• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Adaptasi Petani Jeruk dalam Pememenuhan Kebutuhan Hidup Pasca Serangan Hama Lalat Buah (Studi di Desa Gurubenua, Kecamatan. Munthe, Kabupaten. Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Adaptasi Petani Jeruk dalam Pememenuhan Kebutuhan Hidup Pasca Serangan Hama Lalat Buah (Studi di Desa Gurubenua, Kecamatan. Munthe, Kabupaten. Karo)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.3Latar Belakang Masalah

Dewasa ini permasalahan ekonomi menjadi wacana dan perhatian kusus dari seluruh lapisan masyarakat, baik di tingkat global, nasional, dan daerah. Kabupaten Karo yang dihadapkan dengan berbagai permasalahan baik itu ekonomi, sosial, budaya, politik dan agama. Masalah ekonomi merupakan permasalah yang sangat sulit bagi setiap manusia, karena ekonomi menyangkut hajat hidup orang banyak, apabila ekonomi mengalami penurunan maka dapat berdampak terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat tersebut.

Penelitian membahas tentang strategi adaptasi petani jeruk dalam pemenurunan kebutuhan hidup akibat serangan hama lalat buah. Di Desa Gurubenua mayoritas petani memiliki kebun jeruk, dan masing-masing petani memiliki strategi-strategi dalam beradaptasi akibat serangan hama lalat buah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ada beberapa alasan peneliti mengapa memilih dan tertarik dengan topik ini, yaitu; (1) Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena mayoritas penduduknya menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Begitu juga dengan Kabupaten Karo yang dari nenek moyang sudah dikenal sebagai daerah pertanian yang subur.

(2)

Domestik Regional Bruto (PDRB) di kabupaten tersebut adalah 58,64% dari pertanian dan rata-rata tanaman yang ditanam adalah jeruk siam madu (Citrus sinensis), dengan area produktif 24.415 Ha, dan produksi 268.980,86 Ton pada tahun 2009 (2)1

Sebelum wabah hama lalat buah menyerang peteni juga banyak mendapat permasalahan dalam perawatan jeruk, seperti adanya penyakit jamur merah, jamur upas, kutu sisik dan lain-lain sebagainya, namun petani dengan cepat mengatasinya yang mengakibatkan petani tidak banyak

.

Jenis jeruk yang mayoritas ditanam dikabupaten Karo adalah Jeruk Siam Madu (Citrus sinensis) begitu juga Desa Gurubenua. Alasan mengapa jeruk siam madu kebanyakan ditanam

oleh petani dikarenakan permintaan pasar yang sangat tinggi dan harga relatif lebih tinggi dibanding dengan jenis jeruk lainnya. Adapun jenis jeruk yang di tanam oleh para petani jeruk selain jeruk siam madu yaitu: Jeruk nipis, Jeruk purut, Jeruk lemon, Jeruk boci, jeruk sankis. Jenis jeruk yang di sebutkan di atas bukanlah jenis jeruk produksi, melainkan jeruk yang bersifat konsumsi peribadi semata, dan apabila tidak habis di konsumsi maka sisa dari itu di jual ke pasar.

(3)

merugi. Dimulai pada tahun 2005 wabah hama lalat buah melanda Kabupaten Karo terkhusus Desa Gurubenua mengubah secara derastis perekonomian masyarakat akibat kegagalan panen yang terjadi di hamper seluruh wilayah Kabupaten Karo yang ditanami jeruk.

Lalat buah (Dacus sp) adalah hama yang menyerang buah pada tumbuhan inangnya. Lalat buah yang menyerang tumbuhan adalah lalat buah betina yang dimana lalat betina dengan ovipositornya2 menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis3. Pada waktu menetas, larvanya akan memakan daging buah hingga mengakibatkan warna buah menjadi jelek, busuk dan tidak dapat di makan. Biasanya serangga lalat ini juga diikuti hama lain. Kadang-kadang bukan hanya dalam buah saja telur diletakkan, tetapi juga pada bunga dan batang. Batang yang terserang akan terjadi bisul. Sementara buahnya akan menjadi kecil dan kuning warnanya.4

Menyikapi serangan hama lalat buah tersebut, petani di Desa Gurubenua tidak hanya berdiam diri. Studi pendahuluan menunjukkan beberapa hal sudah dilakukan petani untuk mengendalikan hama lalat buah, antara lain intensitas menyemprotan pestisida ditingkatkan begitu juga dengan dosisnya, penggunaan perangkap lalat buah secara masal dan lain sebagainya. Petani Desa Gurubenua menyatakan bahwa dari berbagai hal yang dilakukan untuk membasmi hama lalat buah ada yang berhasil tapi mayoritas gagal.

Lalat buah yang dewasa ukurannya sedang, warna kuning. Sayapnya datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan.pada apdomennya ada pita pita hitam. Pada toraxnya ada bercak bercak kekuningan. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas denga bahan seperti tanduk yang keras.

2

Ovipositor adalah seperti tanduk yang keras yang di gunakan untuk nenusuk buah jeruk.

3

Epidermis adalah lapisan kulit luar jeruk.

(4)

Kegagalan panen yang dialami petani jeruk tersebut akan berdampak secara langsung terhadab kestabilan ekonomi petani jeruk karena mayoritas para petani jeruk di Desa Gurubenua hanya menggantungkan hidupnya dari hasil kebun jeruk saja.

Malinowski menyatakan ada 3 (tiga) jenis kebutuhan utama yaitu:

a. Kebutuhan alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya).

b. Kebutuhan kejiwaaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah, dan lain-lain).

c. Kebutuhan sosial (manusia membutuhkan hubungan antar sesame manusia untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain-lain)5 Berangkat dari ketiga hal tersebut banyak petani jeruk di Desa Gurubenua sudah mengubah kebun jeruknya beralih ke tanaman yang lain seperti kopi, coklat,dan tanaman muda seperti cabai, padi, sayur-mayur, namun banyak juga petani jeruk yang hanya membiarkan lahan jeruknya terbengkalai. Ada juga petani menanam tanaman lain di lahan jeruk tersebut system tumpang sari, banyak juga petani yang masih bertahan merawat jeruknya.seperti menanam kembali jeruk yang sering di sebut peremajaan. Peremajaan ini ada 2 (dua) jenis yaitu penanaman kembali bibit jeruk yang baru dan pemotongan dakan jeruk yang tidak layak urus dan meninggalkan dahan yang masih layak agar dapat berproduksi lagi dengan baik.

.

5

(5)

Berangkat dari strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi yang sudah di sebutkan di atas dapat dilakukan dengan berbgai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :

a. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya.

b. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya)

c. Strategi jaringan, misalanya menjalin relasi, baik formal maupun informal dengan lingkungan sosialnya, dan lingkungan kelembagaan (misalnya : meminjam uang tetangga, mengutang di warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank, dan sebagainya6

Untuk itu, perlulah kiranya untuk mengkaji lebih dalam lagi bagaimana sebenarnya bentuk strategi yang mereka lakukan dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan dan menjaga kelangsungan hidupnya mereka sehari-hari baik itu kebutuhan alamiah-biologi, kebutuhan kejiwaaan, kebutuhan sosial dan bagaimana para petani menanggapi hal ini secara social dan budaya didalam kehidupan sehari-hari mereka.

.

1.4 Tinjauan Pustaka

Witrianto (2011:1-2) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat tiga jenis petani Indonesia, yaitu petani pemilik lahan, petani yang pemilik sekaligus juga menggaraplahan, dan buruh tani. Secara umum, betempat tinggal di pedesaan dan sebagain besar di antaranya,

6

(6)

terutama yang tinggal di daerah-daerah yang padat penduduk di Asia tenggara hidup di bawah garis kemiskinan.

Marzali (1998: 85-98) juga memiliki konsep sendiri tentang apa itu petani. Petani menurut Marzali adalah petani yang identik dengan kehidupan pedesaan. Marzali membedakan menjadi peisan dan petani pengusaha atau farmer. Sebagian besar petani di Indonesia merupakan petani peasant atau petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan pertanian yang mereka miliki. Sedangkan konsep farmer atau petani pengusaha adalah petani kaya yang memiliki tanah luas dan memiliki banyak buruh dan tenaga kerja yang bekerja untuk mendapatkan upah darinya. Hasil lahan pertaniannya terutama untuk di jaual, dan juga pengolahan lahan pertanian sudah menggunakan teknologimoderen, seperti mesin bajak, teraktor, sprayer, dan lain-lain.

Dalam kehidupan petani hama adalah masalah yang tidak pernah lepas dari kehidupan petani. Petani jeruk Gurubenua telah mengenal hama dan penyakit sejak membudidayakan jeruk (1980-an), sehingga hama dan penyakit pada tanaman jeruk bukanlah masalah yang baru bagi petani jeruk Gurubenua.

(7)

letakkan, tetapi juga pada bunga dan batang. Batang yang terserang akan terjadi bisul. Sementara buahnya akan menjadi kecil dan kuning warnanya.7

Di samping sebagai seorang pekerja perlu diketahui bahwa petani juga merupakan pelaku ekonomi (economic agent) dan kepala rumah tangga; dimana tanahnya merupakan satu unit ekonomi dan rumah tangga. Mereka juga harus memenuhi berbagai kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, pendidikan, pakaian, perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya. Sementara itu, untuk dapat menjadi anggota yang berfungsi penuh dalam masyarakat desa, suatu rumah tangga memerlukan sumber penghasilan pada tingkat tertentu agar dapat memenuhi kewajiban-kewajiban seremonial dan sosialnya disamping menyediakan makanan yang memadai untuk dirinya sendiri dan meneruskan pekerjaannya bercocok tanam. Jatuh kebawah tingkat itu berarti bukan hanya menghadapi resiko kelaparan, akan tetapi juga kehilangan kedudukan sama sekali Winarto (1999:69) mengatakan bahwa petani sebenarnya memiliki pengetahuan local yang sangat kaya. Pilihan-pilihan atas jenis tanaman mereka melibatkan pengetahuan ekologi yang cukup beragam. Winarto memberi contoh satu jenis padi yang dipilih petani memiliki karakteristik genetic tertentu yang perlu dikenal oleh petani, apakah itu menyangkut perlakuan air, pupuk, pengolahan tanah, pengendalian hama, kemajuan peroduksi adalah hal hal yang sangat penting bagi petani. Begitu juga bagaimana cara petani jeruk beradaptasi terhadap serangan hama lalat buah yang terjadi di daerahnya, yang dimana petani beradaptasi baik itu dengan cara mengganti tanaman yang di tanamnya dengan tanaman baru sepetri coklat ataupun kopi, dan tanaman muda seperti cabai, padi, sayur-mayur, ada juga bahkan ada juga para petani yang menanam kembali jeruk atau dikenal denagn peremajaan kembali.

7

(8)

dalam komunitas dan mungkin jatuh ke satu situasi ketergantungan untuk selama-lamanya (Scoot, 1981:14).

Secara sederhana Malinowski (dalam S Sairin,2002:1-2) menyatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat di bagi pada tiga kategori besar yaitu:

a) Kebutuhan alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya).

b) Kebutuhan kejiwaaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah, dan lain-lain).

c) Kebutuhan sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain-lain).

Untuk mencapai kebutuhan manusia tersebut, maka manusia membutuhkan kegiatan-kegiatan yang menyangkut atas pemenuhan kebutuhan hidup. Kegiatan ini dinamakan juga sebagai sebuah kegiatan ekonomi, sehingga dalam hidup manusia tidak pernah terlepas dari apa yang namanya kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang didefinisikan oleh ahli antropologi ekonomi Karl Polanyi bahwa ekonomi sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya (Polanyi dalam Sairin, 2002: 16-17).

(9)

sehari-hari.Kebudayaan itu sendiri dapat berupa keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjraningrat,1980:193-194).

Sementara itu Tylor (dalam Fedyani, 2005:82) mengartikan kebudayaan sebagai penjumlahan total apa yang dicapai oleh individu dari masyarakatnya berupa keyakinan-keyakinan, adat-istiadat, norma-norma artistik sebagai warisan dari masa lampau. Artinya, kebudayaan itu mencakup totalitas dari pengalaman manusia. Namun, landasan operasional yang digunakan dalam mengintrepetasikan penelitian ini adalah mengacu pada defenisi kebudayaan secara dinamis atau sebagai proses yang dikemukakan oleh ahli antropologi seperti Marvin Harris, Julian Steward, dan Vayda. Menurut Marvin Harris yang mengatakan bahwa kebudayaan merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu, seperti adat atau cara hidup masyarakat. Kebudayaan merujuk pada pengetahuan yang diperoleh dan digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan pola tingkah laku social8

Sedangkan Steward menjelaskan kajiannya mengenai hubungan timbale balik atau hubungan resiprokal antara kebudayaan dan lingkungan. Steward percaya bahwa beberapa unsur dari kebudayaan lebih berkaitan erat dengan lingkungan dibandingkan dengan unsur kebudayaan yang lain. Analisis ekologi bisa digunakan untuk menjelaskan hubungan lintas budaya yang sama.

.

8

Harris melihat kebudayaan itu sebagai repleksi dari sistem sosial budaya yang dibaginya atas

tiga kategori yaitu infrasruktur yang meliputi gagasan, agama, subsistensi,tabu,dll. Struktur yang

meliputi kekerabatan, ideologi politik ,agama, nasional, dan lain-lain. Dan suprastruktur yang

meliputi simbol, mite, estetika, standar,dan lain-lain, dimana infrastruktur yang menjadi basis.

(10)

Disebut kebudayaan inti (core culture). Kebudayaan inti ini terdiri dari sektor ekonomi masyarakat yang mempengaruhi segala aktivitas masyarakat sebagai hasil dari:

1. Hubungan timbal balik antara lingkungan dan eksploitasi produksi ekonomi

2. Hubungan antara pola prilaku dan eksploitasi teknologi

3. Pola prilaku yang mempengaruhi sektor kebudayaan lain

Maksud dari analisis Steward tersebut adalah bahwa ketika lingkungan mengalami perubahan, maka unsur kebudayan yang paling mudah berubah adalah sektor ekonomi dan teknologi karena berkaitan erat dengan lingkungan

Selanjutnya Hardestry menambahkan, ada 2 macam perilaku yang adaptif, yaitu perilaku yang bersifat idiosyncratic (cara-cara unik individu dalam mengatasi permasalahan lingkungan) dan adaptasi budaya yang bersifat dipolakan, dibagi rata sesama anggota kelompok, dan tradisi. Adaptasi dilihat sebagai suatu proses pengambilan ruang perubahan, dimana perubahan tersebut ada di dalam perila ku kultural yang bersifat teknologikal, organisasional, dan ideological. Sifat-sifat cultural mempunyai koefisiensi seleksi seperti layaknya seleksi alam, sejak tedapat unsur variasi, perbedaan tingkat

(11)

tahan hidup populasi tidak bekerja secara pasif dalam menghadapi kondisi lingkungan tertentu, melainkan memberikan ruang bagi individu dan populasi untuk bekerja secara aktif memodifikasi perilaku mereka dalam rangka memelihara kondisi tertentu, menanggulangi resiko tertentu pada suatu kondisi yang baru, atau mengimprovisiasi kondisi yang ada.

Proses adaptif yang aktual sedapat mungkin merupakan kombinasi dari beberapa mekanisme biologis dan modifikasi budaya tersebut. Sehingga adaptasi dapatlah disebut sebagai sebuah strategi aktif manusia. Adaptasi dapat dilihat sebagai usaha untuk memelihara kondisi kehidupan dalam menghadapi perubahan. Definisi adaptasi tersebut kemudian berkaitan erat dengan tingkat pengukuran yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilannya agar dapat bertahan hidup. Adaptasi seharusnya dilihat sebagai respon kultural atau proses yang terbuka pada proses modifikasi dimana penanggulangan dengan kondisi untuk kehidupan oleh reproduksi selektif dan memperluasnya.

Dinamika adaptif mengacu pada perilaku yang didesain pada pencapaian tujuan, kepuasan kebutuhan, keinginan dan konsekuensi dari perilaku untuk individu, masyarakat, dan lingkungan. Ada 2 mode analitik utama pada perilaku ini: yaitu tindakan individu yang didesain untuk meningkatkan produkstifitasnya, dan mode yang diperbuat oleh perilaku interaktif individu dengan individu lain dalam group, yang biasanya dibangun oleh aturan yang bersifat resiprositas. Perilaku interakstif tersebut didesain juga untuk mengatur dan memanfaatkan

sumber daya yang ada di lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

(12)

salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan. Maka cara-cara pemenuhan kebutuhan tersebut akan diatur oleh sistem sosial budaya yang ada dan sekaligus sebagai suatu proses strategi adaptasi. Sebagai suatu proses adaptasi, sebagai aspek sosial budaya, sistem ekonomi dan teknologi juga merupakan aspek yang penting dalam usaha mempertahankan hidup. Pengetahuan, aturan-aturan, rencana, cara-cara memperoleh sumber daya, sarana serta membuat dan menggunakan peralatan dalam usaha mengolah sumber tersebut akan menentukan sikap bertahan hidup manusia.

Edi Suharno seorang pengamat masalah kemiskinan dari Institut Pertanian Bogor (Edi Suharno, 2003 : 1), menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup (coping strategies) adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penangan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam. dilihat dari Amri Marzali dalam petani peisan cikalong, dan lihat juga Komaruddin dalam strategi pembangunan sumber daya berbasis pendidikan kebudayaan dalam Mengelola segenap aset yang dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan (Shock and Stress).

Berdasarkan konsep ini, Moser (dalam Suharno, 2002:13) membuat kerangka analisis yang disebut The Aset Vulnerability Framework. Kerangka ini meliputi berbagai penggelolaan aset yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian atau pengembagan strategi tertentu dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti:

(13)

b. Aset modal manusia (human capital aset), misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang atau bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang dikeluarkannya. c. Aset produktif (productive aset), misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanman

untuk keperluan hidupnya.

d. Aset relasi rumah tangga atau keluarga (Household relation asets), misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme.

e. Aset modal sosial (sosial capital aset), misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal, arisan dan pemberi kredit dalam proses dan sistem perekonomian keluarga

Selanjutnya Edi Suharno (2003) menyatakan strategi bertahan hidup (coping strategies) dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbgai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

a. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar dan sebagainya.

b. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya)

(14)

Hal tersebut telah terjadi pada masyarakat Petani Rakyat yang terdapat di Desa Gurubenua, yang melakukan berbagai cara maupun strategi untuk mengatasi serangan wabah hama lalat buah yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan ekonomis keluarga, sosial dan budaya mereka.

Untuk itu, perlulah kiranya untuk mengkaji lebih dalam lagi bagaimana sebenarnya bentuk strategi yang mereka lakukan dalam memenuhi kebutuhan dan menjaga kelangsungan hidupnya.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi pokok permasalahan yang peneliti ingin teliti adalah memberi gambaran mendalam tentang berbagai strategi yang dilakukan petani jeruk di Desa Gurubenua untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

• Apa saja strategi yang dilakukan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup,

• Bagaimana strategi adaptasi tersebut dilakukan, dan

• Kenapa strategi-strategi tersebut dipilih.

1.4 Tujuan dan Manfaat penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan ini adalah:

(15)

akibat seranagn hama lalat buah, dan dapat meningkatkan kembali pendapatan mereka. Secara akademis, bermanfaat untuk menambah wawasan dan kepustakaan dibidang Antropologi ataupun ilmu-ilmu pendidikan yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif9

1.5.1 Observasi

yang bersifat deskriktif. Penelitian ini berusaha untuk mendapatkan sebanyak banyaknya data yang berkaitan dengan strategi adaptasi petani paska serangan hama lalat buah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik itu kebutuhan ekonomi, social, dan budaya.

Data dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu data perimer dan data sekunder. Data perimer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui opservasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder seperti data pemerintah Kabupaten Karo dari lembaga dinas pertanian merupakan data tambahan untuk mendukung data-data perimer yang di peroleh dari internet, buku, jurnal, artikel dan sumber kepustakaan lainnya. Data perimer merupakan data utama yang diperoleh melalui teknik opservasi dan wawancara.

Adapun metode yang dilakukan untuk mendapatkan data unttuk menjawab masalah penelitian adalah :

Obsrvasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan terlibat (opservasi partisipasi)10

9

Metode kualitatif adalah peroduk penelitian yang menghasilkan data deskriktif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang orang (subyek) itu sendiri.

10

Opserfasi partisipasi yaitu pengamatan yang berinteraksi dengan informan, dan dahulu menjalin hubungan baik(rapor) dengan informan yang hendak diteliti (Danndjaja, 1994:104-105)

(16)

secara langsung melihat dan langsung mengenal bagaimana (1) tindakan petani terhadap lahan yang terserang hama lalt buah, (2) aktifitas petani jeruk dilahan yang terserang hama lalat buah, dan (3) tindakan pengalihan lahan yang dilakukan petani dalam memenuhi kebutuhan hidup akibat serangan hama lalat buah.

1.6.2 Wawancara

Penelitian menggunakan teknik wawancara mendalam untuk mendapatkan data yang lebih banyak. Wawancara ditujukan pada setiap masiarakat khususnya petani jeruk yang sudah mengganti tanamanya maupun petani yang masih menanam jeruk, hal ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat dan mendalam karena para petani memiliki banyak informasi dan memiliki banyak pengalaman.

Peniliti juga menggunakan alat bantu seperti perekam suara. Karena peneliti menyadari keterbatasan dalam menghimpun semua data, sehingga alat perekam diperlukan untuk membantu peneliti untuk merekam semua informasi yang didapat di lapangan selama wawancara berlangsung. Adapun informan penelitian ini meliputi: informan kunci yaitu petani jeruk yang ada di Desa Gurubenua, dan informan pangkal yaitu kepala desa.

Referensi

Dokumen terkait

Bu araştırmanın temel amacı; 2013 Okul Öncesi Eğitim Programı ve 2018 Hayat Bilgisi (1,2 ve 3.sınıf) Öğretim Programının ele aldığı değerler bakımından

Dalam penelitian ini kemampuan kulit pisang kepok dalam menurunkan kadar logam ion zat besi hanya sekitar 10%, hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji diatas ternyata

Hasil uji statistik selisih penurunan kadar glukosa darah pada hari ke 7, 9, 11, dan 18 menunjukkan adanya perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok kontrol positif

1) Ijin tertulis dari orang tua/wali. 2) Perjanjian kerja antara Pengusaha dan Orang tua/wali.. 4) Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu sekolah 5) Perlindungan K3. 6)

Dengan de~ikian, Sultan Shalatin Alaiddin Rinyat Syah direst ui oleh para ra j a , para ulama dan para tokoh masyara- kat untuk rnend i rikan dan rnengukuhkan

pengertian E-CRM adalah sama dengan definisi CRM yaitu strategi yang menggunakan informasi, proses, sumberdaya manusia dan teknologi untuk mengelola hubungan pelanggan

[r]

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber diluar data tersebut sebagai bahan perbandingan. Triangulasi yang digunakan