• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar LogamKadmium (Cd) dan Timah (Sn)Berdasarkan Waktu Penyimpanan dalam Produk Ikan Sarden Kemasan Kaleng secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar LogamKadmium (Cd) dan Timah (Sn)Berdasarkan Waktu Penyimpanan dalam Produk Ikan Sarden Kemasan Kaleng secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Sarden

Ikan Sarden (Sardinella longiceps) merupakan ikan olahan yang dikemas dalam kaleng yang banyak diproduksi didalam dan luar negeri. Kelebihan pengemasan ikan dalam kaleng diantaranya adalah praktis bagi para konsumen dalam memasaknya, dapat disimpan lebih lama dan dapat meminimalisir kontaminasi dari luar seperti bakteri. Namun dalam penggunaannya perlu diwaspadai karena pada makanan kaleng dapat terjadi kontaminasi logam berat dari pengemasnya tersebut (Rahayu, 1992).

Sarden adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari famili Clupeidae. Ikan ini mampu bertahan hingga kedalaman lebih dari 1.000 meter. Ikan ini cocok digunakan sebagai makanan dihidangkan dengan saus cabe atau saus tomat. Sarden media saos tomat adalah produk yang dibuat dari jenis sarden segar maupun beku dari spesies Clupea harengus yang mengalami penyiangan, dengan media saos tomat, dikemas secara kedap (hermetis) dan disterilisasi dengan pemanasan (Firman, 2011).

(2)

untuk menghindari pengaruh sinar matahari, lama pengemasan, penyimpanan dan lain-lain. Dan akibat dari pengemasan itu juga, maka produk sering mengalami kerusakan baik secara mikrobiologis, mekanis maupun kimiawi. Kerusakan produk secara kimia disebabkan karena adanya interaksi antara produk yang dikemas dengan komponen penyusun kemasan. Bahan-bahan dari kemasan akan bereaksi membentuk persenyawaan dengan zat-zat yang terkandung dalam produk susu. Hal ini berakibat pada produk yang dikemas akan tercemari oleh komponen-komponen yang lain dalam kemasan (Tehubijuluw, 2013).

Menurut Julianti dkk, 2006, meskipun kaleng yang digunakan untuk mengkemas bahan makanan, namun dapat mengakibatkan ancaman bagi keamanan makanan, Karena komponen logam pada kaleng dapat bermigrasi pada makanan yang di dalamnya.

Beberapa logam yang biasa ditemukan dalam makanan kaleng adalah kadmium, dan timah. Oleh sebab itu dalam mengkonsumsi makanan kaleng sebaiknya memperhatikan batas cemaran logam karena logam akan terakumulasi didalam tubuh dan dapat mengganggu kesehatan. Untuk melindungi konsumen terhadap keracunan logam berat, pemerintah telah membuat standar baku mutu yang mengatur tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan kaleng dalam SNI 01-7387-2009 yaitu kadmium 0,1 mg/Kg dan timah 250 mg/Kg(SNI, 2009).

2.2. Preparasi Ikan Sarden

(3)

Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu:

• Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai

• Sampel dilarutkan dalam suatu asam

• Sampel dilarutkan dalam suatu basa atau dilebur dahulu dengan basa kemudian hasil leburan dilarutkan dengan pelarut yang sesuai

Metode pelarutan apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan spektrofotometer serapan atom, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus jernih, stabil dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis. Pelarutan juga dimaksudkan untuk destruksi sampel dimana sampel dimana biasanya digunakan asam-asam seperti asam nitrat pekat(Rohman,2007).

2.2.1. Metode Penentuan Kadar Abu

Metode penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni cara basah dan cara kering.

2.2.1.1. Penentuan Kadar Abu Secara Langsung (Cara Kering)

Penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500–6000C dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut.

(4)

Tabel. 2.1. Macam Bahan dan Jumlah Bahan yang Harus Ditimbang

Macam bahan Berat bahan(g)

Ikan dan hasil olahannya, biji-bijian dan makanan ternak Padi-padian,milk dan keju

Gula,daging dan sayuran Jelly, sirup jam dan buah kering Juice,buah segar,buah kalengan

Bahan yang mempunyai kadar air yang tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan lebih dahulu. Bahan yang mempunyai kandungan zat yang mudah menguap dan berlemak banyak pengabuan dilakukan dengan suhu mula-mula rendah sampai asap hilang baru kemudian dinaikkan suhunya sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan untuk bahan yang membentuk buih waktu dipanaskan harus dikeringkan dahulu dalam oven dan ditambahkan zat anti buih misalnya, olive atau parafin.

Bahan yang akan diabukan ditempatkan dalam wadah khusus yang disebut krus yang dapat terbuat dari porselin,silika,quartz,nikel atau platina dengan berbagai kapasitas (25–100mL). Pemilihan wadah ini disesuaikan yang akan diabukan.

(5)

Lama pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara lain sampai 8 jam. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu pengabuan 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukandalam keadaan dingin, untuk itu maka krus yang berisi abu yang diambil dari dalam muffle harus lebih dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 1050C agar supaya suhu turun, baru kemudian dimasukkan kedalam desikator sampai dingin, desikator yang digunakan harus dilengkapi dengan zat penyerap air, misalnya silika gel,atau kapur aktif atau kalsium klorida, sodium hidroksida. Agar supaya desikator dapat mudah digeser tutup maka permukaan gelas diolesi dengan vaselin (Sudarmadji, 1989).

2.2.1.2. Penentuan Kadar Abu Secara Tidak Langsung (Cara Basah)

Pengabuan basah terutama digunakan untuk digesti sampel dalam usaha penentuan trace elemen dan logam-logam beracun. Berbagai cara yang ditempuh untuk memperbaiki cara kering yang biasanya memerlukan waktu yang lama serta adanya kehilangan karena pemakaian suhu tinggi yaitu antara lain dengan pengabuan cara basah ini. Pengabuan cara basah ini prinsipnya adalah memberikan reagen kimia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Berbagai bahan kimia yang sering digunakan untuk pengabuan basah ini dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Asam sulfat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk membantu mempercepat terjadinya reaksi oksidasi.Asam sulfat merupakan bahan pengoksidasi yangkuat,meskipun demikian waktuyang diperlukanuntuk pengabuan masih cukuplama.

(6)

3. Campuran asam sulfat, asam nitrat banyak digunakan untuk mempercepat proses pengabuan. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu degesti bahan yaitu pada suhu 350oC,dengan demikian komponen yang dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat tetap dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan kadar abu lebih baik.

4. Penggunaan asam perkhlorat dan asam nitratdapat digunakan untuk bahan yang sangat sulit mengalami oksidasi. Dengan perkhlorat yang merupakan oksidator yang sangat baik memungkinkan pengabuan dapat dipercepat. Kelemahan perkhlorat ini adalah bersifat explosive atau mudah meledak sehinga cukup berbahaya,untuk ini harus sangat hati-hati dalam penggunaannya. Pengabuan dengan bahan perkhloratdan asam nitrat ini dapat berlangsung sangat cepat yaitu dalam 10 menit sudah dapat diselesaikan.

Sebagaimana cara kering, setelah selesai pengabuhan bahan kemudian diambil dalam muffle dan dimasukan kedalam oven bersuhu 105oC sekitar 15 – 30 menit selanjutnya dipindahkan ke dalam exsikator yang telah dilengkapi dengan bahan penyerap uap air. Didalam exsikator sampai dingin kemudian dilakukan penimbangan pengabuhan diulangi lagi sampai diperoleh berat abu yang konstan.

2.2.1.3. Perbedaan Pengabuhan Cara Kering dan Cara Basah

Adapun perbedaan antara kedua metode pengabuan tersebut ialah terletak pada jenis sampel yang akan dipreparasi, yakni:

(7)

2. Cara kering untuk penentuan abu yang larut dan tidak larut dalam air serta abu yang tidak larut dalam asam memerlukan waktu yang relatif lama sedangkan cara basah memerlukan waktu yang cepat.

3. Cara kering memerlukan suhu yang relatif tinggi, sedangkan cara basah dengan suhu relatif rendah.

4. Cara kering dapat digunakan untuk sampel yang relatif banyak sedang cara basah sebaiknya sampel sedikit dan memerlukan reagensia maka penentuan cara basah perlu koreksi terhadap reagen yang digunakan. Penentuan abu yang tidak larut dalam asam dilakukan dengan mencampurkan abu dalam HCl 10%. Setelah diaduk kemudian dipanaskan selanjutnya disaring dengan kertas saring whatmann No.42. Residu merupakan abu yang tidak larut dalam asam yang terdiri atas pasir dan silika.

Penentuan abu yang larut dalam air dilakukan dengan melarutkan abu ke dalam akuades kemudian disaring. Filtrat kemudian dikeringkan dan ditimbang residunya (Sudarmaji, 1989).

2.3. Spektrofotometri Serapan Atom

(8)

2.3.1. Prinsip dan Teori

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada bahwa atom – atom pada suatu unsur dapat mengabsropsi energi sinar pada panjang gelombang tertentu. Banyak energi sinar yang di absropsi berbanding lurus dengan jumlah atom – atom unsur yang mengabsropsi.Atom terdiri atas inti atom yang mengandung proton bermuatan positif dan neutron berupa pertikel netral, dimana inti atom dikelilingi oleh elektron –elektron bermuatan negatif pada tingkat energi yang berbeda – beda. Jika energi diabsorpsi oleh atom, maka elektron yang berada di kulit terluar (elektron valensi) akan tereksitasi dan bergerak dari keadaan dasar (Clark,1979).

2.3.2. Gangguan pada SSA dan cara mengatasinya

Gangguan nyata pada SSA adalah seringkali didapatkan suatu harga yang tidak sesuai dengan konsentrasi sampel yang ditentukan. Penyebab dari gangguan ini adalah faktor matriks sampel.

Sampel dalam bentuk molekul karena disosiasi yang tidak sempurna akan cenderung mengabsorpsi radiasi dari sumber radiasi. Demikian juga terjadinya ionisasi atom akan menjadi kesalahan pada SSA oleh karena spektrum radiasi oleh ion jauh berbeda dengan spektrum absorpsi atom netral yang memang akan ditentukan. Ada beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA yaitu dengan cara:

1. Menaikkan temperatur nyala agar mempermudah penguraian untuk itu dipakai gas pembakar campuran C2H2 + N2O yang memberikan nyala dengan temperatur yang tinggi.

2. Menambahkan elemen pengikat gugus atom penyangga, sehingga terikat kuat akan tetapi atom yang ditentukan bebas sebagai atom netral. Misalnya penentuan logam yang terikat sebagai garam, dengan penambahan logam yang lainnya akan terjadi ikatan lebih kuat dengan anion pengganggu. 3. Pengeluaran unsur pengganggu dari matriks sampel dengan cara eksitasi

(9)

2.3.3. Rangkaian Spektrofotometer Serapan Atom

Komponen penting yang membentuk Spektrofotomter Serapan Atom diperlihatkan pada gambar dibawah 2.1 ini.

A B C D E F

Gambar 2.1. Rangkaian Ringkas Spektrofotometer Serapan Atom Keterangan Gambar :

A = Lampu Katoda Berongga

B = Nyala

C = Monokromator

D = Detektor

E = Amplifier

F = Recorder ( Khopkar, 2009)

a. Sumber sinar

(10)

Tempat sampel

Dalam analisis dengan Spektofotometri Serapan Atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala dan tanpa nyala.

b. Nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.

Tanpa Nyala (Flameless)

Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit. Sampel diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik grafit. Akibat pemanasan ini,maka gas yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral (Rohman, 2007).

c. Monokromator

Monokromator memisahkan,mengisolasi dan mengontrol intensitas dari radiasi energi yang mencapai detektor. Pada hakekatnya mungkin saja dapat dianggap sebagai suatu saringan yang dapat disesuaikan dengan suatu daerah yang spesifik, yang mana spektrum transmisi yang tidak sesuai akan ditolak. Idealnya monokromator harus mampu memisahkan garis resonansi. Karena ada beberapa unsur yang mudah dan ada beberapa unsur yang sulit (Haswell, 1991).

d. Detektor

(11)

e. Read Out

Merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem beberapa pencatat hasil (Khopkar,2007).

2.3. Kadmium

Kadmium (Cd) memiliki nomor atom 48; bobot atom 112, 41 gram; bobot jenis 8,642 g/cm3pada 200C; titik leleh 320,90C; titik didih 7670C; tekanan uap 0,013 Pa pada 1800C. Kadmium murni berupa logam lunak berwarna putih perak. Namun sejauh ini belum pernah ditemukan kadmium dalam keadaan logam murni di alam. Kadmium bisa ditemukan sebagai mineral yang terikat dengan unsur lain seperti oksigen, klorin, atau sulfur. Kadmium tidak memiliki rasa maupun aroma spesifik. Kadmium digunakan dalam industri sebagai bahan dalam pembuatan baterai, pigmen, pelapisan logam dan plastik.

Dalam kondisi asam lemah, kadmium akan mudah terabsorpsi ke dalam tubuh. Sebanyak 5% kadmium diserap melalui saluran pencernaan, dan terakumulasi dalam hati dan ginjal. Kadmium dan senyawanya bersifat karsinogen dan bersifat racun kumulatif. Selain saluran pencernaan dan paru-paru, organ yang paling parah akibat mencerna kadmium adalah ginjal(SNI, 2009).

(12)

2.4.1. Interaksi Antara Cd dan Logam Lain

Daya racun kadmium terhadap hewan atau mahluk hidup lainnya selalu berhubungan erat dengan diet dari unsur nutrisi logam esensial. Dalam laboratorium daya toksisitas Cd dipengaruhi oleh unsur logam esensial seperti Zn, Ca, Fe, Cu, dan Mn. Disamping itu protein dan vitamin juga mempengaruhi toksisitas dari kadmium. Hill dan Matron (1970) mengemukakan pendapatnya bahwa unsur logam yang mempunya sifat fisik dan kimia yang hampir sama secara biologik akan bersifat antagonis antara satu dan lainnya. Hal ini terjadi mungkin dala sistem transportasi dan deposit dalam sel saling berkompetisi dalam menduduki ikatannya dengan enzim dan reseptor protein (Darmono, 1995).

Inhalasi Cd biasanya relatif kecil pada hewan atau manusia, kecuali pada perokok berat. Walaupun begitu absorpsi Cd melalui paru-paru jauh lebih besar daripada saluran pencernaan yang hanya sekitar 25 – 50%. Setelah Cd diabsorpsi dalam tubuh kemudian didistribusikan oleh darah ke pelbagai jaringan, terutama terakumulasi dalam hati dan ginjal. Dua organ penting tersebut deposit Cd dalam tubuh yang jumlahnya 50% dari total Cd. Organ lain seperti paru, pankreas, usus, testis, otak, limpa, jantung, otot dan jaringan lemak juga mengandung jumlah tertentu Cd. Sekali Cd tertimbun dalam jaringan biasanya sangat lambat untuk dilepas kembali, beberapa peneliti melaporkan bahwa waktu paruh (biological half life) Cd dalam jaringan sekitar 5 – 10 tahun dalam hati dan 16 – 33 dalam ginjal.

(13)

terakumulasi dalam ginjal sampai dalam jumlah 50 µg/g berat basah dan terlihat pada umur sekitar 50 tahun.

Mempelajari interaksi antar logam esensial dan nonesensial dapat membantu mempelajari mekanisme toksisitas logam tersebut. Interaksi antar logam tersebut banyak diteliti di laboratorium dan kemudian diaplikasikan di lapangan, ternhyata kejadiannya hampir sama di lapangan secara alamiah baik pada hewan maupun pada manusia. Daya keracunan dari suatu logam berat nonesensial dapat meningkat atau menjadi menurun oleh karena hadir atau absennya logam esensial.

Disamping adanya interaksi antara logam esensial dengan nonesensial, di antara logam esensial juga terjadi suatu peristiwa juga terjadi suatu peristiwa interaksi. Hal ini terjadi jika salah satu mineral esensial defisiensi dipengaruhi oleh naiknya kandungan beberapa unsur mineral esensial lainnya (antagonisme). Pada kebanyakan kasus antagonisme tersebut sejumlah elemen yang saling berinteraksi mempunyai sifat yang hampir sama sehingga terjadi kompetisi dalam menduduki ikatannya dalam protein. Tetapi ada beberapa unsur yang berinteraksi dalam pakan yang dimakan misalnya Camenghambat absorsi Mn, Cu dangan Mo dan S (Darmono, 1995).

2.4. Timah

(14)

Pada makanan yang tidak diolah kandungannya sangat rendah. Ditemukan pada produk makanan kaleng (buah dan sayur, ikan herring), pasta gigi, timah logam ditemukan pada debu atau asap polusi industri. Makanan berlemaklebih mudah menyerap timah. Timah dalam pangan diserap dalam usus halus kurang dari 5%, sebagian dibuang melalui urin dan keringat. Timah disebut juga sebagai mildly toxic mineral. Timah menurunkan absorpsi kalsium, seng dan menurunkan aktivitas enzim alakalin fosfatase.

Konsumsi timah dalam pangan yang berlebihan dapat menyebababkan iritasi saluran pencernaan yang ditandai dengan gejala muntah, diare, kelelehan dan sakit kepala. Pada dosis akut dapat menyebabkan anoreksia, ataxia dan kelemahan otot, serta pembengkakan usus halus hingga kematian. Konsentrasi timah antara 150µg/g – 250 µg/g di dalam makanan kaleng dapat mengakibatkan perlukaan lambung secara akut (SNI, 2009).

2.6. Peranan Pengemasan Dalam Pengawetan Pangan

Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian membutuhkan pemikiran dan perhatian yang lebih besar daripada yang biasanya diketahui. Industri pangan cenderung untuk membedakan antara proses pengalengan dan pembotolan di satu pihak dan apa yang disebut pengemasan yang berarti metoda lainnya di pihak lain. Sampai batas tertentu, ini merupakan perbedaan nyata antara metoda pengolahan pangan yang mengikutsertakan sterilisasi dan/atau pasteurisasi terhadap metoda pengawetan lainnya termasuk dehidrasi dan pembekuan cepat.

(15)

Kerusakan yang terjadi mungkin saja spontan, tetapi ini sering disebabkan keadaan di luar dan kebanyakan pengemasan digunakan untuk membatasi antara bahan pangan dan keadaan normal sekelilingnya untuk menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan. Ini merupakan waktu di mana bahan pangan harus dijual dan dikonsumsi dan disebut sebagai daya awetnya. Jadi semua permasalahan yang berhubungan dengan pengemasan pangan, pertimbangan pertama harus tentang proses kerusakan dan pembusukan produk itu sendiri. Cara terjadinya kerusakan harus diteliti dan pengaruh cara distribusi seperti kondisi-kondisi transpor, penyimpanan dan penjualan pada tahapan mana kerusakan akan terjadi harus dapat diduga (Buckle, 1987).

2.6.1. Fungsi-fungsi Suatu Kemasan

Pengemasan bahan pangan harus memperlihatkan lima fungsi-fungsi utama:

1. Harusdapatmempertahankanproduk agar

bersihdanmemberikanperlindunganterhadapkotorandanpencemaranl ainnya.

2. Harus member

perlindunganpadabahanpanganterhadapkerusakanfisik, air, oksigendansinar.

3. Harusberfungsisecarabenar, efisiendanekonomisdalam proses pengepakanyaituselamapemasukanbahanpangankedalamkemasan. Hal

iniberartibahanpengemasharussudahdirancanguntuksiappakaipadam

esin-mesin yang adaatau yang baruakandibeliataudisewauntukkeperluantersebut.

4. Harusmempunyaisuatutingkatkemudahanuntukdibentukmenurut

rancangan, dimana bukansaja member

kemudahanpadakonsumenmisalnyakemudahandalammembukaatau

(16)

harusdapatmempermudah pada tahapselanjutnyaselamapengelolaan di gudangdanselamapengangkutan distribusi. Terutamaharusdipertimbangkandalamukuran, bentukdanberatdari unit pengepakan.

5. Harus member pengenalan, keterangandandayatarikpenjualan. Unit-unit pengepakan yang dijualharusdapatmenjualapa yang dilindunginyadanmelindungiapa yang dijual.

Lima peranan di atas seluruhnya merupakan pengendalian dari kemungkinan kerusakan dan infeksi mikroorganisme. Bahan pangan selain sangat berharga bagi mikroorganisme dan bagi kebutuhan manusia. Apabila tercemar oleh mikroorganisme dan apabila kemudian disimpan dalam kondisi yang memungkinkan, organisme-organisme ini akan berkembang baik dengan cepat.

Pengemasan yang baik dapat mencegah penularan bahan pangan oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan. Teknik distribusi dan penjualan yang salah dapat merusak pengolahan dan pengemasan yang baik dari bahan pangan (Buckle, 1987).

2.6.2. Risiko Pengemasan

(17)

Bahaya mikroorganisme terdapat secara nyata sehubungan dengan bahan pengemas karena bahan ini mungkin tercemar oleh mikroorganisme. Kondisi penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga dapat menekan kemungkinan tersebut serendah mungkin.

Risiko lainnya termasuk kemungkinan masuknya komponen beracun dari bahan pengemas ke dalam bahan pangan atau pemindahan bau dari bahan pengemas ke produk bahan pangan (Buckle, 1987).

2.6.3. Standar Mutu Pengemasan

Pengaturan standar mutu dari pengemasan sangat penting seperti halnya pengaturan standar mutu bahan pangan itu sendiri. Ada dua tahapan pengembangan dari suatu standar mutu pengawasan untuk suatu produk pangan. Pertama untuk membuktikan bahwa bahan pengemas cukup memadai, kemungkinan secara teknik laboratorium pada contoh pertama dan dilanjutkan pada percobaan kecil di lapangan. Dalam fase ini, bahan pangan dikemas dan disimpan dalam kondisi yang telah ditentukan untuk jangka waktu yang telahditentukan dan pengujian yang dibutuhkan, baik organoleptik maupun kimiawi, dilakukan untuk menentukan keadaan bahan pangan dalam suatu selang waktu.

(18)

terutama bahan-bahan segar, tetapi dapat mengubah proses pembusukan yang normal dan membantu perkembangan organisme yang biasanya tidak dijumpai. Penghasil bahan pangan, pengolah dan perancang kemasan oleh karena itu harus sadar akan hal tersebut dan meneliti pengaruh dari kondisi distribusi yang tidak ideal terhadap daya awet dari bahan pangan yang mudah rusak.

Setelah meneliti kesesuaian bahan pengemas untuk tujuan tertentu seperti pengelolaan, distribusi dan penjualan, tetap pelu dikembangkan metoda yang lebih cepat untuk pengawasan mutu pengemas yang dihasilkan dan bahan-bahan pangan yang telah dikemas. Kerjasama yang lebih baik antara para penyedia bahan pengemas dan pihak pengemas bahan pangan akan memberikan hasil yang baik (Buckle, 1987).

2.6.4. Tipe-tipe Utamadari Wadahdan Bahan-bahan Kemasan Wadah

Wadah dapat dibagi secara garis besar menjadi dua macam tergantung pada penggunaannya: wadah bagian luar atau wadah pengangkutan dan wadah untuk konsumen atau wadah penjualan. Tujuan utama dari wadah pengangkutan adalah sebagai tempat dan untuk melindungi isinya selama pengangkutan dari pabrik sampai ke konsumen. Dalam hal kemasan untuk industri, konsumennya dapat berupa pabrik lainnya.

Fungsi dari wadah untuk konsumen atau wadah penjualan yaitu memberikan sejumlah tertentu barang dalam satu unit, yang akan dibeli oleh konsumen terakhir dari toko pengecer.

Ada tujuh tipe utama wadah bagian luar atau wadah pengangkutan: 1. Peti-petiataukrat (crates) darikayuatau plywood. 2. Kotak-kotakkayudanbaja (kegs) plywood. 3. Drum-drum bajadanaluminium.

4. Drum darifibre board.

(19)

7. Karung (bales)

Di samping ketujuh tipe utama tersebut di atas, ada beberapa tipe yang tersusun dari wadah plastik yang diperkuat dengan fibre glass. Wadah plastik seringkali juga digunakan untuk pengangkutan bahan-bahan cair.

Kelompok utama dari wadah-wadah untuk konsumen atau penjualan adalah: 1. Kaleng-kalenglogamdanwadah yang bagiantutupnyadiperkuat

dengan logam.

2. Botol-botoldanstoplesgelas.

3. Wadah-wadah plastic denganbermacam-macambentuk yang kakuatauagakkaku.

4. Tabung-tabung yang tahanrusakkalaujatuh,

baikterbuatdarilogammaupunplastik.

5. Kotak yang dibuatdarikertastebaldankarton yang kakudandapatdilipat.

6. Wadahdaripaper-pulp denganbermacam-macambentuk.

7. Pengemas yang fleksibelterbuatdarikertas, paper board, plastik tipis, foils, laminats yang digunakanuntukmembungkus, kantungamplop, sachet, pelapis luar dan lain-lain (Buckle, 1987).

2.6.5. Bahan-bahanKemasan

Pengelompokan dasar dari bahan-bahan pengemas yang digunakan untuk bahan pangan termasuk:

1. Logamsepertilempengtimah, bajabebastimah, aluminium. 2. Gelas.

3. Plastik, termasukberanekaragamplastik tipis, yang berlapis laminates dengan plastik lainnya, kertasataulogam (aluminium). 4. Kertas, paperboard, fibreboard.

5. Lapisan (laminate) darisatuataulebihbahan-bahan di atas.

(20)

2.6.6. Ciri-ciriBahanKemasan Tipis yang Fleksibel

Gambar

Tabel. 2.1.  Macam Bahan dan Jumlah Bahan yang Harus Ditimbang
Gambar 2.1. Rangkaian Ringkas Spektrofotometer Serapan Atom

Referensi

Dokumen terkait

EFEKTIFITAS PENERAPAN ROBOTIKA DALAM MENSTIMULASI KREATIVIAS FIGURAL PADA SISWA SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS : SEKOLAH DASAR KOTA PADANG). Penelitian Hibah

Konsumen yang datang pada hari-hari yang sesak pengunjung mungkin akan mengurangi waktu berbelanjanya dan menunda pembelian beberapa produk, karena merasa tidak nyaman berada di

Sebagai bagian dari kegiatan Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) Tahun 2015 yang diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 16 – 20

Cukup jelas

Dalam rangka meningkatkan kemampuan penggunaan Sistem Informasi Manajemen Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (SIMLITABMAS) di perguruan tinggi dalam unggah dan

[r]

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa melalui layanan penguasaan konten dengan teknik Self management efektif dalam mengurangi kesulitan belajar yang dialami siswa

Hardening adalah perlakuan panas yang bertujuan untuk memperoleh kekerasan maksimum pada logam baja... LABORATORIUM