METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penanaman propagul B. cylindrica dengan perlakuan berbagai variasi
salinitas selama 5 bulan dilakukan pada Mei 2015 sampai Oktober 2015 di rumah
kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Lokasi Pengambilan Sampel
Sampel penelitian berupa propagul B. cylindrica diambil dari hutan
mangrove di Pulau Sembilan. Pulau Sembilan merupakan nama salah satu desa
yang berada di gugusan pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Desa Pulau Sembilan
berdekatan dengan Selat Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di
Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan secara administrasi terletak di kecamatan
Pangkalan, Susu Kabupaten Langkat. Luas Pulau Sembilan 24,00 km2 atau 8.84% dari total luas kecamatan Pangkalan Susu. Di Pulau ini terdapat hutan mangrove
yang mengelilingi pulau dan tumbuh ekosistem pesisir. Kondisi air tanah masih
cukup baik dimana tidak ditemukan adanya air sumur yang asin atau terkena
intrusi air laut (BPS, 2010)
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah propagul B. cylindrica
yang sehat dan matang, bubuk garam komersial (marine salt), air tawar, pasir dari
botol plastik, cutter, jangka sorong, penggaris, ember, kamera, timbangan aplikasi
SAS 9.1, software image J, SPSS versi 22, dan alat tulis.
Prosedur Penelitian
1. Persiapan Media Tanam
Pasir disterilisasi untuk membunuh bakteri dan jamur yang hinggap
kemudian diisikan pada botol plastik sesuai jumlah masing-masing perlakuan dan
ulangan. Propagul B. cylindrica ditanam dan diberi salinitas yang bervariasi 0%,
0,5%, 1,5%, 2% dan 3% (sama dengan tingkatan air laut yaitu 15%, 45%, 60%,
90%).
Di dalam penelitian ini, salinitas ditentukan dari perbandingan massa
bubuk garam dengan massa larutan. Metode ini berdasarkan Fofonoff dan Lewis
(1979) dimana jenis garam yang dipakai adalah bubuk garam komersial (marine
salt). Untuk membuat konsentrasi salinitas 0%, 0,5%, 1,5%, 2% dan 3% dibuat
dengan melarutkan 5,66 g, 17 g, 22,6 g, dan 34 g bubuk garam komersial untuk 1
liter air. Salinitas adalah massa serbuk garam/massa larutan. Konsentrasi garam
pada setiap perlakuan pot diperiksa seminggu sekali selama percobaan dengan
hand refraktometer.
2. Pemilihan Propagul
Propagul B. cylindrica yang digunakan berasal dari pohon induk yang
berumur 5 tahun atau lebih. Propagul yang dipilih sebaiknya telah matang secara
fisiologi dengan warna propagul hijau kecoklatan dan sehat, tidak terserang oleh
hama dan penyakit.
Propagul B. cylindrica yang telah diseleksi ditanam ke dalam botol plastik
berisi media tanam yang telah disesuaikan dengan perlakuannya persentase
salinitas masing-masing.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis data Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan konsentrasi garam (salinitas) berdasarkan
salinitas yang ada di lapangan dengan masing-masing 5 ulangan :
a. Salinitas 0 %
b. Salinitas 0,5 %
c. Salinitas 1,5 %
d. Salinitas 2 %
e. Salinitas 3 %
Model linear RAL:
Yij = μ + τi + εij
Keterangan:
Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = nilai rataan umum (mean)
τi = pengaruh faktor perlakuan ke-i
εij = pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j
i = 1, 2, 3, 4, 5
Analisis data dilakukan dengan metode ANOVA (Analisis of Varians) satu
arah menggunakan uji Dunnett untuk perbandingan seluruh perlakuan salinitas
yang diberikan terhadap kontrol. Nilai P < 0,05 dan P < 0,01 dipakai sebagai batas
untuk menunjukkan pengaruh perlakuan. Uji statistik dilakukan memakai
software SAS versi 9.1. Korelasi parameter menggunakan SPSS versi 22.
Parameter Pengamatan
Pengamatan dilakukan 5 bulan setelah tanam dan parameter yang diamati
adalah:
1. Persentase Hidup (%)
Persentase hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah semai
yang hidup dan jumlah biibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan
data dilakukan pada akhir pengamatan (Yusmaini dan Suharsi, 2008)
Persen Hidup (%) = x 100%
2. Mortalitas (%)
Kematian semai dihitung dengan membandingkan antara jumlah semai
yang mati dan jumlah semai yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data
dilakukan pada akhir pengamatan setelah 5 bulan
Mortalitas (%) = x 100%
3. Tinggi semai (cm)
Pengukuran tinggi semai menurut dilakukan dengan menggunakan
penggaris. Pengukuran dilakukan mulai dari bagian plumula sampai titik tumbuh
tertinggi semai B. cylindrica. Pengukuran tinggi dilakukan setelah pemanenan.
4. Diameter semai (cm)
Jumlah semai yang hidup
Jumlah propagul ditanam
Jumlah semai yang mati
Pengukuran diameter batang semai berdasarkan dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan setelah pemanenan. Diameter
diukur tiga kali mulai dari bagian plumula, pertengahan batang, sampai titik
tumbuh tertinggi kemudian dihitung rata – ratanya B.cylindrica
5. Jumlah akar (cm)
Perhitungan jumlah akar dilakukan secara manual setelah pemanenan
semai B. cylindrica umur 5 bulan. Jumlah akar dihitung berdasarkan kedudukan
akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pi dkk
(2009), yang terdiri dari tap root dan lateral root.
6. Panjang akar
Pengukuran panjang akar dilakukan secara manual dengan menggunakan
mistar dan benang. Pengukuran panjang dilakukan setelah pemanenan semai
B. cylindrica pada 5 bulan. Panjang akar diukur berdasarkan kedudukan akar pada
sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pi dkk (2009).
7. Diameter akar (cm)
Pengukuran diameter dilakukan setelah pemanenan semai B. cylindrica
pada 5 bulan. Hasil dari diameter akar dapat memberikan informasi penting
hubungannya dengan ukuran pori tanah dan potensial penetrasi akar (Bohm,
1979). Pengukuran diameter akar dilakukan pada setiap tipe percabangan dengan
menggunakan jangka sorong Pi dkk (2009).
8. Jumlah Daun
Daun yang dihitung adalah yang telah membuka sempurna pada batang
semai. Perhitungan dilakukan secara manual Pengambilan data dilakukan
Berat Kering Tajuk
Berat Kering Akar 9. Luas Daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir pengamatan data. Perhitungan
luas daun menggunakan program komputer. Untuk melakukan perhitungan
terlebih dahulu daun digambar di kertas millimeter blok yang selanjutnya
dilakukan scanning pada gambar tersebut. Setelah di pindai maka gambar tersebut
dihitung dengan program image J sesuai penelitian oleh Easlon dan Bloom (2014)
bahwa hasil penghitungan perangkat ini akurat, software dapat diunduh secara
bebas, dan menghasilkan data dalam waktu singkat. Jika dibandingkan dengan
beberapa metode yang ada maka Software Image J merupakan perangkat terbaik
dalam melakukan penghitungan jumlah luas daun.
10. Tebal Daun (mm)
Pengukuran tebal daun dilakukan di akhir pengamatan dengan
menggunakan mikrometer sekrup digital.
11. Kadar Air Tajuk dan Kadar Air Akar
Perhiungan persentase kadar air tajuk dan kadar air akar menggunakan
rumus sebagai berikut:
Kadar Air (%) = x 100%
12.Rasio Tajuk dan Akar
Perhitungan rasio tajuk dan akar dilakukan pada akhir pengamatan. dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Rasio =
Berat awal – Berat akhir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Semai B. cylindrica
Karakteristik dan pertumbuhan akar semai B. cyilindrica yang berumur 5
bulan pada berbagai variasi salinitas di rumah kaca disajikan pada gambar di
bawah ini:
Gambar 1. Karakteristik dan Pertumbuhan Akar Semai B. cylindrica Umur 5 bulan di Rumah Kaca. Keterangan : 1, tap root; 2, lateral root
Berdasarkan Gambar 1 terlihat perbedaan pertumbuhan semai
B. cylindrica dari berbagai konsentrasi salinitas. Hasil yang diperoleh pada
Gambar 1 menunjukkan bahwa persentase salinitas terhadap pertumbuhan dan
perkembangan akar semai mangrove B. cylindrica menunjukkan perbedaan yang
nyata pada setiap pemberian salinitas pada umur 5 bulan. Rost (1996) menyatakan
bahwa sistem perakaran taproot pada flora umumnya ditemukan pada dikotil,
yang tersusun dari pusat perakaran dengan ukuran lebih besar disebut dengan tap
root atau akar utama. Diameter tap root lebih besar daripada lateral root atau akar
cabang dan pada umumnya pertumbuhan tap root lebih jauh ke dalam tanah.
kemudian bercabang dari tap root. Akar B. cylindrica diklasifikasikan menjadi 2
bagian, yaitu tap root dan lateral root (Pi dkk, 2009).
Persentase hidup dan mortalitas semai B. cylindrica di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase hidup dan mortalitas semai B. cylindrica
No. Perlakuan Persentase hidup (%) Mortalitas (%)
1. Salinitas 0 % 100 -
2. Salinitas 0,5% 100 -
3. Salinitas 1,5% 100 -
4. Salinitas 2 % 100 -
5. Salinitas 3 % 100 -
Tabel 1 menunjukkan persentase hidup semai B. cylindrica pada setiap
salinitas adalah 100 %. Sementara tidak ada semai yang mati pada penelitian yang
dilakukan. Sesuai dengan pernyataan Noor (2006) bahwa kadar salinitas optimum
untuk Bruguiera adalah < 2,5%. Jenis B. parviflora tumbuh optimum pada kadar
salinitas 2,0% sementara B. gymnorrhiza pada salinitas 1,0 – 2,5%. Hasil pada
penelitian ini menunjukkan bahwa B. cylindrica dapat tumbuh pada kadar
salinitas > 2,5% hanya saja pertumbuhannya agak lambat dan kurang optimal
yang disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan. Faktanya mangrove memiliki
kemampuan dalam beradaptasi pada lingkungan dengan kadar salinitas tinggi
maupun rendah. B. cylindrica dapat tumbuh dalam salinitas rendah ataupun tinggi.
Pertumbuhan semai B. cylindrica mencakup tinggi dan diameter.
Parameter ini merupakan visual yang terlihat jelas pada percobaan yang dilakukan
seperti tersaji pada gambar 2
Gambar 2. Respons tinggi semai (cm) B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons diameter semai (mm) B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05 dengan Uji Dunnet
Respons pertumbuhan tinggi dan diameter semai B. cylindrica umur 5
bulan terhadap salinitas terlihat pada gambar 2A. Pertumbuhan semai tertinggi
adalah pada salinitas 0% yaitu sebesar 10,64 cm sementara yang terendah adalah
sebesar 3,81 pada salinitas 3%. Hasil ini menunjukkan bahwa semai B. cylindrica
yang ditanam selama 5 bulan di rumah kaca tumbuh dengan baik. Perbedaan
konsentrasi salinitas jelas memberikan pengaruh yang berbeda terkait adaptasi
mangrove. Data ini merupakan penemuan baru untuk melengkapi data
petumbuhan tinggi semai jenis-jenis mangrove sehingga menjadi acuan untuk
penelitian yang lain. Penelitian serupa yang dilakukan Ramayani (2012) dengan
sampel mangrove C. tagal menunjukkan hasil semai tertinggi berada pada kadar
salinitas 0,5%. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik
dibandingkan dengan kontrol pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada perlakuan
salinitas 3%. Diameter batang semai seperti terlihat pada gambar 2B yang paling
besar pertumbuhannya adalah 3,13 mm pada salinitas 0% dan diameter pada
salinitas 3% adalah yang terendah yaitu sebesar 1,97 mm. Uji Dunnet
menunjukkan bahwa pemberian salinitas berpengaruh signifikan dengan kontrol
pada salinitas 3%. Fenomena diakibatkan karena konsentrasi garam yang yang
tinggi. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan semai menjadi stress sehingga
terhambat pertumbuhannya.
Tingkat salinitas terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter semai B.
cylindrica berbanding terbalik. Semakin tinggi tingkat salinitas maka diameter
dilakukan Departemen Kehutanan Royal (1997) bahwa pertumbuhan diameter B.
cyindrica tidak berbeda jauh dan tinggi yang mana akan berkorelasi dengan
perakaran. Pertumbuhan tinggi dan diameter semai B. cyindrica terhambat akibat
tingginya konsentrasi garam sehingga tidak mampu untuk mentoleransi garam
yang diserap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury (1995) bahwa setiap
jenis organisme mempunyai tingkat toleransi yang berbeda terhadap faktor
lingkungan termasuk terhadap konsentrasi salinitas garam yang tinggi.
Gambar 3. Respons jumlah daun semai B. cylindrica terhadap salinitas(A); Respons tebal daun semai B. cylindrica terhadap salinitas (B); Respons luas daun semai B. cylindrica terhadap salinitas (C). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05
dengan Uji Dunnet
Jumlah daun paling banyak sesuai gambar 3A pada penelitian ini adalah
pada salinitas 0% dan 0,5% sebanyak 7 helai daun. Jumlah daun dengan
pemberian salinitas 3% adalah yang paling sedikit dengan hasil hanya 3 daun.
Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dianding salinitas 0%
pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada perlakuan salinitas 3%. Nilai daun yang
merupakan hasil dari perlakuan salinitas 0% sementara daun yang paling tipis
bernilai 0,292 mm yaitu hasil perlakuan salinitas 3%. Pemberian salinitas
berpengaruh signifikan secara statistik dianding salinitas 0% pada P<0,05 dengan
uji Dunnet pada perlakuan salinitas 3%. Perhitungan luas daun menggunakan
software imageJ menghasilkan daun yang paling luas adalah pemberian salinitas
dengan kadar salinitas 2 % yaitu 40,95 cm2. Daun yang luasnya paling kecil
adalah hasil perlakuan salinitas dengan kadar 3% yaitu 13,87 cm2. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik dianding salinitas 0% pada
P<0,05 dengan uji Dunnet.
Perhitungan jumlah daun, tebal daun, dan luas daun menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat salinitas semakin rendah pula jumlah, tebal, dan luas daun
yang diperoleh. Struktur dari suatu tanaman yaitu ukuran daun yang lebih kecil
dipengaruhi oleh salinitas, sehingga kurangnya penyerapan hara dan air yang akan
menghambat laju fotosintesis. Pada akhirnya tanaman tersebut akan tumbuh
menjadi abnormal. Hal ini sesuai dengan penelitian Basyuni dkk (2014) yang
menyatakan bahwa tingkat salinitas akan mempengaruhi jumlah daun dari semai
R. stylosa dan A. marina dimana semakin tinggi salinitas maka semakin sedikit
jumlah daun. Harjadi dan Yahya (1988) menyatakan pengaruh salinitas terhadap
pertumbuhan dan perubahan struktur tanaman yaitu lebih kecilnya ukuran daun.
Sehingga penyerapan hara dan air yang berkurang akan menghambat laju
fotosintesis yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan akar merupakan pertumbuhan tanaman pada bagian di dalam
tanah. Penelitian yang dilakukan terbukti bahwa salinitas berpengaruh terhadap
akar B.cylindrica. Pertumbuhan akar semai B. cylindrica mencakup jumlah tap
root jumlah lateral root, panjang tap root, panjang lateral root, diameter tap root
dan diameter lateral root seperti yang dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini:
Gambar 4. Respons pertumbuhan jumlah tap root semai B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons pertumbuhan jumlah lateral root semai B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari 0% sampai 3% pada P<0,01 dan P>0,05 dengan uji Dunnet
Jumlah tap root semai yang paling tinggi seperti yang terlihat pada gambar
4A ditunjukkan pada salinitas 0%, yaitu 10 tap root dan jumlah tap root semai
yang paling sedikit atau terdapat pada perlakuan salinitas 3% yaitu hanya 1 tap
root. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan
salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada salinitas 3%.
Sedangkan hasil lain yang diperoleh untuk jumlah lateral root dengan jumlah
tertinggi adalah pada tingkat salinitas 0% yaitu sebanyak 93 akar lateral dan
perlakuan salinitas 3% menghasilkan akar lateral yang paling sedikit yaitu 2 akar
lateral. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan
Gambar 5. Respons pertumbuhan panjang tap root semai B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons pertumbuhan panjang lateral root semai B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari 0% sampai 3% pada P<0,01 dan P>0,05 dengan uji Dunnet
Panjang tap root semai tertinggi pada gambar 5A di tunjukkan oleh
salinitas 0%, yaitu 7 cm dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu 2 cm.
Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas
0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada salinitas 3%. Sedangkan untuk
lateral root yang paling panjang terdapat pada tingkat salinitas 0%; 0,5%; 1,5%
yaitu 3 cm dan terendah atau lateral root yang paling pendek adalah pada
perlakuan salinitas 3% yaitu sepanjang 1 cm. Pemberian salinitas berpengaruh
signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% pada P<0,05 dengan uji
Dunnet’s pada perlakuan salinitas 3%.
Gambar 6. Respons pertumbuhan diameter tap root semai B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons pertumbuhan diameter lateral root semai B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari 0% sampai 3% pada P<0,01 dan P>0,05 dengan uji Dunnet
Berdasarkan gambar 6A diketahui salinitas terbaik untuk pertumbuhan
terendah pada salinitas 3% yaitu 1,5 mm. Pemberian salinitas berpengaruh
signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05
dengan uji Dunnet pada salinitas 3%. Sedangkan untuk lateral root yang paling
panjang terdapat pada tingkat salinitas 0% yaitu 0,206 mm dan terendah pada
salinitas 3% yaitu 0,127 mm. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara
statistik dibandingkan salinitas 0% pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada
perlakuan salinitas 3%.
Hasil perhitungan jumlah, panjang, dan diameter akar semai B. Cylindrica
menunjukkan hubungannya dengan salinitas berbanding terbalik. Artinya tingkat
salinitas yang tinggi akan mengurangi dan menghambat pertumbuhan akar.
Sebaliknya salinitas yang rendah akan mendukung pertumbuhan akar semai.
meskipun demikian pemberian salinitas juga memberikan dampak yang signifikan
terhadap pertumbuhan akar. Sesuai dengan pernyataan Pessarakli (1993) bahwa
cekaman salinitas menyebabkan jumlah air pada tanaman semakin berkurang.
Stress air terus-menerus dimungkinkan dapat meningkatkan produksi metabolit
sekunder di daun dan akar B. cylindrica. Noor dkk (2006) juga menegaskan
untuk salinitas <2,5% petumbuhan B. cylindrica lebih optimal termasuk bagian
akar. Faktor lain juga dapat mempengaruhi seperti penelitian Simbolon (2013)
adalah intensitas naungan pada saat persemaian yang menyatakan intensitas
naungan terbaik untuk persemaian B. cylindrica adalah 50%.
Penelitian Keliat (2016) dengan spesies mangrove R. Apiculata
meunjukkan bahwa diameter dan jumlah akar berbanding terbalik. Sesuai dengan
hasil penelitian ini semakin sedikit jumlah akar maka diameter akar akan semakin
sedikit dan diameter akar yang besar begitu sebaliknya jika salinitasnya rendah.
Jumlah akar mangrove sangat dipengaruhi oleh lokasi tempat tumbuh serta dapat
merupakan indikasi dari kesesuaian mangrove terhadap tempat tumbuhnya.
Respons Salinitas Terhadap Biomassa Semai B. cylindrica.
Penelitian yang dilakukan selama 5 bulan dengan lokasi persemaian di
rumah kaca menunjukkan adanya pengaruh tingkat salinitas terhadap biomassa
semai B. Cylindrica. Hasil ini merupakan data yang diperoleh berdasakan
perhitungan kadar air akar, kadar air tajuk, rasio tajuk dan akar dapat di lihat pada
Gambar 7 dan Gambar 8 yang tertera di bawah ini:
Gambar 7. Respons kadar air akar semai B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons kadar air tajuk semai B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari 0% sampai 3% pada P<0,01
dan P>0,05 dengan uji Dunnet
Gambar 7A menunjukkan kadar air akar semai B. cylindrica tertinggi
adalah pada salinitas 1,5% yaitu 1,68% dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu
0,64%. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik
dibandingkan salinitas 0% pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada perlakuan. Pada
Gambar 7B untuk kadar air tajuk tertinggi adalah pada tingkat salinitas 1,5%
dengan kadar air sebesar 1,44% dan terendah pada salinitas 3% dengan kadar air
0,72%. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik
Gambar 8. Respons rasio akar dan tajuk semai B. cylindrica terhadap salinitas. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari 0% sampai 3% pada P<0,01
dan P>0,05 dengan uji Dunnet
Gambar 8 menunjukkan ratio tajuk dan akar semai B. cylindrica tertinggi di
tunjukkan pada salinitas 3% yaitu 3,01 dan yang terendah pada salinitas 0,5%
yaitu 1,41. Salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas
0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada perlakuan 2% dan 3%.
Rasio tajuk dan akar menunjukkan adanya pengaruh yang sejalan yaitu
pertumbuhan semai di atas tanah, yaitu daun pada semai B. cylindrica sejalan
dengan pertumbuhan organ di dalam tanah yaitu, akar. Penelitian serupa
dilakukan oleh Lubis (2016) dengan sampel mangrove C. tagal menunjukkan
hasil bahwa perbandingan tajuk akar mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan
suatu tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian tanaman lainya, dimana tajuk
akan meningkat secara ratio tajuk akar mengikuti peningkatan berat akar.
Menurut Basyuni dkk (2014) dengan sampel semai mangrove R. stylosa
semakin tinggi salinitas maka rasio akar dan tajuk semakin kecil. Namun pada
penelitian ini dengan sampel B. cylindrica tingkat salinitas yang tinggi justru
menghasilkan rasio terendah. Hal ini disebabkan kemampuan setiap tanaman yang
berbeda-beda dalam rasio akar dan tajuk. Klepper (1991) mengungkapkan bahwa
setiap tanaman mempunyai ciri khas yang berbeda untuk menggambarkan
organ tanaman dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis, sehingga
masing-masing organ tanaman dapat melakukan fungsinya secara normal.
Tabel 2. Koefisien Korelasi Parameter Pengamatan
Keterangan: D: diameter, T: Tinggi Semai, LD: Luas Daun, JD: Jumlah Daun, JTR: Jumlah Tap Root, JLR: Julah Lateral Root, PTR: Panjang Tap Root, PLR: Panjang Lateral Root, DRT: Diameter Tap Root, DLR: Diameter Lateral Root, KAA: Kadar Air Akar, KAT: Kadar Air Tajuk, RTA: Rasio Tajuk dan Akar. Rasio akar dan tajuk. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik korelasi yang signifikan pada P<0,05 dan tanda (**) mengindikasikan secara statistik sangat signifikan pada P<0,01.
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara
dua variabel (Harahab, 2009). Penggunaan analisis korelasi adalah untuk
mengukur tinggi rendahnya derajat hubungan antara variabel yang diteliti. Tinggi
rendahnya derajat hubungan antara variabel yang diteliti tersebut dapat dilihat dari
koefisien korelasi. Koefisien korelasi mendekati angka +1 mengindikasikan
terjadi hubungan positif yang erat, namun apabila mendekati angka –1
mengindikasikan terjadi hubungan negatif yang erat. Koefisien korelasi mendekati
angka 0 (nol) mengindikasikan bahwa hubungan kedua variabel adalah lemah atau
tidak erat. Dengan demikian nilai koefisien korelasi berada pada–1 ≤ r ≤ +1
(Kridalaksana dan Suryanto, 2014). Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui
nilai dari keeratan hubungan antara masing-masing parameter. Selanjutnya akan
diketahui keeratan hubungan antara parameter dengan parameter yang lain.
Terdapat dua macam label statistik akibat perolehan nilai P, yaitu tidak
dan dianggap tidak ada, berapa besarnya pun nilai tersebut. Signifikan berarti nilai
statistik tidak dapat diabaikan dan harus dianggap ada, berapa kecilnya pun nilai
statistik tersebut (Azwar, 2009).
Analisis koefisien korelasi menunjukkan perlakuan salinitas yang diberikan
berkorelasi positif terhadap tinggi, jumlah taproot, jumlah lateral root, panjang
tap root, panjang lateral root, diameter lateral root, dan kadar air akar semai
B.cylidrica. Hal ini dilihat dari koefisien korelasi yang bernilai positif. Perlakuan
salinitas berkorelasi negatif terhadap rasio tajuk dan akar semai B.cylidrica. Nilai
koefisien korelasi menunjukkan kekuatan korelasi yang lemah negatif, sehingga
hubungan variabel parameter rasio tajuk dan akar tidak terlalu sensitif terhadap
perubahan yang terjadi pada variabel salinitas (Sunyoto, 2012).
Supriharyono (2000) menyatakan bahwa spesies mangrove dapat tumbuh
pada salinitas yang ekstrim atau sangat tinggi, namun biasanya pertumbuhannya
kurang baik atau pendek-pendek. Heddy (2001) melaporkan bahwa analisis
pertumbuhan tanaman hanya dapat memberikan sedikit informasi tentang
proses-proses fisiologis yang mengatur reaksi tanaman terhadap faktor-faktor
lingkungan. Tabel 2 menunjukkan bahwa panjang lateral root berkorelasi positif
dan signifikan pada taraf 0,01 terhadap diameter, tinggi, luas daun, jumlah daun,
jumlah tap root, dan jumlah lateral root. Konteks ini menunjukkan bahwa
pertambahan panjang lateral root semai akan menyebabkan meningkatkannya
diameter, tinggi, luas daun, jumlah daun, jumlah tap root, dan jumlah lateral root
semai B.cylidrica. sementara. Dari tabel korelasi diatas tidak ada ditemukan nilai
korelasi (r = 0). Ini menunjukkan semua komponen variabel pada penelitian ini
Berikut ringkasan pertumbuhan terbaik dari setiap parameter
Tabel 3. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian pada tingkat salinitas.
Parameter Pengukuran semai Salinitas (%)
Tinggi (cm) 0
Jumlah lateral root 0
Panjang tap root (cm) 0
Panjang lateral root (cm) 0; 0,5 dan 1,5
Diameter tap root (mm) 0
Diameter lateral root (mm) 0
Kadar air akar (%) 1,5
Kadar air tajuk (%) 1,5
Ratio tajuk dan akar 3
Rata-rata pertumbuhan optimal dari setiap parameter untuk pertumbuhan
semai B. cylindrica terdapat pada salinitas 0%. Sesuai dengan pernyatan Noor dkk
(2006) bahwa salinitas optimum untuk tumbuhnya Bruguiera adalah < 2,5%.
Hasil penelitian pada tabel 3 ini menunjukkan pertumbuhan optimum jika berada
pada kadar salinitas 0% yang meliputi tinggi, diameter, jumlah daun, tebal daun,
luas daun, jumlah, panjang, diameter tap root maupun lateral root, kadar air akar
dan tajuk, serta rasio tajuk dan akar. Namun perlu dilakukan pemberian naungan
50% sesuai penelitian simbolon (2013) untuk mendapatkan pertumbuhan yang
lebih baik. Sementara itu faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah perlunya
dilakukan pemeraman propagul sebelum menuju tahap persemaian seperti
pernyataan Pasaribu (2013) bahwa pemeraman propagul berpengaruh nyata
terhadap tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, rasio akar dan tajuk semai
Dalam penelitiannya, Wong dkk (2007) telah mengidentifikasi dan
mengisolasi 126 cDNA gen yang membawa sifat toleransi salinitas dari akar
mangrove jenis B. cylindrica menggunakan suppression subtractive hybridization
(SSH) dan bacterial function screening. Sebanyak 75 rangkaian DNA pembawa
sifat toleransi terhadap salinitas berasosiasi dengan bakteri Escherichia coli
sehingga berfungsi mengoptimalkan transportasi, meningkatkan metabolisme, dan
fungsi lainnya sehingga tidak masalah menerima tekanan salinitas 2 %. Hasil ini
berhubungan dengan kemampuan B. cylindrica yang pada dasarnya tumbuh
optimal dalam salinitas 0%. Namun gen rangkaian cDNA yang beraosiasi dengan
bakteri E.coli menambah daya tahan dan membuat dapat dipahami bagaimana
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Semai B. cyindrica menunjukkan respons pertumbuhan terbaik pada
salintas 0% karena 85% parameter mengarah kepada pertumbuhan yang optimal.
Pemberian salinitas memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan
semai B.cylindrica terutama pada bagian akar. Salinitas yang tinggi
mengakibatkan pertumbuhan semai B.cylindrica terhambat.
Saran
Sebaiknya semai B. cylindrica diberi naungan 50% untuk pertumbuhan
yang lebih optimal dengan kadar salinitas 0%. Diperlukan penelitian lanjutan
untuk mengidentifikasi gen pembawa sifat yang membuat B. cylindrica mampu
bertahan dalam tekanan salinitas yang tinggi. Selain itu penelitian di lapangan
juga dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan pertumbuhan akar semai