• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn.J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di RS. Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn.J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di RS. Haji Adam Malik Medan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ ataupun sel (Wahit Iqbal.2005).

Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh oksigen berperan penting diproses metabolism sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satu dampaknya adalah kematian. Berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Untuk itu dalam konsep ini perawat perlu memahaminya secara mendalam (Wahit Iqbal.2005).

1. Pengkajian

a. Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang; gaya hidup; adanya batuk; sputum; nyeri; medikasi; dan adanya Faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi. 1) Masalah pada pernapasan (dulu dan sekarang)

2) Riwayat penyakit atau masalah pernapasan  Nyeri

 Paparan lingkungan atau geografi  Batuk

 Bunyi nafas mengi

 Faktor resiko penyakit paru (misalnya perokok aktif atau pasif)  Frekuensi insfeksi pernapasan

 Masalah penyakit paru masa lalu  Penggunaan obat

3) Adanya batuk dan penanganan 4) Kebiasaan merokok

5) Masalah pada fungsi system kardiovaskuler (kelemahan,dispnea) 6) Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi

(2)

 Merokok

 Usia paruh baya atau lanjut usia  Obesitas

 Diet tinggi lemak  Peningkatan kolesterol 7) Riwayat penggunaan medikasi 8) Stressor yang dialami

9) Status atau kondisi kesehatan (Wahit Iqbal.2005).

b. Pola batuk dan produksi sputum

Menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras dan kuat dengan suara mendesing, berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau pada saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecendrungan mengakibatkan alergi). Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur dengan darah (Aziz Alimul.2006).

c. Sakit Dada

Pengkajian dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas, intensitas, Faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila pasien berubah posisi, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit (Aziz Alimul.2006).

d. Pengkajian Fisik

Inspeksi

Mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membrane mukosa, dada, pola napas, (frekuensi, kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis, deformitas dan jaringan parut pada dada.  Palpasi

(3)

-tujuh” secara berulang. Perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangan nya. Normaalnya fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan akan meningkat pada kondisi kosolidasi. Selain itu, palpasi juga dilakukan untuk mengkaji temperature kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, titik impuls maksimum abnormalitas masa dan kelenjar sirkulasi perifer, denyut nadi, serta pengisian kapiler.

Perkusi

Dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara didalam paru,. Perkusi sendiri dilakukan dengan jari tengah (tangan non-dominan) pemeriksa mendatar diatas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu adanya udara pada dada atau paru menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.

Auskultasi

Auskultasi dilakukan langsung dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas durasi, atau kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid atau akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengar bunyi napas vasikuler, bronchial, bronkovasikular, ronkhi, juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu terjadinya (Wahit Iqbal.2005).

e. Pemeriksaan Diagnostic

 Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.

 Tes struktur pernapasan : sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru.  Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur

(4)

2. Analisa data

Data Subjektif  Perasaan lemah  Sesak napas  Nyeri dada  Batuk tak efektif  Demam

 Riwayat merokok  Ansietas

 Berat badan menurun Data Objektif

 Gelisah  Dispnea  Trauma

 Suara napas tidak normal

 Perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan  Obstruksi trakeal

 Pendarahan aktif  Infeksi paru

 Perubahan irama dan jumlah pernapasan  Penggunaan otot bantu napas

 Vasokontriksi  Hipovolemia  Edema  Efusi pleura  Atelektasi

 Nilai AGD tidak normal (Wahit Iqbal.2005)

3. Rumusan masalah

 Ketidakefektifan bersihan jalan napas.  Ketidakefektifan pola napas.

 Gangguan pertukaran gas.

(5)

4. Perencanaan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas.

Berhubungan dengan :

 Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif

 Obstruksi jalan napas : spasme jalan napas, retensi secret, mucus berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing dijalan napas, secret di bronki, dan eksudat di alveoli.

 Fisiologi : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronchial, PPOK, infeksi, asma, trauma jalan napas.

Tujuan :

 Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif.  Menunjukkan status pernapasan : kepatenan jalan napas

Kriteria Hasil :

 Tidak mengalami aspirasi

 Mengeluarkan secret secara efektif  Mempunyai jalan napas yang paten

 Irama dan frekuensi pernapasan dalam batas normal  Suara napas jernih

Intervensi dan Rasional :

 Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat. Rasional : Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat / obstruksi jalan napas

 Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret

Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna (bercak darah) atau air umumnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.  Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Beri cairan tambahan melalui

IV sesuai indikasi.

Rasional : Memberikan hidrasi maksimal membantu pengenceran secret untuk membantu pengeluarannya.

 Dorong masukan cairan peroral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.

(6)

 Lakukan penghisapan jalan napas (suction)

Rasional : untuk mengeluarkan secret yang tertahan dari jalan napas.  Pantau pernapasan pasien.

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat (Dongoes.1999) .

2) Ketidakefektifan pola napas

Berhubungan dengan :  Ansietas

 Posisi tubuh  Deformitas tulang  Deformitas dinding dada

 Penurunan energy dan kelelahan  Hiperventilasi

 Kelelahan otot-otot pernapasan

Tujuan :

 Menunjukkan pola pernapasan efektif

 Menunjukkan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu  Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernapasan

Kriteria Hasil:

 Pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis  Kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal  Fungsi paru dalam batas normal

Intervensi dan Rasional :

 Manajemen jalan napas

Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan napas  Pengisapan jalan napas

Rasional : mengeluarkan sekret jalan napas dengan cara masukkan kateter penghisap ke dalam jalan napas oral atau trakea pasien.

 Bersihkan jalan napas buatan

(7)

 Pantau pernapasan

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat  Pantau tanda-tanda vital

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, pernapasan dan suhu tubuh pasien untuk menentukan dan mencegah komplikasi (Wahit Iqbal.2005).

3) Gangguan pertukaran gas

Berhubungan dengan :

 Perubahan membran kapiler-alveolar  Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

Tujuan :

 Gangguan pertukaran gas akan berkurang

 Status pernapasan : pertukaran gas tidak akan terganggu  Status pernapasan : ventilasi tidak akan terganggu

Kriteria Hasil :

 Fungsi paru dalam batas normal  Ekspansi paru yang simetris

 Tidak menggunakan otot aseksoris untuk bernapas.

Intervensi dan Rasional :  Manajemen asam-basa

Rasional : meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan asam-basa.

 Manajemen jalan napas

Rasional : memfasilitasi kepatenan jalan napas  Manajemen elektrolit

Rasional : meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal atau diluar harapan.

 Terapi oksigen

(8)

Rasional : meningkatkan pola pernapasan spontan yang optimal dalam memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida di paru.

 Pantau tanda-tanda vital

Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, pernapasan dan suhu tubuh untuk mentetukan dan mencegah komplikasi (Wahit Iqbal.2005).

4) Gangguan perfusi jaringan

Berhubungan dengan :  Vasokonstriksi  Hipovolemia

 Menurunnya aliran darah  Edema

 Pendarahan

Tujuan :

 Memperbaiki perfusi jaringan.

 Suara pernapasan dalam keadaan normal

Intervensi dan Rasional :

 Kaji perubahan tingkat perfusi jaringan

Rasional : mengetahui sejauh mana keadaan umum pasien  Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan

Rasional : meningkatkan perfusi jaringan  Pertahankan asupan dan pengeluaran

Rasional : mengetahui keseimbangan intake dan output cairan  Monitor denyut dan irama jantung

Rasional : mengetahui komplikasi dan kelainan yang ada.

 Hindari terjdinya valsava maneuver seperti mengedan, menahan napas, dan batuk

(9)

B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian

I. BIODATA

Identitas Pasien

Nama : Tn.J

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 62 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Kristen Protestan Pendidikan : Tamat SLTA Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal Masuk RS : 11Juni 2013 No. Register : 00.56.24.84 Ruangan/Kamar : RA3/IIA Golongan darah : O

Tanggal pengkajian : 17 Juni 2013 Diagnosa Medis : Tumor Paru Kanan

II. Keluhan Utama

Pasien mengatakan sesak nafas, hal ini telah dialami pasien sejak 2 minggu yang lalu, dan nyeri dada yang dialami pasien sejak 1 bulan belakangan ini, dan meningkat dalam 2 hari terakhir sebelum pasien masuk ke RS H. Adam Malik.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Provocative/palliative

a. Apa penyebabnya

Pasien mengatakan nyeri dada dan sesaknya disebabkan oleh aktivitasnya yang terlalu banyak,dan akibat kebiasaannya merokok sejak pasien masih sekolah SLTA.

b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

(10)

2. Quantity/quality

1) Bagaimana dirasakan

Nyeri dada terasa menyusuk dan berat, napas terasa dalam,berat pada bagian dada sebelah kanan, skala nyeri 5.

2) Bagaimana dilihat

Terlihat sesak dan napas terasa berat pada saat bernapas, ketika nyeri meningkat terlihat wajah yang meringis.

3. Region

1) Dimana lokasinya

Nyeri dada dirasakan di bagian dada sebelah kanan. 2) Apakah menyebar

Pasien mengatakan nyeri menyebar dari bagian dada sebelah kanan ke bagian dada sebelah kiri dan balakang.

4. Severity

Pasien mengatakan nyeri sangat mengganggu aktivitasnya, karena sesak dapat timbul meningkat ketika aktivitas pasien meningkat. Dan nyeri dada nya menyebabkan pasien merasa lemas.

5. Time

Nyeri dan sesak dirasakan selama 2 minggu yang lalu dan meningkat selama dua hari belakangan ini.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

A. Penyakit Yang Pernah Dialami

Tidak ada penyakit yang dialami os sebelumnya.

B. Pengobatan/Tindakan Yang Dilakukan

Tidak ada pengobatan atau tidakakan yang diberikan.

C. Pernah Dirawat/Dioprasi

Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di RS dan tidak pernah dioprasi sebelumnya.

D. Lama Dirawat

Tidak pernah dirawat.

E. Alergi

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi.

F. Imunisasi

(11)

V. Riwayat Kesehatan Keluarga

A. Orang Tua

Orang tua Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius.

B. Saudara Kandung

Saudara kandung Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius

C. Penyakit Keturunan Yang Ada

Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan.

D. Anggota Keluarga Yang Meninggal

Saudara kandung Pasien (anak tertua) dan orang tua pasien.

E. Penyebab Meninggal

Saudara kandung pasien meninggal karena kecelakaan, orang tua pasien karena sudah lanjut usia.

F. Genogram

Skema 2.1 Genoram

Keterangan :

Laki-laki sudah meninggal : Perempuan sudah meninggal : Laki-laki masih hidup :

Perempuan masih hidup : Pasien :

Tinggal serumah :

VI. Riwayat Keadaan Psikososial

A. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya

(12)

B. Konsep Diri

 Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya.

 Ideal diri : Pasien berharap bias tetap menjadi suami serta ayah yang baik bagi istri dan anaknya.

 Harga diri : Pasien adalah seorang ayah yang baik bagi anak-anaknya.

 Peran diri : Pasien adalah kepala keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarga.

 Identitas : Pasien adalah seorang suami dan ayah dari 3 orang anaknya.

C. Keadaan Emosi

Pasien masih mampu mengendalikan emosinya dengan baik.

D. Hubungan Sosial

 Orang yang berarti : orang yang berarti dan berpengaruh dalam hidup pasien adalah anak dan istrinya

 Hubungan dengan keluarga : baik, keluarga tetap setia menemani, merawat dan menjaga pasien ketika sedang berada di RS.

 Hubungan dengan orang lain : baik, pasien mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarnya.

 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien tidak mempunyai hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain

E. Spiritual

 Nilai dan keyakinan : Pasien berkeyakinan seorang kristiani.

 Kegiatan ibadah : Pasien sering berdoa dan kadang-kadang membaca alkitab.

VII. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum

(13)

B. Tanda-Tanda Vital

 Suhu tubuh : 36.7oC

 Tekanan darah : 110/70 mmHg

 Nadi : 84 x/menit

 Pernafasan : 24 x/menit  Skala nyeri : 5

 TB : 170 cm

 BB : 68 kg

C. Pemeriksaan Head To Toe

Kepala dan Rambut

 Bentuk : Bulat, tidak ada benjolan atau

pembengkakan.

 Ubun-ubun : Simetris.

 Kulit kepala : Bersih, tidak ada iritasi.

Rambut

 Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut ikal, agak kusam dan penyebarannya merata.

 Bau : Rambut tidak bau dan tidak

beraroma.

 Warna kulit : Berwarna kuning langsat.

Wajah

 Warna kulit : Kuning langsat.

 Struktur wajah : Simetris, dan tidak ada kelainan.

Mata

 Kelengkapan dan kesimetrisan : Bola mata simetris, pergerakan bola mata normal

 Palpebra : Tidak Ptosis

 Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.

(14)

 Cornea dan iris : pengapuran katarak (-), oedema (-), tanda peradangan (-), tidak ada kelainan.

 Visus : < 6 meter, Pasien mengalami

gangguan penglihatan jarak jauh.  Tekanan bola mata : tidak ada tekanan pada bola mata.

Hidung

 Tulang hidung dan posisi septum nasi : Anatomis, simetris.  Lubang hidung : Bersih, tidak ada polip.  Cuping hidung : Pernapasan cuping hidung (+)

Telinga

 Bentuk telinga : simetris kanan/kiri  Ukuran telinga : simetris kanan/kiri  Lubang telinga : Bersih dan tidak berbau.

 Ketajaman pendengaran : Pendengaran tidak ada kelainan.

Mulut dan faring

 Keadaan bibir : Bibir lembab, tidak pecah-pecah, berwarna merah kehitaman, tidak ada tanda sianosis.

 Keadaan gusi dan gigi : Pasien mempunyai karang gigi.  Keadaan lidah : Lidah bersih, kekuatan otot lidah

baik, fungsi pengecapan baik dan tidak ada kelainan.

 Orofaring : ovula simetris

Leher

 Posisi trachea : Kedudukan trachea normal, tidak ada massa ataupun nyeri tekan.

 Thyroid : tidak ada pembengkakan kelenjar

(15)

 Suara : suara kurang jelas (serak).  Kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan.  Vena jugularis : Teraba, kuat, teratur.  Denyut nadi karotis : Teraba, kuat, teratur.

Pemeriksaan integument

 Kebersihan : kurang bersih.

 Kehangatan : hangat (normal).

 Warna : kuning langsat.

 Turgor : kembali > 2 detik

 Kelembaban : lembab.

 Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit.

Pemeriksaan payudara dan ketiak

 Ukuran dan bentuk : Tidak dilakukan pemeriksaan  Warna payudara dan areola : Tidak dilakukan pemeriksaan  Kondisi payudara dan putting : Tidak dilakukan pemeriksaan

 Produksi ASI : Tidak dilakukan pemeriksaan

 Aksila dan klavicula : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan thoraks/dada

 Inspeksi thoraks : Normal, anterior posterior 2:1.  Pernafasan : Nafas pasien pendek dan dalam,

frekuensi nafas 24 x/menit, suara nafas ronki serta terdengar mengi saat ekspirasi.

(16)

Pemeriksaan paru

 Palpasi getaran suara : fremitus taktil teraba adanya vibrasi, namun terasa lemah di pulmo dextra superior.

 Perkusi : suara dullnes di pulmo dextra

superior akibat adanya massa dan selebihnya resonan.

 Auskultasi : ronkhi di pulmo dextra superior, mengi pada saat ekspirasi, friction rub di pulmo dextra superior.

Pemeriksaan jantung

 Inspeksi : tidak ada pembengkakan jantung.

 Palpasi : pulsasi tidak dirasakan di tangan pemeriksa, pada bagian apeks pemeriksa merasakan pulsasi lembut pada setiap denyut jantung.

 Perkusi : suara ketukan dullness di

interkosta ke 5 sebelah kiri sternum.

 Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 normal, 84x/menit, tidak ada suara tambahan.

Pemeriksaan abdomen

 Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan dan massa

 Auskultasi : peristaltic usus 8x/menit, tidak ada suara tambahan.

 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada area suprapubik, acites (-), tidak ada pembengkakan hepar.

(17)

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

 Genitalia : simetris dan penyebarannya

merata.

 Anus dan perineum : tidak ada kelainan dan masalah pada anus.

Pemeriksaan musculoskeletal/ekskremitas

 Ekskremitas : ekskremitas hangat dan tidak

sianosis

 Kekuatan Otot :

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

 Edema : tidak ada edema dan sianosis.

Pemeriksaan neurologi  Nervus Olfaktorius/N I:

Kemampuan menghidu pasien cukup baik  Nervus Optikus/N II :

Pasien tidak mampu membaca dengan jarak > 6 meter

 Nervus Okulomotoris/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI:

Pasien mampu menggerakkan bola mata, reflek pupil normal (diameter 3 mm)

 Nervus Trigeminus/N V:

Pasien mampu membedakan panas dan dingin, tajam dan tumpul, getaran dan rabaan.

 Nervus Fasialis/N VII :

Pasien mampu membedakan rasa dan mampu menggerakkan otot wajah.  Nervus Akustik/N VIII :

(18)

 Nervus Glosopharingeus/N IX, Nervus Vagus/ N X :

Pasien mampu menelan, mengunyah, membuka mulut dan refleks muntah positif.

 Nervus Aksesorius/N XI :

Pasien mengangkat bahu dan menahan tekanan pada bahunya.  Nervus Hipoglasus/ N XII :

Gerakan lidah pasien terkoordinasi, pasien memmpu melakukan tes jari-hidung, pasien mampu melakukan pronasi dan supinasi dengan baik pada telapak tangannya, kekuatan otot pasien 5.

Fungsi motorik : fungsi motorik normal, tidak ada kelainan.

Fungsi sensorik : fungsi sensorik normal, tidak ada kelainan.

Refleks : reflex pasien normal.

VIII. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

1. Pola Makan Dan Minum

 Frekuensi makan/hari : makan 3 x sehari

 Nafsu/selera makan : nafsu dan selera makan menurun.

 Nyeri ulu hati : tidak ada.

 Alergi : tidak ada alergi terhadap makanan  Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah.

 Waktu pemberian makan : pagi 08.00, siang 12.00, malam 20.00  Jumlah dan jenis makan : jumlah dan porsi makan berkurang.  Waktu pemberian cairan/minum : ketika haus pasien akan minum,

pasien mudah haus.

 Masalah makan dan minum : tidak ada masalah makan dan minum.

2. Perawatan Diri/Personal Higine

(19)

 Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut bersih, sikat gigi 2x sehari.

 Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan akan dipotong ketika panjang.

3. Pola Kegiatan/Aktivitas

Kegiatan Mandiri Sebahagian Total

Mandi 

Makan 

BAB 

BAK 

Ganti pakaian 

Pasien susah tidur karena adanya sesak dan nyeri dada, serta keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, frekuensi tidur 3-4 jam pada malam hari, susah untuk memulai tidur kembali. pasien sering berdoa dan baca alkitab selama berada di rumah sakit.

IX. Pola Eliminasi

1) BAB

 Pola BAB : normal

 Karakter feses : kuning dan lembek.  Riwayat pendarahan : tidak ada pendarahan  BAB terakhir : 16 juni 2013

 Diare : tidak diare

 Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif.

2) BAK

 Pola BAK : normal.

(20)

X. Hasil Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik

A. Laboraturium

Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik

Jenis pemeriksaan Satuan Hasil Rujukan

Analisa gas darah

 pH

 pCO2

 pO2

 Bikarbonat (HCO3)  Total CO2

 Kelebihan basa (BE)  Saturasi O2

Dari hasil rongen radiologi disimpulkan bahwa ditemukannya massa di paru sebelah kanan serta efusi pleura di paru sebelah kanan.

C. Patologi Anatomi

Mikroskopik

Sediaan smear tampak sebaran sel-sel epitel squamous minimal dengan inti dalam batas normal, latar belakang terdiri dari sel-sel radang limfosit dan PMN serta debris-debris.

Makroskopik

(21)

XI. Terapi Obat-Obatan

Tabel 2.2 Terapi Obat-Obatan

Nama terapi/obat Dosis Fungsi Efek samping

NaCl 0.9% 20 tetes/

Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya, termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan,thrombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi

Ranitidine 1 ampul/12 jam malaise, eosinofila, konstipasi,penurunan

jumlah sel darah putih,sedikit peningkatan kadar serum kreatinin.

Ketorolac 1 ampul/ 12 jam

Iritasi,ulkus,perforasi atau pendarahan gastrointestinal dengan atau tanpa gejala sebelumnya dan harus diberikan dengan perawatan ketat pada pasien yang memiliki riwayat pada

penyakit saluran

gastrointestinal.

Coditam 3 x 1 hari Meredam nyeri hebat

Dapat menimbulkan toleransi/ketergantungan pada pemakaian jangka panjang,koma, pusing, gangguan penglihatan, depresi mental, sadasi, koma eutoria, koma distoria, lemah, agitasi, gugup, delirium, insomnia, mual muntah, hipotensi, konstipasi, reaksi hipersensitif.

Neurodex tablet 1 x 1 hari

Memperbaiki kerusakan jaringan saraf.

(22)

Tabel 2.3. Analisa Data

ANALISA DATA

No. Data Masalah keperawatan

1. DS:

 Pasien mengeluh sesak dan nyeri saat bernapas dan beraktivitas.

DO:

 Gelisah

 Nilai GDA tidak normal. pCO2 34.6mmHg

pO2 112.8mmHg

kelebihan basa (BE) -1.6mmol/L  RR 24 x/menit ireguler

 HR 84 x/menit  skala nyeri 5

 Perubahan frekuensi dan kedalaman nafas.  Kesulitan dalam bernapas

 Pernapasan cuping hidung (+)

Gangguan pertukaran gas (oksigenasi)

2. DS :

 pasien mengatakan ada dahak di tenggorokannya dan susah untuk dikeluarkan

DO :

 Tumor paru

 Bunyi mengi saat ekspirasi  Ronkhi di pulmo dextra superior  Friction rab di pulmo dextra superior  Batuk

 Adanya sekret kental di jalan napas.  RR: 24 x/ menit

 Sesak napas

Bersihan jalan nafas (oksigenasi)

3. DS :

 pasien mengatakan dada kanan terasa nyeri

 Nyeri tidak berpengaruh terhadap perubahan posisi

 Terasa seperti ditusuk-tusuk, meningkat selama 2 hari belakangan

DO :

 pasien tampak meringis  Skala nyeri 5

 Berhati-hati pada area yang sakit  HR: 84 x/menit

(23)

4. DS:

 Pasien mengatakan sulit tidur

 Tidur hanya 3-4 jam pada malam hari  Sulit untuk memulai tidur kembali  Nyeri mengganggu tidurnya DO :

 Sering menguap

 Tampak lingkaran gelap di bawah mata  Terus menerus terjaga

 Mengantuk disiang hari

(24)

ETIOLOGI

Kanker paru

Adanya massa di paru

Lapisan mukosa memproduksi sekret lebih banyak

Obstruksi jalan napas penekanan di rongga paru Gangguan perpindahan

Produksi sekret meningkat O2 dan CO2 di paru Penurunan ekspansi paru

Batuk

Napas berat dan sesak Pengembangan paru terbatas Bunyi napas ronkhi

Gangguan pertukaran gas Sesak napas dan

Bersihan jalan napas nyeri dada

Tidur terganggu

Frekuensi tidur menurun

Sulit memulai tidur kembali

(25)

2. Masalah Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan

A. Masalah Keperawatan

1. Oksigenasi (gangguan pertukaran gas) 2. Oksigenasi (bersihan jalan nafas) 3. Nyeri (aman nyaman)

4. Aman nyaman (gangguan pola tidur)

B. Diagnose Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b/d hiperventilasi d/d gelisah, GDA tidak normal, kadar pCO2 menurun, banyak CO2 yang terbuang sehingga konsentrasi ion H menurun,perubahan frekuensi dan kedalaman napas, pernapasan cuping hidung (+).

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas d/d ronkhi di pulmo dextra superior, mengi pada saat ekspirasi, sesak napas, adanya secret di jalan napas,batuk,sekret sulit dikeluarkan.

3. Nyeri dada akut b/d tumbuhnya tumor di dinding dada d/d meringis, skala nyeri 5, perubahan frekuensi nadi,gelisah, berhati-hati pada area yang sakit, tindakan melindungi area yang sakit.

(26)

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Tabel 2.4 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Selasa, 18 juni 2013

1. Tujuan:

 Menunjukkan perbaikan ventilasi jaringan yang adekuat dan pertukaran gas efektif.

Kriteria hasil:

 Bebas gejala distress pernafasan.  Tidak bingung dan gelisah.  Tanda vital mendekati normal.  Nilai GDA normal.

Rencana Tindakan Rasional

1. Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu nafas, nafas bibir, perubahan kulit/membrane mukosa pucat atau sianosi.

2. Pantau nilai AGDA

3. Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien dengan posisi fowler, supinasi dan miring.

4. Kaji respon pasien terhadap aktifitas. Dorong periode istirahat/batasi aktifitas sesuai toleransi pasien.

5. Kaji tanda vital pasien berkala.

6. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.

1. Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru. Namun, peningkatan kerja nafas dan sianosis dapat menunjukkan peningkatan konsumsi oksigen dan kebutuhan energi dan/atau penurunan cadangan pernapsan misalnya pada lansia.

2. Mengetahui keseimbangan asam basa dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan asam basa.

3. Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.

4. Peningkatan konsumsi kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan peningkatan dispnea dan perubahan tanda vital. Kesimbangan istirahat yang kuat dapat mencegah pengaruh pernafasan.

5. Mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler, pernapasan dan suhu tubuh untuk mengetahui dan mencegah komplikasi

(27)

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Selasa, 18 juni 2013

2. Tujuan:

 Mempertahankan / memperbaiki fungsi pernapasan.

 Oksigenasi/ ventilasi adekuat memenuhi kebutuhan aktivitas pasien. Kriteria hasil:

 Menunjukkan patensi jalan napas  Cairan/secret mudah dikeluarkan  Bunyi napas jelas

 Pernapasan tidak bising

Rencana Tindakan Rasional

1. Auskultasi bunyi napas dan adanya sekret.

2. Bantu dengan instruksikan untuk napas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi.

3. Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret. Selidiki perubahan sesuai indikasi.

4. Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.

5. Gunakan oksigen

humidifikasi/nebulizer ultrasonic. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi.

1. Pernapasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannya sekret atau obstruksi jalan napas

2. Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan

menguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret. Penekanan dilakukan perawat

3. Peningkatan jumlah secret tak berwarna (bercak darah)/berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan

penyembuhan. Adanya sputum yang tebal, berdarah atau purulen diduga terjadi sebagai masalah skunder (misalnya dehidrasi, edema paru, pendarahan local atau infeksi) yang memerlukan perbaikan atau pengobatan

4. Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/ peningkatan pengeluaran. 5. Memberikan hidrasi maksimal membantu

(28)

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Rabu, 19 juni 2013

3. Tujuan:

 Memperlihatkan pengendalian nyeri  Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil:

 Mempertahankan tingkat nyeri atau kurang  Memperlihatkan teknik relaksasi yang efektif

 Mengenali Faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi Faktor tersebut.

Rencana Tindakan Rasional

1) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri.

2) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan tentang nyeri

3) Berikan tindakan kenyamanan, misalnya sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan bantal 4) Dorong penggunaan teknik

relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat.

5) Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang.

6) Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan /latihan tangan.

7) Berikan analgesic sesuai indikasi.

1) Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker, yang dapat melibatkan saraf atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesic, meningkatkan control nyeri.

2) Takut masalah akan meningkat tegangan otot menurunkan ambang persepsi nyeri 3) Meningkatkan relaksasi dan pengalihan

perhatian.

4) Menghilangkan ketidaknyamanan dan meningkatkan efek terapeutik analgesic.

5) Penurunan kelemahn dan penghematan energy, meningkatkan kemampuan koping.

6) Mendorong dan membantu fisik mungkin perlu dilakukan untuk beberapa waktu sebelum pasien mampu atau cukup

percaya untuk melakukan aktivitas karena nyeri dan takut nyeri.

(29)

Hari / Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

kamis, 20 juni 2013

4. Tujuan:

 Gangguan pola tidur teratasi atau berkurang. Kriteria hasil:

 Melaporkan perbaikan dalam pola tidur

 Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar

Rencana Tindakan Rasional

1) Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi. 2) Berikan suasana tidur yang aman

dan nyaman.

3) Anjurkan untuk mendengarkan music lembut.

4) Anjurkan untuk minum susu hangat sebelum tidur.

5) Kurangi kebisingan dan lampu. 6) Dorong posisi nyaman, bantu dalam

mengubah posisi.

7) Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendahkan tempat tidur bila mungkin.

1) Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.

2) Meningkatkan kenyamanan tidur dan ketenangan tidur.

3) Musik lembut meningkatkan rasa kantuk. 4) Meningkatkan efek relaksasi, susu

mempunyai kualitas suporifik, meningkatkan sintesis serotonin,

neurotransmitter yang membantu pasien tertidur.

5) Memberikan situasi kondusif untuk tidur. 6) Pengubahan posisi mengubah area

tekanan dan meningkatkan istirahat. 7) Dapat merasa takut jatuh karena

perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur. Pagar tempat tidur member keamanan dan dapat digunakan untuk membantu

(30)

4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Tabel 2.5 Pelaksanaan Keperawatan

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/ Tanggal

No.

Dx Implementasi keperawatan

Evaluasi

 Memantau nilai AGDA  Mengobservasi tanda

kesulitan bernapas  Mengobservasi mukosa

bibir dan tanda sianosis  Mengauskultasi bunyi

napas.

 Mengobservasi adanya sekret.

 Mengobservasi jumlah dan karakter sekret.

 Menyelidiki adanya indikasi pada sekret

 Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

 Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml per hari  Mengukur tanda-tanda vital  Menanyakan kepada pasien

tentang nyeri.

 Mentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri.

S :

 Pasien mengatakan sulit bernapas.

 Sesak, batuk dan ada dahak di tenggorokan.

O :

 Bunyi napas ronkhi  Terdengar adanya sekret

saat batuk

Masalah belum teratasi.  Batuk efektif (-)  Sekret (+)

 Nilai AGDA tidak normal  Skala nyeri 5

 Pernapasan cuping hidung  Sianosis (-)

P :

Intervensi dilanjutkan

 Memberikan terapi ventolin + flexotide

 Menyelidiki adanya indikasi pada sekret

 Mengobservasi jumlah dan karakter sekret.

(31)

Rabu, 19 juni 2013

1.

2.

 Memantau nilai AGDA  Memberikan terapi oksigen  Mengobservasi jumlah dan

karakter sekret.

 Mengajarkan batuk dan napas dalam efektif

 Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml perhari  Memberikan terapi ventolin

1 ampul dan flexotide 1 ampul.

S :

 Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk.

 Pasien mengatakan sulit bernapas.

O:

 Sekret mulai bisa dikeluarkan  Batuk efektif (+)  Urine 1000ml  Terapi ventolin 1

ampul+flexotide 1 ampul  Skala nyeri 5

 Oksigen 2L

 Durasi nyeri 10-15 menit  Terapi ketorolac 1

ampul/12jam

 Nilai AGDA tidak normal  Posisi semifowler

 TD: 120/70mmHg  HR: 78x/i

 RR: 22x/i  T:36.6oC A:

Masalah teratasi sebagian  Sekret dapat dikeluarkan  Batuk dan napas efektif (+)  Skala nyeri 5

 Durasi 10-15 menit P:

Intervensi dilanjutkan

 Memberikan terapi oksigen  Memasukkan cairan per oral

sebanyak 2500ml per hari  Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat

 Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan /latihan tangan.

 Memantau nilai AGDA 3.  Menanyakan kepada pasien

tentang nyeri.

 Mentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri.  Mendorong pasien untuk

menyatakan perasaan tentang nyeri

 Memberikan tindakan kenyamanan, misalnya sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan bantal  Memberikan lingkungan

yang nyaman dan tenang.  Memberikan terapi

ketorolac 1 ampul

(32)

Kamis 20 juni 2013

1.  Memberikan terapi oksigen  Memasukkan cairan per oral

sebanyak 2500ml per hari  Memantau nilai AGDA

S:

 Sulit tidur jika bising dan nyeri datang

O:

 Terapi oksigen 2L  Urine 950 ml

 Ketorolac 1 ampul/12jam  Skala nyeri 4

 Teknik relaksasi hiburan (+)  Posisi semifowler

 Pagar tempat tidur terpasang  TD: 120/80mmHg

 HR: 80x/i  RR: 22x/i  T: 36.8oC A:

Masalah teratasi sebagian  Skala nyeri 4

 Teknik relaksasi hiburan (+)  Nilai AGDA tidak normal  Ketorolac 1 ampul/12jam P:

Intervensi dilanjutkan  Menganjurkan untuk

mendengarkan music lembut.

 Menganjurkan untuk minum susu hangat sebelum tidur  Memasukkan cairan per oral

sebanyak 2500ml perhari  Memberikan terapi ventolin

+ flexotide

 Memberikan terapi ketorolac

 Memantau nilai AGDA 3.  Mengajarkan penggunaan

teknik relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat  Membantu aktivitas

perawatan diri, pernapasan /latihan tangan.

 Memberikan terapi ketorolac 1 ampul

 Mengukur tanda-tanda vital 4.  Menentukan kebiasaan tidur

biasanya dan perubahan yang terjadi.

 Memberikan suasana tidur yang aman dan nyaman.

 Menganjurkan untuk mendengarkan music lembut.

 Menganjurkan untuk minum susu hangat sebelum tidur.  Mengurangi kebisingan dan

lampu.

 Membantu dalam mengubah posisi.

(33)

Jumat 21 juni

2012

1. 2.

 Memantau nilai AGDA  Memasukkan cairan per oral

sebanyak 2500ml per hari  Memberikan terapi ventolin

1 ampul + flexotide 1 ampul  Memantau tanda-tanda vital

S:

 Nyeri dan sesak berkurang O:

 Skala nyeri 3

 Ketorolac 1 ampul/12 jam  Terapi ventolin 1 ampul  Urine 1120ml

 Music lembut sebelum tidur  TD:120/80mmHg

 HR:82x/i  RR:22x/i  T:36.5oC A:

Masalah teratasi sebagian  Skala nyeri 3

 Ketorolac 1 ampul/12 jam  Terapi ventolin 1 ampul P:

intervensi dilanjutkan

 Memasukkan cairan per oral sebanyak 2500ml peroral  Memberikan terapi ventolin

+flexotide

 Berikan terapi ketorolac  Bantu aktivitas perawatan

diri, pernapasan /latihan tangan.

 Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat  Memantau nilai AGDA 3.  Memberikan terapi

ketorolac 1 ampul

4.  Menganjurkan untuk mendengarkan music lembut.

(34)

EVALUASI

Setelah penulis membahas Asuhan Keperawatan pada pasien kanker paru dengan prioritas masalah oksigenasi, penulis akan membandingkan dengan konsep keperawatan oksigenasi dan masalah-masalah yang penulis temukan pada pasien saat pengkajian maupun intervensi yang perawat berikan, serta evaluasi akhirnya.

Pada saat melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan dalam pengambilan data, karena data yang tersedia lengkap dan keluarga pasien dapat diajak kerjasama dalam pengumpulan data yang diperlukan. Pada pengkajian penulis menemukan kesaamaan dari data yang ada pada konsep dan data yang diperoleh langsung dari pasien.

Berdasarkan rumusan masalah yang ada pada konsep dasar oksigenasi, penulis menemukan diagnose yang sama yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, selain itu penulis menemukan masalah baru yang diperoleh dari pengkajian langsung kepada pasien yaitu penulis menemukan adanya gangguan pola tidur pada pasien akibat dari nyeri dada dan sesak yang dialami oleh pasien.

Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis pada kasus, maka dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan dasar pasien, pada diagnosa pertama penulis melakukan pemantauan terhadap nilai AGDA pasien, dari hasil pengkajian penulis menemukan ketidaknormalan pada nilai AGDA pasien dimana kadar pCO2 pasien menurun yang menyebabkan banyak CO2 yang terbuang sehingga ion H pasien menurun, ini menyebabkan pertukaran gas pasien terganggu, maka perawat memberikan intervensi dengan member terapi oksigen dan tetap memantau nilai AGDA dan tanda-tanda vital pasien untuk mengetahui dan menganalisis keseimbangan asam basa serta keadaan kardiovaskuler, pernapasan dan suhu tubuh pasien untuk menentukan dan mencegah komplikasi yang akan terjadi nantinya.

(35)

Pada diagnosa yang ketiga perawat mengkaji skala nyeri, durasi dan intensitas nyeri pasien, ditemukan skala nyeri 5, durasi 10-15 menit dan nyeri terasa di bagian dada sebelah kanan, perawat mengajarkan teknik relaksasi nyeri seperti tarik napas dalam, hiburan dengan mengajak pasien bercerita tentang hobinya, dan memantau tanda-tanda vital pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, setelah diberi intervensi selama lima hari nyeri yang dirasakan pasien berkurang secara bertahap setiap harinya namun, pemberian analgesic (injeksi ketorolac) masih dibutuhkan pasien untuk mengurangi rasa nyerinya tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pasien belum dapat mengontrol nyerinya dengan teknik relaksasi sepenuhnya.

Gambar

Tabel 2.2  Terapi Obat-Obatan
Tabel 2.3. Analisa Data
Tabel 2.4 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional
Tabel 2.5 Pelaksanaan Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Mocap flour had lower fat, protein, starch, amylose, and reducing sugar than wheat flour, meanwhile crude fiber was higher in mocap flour.. Moisture content

To operationalize performance evaluative style, Hopwood (1972) created a four-level categorical variable, based on whether a respondent had nominated each of two items (Table 2,

In this study, the ability of the photometer to check the optical properties of samples which obtained from sambiloto (Andrographis paniculata) of different

In e€ect to construct an identity, to know who you are, you need to know who you are not, and the material excluded or con- ®ned to the boundaries may continue to exhibit a

[r]

Pertemuan X: Evaluasi dan Aplikasi Pendekatan Humanistik. (Review Bab 7, Bab 10 dan

Anak diberi kesempatan untuk mencoba alat dan bahan main dengan caranya sendiri. Anak didukung untuk bekerja sampai

Termotivasi untuk mendapatkan sistem- sistem baru dari motivasi yang secara fungsional tidak bergantung pada motif awal mereka. Manusia termotivasi oleh kebutuhan untuk