• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Permainan Sarune Pakpak Oleh Bapak Kerta Sitakar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknik Permainan Sarune Pakpak Oleh Bapak Kerta Sitakar"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengantar

Sumatera Utara adalah salah satu dari 34 provinsi yang terdapat di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Utara ini, secara administratif pemerintahan terdiri dari 33 kabupaten dan kota. Sumatera Utara adalah wilayah yang merupakan gabungan dari Regensi Tapanuli dan Sumatera Timur, sewaktu pendudukan Hindia Belanda.

Secara etnikitas, Sumatera Utara terdiri dari tiga kelompok besar, berdasarkan asal-usulnya. Yang pertama adalah kelompok-kelompok etnik setempat yang terdiri dari: Karo, Pakpak (atau kadang disebut juga Pakpak-Dairi), Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir, Nias, dan Melayu. Yang kedua adalah kelompok-kelompok etnik migran Nusantara, seperti: Aceh Rayeuk, Tamiang, Simeulue, Alas, gayo, Minangkabau, Banjar, Sunda, jawa,, Bugis, Bali, dan lain-lainnya. Kelompok-kelompok etnik yang ketiga adalah para migran Dunia, seperti: Hokkian, Khek, Kwong Fu, Hakka, Kwantung, Tamil, Punjabi, Benggali, Hindustani, Arab, Anglosakson, dan lain-lainnya.

(2)

selain menguatkan identitas kelompoknya, juga harus berinteraksi secara sisial dengan kelompok etnik dan agama, serta budaya lainnya. Untuk itu diperlukan sikap dan penghayatan toleransi dalam kebhinnekaan dan ketunggalikaan. Demikian juga yang terjadi di kalangan etnik Pakpak.

Kelompok orang-orang yang disebut Pakpak, yang wilayah budaya induknya berada di kawasan Dairi, Pakpak Bharat, dan sekitarnya, merupakan salah satu kelompok etnik setempat Provinsi Sumatera Utara. Etnik Pakpak memiliki unsurt-unsur kebudayaan yang beraneka ragam, khas, dan menjadi ciri khas dan identitas kelompoknya. Salah satu dari unsur kebudayaannya adalah seni musik.

Musik Pakpak termasuk musik tradisi yang fungsional di tengah arus globalisasi. Musik ini jika didengar langsung sangat akrab di telinga pendengarnya. Dalam realitasnya musik tradisi Pakpak kurang dikenal di kalangan masyarakat Sumatera Utara. Hal ini diakibatkan tidak ada sarana pendukung atau media yang memperkenalkan tradisi Pakpak tersebut kepada masyarakat luas.

Namun demikian, di Desa Suka Ramai kecamatan Pakpak Bharat terdapat sebuah sanggar yang khusus melestarikan budaya Pakpak terkhusus dari segi musiknya. Sanggar inilah yang selalu diundang untuk tampil diacara pemerintah kota maupun pemerintah daerah setempat. Hal ini yang membuat musik Pakpak dapat mempertahankan keberadaannya pada masyarakat luas.

Adapun alat-alat musik yang terdapat dalam kebudayaan Pakpak, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. sarune, 2. gendrang, 3. gong, 4. kalondang,

(3)

disajikan secara solo, namun ada pula yang disajikan dalam ensambel, dan juga mengiringi nyanyian-nyaian tradisional Pakpak.

Pada umumnya penyajian musik Pakpak diadakan pada acara adat dan ritual. Namun pada saat upacara besar misalnya pada saat acara ritual harus menggunakan sarune. Dapat dikatakan bahwa sarune memiliki peranan penting dalam ensambel musik Pakpak, karena peran dan simbol sosial yang terkandung di dalam alat musik ini di tengah-tengah kebudayaan Pakpak.

Sarune Pakpak sudah tergolong langka, dan juga sangat sulit menemukan

pemainnya yang dapat memainkannya. Kelangkaan ini diakibatkat karena dahulu orang-orang tua suku Pakpak tidak secara tegas dan memeberikan motivasi penuh kepada setiap keturunannya untuk belajar musik Pakpak.

Mempelajari musik Pakpak biasanya dilakukan secara kelisanan. Pembelajaran yang dilakukan masih mengunakan sistem otodidak. Artinya setiap orang yang mau belajar musik tersebut maka orang tersebut harus berhubungan langsung kepada orang yang memang mahir memainkan alat musik tersebut. SAetiap orang yang mau belajar harus mendatangi, berdialog, dan mungkin saja harus mengikuti aturan- aturan ritual dari alat musik itu sendiri.

(4)

dengan didukung oleh kecanggihan program maka keyboard dapat menghasilkan suara yang mirip dengan suara sarune. Jika kita tidak memberi perhatian terhadap fenomena ini, maka tidak menutup kemungkinan sarune yang dahulu dianggap sakral dari segi musikalnya akan menjadi alat musik yang biasa-biasa saja.

Sangatlah ironis jika seorang manusia kehilangan jati dirinya, begitu juga dengan kebudayaan. Seperti yang sering kita dengarkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budanya. Atas kesadaran inilah penulis membuat tulisan tentang kebudayaan Pakpak, khususnya teknik permainan sarune..

Dalam tulisan ini, saya memfokuskan untuk membahas tentang teknik dalam memainkan alat musik sarune Pakpak dan cara pembuatannya. Untuk itu saya mimilih beberapa masyarakat Pakpak yang berprofesi sebagai pemusik Pakpak dan menjadikannya sebagai sebagai informan pangkal yang dapat membantu saya dalam mengkaji teknik permainan dan pembuatan sarune Pakpak. Penulis berharap dengan penelitian dan tulisan yang dibuat dapat memperkaya wawasan penulis dan pembaca tentang budaya Pakpak. Selain itu penulis berharap pembaca dapat mengerti cara memainkan sarune Pakpak.

Untuk mendukung skripsi ini tentang sarune, penulis mencari informasi tentang sarune kepada informan pangkal yaitu Bapak Pandapotan Solin. Beliau adalah ketua di Sanggar Nina Nola yang memusatkan perhatian dan kegiatannya pada kebudayaan tradisi Pakpak.

(5)

hasil perbincangan dengan beliau, maka didapat informasi bahwa ada seorang pemain sarune yang telah lanjut usia. Menurut beliau, pemain sarune tersebut adalah pemain sarune satu-satunya yang masih hidup. Berdasarkan informasi inilah yang menjadi awal penelitian penulis dalam mengumpulkan informasi-informasi tentang sarune Pakpak.

Dengan latar belakang sarune Pakpak dalam kebudayaan seperti itu, maka sangatlah tepat apabila dikaji teknik permainannya yang langka itu dikaji memalui disiplin etnomusikologi. Disiplin ini adalah yang penulis pelajari selama beberapa tahun belakangan ini, tepatnya sebagai mahasiswa Etnomusikologi angkatah tahun 2007. Penulis juga memiliki minat utama terhadap praktik pertunjukan musik, yang diajarkan di institusi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Etnomusikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang mengkaji musik dalam konteks kebudayaan manusia (Merriam, 1964). Artinya jika seorang ahli etnomusikologi mengkaji musik, maka ia akan selalu melihatnya dalam perspektif kebudayaan di mana musik itu hidup, tumbuh, dan berkembang. Musik bukan hanya fenomena bunyi yang dihasilkan manusia, tetapi musik adalah bahagian dari fenomena manusia yang menghasilkan musik tersebut. mengkaji musik dalam kebudayaan berarti juga mengkaji eksistensi manusia yang menghasilkan musik tersebut. Tujuan akhir seorang etnomusikolog bukan mengkaji musik sebagai bunyi dengan hukum-hukum internalnya sendiri, tetapi adalah mengkaji manusia yang menghasilkan musik sedemikian rupa itu memiliki jati diri atau identitas yang khas.

(6)

etnomusikolog mestilah paham tentang wilayah penyelidikan etnomusikologi. Apa pun yang dikerjakan oleh etnomusikolog di lapangan, pada hakekatnya ditentukan oleh rumusan metodenya sendiri dalam arti yang luas. Maka sebuah penelitian etnomusikologis dapat diarahkan seperti perekaman suara musik, atau masalah peran sosial pemusik di dalam masyarakat. Jikalau suatu penelitian diarahkan kepada kajian mendalam di suatu daerah penelitian, dan jika peneliti menganggap studi etnomusikologi bukan hanya sebagai kajian musik dari aspek lisan, tetapi juga terhadap aspek sosial, kultural, psikologi, dan estetika—paling tidak ada enam wilayah penyelidikan yang menjadi perhatian etnomusikologi (Merriam 1964).

(7)

tertentu berhubungan dengan emosi-emosi khusus, keberadaan manusia, upacara-upacara, atau tanda-tanda tertentu?

Nilai ekonomi alat musik juga penting dikaji dalam etnomusikologi. Mungkin ada beberapa spesialis yang mencari nafkahnya dari membuat alat musik. Apakah ada atau tidak spesialis pada suatu masyarakat? Apakah proses pembuatan alat musik melibatkan waktu pembuatnya? Alat musik dapat dijual dan dibeli, dapat dipesan; dalam keadaan apa pun, produksi alat musik merupakan bagian dari kegiatan ekonomi di dalam masyarakatnya secara luas. Alat musik mungkin dianggap sebagai lambang kekayaan; mungkin dimiliki perorangan; jika memilikinya mungkin diakui secara individual akkan tetapi untuk kepentingan praktis diabaikan; atau mungkin alat-alat musik ini menjadi lambang kekayaan suku bangsa atau desa tertentu. Penyebaran alat musik mempunyai makna yang sangat penting di dalam kajian-kajian difusi dan di dalam rekonstruksi sejarah kebudayaan, dan kadang-kadang dapat memberi petunjuk atau menetukan perpindahan penduuduk melalui studi alatmusik.

Kategori kedua adalah kajian tentang teks nyanyian. Kajian ini meliputi kajian teks sebagai peristiwa linguistik, hubungan linguistik dengan suara musik, dan berbagai masalah isi yang dikandung oleh teks tersebut. Masalah hubungan antara teks dengan musik telah banyak diteliti di dalam etnomusikologi karena memberi manfaat yang jelas. Namun hingga kini belum pernah dilakukan kajian yang menggunakan linguistik modern dan teknik-teknik etnomusikologis.

(8)

“rahasia” yang hanya diketahui sekelompok tertentu saja dari masyarakatnya. Dalam teks nyanyian, bahasa yang digunakan sering lebih elastis dibandingkan dengan bahasa sehari-hari, dan bahasa tersebut tidak hanya mengungkapkan proses kejiwaan seperti pengendoran tekanan, akan tetapi juga informasi tentang sifat yang tidak mudah diungkapkan. Dengan alasan yang sama, teks nyanyian sering mengungkapkan nilai-nilai yang dalam dan tujuan-tujuan yang hanya boleh dinyatakan dalam keadaan terpaksa di dalam ungkapan sehari-hari. Hal ini selanjutnya dapat mengarahkan kepada kepekaan terhadap simbol yang mengandung etos dari suatu kebudayaan, atau terhadap suatu jenis generalisasi karakter nasional. Pemahaman mengenai perilaku ideal dan nyata sering dapat diungkap mellaluiteks nyanyian, dan akhirnya teks juga digunakan sebagai catatan sejarah bagi kelompok tertentu, sebagai cara-cara untuk menanamkan nilai-nilai, dan sebagai cara untuk membudayakan generasi muda.

Aspek ketiga adalah meliputi kategori-kategori musik yang dibuat oleh peneliti yang sesuai dengan kategori yang berlaku dalam kelompok tersebut. Di dalam hubungan ini tentunya peneliti menyusun acara rekamannya, yang diklasifikasikan utuk menyertakan contoh-contoh akurat dari semua jenis musik di dalam situasi-situasi pertunjukan yang direncanakan dan dipertunjukkan sebenarnya.

Pemain musik atau musisi dapat menjadi sasaran keempat bagi etnomusikolog. Dari sekian hal yang penting adalah latihan untuk menjadi pemusik. Apakah seseorang dipaksa oleh masyarakatnya untuk menjadi pemusik, atau ia memilih sendiri karirnya sebagai pemusik? Bagaimana

(9)

teknik memainkan alat musiknya atau teknik menyanyi dari orang lain, atau apakah ia menjalani latihan yang ketat dalam waktu tertentu? Siapa saja

pengajarnya, dan bagaimanakan metode mengajarnya? Hal ini mengarahkan

kepada masalah profesionalisme dan penghasilan. Sebuah masyarakat mungkin saja membedakan beberapa tingkatan kemampuan pemusik, membuat klasifikasi dengan istilah-istilah khusus, dan memberikan penghargaan tertinggi kepada sesuatu yang dianggap benar-benar profesional; atau pemusik dapat saja tidak dianggap sebagai spesialis. Bentuk dan cara memberi penghargaan dapat sangat berbeda untuk setiap masyarakat, dan dapat terjadi bahwa pemusik sama sekali tidak mendapat bayaran.

Wilayah studi kelima adalah mengenai penggunaan dan fungsi musik dalam hubungannya dengan aspek budaya lain. Informasi yang kita dapatkan, menunjukkan bahwa didalam hubungan dengan penggunaan, musik meliputi semua aspek masyarakat; sebagai perilaku manusia, musik dihubungkan secara sinkronik dengan perilaku lainnya, termasuk religi, drama tari, organisasi sosial, ekonomi, struktur politik, dan berbagai aspek lainnya. Dalam mengadakan studi tentangmusik, peneliti dipaksa untuk mengadakan pendekatan budaya secara lengkap dalam mencari hubungan musik, dan di dalam maknanya yang dalam, ia mengetahui bahwa musik mencerminkan kebudayaan, sedangkan musik menjadi bagiannya.

(10)

Fungsi lain adalah untuk melepaskan tekanan-tekanan jiwa. Perbedaan antara penggunaan dan fungsi musik belum banyak dibicarakan di dalam etnomusikologi, dan studi-studi pada wilayah yang luas cenderung untuk memusatkan kepada masalah pertama dan mengenyampingkan masalah yang kedua. Studi-studi tentang fungsi jauh lebih menarik di antara keduanya, oleh karena studi tersebuts eharusnya mengarahkan kepada pengertian yanglebih dalam tentang mengapa musik merupakan suatu gejala universal dii dalam masyarakat.

(11)

juga mengarahkan kepada berbagai masalah khusus di mana bentuk divisualisasikan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasikan, dan terhadap apakah aspek-aspek bentuk seperti interval musik atau pola-pola ritme inti khusus digunakan di dalam pemikiran pemusik dan bukan pemusik.

Kajian terhadap teknik bermain sarune Pakpak, sesuai dengan penjabaran Merriam tentang wilayah studi etnomusikologi adalah berada pada aspek keempat yaitu dalam tema pemusik. Dalam kaitan ini tentu saja bagaimana keadaan pemain sarune yaitu Bapak Kerta Sitakar, sebagai pemain sarune Pakpak yang “langka.” Penelitian ini, sesuai dengan arahan Merriam di atas, adalah mengenai aspek-aspek lebih lanjut di bawah tema musisi.

Di antaranya adalah apakah Bapak Kerta Sitakar dipaksa oleh masyarakatnya (yaitu etnik Pakpak) untuk menjadi pemusik, atau sebaliknya ia memilih sendiri karirnya sebagai pemusik yaitu pemain sarune? Lebih jauh bagaimana metode latihan Bapak Kerta Sitakar, apakah sebagai pemain musik potensial yang mengandalkan kepada kemampuan sendiri; apakah Bapak Kerta Sitakar mendapatkan pengetahuan dasar tentang teknik memainkan sarune Pakpak dari orang lain, atau apakah ia menjalani latihan yang ketat dalam waktu tertentu? Siapa saja pengajarnya, dan bagaimanakan metode mengajarnya? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang kemudian penulis dalami dalam penelitian lapangan.

(12)

secara emik dari guru-guru terdahukkunya, dan pengalamannya sebagai pemain

sarune Pakpak.

1.2 Pokok Permasalahan

Pokok permasalahan dalam penelitian ini ditentukan agar tidak meluas dan melebar. Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: bagaimana teknik memainkan sarune Pakpak oleh Bapak Kerta

Sitakar? Pokok masalah ini akan dibantu oleh dekripsi sia itu Bapak Kerta

Sitakar, bagaiman ia memperoleh teknik permainan itu, apakah ada gurunya yang khusus, atau ia belajar sendiri secara otodidak, atau bagaimana masyarakat Pakpak secara umum memandang belaiau sebagai pemusik, dan aspek-aspek sejenis.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan

Penelitian yang akan dilakukan penulis merupakan salah satu kajian yang dilatarbelakangi oleh disiplin etnomusikologi. Jika kita menelaah arti dari etnomusikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan suatu suku bangsa yang dilihat dari aspek musikalnya, maka penulis menjadikan arti tersebut menjadi landasan penelitian dalam mencapai tujuan dari penelitian.

(13)

1.3.2 Manfaat

Penelitian ini bermanfaat sebagai usaha untuk menambah wawasan tentang kebudayaan suku Pakpak. Manfaat lainnya yang dapat diperoleh dalam penelitian ini antara lain sebagai suatu pengetahuan dan informasi bagi mahasisiwa yang akan mendalami penelitian tentang Pakpak. Sebagai bahan acuan dalam penulisan yang berikutnya tentang musik Pakpak.

Selain itu, diharapkan dari penelitian ini para pembaca dapat mengetahui bagaimana teknik permainan sarune Pakpak. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian untuk mengetahui teknik memainkan sarune Pakpak sesuai dengan judul skripsi ini.

Selanjutnya, tulisan ini dapat menjadi dokumentasi dalam bentuk karya tulis guna menambah referensi di Departemen Etnomusikologi, tentang musik Pakpak. Juga sebagai pengaplikasian ilmu yang telah diperolah penulis selama mengikuti pendidikan di Departemen Etnomusikologi.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

(14)

Adapun konsep yang penulis perlu jelaskan dalam konteks penelitian ini adalah tentang: (a) teknik, (b) permainan, dan (c) sarune Pakpak. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (1988) dijelaskan bahwa yang dimasud dengan teknik adalah cara. Istilah ini adalah unsure serapan yang berasal dari bahasa Inggris. Teknik dalam bermain sarune Pakpak ini mencakup bagaimana meniupnya, menghasilkan nada-nada, improvisasi, permainan lagu, dan hal-hal sejenis.

Selanjutnya yang dimaksud dengan permainan dalam tulisan ini adalah penyajian sarune Pakpak dalam pertunjukan yang didasari oleh nilai-nilai penyajiannya secara tradisional, yaitu turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penyajian yang dimaksud adalah mengutamakan penyajian bunyi musik, yang juga disertai dengan penyajian visualnya.

Selanjutnya yang dimaksud dengan sarune Pakpak, adalah mengacu kepada kebberadaan alat musik ini di tengah-tengah kebudayaan Pakpak. Sarune Pakpak adalah salah satu alat musik tradisional dalam kebudayaan Pakpak, yang masuk ke dalam kategori musik tiup. Alat musik ini berdasarkan pendekatan etnomusikologi dapat diklasifikasikan sebagai aerofon, berlidah ganda, jenis

shawm.

1.4.2 Teori

(15)

menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Adapun teori yang menjadi landasan penulis dalam melakukan tulisan ini adalah dengan menggunakan teori etnosain (ethnoscience). Yang dimaksud teori etnosains dalam skripsi ini adalah mengutip pendapat Ihromi (1980) yang menyatakan bahwa teori etnosains adalah teori yang mendasarkan kajian dengan p0engungkapan yang dilakukan oleh informan atau masyarakat pendukungnya. Analisis etnosains ini sebaiknya tidak begitu mengelaborasikan pendapat-pendapat sepihak dari peneliti, tanpa memperhatian pengetahuan yang terdapat di balik pemikiran masyarakat pendukung kebudayaan yang diteliti tersebut.

Sebagai tambahan teori, penulis memakai pendekatan teori klasifikasi alat-alat musik yang dikemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel (1961) yaitu tentang sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar bunyi utama. Sistem pengklasifikasian ini dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Idiofon yang berarti alat musik yang materi penghasil bunyi dihasilkan oleh badan alat musik itu sendiri,

2. Aerofon yang berarti alat musik yang materi penghasil bunyi dihasilkan oleh udara,

3. Membranofon yang berarti alat musik yang materi penghasil bunyinya dihasilkan oleh kulit atau membrane, dan

4. Kordofon yang berarti alat musik yang materi penghasil bunyinya dihasilkan oleh senar atau dawai.

(16)

musik yang materi penghasil bunyinya dihasilkan oleh hembusan ataupun tiupan udara dari mulut pemainnya.

1.5 Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian perlu dibuat metode yang bertujuan sebagai cara yang akan ditempuh peneliti sebelum ataupun saat berapa di lapangan penelitiannya. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis juga memerlukan beberapa metode yang dapat mendukung pembuatan karya tulis ini. Dari berbagai metode yang dicetuskan oleh beberapa ahli, maka penulis mendapatkan beberapa ahli yang mencetuskan metode yang berhungan dengan penelitian ini.

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif yang mengutamakan kualitas data. Data yang disajikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat dan datanya adalah data sekunder seperti dokumen dan dalam penelitian-penelitian yang menggunakan metode pengamatan terlibat atau

participant observation (M. Sitorus 2003).

Menurut Nettl (1964:62-64) yaitu terdapat dua hal yang sangat esensial untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin ilmu etnomusikologi yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan mencakup pengamatan awal, dokumentasi foto, audio, atau audiovisual. Selain itu juga mencakup wawancara dengan para informan, perekaman wawancara, penyebaran kuesioner, dan hal-hal sejenis. Dalam penelitian laboratorium termasuklah analisis data, transkripsi bunyi musik, transkripsi wawancara, penulisan laporan penelitian, dan hal-hal sejenis.

(17)

maupun eksternal dalam arti melakukan pendekatan dengan cara membaur dengan masyarakat pendukung dari objek penelitian, pengumpulan data baik melalui dokumentasi ataupun wawancara sedangkan keja laboratorium adalah mengolah data yang didapat dari penelitian lapangan untuk dianalisa sehingga memperoleh hipotesa dan juga dapat menyimpulkan hasil penelitian.

1.6 Pemilihan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian sangat berhubungan dalam memperoleh data. Untuk itu lokasi penelitian harus sesuai dengan tujuan penelitian dan juga dapat mewakili keseluruhan wilayah dari objek penelitian.

Maka penulis menentukan lokasi penelitian didesa sukaramai kecamatan Raja kabupaten Pakpak Bharat dikarenakan bahwa desa tersebut merupakan tempat informan berada dan juga memiliki beberapa informasi yang dibutuhkan dan juga didesa tersebut merupakan domisili pemusik tradisi Pakpak.

1.7 Pemilihan Informan

1.7.1 Informan Kunci

(18)

informasi tentang keberadaan pemain sarune Pakpak dan menjadikan nya sebagai informan kunci.

Informan kunci inilah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pamahaman tentang budaya Pakpak. Pemahaman dan data tersebut berguna sebagai referensi penulis dalam membahas masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini.

1.7.2 Informan Tambahan

Informan tambahan adalah segala sesuatu baik manusia ataupun benda yang dapat memberikan informasi tambahan tentang objek penelitian. Informasi yang didapat dari informan tambahan dapat menambahkan referensi data bagi penulis. Didalam masa observasi penulis tidak banyak memperoleh keterangan tentang sarune dari informan tambahan, hak ini mungkin disebabkan masih sedikit masyarakat yang tahu tentang sarune Pakpak.

1.8 Studi Kepustakaan

(19)

1.9 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan berarti dalam mengumpulkan data peneliti langsung mendatangi objek penelitian. Adapun macam-macam penelitian lapangan tersebut adalah sebagai berikut.

1.9.1 Observasi

Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit (Burhan Bungin,2007:115).

Untuk itulah penulis langsung mendatangi daerah Pakpak bharat dan melakukan interaksi kepada narasumber maupun masyarakat yang ada disana.

1.9.2 Wawancara

(20)

Metode wawancara yang digunakan penulis adalah metode wawancara berstruktur, tidak berstruktur. Sebelum melakukan wawancara penulis membuat “draft” pertanyaan. Pertanyaan inilah yang akan disampaikan penulis kepada narasumber. Saat memberikan pertanyaan ini, infoman kunci yaitu bapak Kerta Sikatar menjawab sekaligus menjelaskan secara detail pertanyaan yang penulis berikan. Begitu juga dengan informan tambahan, beliau juga menjelaskan dan menambahi penjelasan dari bapak kerta sikatar.

Untuk selanjutnya penulis akan mengadakan penelitian langsung dengan informan kunci tanpa didampingi informan pangkal dan diharapkan penulis dapat menggali lebih banyak lagi tentang biografi dan kehidupan sang informan kunci.

1.9.3 Perekaman atau Dokumentasi

Untuk mendokmentasikan penelitian,penulis mengunakan kamera digital, handycam dan debuah laptop. Alat ini berguna untuk meliput wawancara dan merekam kejadian pada saat penelitian yang meliputi pertunjukan musik team musik sanggar nina nola, permainan sarune dan mendokumentasikannya.

1.9.4 Analisis Laboratorium

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan pengolahan data elektronik dapat mewujudkan kelancaran dalam fungsi operasional yang meliputi proses administrasi, maka dengan melibatkan data elektronik masalah-masalah

Uji

six categories that trigger students’ absenteeism at English Education Depart ment of Universitas.

Penggambaran grafik suatu fungsi garis atau fungsi kuadrat yang memotong sumbu-x dilakukan dengan secara manual yaitu dengan memasukkan beberapa titik ke fungsi matematika

In English Education Department of UMY, the absent students not attend the class. without permission from their parents or

Internet mempunyai jangkauan yang sangat luas sehingga sangat ideal sebagai sarana pemberi informasi dan mempromosikan jasa atau suatu produk. Pada Penulisan Ilmiah ini penulis

Master and Slave images points extracted and image matched with proposed multi step method using Ranklet.. Discriptor Num of Match

Capaian Program Jumlah cakupan (jenis) layanan administrasi perkantoran yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.