• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Akar Semai Bruguiera Cylindrica Pada Berbagai Variasi Salinitas Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Akar Semai Bruguiera Cylindrica Pada Berbagai Variasi Salinitas Chapter III V"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penanaman propagul B. cylindrica dengan perlakuan berbagai variasi

salinitas selama 5 bulan dilakukan pada Mei 2015 sampai Oktober 2015 di rumah

kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Lokasi Pengambilan Sampel

Sampel penelitian berupa propagul B. cylindrica diambil dari hutan

mangrove di Pulau Sembilan. Pulau Sembilan merupakan nama salah satu desa

yang berada di gugusan pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Desa Pulau Sembilan

berdekatan dengan Selat Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di

Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan secara administrasi terletak di kecamatan

Pangkalan, Susu Kabupaten Langkat. Luas Pulau Sembilan 24,00 km2 atau 8.84% dari total luas kecamatan Pangkalan Susu. Di Pulau ini terdapat hutan mangrove

yang mengelilingi pulau dan tumbuh ekosistem pesisir. Kondisi air tanah masih

cukup baik dimana tidak ditemukan adanya air sumur yang asin atau terkena

intrusi air laut (BPS, 2010)

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah propagul B. cylindrica

yang sehat dan matang, bubuk garam komersial (marine salt), air tawar, pasir dari

(2)

botol plastik, cutter, jangka sorong, penggaris, ember, kamera, timbangan aplikasi

SAS 9.1, software image J, SPSS versi 22, dan alat tulis.

Prosedur Penelitian

1. Persiapan Media Tanam

Pasir disterilisasi untuk membunuh bakteri dan jamur yang hinggap

kemudian diisikan pada botol plastik sesuai jumlah masing-masing perlakuan dan

ulangan. Propagul B. cylindrica ditanam dan diberi salinitas yang bervariasi 0%,

0,5%, 1,5%, 2% dan 3% (sama dengan tingkatan air laut yaitu 15%, 45%, 60%,

90%).

Di dalam penelitian ini, salinitas ditentukan dari perbandingan massa

bubuk garam dengan massa larutan. Metode ini berdasarkan Fofonoff dan Lewis

(1979) dimana jenis garam yang dipakai adalah bubuk garam komersial (marine

salt). Untuk membuat konsentrasi salinitas 0%, 0,5%, 1,5%, 2% dan 3% dibuat

dengan melarutkan 5,66 g, 17 g, 22,6 g, dan 34 g bubuk garam komersial untuk 1

liter air. Salinitas adalah massa serbuk garam/massa larutan. Konsentrasi garam

pada setiap perlakuan pot diperiksa seminggu sekali selama percobaan dengan

hand refraktometer.

2. Pemilihan Propagul

Propagul B. cylindrica yang digunakan berasal dari pohon induk yang

berumur 5 tahun atau lebih. Propagul yang dipilih sebaiknya telah matang secara

fisiologi dengan warna propagul hijau kecoklatan dan sehat, tidak terserang oleh

hama dan penyakit.

(3)

Propagul B. cylindrica yang telah diseleksi ditanam ke dalam botol plastik

berisi media tanam yang telah disesuaikan dengan perlakuannya persentase

salinitas masing-masing.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan konsentrasi garam (salinitas) berdasarkan

salinitas yang ada di lapangan dengan masing-masing 5 ulangan :

a. Salinitas 0 %

b. Salinitas 0,5 %

c. Salinitas 1,5 %

d. Salinitas 2 %

e. Salinitas 3 %

Model linear RAL:

Yij = μ + τi + εij

Keterangan:

Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = nilai rataan umum (mean)

τi = pengaruh faktor perlakuan ke-i

εij = pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j

i = 1, 2, 3, 4, 5

(4)

Analisis data dilakukan dengan metode ANOVA (Analisis of Varians) satu

arah menggunakan uji Dunnett untuk perbandingan seluruh perlakuan salinitas

yang diberikan terhadap kontrol. Nilai P < 0,05 dan P < 0,01 dipakai sebagai batas

untuk menunjukkan pengaruh perlakuan. Uji statistik dilakukan memakai

software SAS versi 9.1. Korelasi parameter menggunakan SPSS versi 22.

Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan 5 bulan setelah tanam dan parameter yang diamati

adalah:

1. Persentase Hidup (%)

Persentase hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah semai

yang hidup dan jumlah biibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan

data dilakukan pada akhir pengamatan (Yusmaini dan Suharsi, 2008)

Persen Hidup (%) = x 100%

2. Mortalitas (%)

Kematian semai dihitung dengan membandingkan antara jumlah semai

yang mati dan jumlah semai yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data

dilakukan pada akhir pengamatan setelah 5 bulan

Mortalitas (%) = x 100%

3. Tinggi semai (cm)

Pengukuran tinggi semai menurut dilakukan dengan menggunakan

penggaris. Pengukuran dilakukan mulai dari bagian plumula sampai titik tumbuh

tertinggi semai B. cylindrica. Pengukuran tinggi dilakukan setelah pemanenan.

4. Diameter semai (cm)

Jumlah semai yang hidup

Jumlah propagul ditanam

Jumlah semai yang mati

(5)

Pengukuran diameter batang semai berdasarkan dilakukan dengan

menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan setelah pemanenan. Diameter

diukur tiga kali mulai dari bagian plumula, pertengahan batang, sampai titik

tumbuh tertinggi kemudian dihitung rata – ratanya B.cylindrica

5. Jumlah akar (cm)

Perhitungan jumlah akar dilakukan secara manual setelah pemanenan

semai B. cylindrica umur 5 bulan. Jumlah akar dihitung berdasarkan kedudukan

akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pi dkk

(2009), yang terdiri dari tap root dan lateral root.

6. Panjang akar

Pengukuran panjang akar dilakukan secara manual dengan menggunakan

mistar dan benang. Pengukuran panjang dilakukan setelah pemanenan semai

B. cylindrica pada 5 bulan. Panjang akar diukur berdasarkan kedudukan akar pada

sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pi dkk (2009).

7. Diameter akar (cm)

Pengukuran diameter dilakukan setelah pemanenan semai B. cylindrica

pada 5 bulan. Hasil dari diameter akar dapat memberikan informasi penting

hubungannya dengan ukuran pori tanah dan potensial penetrasi akar (Bohm,

1979). Pengukuran diameter akar dilakukan pada setiap tipe percabangan dengan

menggunakan jangka sorong Pi dkk (2009).

8. Jumlah Daun

Daun yang dihitung adalah yang telah membuka sempurna pada batang

semai. Perhitungan dilakukan secara manual Pengambilan data dilakukan

(6)

Berat Kering Tajuk

Berat Kering Akar 9. Luas Daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir pengamatan data. Perhitungan

luas daun menggunakan program komputer. Untuk melakukan perhitungan

terlebih dahulu daun digambar di kertas millimeter blok yang selanjutnya

dilakukan scanning pada gambar tersebut. Setelah di pindai maka gambar tersebut

dihitung dengan program image J sesuai penelitian oleh Easlon dan Bloom (2014)

bahwa hasil penghitungan perangkat ini akurat, software dapat diunduh secara

bebas, dan menghasilkan data dalam waktu singkat. Jika dibandingkan dengan

beberapa metode yang ada maka Software Image J merupakan perangkat terbaik

dalam melakukan penghitungan jumlah luas daun.

10. Tebal Daun (mm)

Pengukuran tebal daun dilakukan di akhir pengamatan dengan

menggunakan mikrometer sekrup digital.

11. Kadar Air Tajuk dan Kadar Air Akar

Perhiungan persentase kadar air tajuk dan kadar air akar menggunakan

rumus sebagai berikut:

Kadar Air (%) = x 100%

12.Rasio Tajuk dan Akar

Perhitungan rasio tajuk dan akar dilakukan pada akhir pengamatan. dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Rasio =

Berat awal – Berat akhir

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Semai B. cylindrica

Karakteristik dan pertumbuhan akar semai B. cyilindrica yang berumur 5

bulan pada berbagai variasi salinitas di rumah kaca disajikan pada gambar di

bawah ini:

Gambar 1. Karakteristik dan Pertumbuhan Akar Semai B. cylindrica Umur 5 bulan di Rumah Kaca. Keterangan : 1, tap root; 2, lateral root

Berdasarkan Gambar 1 terlihat perbedaan pertumbuhan semai

B. cylindrica dari berbagai konsentrasi salinitas. Hasil yang diperoleh pada

Gambar 1 menunjukkan bahwa persentase salinitas terhadap pertumbuhan dan

perkembangan akar semai mangrove B. cylindrica menunjukkan perbedaan yang

nyata pada setiap pemberian salinitas pada umur 5 bulan. Rost (1996) menyatakan

bahwa sistem perakaran taproot pada flora umumnya ditemukan pada dikotil,

yang tersusun dari pusat perakaran dengan ukuran lebih besar disebut dengan tap

root atau akar utama. Diameter tap root lebih besar daripada lateral root atau akar

cabang dan pada umumnya pertumbuhan tap root lebih jauh ke dalam tanah.

(8)

kemudian bercabang dari tap root. Akar B. cylindrica diklasifikasikan menjadi 2

bagian, yaitu tap root dan lateral root (Pi dkk, 2009).

Persentase hidup dan mortalitas semai B. cylindrica di sajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase hidup dan mortalitas semai B. cylindrica

No. Perlakuan Persentase hidup (%) Mortalitas (%)

1. Salinitas 0 % 100 -

2. Salinitas 0,5% 100 -

3. Salinitas 1,5% 100 -

4. Salinitas 2 % 100 -

5. Salinitas 3 % 100 -

Tabel 1 menunjukkan persentase hidup semai B. cylindrica pada setiap

salinitas adalah 100 %. Sementara tidak ada semai yang mati pada penelitian yang

dilakukan. Sesuai dengan pernyataan Noor (2006) bahwa kadar salinitas optimum

untuk Bruguiera adalah < 2,5%. Jenis B. parviflora tumbuh optimum pada kadar

salinitas 2,0% sementara B. gymnorrhiza pada salinitas 1,0 – 2,5%. Hasil pada

penelitian ini menunjukkan bahwa B. cylindrica dapat tumbuh pada kadar

salinitas > 2,5% hanya saja pertumbuhannya agak lambat dan kurang optimal

yang disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan. Faktanya mangrove memiliki

kemampuan dalam beradaptasi pada lingkungan dengan kadar salinitas tinggi

maupun rendah. B. cylindrica dapat tumbuh dalam salinitas rendah ataupun tinggi.

Pertumbuhan semai B. cylindrica mencakup tinggi dan diameter.

Parameter ini merupakan visual yang terlihat jelas pada percobaan yang dilakukan

seperti tersaji pada gambar 2

(9)

Gambar 2. Respons tinggi semai (cm) B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons diameter semai (mm) B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05 dengan Uji Dunnet

Respons pertumbuhan tinggi dan diameter semai B. cylindrica umur 5

bulan terhadap salinitas terlihat pada gambar 2A. Pertumbuhan semai tertinggi

adalah pada salinitas 0% yaitu sebesar 10,64 cm sementara yang terendah adalah

sebesar 3,81 pada salinitas 3%. Hasil ini menunjukkan bahwa semai B. cylindrica

yang ditanam selama 5 bulan di rumah kaca tumbuh dengan baik. Perbedaan

konsentrasi salinitas jelas memberikan pengaruh yang berbeda terkait adaptasi

mangrove. Data ini merupakan penemuan baru untuk melengkapi data

petumbuhan tinggi semai jenis-jenis mangrove sehingga menjadi acuan untuk

penelitian yang lain. Penelitian serupa yang dilakukan Ramayani (2012) dengan

sampel mangrove C. tagal menunjukkan hasil semai tertinggi berada pada kadar

salinitas 0,5%. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik

dibandingkan dengan kontrol pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada perlakuan

salinitas 3%. Diameter batang semai seperti terlihat pada gambar 2B yang paling

besar pertumbuhannya adalah 3,13 mm pada salinitas 0% dan diameter pada

salinitas 3% adalah yang terendah yaitu sebesar 1,97 mm. Uji Dunnet

menunjukkan bahwa pemberian salinitas berpengaruh signifikan dengan kontrol

pada salinitas 3%. Fenomena diakibatkan karena konsentrasi garam yang yang

tinggi. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan semai menjadi stress sehingga

terhambat pertumbuhannya.

Tingkat salinitas terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter semai B.

cylindrica berbanding terbalik. Semakin tinggi tingkat salinitas maka diameter

(10)

dilakukan Departemen Kehutanan Royal (1997) bahwa pertumbuhan diameter B.

cyindrica tidak berbeda jauh dan tinggi yang mana akan berkorelasi dengan

perakaran. Pertumbuhan tinggi dan diameter semai B. cyindrica terhambat akibat

tingginya konsentrasi garam sehingga tidak mampu untuk mentoleransi garam

yang diserap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury (1995) bahwa setiap

jenis organisme mempunyai tingkat toleransi yang berbeda terhadap faktor

lingkungan termasuk terhadap konsentrasi salinitas garam yang tinggi.

Gambar 3. Respons jumlah daun semai B. cylindrica terhadap salinitas(A); Respons tebal daun semai B. cylindrica terhadap salinitas (B); Respons luas daun semai B. cylindrica terhadap salinitas (C). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05

dengan Uji Dunnet

Jumlah daun paling banyak sesuai gambar 3A pada penelitian ini adalah

pada salinitas 0% dan 0,5% sebanyak 7 helai daun. Jumlah daun dengan

pemberian salinitas 3% adalah yang paling sedikit dengan hasil hanya 3 daun.

Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dianding salinitas 0%

pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada perlakuan salinitas 3%. Nilai daun yang

(11)

merupakan hasil dari perlakuan salinitas 0% sementara daun yang paling tipis

bernilai 0,292 mm yaitu hasil perlakuan salinitas 3%. Pemberian salinitas

berpengaruh signifikan secara statistik dianding salinitas 0% pada P<0,05 dengan

uji Dunnet pada perlakuan salinitas 3%. Perhitungan luas daun menggunakan

software imageJ menghasilkan daun yang paling luas adalah pemberian salinitas

dengan kadar salinitas 2 % yaitu 40,95 cm2. Daun yang luasnya paling kecil

adalah hasil perlakuan salinitas dengan kadar 3% yaitu 13,87 cm2. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik dianding salinitas 0% pada

P<0,05 dengan uji Dunnet.

Perhitungan jumlah daun, tebal daun, dan luas daun menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat salinitas semakin rendah pula jumlah, tebal, dan luas daun

yang diperoleh. Struktur dari suatu tanaman yaitu ukuran daun yang lebih kecil

dipengaruhi oleh salinitas, sehingga kurangnya penyerapan hara dan air yang akan

menghambat laju fotosintesis. Pada akhirnya tanaman tersebut akan tumbuh

menjadi abnormal. Hal ini sesuai dengan penelitian Basyuni dkk (2014) yang

menyatakan bahwa tingkat salinitas akan mempengaruhi jumlah daun dari semai

R. stylosa dan A. marina dimana semakin tinggi salinitas maka semakin sedikit

jumlah daun. Harjadi dan Yahya (1988) menyatakan pengaruh salinitas terhadap

pertumbuhan dan perubahan struktur tanaman yaitu lebih kecilnya ukuran daun.

Sehingga penyerapan hara dan air yang berkurang akan menghambat laju

fotosintesis yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan tanaman.

(12)

Pertumbuhan akar merupakan pertumbuhan tanaman pada bagian di dalam

tanah. Penelitian yang dilakukan terbukti bahwa salinitas berpengaruh terhadap

akar B.cylindrica. Pertumbuhan akar semai B. cylindrica mencakup jumlah tap

root jumlah lateral root, panjang tap root, panjang lateral root, diameter tap root

dan diameter lateral root seperti yang dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini:

Gambar 4. Respons pertumbuhan jumlah tap root semai B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons pertumbuhan jumlah lateral root semai B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari 0% sampai 3% pada P<0,01 dan P>0,05 dengan uji Dunnet

Jumlah tap root semai yang paling tinggi seperti yang terlihat pada gambar

4A ditunjukkan pada salinitas 0%, yaitu 10 tap root dan jumlah tap root semai

yang paling sedikit atau terdapat pada perlakuan salinitas 3% yaitu hanya 1 tap

root. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan

salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada salinitas 3%.

Sedangkan hasil lain yang diperoleh untuk jumlah lateral root dengan jumlah

tertinggi adalah pada tingkat salinitas 0% yaitu sebanyak 93 akar lateral dan

perlakuan salinitas 3% menghasilkan akar lateral yang paling sedikit yaitu 2 akar

lateral. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan

(13)

Gambar 5. Respons pertumbuhan panjang tap root semai B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons pertumbuhan panjang lateral root semai B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari 0% sampai 3% pada P<0,01 dan P>0,05 dengan uji Dunnet

Panjang tap root semai tertinggi pada gambar 5A di tunjukkan oleh

salinitas 0%, yaitu 7 cm dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu 2 cm.

Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas

0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada salinitas 3%. Sedangkan untuk

lateral root yang paling panjang terdapat pada tingkat salinitas 0%; 0,5%; 1,5%

yaitu 3 cm dan terendah atau lateral root yang paling pendek adalah pada

perlakuan salinitas 3% yaitu sepanjang 1 cm. Pemberian salinitas berpengaruh

signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% pada P<0,05 dengan uji

Dunnet’s pada perlakuan salinitas 3%.

Gambar 6. Respons pertumbuhan diameter tap root semai B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons pertumbuhan diameter lateral root semai B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari 0% sampai 3% pada P<0,01 dan P>0,05 dengan uji Dunnet

Berdasarkan gambar 6A diketahui salinitas terbaik untuk pertumbuhan

(14)

terendah pada salinitas 3% yaitu 1,5 mm. Pemberian salinitas berpengaruh

signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05

dengan uji Dunnet pada salinitas 3%. Sedangkan untuk lateral root yang paling

panjang terdapat pada tingkat salinitas 0% yaitu 0,206 mm dan terendah pada

salinitas 3% yaitu 0,127 mm. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara

statistik dibandingkan salinitas 0% pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada

perlakuan salinitas 3%.

Hasil perhitungan jumlah, panjang, dan diameter akar semai B. Cylindrica

menunjukkan hubungannya dengan salinitas berbanding terbalik. Artinya tingkat

salinitas yang tinggi akan mengurangi dan menghambat pertumbuhan akar.

Sebaliknya salinitas yang rendah akan mendukung pertumbuhan akar semai.

meskipun demikian pemberian salinitas juga memberikan dampak yang signifikan

terhadap pertumbuhan akar. Sesuai dengan pernyataan Pessarakli (1993) bahwa

cekaman salinitas menyebabkan jumlah air pada tanaman semakin berkurang.

Stress air terus-menerus dimungkinkan dapat meningkatkan produksi metabolit

sekunder di daun dan akar B. cylindrica. Noor dkk (2006) juga menegaskan

untuk salinitas <2,5% petumbuhan B. cylindrica lebih optimal termasuk bagian

akar. Faktor lain juga dapat mempengaruhi seperti penelitian Simbolon (2013)

adalah intensitas naungan pada saat persemaian yang menyatakan intensitas

naungan terbaik untuk persemaian B. cylindrica adalah 50%.

Penelitian Keliat (2016) dengan spesies mangrove R. Apiculata

meunjukkan bahwa diameter dan jumlah akar berbanding terbalik. Sesuai dengan

hasil penelitian ini semakin sedikit jumlah akar maka diameter akar akan semakin

(15)

sedikit dan diameter akar yang besar begitu sebaliknya jika salinitasnya rendah.

Jumlah akar mangrove sangat dipengaruhi oleh lokasi tempat tumbuh serta dapat

merupakan indikasi dari kesesuaian mangrove terhadap tempat tumbuhnya.

Respons Salinitas Terhadap Biomassa Semai B. cylindrica.

Penelitian yang dilakukan selama 5 bulan dengan lokasi persemaian di

rumah kaca menunjukkan adanya pengaruh tingkat salinitas terhadap biomassa

semai B. Cylindrica. Hasil ini merupakan data yang diperoleh berdasakan

perhitungan kadar air akar, kadar air tajuk, rasio tajuk dan akar dapat di lihat pada

Gambar 7 dan Gambar 8 yang tertera di bawah ini:

Gambar 7. Respons kadar air akar semai B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons kadar air tajuk semai B. cylindrica terhadap salinitas (B). Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari 0% sampai 3% pada P<0,01

dan P>0,05 dengan uji Dunnet

Gambar 7A menunjukkan kadar air akar semai B. cylindrica tertinggi

adalah pada salinitas 1,5% yaitu 1,68% dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu

0,64%. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik

dibandingkan salinitas 0% pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada perlakuan. Pada

Gambar 7B untuk kadar air tajuk tertinggi adalah pada tingkat salinitas 1,5%

dengan kadar air sebesar 1,44% dan terendah pada salinitas 3% dengan kadar air

0,72%. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik

(16)

Gambar 8. Respons rasio akar dan tajuk semai B. cylindrica terhadap salinitas. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari 0% sampai 3% pada P<0,01

dan P>0,05 dengan uji Dunnet

Gambar 8 menunjukkan ratio tajuk dan akar semai B. cylindrica tertinggi di

tunjukkan pada salinitas 3% yaitu 3,01 dan yang terendah pada salinitas 0,5%

yaitu 1,41. Salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas

0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet pada perlakuan 2% dan 3%.

Rasio tajuk dan akar menunjukkan adanya pengaruh yang sejalan yaitu

pertumbuhan semai di atas tanah, yaitu daun pada semai B. cylindrica sejalan

dengan pertumbuhan organ di dalam tanah yaitu, akar. Penelitian serupa

dilakukan oleh Lubis (2016) dengan sampel mangrove C. tagal menunjukkan

hasil bahwa perbandingan tajuk akar mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan

suatu tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian tanaman lainya, dimana tajuk

akan meningkat secara ratio tajuk akar mengikuti peningkatan berat akar.

Menurut Basyuni dkk (2014) dengan sampel semai mangrove R. stylosa

semakin tinggi salinitas maka rasio akar dan tajuk semakin kecil. Namun pada

penelitian ini dengan sampel B. cylindrica tingkat salinitas yang tinggi justru

menghasilkan rasio terendah. Hal ini disebabkan kemampuan setiap tanaman yang

berbeda-beda dalam rasio akar dan tajuk. Klepper (1991) mengungkapkan bahwa

setiap tanaman mempunyai ciri khas yang berbeda untuk menggambarkan

(17)

organ tanaman dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis, sehingga

masing-masing organ tanaman dapat melakukan fungsinya secara normal.

Tabel 2. Koefisien Korelasi Parameter Pengamatan

Keterangan: D: diameter, T: Tinggi Semai, LD: Luas Daun, JD: Jumlah Daun, JTR: Jumlah Tap Root, JLR: Julah Lateral Root, PTR: Panjang Tap Root, PLR: Panjang Lateral Root, DRT: Diameter Tap Root, DLR: Diameter Lateral Root, KAA: Kadar Air Akar, KAT: Kadar Air Tajuk, RTA: Rasio Tajuk dan Akar. Rasio akar dan tajuk. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik korelasi yang signifikan pada P<0,05 dan tanda (**) mengindikasikan secara statistik sangat signifikan pada P<0,01.

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara

dua variabel (Harahab, 2009). Penggunaan analisis korelasi adalah untuk

mengukur tinggi rendahnya derajat hubungan antara variabel yang diteliti. Tinggi

rendahnya derajat hubungan antara variabel yang diteliti tersebut dapat dilihat dari

koefisien korelasi. Koefisien korelasi mendekati angka +1 mengindikasikan

terjadi hubungan positif yang erat, namun apabila mendekati angka –1

mengindikasikan terjadi hubungan negatif yang erat. Koefisien korelasi mendekati

angka 0 (nol) mengindikasikan bahwa hubungan kedua variabel adalah lemah atau

tidak erat. Dengan demikian nilai koefisien korelasi berada pada–1 ≤ r ≤ +1

(Kridalaksana dan Suryanto, 2014). Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui

nilai dari keeratan hubungan antara masing-masing parameter. Selanjutnya akan

diketahui keeratan hubungan antara parameter dengan parameter yang lain.

Terdapat dua macam label statistik akibat perolehan nilai P, yaitu tidak

(18)

dan dianggap tidak ada, berapa besarnya pun nilai tersebut. Signifikan berarti nilai

statistik tidak dapat diabaikan dan harus dianggap ada, berapa kecilnya pun nilai

statistik tersebut (Azwar, 2009).

Analisis koefisien korelasi menunjukkan perlakuan salinitas yang diberikan

berkorelasi positif terhadap tinggi, jumlah taproot, jumlah lateral root, panjang

tap root, panjang lateral root, diameter lateral root, dan kadar air akar semai

B.cylidrica. Hal ini dilihat dari koefisien korelasi yang bernilai positif. Perlakuan

salinitas berkorelasi negatif terhadap rasio tajuk dan akar semai B.cylidrica. Nilai

koefisien korelasi menunjukkan kekuatan korelasi yang lemah negatif, sehingga

hubungan variabel parameter rasio tajuk dan akar tidak terlalu sensitif terhadap

perubahan yang terjadi pada variabel salinitas (Sunyoto, 2012).

Supriharyono (2000) menyatakan bahwa spesies mangrove dapat tumbuh

pada salinitas yang ekstrim atau sangat tinggi, namun biasanya pertumbuhannya

kurang baik atau pendek-pendek. Heddy (2001) melaporkan bahwa analisis

pertumbuhan tanaman hanya dapat memberikan sedikit informasi tentang

proses-proses fisiologis yang mengatur reaksi tanaman terhadap faktor-faktor

lingkungan. Tabel 2 menunjukkan bahwa panjang lateral root berkorelasi positif

dan signifikan pada taraf 0,01 terhadap diameter, tinggi, luas daun, jumlah daun,

jumlah tap root, dan jumlah lateral root. Konteks ini menunjukkan bahwa

pertambahan panjang lateral root semai akan menyebabkan meningkatkannya

diameter, tinggi, luas daun, jumlah daun, jumlah tap root, dan jumlah lateral root

semai B.cylidrica. sementara. Dari tabel korelasi diatas tidak ada ditemukan nilai

korelasi (r = 0). Ini menunjukkan semua komponen variabel pada penelitian ini

(19)

Berikut ringkasan pertumbuhan terbaik dari setiap parameter

Tabel 3. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian pada tingkat salinitas.

Parameter Pengukuran semai Salinitas (%)

Tinggi (cm) 0

Jumlah lateral root 0

Panjang tap root (cm) 0

Panjang lateral root (cm) 0; 0,5 dan 1,5

Diameter tap root (mm) 0

Diameter lateral root (mm) 0

Kadar air akar (%) 1,5

Kadar air tajuk (%) 1,5

Ratio tajuk dan akar 3

Rata-rata pertumbuhan optimal dari setiap parameter untuk pertumbuhan

semai B. cylindrica terdapat pada salinitas 0%. Sesuai dengan pernyatan Noor dkk

(2006) bahwa salinitas optimum untuk tumbuhnya Bruguiera adalah < 2,5%.

Hasil penelitian pada tabel 3 ini menunjukkan pertumbuhan optimum jika berada

pada kadar salinitas 0% yang meliputi tinggi, diameter, jumlah daun, tebal daun,

luas daun, jumlah, panjang, diameter tap root maupun lateral root, kadar air akar

dan tajuk, serta rasio tajuk dan akar. Namun perlu dilakukan pemberian naungan

50% sesuai penelitian simbolon (2013) untuk mendapatkan pertumbuhan yang

lebih baik. Sementara itu faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah perlunya

dilakukan pemeraman propagul sebelum menuju tahap persemaian seperti

pernyataan Pasaribu (2013) bahwa pemeraman propagul berpengaruh nyata

terhadap tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, rasio akar dan tajuk semai

(20)

Dalam penelitiannya, Wong dkk (2007) telah mengidentifikasi dan

mengisolasi 126 cDNA gen yang membawa sifat toleransi salinitas dari akar

mangrove jenis B. cylindrica menggunakan suppression subtractive hybridization

(SSH) dan bacterial function screening. Sebanyak 75 rangkaian DNA pembawa

sifat toleransi terhadap salinitas berasosiasi dengan bakteri Escherichia coli

sehingga berfungsi mengoptimalkan transportasi, meningkatkan metabolisme, dan

fungsi lainnya sehingga tidak masalah menerima tekanan salinitas 2 %. Hasil ini

berhubungan dengan kemampuan B. cylindrica yang pada dasarnya tumbuh

optimal dalam salinitas 0%. Namun gen rangkaian cDNA yang beraosiasi dengan

bakteri E.coli menambah daya tahan dan membuat dapat dipahami bagaimana

(21)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Semai B. cyindrica menunjukkan respons pertumbuhan terbaik pada

salintas 0% karena 85% parameter mengarah kepada pertumbuhan yang optimal.

Pemberian salinitas memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

semai B.cylindrica terutama pada bagian akar. Salinitas yang tinggi

mengakibatkan pertumbuhan semai B.cylindrica terhambat.

Saran

Sebaiknya semai B. cylindrica diberi naungan 50% untuk pertumbuhan

yang lebih optimal dengan kadar salinitas 0%. Diperlukan penelitian lanjutan

untuk mengidentifikasi gen pembawa sifat yang membuat B. cylindrica mampu

bertahan dalam tekanan salinitas yang tinggi. Selain itu penelitian di lapangan

juga dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan pertumbuhan akar semai

Gambar

Gambar 1. Karakteristik dan Pertumbuhan Akar Semai B. cylindrica Umur 5 bulan di Rumah Kaca
Tabel 1. Persentase hidup dan mortalitas semai B. cylindrica
Gambar 3.  Respons jumlah daun semai B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons tebal daun semai B
Gambar 4. Respons pertumbuhan jumlah tap root semai  B. cylindrica terhadap salinitas (A); Respons pertumbuhan jumlah lateral root semai B
+6

Referensi

Dokumen terkait

i ¥ and hedge your exchange rate risk by selling the future value of the Japanese investment forward.. McGraw-Hill/Irwin. IRP and Covered

golongan ruang Il/b sampai dengan Pustakawan Penyelia pangkat Penata, golongan ruang III/c dan Pustakawan Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan

[r]

Pengumuman juga diumumkan pada aplikasi SPSE kota Banjarmasin. Pokja

5.3-3 Pada pola data aktual yang disajikan memuat unsur trend, hasil analisis yang disajikan menunjukan bahwa Metode Pemulusan Eksponensial Ganda, Dua-Parameter dari Holt,

Pertama-tama saya mengajak kita semua untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih dan Penyayang karena atas karunia dan rahmat-Nya kita bisa

Hasil dari penelitian ini adalah software sensor pendeteksi isyarat telapak tangan berhasil dibuat dengan menghasilkan jarak efektif pendeteksian objek adalah 80 cm

Maksud penelitian ini adalah memeriksa kehadiran Salmonella dan bakteri coliform pada beberapa sushi yang dijual pada beberapa tempat di kota Bandung.. Tujuan dari penelitian