• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu-Ibu Tentang Perawatan Kulit Bayi Dan Anak Usia Kurang Dari 5 Tahun Di Posyandu Keluruhan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu-Ibu Tentang Perawatan Kulit Bayi Dan Anak Usia Kurang Dari 5 Tahun Di Posyandu Keluruhan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Ere TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU-IBU TENTANG PERAWATAN KULIT BAYI DAN ANAK USIA KURANG

DARI 5 TAHUN DI POSYANDU KELURUHAN TANAH 600, KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2012

OLEH:

D. RAMMESH DHARMA DASS 090100453

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU-IBU TENTANG PERAWATAN KULIT BAYI DAN ANAK USIA KURANG

DARI 5 TAHUN DI POSYANDU KELURUHAN TANAH 600, KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH:

D. RAMMESH DHARMA DASS 090100453

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012

(3)

ABSTRAK

Latar Belakang : Kulit balita begitu lembut dan sensitif, bayi dan anak yang usia kurang dari 5 tahun rentan terkena gangguan kulit. Pada dasarnya, gangguan kulit pada anak disebabkan oleh 4 hal, yakni jamur, bakteri, virus, dan parasit.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu terhadap perawatan kulit bayi dan anak yang kurang usia 5 tahun di Posyandu, Tanah Kelurahan 600, Medan Marelan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi atau/dan anak yang kurang usia dari 5 tahun. Analisa hasil penelitian akan menggunakan kuensionaire.

Hasil : Tingkat pengetahuan responden pada kategori baik lebih tinggi pada golongan ibu-ibu yang berumur 31-35 tahun (9.0%) dibandingkan dengan golongan ibu-ibu yang berumur 21-25 tahun (3.0%). Pada kategori tingkat pengetahuan kurang lebih banyak pada golongan ibu-ibu yang berumur yaitu 36-40 tahun (8.0%). Kategori baik lebih tinggi pada golongan ibu-ibu-ibu-ibu yang tamat akademi atau perguruan tinggi, yaitu sebanyak 13 orang (13.0%). Pada tingkat pengetahuan kurang, lebih banyak pada golongan ibu-ibu pada tingkat pendidikan sampai SMA dan tamat akademi atau perguruan yaitu 0 orang (0%). Golongan ibu-ibu pada kategori baik, lebih tinggi yang bekerja sebagai pegawai negeri, yaitu sebanyak 13 orang (13.0%). Pada kategori tingkat pengetahuan kurang, lebih banyak adalah golongan ibu-ibu yang merupakan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 18 orang (18.0%).

Kesimpulan : Dari hasil data tersebut, terdeskripsi bahwa tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu tentang perawatan kulit bayi dan anak berada di tingkat sedang.

Kata Pengunci : ibu, perawatan kulit bayi, perawatan kulit anak balita

(4)

ABSTRACT

Background: Skin so soft and sensitive toddlers, infants and children less than 5 years of age susceptible to skin disorders. In essence, skin disorders in children caused by four things, namely fungus, bacteria, viruses, and parasites.

Purpose: To determine the level of knowledge and attitude of mothers on skin care of infant and children under 5 years of age at the Children Care, District 600, Medan Marelan.

Methods: This research is a descriptive study. Population in this study were mothers with infants and / or children less than 5 years of age. Analysis of the research results will use kuensionaire.

Results: The level of knowledge of respondents in good category higher in the mothers that is 31-35 years old (9.0%) compared with those of mothers aged 21-25 years (3.0%). At the category level more knowledge about the group of mothers that is 36-40 years of age (8.0%). higher category of the good mothers who completed higher academy or even as many as 13 people (13.0%). At the level of more knowledge on the level of mothers education through high school and completed the Academy is no one (0%). The mothers in the higher category of good works as a government servant even as many as 13 people (13.0%). At the category level of knowledge, the more is the mothers who are housewives even as many as 18 people (18.0%).

Conclusion: From the results of these data, the level of knowledge and attitude of mothers about infant and child skin care is moderate.

Keywords: mother, baby skin care of infant, skin care of toddler

(5)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr.Imam Budi Putra, Sp.KK selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

5. Seluruh teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moril atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

(6)

Desember 2012 Penulis,

Drammesh Dharma Dass

090100447

(7)

DAFTAR ISI

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 8

2.2.4. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 11

2.3. Sikap ... 11

2.4. Kulit ... 13

2.4.1. Anatomi ... 13

2.4.2. Fungsi Kulit ... 16

2.5. Perbedaan kulit bayi dan anak usia <5 thn dengan dewasa . 19 2.6. Perawatan Kulit Bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun .... 20

2.6.1. Memandikan bayi dan anak kecil ... 20

2.6.2. Pemilihan pakaian dan popok bayi dan anak kecil .. 21

2.6.3. Gunakan kosmetika yang aman bagi bayi dan anak kecil ... 22

2.6.4. Lindungi bayi dan anak kecil dari Terpajan Sinar Matahari Siang ... 23

2.6.5. Ciptakan lingkungan yang sehat bagi bayi dan anak kecil ... 23

2.7. Pembersihan dan pelembapan kulit bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun ... 24

(8)

2.8. Posyandu ... 26

2.8.1. Pengertian Posyandu ... 26

2.8.2. Pembentukan Posyandu ... 27

2.8.3. Pelaksanaan Posyandu ... 27

BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 29 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 29

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 29

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 32

4.1. Rancangan Penelitian... 32

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

4.4. Metode Pengumpulan Data... 34

4.5. Metode Analisis Data ... 35

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1. Hasil penelitian ... 36

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Ibu ... 36

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan ... 39

5.1.4. Deskripsi Sikap ... 44

5.2. Pembahasan ... 48

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

6.1. Kesimpulan ... 50

6.2. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 41

DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman 3.2.1. Variable Independan Tingkat Pengetahuan ... 30

3.2.2. Variable Independan Sikap ... 31

(9)

5.1. Distribusi Jumlah Ibu dan Persentasi Karakteristik Ibu Menurut Umur Ibu ... 37

5.2. Distribusi Jumlah Ibu dan Persentasi Karakteristik Ibu Menurut Tingkat Pendidikan ... 38

5.3. Distribusi Jumlah Ibu dan Persentasi Karakteristik Ibu Menurut Pekerjaan Ibu ... 39

5.4. Distribusi Jumlah Ibu Menurut Tingkat Pengetahuan ... 40

5.6. Distribusi Jumlah Ibu Tingkat Pengetahuan Ibu Menurut Umur Ibu 41

5.7. Distribusi Jumlah Ibu Tingkat Pengetahuan Ibu Menurut Tingkat Pendidikan ... 42

5.8. Distribusi Jumlah Ibu Tingkat Pengetahuan Ibu Menurut Tingkat Pekerjaan ... 43

5.10. Distribusi Jumlah Ibu Menurut Sikap ... 44

5.11. Distribusi Jumlah Ibu Sikap Ibu Menurut Umur Ibu ... 45

5.12. Distribusi Jumlah Ibu Sikap Ibu Menurut Tingkat Pendidikan .... 46

5.13. Distribusi Jumlah Ibu Sikap Ibu Menurut Pekerjaan Ibu ... 47

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Ibu-ibu tentang

Perawatan Kulit pada Bayi dan Anak Usia Kurang dari 5 tahun di Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2012 ... 29

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Informed consent

Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Surat Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran Sumatera Utara

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Kelurahan Tanjung Sari

Lampiran 8 Ethical Clearance

Lampiran 9 Surat pernyataan selesai penelitian dari Kelurahan Tanjung Sari

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Tingkat Pengetahuan

Lampiran 11 Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Pengetahuan

Lampiran 12 Hasil Penjelasan Penelitian

Lampiran 13 Master Data

(11)

ABSTRAK

Latar Belakang : Kulit balita begitu lembut dan sensitif, bayi dan anak yang usia kurang dari 5 tahun rentan terkena gangguan kulit. Pada dasarnya, gangguan kulit pada anak disebabkan oleh 4 hal, yakni jamur, bakteri, virus, dan parasit.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu terhadap perawatan kulit bayi dan anak yang kurang usia 5 tahun di Posyandu, Tanah Kelurahan 600, Medan Marelan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi atau/dan anak yang kurang usia dari 5 tahun. Analisa hasil penelitian akan menggunakan kuensionaire.

Hasil : Tingkat pengetahuan responden pada kategori baik lebih tinggi pada golongan ibu-ibu yang berumur 31-35 tahun (9.0%) dibandingkan dengan golongan ibu-ibu yang berumur 21-25 tahun (3.0%). Pada kategori tingkat pengetahuan kurang lebih banyak pada golongan ibu-ibu yang berumur yaitu 36-40 tahun (8.0%). Kategori baik lebih tinggi pada golongan ibu-ibu-ibu-ibu yang tamat akademi atau perguruan tinggi, yaitu sebanyak 13 orang (13.0%). Pada tingkat pengetahuan kurang, lebih banyak pada golongan ibu-ibu pada tingkat pendidikan sampai SMA dan tamat akademi atau perguruan yaitu 0 orang (0%). Golongan ibu-ibu pada kategori baik, lebih tinggi yang bekerja sebagai pegawai negeri, yaitu sebanyak 13 orang (13.0%). Pada kategori tingkat pengetahuan kurang, lebih banyak adalah golongan ibu-ibu yang merupakan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 18 orang (18.0%).

Kesimpulan : Dari hasil data tersebut, terdeskripsi bahwa tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu tentang perawatan kulit bayi dan anak berada di tingkat sedang.

Kata Pengunci : ibu, perawatan kulit bayi, perawatan kulit anak balita

(12)

ABSTRACT

Background: Skin so soft and sensitive toddlers, infants and children less than 5 years of age susceptible to skin disorders. In essence, skin disorders in children caused by four things, namely fungus, bacteria, viruses, and parasites.

Purpose: To determine the level of knowledge and attitude of mothers on skin care of infant and children under 5 years of age at the Children Care, District 600, Medan Marelan.

Methods: This research is a descriptive study. Population in this study were mothers with infants and / or children less than 5 years of age. Analysis of the research results will use kuensionaire.

Results: The level of knowledge of respondents in good category higher in the mothers that is 31-35 years old (9.0%) compared with those of mothers aged 21-25 years (3.0%). At the category level more knowledge about the group of mothers that is 36-40 years of age (8.0%). higher category of the good mothers who completed higher academy or even as many as 13 people (13.0%). At the level of more knowledge on the level of mothers education through high school and completed the Academy is no one (0%). The mothers in the higher category of good works as a government servant even as many as 13 people (13.0%). At the category level of knowledge, the more is the mothers who are housewives even as many as 18 people (18.0%).

Conclusion: From the results of these data, the level of knowledge and attitude of mothers about infant and child skin care is moderate.

Keywords: mother, baby skin care of infant, skin care of toddler

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masalah kulit pada anak sangat beragam penyebabnya. Reaksi obat, infeksi, gigitan serangga, parasit dan alergi dapat menyebabkan masalah kulit. Kebanyakan masalah kulit menghilang sendiri tanpa pengobatan apapun. Namun, beberapa jenis masalah kulit dapat merupakan tanda penyakit serius.Merawat kulit bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun merupakan salah satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh para ibu. Pada awalnya, perawatan bayi baru lahir dibutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Selain itu diperlukan juga pengetahuan tentang bagaimana cara merawat bayi dengan benar. Dalam merawat bayi butuh perhatian yang khusus dan penuh kasih sayang. (McKenzie, 2007).

Merawat kulit bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun merupakan salah satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh para ibu. Hal ini disebabkan, kulit bayi dan anak kacil yang sangat muda dan sensitif yang rentan akan berbagai unsur penyakit dan berbagai-bagai macam gangguan lainnya. Kadang-kadang para ibu melupakan mengenai perawatan bayi dan anak kecil ini, karena melihat bahwa kulitdan anak kecil yang begitu halus, lembut dan kelihatan segar, sehingga merasa perawatan kulit bayi dan anak kecil tidak diperlukan lagi. Selain itu, penyakit kulit kronis pada bayi dan anak kecil yang bersifat patologis disebabkan lingkungan yang tidak sehat dan perawatan yang kurang terhadap kulit bayi dan anak kecil. Higiene pada bayi dan anak kecil dapat terjaga melalui memandikan. Mandi memiliki beberapa tujuan yaitu membersihkan seluruh tubuh, mengobservasi keadaan, memberi rasa nyaman, dan mensosialisasi orang tua, anak dan keluarga. Memandikan bayi dan anak kecil dilakukan di tempat yang aman, dengan suhu yang hangat. Selain itu, perawatan kulit yang ditutup oleh popok sangat penting untuk mencegah terjadinya ruam popok dan perawatan kulit dengan menggunakan kosmetika yang dibenarkan oleh Balai Pengawasan Obat Makanan seperti krim, baby oil, dan colegne (Bonny & Mila, 2003).

Kulit bayi dan anak-anak kecil perlu mendapat perawatan khusus disebabkan kulit bayi dan anak-anak kecil lebih tipis dibandingkan anak-anak besar dan sel-sel pada semua stratum lebih rapat. Kulit mereka jauh lebih rentan terkena infeksi bakteri superficial dan eritema toksik. Mereka lebih cenderung mengalami gejala sistemik akibat beberapa infeksi dan lebih cepat bereaksi terhadap iritan primer dibandingkan alergen pembuat sensitive. Ketua PPP Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) dr Titi Lestari Sugito SpKK mengatakan bahwa kulit bayi atau anak relatif rentan terhadap berbagai kelainan kulit dibandingkan dewasa. “Di Indonesia, hampir 90 persen bayi pernah alami masalah kulit,” Malah

(14)

bayi dan anak kecil sering terserang dermatitis atopik kronis (eksim). Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) tahun2001, dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, jumlah penderita dermatitis atopik terbanyak dijumpai di Jakarta yaitu 335 kasus di 3 rumah sakit. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus dermatitis atopic masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek.

Upaya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun salah satunya adalah dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu dilihat dari segi proses maka pengertiannya adalah merupakan salah satu wujud peran serta masyarkat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatn masyarakat yang optimal (Depkes RI, 1986). Posyandu mempunyai lima proram yaitu kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi dan Penanggulangan. Adapun sasaran dari keterpaduan lima program tersebut adalah bayi (usia urang dari satu tahun), Balita (usia 1-5 tahun), Ibu hamil, melahirkan dan menyusui, Wanita PUS (Pasangan Usia Subur) ( Depkes RI, 1984). Kegiatan Posyandu sebenarnya sangat penting bagi ibu untuk menambah pengetahuan tentang perawatan kulit. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan kulit adalah dengan memberikan penyuluhan kepada ibu tentang kepentingan perawatan kulit pada bayi dan balita (Soekirman, 2002).

Guna mengetahui hubungan mengenai tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan kulit, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian “ Tingkat pengetahuan dan Sikap Ibu-ibu tentang Perawatan Kulit Bayi dan Anak Usia Kurang dari 5 Tahun di Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012.”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu-ibu tentang Perawatan Kulit Bayi dan Anak Usia Kurang dari 5 Tahun di Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu-Ibu terhadap Perawatan Kulit Bayi dan Anak yang berusia kurang dari 5 tahun di Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012.

(15)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi adakah tingkat pengetahuan ibu-ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur dan pekerjaan.

2. Mengidentifikasi adakah sikap ibu-ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur dan pekerjaan.

3. Untuk mengetahui kepentingan dan peran posyandu dalam membangunkan masyarakat terutama dalam segi kesehatan masyarakat.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Manfaat kepada penulis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan dan sikap kepada ibu-ibu tentang perawatan kulit pada bayi dan anak

usia kurang dari 5 tahun.

2. Peneliti dapat meningkatkan kemampuan di bidang penelitian serta melatih kemampuan analisis dan kemampuan membuat karya tulis ilmiah.

1.4.2 Manfaat pada masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu agar lebih memperhatikan dan menjaga kesehatan kulit bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun.

1.4.3 Manfaat kepada Dinas Kesehatan.

Diharapkan dapat memberikan masukkan kepada Tenaga Kesehatan dan Dinas Kesehatan dalam membuat kebijakan tentang pentingnya

pengetahuan dan sikap ibu-ibu dalam perawatan kulit bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun, serta memberi informasi mengenai faktor-faktor yang harus dihindari dan yang harus diperhatikan.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

2.1.1. Konsep Perilaku

Perilaku berdasarkan pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitias dari pada manusia itu sendiri. Dengan begitu perilaku manusia adalah bentangan yang sangat luas, mencakup : berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, perilaku manusia adalah segala kegiatan manusia itu sendiri, baik ynag dapat diamati secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati secara langsung (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku terbentuk dari dua faktor utama, yaitu faktor eksternal (stimulus) yang berasal dari luar diri manusia, dan faktor internal (respon) yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Faktor eksternal didapatkan dari lingkugan, seperti social, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Faktor internal menentukan respon seseorang terhadap stimulus yang ia terima, seperti perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya (Iin Dwi, 2008).

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003), membagi perilaku dalam 3 domain (ranah/kawasan), yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, kedua domain diukur sebagai berikut :

(17)

2.2. Pengetahuan

2.2.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Menurut Setiawati (2008), yang mengutip dari Rogers (1974), pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan individu tersebut akan melakukan perubahan dengan mengadopsi prilaku.

Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut dan manusia juga dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan indranya (Budiningsih, 2005).

(18)

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dalam menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Sintesis (Synthesis)

(19)

Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi dan penemuan yang bersifat kreatif untuk mempertahankan pemgetahuan baru, dimana perawat dapat menggunakan kemampuan rasional logis dan pemikiran kritis untuk menganalisis informasi yang diperoleh melalui pembelajaran tradisional, pencarian informasi, belajar dari pengalaman, penelitian ide terhadap disiplin ilmu lain, dan pemecahan masalah untuk menentukan terminologi tindakan keperawatan. Selain itu, perawat dapat menggunakan kemampuan penyelidikan ilmiah untuk mengidentifikasi dan menyelidiki masalah klinis, profesional atau pendidikan (Potter & Perry, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003), menjelaskan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

Pendidikan

Pendidikan adalah sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup, menurut batasan ini proses pendidikan tidak hanya sampai pada kedewasaan saja, melainkan tetap berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, baik dan matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka hidup akan semakin berkualitas, dimana seseorang akan berfikir logis dan memahami informasi yang diperolehnya (Notoatmodjo, 2003).

(20)

Akademi Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang S1 keperawatan. Pendidikan tinggi keperawatan sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan harus tetap dipacu. Kepedulian terhadap pengelolaan pendidikan tinggi mempunyai alasan karena keberhasilan pengembangan keperawatan di Indonesia di masa mendatang sangat bergantung pada penataan dan pengembangan pendidikan tinggi keperawatan (Nursalam, 2008).

Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dirasakan yang merupakan kesadaran akan sesuatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Sikap yang diperoleh dari pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap prilaku berikutnya yang direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi yang memungkinkan. Pengalaman belajar dan bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang keperawatan (Notoatmodjo, 2003).

Pekerjaan

Pekerjaan dapat membawa suatu pengalaman, pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerja adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi, kantor, perusahaan dengan menerima upah atau gaji, baik berupa uang atau barang. Sedangkan lapangan kerja atau jabatan adalah suatu pekerjaan yang dilakukan atau di tugaskan pada seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Motivasi

(21)

lingkungan. Untuk merubah karakteristrik yang lama seperti nilai, sikap, kepercayaan dan pemahaman, maka perlu dukungan dan dorongan dari orang sekitarnya.

Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang mengambil suatu tindakan. Motivasi dapat berasal dari motif sosial, tugas, atau fisik. Penyelesaian tugas sosial dan motivasi fisik menstimulasi seseorang untuk belajar. Motivasi sosial dibutuhkan untuk berhubungan, penampilan sosial, atau harga diri. Individu secara umum mencari orang lain untuk membandingkan pendapat, kemampuan, dan emosi dan penyelesaian tugas memotivasi didasari oleh kebutuhan seperti keberhasilan dan kompetensi maka pengetahuan yang diperlukan untuk mempertahankan diri menghasilkan stimulus yang lebih besar untuk belajar daripada pengetahuan yang hanya meningkatkan kesehatan. Strategi pengajaran menggambarkan hubungan yang penting dengan berbagai motivasi fisik (Potter & Perry, 2005).

Informasi

Informasi merupakan faktor yang mungkin mencakup ketrampilan dan sumber daya untuk melakukan prilaku kesehatan. Semakin banyak informasi yang diterima oleh seseorang maka semakin meningkat pula pengetahuan yang dimilikinya.Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk dan mempunyai nilai nyata. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang menjadi sumber informasi adalah lingkungan. Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk kepribadian seseorang dimana lingkungan yang banyak menyediakan informasi yang akan menambah pengetahuan seseorang (Potter & Perry, 2005).

2.2.4. Cara memperoleh pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat diukur dan disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).

2.3. Sikap

(22)

Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo(2005), sikap merupakan kumpulan dari gejala dalam merespons suatu stimulus sehingga melibatkan perasaan, pikiran dan gejala kejiwaan lainnya.

Menurut Newcob dalam Notoatmodjo (2003), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. (Notoatmodjo, 2003).

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a) Kepercayaan(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap terdiri daro berbagai tingakatan, seperti yang dimiliki oleh pengetahuan, yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh suatu subjek.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segera resiko adalah sikap yang paling tinggi.

(23)

2.4 Kulit 2.4.1. Anatomi

Kulit adalah organ terbesar dalam badan manusia dan mempunyai pelbagai fungsi (Darmstadt dan Dinulos, 2000).. Kulit adalah baris pertama badan pertahanan menyediakan halangan perlindungan terhadap jangkitan dan toksin persekitaran. Ia mempunyai pigmentasi atau melanin yang disediakan oleh melanosit, yang menyerap radiasi ultraviolet yang berpotensi berbahaya di bawah cahaya matahari. Kulit juga mempunyai peranan penting untuk dimainkan dalam melindungi organ-organ dalaman, penebat dan thermoregulation yang badan. Ia pelepasan elektrolit dan mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dan mensintesis vitamin D dan B (Lund et al, 1999). Kulit juga memberikan persepsi sentuhan dan memainkan peranan penting dalam fasa lampiran ikatan awal antara ibu dan bayinya (Marbut dan Pinjaman, 1996).

Anatomi kulit secara histopatologik

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan yaitu:

1. Lapisan epidermis/ kutikel

Terdiri::

a) Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

b) Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.

1) Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

(24)

tonofibril atau keratin. Perlekatan antara jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengadung banyak glikogen. 3) Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal

pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupkan lapisan epidermis yang paling bawah.

Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel iaitu:

a) Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel.

b) Sel pembentuk melarin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen.

2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni:

a) pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

b) pars retikularae, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin.

(25)

Adneksa Kulit

Terdiri atas:

a) Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

(i) Kelenjar ekrin yg kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret yang encer. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa factor dan dipengaruhi oleh saraf koligenik, factor panas, dan stress emosional.

(ii) Kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental. Kelenjar ini dipengaruhi oleh saraf adrenergic, terdapat di aksila, areola mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Keringat ini mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, bisanya pH 4-6,8.

b) Kelenjar palit (glandula sebasea)

Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki,di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol.Sekresi dipengaruhi oleh hormone androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif.

c) Kuku

d) Rambut

2.4.2. Fungsi Kulit: Fungsi proteksi

(26)

Proktesi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasilekskresi keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH 5-6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga berperanan sebagai sawar (barrier) mekanis sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.

Fungsi Absorbsi

Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagiatau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan ammonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormone androgendari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadapcairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa .Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan sebum iniselain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dankeringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5- 6,5.

Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papilla dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merke Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit merupakan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat danmengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akanpembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapatkan nutrisi yang cukup baik. Tonus vascular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi biasanya dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan, karena itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih banyak mengandung air dan Na.

Fungsi pembentukan pigmen

(27)

serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu. Pada pulasan H.E. sel ini jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, disebut pula sebagai clear cell. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan dengan O2.Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangandendrit,sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya oleh sel melanofag (melanofo). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmenkulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksigenisi Hb, dan karoten.

Fungsi keratinisasi

Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama, yaitu keratinosit, sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup, dan sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti. Matoltsy berpendapatmungkin keratinosit melalui proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan tanduk. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari, dan akan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

Fungsi pembentukan vitamin D

Dimungkinkan dengan mengubah 7-dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia, kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

2.5. Perbedaan kulit bayi dan anak usia <5 thn dengan dewasa

(28)

Terdapat perbezaan penting antara kulit bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun dengan dewasa iaitu kulit bayi dan anak kecil lebih halus dan oleh itu, lebih cenderung untuk merengsa dan reaksi alahan (Holbrook, 1982; Kuller et al, 2002).

Perbedaan utama adalah bahawa:

a) Strata korneum (epidermis) semakin nipis

b) Filem lipid perlindungan adalah sama seperti orang dewasa di lahir, tetapi perubahan selepas beberapa minggu

c) Rembesan sebum berkurangan digantikan oleh lipid yang berasal dari sel

d) Nisbah permukaan kulit kepada berat badan adalah paling tinggi di kelahiran dan menurun secara progresif semasa peringkat awal.

Kulit bayi dan anak-anak relatif tipis, tebalnya ± 1 mm. Lapisan epidermis terutama stratum comeum dan lapisan dermis lebih tipis, papila dermis lebih mendatar, lapisan lemak subkutan relatif lebih sedikit.Warna kulit lebih merah karena kurangnya keratohialin. Kulit lebih edema karena banyak mengandung air dan natrium.PH kulit lebih ke arah asam, bervariasi rata-rata antara 3,4 —6,5. Diferensiasi apendik kulit belum sempurna, kelenjar sebasea tidak aktif sampai masa remaja sehingga produksi sebum sangat berkurang, karena hal-hal tersebut di atas kulit bayi dan anak lebih mudah mengalami iritasi oleh bahan-bahan kimia yang ditempelkan pada kulit dan mudah mendapat infeksi. ( Tregear RT. Physical function of skin. London, New York : Academic Press, 1966 )

2.6 Perawatan Kulit Bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun (Trotter S. (2004a)

2.6.1. Memandikan bayi dan anak kecil

1. Perhatikan suhu air mandi terutama untuk bayi baru lahir. Sebaiknya suhunya tidak terlalu panas atau dingin.

2. Bersihkan kulit

makanan, air seni, dan tinja dengan air. Mandi dua kali sehari juga akan membantu membersihkan kulit bayi dan anak kecil. Jika aktivitas dan gerakan anak atau bayi anda sangat aktif, mandi dapat dilakukan 3x sehari.

(29)

4. Pada saat dimandikan, perhatikan betul mengenai sabun yang akan digunakan.

Sabun yang baik bagi kulit

mereka yang tidak terlalu keras dan memiliki pH antara 4,5 - 5 dan usahakan sabun agak berminyak, hal ini untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit bayi dan anak kecil. Sangat baik bila bilasan dilakukan dua kali untuk membersihkan bahan kimianya. Bila terjadi iritasi terhadap merek tertentu sebaiknya beralihlah ke merek lain, jangan biarkan berlarut-larut.

5. Daerah seperti sela jari jemari, ketiak, serta selangkangan, jangan sampai terlewatkan.

6. Cara membersihkan alat kelami

berbeda. Pada bayi dan anak kecil perempuan, basuh alat kelaminnya dari bagian depan ke belakang atau ke arah anus dengan menggunakan kapas atau waslap basah. Pada bayi dan anak laki-laki, tarik kulupnya perlahan-lahan hingga tampak lubang kencingnya, baru kemudian bersihkan dengan kapas atau waslap basah.

7. Setiap kali bayi dan anak kecil buang air besar, bilas anus dan daerah sekitarnya dengan menggunakan air bersih yang mengalir. Walaupun terpaksa menggunakan tisu atau kapas basah, pilihlah tisu basah khusus bayi dan anak kecil yang tanpa alkohol. Alkohol dikhawatirkan bisa membuat kulit bayi dan anak kecil teriritasi.

8. Selesai mandi, gunakan handuk lembut agar nyaman di kulit bayi dan anak kecil.

9. Gunakan pelembab khusus bayi dan anak kecil berupa lotion atau krim yang berfungsi untuk mempertahankan atau menambah kandungan air yang terdapat di dalam kulit, khususnya kulit bagian luar (epidermis).

Terdapat cadangan katakan jika mandi adalah terhad kepada dua atau tiga kali seminggu, risiko kerengsaan kulit, penyerapan kimia dan perubahan-perubahan pH permukaan kulit dikurangkan (Kuller et al, 2002). Berselang-seli air sahaja mandi dengan mandi menggunakan pembersih juga telah disyorkan dalam garis panduan klinikal yang dihasilkan oleh Persatuan Amerika Kesihatan, Wanita Obstetrik dan Jururawat Neonatal (AWHONN) (Lund et al, 2001).

(30)

1. Pilih pakaian dan popok berbahan lembut dan tipis dari bahan katun atau campurannya. Hindari bahan nilon yang umumnya membikin bayi dan anak kecil gerah dan mudah keringatan. Kondisi ini akan mudah mengundang kuman atau bakteri yang mudah memunculkan ruam dan gatal-gatal. Jika bayi dan anak kecil sudah bisa menggaruk, kemungkinan terinfeksi pun menjadi lebih besar.

2. Hindari pakaian dan popok yang terlalu ketat karena bisa membuat kulit bayi dan anak kecil terluka bila lama tergesek bahannya.

3. Ganti segera pakai

muntahan, tumpahan makanan, apalagi jika terkena feses atau air seninya. Kontak kulit dengan feses dan air seni dalam waktu lama akan menyebabkan terjadinya ruam popok.

4. Cuci pakaian bayi dan anak kecil dengan sabun cair karena bahan kimia dalam sabun deterjen bubuk umumnya lebih tajam. Bila bahan deterjen ini tertinggal di baju sangat mungkin akan membuat kulit bayi dan anak kecil teriritasi. Ibu juga boleh menggunakan sabun krim asalkan sabun itu terlebih dahulu dicampur dengan air dan menjadi cair. Pewangi pakaian tidak terlalu dianjurkan. Yang dikhawatirkan bukanlah kontak cairan pewangi itu dengan kulit bayi atau anak kecil, melainkan aromanya yang dapat terhirup masuk ke dalam tubuh bayi dan anak kecil . Asal tahu saja, aroma yang terkandung dalam pewangi pakaian mengandung bahan kimia.

2.6.3. Gunakan kosmetika yang aman bagi bayi dan anak

1. Teliti terlebih dulu terhadap kosmetika yang akan digunakan termasuk isi, tujuan, cara pemakaian, tanggal produksi, masa kadaluwarsa dan izin POM.

2. Gunakan kosmetika bayi secara benar sesuai dengan aturan yang tertera

3. Jangan gunakan penggunaan kosmetika bayi secara berlebihan, hal ini akan membuat tersumbatnya pori-pori yang dapat menimbulkan terjadinya ruam

4. Gunakan bedak dan minyak telon setelah mandi ke seluruh tubuh untuk menjaga

kul

(31)

5. Jangan menggunakan kosmetika yang mengandung alkohol, karena dikhawatirkan akan membuat kulit bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami iritasi.

6. Sebaiknya konsultasikan ke dokter dulu ke dokter sebelum menggunakan kosmetika bayi atau meminta saran jenis kosmetika bayi yang aman bagi bayi dan anak kecil.

2.6.4. Lindungi bayi dan anak dari Terpajan Sinar Matahari Siang

1. Jika bayi dan anak kecil harus dijemur untuk mendapatkan tambahan vitamin D demi pertumbuhan tulangnya, lakukan hal itu di bawah jam sembilan pagi.

2. Jika berdomisili di lokasi dengan tingkat polusi yang cukup tinggi, terutama di kota-kota besar, disarankan untuk menjemur bayi dan anak kecil sebelum jam 8 pagi

3. Hindari terpajan langsung bayi dan anak kecil dari sinar matahari siang, terkena sinar matahari secara langsung rentan terkena penyakit kanker kulit.

4. Bila ingin membawa bayi atau anak kecil keluar rumah, gunakan pelindung seperti payung atau topi. Krim pelindung matahari (sunblock) bisa digunakan asalkan dikonsultasikan pada dokter terlebih dulu. Hati-hati jangan sampai mengenai mata, mulut, dan telapak tangan si kecil.

2.6.5. Ciptakan lingkungan yang sehat bagi bayi dan anak kecil

1. Bersihkan kamar bayi yang akan digunakan.

2. Ciptakan suhu kamar atau lingkungan yang sesuai yang dapat membuat nyaman bayi. Suhu lingkungan yang tidak pas buat si kecil akan membuat kulitnya bereaksi, misalnya langsung muncul

3. Perhatikan mengenai ventilasi kamar bayi. Ventilasi kamar bayi sebaiknya jangan terlalu lebar dan juga jangan terlalu sempit. Kondisi udara yang terus berganti di kamar bayi cukup baik bagi bayi. Selain itu beberapa kasus biang keringat yang terjadi pada bayi dapat diatasi dengan lingkunga udara yang sejuk

4. Jika suhu ruangan bayi atau anak kecil dianggap terlalu panas, dapat

(32)

5. Hindari penggunaan obat nyamuk jenis apapun, jika ingin menghindari bayi atau anak kecil dari gigitan nyamuk, gunakan kelambu saja. Racun yang terdapat dalam obat nyamuk dikhawatirkan akan membahayakan bayi atau anak kecil itu sendiri.

6. Potong kuku bayi dan anak kecil secara teratur. Kuku bayi atau anak kecil yang tidak terpelihara dengan baik sering mendatangkan masalah bagi kulit bayi dan anak kecil. Umpamanya, kuku yang panjang-panjang akan lebih mudah dimasuki kotoran. Bila bayi dan anak kecil menggaruk tubuhnya, mungkin sekali akan terjadi infeksi. Untuk itu, potong kuku bayi dan anak kecil secara teratur.

2.7 Pembersihan dan pelembapan kulit bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun

Ibu bapa perlu memutuskan apa kaedah penjagaan kulit dan kekerapan paling sesuai untuk bayi dan anak mereka. Sesetengah ibu bapa akan mempunyai keutamaan untuk berbuat demikian dan ramai yang akan memandikan bayi mereka pada sebelah petang dengan tujuan untuk berehat dan menyelesaikan bayi dan anak mereka untuk malam .

Selepas kelahiran, ramai ibu bapa mengharapkan dan meminta bahawa bayi mereka dimandikan untuk membuang mana-mana vernix caseosa, darah, meconium dan puing sel. Kebanyakan ini, bagaimanapun, boleh perlahan-lahan dikeluarkan oleh bidan dengan tuala yang lembut dan bersih sangat tidak lama selepas kelahiran. Jumlah vernix caseosa pada bayi yang panjang penuh boleh berbeza-beza dan Bayi yang postmature mempunyai kecenderungan untuk mempunyai sangat sedikit dan ini biasanya dilihat dalam lipatan kulit. Ia telah dicadangkan bahawa vernix yang caseosa sedang tidak dikeluarkan dengan serta-merta selepas kelahiran kerana terdapat bukti yang terhad untuk menyokong manfaat amalan ini (Gelmetti, 2001).

Sebaliknya, ia telah melaporkan bahawa terdapat tiada kesan buruk untuk mandi bayi dan anak yang sihat dengan suhu badan di atas 36,5 o C (MacGillivray, 1996). Walau bagaimanapun, satu kajian yang melibatkan bayi pra-matur melaporkan kesan fisiologi dan tingkah laku yang buruk apabila dimandikan, jadi mandi rutin itu tidak disyorkan (Peters, 1998).

(33)

2-4 minggu pertama kehidupan dan penggunaan krim dan losyen untuk kulit kering harus dielakkan kerana ia muncul sebagai satu fenomena semula jadi (Trotter, 2004). Walau bagaimanapun, penggunaan pencuci pH neutral dan permohonan emolien yang direka khas untuk digunakan dengan bayi dari lahir juga telah dilaporkan mempunyai profil keselamatan yang baik (Hopkins, 2004).

Menurut Weston WL, pemeliharaan kulit pada bayi dan anak dengan menggunakan kosmetika perlu berhati-hati, mengingat sifat kulit yang mudah teriritasi. Pada penggunaan pembersih, pilih sabun yang lunak dan sedikit mengandung alkali, tidak mengandung parfum yang berat, hindari penggunaan sabun medikated yang mengandung bahan-bahan aktif tertentu seperti hexachlorophen, mercury yodida, tribromo salicyl anilida dan lain-lain. Selain itu, hindari penggunaan bedak yang mengandung antiseptik seperti perubalsem, asam borat, dan lain-lain. Kurangnya produksi sebum dan kurangnya lapisan lemak kulit, tidak merupakan masalah di daerah tropis, tetapi di daerah beriklim dingin diperlukan penggunaan pelembab untuk mencegah kekeringan kulit. Pemakaian minyak bayi merupakan emolien yang efektif, tetapi bila terus-menerus dipakai dapat menimbulkan miliaria terutama di daerah tropis.

(Weston WL. Practical Pediatric Dermatology. Little Brown and Co,1979.)

Satu kajian AWHONN di Amerika Syarikat diperhatikan kulit 2820 bayi dengan penilaian dua kali seminggu kulit bayi dan amalan penjagaan harian. Alat penilaian Keadaan Skor Kulit Neonatal (NSCS) digunakan dan bayi yang menderita eritema kekeringan, dan pecahan kulit menjadi normal setelah pelaksanaan pedoman klinis, kondisi kulit bayi ditingkatkan. Ini harus dipertimbangkan dan penelitian lebih lanjut dilakukan di Inggris.

2.8. Posyandu

2.8.1. Pengertian Posyandu

Posyandu dilihat dari segi proses maka pengertiannya adalah merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI,1986).

(34)

Posyandu merupakan upaya untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang umumnya terjadi di pedesaan, misalnya:

1. Kesenjangan geografis dalam memperoleh pelayanan KIA

2. Kesenjangan informasi mengenai kesehatan ibu dan anak serta perilaku hidup bersih dan sehat

3. Kesenjangan sosio budaya antara petugas kesehatan dan masyarakat yang dilayaninya

4. Kesenjangan ekonomi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan tarif yang murah dan bahkan gratis yang semuanya untuk menunjang kelangsungan hidup anak (Anonim,2001).

Posyandu mempunyai lima program yaitu Kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga Bercena (KB), Imunisasi, Gizi dan Penaggulangan diare (Depkes,1984).

2.8.2. Pembentukan Posyandu

Dalam pembentukan Pos Pelayanan Terpadu sebaiknya melayani 100 orang Balita atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat. Sedangkan lokasi tempat penyelenggaran Posyandu sebaiknya pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat itu sendiri. Posyandu juga dapat dibentuk bila pada suatu wilayah terdapat 120 Kepala Keluarga atau dengan jumlan penduduk sebanyak 700 jiwa (Depkes,1984).

Pada tahun 1983, berdasarkan Instruksi bersama menteri Kesehatan dan Kepala BKKBN No.06/ Menkes/ Inst/ 1981 – 22/ HK.010/ 1981 dan No. 264/ Menkes/ Inst/ VI/1983 – 26/HK.011/ E.3/ 1983, kegiantan keterpaduan keluarga Berencana- Kesehatan mulai dioperasikan. Di tingkat desa, kegiatan keterpaduan KB- Kesehatan diwujudkan dalam bentuk pos pelayan terpadu atau lebih dikenal dengan Posyandu.

2.8.3. Pelaksanaan Posyandu

Penyelenggara Posyandu tingkat Kecamatan adalah pelaksana program terpadu yang terdiri dari:

1. Camat dan Staf

Sebagai Koordinator perencanaan, penggerakan, pengawasan,pengendalian dan penilaian.

(35)

Membantu camat dalam mengkoordinir dan berperan sebagai pimpinan dalam melakukan penggerkan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.

3. Petugas KB

Membantu Camat dalam melakukan perencanaan, penggerakan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.

4. Tim Pembina LMKD

Merumuskan dukungan sumber daya dari sektor yang terkait dalam pembinaan desa dan koodinator yang terkait dalam pembinaan desa dan koordinator bimbingan terhadap LKMD.

5. Tim Penggerak PKK

Berperan untuk memberikan motivasi, penyuluhan dan menggerakkan peran serta masyarakat.

Dengan sistem Pelayanan 5 meja di Posyandu, maka masing-masing Posyandu harus mempunyai kader sebanyak 5 orang, sehingga semua kegiatan Posyandu dapat berjalan dengan baik. Meja 5 sebagai meja pelayanan peran kader pun sangat besar, karena dapat memberikan paket pertolongan gizi berupa vitamin A, tablet Fe, oralit, kapsul iodium dan alat kontrasepsi seperti pil, kondom pada akseptor KB. Kader yang masih dikatakan maish aktif, sedangkan kalu sudah 4 bulan lebih tidak ikut dalam kegiatan Posyandu, maka tidak dikatakan aktif lagi.

Kegiatan UPGK (Upaya Perbaikan Gizi keluarga) di Posyandu bertujuan untuk menurunkan angka KEP dan kebutuan karena kekurangan Vitamin A pada anak balita, serta anemia gizi pada ibu hamil. Tujuan ini dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien dengan jalan memadukan kegiatan pelayanan gizi, pelayanan kesehatan dasar dan KB di Posyandu. Dengan demikian sasaran pelayanan gizi di Posyandu adalah bayi,anak balita, ibu hamil dan menyusui (Depkes RI, 91/92).

BAB III

(36)

3.1 Kerangka Konsep Penelitian.

Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian adalah :

Bagian yang akan diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Ibu-ibu tentang Perawatan Kulit pada Bayi dan Anak Usia Kurang dari 5 tahun di Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012

3.2 Variabel dan definisi operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu tentang perawatan kulit pada bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun di Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan.

a) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu yang mempunyai bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun tentang perawatan kulit di Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan.

b) Sikap adalah segala sesuatu yang dianut oleh ibu yang mempunyai bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun tentang perawatan kulit di Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan.

3.2.1. Variabel independen tingkat pengetahuan

Dalam penelitian ini, pengetahuan merupakan jumlah jawaban respon terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan perawatan kulit. Cara ukur yang digunakan di variable tingkat pengetahuan adalah wawancara dengan cara menghitung jawaban ibu pada kuisioner.

Tingkat Pengetahuan dan sikap Ibu-ibu

(37)

Jawaban yang benar akan diberi nilai 2, sedangkan jawaban yang salah diberi nilai 1, dan jawaban yang tidak tahu akan dinilai 0. Manakala alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Hasil ukur pula, Pengetahuan ibu tentang Perawatan kulit menggunakan skala ordinal dikategorikan atas :

1. Baik apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi (>8) 2. Sedang apabila nilai yang diperoleh 40-74% dari nilai tertinggi ( 4-7) 3. Kurang apabila nilai yang diperoleh <40% dari nilai tertinggi (≤ 3)

Skala pengukuran untuk data ini adalah yang berperingkat dari baik, sedang dan kurang sekaligus jenis datanya adalah data ordinal (Ranking).

3.2.2. Variabel independen sikap

Pada variabel independen sikap, definisi untuk sikap merupakan kumpulan dari gejala dalam merespons suatu stimulus sehingga melibatkan perasaan, pikiran dan gejala kejiwaan lainnya. [ Notoatmodjo(2005)] Cara ukur yang digunakan adalah Wawancara dengan cara menghitung jawaban ibu pada kuisioner. Jawaban yang benar akan diberi nilai 2, sedangkan jawaban yang salah diberi nilai 1, dan jawaban yang tidak tahu akan dinilai 0. Alat ukur ya yang diguna kuesioner, dan hasil ukur adalah Sikap ibu terhadap Perawatan Kulit menggunakan skala ordinal dikategorikan atas :

(38)

Skala pengukuran untuk data ini adalah yang berperingkat dari baik, sedang dan kurang sekaligus jenis datanya adalah data ordinal (Ranking).

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menggambarkan tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu terhadap perawatan kulit bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun di Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional dimana data diambil hanya sekali bagi tiap subyek pada saat wawancara.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan, Medan. Waktu pengambilan data direncanakan pada bulan Juli- September, 2012.

(39)

4.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun yang datang ke Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan, Medan.

4.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun yang datang ke Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan, Medan dan memenuhi kriteria inklusi serta tidak ( potong lintang ) dimana pengambilan data termasuk dalam kriteria eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.3.2.1Kriteria Inklusi

1. Ibu dengan bayi dan/atau balita datang mengkunjungi ke Posyandu Kelurahan Tanah 600, Kecamatan Medan Marelan, Medan

2. Bersedia menjadi sampel penelitan dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

4.3.2.2Kriteria Eksklusi

1. Ibu yang tidak melengkapkan formulir kuesioner selengkapnya.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simple randomized sampling

dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Menurut Notoatmodjo (2005), untuk mencapai jumlah sampel dari populasi yang jumlahnya lebih kecil dari 10.000, dapat dihitung berdasarkan rumus :

n =

) ( 1 N d2

N +

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,1)

(40)

ini. Dalam penelitian ini saya telah menambahkan 17 orang sampel lagi menjadikanya 100 sampel. Ini adalah untuk menambahkan keakuratan hasil penelitian dan juga memudahkan perkiraan. yang didapat langsung dari ibu. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan kuesionar kepada sampel penelitian.

4.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data ( Notoatmodjo, 2005 ).

Instrumen penelitian ini berupa kuesionar sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan semi terbuka dan tertutup untuk mengumpulkan data tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang perawatan kulit pada bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun.

4.4.3. Teknik Skoring dan Skala

Dalam penelitian ini, kuesionar yang digunakan adalah kuesionar mengetahui tentang tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu tentang Perawatan Kulit pada Bayi dan Anak Usia Kurang dari 5 tahun di Posyandu Kecamatan Medan Marelan. Penentuan nilai dari kuesionar pengetahuan dilakukan dengan memberi nilai 1 untuk jawaban yang benar, manakala untuk jawaban yang salah diberi nilai 0. Penentuan nilai dari kuesionar sikap juga diberi nilai yang sama, jawaban yang benar diberi nilai 1,dan jawaban yang salah diberi nilai 0.

(41)

Tingkat pengetahuan

1. Baik apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi (>8) 2. Sedang apabila nilai yang diperoleh 40-74% dari nilai tertinggi ( 4-7) 3. Kurang apabila nilai yang diperoleh <40% dari nilai tertinggi (≤ 3)

Sikap

1. Baik apabila nilai yang diperoleh ≥50% dari nilai tertinggi (3-5) 2. Kurang apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai tertinggi (0-2)

Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka untuk kategori pengetahuan dikatakan baik bila nilai yang diperoleh >8, dikatakan sedang bila nilai yang diperoleh 4-7 dan kurang bila nilai(≤ 3). Kategori sikap pula, dikatakan baik bila nilai yang diperoleh 3-5, sikap dikatakan kurang bila nilai yang diperoleh 0-2.

4.5. Metode Analisis Data

(42)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di posyandu kelurahan tanah 600, kecamatan Medan Marelan. Pada tahun 1983, berdasarkan Instruksi bersama menteri Kesehatan dan Kepala BKKBN No.06/ Menkes/ Inst/ 1981 – 22/ HK.010/ 1981 dan No. 264/ Menkes/ Inst/ VI/1983 – 26/HK.011/ E.3/ 1983, kegiatan keterpaduan Keluarga Berencana- Kesehatan mulai dioperasikan. Di tingkat desa, kegiatan keterpaduan KB- Kesehatan diwujudkan dalam bentuk pos pelayan terpadu atau lebih dikenal dengan Posyandu. Posyandu di tanah kelurahan tanah 600 terdiri daripada Asoka I hingga ke Asoka X.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Ibu

Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 100 ibu dari 500 ibu yang mengunjungi ke posyandu kelurahan tanah 600, kecamatan Medan Marelan, yang berumur 21 hingga 45 tahun dan bertempat tinggal di wilayah penelitian. Gambaran karakteristik ibu yang diamati meliputi umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu. Data lengkap mengenai karakteristik ibu tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah.

(43)

Umur Jumlah ibu (n) Persen (%)

21-25 9 9.0

26-30

31-35

36-40

41-45

19

30

25

17

19.0

30.0

25.0

17.0

Total 100 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, diketahui bahwa ibu paling banyak adalah berumur 31-35 tahun yaitu sebanyak 30 orang (30.0%) sedangkan paling sedikit adalah yang berumur 21-25 tahun yaitu sebanyak 9 orang (9.0%).

Tabel 5.2. Distribusi Jumlah ibu dan Persentasi Karakteristik Ibu Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah ibu (n) Persen (%)

(44)

SMP 24 24.0

SMA 33 33.0

Tamat Akademi/

Penguruan Tinggi

Tidak bersekolah

20

14

20.0

14.0

Total 100 100.0

Berdasarkan Tabel 5.2. di atas, diketahui bahwa kebanyakan ibu adalah yang bertingkat pendidikan SMA sebanyak 33 orang (33.0%). Ibu yang berpendidikan SD sebanyak 9 orang (9.0%).

Tabel 5.3. Distribusi Jumlah ibu dan Persentasi Karakteristik Ibu Menurut Pekerjaan Ibu

Pekerjaan Ibu Jumlah ibu (n) Persen (%)

Ibu Rumah Tangga 62 62.0

(45)

Pegawai Swasta 13 13.0

Pedagang/ Wiraswasta

Petani

5

2

5.0

2.0

Total 100 100.0

Berdasarkan Tabel 5.3. di atas, diketahui bahwa kebanyakan ibu adalah yang ibu rumah tangga sebanyak 62 orang (62.0%). Ibu yang paling sedikit adalah bekerja sebagai petani sebanyak 2 orang (2.0%).

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10 pertanyaan yang menguji pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan kulit pada bayi atau anak yang kurang dari umur 5 tahun. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Tingkat pengetahuan seorang ibu akan dikatakan baik apabila jumlah skor untuk 10 pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh ibu sebanyak 8-10. Tingkat pengetahuan sedang, apabila jumlah skor untuk 10 pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh ibu sebanyak 4-7. Tingkat pengetahuan kurang, apabila jumlah skor untuk 10 pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh ibu sebanyak 0-2 . Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan ibu dapat dikategorikan pada Tabel 5.4. di bawah ini.

(46)

Tingkat Pengetahuan Jumlah ibu (n) Persen (%)

Baik 30 30.0

Sedang 46 46.0

Kurang 24 24.0

Total 100 100.0

Tabel 5.6. Distribusi Jumlah ibu Tingkat Pengetahuan Ibu Menurut Umur Ibu

Umur Ibu

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

(47)

26-30

Berdasarkan Tabel 5.6. dapat diketahui tingkat pengetahuan ibu pada kategori baik lebih tinggi pada golongan ibu-ibu yang berumur yaitu 31-35 tahun (9.0%) dibandingkan dengan golongan ibu-ibu yang berumur 21-25 tahun (3.0%). Pada kategori tingkat pengetahuan kurang lebih banyak pada golongan ibu-ibu yang berumur yaitu 36-40 tahun (8.0%).

Data lengkap distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan kulit bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5.7.

(48)

TAMAT

Berdasarkan Tabel 5.7. di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu pada kategori baik lebih tinggi golongan ibu-ibu yang tamat akademi atau penguruan tinggi yaitu sebanyak 13 orang (13.0%). Pada tingkat pengetahuan kurang, lebih banyak pada golongan ibu-ibu yang SMP yaitu sebanyak 12 orang (12.0%).

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang perawatan kulit bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun menurut pekerjaan ibu dapat dilihat pada Tabel 5.8.

(49)

PETANI 1 1.0 0 0.0 1 1.0 2 2.0

Total 30 30.0 46 46.0 24 24.0 100 100.0

Berdasarkan Tabel 5.8. di atas, didapati bahwa tingkat pengetahuan golongan ibu-ibu pada kategori baik lebih tinggi yang bekerja sebagai pegawai negeri yaitu sebanyak 13 orang (13.0%). Pada kategori tingkat pengetahuan kurang, lebih banyak adalah golongan ibu-ibu yang merupakan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 18 orang (18.0%).

5.1.4. Deskripsi Sikap

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 5 pertanyaan yang menguji sikap ibu-ibu tentang perawatan kulit pada bayi atau anak yang kurang dari umur 5 tahun. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 kategori yaitu baik dan kurang. Sikap seorang ibu akan dikatakan baik apabila jumlah skor untuk 5 pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh ibu sebanyak 3-5. Sikap ibu dikatakan kurang, apabila jumlah skor untuk 5 pertanyaan yang berhasil dijawab dengan benar oleh ibu sebanyak 0-2. Berdasarkan hasil uji tersebut maka sikap ibu dapat dikategorikan pada Tabel 5.10. di bawah ini.

Tabel 5.10. Distribusi Jumlah ibu Ibu Menurut Sikap

Sikap Jumlah ibu (n) Persen (%)

Baik 63 63.0

Kurang 37 37.0

(50)

Tabel 5.11. Distribusi Jumlah ibu Sikap Ibu Menurut Umur Ibu

Umur Ibu

Sikap

Baik Kurang Total

n % n % n %

21-25 5 5.0 4 4.0 9 9.0

26-30

31-35

36-40

41-45

13 13.0

18 18.0

18 18.0

9 9.0

6 6.0

12 12.0

7 7.0

8 8.0

19 19.0

30 30.0

25 25.0

17 17.0

Total 63 63.0 37 37.0 100 100.0

(51)

Tabel 5.12. Distribusi Jumlah ibu Sikap Ibu Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat

Pendidikan

Sikap

Baik Kurang Total

n % n % n %

SD 3 3.0 6 6.0 9 9.0

SMP 5 5.0 19 19.0 24 24.0

SMA 24 24.0 9 9.0 33 33.0

TAMAT AKADEMI/

PENGURUAN TINGGI

TIDAK

BERSEKOLAH

18 18.0

13 13.0

13 13.0

2 2.0

1 1.0

1 1.0

20 20.0

14 14.0

14 14.0

Total 63 100.0 37 100.0 100 100.0

Gambar

Tabel 5.2. Distribusi Jumlah ibu dan Persentasi Karakteristik Ibu Menurut
Tabel 5.3. Distribusi Jumlah ibu dan Persentasi Karakteristik Ibu Menurut
Tabel 5.4. Distribusi Jumlah ibu Ibu Menurut Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.6. Distribusi Jumlah ibu Tingkat Pengetahuan Ibu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari wawancara tersebut diketahui bahwa tujuan awalnya instagram @malangfoodies dibuat untuk menyalurkan hobi food photography inisiator dan teman temannya, tapi

Fasilitasi pendidikan program D-3 bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna Jakarta (khusus untuk pegawai dilingkungan Kementerian PU Pusat), Politeknik

Magnesium (Macro) -Helps build bones -Helps nerves and muscles work normally -Regulates body temperature -Dark green leafy vegetables -Whole grain products -Heart disease

Griya Indah Anugerah tidak boleh membiarkan pesaing baru untuk masuk dengan produk mereka yang lebih baik dan bagus dari pada produk CV.. Griya Indah

Secara keseluruhan hasil penelitian ini menggambarkan bahwa loyalitas konsumen tidak hanya ditentukan oleh kepuasan dan kepercayaan mereka terhadap penyedia layanan

Terlihat bahwa hari kerja operasional di desa Danda Besar setengah dari hari kerja operasional di desa Gudang Hirang dan Bamban II, hal ini karena di desa Danda Besar umumnya

Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata, berdasarkan uji BNT 5%, P0 :tanpa inokulum, P1: pemberian inokulum,

Selanjutnya dalam pertanyaan terbuka terkait dengan enam dimensi nation branding Anholt-Gfk Roper, memperlihatkan bahwa jawaban yang diberikan responden terkait dengan