BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman obat tradisional
Tanaman obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan alam yang
berasal dari tumbuhan yang secara turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Tanaman obat tradisional seringkali juga
disebut dengan istilah “Toga”. Tanaman obat tradisional biasanya digunakan
untuk pertolongan pertama atau obat-obat ringan seperti demam dan batuk.
Tanaman tradisional yang sering ditanam di pekarangan rumah antara lain sirih,
kunyit, temulawak, kembang sepatu, sambiloto, dan lain-lain.
Tumbuhan obat adalah tanaman atau bagian tanaman yang digunakan
sebagai bahan obat tradisional atau jamu, tanaman atau bagian tanaman yang
digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat. Maksudnya yaitu tanaman obat
tradisional digunakan sebagai bahan untuk membuat obat (bahan dasar yang untuk
membuat obat) (Siswanto,1997).
Tanaman obat tradisional merupakan ramuan bahan alam yang secara
tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Katno
dan Promono, 2009).
Adapun pengertian lain tanaman obat tradisional menurut Departemen
Kesehatan RI mendefenisikan tanaman obat Indonesia seperti yang tercantum
dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu : a) Tanaman atau bagian
tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu; b) Tanaman
Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut
digunakan sebagai obat.
Pengobatan dengan tanaman tradisional merupakan bagian dari sistem budaya
masyarakat yang potensi manfaatnya sangat besar dalam pembangunan kesehatan
masyarakat. Pengobatan tradisional merupakan manifestasi dari partisipasi aktif
masyarakat dalam menyelesaikan problematika kesehatan dan telah diakui
peranannya oleh berbagai bangsa dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Sari, 2006).
2.2 Landasan Teori
Persepsi bisa diartikan sebagai pandangan seseorang atau individu tentang
keadaan lingkungnya. Dimana setiap individu melakukan pengamatan melalui
pengalaman ataupun aktivitas sehari hari sehingga dapat membedakan mana yang
baik dan bisa di terima dalam lingkungan hidupnya.
Menurut Davidoff, persepsi merupakan cara kerja atau proses yang rumit
dan aktif, karena tergantung pada sistem sensorik dan otak (Davidoof, 1988).
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan
kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.
Persepsi merupakan suatu kegiatan yang fleksibel, yang dapatmenyesuaikan diri
secara baik terhadap mamenyukain yang berubah-ubah. Pada kehidupan
sehari-hari, tampak bahwa persepsi manusia mempunyai kemampuan menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungan dan budayanya.
Faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain harapan pengalaman masa
lalu, dan keadaan psikologis yang mana menciptakan kumpulan perseptual. Selain
paling berpengaruh terhadap persepsi adalah perhatian, karena perhatian adalah
proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam
kesadaran, pada saat stimulus lainya melemah. Dalam stimulus mempunyai
sifat-sifat yang menonjol, antara lain intensitas dan pengulangan. Diri orang yang
membentuk persepsi itu sendiri. Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha
memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh
karateristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap kepentingan, minat,
kebutuhan, pengalaman, harapan dan kepribadian; (2) Stimulus yang berupa
obyek maupun peristiwa tertentu. Stimulus yang dimaksud mungkin berupa
orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap
persepsi orang yang melihatnya; (3) Faktor situasi dimana pembentukan persepsi
itu terjadi baik tempat, waktu, suasana dan lain-lain. Menurut Kotler (2000) faktor
utama yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah faktor kebudayaan,
sosial, pribadi dan psikologi pembeli. Lebih lanjut menurut Kotler dan Amstrong
(2001) faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen adalah: (1) Faktor Budaya:
faktor ini memberikan pengaruh yang sangat luas pada keinginan dan perilaku
konsumen; (2) Faktor Sosial: perilaku konsumen timbul dari berbagai lapisan
masayarakat, yang akan mempunyai perbedaan dalam penilaian, jenis kebutuhan,
pendapat, sikap, dan selera. Karasteristik pribadi juga akan memberikan
keputusan yang berbeda dalam keputusan pembelian; (3) Faktor Psikologis:
keadaan pengetahuan, motivasi, presepsi, keyakinan, dan sikap merupakan
kelompok dalam faktor psikologis
Persepsi merupakan cara pandang setiap masyarakat yang di dasarkan atas
terhadap apa yang dialami dan diamati dalam lingkungannya, termasuk
didalamnya bagaimana masyarakat memandang atau memberikan penilaian
terhadap tanaman obat yang nantinya dapat digunakan sebagai alternative
pengobatan. serta bagaimana masyarakat memberikan argument apakah dengan
menggunakan tanaman obat dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup mereka
atau tidak. Dengan persepsi masing-masing masyarakat akan mampu memilih dan
bertindak. Masyarakat merupakan segerombolan atau sekelompok orang yang
mendiami atau tinggal bersama disuatu wilayah dalam waktu yang lama. Ralph
Linton dalam Harsojo (1997) menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap
kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga
mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai
suatu kesatuan social dengan batas-batas tertentu. Masyarakat merupakan suatu
kelompok manusia yang dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah
pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan, tersatukan dan terlebih
dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama.
2.2.1 Konsumsi
Konsumsi merupakan sebuah kata yang berasal dari Bahasa Inggris yaitu
”Consumption”. Konsumsi artinya pemenuhan akan makanan dan minuman.
Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas yaitu seluruh pembelian barang
dan jasa akhir yang sudah siap dikonsumsi oleh rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhan (Eachern, 2001). Konsumsi merupakan titik pangkal dan tujuan akhir
seluruh kegiatan ekonomi masyarakat (Gilarso, 2003).
Kata konsumsi dalam Kamus Besar Ekonomi diartikan sebagai tindakan
mengurangi kegunaan (utility) suatu benda pada pemuasan terakhir dari
kebutuhannya (Sigit dan Sujana, 2007).
Definis konsumsi sebagai pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah
tangga. Barang mencakup pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan
lama, kendaraan dan perlengkapan dan barang tidak tahan lama seperti makanan
dan pakaian. Jasa mencakup barang yang tidak berwujud konkrit, termasuk
pendidikan (Mankiw,2006). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumsi
dapat didefinisikan sebagai kegiatan pembelian barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan akan makanan dan minuman rumah tangga konsumen.
2.2.2 Kepuasan Konsumen.
Konsumen adalah setiap orang pengikut atau pengguna barang maupun
jasa yang tersedia dalam masyarakat untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, dan
orang lain. Kepuasan konsumen adalah persepsi konsumen bahwa harapannya
telah terpenuhi (Payne, 2000).
Menurut Kotler (2000), kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dia rasakan dan dibandingkan dengan
harapannya. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan konsumen sangat bergantung dan pada
harapan konsumen. Jika mengkaji kepuasan konsumen haruslah diketahui terlebih
dahulu harapan konsumen terhadap sesuatu. Wilson (1992) menyatakan kepuasan
konsumen merupakan kualitas pelayanan yang berhasil dicapai oleh suatu
program atau produk. Misalnya barang ataupun jasa yang diinginkan telah sesuai
Tjiptono (2008) mengatakan bahwa harapan merupakan perkiraan atau
keyakinan seseorang tentang apa yang akan diterimanya. Salah satu faktor yang
menentukan harapan antara lain adalah kebutuhan. Kebutuhan mendasar yang
dirasakan oleh konsumen untuk kesejahteraanya sangat menentukan harapannya.
Seperti kebutuhan konsumen untuk memperoleh manfaat secara optimal sehingga
kebutuhan secara materil dan inmateril terpenuhi. Hal ini sangat menentukan
keinginan konsumen agar menghasilkan produk-produk yang bermanfaat dalam
jangka pendek dan jangka panjang.
2. 2. 3 Komponen Kepuasan Konsumen
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa ada banyak pengertian
kepuasan konsumen/pelanggan. Menurut Giese & Cote sekalipun banyak definisi
kepuasan konsumen, namun secara umum tetap mengarah kepada tiga komponen
utama, yaitu:
1) Respon : Tipe dan intensitas
Kepuasan konsumen merupakan respon emosional dan juga kognitif.
Intesitas responnya mulai dari sangat puas dan menyukai produk baik barang atau
jasa sampai sikap yang apatis terhadap produk tertentu.
2) Fokus
Fokus pada performansi objek disesuaikan pada beberapa standar. Nilai
standar ini secara langsung berhubungan dengan produk/program barang atau
3) Waktu respon
Respon terjadi pada waktu tertentu, antara lain : setelah memutuskan
memilih produk, berdasarkan pengalaman akumulatif. Durasi kepuasan mengarah
kepada berapa lama respon kepuasan itu berakhir.
2. 2. 4 Ciri-Ciri Konsumen yang Puas
Ciri-ciri konsumen yang merasa puas sebagai berikut:
1) Loyal terhadap produk : konsumen yang puas cenderung loyal dan mereka
akan mengikuti ulang program atau membeli produk/jasa dari perusahaan
tersebut.
2) Adanya komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif. Komunikasi
dari mulut ke mulut (word of mouth communication) yang bersifat positif
yaitu rekomendasi kepada calon konsumen lain dan mengatakan hal-hal yang
baik mengenai produk dan penyedia jasa atau perusahaan tersebut.
3) Perusahaan/penyedia jasa menjadi pertimbangan utama ketika mengikuti atau
mengunakan produk. Ketika konsumen ingin memutuskan beralih ke produk
yang lain, maka penyedia jasa atau perusahaan yang telah memberikan
kepuasan kepadanya akan menjadi pertimbangan yang utama.
2. 2. 5 Elemen Kepuasan Konsumen.
Wilkie (1994) menyatakan bahwa terdapat 5 elemen dalam kepuasan
konsumen yaitu
1) Expectations
Harapan konsumen terhadap suatu produk telah dibentuk sebelum
dilakukan, konsumen berharap bahwa produk yang mereka ikuti sesuai dengan
harapan, keinginan dan keyakinan mereka. Produk yang sesuai dengan harapan
konsumen akan menyebabkan konsumen merasa puas.
2) Performance
Pengalaman konsumen terhadap kinerja aktual produk ketika dipilih tanpa
dipengaruhi oleh harapan mereka. Ketika kinerja aktual produk berhasil maka
konsumen akan merasa puas.
3) Comparison
Hal ini dilakukan dengan membandingkan harapan kinerja produk
sebelum mengikuti dengan persepsi kinerja aktual produk tersebut. Konsumen
akan merasa puas ketika harapan sebelum mengikuti sesuai atau melebihi persepsi
mereka terhadap kinerja aktual produk tersebut.
4) Confirmation/disconfirmation
Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terhadap
penggunaan produk dari perusahaan/penyedia jasa yang berbeda dari orang lain.
Confirmation terjadi bila harapan sesuai dengan kinerja aktual produk. Sebaliknya
disconfirmation terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih rendah dari kinerja
aktual produk. Konsumen akan merasa puas ketika tejadi confirmation dan
discofirmation akan terjadi apabilakonsumen merasa tidak puas.
2. 2. 6 Pengukuran Kepuasan Konsumen.
Keluaran dari layanan dari produk akan menghasilkan suatu kepuasan
terhadap terhadap konsumen oleh karena itu untuk mengukur kepuasan konsumen
harus handal dan dapat dipercaya. Umumnya pengukuran kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen akan diukur dengan indikator sebagai berikut :
(1) Kepuasan terhadap akses layanan barang atau jasa.
(2) Kepuasan terhadap mutu layanan barang atau jasa.
(3) Kepuasan terhadap proses layanan barang atau jasa, termasuk hubungan
antar manusia.
(4) Kepuasan terhadap sistem layanan barang atau jasa.
2. 2. 7 Pengaruh Variabel Persepsi Terhadap Kepuasan Konsumen
Menurut beberapa peneliti yaitu Rangkuti (2007) pengaruh variabel persepsi
terhadap kepuasan penggunanya adalah :
1) Manfaat Kesehatan
Persepsi Manfaat kesehatan didefinisikan sebagai alasan dasar suatu
produk berada di dalam suatu pasar dan merupakan kompetensi dasar
produk dalam menciptakan nilai kepuasan untuk konsumen (Ting et al.,
2012). Persepsi manfaat merupakan keseluruhan penilaian tentang
kegunaan suatu produk yang berdasar pada persepsi tentang apa yang
diterima dan apa yang diberikan (Ting et al., 2012). Konsep persepsi
manfaat memberikan gambaran tentang pelanggan suatu produk,
mempertimbangkan apa yang mereka inginkan, dan percaya bahwa
mereka memperoleh manfaat dari suatu produk. Pelanggan akan senantiasa
berusaha menggunakan pendapatannya yang terbatas untuk mendapatkan
barang atau jasa konsumsi yang memberikan kepuasan maksimal.
Kepuasan pelanggan merupakan tingkat perasaan pelanggan setelah
membandingkan antara manfaat produk yang ia rasakan dengan apa yang
hubungan menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya
dan menjadi suatu kegiatan yang sangat kuat, yang pada akhirnya ketika
seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan
mengaktualisasikan apa yang ada di dalam benaknya itu (Archana dan
Khanna, 2012). Methaq dan Salam, (2012) juga menyatakan bahwa
manfaat kesehatan berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan.
2) Kualitas
Kualitas Produk Dengan Kepuasan Pelanggan Menurut Song dan Parry
(1997), kualitas produk memiliki variabel berupa spesifikasi yang sesuai,
kualitas yang tahan lama dan kualitas yang dapat dipercaya. Oleh karena
itu pedagang harus selalu menjaga kualitas produk mereka agar dapat
memuaskan kebutuhan pelanggan dan keputusan pembelian mereka dapat
terjadi secara kesinambungan. Sebuah produk dapat bertahan bila
mempunyai keunggulan unik dibandingkan pesaingnya. Differensiasi yang
menjadi keunggulan produk berpotensi untuk meningkatkan kepuasan
konsumen yang berakhir pada keputusan pembelian. Cronin dan Taylor
(1992) dalam F. Selnes (1993) menyatakan bahwa kriteria kinerja
memberikan ukuran yang lebih baik untuk model teoritis daripada
menggunakan ukuran harapan, pengalaman dan pengetahuan mengenai
kelas produk atau jasa. Hal ini akan menjadi penentu yang penting
mengenai bagaimana konsumen menilai kinerja produk atau jasa. Pada
akhirnya, atribut-atribut penting tersebut juga akan mempengaruhi sikap
puas atau ketidakpuasan terhadap produk atau jasa. Kualitas produk
fungsi termasuk ketahanan, keterandalan, ketepatan dan kemudahan dalam
penggunaan. Kualitas produk menggambarkan sejauh mana kemampuan
produk tersebut dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Kotler dan Keller
(2008) menjelaskan bahwa kepuasan mencerminkan penilaian seseorang
tentang kinerja produk (hasil) dalam kaitannya dengan ekspektasi. Jika
kinerja produk tersebut tidak memenuhi ekspektasi, pelanggan tersebut
tidak puas dan kecewa. Jika kinerja produk sesuai dengan ekspektasi,
pelanggan tersebut puas. Jika kinerja produk melebihi ekspektasi,
pelanggan tersebut senang.
3) Harga
Harga merupakan salah satu unsur pemasaran yang penting dan turut
mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli. Harga menurut
Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk
sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang
konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau
menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang
diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Sebagian konsumen
bahkan mengidentifikasikan harga dengan nilai. Keputusan penetapan
harga merupakan pemilihan yang dilakukan penjual terhadap tingkat harga
umum yang berlaku untuk jasa tertentu yang bersifat relative terhadap
tingkat harga para pesaing, serta memiliki peran strategis yang krusial
dalam menunjang implementasi strategi pemasaran (Tjiptono, 2006). Dari
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penetapan harga merupakan
keputusan kritis yang menunjang keberhasilan suatu usaha. Harga yang
diarahkan pada elemen-elemen program pemasaran seperti harga jual
produk, diskon dan sistem pembayaran yang diterapkan kepada pengguna
produk. Harga merupakan faktor ekstrinsik sebagai fungsi pengganti
kualitas ketika pelanggan tidak memiliki informasi yang cukup mengenai
atribut intrinsik sehingga pelanggan menggunakan harga untuk menduga
kualitas ketika hanya hargalah yang diketahui. Namun ketika kualitas
produk secara intrinsik diketahui maka dugaan ini kurang meyakinkan
(Zeithaml, 1988). Chapman (1986); Mazumdar (1986); Monroe dan
Krishnan (1985) dalam Zeithaml (1988) menyatakan bahwa harga adalah pengorbanan pelanggan untuk mendapatkan produk atau jasa yang
diinginkan.
4) Ketersediaan Barang
Raharjani (2005), mengemukakan variabel kelengkapan produk meliputi
keragaman barang yang dijual di pasar dan ketersediaan barang-barang
tersebut di pasar. Indikator dari kelengkapan produk, yaitu:
a) Jenis barang yang dijual.
b) Variasi/Ukuran barang yang dijual .
c) Ketersediaan barang yang dijual.
d) Produk Pendukung yang tersedia.
Kelengkapan produk adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang
sesuai dengan bisnis yang dijalani toko (produk berbasis makanan,
pakaian, barang kebutuhan rumah, produk umum, dan lain-lain atau
kombinasi) untuk di sediakan dalam toko pada jumlah, waktu, dan harga
2005). Produk di beli oleh konsumen karena dapat memenuhi kebutuhan
tertentu atau memberi manfaat tertentu, karakteristik produk tidak hanya
meliputi aspek fisik produk (tangible features), tetapi juga aspek non fisik
(intangible features) seperti citra dan jasa yang dapat di lihat. Dalam hal
ini kelengkapan produk dapat di lihat dari kategori produk yang tersedia di
suatu pasar, di mana pemasar membagi produk berdasarkan proses
pembelian dan penggunaannya, menjadi produk konsumsi dan produk
industri. Distribusi adalah saluran yang digunakan sebuah pedagang untuk
menyalurkan barang ke konsumen. Tujuan strategi ini adalah untuk
mencapai kepuasan jumlah pelanggan yang optimal pada waktu yang
tepat. Semakin produk tersebut sesuai yang dijadwalkan dalam
ketersediaannya maka akan mempengaruhi intensitas pembelian
konsumen. Hal ini sesuai dengan pernyataan. Kotler (2005) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen adalah faktor
ketersediaan produk. Tjiptono (2005) mempunyai pendapat bahwa untuk
mengukur kepuasan konsumen adalah dengan kemudahan. Kemudahan
yang dimaksud adalah kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa.
Ketersediaan produk juga akan memudahkan konsumen untuk
mendapatkan produk yang diinginkannya. Pelanggan akan semakin puas
apabila produk mudah dijangkau dan selalu tersedia untuk dibeli
konsumen. Dengan kata lain, ketersediaan produk adalah kiat secara
konsisten dan efisien untuk memberi konsumen apa yang di inginkan dan
diharapkan oleh konsumen dengan mudah diterima oleh konsumen. Aaker
berdasar logika atau pertimbangan-pertimbangan bagaimana produk
mudah diperoleh. Bila konsumen merasa akan mendapatkan kepuasan dari
suatu produk, maka konsumen akan berusaha mengingat produk tersebut
dan sadar akan produk tersebut. Bisa dijelaskan bahwa ketersediaan
produk akan membuat konsumen sadar terhadap merek yang akan dibeli.
2.2.8 Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen menurut Sumarwan (2004) meliputi pengetahuan
dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi
konsumen.Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena
konsumen sudah merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil
keputusan. Konsumen yang mempunyai kepribadian sebagai seorang yang senang
mencari informasi, (information seeker) akan meluangkan waktu untuk mencari
informasi lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang
penting. Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang
banyak mengenai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membelinya.
Karakteristik konsumen yang berguna untuk mengetahui segmentasi pasar
dapat dibagi dalam empat kategori yaitu demografi, perilaku, profil psikografi,
dan karakteristik kepribadian. Ukuran demografi konsumen yang terdiri dari usia,
jenis kelamin, pendapatan, agama, status perkawinan, pendidikan, etnik dan
kebangsaan, memiliki dua manfaat penting dalam proses segmentasi. Pertama, hal
itu dapat digunakan baik secara terpisah maupun dikombinasikan untuk
pekerjaan, dan pendapatan, dapat dipergunakan untuk mengembangkan kelas
sosial konsumen.Manfaat kedua, variabel demografi dapat digunakan untuk
menggambarkan para konsumen yang diklasifikasikan menjadi segmen melalui
sarana lainnya (Sunarto, 2006).
Secara umum menurut Carr & Hill (1992) derajat kepuasan konsumen
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas konsumsi adalah
sebagai berikut:
1) Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah kata yang umumnya digunakan untuk membedakan seks
seseorang (laki-laki atau perempuan). Kata seks mendeskripsikan tubuh
seseorang, yaitu dapat dikatakan seseorang yang secara fisik laki-laki atau
perempuan. Sedangkan jenis kelamin mendeskripsikan sifat atau karakter
seseorang, yaitu seseorang yang merasa atau melakukan sesuatu bersifat
seperti wanita (feminim) atau seperti laki-laki (maskulin). Jenis kelamin
adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan perempuan
yang menentukan tingkat kepuasan dalam menentukan produk-produk yang
bermanfaat. Wanita mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari pada
laki-laki.
2) Umur
Ada hubungan antara umur dengan kepuasan, dimana terdapat perbedaan
kepuasaan antara umur muda dengan umur tua. Umur sangat penting dalam
menentukan pola konsumsi suatu masyarakat, karena konsumen yang berbeda
umur akan mengkonsumsi kebutuhan yang berbeda juga. Perbedaan umur juga
3) Pendidikan
Konsumen yang memiliki pengetahuan tentang produk mempunyai tingkat
kepuasan yang tingi dibandingkan yang tidak tahu tentang produk yang
mereka terapkan atau beli. Tingkat pendidikan masyarakat, tinggi rendahnya
pendidikan masyarakat akan mempengaruhi terhadap perilaku, sikap dan
kebutuhan konsumsinya. Menurut Rahardja dkk (2005) semakin tinggi
pendidikan seseorang pengeluaran konsumsinya juga akan semakin tinggi,
sehingga mempengaruhi pola konsumsi dan hubungannya positif. Pada saat
seseorang atau keluarga memiliki pendidikan yang tinggi, kebutuhan
hidupnya semakin banyak. Kondisi ini disebabkan karena yang harus mereka
penuhi bukan hanya sekedar kebutuhan untuk makan dan minum, tetapi juga
kebutuhan informasi, pergaulan di masyarakat baik, dan kebutuhan akan
pengakuan orang lain terhadap keberadaannya.
Pendidikan merupakan suatu investasi yang penting. Dengan mendapatkan
pendidikan pendidikan yang baik, maka seseorang berpeluang untuk
mendapatkan pekerjaan yang baik pula.Maka dari itu, dengan pendidikan
seseorang atau rumah tangga dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi dan
memberantas kemiskinan melalui efek yang ditimbulkan yaitu peningkatan
kemampuan sumber daya manusia (Rachman, 2001).
4) Pendapatan
Pendapatan adalah banyaknya penerimaan yang dinilai dengan satuan mata
uang yang dapat dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam periode
penghasilan yang diterima oleh paraanggota masyarakat untuk jangka waktu
tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor yang telah disumbangkan
(Reksoprayitno, 2004). Besar kecilnya pendapatan yang diterima konsumen
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pekerjaannya. Pekerjaan akan
berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh.
Pendidikan formal penting dalam membentuk pribadi dengan wawasan
berpikir yang lebih baik.
5) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan
konsumen merupakan sejumlah pengalaman dengan dan informasi tentang
produk dan jasa tertentu yang dimiliki seseorang (Mowen dan Minor, 2002).
Dengan meningkatnya pengetahuan konsumen individu, hal ini
memungkinkan bagi konsumen tersebut untuk berpikir tentang produk di
antara sejumlah dimensi yang lebih besar dan membuat perbedaan yang baik
di antara merk-merk. Ada tiga jenis pengetahuan konsumen. Pertama adalah
tujuan pengetahuan, atau memperbaiki informasi tentang kelas produk di
mana konsumen telah menyimpannya dalam memori jangka panjang. Jenis
yang kedua adalah pengetahuan subjektif, atau persepsi konsumen tentang
apa atau seberapa banyak pengetahuannya dengan kelas produk. Di sini yang
mereka pikir ketahui dan yang benar-benar mereka ketahui, sehingga
pengetahuan objektif dan subjektif sama sekali tidak berkorelasi (Park,
Mothersbaugh, dan Feick, 1994). Jenis pengatahuan yang ketiga adalah
informasi tentang pengetahuan lainnya. Pengetahuan konsumen diperoleh
melalui beberapa proses pembelajaran, yaitu:
a) Pembelajaran kognitif, yaitu proses aktif di mana orang berusaha untuk
mengendalikan informasi yang mereka dapatkan yang melibatkan hipotesis
intuisi – proses pembangkitan di mana orang mengadaptasi kepercayaan
mereka untuk membuat data baru menjadi masuk akal.
b) Pembelajaran melalui pendidikan, melibatkan perolehan informasi dari
perusahaan melalui iklan, wiraniaga, dan usaha konsumen sendiri dalam
mencari data.
c) Pembelajaran melalui pengalaman, memperoleh pengetahuan melalui kontak
nyata dengan produk. Pembelajaran melalui pengalaman umumnya
merupakan sarana yang lebih efektif untuk mendapatkan pengetahuan bagi
konsumen. Pembelajaran ini mempromosikan pencarian kembali dan
pengingatan yang lebih baik karena konsumen terlibat dalam pengalaman
Nama dan Tahun
Penelitian ini membagi konsumen dalam karakteristik sosial ekonomi yang
Karakteristik sosial ekonomi tersebut akan dianalisis pengaruhnya terhadap
keputusan mengkonsumsi obat tradisional. Selanjutnya akan dilihat bagaimana
karakteristik sosial ekonomi konsumen dalam memanfaatkan tanaman obat.
Selain itu akan dianalisis persepsi konsumen terhadap kepuasan penggunaan
tanaman obat tradisional yakni manfaat kesehatan tanaman obat tradisional,
kualitas, harga serta ketersediaan tanaman obat tradisional. Secara rinci kerangka
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Persepsi
1. Manfaat kesehatan 2. Kualitas
3. Harga
4. Ketersediaan Barang
Konsumen
Kepuasan Mengkonsumsi
Tanaman Obat Tradisional
Karakteristik Sosial Ekonomi
1. Jenis Kelamin 2. Umur
3. Pendidikan 4. Pendapatan 5. Pengetahuan
Keterangan :
2.5Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh persepsi tanaman obat tradisional konsumen secara simultan
dan parsial terhadap kepuasaan penggunaan tanaman obat tradisional di Kota
Medan.
2. Ada pengaruh karakteristik tanaman obat tradisional konsumen secara
simultan dan parsial terhadap kepuasaan penggunaan tanaman obat tradisional