• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Waris Poligami (Studi Akta Perdamaian Notaris Mediator Nomor 40 Tanggal 23 Juni 2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Waris Poligami (Studi Akta Perdamaian Notaris Mediator Nomor 40 Tanggal 23 Juni 2011)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERANAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAGIAN WARIS POLIGAMI

A. Pengertian Mediator

Mediasi sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa alternatif di luar

pengadilan sudah lama dipakai dalam berbagai kasus-kasus bisnis, lingkungan hidup,

perburuhan, pertanahan, perumahan, sengketa konsumen dan sebagainya yang

merupakan tuntutan masyarakat atas penyelesaian sengketa yang cepat, efektif dan

efisien.56

Mediasi merupakan kosakata atau istilah yang berasal dari kosakata Inggris,

yaitu mediation. Para penulis dan sarjana Indonesia kemudian lebih suka mengubahnya ke bahasa Indonesia menjadi “mediasi” seperti halnya istilah-istilah

lainnya, yaitu negotiation menjadi “negosiasi”, arbitration menjadi arbitrase dan ligitation menjadi “litigasi”. Orang awam yang tidak jarang salah sebut atau menyamakan antara mediasi dan “meditasi” yang berasal dari kosakata Inggris

mediation yang berarti bersemedi. Sudah pasti keduanya amat berbeda karena

mediasi berkaitan dengan cara penyelesaian sengketa atau bernuansa sosial dan legal,

sedangkan meditasi berkaitan dengan cara pencarian ketenangan batin atau bernuansa

spiritual.

56 Bambang Sutiyono, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Solusi dan Antisipasi Bagi Peminat

(2)

Dalam kepustakaan ditemukan banyak definisi tentang mediasi.57 Mediasi

adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui

perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak memiliki

kewenangan memutus. Pihak netral tersebut mediator dengan tugas memberikan

bantuan procedural dan substansi.

Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah, di mana para pihak yang

tidak memihak bekerja sama dengan pihak yang bersengketa untuk mencari

kesepakatan bersama. Pihak luar tersebut disebut dengan mediator, yang tidak

berwenang untuk memutus sengketa, tetapi hanya membantu para pihak untuk

menyelesaiakan persoalan-persoalan yang dikuasakan kepadanya.58

Defenisi mediasi yang terdapat di dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 ini tidak

jauh berbeda dengan definisi para ahli. Namun, di dalam PERMA No.1 Tahun 2008

ini mediasi lebih menekankan bahwa yang penting di dalam sebuah mediasi itu

adalah mediator. Mediator harus mampu mencari alternatif-alternatif penyelesaian

sengketa tersebut. Apabila para pihak sudah tidak menemukan lagi jalan keluar untuk

menyelesaikan sengketa tersebut maka mediator tersebut harus dapat memberikan

solusi-solusi kepada para pihak.Solusi-solusi tersebut haruslah kesepakatan bersama

dari si para pihak yang bersengketa. Disinilah terlihat jelas peran penting mediator.

Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui

perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersikap netral(nonintervensi)tidak

berpihak (impartial) kepada pihak-pihak yang bersengketa diterima kehadirannya

57 Beberapa Definisi tentang Mediasi dapat dibaca dalam Gunawan Wijaya, Alternatif Penyelesaian Sengketa (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), hal 90-92

(3)

oleh pihak-pihak yang bersengketa. Pihak ketiga dalam mediasi tersebut disebut

“mediator” atau “penengah”, yang tugasnya hanya membantu pihak-pihak yang

bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya dan tidak mempunyai kewenangan

untuk mengambil keputusan. Mediator disini hanya bertindak sebagai fasilitator saja.

Dengan mediasi diharapkan dicapai titik temu penyelesaian masalah atau sengketa

yang dihadapi para pihak yang selanjutnya akan dituangkan sebagai kesepakatan

bersama. Pengambilan keputusan tidak berada di tangan mediator, melainkan di

tangan para pihak yang bersengketa.59

Mediasi pada dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang

memiliki keahlian mengenai prosedur mediasi yang efektif, dapat membantu dalam

situasi konflik untuk mengkoordinasikan aktivitas mereka sehingga lebih efektif

dalam proses tawar-menawar bila tidak ada negosiasi tidak ada mediasi.60

Dari beberapa rumusan mengenai batasan mediasi yang dikemukakan oleh

para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa mediasi merupakan cara penyelsaian

sengketa di luar pengadilan melalui kesepakatan dirundingkan para pihak sengketa

yang dibantu oleh pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak berpihak kepada siapa

pun.

Pihak ketiga itu disebut dengan mediator, dalam mediasi ini mediator tidak

mempunyai hak untuk memutus sengketa tersebut. Mediator hanya membantu para

pihak sengketa dengan memberikan solusi-solusi yang dapat membuka pikiran para

59Pasal 60 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

(4)

pihak dalam penyelesaian sengketa tersebut. Solusi-solusi tersebut diperundingkan

oleh para pihak untuk mencapai kesepakatan bersama tanpa ada paksaan dari pihak

manapun. Dengan kata lain mediator merupakan penengah di dalam sebuah

persengketaan.

Dalam Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2008

menyebutkan bahwa Mediator adalah pihak yang bersifat netral yang membantu para

pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian

sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Mediator yang dimaksud dalam Perma ini adalah mediator yang menjalankan

tugasnya pada Pengadilan. Mediator yang bertugas pada Pengadilan dapat saja

berasal dari hakim Pengadilan atau dari mediator luar Pengadilan. Hakim mediator

adalah hakim yang menjalankan tugas mediasi setelah ada penunjukan dari ketua

majelis Mediator dalam memediasi para pihak bertindak netral dan tidak memihak

kepada salah satu pihak, karena pemihakan mediator kepada salah satu pihak akan

mengancam gagalnya mediasi. Mediator berupaya menemukan kemungkinan

alternatif penyelesaian sengketa para pihak. Mediator juga dituntut untuk memilki

sejumlah keterampilan (skill) yang dapat membantunya mencari sejumlah kemungkinan penyelesaian sengketa.

B. Peranan dan Fungsi Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian

Waris

Pada persengketaan, perbedaan pendapat dan perdebatan yang

(5)

Keadaan seperti ini biasanya berakhir dengan putusnya jalur komunikasi, sehingga

masing-masing pihak mencari jalan keluar tanpa memikirkan kepentingan pihak

lainya. Agar tercipta proses penyelesaian sengketa yang efektif, prasayarat yang harus

dipenuhi adalah kedua belah pihak harus sama-sama memperthatikan atau

menjunjung tinggi hak untuk mendengar. Dengan persayaratan tersebut proses dialog

dan pencarian titik temu yang akan menjadi proses penyelesaian sengketa baru dapat

berjalan. Proses penyelesaian sengketa mengharuskan para pihak mengembangkan

penyelesaian agar dapat diterima bersama.

Pelaksanaan perdamaian dengan dua cara, yakni di luar sidang Pengadilan

atau melalui sidang Pengadilan. Di luar sidang Pengadilan, penyelesaian sengketa

dapat dilaksanakan oleh para pihak yang berdamai baik dengan adanya pihak

penengah atau dengan kesepakatan para pihak saja.

Ada pun yang dimaksud dengan pelaksanaan perdamaian yang dipaparkan di

atas adalah menyangkut tempat dan waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian yang

diadakan oleh para pihak yang dapat diklasifikasikan kepada :

1. Perdamaian melalui sidang Pengadilan

Perdamaian melalui sidang Pengadilan berlainan caranya dengan perdamaian

di luar sidang Pengadilan, perdamaian melalui sidang Pengadilan dilangsungkan pada

saat perkara tersebut diproses di depan sidang Pengadilan (gugatan sedang berjalan).

Di dalam ketentuan undang-undang ditentukan, bahwa sebelum perkara itu diproses

(dapat juga selama diproses, sebelum adanya kekuatan hukum tetap) Hakim harus

(6)

peranan Hakim sangat menentukan.Andainya Hakim berhasil untuk mendamaikan

para pihak yang bersengketa, maka dibuatlah akta perdamaian dan kedua belah pihak

yang bersengketa dihukum untuk menaati isi dari akta perdamaian tersebut.

2. Perdamaian di luar Pengadilan

Pada persengketaan selalu terdapat dua atau lebih pihak yang bersengketa,

dalam persengketaan dapat saja pihak-pihak yang bersengketa menyelesaikan

sendiri.Dalam hal ini seperti para pihak yang bersengketa meminta bantuan kepada

sanak keluarga pemuka masyarakat atau pihak lainnya, dalam upaya mencari

penyelesaian sengketa tersebut di luar sidang secara damai. Namun tidak menutupi

untuk timbulnya sengketa yang sama dikemudian hari, seperti dalam hal sengketa

waris, awalnya telah sepakat harta warisan tidak dibagi dahulu namun dengan

pernyataan tersebut adanya ahli waris yang menguasai secara utuh seakan-akan milik

pribadi, menghilangkan hak waris dari ahli waris lainya. Sedangkan awalnya

kesepatakan tidak membagi harta warisan terdahulu dengan maksud dikelola bersama

dan dinikmati bersama, namun kenyataanya tidak demikian. Untuk menghindari

timbulnya kembali persoalan yang sama dikemudian hari, maka dalam praktek sering

perjanjian perdamaian itu dilaksananakan secara tertulis, yaitu dibuat dengan akta

perdamaian.

Penyelesaian sengketa adanya pilihan jalur Pengadilan dan jalur di luar

Pengadilan. Namun adanya pilihan penyelesaian sengketa di luar Pengadilan lebih

cendrung masyarakat untuk memilih penyelesaian sengketa di luar Pengadilan,

(7)

pilihan proses penyelesaian sengketa di luar Pengadilan yaitu Alternative Dispute Resolution (ADR), arbitrase dan musyawarah yang kesemua proses tersebut bertujuanya kepada perdamaian yang sesuai dengan kehendak para pihak yang

bersengketa.Alternative Dispute Resolutiondan arbitrase lebih kepada permasalahan hukum bisnis, yang mana bersifat tertutup dan tidak memakan waktu lama seperti hal

penyelesaian kasus hukum melalui jalur Pengadilan. Pada permasalahan yang timbul

di ranah hukum perdata di luar dari hukum bisnis, yang mana telah masuk kejalur

Pengadilan tetap adanya proses perdamaian untuk awalnya, dimana ada ditunjuknya

hakim untuk melaskanakan perdamaian tersebut, jika perdamaian dapat terwujud

dengan keinginan kedua belah pihak yang tidak adanya unsur paksaan, maka akan

adanya putusan hakim mengenai perdamaian tersebut.61

Alternative Dispute Resolution dan arbitrase lebih kepada permasalahan

hukum bisnis. Namun tidak menutupi padaADRadanya sistem penyelesaian sengketa yang dapat juga diterapkan untuk kasus perdata selain kasus perdata dibidang hukum

bisnis, karena tujuannya sama yaitu berujung pada perdamaian dan yang mana

bersifat tertutup dan tidak memakan waktu lama seperti hal penyelesaian kasus

hukum melalui jalur Pengadilan, yaitu negosisasi dan mediasi. Negosiasi merupakan

komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua

belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun berbeda. Negosiasi

merupakan sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan

61

(8)

penyelesaian tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah, baik yang tidak

berwenang mengambil keputusan maupun yang berwenang mengambil keputusan.62

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau

mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan

memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah

perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai

dengan hakikat perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada

paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama

proses mediasi berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari

para pihak. Mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa berdasarkan

perundingan, yang memiliki unsur-unsur :

a. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di dalam

perundingan.

b. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari

penyelesaian.

c. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama

perundingan berlangsung.

d. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang

dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengeketa.

Peran mediator sebagai sebuah garis rentang dari sisi peran terlemah hingga

yang terkuat. Sisi peran terlemah adalah apabila mediator hanya melaksanankan

peran sebagai berikut:

(9)

1) Penyelenggara pertemuan;

2) Pemimpin diskusi netral;

3) Pemelihara atau penjaga aturan perundingan agar proses perundingan

berlangsung secara beradap;

4) Pengendali emosi para pihak;

5) Pendorong pihak atau perunding yang kurang mampu atau segan mengemukakan

pandangannya.

Sisi peran yang kuat mediator adalah bila dalam perundingan mediator

mengerjakan atau melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Mempersiapkan dan membuat notulen perundingan.

b. Merumuskan titik temu atau kesepakatan para pihak.

c. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengeketa atau kasus bukan sebuah

pertarungan untuk dimenangkan, melainkan untuk diselesaikan.

d. Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah.

e. Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah.

Menurut Fuller dan Riskin yang dikutip oleh Suyud Margono dalam bukunya,

ada 7 (tujuh) fungsi mediator :63

1) Sebagai katalisator, mengandung pengertian bahwa kehadiran mediator dalam

proses perundingan mampu mendorong lahirnya suasana yang konstruktif

bagi diskusi.

(10)

2) Sebagai pendidik berarti seseorang harus berusaha memahami aspirasi,

prosedur kerja, keterbatasan politis, dan kendala usuaha dari para pihak. Oleh

sebab itu, mediator harus berusaha melibatkan diri dalam dinamika perbedaan

di antara para pihak.

3) Sebagai penerjemah, berarti mediator harus berusaha menyampaikan dan

merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak lainnya melalui bahasa atau

ungkapan yang baik dengan tanpa mengurangi sasaran yang dicapai oleh

pengusul.

4) Sebagai narasumber, berarti mediator harus mendaya gunakan sumber-sumber

informasi yang tersedia.

5) Sebagai penyandang berita jelek, berarti seorang mediator harus menyadari

bahwa para pihak dalam proses perundingan dapat bersikap emosional. Untuk

itu mediator harus mengadakan pertemuan terpisah dengan pihak-pihak terkait

untuk menampung berbagai usulan.

6) Sebagai agen realitas, berarti mediator harus berusaha memberi pengertian

secara jelas kepada salah satu pihak bahwa sasaranya tidak mungkin atau

tidak masuk akal tercapai melalui perundingan.

7) Sebagai kambing hitam, berarti seorang mediator harus siap disalahkan,

contohnya dalam membuat kesepakatan hasil perundingan.

Proses mediasi adanya tahapan-tahapan yang dilewati, yang mana harus

berurutan, sehingga sinkron permasalahan yag akan diselesaikan, yaitu:

(11)

Kesepakatan merupakan merupakan awal untuk memulai mediasi, para pihak

yang bersengketa harus menyetujui dan mematuhi aturan dalam mediasi,

sehingga lebih mudah utnuk mencapai kesepakatan.Tidak hanya sepihak saja,

melaiankan kedua belah pihak.

b) Memahami masalah-masalah

Baik bagi para pihak yang bersengketa maupun mediator harus memahami

betul duduk permasalahan yang ada.Terutama mediator, karena mediator tidak

boleh berpihak dan mendengar dari satu sisi saja, harus kedua sisi dari pihak

yang bersengketa.

c) Membangkitkan pilihan-pilihan pemecahan permasalahan

Maksud dari membangkitkan pilihan-pilihan pemecahan permasalahan ialah

dimana mediator memberikan pilihan dalam pemecahan permasalahan,

pilihan tersebut tidak memberatkan kedua belah pihak yang bersengketa,

dimana para pihak nyaman dengan pilihan-pilihan yang ditawarkan, sehingga

adanya keterbukaan pemikiran bagi para pihak yang bersengketa bahwa

sengketa bukan lah pertarungan menang atau kalah, melainkan benang kusut

yang harus dirapikan namun tidak merusak benang tersebut.

d) Mencapai kesepakatan

Proses yang telah dilewati dari tahap awal hingga tahap ketiga dengan

menentukan pilihan pemecahan permasalahan, maka adanya kesepakatan

yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa. Kesepakatan tersebut

(12)

otentik.kesepakatan yang telah ditentukan merupakan peraturan bagi para

pihak yang bersengketa untuk tunduk dan terikat dengan kesepakatan tersebut.

e) Melaksanakan kesepakatan

Tahap terakhir merupakan tahap pelaksanaan dimana para pihak

melaksanakan kesepakatan yang telah dipilih dan ditentukan.Kesepakatan

tersebut merupakan Undang-undang bagi para pihak yang awalnya

berengeketa dan harus dilaksanakan sehingga kedua belah pihak tidak ada

yang merasa keberatan.

Pada permasalahan yang timbul di ranah hukum perdata di luar dari hukum

bisnis, yang mana telah masuk kejalur Pengadilan tetap adanya proses perdamaian

untuk awalnya, dimana ada ditunjuknya Hakim untuk melaskanakan perdamaian

tersebut, jika perdamaian dapat terwujud dengan keinginan kedua belah pihak yang

tidak adanya unsur paksaan, maka akan adanya putusan Hakim mengenai perdamaian

tersebut.

Selain pilihan perdamaian yang diceritakan di atas, adanya juga jalur

musyawarah yang paling awal ditempuh bagi pihak bersengketa, terutama untuk

sengketa waris. Pada masyarakat Indonesia mengenai waris masih hal yang tabu dan

jika terbuka ke umum maka menjadi suatu aib bagi keluarga pewaris. Karena itulah

para ahli waris lebih cendrung kepada musyawarah dengan cara kekeluargaan untuk

menyelesaikan sengketa waris. Musyawarah yang dilaksanakan bertujuan untuk

menghindari atau menyelesaikan permasalahan yang timbul, yang mana diharapkan

(13)

Perdamaian merupakan jalur yang dipilih dan ditempuh untuk menghindari

dan menyelesaikan permasalahan di luar persidangan. Ada beberapa alasan pemilihan

penyelesaian permasalahan melalui perdamaian yaitu dikarenakan lebih efisien waktu

dan biaya yang tidak terlalu besar.“Perdamaian adalah suatu perjanjian dengan mana

kedua belah pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang,

mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya

suatu perkara.Perjanjian ini tidaklah sah, melainkan jika dibuat secara tertulis”.64

1. Peranan Mediator Dalam Mediasi

Gagal tidaknya mediasi juga sangat ditentukan oleh orang peran yang

ditampilkan oleh mediator.Ia berperan aktif dalam menjembatani sejumlah pertemuan

antar para pihak, meminpin pertemuan dan mengendalikan pertemuan, menjaga

kesinambungan proses mediasi dan menuntut para pihak mencapai suatu kesepakatan

Mediator sebagai pihak ketiga yang netral melayani kepentingan para pihak yang

bersengketa. Mediator harus membangun interaksi dan komunikasi positif, sehingga

ia mampu meyelami kepentingan para pihak dan berusaha menwarkan alternatif

dalam pemenuhan kepentingan tersebut.

Dalam memandu proses komunikasi, mediator ikut mengarahkan para pihak

agar membicarakan secara bertahap upaya yang mungkin ditempuh keduanya dalam

rangka mengakhiri sengketa. Ada beberapa peran mediator yang sering yang

ditemukan ketika proses mediasi berjalan. Peran tersebut antara lain65

1. Menumbuhkan dan mempertahankan kepercayaan diri antara para pihak.

64Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

65Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum

(14)

2. Menerangkan proses dan mendidik para pihak dalam hal komunikasi dan

menguatkan suasana yang baik.

3. Membantu para pihak untuk mengahadapi situasi atau kenyataan.

4. Mengajar para pihak dalam proses dan ketrampilan tawar menawar.

5. Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting, dan menciptakan

pilihan-pilihan untuk memudahkan penyelesaian masalah.

Peran mediator akan terwujud apabila mediator mempunyai sejumlah keahlian

(skill). Keahlian ini diperoleh melalui sejumlah pendidikan, pelatihan (training) dan sejumlah pengalaman dalam meyelesaiakan konflik atau sengketa.

Mediator sebagai pihak yang netral dapat menampilkan peran sesuai dengan

kapasitasnya.Mediator dapat menjalankan perannya mulai dari peran terlemah sampai

peran yang terkuat.Ada beberapa peran mediator yang termasuk dalam peran

terlemah dan terkuat. Peran-peran ini menunjukkan tingkat tinggi rendahnya

kapasitas dan keahlian (skill)yang dimiliki oleh seorang mediator

Raiffa melihat peran mediator sebagai sebuah kontinum atau garis

rentang.Yakni dari sisi peran yang terlemah hingga sisi peran yang terkuat.66 Sisi

peran terlemah adalah apabila mediator hanya menjalankan perannya sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pertemuan.

2. Pemimpin diskusi rapat.

3. Pemelihara atau penjaga aturan perundingan agar proses perundingan

berlangsung secara beradab.

(15)

4. Pengendali emosi para pihak.

5. Pendorong pihak/perunding yang kurang mampu atau segan

mengemukakan pandangannya.

Sedangkan sisi peran yang kuat diperlihatkan oleh mediator, apabila mediator

bertindak atau mengerjakan hal-hal dalam proses perundingan, sebagai berikut:

1. Mempersiapkan dan membuat notulen pertemuan.

2. Merumuskan titik temu atau kesepakatan dari para pihak.

3. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan sebuah

pertarungan untuk dimenangkan, akan tetapi untuk diselesaikan.

4. Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah.

5. Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah.

Kovach menyebutkan peran mediator mencakup hal-hal berikut:67

1. Mengarahkan komunikasi di antara para pihak.

2. Memfasilitasi atau memimpin proses persidangan.

3. Mengevaluasi kemajuan proses perundingan.

4. Membantu para pihak untuk mempelajari dan memahami pokok masalah

dan berlangsungnya proses perundingans secara baik.

5. Mengajukan usul atau gagasan tentang proses dan penyelesaian sengketa.

6. Mendorong para pihak ke arah penyelesaian.

(16)

7. Mendorong kemampuan diri dan pemberdayaan para pihak untuk

melaksanakan proses perundingan.

8. Mengendalikan jalannya proses perundingan.

Leonard L. Riskin, menyebutkan peran mediator sebagai berikut :68

1. Mendesak para juru runding agar setuju atau berkeinginan untuk

berbicara.

2. Membantu para peserta perundingan untuk memahami proses mediasi.

3. Membawa peran para pihak.

4. Membantu para juru runding untuk menyepakati agenda perundingan.

5. Menyusun agenda.

6. Menyediakan suasana yang menyenangkan bagi berlangsungnya proses

perundingan.

7. Memelihara tertiban perundingan.

8. Membantu para juru runding untuk memahami masalah.

9. Melarutkan harapan-harapan yang tidak realistis.

10. Membantu juru runding untuk mengembangkan usulan-usulan mereka.

11. Membantu juru runding untuk melaksanakan perundingan.

12. Membujuk juru runding agar menerima sebuah penyelesaian tertentu.

Menurut Fuller, mediator memiliki beberapa fungsi, yaitu katalisator,

pendidik, penerjemah, narasumber, penyandang berita jelek, agen realitas dan sebagai

(17)

kambing hitam (scapegoat).69 Fungsi sebagai “katalisator” diperlihatkan dengan kemampuan mendorong lahirnya suasana yang konstruktif bagi dialog atau

komunikasi di antara para pihak dan bukan sebaliknya, yakni menyebarkan terjadinya

salah pengertian dan polaritas di antara para pihak.

Sebagai “pendidik” dimaksudkan berusaha memahami kehendak, aspirasi,

prosedur kerja, keterbatasan politis dan kendala usaha dari para pihak. Sebagai

“penerjemah”, mediator harus berusaha menyampaikan dan merumuskan usulan

pihak yang satu kepada pihak yang lainnya melalui bahasa, atau ungkapan yang enak

didengar oleh pihak lainnya, tetapi tanpa mengurang maksud atau sasaran yang

hendak dicapai oleh si pengusul. Sebagai “narasumber”, mediator harus mampu

mendayagunakan atau melipatgandakan kemanfaatan sumber-sumber informasi yang

tersedia, mediator harus menyadari bahwa para pihak dalam proses perundingan

dapat bersikap emosional, maka mediator harus siap menerima perkataan dan

ungkapan yang tidak enak dan kasar dari salah satu pihak. Sebagai “agen realitas”,

mediator harus memberitahu atau member pengertian secara terus terang kepada satu

atau tidak masuk akal untuk dicapai melalui sebuah proses perundingan. Sebagai

“kambing hitam”, mediator harus siap menjadi pihak yang dipersalahkan apabila

orang-oang yang dimediasi tidak merasa sepenuhnya puas terhadap

prasyarat-prasyarat dalam kesepakatan.

69 Lon Fuller dapat dilihat dalam Lonard R. Riskin dan James E. Westbook, Dispute

(18)

Mediator menampilkan peran yang terlemah bila dalam proses mediasi, ia

hanya melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pertemuan.

2. Memimpin diskusi.

3. Memelihara atau menjaga aturan agar proses perundingan berlangsung secara

baik.

4. Mengendalikan emosi para pihak.

5. Mendorong para pihak yang kurang mampu atau segan dalam mengemukakan

pandangannya.

Sedangkan mediator yang menampilkan peran kuat, ketika dalam proses

mediasi ia mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Mempersiapkan dan membuat notulensi pertemuan.

2. Merumuskan titik temu atau kesepakatan dari para pihak.

3. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukanlah sebuah

pertarungan untuk dimenangkan, tetapi sengketa harus diselesaikan.

4. Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah .

5. Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah.

6. Membujuk para pihak untuk menerima ususlan tertentu dalam rangka

penyelesaian sengketa.

Peran-peran tersebut di atas harus diketahui secara baik oleh seseorang yang

akan menjadi mediator dan hakim yang menjadi mediator di Pengadilan Agama

(19)

proses mediasi berjalan maksimal sehingga para pihak merasa puas dengan keputusan

yang mereka buat atas bantuan mediator.

2. Fungsi Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Waris

Sengketa merupakan salah satu hal yang bisa muncul kapan saja dalam

kehidupan manusia. Sengketa dapat terjadi mulai dari lingkup keluarga hingga

lingkup hukum.Sejak dulu kala, penyelesaian sengketa sudah ada dalam latar budaya

masyarakat Indonesia sebagai pola penyelesaian sengketa berdasarkan musyawarah,

misalnya rembuk desa dan kerapatan adat. Dalam penyelesaian sengketa hukum, ada

beberapa pilihan dalam menyelesaikan sengketa hukum. Penyelesaian sengketa

hukum yang paling sering dilakukan dan paling dikenal oleh masyarakat adalah

penyelesaian sengketa melalui pengadilan.

Namun demikian, penyelesaian sengketa melalui pengadilan terkadang tidak

memberikan penyelesaian sebagaimana diinginkan oleh kedua belah pihak.

Penyelesaian sengketa di pengadilan juga dikenal memakan waktu yang cukup lama

dan biaya yang cukup mahal. Untuk mengakomodir keinginan-keinginan para pihak

ini, kemudian muncul beberapa alternatif untuk menyelesaikan sengketa antara para

pihak. Beberapa alternatif tersebut antara lain: negosiasi, mediasi, evaluasi dini,

pendapat atau penilaian ahli, pencarian fakta, dispute review board, dan office of special project facilitator. Alternatif penyelesaian sengketa ini memiliki beberapa

keuntungan antara lain cepat dan murah, adanya kontrol dari para pihak terhadap

proses yang berjalan dan hasilnya karena pihak yang mempunyai kepentingan aktif

(20)

tuntas/holistik, dan meningkatkan kualitas keputusan yang dihasilkan dan

kemampuan para pihak untuk menerimanya.

Mediasi, seperti alternatif penyelesaian sengketa lainnya, berkembang akibat

lambannya penyelesaian sengketa di pengadilan. Mediasi muncul sebagai jawaban

atas ketidakpuasan yang berkembang pada sistem peradilan yang bermuara pada

persoalan waktu, biaya, dan kemampuannya dalam menangani kasus yang kompleks.

Mediation is not easy to define.70Mediasi bukanlah sesuatu yang mudah untuk didefinisikan. Hal ini terkait dengan dimensi mediasi yang sangat jamak dan tidak

terbatas. Mediasi tidak memberi satu model yang dapat diuraikan secara terperinci

dan dibedakan dari proses pengambilan keputusan lainnya.71

Dalam peraturan Indonesia, pengertian mediasi dapat ditemukan di Pasal 1

butir tujuh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 yaitu cara penyelesaian

sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak

dengan dibantu oleh mediator. Selain dalam peraturan ada beberapa sarjana yang

mencoba untuk mendefinisikan mediasi. Gary Goodpaster menyatakan bahwa

“Mediasi” adalah proses negosiasi penyelesaian masalah (sengketa) dimana suatu

pihak luar, tidak memihak, netral, tidak bekerja dengan para pihak yang bersengketa,

membantu mereka (yang bersengketa) mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi

yang memuaskan.72 Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa ada unsur-unsur

mendasar dari definisi mediasi, antara lain:

1. Adanya sengketa yang harus diselesaikan

70Laurence Boulle,Mediation:Principle, process, practice,(Sydney: Butterworths, 1996), hal. 3

71Gatot P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal. 116

(21)

2. Penyelesaian dilaksanakan melalui perundingan

3. Perundingan ditujukan untuk mencapai kesepakatan

4. Adanya peranan mediator dalam membantu penyelesaian.

Beberapa alasan mengapa mediasi sebagai altemetif penyelesaian sengketa

mulai mendapat perhatian yang lebih di Indonesia, antara lain:73

1. Faktor Ekonomis, dimana mediasi sebagai altematif penyelesaian sengketa

memiliki potensi sebagai sarana untuk menyelesaikan sengketa yang lebih

ekonomis, baik dari sudut pandang biaya maupun waktu.

2. Faktor ruang lingkup yang dibahas, mediasi memiliki kemampuan untuk

membahas agenda permasalahan secara lebih luas, komprehensif dan

fleksibel.

3. Faktor pembinaan hubungan baik, dimana mediasi yang mengandalkan

cara-cara penyelesaian yang kooperatif sangat cocok bagi mereka yang

menekankan pentingnya hubungan baik antar manusia (relationship), yang

telah berlangsung maupun yang akan datang.

Dalam mediasi, terdapat dua jenis mediasi yang ditinjau berdasarkan tempat

pelaksanaannya yaitu mediasi di pengadilan dan mediasi di luar pengadilan. Kedua

jenis mediasi ini tercantum dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008.

Dalam melaksanakan mediasi di pengadilan, ada dua tahap yang harus dijalani, yaitu

yang pertama adalah mediasi awal litigasi, yakni mediasi yang dilaksanakan sebelum

pokok sengketa diperiksa dan yang kedua adalah mediasi yang dilakukan dalam

(22)

pokok pemeriksaan, yang kemudian terbagi lagi menjadi dua yaitu selama dalam

pemeriksaan tingkat pertama dan selama dalam tingkat banding dan kasasi.

Sedangkan mediasi di luar pengadilan merupakan mediasi yang dilaksanakan di luar

pengadilan, kemudian perdamaian terjadi dimohonkan ke pengadilan untuk dikuatkan

dalam akta perdamaian.74

Mediator dalam mediasi bukan berperan untuk mengambil keputusan,

melainkan untuk membantu para pihak memahami pandangan pihak lainnya

sehubungan dengan masalah yang disengketakan. Mediator sebagai pihak yang

menentukan efektivitas proses penyelesaian sengketa harus bersikap netral,

mendengarkan para pihak secara aktif, mencoba untuk meminimalkan

perbedaan-perbedaan, serta kemudian menitikberatkan persamaan. Seorang mediator tidak boleh

mempengaruhi salah satu pihak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh pihak

lainnya. Mediator sangat membutuhkan kemampuan personal yang

memungkinkannya berhubungan secara menyenangkan dengan masing-masing pihak.

Namun demikian, kemampuan pribadi yang terpenting adalah sifat tidak menghakimi,

yaitu dalam kaitannya dengan cara berpikir masing-masing pihak, serta kesiapannya

untuk memahami dengan empati pandangan para pihak. Mediator perlu memahami

dan memberikan reaksi positif atas persepsi masing-masing pihak dengan tujuan

membangun hubungan baik dan kepercayaan.75

74Mahkamah Agung Republik Indonesia,Peraturan Mahkamah Agung tentang Prosedur

(23)

Sebagai pihak netral yang melayani kedua belah pihak, mediator berperan

melakukan interaksi dengan para pihak baik secara bersama ataupun secara individu,

dan membawa mereka pada tiga tahap sebagai berikut:76

a. Memfokuskan pada upaya membuka komunikasi di antara para pihak;

b. Memanfaatkan komunikasi tersebut untuk menjembatani atau menciptakan

saling pengertan di antara para pihak (berdasarkan persepsi mereka atas

perselisihan tersebut dan kekuatan serta kelemahan masing-masing); dan

c. Memfokuskan pada munculnya penyelesaian.

Selain dilihat dari pendapat-pendapat para ahli yang menulis mengenai

mediasi, tugas-tugas mediator juga diatur dalam peraturan yang berlaku bagi

pelaksanaan mediasi di Indonesia. Tugas-tugas ini tercantum dalam Pasal 15

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008. Tugas-tugas tersebut antara

lain:77

1. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para

pihak untuk dibahas dan disepakati.

2. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam

proses mediasi.

3. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus.

4. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali

kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik

bagi para pihak.

76Ibid., hal 136.

(24)

Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat kita lihat bahwa mediator bertugas

untuk mengarahkan dan memfasilitasi lancarnya komunikasi dan membantu para

pihak untuk memahami sengketa yang terjadi di antara keduanya, serta para pihak

dapat membuat penilaian yang objektif hingga terciptalah penyelesaian akan sengketa

yang dihadapi.

Mediasi seringkali menghasilkan kesepakatan di antara kedua belah pihak

sehingga manfaat mediasi sangatlah dapat dirasakan. Manfaat mediasi tetap dapat

dirasakan meskipun terkadang ada mediasi yang gagal. Hal ini dikarenakan adanya

mediasi kemudian mengklarifikasikan persoalan dan kemudian mempersempit

permasalahan yang disengketakan. Dalam menyelesaikan sengketa, mediasi memiliki

beberapa keuntungan, antara lain:

a. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa lebih cepat dan murah

dibandingkan dengan arbitrase dan pengadilan;

b. Mediasi dapat memberbaiki komunikasi antara para pihak yang bersengketa

serta menghilangkan konflik yang hampir selalu mengiringi putusan yang

bersifat memaksa;

c. Mediasi akan memfokuskan para pihak pada kepentingan mereka secara

nyata;

d. Mediasi meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan kelemahan posisi

masing-masing pihak;

e. Melalui mediasi, dapat diketahui hal-hal atau isu-isu yang tersembunyi yang

(25)

f. Mediasi memberikan para pihak untuk melakukan kontrol terhadap proses dan

hasil dari mediasi tersebut.

Penyelesaian sengketa dengan cara mediasi kemudian diharapkan untuk dapat

mengurangi ketidakseimbangan posisi para pihak sebagaimana yang dirasakan

apabila sengketa diselesaikan melalui lembaga pengadilan maupun arbitrase. Dalam

mediasi yang sukses, dihasilkan sebuah perjanjian penyelesaian sengketa yang setelah

ditandatangani akan mengikat dan dapat dipaksakan sebagaimana layaknya sebuah

kontrak atau perjanjian. Di Indonesia, perjanjian hasil mediasi harus dituangkan

dalam bentuk tertulis. Hal ini tidak hanya berlaku untuk mediasi di dalam pengadilan,

tetapi juga untuk mediasi di luar pengadilan. Pasal 17 ayat (1) Peraturan Mahkamah

Agung Nomor 1 Tahun 2008 kemudian menyatakan bahwa jika mediasimenghasilkan

kesepakatan perdamaian, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan

secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani oleh para pihak dan

mediator.78 Kemudian Pasal 6 ayat (6) Undang-undang Nomor 30 tahun 1999

menyatakan bahwa:

“Usaha penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui mediator sebagaimana

dimaksud dalam ayat (5) dengan memegang teguh kerahasiaan, dalam waktu paling

lama 30 (tiga puluh) hari harus tercapai kesepakatan dalam bentuk tertulis yang

ditandatangani oleh semua pihak yang terkait.79

78Mahkamah Agung Republik Indonesia,op.cit, ps. 17 ayat (1)

(26)

Apabila mediasi dilaksanakan di luar pengadilan, sesuai Pasal 6 ayat (7)

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009, perjanjian tertulis yang telah disepakati oleh

para pihak wajib untuk didaftarkan di pengadilan negeri paling lama 30 hari sejak

perjanjian tersebut ditandatangani. Dalam hal pelaksanaan mediasi yang dilakukan di

pengadilan, hakim dapat mengukuhkan kesepatakan tersebut sebagai suatu akta

perdamaian. Akta perdamaian sendiri dalam Pasal 1 butir 2 Peraturan Mahkamah

Agung Nomor 1 Tahun 2008 didefinisikan sebagai akta yang memuat isi kesepakatan

perdamaian dan putusan hakim yang menguatkan kesepakatan perdamaian tersebut

yang tidak tunduk pada upaya hukum biasa maupun luar biasa.80

Perjanjian tertulis ini biasanya disusun oleh para pihak dengan bantuan

mediator. Dalam membantu para pihak menyusun suatu persetujuan mediasi secara

tertulis, mediator memfokuskan perhatian untuk terlebih dahulu menghasilkan

rancangan perjanjian, ia harus meyakini bahwa para pihak telah memahami

sepenuhnya rancangan perjanjian. Perlunya penyusunan rancangan perjanjian

diakomodir dalam pasal 17 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun

2008 yang menyebutkan bahwa sebelum para pihak menandatangani kesepakatan,

mediator memeriksa materi kesepakatan perdamaian untuk menghindari ada

kesepakatan yang bertentangan dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan

atau yang memuat iktikad tidak baik.81

Referensi

Dokumen terkait

Tahap-tahap penelitian meliputi: (1) isolasi fungi endofit dari kulit buah kakao, (2) seleksi fungi endofit penghasil polifenol oksidase, (3) optimasi produksi

Kurangya kesadaran masyarakat terutama para penerima fidusia, kuasa atau wakilnya seperti yang diamanatkan oleh Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000

LAPORAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BUKIT KACAPI RESORT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu!.

4 Lihat Sapardi Djoko Damono “Sastra, Politik, Ideologi”, dalam Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida. Pelarangan di dalam terbitan buku biasanya terjadi pada para penulis

Perlu dilakukan usuha-usaha untuk lebih meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bencana alam melalui pelatihan dan sosialisasi serta dapat juga dengan

masalah yang berkaitan materi waktu, jarak, dan kecepatan, siswa harus menguasai serta memahami materi yang telah dipelajari sebe- lumnya mengenai pengukuran waktu dan

in Iranial Journal of Pediatric Hematology oncology, Vol 2, No.3, 2012.. Nelson Essentials of Pediatric toc ; Sections XXI

At dahil sa kanila, magpahanggang ngayon, nakikilala natin para sa atin ang sinabi ni San Agustin, “Si Hesus ay naglaho sa ating mga mata, upang matagpuan natin siya sa