• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Pemanfaatan KB Metode Operasi Pria di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determinan Pemanfaatan KB Metode Operasi Pria di Puskesmas Batang Kuis Tahun 2016"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014).

2.1.2 Visi Puskesmas

(2)

9

dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat adalah lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta derajat kesehatan penduduk kecamatan. Untuk mendukung kecamatan sehat salah satu upaya yang dikembangkan saat ini adalah dengan adanya Desa Siaga yang salah satu indikatornya adalah ada Pos Kesehatan Desa sebagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), dengan penggerakan masyarakat wilayah desa/kelurahan, dan sebagai upaya Pertolongan Pertama Pada Penyakit (P3P) dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

2.1.3 Tujuan Puskesmas

(3)

10

2.2 Keluarga Berencana

2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk memmbentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Dalam rangka menegakkan upaya KB, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat (UU No.36, 2009)

2.2.2 Tujuan Program Keluarga Berencana

Gerakan Keluarga Berencana (KB) memiliki beberapa tujuan yaitu :

a. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dan potensi yang ada.

b. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap dengan pelayanan bermutu.

c. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan anak-anak dibawah usia lima tahun serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan persalinan.

(4)

11

e. Meningkatkan peranan dan bertanggung jawab wanita, pria dan generasi muda dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan masalah kependudukan.

f. Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga lebih mampu meningkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing.

g. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam mempercepat pelembagaan nilai-nilai.

h. Memeratakan penggarapan gerakan KB keseluruh wilayah dan lapisan masyarakat perkotaan, pedesaan, kumuh, miskin dan daerah pantai.

i. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan KB yang mampu memberikan pelayann KB yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat diseluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi dan kenyamanan yang memenuhi harapan (Meilani dan Niken, 2010).

Tujuan dari Keluarga Berencana (KB) juga dikemukakan oleh Anggraini dkk (2012), yaitu :

a. Tujuan umum Keluarga Berencana (KB) adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

(5)

12

c. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa. Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

2.2.3 Sasaran Program Keluarga Berencana Sasaran program KB meliputi:

a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen pertahun

b. Menurunnnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan

c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.

d. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen

e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional, efektif, dan efisien f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21

tahun

g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang

(6)

13

i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelajaran Program KB Nasional (Anggraini dkk, 2012).

2.3 Kontrasepsi

2.3.1 Pengertian Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008)

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan cara, alat atau obat – obatan (Proverawati, 2009).

2.3.2 Metode Kontrasepsi

(7)

14

penggunaan sempurna (mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat). Perbedaan efektifitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna menjadi sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi dengan metode kontrasepsi yang lain. Sebagai contoh: kontrasepsi oral sangat efektif bila digunakan secara tepat, tetapi banyak wanita yang sering kali lupa untuk meminum pilnya secara teratur, sehingga penggunaan kontrasepsi oral secara tipikal kurang efektif dibandingkan penggunaan sempurna. Pada kontrasepsi implant, saat implant dimasukkan ke dalam tubuh, tidak diperlukan perlakuan apapun lagi (Mulyani dkk, 2013).

2.3.3 Jenis-jenis Alat Kontrasepsi 1. KB metode sederhana terdiri dari :

a. Kondom

b. Pantang berkala yaitu system kelender dan system suhu basal c. Senggama terputus atau Koitus Interuptus

d. Spermisisda

2. KB metode efektif terdiri dari: a. Kontrasepsi hormonal

b. Kontrasepsi hormonal pil c. Kontrasepsi hormonal suntikan

d. Kontrasepsi hormonal susuk (Implant)

(8)

15

a. Seven cupper b. Multi load c. Cupper T 380 d. Medosa

e. Progestaset (AKDR dengan progesterone) 4. Metode KB darurat terdiri dari:

a. Metode hormonal: pemberian esterogen dosis tinggi, pemberian antiprogestin mifeppriston, metode yupze, metode postinar buatan Gedeon Richter Hongaria dan penggunaan Danazol

b. Metode insersi AKDR

2. Metode kontrasepsi mantap pria (sterilisasi) atau yang dikenal dengan sebutan Metode Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi

3. Metode kontrasepsi mantap wanita (sterilisasi) atau yang dikenal dengan sebutan Metode Operasi Wanita (MOW)/ Tubektomi (Manuaba, 2010).

2.4 Pelayanan KB pada Pria

(9)

16

2.4.1 Koitus Interuptus

Koitus Interuptus adalah saat pria menarik penisnya dari vagina sebelum ejakulasi selama koitus. Ini adalah metode kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusia dan digunakan secara luas oleh komunitas muslim dan kristiani sebagai sebuah metode kontrasepsi.

Manfaat koitus interuptus adalah meningkatkan keterlibatan suami dalam Keluarga Berencana serta memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam sesama pasangan. Hal ini dapat dipakai untuk suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam Keluarga Berencana.

Efektifitas cara ini umumnya dianggap kurang karena dapat menyebabkan beberapa kegagalan seperti adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang, terlambatnya pengeluaran penis dari vagina dan pengeluaran semen dekat dengan vulva pada masa ovulasi yang dapat menyebabkan kehamilan.

2.4.2 Pantang Berkala

Pantang Berkala adalah salah satu cara KB tradisional yang melibatkan peran serta pria dalam ber KB dimana pasangan secara sukarela menghindari sanggama pada masa subur untuk menghindari terjadinya kehamilan.

Manfaat metode pantang berkala :

a. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.

(10)

17

c. Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui hubungan melalui peningkatan komunikasi antar suami dan istri.

d. Dapat digunakan untuk menghindari kehamilan.

e. Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. f. Tidak ada efek samping.

g. Murah tanpa biaya.

2.4.3 Kondom

Kondom adalah suatu kantong karet yang tipis, berwarna atau tak berwarna, dipakai untuk menutupi penis yang ereksi sebelum dimasukkan ke dalam vagina sehingga mani tertampung di dalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan. Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi pria berbentuk sarung tipis yang diujungnya tertutup rapat untuk menampung sperma. Kondom ini terbuat dari bahan karet atau latek atau bahan lainnya seperti plastik (Anggraini dkk, 2012).

Sarung karet tipis dimaksudkan untuk menutupi seluruh penis pada saat melakukan hubungan seksual. Kondom lateks dan polyuretan merupakan kondom yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan mengurangi risiko penyakit menular seksual. Dan ada pula kondom yang terbuat dari lateks alami yang terbuat dari karet alami berkualitas tinggi sehingga virus penyakit menular seksual tidak akan berhasil menembus bahan lateks selama kondom digunakan dengan baik dan benar (Anggraini dkk, 2012).

(11)

18

a. Mencegah kehamilan

b. Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks

c. Dapat diandalkan

d. Relatif murah dan sederhana

e. Tidak memerlukan pemeriksaan medis

f. Pria ikut secara aktif dalam program KB (Anggraini dkk, 2012). 2. Kerugian Kondom

a. Angka kegagalan relatif tinggi

b. Perlu mengendalikan aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom

c. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus-menerus pada setiap senggama (Anggraini dkk, 2012).

2.4.4 Metode Operasi Pria/ Vasektomi

(12)

19

panjang, tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual (Meilani dan Niken, 2010).

Sehabis operasi ini peserta Metode Operasi Pria/ vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim dengan pasangannya setelah 6 hari, itupun harus wajib memakai kondom selama 12 hari hubungan demi pengamanan (BKKBN, 2013).

1. Jenis dan Mekanisme Metode Operasi Pria/ Vasektomi

Menurut BKKBN (2013), ada dua jenis Metode Operasi Pria/ vasektomi yang secara umum dilakukan yaitu:

a. Metode konvensional atau tradisional (menggunakan pisau bedah)

Metode konvensional yaitu metode dengan menggunakan pisau bedah, menggunakan bius lokal, titik saluran vas sebagai jalan dari sperma akan sedikit disayat di masing-masing testis untuk mengeluarkan saluran vas yang kemudian di potong saluran vas tersebut, diikat dan dilakukan penjahitan dari bekas luka sayat kecil tadi. Prosesnya antara 30-45 menit.

b. Metode tanpa pisau bedah (No Scalpel Vasectomy)

Metode tanpa pisau bedah adalah metode yang menggunakan bius lokal, setelah itu titik vas akan diangkat menggunakan jarum suntik sebagai jalan pembuka kulit yang menutupi area saluran vas tersebut. Prosesnya hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 30 menit dan tidak membutuhkan jahitan karena hampir tidak ada sayatan di kulit.

(13)

20

maupun menggunakan sinar laser (laser vasectomy). Kedua sarana ini dipercaya oleh beberapa pihak mampu mengurangi efek rasa nyeri dan pendarahan pada saat proses vasektomi. Selain itu kedua sarana tersebut juga diyakini memberikan jaminan tidak terjadinya kebocoran saluran sperma, yang bila terjadi maka kehamilan akan tetap terjadi pada pasangan pria tersebut. 2. Kelebihan Metode Operasi Pria/ Vasektomi

Ada beberapa kelebihan dari metode operasi pria/vasektomi yaitu : a. Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja. b. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan.

c. Baik dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin punya anak.

d. Metode Operasi Pria/ vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi (Mulyani dkk, 2013).

e. Tidak akan menggangu ereksi, potensi seksual dan produksi hormon. f. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat

digunakan seumur hidup (permanen).

g. Tidak menggangu kehidupan seksual suami istri. h. Lebih aman (keluhan sedikit).

i. Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan). j. Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil).

k. Tidak harus dingat-ingat, tidak harus selalu ada persediaan (Meilani dan Niken, 2010).

3. Kekurangan Metode Operasi Pria/ Vasektomi

(14)

21

a. Harus dilakukan tindakan pembedahan.

b. Tidak dilakukan pada pria yang masih ingin memiliki anak lagi (Meilani dan Niken, 2010).

c. Seringkali harus dikompres dengan es selama 4 jam untuk mengurangi pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2 hari

d. Pasien diminta untuk memakai kondom terlebih dahulu untuk membersihkan saluran sperma dari sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui yang steril atau tidak, pemeriksaan mikropis biasanya dilakukan 20-30 kali setelah ejakulasi

e. Metode Operasi Pria/ Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual termasuk HIV.

4. Efek Samping Metode Operasi Pria/Vasektomi

Adapun efek samping dari tindakan Metode Opersi Pria (MOP)/ Vasektomi

a. Sperma yang diproduksi tubuh laki-laki hanya 1% dan 99% cairan seminal dan tidak akan menimbulkan kehamilan karena sel benih tidak ikut serta oleh karena itu tidak akan mengalami pembengkakan buah zakar dan kanker prostat karena sperma terperangkap dalam tubuh (BKKBN, 2013). b. Beberapa orang yang menggunakan Metode Operasi Pria/vasektomi

(15)

22

c. Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya hanya berlangsung beberapa hari.

d. Efek samping vasektomi hampir tidak ada kecuali infeksi apabila perawatan pasca operasinya tidak bagus atau disebabkan karena lingkungan luar bukan dari Metode Operasi Pria(MOP)/ Vasektomi itu sendiri. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk divasektomi, pasien harus ada persiapan baik itu fisik maupun mental dan tentunya konsultasi terlebih dahulu dengan petugas kesehtan.

5. Syarat Metode Operasi Pria/Vasektomi

Syarat untuk melakukan Metode Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi yaitu: a. Sukarela, artinya pasien telah mengerti dan memahami segala akibat dari

prosedur vasektomi selanjutnya memutuskan pilihannya atas keinginan sendiri (Mulyani dkk, 2013).

b. Oncent (persetujuan tindakan)

1) Bahagia, artinya pasien terikat dalam perkawinan yang sah dan telah mempunyai jumlah anak minimal 2 orang anak

2) sehat, melalui pemeriksaan oleh dokter pasien dianggap sehat dan memenuhi persyaratan medis untuk dilakukan prosedur tindakan Metode Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi.

(16)

23

2.5 Pelayanan Kesehatan

2.5.1 Pengertian pelayanan kesehatan

Pelayanan merupakan proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain secara langsung. Pelayanan bukan hanya memberikan pelayanan setelah penjualan sekaligus diimbangan dengan kualitas seluruh produk. Adapun pelayanan pelanggan adalah pelayanan kepada pemakai jasa rumah sakit dengan tujuan memberikan kepuasan seoptimal mungkin yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Sari, 2012).

Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka, pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) dikembangkan sejalan tanggung jawab pemerintah. Pemerintah melindungi masyarakat Indonesia dari gangguan kesehatan. Pemerintah mengembangkan infra stuktur di berbagai wilayah tanah air untuk melaksanakan kewajiban melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan. Program kesehatan yang dikembangkan adalah yang sangat dibutuhkan masyarakat terutama oleh penduduk miskin (Sari, 2012).

2.5.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

(17)

24

persoalan informasi yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada masyarakat. Dari informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian terpengaruh untuk mengambil keputusan melakukan permintaan akan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Sari, 2012).

Menurut Levey yang dikutip oleh Azwar (2010), pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Menurut Notoatmodjo (2012), perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat bervariasi.

(18)

25

keterjangkauan, informasi, fasilitas, dan lain-lain; (3) Reinforcing Factors (faktor-faktor penguat) yaitu (faktor-faktor-(faktor-faktor yang memperkuat terjadinya prilaku. Faktor-faktor tersebut antara lain: dukungan keluarga, penghargaan, hukuman, dan lain-lain. Masing-masing faktor ini mempunyai pengaruh yang berbeda atas perilaku seseorang dalam memanfaatkan kesehatan. Model ini dikembangkan untuk keperluan diagnosis, perencanaan dan intervensi pendidikan kesehatan, dan dikenal sebagai kerangka kerja PRECEDE yang merupakan singkatan dari “Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes of Educational Diagnosis and

Evaluation”.

2.6 Determinan Pemanfaatan KB Metode Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. Tetapi diseluruh dunia, kontap pria masih merupakan metode yang terabaikan dan kurang mendapat perhatian atau partisipasi dari pria/suami (Hartanto, 2010). Hal ini berkaitan dengan kesehatan, karena bukan hanya wanita saja yang bisa ber-KB namun pria juga bisa ikut berpartisipasi dalam ber-KB.

(19)

26

Faktor-faktor yang membedakan tersebut disebut dengan determinan prilaku yang dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal (tingkat kecerdasan/pemgetahuan, tingkat emosional, jenis kelamin, atau sebagainya) dan faktor eksternal (lingkungan) (Notoatmodjo, 2012).

Menurut BkkbN (2013) faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi pria dalam KB antara lain: terbatasnya sosialisasi dan promosi KB pria, adanya persepsi bahwa wanita yang menjadi target program KB, terbatasnya akses pelayanan KB pria, tingginya harga yang harus dibayar untuk MOP, ketidaknyamanan dalam penggunaan KB pria (kondom), terbatasnya metode kontrasepsi pria, rendahnya pengetahuan pria terhadap KB, kualitas pelayanan KB pria belum memadai, istri tidak mendukung suami ber-KB, adanya stigmatisasi tentang KB pria di masyarakat, kondisi Politik, Sosial, Budaya Masyarakat, Agama, dan komitmen pemerintah masih belum optimal dalam mendukung KB pria.

(20)

27

mengambil keputusan dalam rumah tangga. Jika istri mendukung suatu keputusan maka umumnya suami tidak akan ragu untuk mengambil keputusan dan tidak menimbulkan penyesalan terhadap keputusan.

Banyak faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam keluarga berencana yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari sisi klien pria itu sendiri (pengetahuan, sikap dan praktik serta kebutuhan yang ia inginkan), faktor lingkungan yaitu sosial budaya, dukungan orang terdekat (istri, keluarga, dan sahabat), tokoh masyarakat, keterbatasan informasi dari tenaga kesehatan dan aksesibilitas terhadap pelayanan keluarga berencana pria, keterbatasan jenis kontrasepsi pria disertai masih adanya persepsi dimasyarakat mengenai keluarga berencana pria (BkkbN, 2013).

2.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan,media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan (Notoatmojo, 2012).

2.6.2 Sikap

(21)

28

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap juga dinyatakan juga sebagai kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakam suatu tidakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmojo, 2012).

2.6.3 Ketersediaan Pelayanan Metode Operasi Pria

Ketersediaan sumber daya kesehatan/fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen pemerintah terhadap kesehatan dan ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan. Tersedia atau tidaknya sarana yang dapat dimanfaatkan adalah hal penting dalam munculnya perilaku seseorang dibidang kesehatan. Betapapun positifnya latar belakang, kepercayaan dan persiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu seseorang tidak akan dapat berbuat banyak dan perilaku kesehatan tidak akan muncul (Maryani, 2006).

2.6.4 Keterjangkauan Sarana Kesehatan

(22)

29

pemukiman penduduk akan mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan, dan sebaliknya jarak yang relatif lebih dekat akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Hasibuan, 2014).

2.6.5 Dukungan Istri

Menurut Hasibuan (2014) yang mengutip pendapat Awen, persetujuan seorang istri kelihatannya menjadi kunci dalam memutuskan untuk menjalani Metode Operasi Pria/vasektomi. Seluruh pasangan yang suaminya menjalani vasektomi di Tanzania mengatakan bahwa keputusan merupakan hasil diskusi dengan istri, bahkan lebih dari 50% diantaranya mengatakan bahwa persetujuan istri sebagai salah satu faktor dalam pengambilan keputusan. Banyak istri yang justru tidak mau suaminya ber KB, khususnya alat kontrasepsi vasektomi karena khawatir dimanfaatkan untuk selingkuh. Padahal penggunaan alat kontrasepsi vasektomi akan mengakibatkan wanita tidak perlu menggunakan kontrasepsi lagi, sehingga terhindar dari efek samping penggunaan kontrasepsi seperti: keputihan, kegemukan, perdarahan dan lebih leluasa untuk mengurus keluarga.

2.6.6 Peran Petugas Kesehatan

(23)

30

vasektomi, kurangnya motivasi provider untuk pelayanan vasektomi dan kurangnya dukungan peralatan dan medical suplies untuk vasektomi (Hasibuan, 2014).

2.7 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

2.8 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan metode operasi pria 2. Ada hubungan sikap dengan pemanfaatan metode operasi pria

3. Ada hubungan ketersediaan pelayanan netode operasi pria dengan pemanfaatan metode operasi pria

Faktor Predisposisi: 1. Pengetahuan 2. Sikap

Pemanfaatan KB Metode Operasi Pria

Faktor Penguat 1. Dukungan istri 2. Peran Petugas

Kesehatan Faktor Pemungkin

1. Ketersediaan Pelayanan MOP 2. Keterjangkauan

(24)

31

4. Ada hubungan keterjangkauan sarana kesehatan dengan pemanfaatan metode operasi pria

5. Ada hubungan dukungan istri dengan pemanfaatan metode operasi pria 6. Ada hubungan peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan metode operasi

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Untuk hasil analisis Koefisien Korelasi (r) = 0,978 yang berarti terdapat hubungan erat antara biaya promosi terhadap hasil penjualan sehingga biaya promosi yang dikeluarkan

[r]

Zainul Basri

Menunjuk dosen untuk menjadi peserta workshop sebanyak seperti tersebut dalam lampiran, dengan ketentuan dosen tersebut berpendidikan minimal S2, telah mengusulkan

Menunjuk dosen untuk menjadi peserta workshop sebanyak seperti tersebut dalam lampiran, dengan ketentuan dosen tersebut berpendidikan minimal S2, telah mengusulkan

Masuknya Islam ke Mandailing mampu merombak ciri-ciri kepercayaan lama mereka, demikian juga bentuk kesenian, hal ini dapat disaksikan dalam bentuk konstruksi dan

Model Quantum Teaching adalah model pembelajaran yang menggubah bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Siswa diberikan kesempatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi ketahanan struktur gedung Tanoto Forestry Information Center terhadap faktor gempa berdasarkan Peta Gempa Indonesia