”. ... 24

3.2.2. Misi Kabupaten Majalengka. ... 26

3.3. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. ... 30

3.4. Penentuan Isu-Isu Strategis. ... 31

BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. ... 34

4.1. Visi dan Misi. ... 34

a. Visi. ... 34

b. Misi. ... 34

(5)

4.2. Tujuan dan Sasaran RPJMD OPD. ... 34

4.3. Strategi dan Kebijakan. ... 37

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF. ... 38

5.1. Program. ... 38

5.2. Kegiatan... 38

5.3. Indikator Kinerja. ... 41

BAB VI. INDIKATOR KINERJA. ... 55

BAB VII. PENUTUP. ... 62

LAMPIRAN. ... 64

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.5. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Sistem Desentralisasi atau Otonomi Daerah menuntut Daerah lebih berkembang dan mandiri dalam melaksanakan pembangunan disemua bidang untuk kepentingan masyarakat. Dengan sistem Desentralisasi memberikan kekuasaan kepada daerah untuk melaksanakan kebijakan pemerintah sesuai dengan keadaan khusus di daerah kekuasaannya masing-masing, dengan catatan tetap tidak boleh menyimpang dari garis- garis politik dan jiwa dari pada instruksi dari Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat. Pada dasarnya maksud dan tujuan diadakannya Pemerintahan di Daerah adalah untuk mencapai efektivitas Pemerintahan.

(7)

Tujuan dari pemberian Otonomi Daerah sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mewujudkan Otonomi Daerah maka Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka menyusun rencana pembangunan bidang lingkungan hidup yang berpedoman pada kebijakan-kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka serta kebijakan Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka yang dituangkan dalam Rencana 5 (lima) Tahunan yaitu Rencana Stratejik (RENSTRA) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

(8)

Kerja Tahunan (RKT) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

1.6. Dasar Hukum

Dasar hukum penyusunan Rencana Stratejik (RENSTRA) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018 adalah :

1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

(9)

4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

(10)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

(11)

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan atau evaluasi Rencana Pembangunan Daerah;

16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 21);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 1);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Majalengka Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2008 Nomor 2);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009 Nomor 2);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten

(12)

Majalengka Tahun 2009 Nomor 10) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Nomor 8);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Nomor 11);

dan

22. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 3 Tahun 2012 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Majalengka.

(13)

1.7. Maksud dan Tujuan Rencana Stratejik (RENSTRA)

1.7.1. Maksud Penyusunan Rencana Stratejik (RENSTRA)

Maksud dari Penyususanan Rencana Stratejik (RENTRA) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018 adalah :

1) Meningkatkan Kinerja Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi untuk mencapai Visi, Misi dan Program yang telah ditetapkan dalam rangka mendukung Pembangunan Daerah Kabupaten Majalengka.

2) Menyediakan Dokumen Perencanaan Pembangunan 5 (lima) tahunan pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

3) Sebagai tolok ukur keberhasilan atas Rencana Program dan Kegiatan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

(14)

1.7.2. Tujuan Penyusunan Rencana Stratejik (RENSTRA).

Tujuan dari Rencana Stratejik (RENSTRA) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka adalah :

1) Memberikan pedoman dalam rangka menyusun Rencana Kerja tahunan, Penguatan Stakeholder dalam pelaksanaan Rencana Kinerja serta Evaluasi dan Pelaporan atas kinerja dalam 5 (lima) Tahunan.

2) Menyelaraskan antara Rencana Kinerja Tahunan dengan Visi dan Misi, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Majalengka, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Majalengka dan dokumen Perencanaan-perencanaan lainnya.

(15)

1.8. Sistematika Penulisan RENSTRA

BAB I Pendahuluan

Membahas tentang :

1. Latar Belakang Masalah 2. Dasar Hukum

3. Maksud dan Tujuan Renstra 4. Sistematika Penulisan

BAB II Gambaran Pelayanan OPD

Membahas tentang :

1. Tugas Pokok, Fungsi, dan Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

2. Sumber Daya Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3. Kinerja Pelayanan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

(16)

BAB III Isu-Isu Strategis

Membahas tentang :

1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Telaahan Visi, Misi dan Program Bupati dan Wakil Bupati Majalengka Majalengka.

3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

5. Penentuan Isu-Isu Strategis.

BAB IV Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Membahas tentang :

1. Visi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

2. Misi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

3. Tujuan dan Sasaran Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(17)

Kabupaten Majalengka.

4. Strategi dan Kebijakan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

BAB V Program dan Kegiatan

Membahas Tentang :

Program dan Kegiatan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

BAB VI Indikator Kinerja

Membahas tentang :

Indikator Kinerja Program dan Kegiatan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

BAB VII Penutup

LAMPIRAN

Membahas tentang :

Matrik Program, Kegiatan, Pendanaan, Strategi dan Arah Kebijakan.

(18)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

KABUPATEN MAJALENGKA

2.5. Tugas Pokok, Fungsi, dan Struktur Organisasi.

2.5.1. Tugas Pokok dan Fungsi.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka, Pasal 43 menyatakan Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka yaitu :

1. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah unsur pendukung tugas Bupati yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan dan berada di bawah serta bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup mempunyai Tugas Pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang lingkungan hidup.

(19)

3. Dalam melaksanakan Tugas Pokok sebagaimana dimaksud di atas, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis urusan pemerintahan daerah bidang lingkungan hidup;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang lingkungan hidup;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang lingkungan hidup; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Untuk penjelasan lebih terperinci tentang Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Majalengka Bab VIII.

(20)

Kepala Badan

H. ALIMUDIN, S.Sos., M.M., M.M.Kes

Sekretaris Badan Drs. ASEP RUKANDA, M.Si

Sub Bagian Umum

YAYA SUHAEDI M, S.Sos

Sub Bagian Keuangan

DEDE KOMARIAH, S.Sos., M.Si

Sub Bagian PEP

DIDI KARMIADI, S.Sos., MM

Bidang

Pengendalian Lingkungan Hidup

DADANG SETIAWAN, S.Sos

Bidang

Pengendalian Pelestarian Hidup

Drs. MAHMUD, MP

Bidang

Pengelolaan Sampah Dan Pengolahan Sampah / Limbah

JOYO SUHINDRA, A.Ks

Sub Bidang

Pengedalian Pencemaran Dan Kerusakan lingkungan

Sub Bidang

Amdal, Sarana Dan Prasarana Sub Bidang Pelestarian Sda Dan Keanekaragaman Hayati

Sub Bidang Penaatan Hukum Dan Kemitraan Lingkungan

Sub Bidang Pengelolaan Sampah Dan Pengolahan Sampah / Limbah

Sub Bidang Kebersihan Dan Pertamanan Kelompok Jabatan

Fungsional

(21)

2.6. Sumber Daya Manusia (SDM).

Dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi sesuai dengan Peraturan Bupati Majalengka Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Majalengka, pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka terdapat Sumber Daya Manusia sebanyak 221 (dua ratus dua puluh satu) orang, diantaranya :

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 94 orang.

2. Tenaga Kontrak Kerja (TKK) sebanyak 127 orang.

Pembagian Tugas kerja sesuai Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka diantaranya :

1. Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka sebanyak 1 (satu) orang.

2. Sekretaris Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka sebanyak 1 (satu) orang.

3. Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup sebanyak 10 (sepuluh) orang.

4. Bidang Pelestarian Linglungan Hidup sebanyak 12 (dua belas) orang.

(22)

5. Bidang Kebersihan dan Pertamanan sebanyak 171 (seratus tujuh puluh satu) orang.

6. Sub Bagian Keuangan sebanyak 9 (Sembilan) orang.

7. Sub Bagian Umum sebanyak 13 (tiga belas) orang.

8. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, Monitoring dan Pelaporan sebanyak 4 (empat) orang.

2.7. Kinerja Pelayanan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

Kinerja Pelayanan Bidang Lingkungan Hidup pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka diantaranya :

2.7.1. Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 13 Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kabupaten Majalengka bahwa pelayanan persampahan/kebersihan diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas keberlanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan dan asas nilai ekonomi.

Penyelenggaraan pelayanan persampahan/

kebersihan dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk melakukan pengendalian pencemaran

(23)

lingkungan dan kegiatan membuang sampah yang berwawasan kelestarian lingkungan yang serasi dan seimbang.

Pelayanan persampahan/kebersihan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, meningkatkan kualitas lingkungan, menjadikan sampah sebagai sumber daya dan menjadikan sampah menjadi sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Majalengka.

2.7.2. Penyedotan kakus

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2010 tentang Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus di Kabupaten Majalengka adalah Pemerintah Daerah bertugas menjamin terselenggaranya pelayanan persampahan/kebersihan yang baik dan berwawasan lingkungan.

Tugas Pemerintah Daerah dalam pelayanan penyedotan kakus adalah :

a. Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah/limbah;

b. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan dan penanganan sampah/limbah;

c. Mempasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan dan pemanfaatan sampah;

(24)

d. Melaksanakan pelayanan persampahan/

kebersihan dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pelayanan persampahan/kebersihan;

e. Mendorong dan mempasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah;

f. Mempasilitasi penerapan teknologi spsifikasi lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menanggani sampah; dan g. Melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah,

masyarakat dan dunia usaha agar terdapat

keterpaduan dalam pelayanan

persampahan/kebersihan dan pengelolaan sampah.

2.7.3. Kajian lingkungan

Lahirnya konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan didorong oleh lahirnya kesadaran terhadap masalah-masalah lingkungan dan lahirnya hukum lingkungan sebagai konsep yang mandiri, terdorong oleh kehendak untuk menjaga, membina dan meningkatkan kemampuan lingkungan dan sumber daya alam agar dapat mendukung berlanjutkannya pembangunan. Lingkungan hidup seharusnya dikelola dengan baik agar dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan bagi manusia. Adapun tujuan

(25)

pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut :

a. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun manusia seutuhnya.

b. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

c. Terwujudnya manusia sebagai pembina lingkungan hidup.

d. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk generasi sekarang dan mendatang.

e. Terlindunginya Negara terhadap dampak kegiatan luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

(26)

2.8. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan.

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats)

(27)

menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru

“Wikipedia”).

Analisa SWOT diatas sangat efektiv bila dihubungkan dengan Rencana Stratejik (RENTRA) Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018 dalam menentukan perencanaan Program dan Kegiatan lima tahun kedepan adalah sebagai berikut :

a. Strength/Kekuatan

Yang menjadi Strrength/Kekuatan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka yang menanggani Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten Majalengka yaitu:

1. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka sebagai Lembaga Teknis Pemerintah Daerah yang mana semua kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan diatur oleh pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka.

2. Kabupaten Majalengka adalah Kabupaten/Kota yang tidak terlalu luas dan kepadatan penduduknya belum terlalu padat sehingga Kondisi lingkungan hidup masih dapat tertanggani dengan baik.

3. Kondisi Tanah, Air dan Udara di Kabupaten Majalengka belum terlalu tercemar jadi masih dapat

(28)

4. Kondisi Lingkungan Visual di Kabupaten Majalengka dapat tertata rapi.

5. Kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kabupaten Majalengka dapat tertata proposional.

6. Kondisi hutan di Kabupaten Majalengka kondisinya masih sesuai dengan harapan sehingga Sumber Daya Alam (SDA) dan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) terlestarikan.

7. Penduduk di Kabupaten Majalengka belum terlalu padat sehingga timbulan sampah masih dapat diatasi dan belum mencemari lingkungan sehingga Pengelolaan dan Pengolahan sampah/limbah dapat tertangani dengan baik.

8. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka yang menanggani bidang lingkungan hidup dapat membantu dalam meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pemungutan retribusi persampahan dan penyedotan kakus sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2010 tentang Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus di Kabupaten Majalengka dan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 13 Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kabupaten Majalengka.

(29)

b. Weakness/Kelemahan

Yang menjadi Weakness/Kelemahan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka yaitu:

1. Keterbatasan Anggaran Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka untuk pembangunan infrastruktur lingkungan hidup terbilang masih terbatas dikarenakan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka terbilang kecil.

2. Kurangnya pembangunan Infrastruktur dan kurangnya Sarana Prasarana Lingkungan Hidup dikarenakan keterbatasan anggaran yang diberikan kepada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

3. Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka masih kurang dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Majalengka.

4. Masyarakat Kabupaten Majalengka masih kurang sadar akan lingkungan hidup dan perlu dilaksanakan sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup.

5. Penanganan lingkungan hidup belum sampai ke pelosok wilayah Kabupaten Majalengka dikarenakan sarana dan prasarana penunjang belum memadai

(30)

dan kondisi geografis yang jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Majalengka.

6. Penaatan Hukum Lingkungan Hidup di Kabupaten Majalengka belum berjalan dengan baik.

7. Ijin lingkungan belum berjalan dengan baik dan masih banyak dunia usaha belum memiliki ijin lingkungan baik AMDAL,UKL,UPL maupun SPPL.

c. Opportunity/Peluang

Yang menjadi Opportunity/Peluang Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka yaitu:

1. Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Majalengka dan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan maka Badan pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka harus bekerjasama dengan pihak lain dalam pengelolaan dan Pengolahan Sampah/Limbah supaya pemanfaatan sampah/limbah bernilai ekonomis.

2. Dukungan program, kegiatan dan anggaran dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka menjadi salah satu peluang untuk meningkatkan pengendalian pencemaran lingkungan dan pembangunan infrastruktur yang lebih baik.

(31)

3. Masyarakat, dunia usaha, instansi vertical dan instansi lainnya sama-sama menjaga lingkungan sesuai kewenangannya sehingga tercipta Kabupaten Majalengka yang Bersih, Indah, Sejuk dan Asri sesuai dengan Visi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka yaitu BPLH BISA.

d. Threat/Ancaman

Yang menjadi Threat/Ancaman pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :

1. Masyarakat, dunia usaha dan aparatur sudah tidak sadar akan menjaga lingkungan hidup yang dapat mengakibatkan terjadi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di Kabupaten Majalengka.

2. Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah daerah kurang mendukung dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

3. Pembangunan di Kabupaten Majalengka yang terus- menerus tanpa memperdulikan lingkungan hidup.

(32)

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS

3.5. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah unsur pendukung tugas Bupati yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan dan berada di bawah serta bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup mempunyai Tugas Pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang lingkungan hidup.

Dalam melaksanakan Tugas Pokok sebagaimana dimaksud di atas, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis urusan pemerintahan daerah bidang lingkungan hidup;

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang lingkungan hidup;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang lingkungan hidup; dan

(33)

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Identifikasi Permasalahan Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten Majalengka.

3.5.1. Permasalahan Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup

a. Meningkatnya Pencemaran tanah, air dan Udara.

b. Meningkatnya Perusakan lingkungan hidup.

c. Kurang pahamnya masyarakat yang akan melaksanakan usaha terhadap izin lingkungan yang dapat merubah lingkungan sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan hidup.

d. Kurangnya Prasarana dan Sarana Lingkungan Hidup.

3.5.2. Permasalahan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup a. Pelestarian Sumber daya alam dan

keanekaragaman hayati belum terfasilitasi dengan baik.

b. Penaatan Hukum Lingkungan masih belum berjalan dengan baik.

c. Masih kurangnya sosialisasi tentang pelestarian lingkungan hidup.

(34)

3.2.3. Permasalahan Bidang Pengelolaan Persampahan dan Kebersihan

a. Meningkatnya Pencemaran Sampah/Limbah.

b. Meningkatnya pembuangan Sampah/Limbah ke sungai.

c. Meningkatnya timbulan sampah di permukiman penduduk, tempat usaha dan tempat-tempat lainnya.

d. Kurangnya sarana dan prasarana persampahan.

e. Terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) public dan RTH pripat di Kabupaten Majalengka.

f. Kurang terpeliharanya pertamanan di Kabupaten Majalengka.

3.6. Telaahan Visi, Misi dan Program Kabupaten Majalengka.

3.6.1. Gambaran Umum Kabupaten Majalengka.

a. Kondisi Umum Kabupaten Majalengka.

Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Barat, memiliki luas 1.204,24 Km2 atau 3,25% dari luas wilayah daratan Provinsi Jawa Barat (37.095,28 Km2), dengan batas wilayah sebagai berikut : 1) Sebelah Utara, berbatasan dengan

Kabupaten Indramayu;

(35)

2) Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 246 Tahun 2004 tentang Batas Wilayah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2009 tentang Batas Daerah Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat;

3) Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya;

4) Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008 tentang Batas Daerah Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat.

Secara Geografis Kabupaten Majalengka terletak di bagian Timur Provinsi Jawa Barat yaitu bagian Barat antara 108° 03’-108° 19’ Bujur Timur, bagian Timur 108° 12’-108° 25’ Bujur Timur, bagian Utara antara 6° 36’-6° 58’ Lintang Selatan dan bagian Selatan 6° 43’-7° 03’ Lintang Selatan. Topografis Kabupaten Majalengka secara umum dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : landai atau dataran rendah (0 – 15 persen), berbukit bergelombang (15 – 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Sebesar 13,21 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40 persen, 18,53 persen berada dalam kelas kemiringan lahan 15 - 40 persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0 - 15 persen.Kondisi bentang

(36)

alam yang melandai ke daerah Barat Laut, menyebabkan sebagian besar aliran sungai dan mata air mengalir ke arah Utara, sehingga pada wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan. Perbukitan dengan lereng yang curam terdapat di lereng Gunung Ciremai dan daerah lereng Gunung Cakrabuana.

Kondisi topografis ini sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah, juga menyebabkan dampak yang mengakibatkan terdapatnya daerah yang rawan terhadap gerakan tanah yaitu daerah yang mempunyai kelerengan curam.

Adapun distribusi ketiga topografi yang ada di Kabupaten Majalengka sebagaimana disebutkan di atas, adalah sebagai berikut :

1. Dataran rendah, mempunyai kemiringan tanah antara 0-15%, meliputi semua kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka. Kecamatan yang mempunyai kemiringan 0-15% seluruh wilayahnya terdiri atas Kecamatan Cigasong, Jatitujuh, Jatiwangi, Kadipaten, Kertajati, Ligung, dan Palasah.

2. Berbukit gelombang, kemiringan tanahnya berkisar antara 15%-40%, meliputi Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Dawuan, Kasokandel, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Rajagaluh, Sindangwangi, Sukahaji, Sindang, dan Talaga.

3. Perbukitan terjal, kemiringan tanahnya >40%, meliputi daerah sekitar Gunung Ciremai,

(37)

Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Malausma, Cikijing, Cingambul, Lemahsugih, Leuwimunding, Maja, Majalengka, Panyingkiran, Rajagaluh, Sindangwangi, Sukahaji, Sindang, Sumberjaya, dan Talaga.

Sedangkan berdasarkan ketinggian, wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0 - 100 m dpl), dataran sedang (>100 - 500 m dpl) dan dataran tinggi (> 500 m dpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas 2.000 m dpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai.

Berdasarkan sebaran dan struktur batuannya, kondisi geologis Kabupaten Majalengka meliputi:

Aluvium seluas 17.162 Ha (14,25%), Pleistocene Sedimentary Facies seluas 13.716 Ha (13,39%), Miocene Sedimentary Facies seluas 23,48 Ha (19,50%), Undiferentionet Vulcanic Product seluas 51.650 Ha (42,89%), Pliocene Sedimentary Facies, seluas 3.870 Ha (3,22%), Liparite Dacite seluas 179 Ha (0,15%), Eosene, seluas 78 Ha (0,006%), Old Quartenary Volkanik Product seluas 10.283 Ha (8,54%). Kondisi geologi Kabupaten Majalengka juga terdapat formasi Sesar Baribis yang berpotensi menyebabkan patahan rawan gempa, terutama untuk daerah Selatan dan Timur.

(38)

Kondisi Hidrologi Kabupaten Majalengka dibagi kedalam dua bagian yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan, dilewati 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Cimanuk dan Cilutung yang menjadi sumber air baku terutama untuk kegiatan pertanian. Selain itu, Kabupaten Majalengka mempunyai beberapa potensi air permukaan lainnya berupa situ/danau yaitu di wilayah Desa Cipadung, Payung, Sangiang, dan Talagaherang.Air Tanah, berdasarkan kondisi potensi yang ada secara umum Wilayah Utara dan Tengah Kabupaten Majalengka merupakan daerah yang memiliki potensi Air Bawah Tanah (ABT) yang cukup baik.

b. Kondisi Saat ini Kabupaten Majalengka

“Tidak ada hutan, tidak ada air, dan tidak ada kehidupan”. Semboyan tersebut selalu kita dengar dalam berbagai media, hal ini disebabkan luas lahan kritis sudah semakin parah termasuk kondisi lahan kritis di Kabupaten Majalengka. Kondisi lahan kritis tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti budidaya yang tidak mengikuti kaidah konservasi, adanya perambahan hutan, galian C dan hutan produksi yang ditebang. Jika kondisi kritis dibagian hulu, maka degradasi lahan akan terasa di bagian hilir, erosi dan bencana banjir akan menyebabkan ancaman terhadap produksi pangan bahkan gagal panen.

Hal lain yang selama ini menjadi permasalahan dalam pengelolaan sumber daya alam di Kabupaten Majalengka diantaranya adalah

(39)

hilangnya fungsi konservasi kawasan bantaran sungai, rusaknya perlindungan terhadap mata air, berkurangnya sumur-sumur resapan dan masih sedikitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan perkotaan. Dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Majalengka, bahwa Kawasan Lindung harus 39,19% dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka, saat ini baru 13.688,66 Ha, dan luas lahan kritis mencapai 16.484,67 Ha. Pemanasan global (global warning) semakin dapat dirasakan, perubahan iklim (climate change) sulit untuk dapat diprediksi, sering berubah tidak menentu.

Dampak dari iklim yang tidak menentu yaitu perubahan jadwal tanam, hama dan penyakit, banjir, kekeringan, kerusakan produksi agro. Selain itu, permasalahan pada bidang sumber daya alam dan lingkungan adalah meningkatnya tingkat degradasi lingkungan. Hal ini terkait dengan pola kehidupan masyarakat yang kurang arif dalam mengelola kawasan konservasi, sehingga menyebabkan pencemaran air dan tanah pada daerah hulu. Akibat meningkatnya degradasi lingkungan ini, maka kuantitas resapan limpasan air permukaan menjadi berkurang dan kandungan air tanahnya menurun, sehingga daya tampung sungai yang mengalir ke hilir menjadi berkurang.

(40)

3.6.2. Visi Kabupaten Majalengka“MAJALENGKA MAKMUR”

Makmur secara harpiah bermakna sejahtera, berkecukupan secara material dan agamis secara spriritual atau tatanan kehidupan yang rakyatnya mendapatkan kebahagian jasmani dan rohani sehubungan telah terpenuhi kebutuhannya.

Adapun definisi operasional atau yang dimaksud dengan MAJALENGKA MAKMUR dalam Visi kami adalah : “terwujudnya suatu tatanan masyarakat, pemerintahan, dan pembangunan Majalengkayang Maju, Aman, Kondusif, Mandiri, Unggul, dan Religius”

dalam arti :

Maju : Berada di depan dibanding daerah-

daerah lain dilihat dari aspek

pendidikan, kesehatan,

perekonomian, infrastruktur, tata kelola pemerintahan, keagamaan dan berbagai sendi kehidupan lainnya dengan tetap memperhatikan aspek- aspek pembangunan berkelanjutan;

Aman : Kondisi Daerah yang bebas dari

ancaman, gangguan, ketakutan, dan konflik sosial tanpa adanya diskriminasi

(41)

terhadap golongan tertentu;

Kondusif : Situasi yang mendukung untuk

berinvestasi, nyaman, disertai kualitas pelayanan aparatur yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) agar tercipta pembangunan yang seimbang di berbagai sektor;

Mandiri : Mampu meningkatkan kemampuan

Daerah untuk menyelenggarakan seluruh urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dengan tidak sepenuhnya bergantung kepada bantuan Pemerintah yang lebih atas;

Unggul : Memiliki daya saing yang tinggi berfokus pada kepemilikan sumber daya alam berlimpah, sumber daya manusia berkualitas, dan inovaitif dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK);

Religius : Seluruh aktivitas kehidupan

masyarakat Kabupaten Majalengka dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan,

mampu menjalankan dan

mengamalkan ajaran agama dengan didukung sarana dan prasarana

(42)

keagamaan yang memadai.

3.6.3. Misi Kabupaten Majalengka

Dalam rangka pencapaian Visi tersebut di atas, maka telah ditetapkan Misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, lingkungan, dan sarana prasarana perekonomian dalam rangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan;

2. Membangun tatakelola pemerintahan yang baik (good governance) dengan berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan aparatur;

3. Membangun iklim investasi yang kondusif dan pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk mencapai pemerataan kesejahteraan masyarakat;

4. Meningkatkan daya saing daerah dengan berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi dengan mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan;

5. Mewujudkan Desa Mandiri;

(43)

6. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama disertai penyediaan sarana prasarana keagamaan yang memadai.

Misi yang diemban sebagaimana tersebut di atas, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. “Misi Pertama,Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, lingkungan, dan sarana prasarana perekonomian dalam rangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan”

Pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, lingkungan dan sarana prasarana perekonomian merupakan tuntutan kebutuhan yang esenssial untuk dipenuhi secara terus menerus dengan penekanan pada kualitas pelayanan. Kelima unsur tersebut memiliki saling keterkaitan yang kuat dalam mencapai tujuan peningkatan IPM.

Hal tersebut didasari pemikiran bahwa pendidikan akan mampu menciptakan masyarakat yang sehat secara individu dan lingkungan, produktif dalam menghasilkan barang /jasa dan mampu meningkatkan kemampuan investasi sehingga diperlukan kuantitas dan kualitas infrastruktur yang baik dan

(44)

penyediaan sarana prasarana perekonomian yang memadai. Kesemuanya itu memerlukan upaya Pemerintah Kabupaten untuk memberikan pelayanan yang berkualitas mengacu pada standar-standar pelayanan yang telah ditetapkan.

2. “Misi Kedua, Membangun tatakelola pemerintahan yang baik (good governance) dengan berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan aparatur”

Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten. Hal ini didasari bahwa penatakelolaan pemerintahan yang baik akan menghasilkan produk layanan publik yang baik pula dan seiring dengan itu pula akan tercipta tingkat kesejahteraan pegawai yang baik . Penciptaan pemerintahan yang baik dapat diawali salah satunya mewujudkan sosok birokrasi yang ideal dengan upaya membangun harmonisasi regulasi, penataan kelembagaan, pembenahan struktur, pembentukan orentasi dan sistem nilai baru, penyederhanaan proses

(45)

kerja dan pengembangan lingkungan politik yang sehat.

3. “Misi Ketiga, Membangun iklim investasi yang kondusif dan pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk mencapai pemerataan kesejahteraan masyarakat”

Kondusifitas iklim investasi teramat penting untuk dibangun dan dijaga serta tidak semata dibangun dari tingkat stabilitas keamanan belaka, namun iklim investasi harus juga terbangun dari prakarsa daerah dan kemudahaan investasi yang diberikan oleh daerah kepada berbagai pihak.

Penumbuhkembangan investasi harus juga merupakan media bagi peningkatan pemberdayaan UMKM sehingga memiliki saling ketergantungan yang pada gilirannya akan mampu memberikan percepatan pertumbuhan perekonomian daerah yang tinggi.

4. “Misi Keempat, Meningkatkan daya saing daerah dengan berfocus pada pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi dengan mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan”

(46)

Daya saing daerah merupakan hal pokok dari substansi otonomi daerah, karena daya saing daerah inilah akan memacu pertumbuhan daerah dari berbagai hal. Daya saing daerah akan tercermin dari kemampuan daerah dalam menghasilkan keunggulan daerah yang tercipta dari hasil optimalisasi pemanfaatan atas sumber daya alam, sumber daya manusia yang tercipta dari kemampuan inovasi daerah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan beradaptasi dengan tekhnologi yang terkini.

5. “Misi Kelima, Mewujudkan Desa Mandiri”

Kemandirian desa ditengah tengah percepatan pembangunan daerah adalah hal mutlak yang harus diwujudkan karena kemandirian desa akan memberikan kontribusi besar terhadap capaian indikator kinerja daerah dalam berbagai sector pembangunan . Kemandirian desa ini tidak semata pada penanaman nilai nilai baru dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai akibat dari telah terbitnya Undang-Undang tentang Desa, tetapi lebih dari itu yaitu menumbuhkembangkan otonomi desa melalui kapasitas dan kapabilitas desa dalam mengolah seluruh potensi kekayaan desa yang dimilikinya.

(47)

6. “Misi Keenam, Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama disertai penyediaan sarana prasarana keagamaan yang memadai”

Pemahaman ajaran agama dan penyediaan sarana prasarana keagamaan yang memadai merupakan hal yang mendasar bagi masyarakat di Majalengka. Dengan pemahaman ajaran agama yang baik dan benar dan didukung sarana prasarana keagamaan yang memadai akan dapat menciptakan sosok masyarakat Majalengka yang berkeyakinan, berprilaku, bersikap sesuai dengan norma norma agama yang dianutnya dan mampu menciptakan masyarakat yang maju dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3.7. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka.

Renstra Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018 membahas persoalan lingkungan hidup untuk lima tahun kedepan terutama permasalahan yang menyangkut pencemaran lingkungan hidup baik yang diakibatkan oleh sampah/limbah yang tidak

(48)

yang terus-menerus tanpa memperhatikan lingkungan hidup maupun fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan di Kabupaten Majalengka.

Pencemaran Sampah/Limbah di Kabupaten Majalengka diakibatkan oleh timbulan sampah serta masyarakat kurang sadar akan membuang sampah dan kurang sadar menjaga lingkungan hidup serta kegiatan usaha yang membuang sampah/limbah ke sungai.

3.8. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

1) Perluasan TPPAS Heuleut di Kecamatan Kadipaten.

2) Pembangunan TPPAS Talaga dan/atau Cingambul di Talaga/Cingambul.

3) Penyediaan Sarana Pengolahan Sampah Sementara.

4) Pengembangan Usaha Daur Ulang Sampah TPPAS Heuleut di TPPAS Heuleut.

5) Pengembangan system pengolahan menjadi sanitary landfill di TPPAS Heuleut.

6) Pengembangan Pengolahan Limbah Bergerak.

7) Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengolahan Limbah Industri, Limbah Medis, Limbah Berbahaya Beracun (B3) Secara Mandiri.

8) Pengelolaan sampah dan limbah yang mengandung bahan beracun di kawasan peruntukan industri.

(49)

9) Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan.

3.9. Penentuan Isu-Isu Strategis.

1) Di Kabupaten Majalengka luas lahan kritis sudah semakin parah. Aspek yang mempengaruhi status kerusakan lahan/tanah disebabkan oleh aktivitas manusia yang tidak bertanggungjawab terhadap lingkungan, cotohnya masih banyak masyarakat menebang pohon tanpa memperhatikan aturan serta tidak menanam kembali sehingga dapat berakibat erosi dan hutan gundul, kurang memahaminya peraturan atau kebijakan pemerintah tentang lingkungan hidup, masih rendahnya tingkat kesadaran terhadap dampak kerusakan lingkungan hidup, dan masih rendahnya pengetahuan tentang pengelolaan kerusakan lahan/tanah yang tandus menjadi tanah yang subur dan dapat ditanami kembali dengan berbagai tanaman sehingga dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat petani di pedesaan.

Lahan kritis dan potensial lahan kritis di Kabupaten Majalengka yaitu :

a) Lahan kritis berada di Desa Sukasari Kaler, Sukasari Kidul, Tejamulya, Cibunut pada ketinggian 1138 mdpl.

(50)

b) Lahan kritis berada di Desa Sagara, Sangiang, Sunia, Gunungmanik, dan Desa Cipulus pada ketinggian 381 mdpl.

c) Potensial kritis berada di Cibodas, Kulur, Cijurey, Cipicung, Cengal dan Nunuk baru pada ketinggian 224 mdpl.

2) Tingginya degradasi lahan di bagian hilir, erosi dan bencana banjir yang diakibatkan penebangan pohon yang terus-menerus dan tidak ditanami kembali dan kurannya reboisasi hutan.

3) Hilangnya fungsi konservasi kawasan bantaran sungai diakibatkan oleh degradasi lahan/tanah.

4) Rusaknya perlindungan terhadap mata air diakibatkan penebangan hutan yang terus-menerus tanpa memperhatikan reboisasi.

5) Berkurangnya sumur-sumur resapan diakibatkan pembangunan yang tanpa memperhatikan aspek lingkungan.

6) Sedikitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan perkotaan diakibatkan pembangunan yang terus- menerus tanpa memperhatikan kondisi lingkungan hidup.

7) Masih banyaknya pencemaran air dan tanah pada daerah hulu sehinga mencemari daerah hilir.

(51)

8) Kurangnya daya tampung sungai yang mengalir ke hilir.

9) Meningkatnya tingkat degradasi lingkunganterkait pola kehidupan, masyarakat yang kurang arif dalam mengelola kawasan konservasi, sehingga menyebabkan pencemaran air dan tanah pada daerah hulu yang berakibat berkurangnya kuantitas resapan limpasan air permukaan dan menurunnya kandungan air tanah serta semakin banyaknya kejadian bencana dan bertambah luasnya potensi bencana yang terjadi setiap tahunnya.

(52)

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1. Visi dan Misi

c. Visi.

Mewujudkan Lingkungan Hidup “Bersih, Indah, Sejuk dan Asri”

( B I S A )

Bersih  Tanah, Air dan Udara terbebas dari pencemaran.

Indah  Lingkungan Visual tertata rapi.

Sejuk  Ruang Terbuka Hijau (RTH) tertata proposional.

Asri  Sumber Daya Alam (SDA) dan

Keanekaragaman Hayati (Kehati) terlestarikan.

d. Misi.

a) Menangani Pencemaran.

b) Menata Lingkungan Visual.

c) Menata Ruang Terbuka Hijau (RTH).

d) Melestarikan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati.

(53)

4.2. Tujuan dan Sasaran RPJMD OPD

(54)

Tabel 4.1

Tujuan dan Sasaran RPJMD Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka

N

O TUJUAN SASARAN INDIKATO SASARAN TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KE-

1 2 3 4 5

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Mengembangkan dan memantapkan infrastruktur yang berkualitas, proporsional, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kualitas penanggulangan bencana

Meningkatnya prosentase luasan RTH publik di wilayah kota/kawasan perkotaan dan wilayah kecamatan di Kabupaten Majalengka.

1 Paket Biaya Pemeliharaan RTH selama 12 Bulan, 1 Paket Taman Jalan Lingkar Utara.

1 Paket Biaya Pemeliharaan RTH selama 12 Bulan, 11 Paket Taman Kota, 1 Paket

Landscape area.

1 Paket Biaya Pemeliharaan RTH selama 12 Bulan, 6 Paket Taman Kota, 1 Paket Perluasan RTH di Kota Majalengka

1 Paket Biaya Pemeliharaan RTH selama 12 Bulan, 7 Paket Taman Kota, 1 Paket Perluasan RTH di Kota Majalengka

1 Paket Biaya Pemeliharaan RTH selama 12 Bulan, 7 Paket Taman Kota, 1 Paket Perluasan RTH di Kota Majalengka

Terkendalianya Kualitas Tanah, Air dan Udara,Terkendalinya Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup, serta Meningkatnya Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Lingkungan Hidup.

3 Kali Pemantauan Lingkungan, 6 Paket /6 Dokumen Pengetesan Kualiatas Tanah, Air dan Udara, Pemantauan 26 Kecamatan, 1 Paket Tim Komisi AMDAL, 35 Pemantauan

Perusahaan, Sosialisasi 26 Kecamatan

3 Kali Pemantauan Lingkungan, 6 Paket /6 Dokumen Pengetesan Kualiatas Tanah, Air dan Udara, Pemantauan 26 Kecamatan, 1 Paket Tim Komisi AMDAL, 35 Pemantauan Perusahaan, Sosialisasi 26 Kecamatan

3 Kali Pemantauan Lingkungan, 6 Paket /6 Dokumen Pengetesan Kualiatas Tanah, Air dan Udara, Pemantauan 26 Kecamatan, 1 Paket Tim Komisi AMDAL, 35 Pemantauan Perusahaan, Sosialisasi 26 Kecamatan

3 Kali Pemantauan Lingkungan, 6 Paket /6 Dokumen Pengetesan Kualiatas Tanah, Air dan Udara, Pemantauan 26 Kecamatan, 1 Paket Tim Komisi AMDAL, 35 Pemantauan Perusahaan, Sosialisasi 26 Kecamatan

3 Kali Pemantauan Lingkungan, 6 Paket /6 Dokumen Pengetesan Kualiatas Tanah, Air dan Udara, Pemantauan 26 Kecamatan, 1 Paket Tim Komisi AMDAL, 35 Pemantauan

Perusahaan, Sosialisasi 26 Kecamatan

Terkendalinya Pembuangan Limbah Industri UKM dan

Limbah Domestik. 4 Paket IPLT 1 Paket IPLT 2 Paket IPAL UKM 2 Paket IPAL UKM 2 Paket IPAL UKM Meningkatnya Sarana dan

Prasarana Pengelolaan dan Pengolahan Sampah/Limbah

4 Paket Sarana dan Prasarana

Persampahan, 1 Paket

1 Paket Pemeliharaan Sarana dan

4 Paket Sarana dan Prasarana Persampahan, 1

4 Paket Sarana dan Prasarana Persampahan, 1

4 Paket Sarana dan Prasarana

Persampahan, 1 Paket

(55)

dan Prasarana

Persampahan Paket Sarana dan Prasarana Persampahan, 1 Paket Study Kelayakan TPPAS Cipaku, 2 Paket Pengolahan Control Landfill dan Gas Metan.

Operasional Sarana dan Prasarana Persampahan, 4 Paket Mesin Pengolah

Sampah/Limbah, 1 Paket Pengolah Sampah 3R, 1 Kali Sosialisasi, 2 Paket Pembangunan TPPAS, 1 Paket Pengola Gas Metan, 1 Paket Mesin Pengolah Sampah Organik dan Anorganik, 1 Paket Sanitary Landfill, 1 Paket Tong Sampah, 2 Paket Incenerator Puskesmas, 3 Paket Incenerator B3

Operasional Sarana dan Prasarana Persampahan, 4 Paket Mesin Pengolah

Sampah/Limbah, 1 Paket Pengolah Sampah 3R, 1 Kali Sosialisasi, 2 Paket Pembangunan TPPAS, 1 Paket Pengola Gas Metan, 1 Paket Mesin Pengolah Sampah Organik dan Anorganik, 1 Paket Sanitary Landfill, 1 Paket Tong Sampah, 2 Paket Incenerator Puskesmas, 3 Paket Incenerator B3

dan Prasarana Persampahan, 4 Paket Mesin Pengolah Sampah/Limbah, 1 Paket Pengolah Sampah 3R, 1 Kali Sosialisasi, 2 Paket Pembangunan TPPAS, 1 Paket Pengola Gas Metan, 1 Paket Mesin Pengolah Sampah Organik dan Anorganik, 1 Paket Sanitary Landfill, 1 Paket Tong Sampah, 2 Paket Incenerator Puskesmas, 3 Paket Incenerator B3

Terkendalianya kerusakan Tanah, Mata air, Hutan, Lahan dan Teridentifikasinya kondisi SDA,KEHATI dan Titik

Pencemaran Tanah, Air dan Udara.

40 Paket Lubang Biopori dan Sumur Resapan, 1

Paket/Dokumen Data KEHATI dan 1

Paket/Dokumen Data SDA.

1 Paket Kondisi Keanekaragama n Hayati.

40 Paket Lubang Biopori dan Sumur Resapan, 1 Paket/Dokumen Titik Pencemaran Tanah, Air dan Udara,1 Paket/Dokumen Data KEHATI dan 1 Paket/Dokumen Data SDA.

40 Paket Lubang Biopori dan Sumur Resapan, 1 Paket/Dokumen Titik Pencemaran Tanah, Air dan Udara,1 Paket/Dokumen Data KEHATI dan 1 Paket/Dokumen Data SDA.

40 Paket Lubang Biopori dan Sumur Resapan, 1

Paket/Dokumen Titik Pencemaran Tanah, Air dan Udara,1 Paket/Dokumen Data KEHATI dan 1

Paket/Dokumen Data SDA.

(56)

4.3. Strategi dan Kebijakan

Tabel 4.2

Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Visi : Mewujudkan Lingkungan Hidup “Bersih, Indah, Sejuk dan Asri” ( B I S A )

Misi I : Mengani Pencemaran

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

Bersih

Tanah, Air dan Udara terbebas dari Pencemaran

Memandirikan Masyarakat dalam

mewujudkan Lingkungan Bersih

Strategi 2

Penanganan Sampah Penanganan

Limbah Cair Penanganan Emisi

Gas Buang Misi II : Menata Lingkungan Visual.

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

Indah Lingkungan Visual Tertata Rafi

Mengkontributifkan Masyarakat dalam

mewujudkan Lingkungan Indah

Penataan Node Penataan LandMark Penataan Path

dan Edge Misi III : Menata Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

Sejuk

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tertata

Proposional

Mengkontributifkan Masyarakat dalam

mewujudkan Lingkungan Sejuk

Penataan RTH Publik Penataan RTH

Privat Misi IV : Melestarikan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman

Hayati.

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

Asri

Sumber Daya Alam (SDA) dan Keanekaragaman

Hayati (KEHATI) Terlestarikan

Mempartisifasikan Masyarakat dalam

Mewujudkan Lingkungan Asri

Pelestarian Sumber Daya

Alam Pelestarian Keanekaragaman

Hayati

(57)

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF.

5.1. Program

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.

2. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Aparatur.

3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur.

4. Program Peningkatan Pengawasan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja.

5. Program Peningkatan Pengawasan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan.

6. Program Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

7. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.

8. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah.

9. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.

10. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.

(58)

5.2. Kegiatan

1. Kegiatan Penyediaan Jasa Surat-Menyurat.

2. Kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik.

3. Kegiatan Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan Kerja.

4. Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor.

5. Kegiatan Penyediaan Cetakan dan Penggandaan.

6. Kegiatan Penyediaan Komponen Listrik/Penerangan Bangunan Kantor.

7. Kegiatan Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor.

8. Kegiatan Penyediaan Peralatan Rumah Tangga.

9. Kegiatan Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan.

10. Kegiatan Penyediaan Makanan dan Minuman.

11. Kegiatan Penyediaan Jasa Penunjang Kelancaran Pelayanan Administrasi Perkantoran.

12. Kegiatan Koordinasi dan Konsultasi dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintahan.

13. Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional.

14. Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor.

15. Kegiatan Pembangunan Gedung Kantor.

16. Kegiatan Pengadaan Pakaian Khusus Hari-Hari tertentu.

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA KELAS XI IPS 5 DI SMAN 1 NGEMPLAK BOYOLALI

Kitab tafsir Nur al-Ihsan oleh Muhammad Sa’id bin Umar Kedah, dengan usaha beliau meterjemahkan tafsir Nur al-Ihsan ke dalam bahasa Melayu yang masih dapat dikaji sampai

Dan pembauran budaya merupakan suatu tradisi dan proses perubahan di berbagai aspek kebudayaan yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan seperti yang telah

Investigasi video selama satu tahun dalam kompleks Indah Kiat Perawang mendokumentasi bagaimana ramin ilegal secara teratur bercampur dengan spesies hutan hujan lainnya (juga

Prikazani, kombinirani način, rješenja temeljenja na tlu neujednačenih svojstava se koristi u inženjerskim zadaćama, kada je neracionalno tražiti rješenje primjenom samo jednog

Bila kemungkinan terbukti bahwa saya temyata melakukm tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan Ijazah

berfungsi dapat menunjang kehidupan air minum dan irigasi terutama bagi warga Lombok Barat. Tetapi, fakta di lapangan adalah indeks keanekaragaman spesies di Hutan

Endapan bijih besi primer merupakan endapan bijih besi yang terbentuk akibat adanya proses dari tektonik lempeng sehingga terjadilah proses magmatisme yang