• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan serta Strategi Pengembangan Kambing Potong pada Kelompok Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pendapatan serta Strategi Pengembangan Kambing Potong pada Kelompok Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai Chapter III V"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2016. Lokasi penelitian adalah di kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

Metode Penentuan Sampel

(2)

sebagai sampel (responden). Adapun pengambilan sampel responden pada kelompok peternak dilakukan dengan menggunakan metode sampel. Jumlah responden peternak pada kelompok peternak yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 responden pada setiap kecamatan, sehingga jumlah responden untuk kelompok peternak adalah 90 orang.

Penentuan sampel penelitian berdasarkan Arikunto, S (2002) yang menyatakan : “Apabila subjeknya kurang dari 100, diambil semua sekaligus

sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika jumlah subjek besar maka dapat diambil 20-30 persen peternak untuk dijadikan sampel.

Menurut Wirartha (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30% sudah dapat mewakili populasi. Jika jumlah subjek besar maka dapat diambil 20-30 persen peternak untuk dijadikan sampel. Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian daftar kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait. Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan diolah dan ditabulasi.

(3)

Tabel 2. Populasi Peternak pada Kelompok Peternak yang Dikumpulkan Dalam Penelitian

No Kecamatan Populasi Peternak Sampel

(Orang) (Orang)

1 Dolok Masihul 109 30

2 Pegajahan 102 30

3 Dolok Merawan 105 30

Jumlah 316 90

Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang Bedagai (2015)

Pengumpulan Data dan Informasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh diperoleh langsung dari monitoring responden melalui wawancara dan pengisian daftar kuisioner yang telah disusun sebelumnya. Persyaratan responden dalam penelitian ini adalah para kelompok peternak di kabupaten serdang bedagai. Data tersebut meliputi umur peternak, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pengalaman beternak, keikutsertaan dalam pelatihan, pelaksanaan pencatatan (recording), penjualan kambing betina produktif dan jumlah ternak kambing potong yang dipelihara peternak.

(4)

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahap analisis yaitu :

Analisis Deskriptif

Mengetahui faktor produksi/input (bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja) kelompok peternak menggunakan analisis deskriptif.

Analisis Pendapatan

Pendapatan kelompok peternak dihitung dengan dengan rumus :

Keterangan:

Pd = Adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak kambing potong (rupiah/tahun)

TR = Adalah total penerimaan yang diperoleh peternak kambing potong (rupiah/tahun)

TC = Adalah biaya yang dikeluarkan peternak kambing potong (rupiah/tahun) (Soekartawi, 2003).

Analisis Perbandingan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Analisis R/C Rasio merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Menurut Rahim dan Hastuti (2007) yaitu :

Pd = TR – TC

(5)

Keterangan:

R/C Rasio = Revenue Cost Rasio

TR = Total revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)

Dengan kriteria:

Jika R/C < 1 usaha mengalami kerugian/layak

Jika R/C > 1 usaha mengalami keuntungan/tidak layak Jika R/C = 1 usaha mengalami titik impas

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan pada Kelompok

Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai.

Analisis faktor-faktor produksi ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan output dengan input atau faktor produksinya. Menurut Soekartawi et al., (2002), pemilihan model produksi hendaknya dapat memenuhi syarat berikut : (1) dapat dipertanggung jawabkan; (2) mempunyai dasar logis secara fisik maupun ekonomis; (3) mudah dianalisis; (4) mempunyai implikasi ekonomi.

(6)

Keterangan :

Y = Pendapatan Peternak (Rp/tahun) a = Konstanta

X1 = Biaya Bibit (Rp/Tahun) X2 = Biaya Tetap (Rp/Tahun) X3 = Biaya Variabel (Rp/Tahun)

X4 = Harga Penjualan Ternak Kambing dan Kompos (Rp/Tahun) µ = Error

Alasan pemilihan persamaan model fungsi Cobb-Douglas dalam penelitian ini karena model fungsi ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

1) Penyelesaian fungsi produksi relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain, karena dapat diubah ke dalam bentuk linier.

2) Hasil pendugaan garis fungsi akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukan elastisitas.

3) Besaran elastisitas tersebut juga sekaligus menunjukan return to scale.

Sebelum melakukan analisis maka harus ditentukan terlebih dahulu faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi pendapatan peternak pada kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi pendapatan peternak pada kelompok peternak yaitu:

(7)

Biaya Bibit (Rp/Tahun)

Biaya bibit adalah biaya diperhitungkan dalam pembelian bibit ternak pada setiap awal tahun. Biaya bibit diduga memiliki hubungan terhadap pendapatan peternak.

Biaya Tetap (Rp/Tahun)

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang sifatnya tetap tidak tergantung dari besar kecilnya produksi. biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya penyusutan kandang dan biaya peralatan. Biaya-biaya ini diduga memiliki hubungan terhadap pendapatan peternak.

Biaya Variabel (Rp/Tahun)

Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecinya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh yang terdiri dari biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya tenaga kerja, biaya listrik dan biaya transportasi. Biaya-biaya ini diduga memiliki hubungan terhadap pendapatan peternak.

Harga penjualan ternak kambing (Rp/Tahun)

(8)

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang terdiri dari :

Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengetahui normal tidaknya distribusi faktor gangguan (residual). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik adalah dengan grafik histogram dan melihat normal probability plot yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Sedangkan uji statistik dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewnes.

Uji Multikolinieritas

Interpretasi dari persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi. Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas, maka akan menimbulkan beberapa akibat, untuk itu perlu dideteksi multikolinieritas dengan besaran-besaran regresi yang didapat, yakni :

a) Variasi besar (dari taksiran OLS)

(9)

c) Uji-t tidak signifikan. Suatu variabel bebas yang signifikan baik secara subtansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana, bisa tidak signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila standar error terlalu besar, maka besar pula kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak signifikan

d) R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari uji-t.

e) Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga tidak menyesatkan interpretasi.

Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot. Dasar analisisnya dapat dilihat :

a) Jika titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian memyempit) maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu y maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Uji Kesesuaian

(10)

variabel tidak bebas yang dijelaskan oleh variabel yang menjelaskan. R2 ini mempunyai jangkauan antara 0 dan 1, semakin dekat ke 1 maka semakin baik kesesuiannya.

Pengujian satistik dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-test) dan uji-F (F test) serta perhitungan nilai koefisien determinasi R2. Uji-t dimaksud untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Sedangkan uji-F dimaksudkan untuk mengetahui signikasi statistik koefisien regresi secara bersama. Koefisien determinasi R2 bertujuan untuk melihat kekuatan variabel bebas menjelaskan variabel tidak bebas.

a) Jika F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima H1 ditolak yang artinya variabel independen yang diuji secara simultan tidak mempengaruhi variabel dependen, dengan kata lain variabel independen tidak signifikan pada tingkat kepercayaan α tertentu jika F- hitung < F-tabel (α = 0,05).

b) Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak H1 diterima yang artinya, variabel independen yang diuji secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen, dengan kata lain variabel independen signifikan pada tingkat kepercayaan α tertentu jika F- hitung > F-tabel (α = 0,05).

c) Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima H1 ditolak yang artinya variabel independen yang diuji secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen, dengan kata lain variabel independen tidak signifikan pada tingkat kepercayaan α tertentu jika t- hitung < t-tabel (α = 0,05).

(11)

dengan kata lain variabel independen signifikan pada tingkat kepercayaan α tertentu jika t- hitung > t-tabel (α = 0,05).

Tahapan Perencanaan Strategis

Proses penyusunan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahapan analisis, yaitu tahap masukan, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Pada penyusunan strategis ini dilakukan pertemuan bersama dengan para pejabat dari Dinas Pertanian dan Peternakan, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serdang Bedagai serta pihak yang terkait lainnya seperti ketua/pengurus kelompok peternak untuk menyusun faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan eksternal (peluang dana ncaman) peternak kambing potong di Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk jelasnya, proses penyusunan perencanaan strategis dapat dilihat pada kerangka formulasi strategis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Kerangka Penyusunan Formula Strategis.

(12)

Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Matriks IFAS digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal usahaternak sedangkan matriks EFAS digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membentuk matriks IFAS dan EFAS terdiri dari:

1. Faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta faktor ekternal yang menjadi peluang dan ancaman ditempatkan pada kolom pertama

2. Memberikan bobot terhadap faktor-faktor tersebut. Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan nilai bobot variabel strategis dari faktor eksternal dan internal tersebut kepada pihak usaha ternak. Bobot yang diperoleh berada pada kisaran antara 0,0 (tidak penting), sampai 1,0 (terpenting) pada setiap variabel. Bobot yang diberikan pada setiap variabel menunjukkan kepentingan relatif dari variabel tersebut terhadap keberhasilan perkembangan usaha ternak. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0. Bobot tersebut diberikan berdasarkan keadaan usaha ternak.

(13)

bersifat positif menggunakan skala 1 = peluang kecil, 2 = peluang sedang, 3 = peluang peluang tinggi, dan 4 = peluang sangat tinggi. Sedangkan ancaman yang bersifat negatif (-) merupakan kebalikan dari skala peluang, yaitu: 1 = ancaman sangat besar, 2 = ancaman besar, 3 = ancaman sedang, 4 = ancaman kecil.

4. Mengalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan skor.

5. Menjumlah skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan.

Analisis SWOT

(14)

Tabel 4. Matrik SWOT

Rangkuti (2001) menyatakan bahwa analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor – faktor kekuatan dan kelemahan dalam perusahaan serta peluang dan ancaman lingkungan luar untuk menghasilkan empat jenis alternatif strategi yaitu :

Strategi S-O = Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

(15)

Strategi S-T = Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Strategi W-T = Merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman.

Matrik Grand Strategi

Matrik Grand Strategi ini digunakan agar diperoleh koordinat posisi strategi yang akan digunakan. Koordinat ditentukan dari skor faktor strategi internal dan eksternal. Untuk lebih jelas dapat dilihat Gambar 1 dibawah ini.

Peluang

2. Turnaround 1. Agresif

Kelemahan Kekuatan

3.Difensif 4. Diversifikasi

Ancaman

Gambar 2. Penentuan Matrik Grand strategi

Keterangan :

Kuadran 1 : Strategi Agresif yaitu strategi memanfaatkan kekuatan untuk meraih peluang yang ada.

(16)

Kuadran 3 : Strategi Difensif yaitu strategi berusaha menghindari ancaman dan meminimalkan kelemahan yang ada.

Kuadran 4 : Strategi Diversifikasi yaitu strategi mengatasi ancaman dengan meraih peluang yang ada.

Tahap Pengambilan Keputusan

Setelah tahapan-tahapan terdahulu dibuat dan dianalisis, maka tahap selanjutnya disusun daftar prioritas yang harus diimplementasikan. Pada tahap ini, mengkaji ulang dari empat strategi (SO, ST, WO, WT) yang telah dirumuskan dalam tahap analisis. Setelah itu diambil keputusan dalam menentukan strategi yang paling menguntungkan, efektif dan efesien bagi organisasi berdasarkan matriks SWOT.

Defenisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman istilah-istilah yang terdapat dalam tesis ini.

Definisi Operasional

1. Peternak dalam penelitian ini adalah orang yang memelihara, mengembangbiakkan, membudidayakan kambing potong untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut dilakukan di Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Pegajahan dan Kecamatan Dolok Merawan di Kabupaten Serdang Bedagai.

(17)

daya alam untuk bekerjasama meningkatkan usaha tani/ternak dan kesejahteraannya.

3. Penerimaan adalah hasil produk kambing potong yang dihasilkan oleh ternak kambing potong peternak yaitu penjualan kambing dan kotoran kambing.

4. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi hingga menghasilkan produk.

5. Biaya Biaya tetap (fixed costs), adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dan penggunaanya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan bangunan/kandang dan biaya penyusutan peralatan yang digunakan.

6. Biaya variabel (variable costs) adalah biaya yang dikeluarkan yang besar kecilnya mempengaruhi jumlah produksi. Biaya tetap meliputi biaya bibit, biaya pakan, biaya listrik, biaya obat-obatan, biaya tenaga kerja dan biaya transportasi.

7. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.

8. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha/kegiatan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

(18)

10. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha ternak kambing potong yang berasal dari luar, terdiri dari peluang dan ancaman

11. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan yang berkaitan dengan tujuan jangka panjang, pendayagunaan dan lokasi sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

2. Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai dengan September 2016.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan kelompok peternak kambing potong yang diteliti adalah biaya bibit, biaya tetap, biaya variabel dan harga penjualan ternak.

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57’’ Lintang Utara, 30 16’’ Lintang Selatan, 980 33’’ - 990 27’’ Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 –500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan, Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai terletak di Kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada dikawasan Sumatera Utara, Kabupaten Serdang Bedagai termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu pada musim kemarau dan musim hujan (BPS Kabupaten Serdang Bedagai 2010). Secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun

Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Gambaran Umum Responden

(20)

Umur

Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan umur disajikan pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Umur

No Usia Responden Jumlah Persentase

(Tahun) (Orang) (%)

1 20 – 30 8 9

2 31 – 40 29 32

3 41 – 50 42 47

4 51 – 60 11 12

5 >60 0 0

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diperoleh bahwa umur responden pada kelompok peternak antara 20 – 30 tahun berjumlah 8 orang atau sebesar 9 persen, umur responden 31 – 40 tahun berjumlah 29 orang atau sebesar 32 persen, umur responden 41 – 50 tahun berjumlah 42 orang atau sebesar 47 persen, umur responden 51 – 60 tahun berjumlah 11 orang atau sebesar 12 persen dan responden yang berumur diatas 60 tahun responden tidak diperoleh atau sebesar 0 persen.

(21)

Pendidikan

Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase

(Orang) (%)

1 SD 21 23

2 SMP 25 28

3 SMA 44 49

4 P. TINGGI 0 0

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 6 dapat diperoleh bahwa tingkat pendidikan responden pada kelompok peternak yang lulusan SD berjumlah 21 orang atau sebesar 23 persen, lulusan SMP berjumlah 25 orang atau sebesar 28 persen, lulusan SMA berjumlah 44 orang atau sebesar 49 persen dan lulusan perguruan tinggi tidak diperoleh atau sebesar 0 persen.

(22)

Status Pekerjaan

Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan status pekerjaan disajikan pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Status Pekerjaan

No Status Pekerjaan Jumlah Persentase

(Orang) (%)

1 Petani 56 63

2 Wiraswasta 17 19

3 Buruh 7 8

4 Karyawan 4 4

5 Pedagang 2 2

6 Peternak 4 4

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 7 dapat diperoleh bahwa status pekerjaan responden pada kelompok peternak yang bekerja sebagai petani berjumlah 56 orang atau sebesar 63 persen, bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 17 orang atau sebesar 19 persen, bekerja sebagai buruh berjumlah 7 orang atau sebesar 8 persen, bekerja sebagai karyawan berjumlah 4 orang atau sebesar 4 persen, bekerja sebagai pedagang berjumlah 2 orang atau sebesar 2 persen dan bekerja sebagai peternak berjumlah 4 orang atau sebesar 4 persen.

(23)

Pengalaman Beternak

Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan pengalaman beternak disajikan pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Pengalaman Beternak

No Pengalaman Beternak Jumlah Persentase

(Tahun) (Orang) (%)

1 0 0 0

2 1 – 10 83 92

3 11 – 20 7 8

4 >20 0 0

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 8 dapat diperoleh bahwa pengalaman beternak responden pada kelompok peternak peternak yang memiliki pengalaman 1 – 10 tahun berjumlah 83 orang atau sebesar 92 persen, pengalaman 11 – 20 tahun berjumlah 7 orang atau sebesar 8 persen dan pengalaman peternak diatas 20 tahun tidak diperoleh atau sebesar 0 persen.

(24)

Keikutsertaan Dalam Pelatihan

Keikutsertaan peternak dalam pelatihan tentang peternakan yang diperoleh peternak disajikan pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Keikutsertaan Dalam Pelatihan yang Diikuti Responden di Lokasi Penelitian

No Keikut sertaan Jumlah Persentase

dalam Pelatihan (Orang) (%)

1 Pernah 30 33

2 Belum 60 67

Total 90 100

(25)

Penjualan Kambing Betina Produktif

Penjualan kambing betina produktif yang dilakukan responden disajikan pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Penjualan Kambing Betina Produktif di Lokasi Penelitian

No Penjualan Kambing Jumlah Persentase

Produktif (Orang) (%)

1 Pernah 26 29

2 Tidak Pernah 64 71

Total 90 100

(26)

Pelaksanaan Pencatatan (Recording)

Pencatatan (recording) sangat membantu peternak dalam pengelolaan usaha ternak kambing, karena dengan adanya pencatatan maka peternak dapat mengetahui kapan ternaknya dikawinkan, kebuntingan, kelahiran dan penyapihan anak, status penyakit yang pernah diderita, pencegahan dan pengobatan penyakit dan catatan lainnya yang berhubungan dengan pengembangan usaha peternakan. Ada tidaknya pencatatan (recording) yang telah dilakukan oleh peternak disajikan pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Pelaksanaan Pencatatan (Recording) yang Dilakukan Oleh Responden di Lokasi Penelitian

No Pencatatan (Recording) Jumlah Persentase

(Orang) (%)

1 Ada 24 27

2 Tidak ada 66 73

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 11 dapat diperoleh bahwa responden pada kelompok peternak yang melakukan pencatatan sebanyak 24 peternak atau sebesar 27 persen dan sebanyak 66 orang atau sebesar 73 persen tidak ada melakukan pencatatan. Berdasarkan hasil survei yang diperoleh rata-rata peternak pada kelompok peternak tidak melakukan pencatatan dalam pengelolaan usaha ternak kambing mereka karena kurangnya perhatian peternak terhadap sistem recording.

Jumlah Ternak yang Dimiliki

(27)

Tabel 12. Jumlah Ternak Kambing Potong yang Dimiliki Responden di Lokasi Penelitian

No Jumlah Ternak Jumlah Persentase

(Ekor) (Orang) (%)

Berdasarkan Tabel 12 dapat diperoleh bahwa responden pada kelompok peternak sebanyak 34 peternak atau sebesar 38 persen memiliki ternak kambing potong antara 2 – 10 ekor, sebanyak 31 peternak atau sebesar 34 persen memiliki ternak kambing potong antara 10 – 20 ekor, sebanyak 21 peternak atau sebesar 23 persen memiliki ternak kambing potong antara 21 – 30 ekor dan sebanyak 4 peternak atau sebesar 5 persen memiliki ternak kambing potong lebih dari 31 ekor. Dari hasil survei yang diperoleh menunjukkan bahwa responden pada kelompok peternak rata-rata memiliki ternak kambing sebanyak 2 – 10 ekor.

Jenis Bibit Ternak Kambing yang dimiliki

Bibit merupakan salah satu kunci keberhasilan dari usaha peternakan. Ternak yang dipilih untuk digunakan sebagai bibit harus didasarkan pada sifat-sifat produksi tinggi guna memperoleh produksi yang maksimal. Adapun jenis bibit kambing potong yang dimiliki responden disajikan pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Jenis Bibit Kambing Potong yang Dipelihara Responden di Lokasi

Penelitian

No Jenis Bibit Jumlah Ternak Persentase

Ternak kambing (ekor) (%)

1 Jawarandu 1094 79

2 Kacang 293 21

(28)

Berdasarkan Tabel 13 tersebut menunjukkan responden pada kelompok peternak memelihara kambing jenis Jawarandu sebanyak 1.094 ekor atau sebesar 79 persen dan kambing jenis Kacang sebanyak 293 ekor atau sebesar 21 persen. Dari hasil survei menunjukkan bahwa responden pada kelompok peternak rata-rata memiliki kambing potong jenis jawarandu.

Perkandangan

Sistem pemeliharaan di daerah penelitian yaitu pemeliharaan yang dikandangkan tanpa digembalakan (sistem intensif) dan pemeliharaan yang dikandangkan sambil digembalakan (sistem semi intesif). Adapun sistem pemeliharaan yang dilakukan peternak di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 14 berikut ini.

Tabel 14. Sistem Pemeliharaan yang Dilakukan Responden di Lokasi Penelitian

No Sistem Pemeliharaan Jumlah Persentase

(orang) (%)

1 Intensif 51 57

2 Semi intensif 39 43

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 14 tersebut menunjukkan responden pada kelompok peternak memelihara kambing secara intensif sebanyak 51 orang atau sebesar 57 persen dan peternak memelihara kambing secara semi intensif sebanyak 39 orang atau sebesar 43 persen. Dari hasil survei yang diperoleh menunjukkan bahwa responden pada kelompok peternak rata-rata memelihara kambing secara intensif (pemeliharaan yang dikandangkan tanpa digembalakan). Dengan sistem ini peternak dapat mengontrol ternak kambing mereka.

(29)

memberi kenyamanan pada ternak. Tindakan ini harus dilakukan secara rutin pada kandang yang ditempati oleh ternak. Adapun kebersihan kandang yang dilakukan peternak di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 15 berikut.

Tabel 15. Pembersihan Kandang yang Dilakukan Responden di Lokasi Penelitian

No Pembersihan Kandang Jumlah Persentase

(orang) (%)

Berdasarkan Tabel 15 tersebut menunjukkan responden pada kelompok peternak yang melakukan pembersihan kandang 2 kali sehari sebanyak 7 orang atau sebesar 8 persen, sebanyak 50 orang atau sebesar 56 persen melakukan pembersihan kandang 1 kali sehari, sebanyak 12 orang atau sebesar 13 persen melakukan pembersihan kandang 3-5 kali seminggu, sebanyak 13 orang atau sebesar 14 persen melakukan pembersihan kandang 1-2 kali seminggu, sebanyak 1 orang atau sebesar 1persen melakukan pembersihan kandang 3-5 kali sebulan dan sebanyak 7 orang atau sebesar 8 persen melakukan pembersihan kandang 1-2 kali sebulan.

(30)

kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, kuman dan parasit serta jamur dapat ditekan.

Kandang yang digunakan untuk usaha ternak kambing sebagian besar milik sendiri. Bahan yang digunakan peternak untuk membuat kandang yaitu bambu dan kayu. Rata-rata peternak menggunakan bambu karena bambu mudah didapat, tahan lama dan apabila harus membeli biaya yang dikeluarkan relatif murah. Bahan penggunaan atap kandang bervariasi yang terdiri dari rumbia dan seng. Bahan yang digunakan untuk membuat lantai kandang juga menggunakan bahan dari pohon bambu. Kandang yang dibuat peternak mampu bertahan selama 5 tahun.

Pakan

(31)

Pemberian konsentrat yang dilakukan kelompok peternak dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini.

Tabel 16. Pemberian Konsentrat yang Diberikan Responden di Lokasi Penelitian No Pemberian Konsentrat Jumlah Peternak Persentase

(orang) (%)

1 Memberi 46 51

2 Tidak memberi 44 49

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 16 tersebut menunjukkan responden pada kelompok peternak memberikan konsentrat pada ternak kambing mereka sebanyak 46 orang atau sebesar 51 persen sedangkan yang tidak memberikan konsentrat sebanyak 44 orang atau sebesar 49 persen. Dari hasil yang diperoleh peternak pada kelompok peternak yang memberikan konsentrat terbilang masih sedikit. Hanya sebagian kecil peternak yang memberikan konsentrat. Adapun konsentrat yang sering diberikan peternak berupa berupa ampas ubi, ampas tahu, bungkil dan dedak padi pada ternaknya. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan dari peternak untuk membeli makanan tambahan atau konsentrat yang harganya cukup mahal.

(32)

Tabel 17. Pemberian Tambahan Pakan Hasil Sisa Pertanian yang Diberikan Responden di Lokasi Penelitian

No Pemberian tambahan Jumlah Peternak Persentase

pakan hasil pertanian (orang) (%)

1 Memberi 71 79

2 Tidak memberi 19 21

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 17 tersebut menunjukkan responden pada kelompok peternak memberikan tambahan pakan hasil sisa pertanian pada ternak kambing mereka sebanyak 71 orang atau sebesar 79 persen sedangkan yang tidak memberikan hasil sisa pertanian pada ternak kambing mereka sebanyak 19 orang atau sebesar 21 persen. Dari hasil yang diperoleh rata-rata pada kelompok peternak memberikan tambahan pakan hasil sisa pertanian pada ternak kambing mereka.

(33)

Tabel 18. Pemberian Tambahan Nutrisi (Vitamin dan Mineral) dan Obat-obatan yang Diberikan Responden di Lokasi Penelitian

No Pemberian tambahan Jumlah Persentase

nutrisi dan obat-obatan (orang) (%)

Berdasarkan Tabel 18 tersebut menunjukkan responden pada kelompok peternak sebanyak 22 orang peternak atau sebesar 24 persen hanya memberikan vitamin, 7 orang peternak atau sebesar 8 persen hanya memberikan mineral, 1 orang peternak atau sebesar 1 persen memberikan vitamin dan mineral, 2 orang peternak atau sebesar 2 persen memberikan obat-obatan, 16 orang peternak atau sebesar 18 persen memberikan obat-obatan dan vitamin, 11 orang peternak atau sebesar 12 persen memberikan obat-obatan, vitamin dan mineral sedangkan 31 orang peternak atau sebesar 34 persen tidak memberikan tambahan nutrisi (vitamin dan mineral) serta obat-obatan. Dari hasil survei yang diperoleh kebanyakan responden pada kelompok peternak banyak memberikan tambahan nutrisi (vitamin dan mineral) serta obat-obatan.

Modal

(34)

peternakan. Data karakteristik di lokasi penelitian berdasarkan modal dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.

Tabel 19. Modal Responden di Lokasi Penelitian

No Modal Peternak Jumlah Persentase

(orang) (%)

1 Bantuan pemerintah 22 24

2 Sendiri 68 76

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 19 tersebut menunjukkan responden pada kelompok peternak sebanyak 22 orang peternak atau sebesar 24 persen mendapatkan bantuan dari pemerintah (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai) sebanyak 68 orang peternak atau sebesar 76 persen dari modal sendiri. Adapun jenis bantuan yang diterima responden kelompok dari bantuan pemerintah disajikan pada Tabel 20 berikut ini.

Tabel 20. Jenis Bantuan yang Diterima Responden di Lokasi Penelitian

No Jenis Bantuan pemerintah Jumlah Persentase

(orang) (%)

1 Bibit 12 55

2 Uang tunai 10 45

Total 22 100

(35)

Tenaga Kerja

Tabel 21. Penggunaan Tenaga Kerja untuk Memelihara Ternak Kambing di Lokasi Penelitian

No Penggunaan Tenaga Kerja Jumlah Persentase

(orang) (%)

1 1 orang 69 77

2 2 orang 19 21

3 3 orang 2 2

Total 90 100

Berdasarkan Tabel 21 tersebut menunjukkan responden pada kelompok peternak sebanyak 69 orang peternak atau sebesar 77 persen menggunakan tenaga kerja sebanyak 1 orang, sebanyak 19 orang peternak atau sebesar 21 persen menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 orang dan sebanyak 2 orang peternak atau sebesar 2 persen menggunakan tenaga kerja sebanyak 3 orang. Penggunaan untuk tenaga kerja pada pada kelompok yang digunakan dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.

Hasil Analisis Pendapatan pada Kelompok Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai

(36)

Tabel 22. Rata-rata Pendapataan Masing-masing Peternak Responden

Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani-peternak yang sifatnya tetap tidak tergantung dari besar kecilnya produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1995) yang menyatakan bahwa biaya tetap umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tetap yang dikeluarkan pada kedua usaha peternakan di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari penyusutan kandang dan penyusutan peralatan.

Biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan ditentukan oleh luas kandang yang dimiliki peternak dan masa pakai kandang tersebut. Biaya kandang yang dimiliki responden berkisar antara Rp. 600.000 sampai Rp. 6.000.000. dengan

(37)

rataan sebesar Rp. 1.478.125/tahun. Nilai kandang ternak kambing bervariasi tergantung pada bahan dan ukuran kandangnya. Kandang yang digunakan responden untuk usaha ternak kambing sebagian besar milik sendiri. Bahan yang digunakan peternak untuk membuat kandang yaitu bambu dan kayu. Rata-rata peternak menggunakan bambu karena bambu mudah didapat, tahan lama dan apabila harus membeli biaya yang dikeluarkan relatif murah. Bahan penggunaan atap kandang bervariasi yang terdiri dari rumbia dan seng. Bahan yang digunakan untuk membuat lantai kandang juga menggunakan bahan dari bambu. Kandang yang dibuat peternak rata-rata mampu bertahan selama 5 tahun.

Biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan ditentukan jumlah peralatan peralatan yang dimiliki responden dan masa tahan pakai peralatan tersebut. Biaya peralatan yang dimiliki responden berkisar antara Rp. 40.000 sampai Rp. 6.000.000. dengan rataan sebesar Rp. 652.688 /tahun. Peralatan yang digunakan responden rata-rata mampu bertahan selama 1 tahun. Kelengkapan peralatan yang digunakan peternak pada kelompok cukup lengkap, hal ini dikarenakan peternak mendapatkan penyuluhan dari pemerintah agar peternak meningkatkan pengeluaran untuk kelengkapan peralatan kandang sehingga biaya peralatan kandang pada kelompok cukup besar. Kelengkapan peralatan yang umumnya digunakan berupa timbangan ternak, timbangan pakan, cangkul, angkong, sekop, sabit, ember plastik, drum dan selang air mesin pencacah rumput dan lain-lain.

Biaya Variabel

(38)

Pakan yang digunakan peternak responden terdiri dari pakan utama dan pakan tambahan (konsentrat) pakan utama yang sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun daunan tertentu seperti daun nangka, daun ubi, daun pisang dan daunan leguminosa. Adapun konsentrat yang sering diberikan peternak berupa berupa ampas ubi, ampas tahu, bungkil kelapa dan dedak.

Penggunaan biaya untuk pakan pada kelompok diperoleh dengan rataan sebesar Rp. 410.938/tahun. Peternak responden pada umumnya tidak mengeluarkan biaya untuk memperoleh pakan utama ini karena diperoleh langsung dari alam dan diambil sendiri. Peternak hanya mengeluarkan biaya bahan bakar (transportasi) untuk mengambil pakan hijauan tersebut. Rata-rata peternak mengeluarkan biaya pakan untuk membeli bahan konsentrat.

Penggunaan biaya untuk vitamin dan obat-obatan pada pada kelompok diperoleh dengan rataan sebesar Rp. 71.525/tahun. Obat-obatan yang digunakan reponden pada saat ternak mengalami sakit dan obat yang digunakan tergolong sederhana seperti antibiotik, biasanya peternak melakukannya dengan pengobatan tradisional saja. Pada umumnya obat yang digunakan adalah kembung (timpani), mencret dan obat cacing. Sedangkan vitamin yang biasa digunakan oleh peternak adalah B Kompleks.

(39)

sebesar Rp. 30.000/hari. Peternak memakai tenaga luar keluaraga disebabkan karena kurangnya tenaga kerja keluarga. TKLK yang digunakan bekerja untuk mencari hijauan dan kegiatan membuat kandang, membersihkan kandang, memberikan obat-obatan dan vitamin, memberikan makan minum ternak, memandikan ternak dan lain sebagainya.

Penerimaan

Besarnya penerimaan yang diperoleh responden peternak pada kelompok diperoleh rata-rata sebesar Rp 17.080.066,-. Jenis penerimaan terdiri dari ternak yang tidak dijual (nilai ternak akhir tahun), penjualan kambing setiap tahunnya serta penjualan kotoran. Rata-rata peternak tidak menjual kotoran karena pada umumnya peternak mempunyai pekerjaan utama sebagai petani dan memanfaatkan kotoran ternak mereka sebagai pupuk tanaman pangan yang mereka tanam. Soekartawi (1999), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual.

Pendapatan Bersih

(40)

R/C Rasio

Kelayakan usaha diketahui dengan membandingkan antara penerimaan (revenue) dengan total biaya produksi (cost). Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai R/C Rasio lebih besar dari satu (R/C>1) dan tidak layak apabila nilai R/C Rasio lebih kecil dari satu(R/C<1). Rataan nilai R/C Rasio yang diperoleh sebesar 1.67 yang lebih besar dari 1 (satu) maka dapat disimpulkan bahwa secara ekonomi usaha ternak kambing potong pada Kelompok Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai layak untuk diusahakan. Kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non-finansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan. (Kasmir, 2003).

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Kambing Potong pada Kelompok Peternak di Daerah Penelitian

Sebelum melakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model. Untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi dalam analisis regresi linier pada kelompok diuji terlebih dahulu. Hasil pengujian asumsi klasik akan dibahas pada bagian di bawah ini.

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

(41)

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan program software statistik yang dideteksi melalui dua pendekatan uji Kolmograv-Smirnov dan pendekatan grafik sebagai berikut:

Uji Kolmogorov-Smirnov

Uji Kolmogorov-Smirnov yaitu pedoman pengambilan keputusan tentang data distribusi normal berdasarkan uji statistik dengan menggunakan pendekatan

Kolmogorov-Smirnov Z yang dapat dilihat dari kriteria berikut:

a. Jika nilai Asymp.sig (2 tailed) > 0,05, maka data berdistribusi normal. b. Jika Nilai Kolmogorov-Smirnov Z < 1,97, maka data dikatakan normal.

Adapun hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini.

Tabel 23. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov pada Kelompok Peternak One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Mean 5.59E6 2.13E6 3416009.38 6071250.00 Std.

Deviation 3.507E6 1.074E6 2089146.194 3298952.413 Most

Kolmogorov-Smirnov Z 1.561 1.417 1.039 .710

Asymp. Sig. (2-tailed) .215 .136 .230 .694

(42)

Pada Tabel 23 menunjukkan hasil pengolahan data primer diatas dapat dilihat besarnya perolehan nilai Asymp.sig (2tailed) pada biaya bibit adalah 0,215. Nilai Asymp.sig (2-tailed) pada biaya tetap adalah 0,136. Nilai Asymp.sig (2tailed) pada biaya variabel adalah 0,230 dan nilai Asymp.sig (2tailed) pada harga penjualan ternak adalah 0,694 yang artinya perolehan ini lebih besar dari 0,05 dan untuk nilai Kolmogorov-Smirnov Z pada biaya bibit adalah 1,561. Nilai

Kolmogorov-Smirnov Z pada biaya tetap adalah 1,417. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z pada biaya variabel adalah 1,039 dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z pada harga penjualan ternak adalah 0,710 adalah dimana angka ini lebih kecil dibandingkan nilai ketetapan 1.97. Dengan demikian, uji statistik telah memenihi kedua kriteria yang dipersyaratkan dan data dapat dikatakan berdistribusi serta memenuhi asumsi normalitas.

Pendekatan Grafik

(43)

Gambar 3. Histogram Uji Normalitas pada Kelompok Peternak

(44)

Gambar 4. Normal P-Plot Regresi pada Kelompok Peternak

Cara mudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat

(45)

Uji Multikoliearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi linear ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terjadi asumsi multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF yang kurang dari 10 dan tolerance yang lebih dari 0,10 maka menandakan bahwa tidak terjadi adanya gejala multikolinearitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.

Tabel 24. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Regresi Pengaruh Faktor Terhadap Pendapatan Peternak Kambing Potong pada Kelompok Peternak

Biaya Variabel 0,794 1,260

Harga Penjualan Ternak 0,803 1,245

(46)

Uji Heterokedasitas

Uji heterokedasitas bertujuan untuk meguji apakah model regresi yang diperoleh memiliki kesamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya. Dapat diketahui berdasarkan pola penyebaran data pada grafik scatterplots.

Gambar 3. Grafik scatterplots Regresi pada Kelompok Peternak

Gambar 5. Scatterplots Regresi pada Kelompok Peternak

Grafik scatterplots pada Gambar 5 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah titik nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi heterokedastisitas

(47)

Tabel 25. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak pada Kelompok Peternak

Model Koefisien Regresi T Sig.

(Constant) 3331476 2,941 0,004

Biaya Bibit -0,614 -4,815 0,000

Biaya Tetap 0,420 1,129 0,262

Biaya Variabel 0,429 1,148 0,035 Harga Penjualan Ternak 0,614 4,758 0,000

R 0,570

R2 0,645

F hit 9,028

Sig 0,000

Berdasarkan Tabel 25 diperoleh persamaan regresi linier berganda pada pendapatan peternak adalah :

Y = 3331428 - 0,614X1 + 0,420X2 + 0,429X3 + 0,614X4

Keterangan:

a : Konstanta

Y : Pendapatan Peternak Kambing Potong (Rp/tahun) X1 : Biaya Bibit (Rp/tahun)

X2 : Biaya Tetap (Rp/tahun) X3 : Biaya Variabel (Rp/tahun)

X4 : Harga Penjualan Ternak (Rp/tahun)

Nilai Konstanta

(48)

peternak tetap memperoleh pendapatan minimal sebesar Rp. 3.331.476/tahun atau Rp. 277.623/bulan.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol atau satu. Semakin kecil nilai R2 maka semakin terbatas kemampuan variabel-variabel bebas menjelaskan variabel terikat.

Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa nilai R pada kelompok adalah sebesar 0,570 yang menunjukkan hubungan antara variabel biaya bibit (X1), biaya tetap (X2), biaya variabel (X3) dan harga penjualan ternak (X4) terhadap pendapatan peternak (Y) adalah sebesar 57,0%. Hal ini berarti bahwa biaya bibit (X1), biaya tetap (X2), biaya variabel (X3) dan harga penjualan ternak (X4) terhadap pendapatan peternak pada kelompok (Y) memiliki hubungan yang erat.

Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa nilai R Square pada kelompok adalah sebesar 0,645. Hal ini berarti 64,5% pendapatan peternak pada kelompok dapat dipengaruhi oleh variabel biaya bibit (X1), biaya tetap (X2), biaya variabel (X3) dan harga penjualan ternak (X4). Sedangkan sisanya 35,5% dipengaruhi oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Uji Pengaruh Variabel Secara Simultan (Uji-f)

(49)

diketahui bahwa secara serempak faktor variabel biaya bibit(X1), biaya tetap (X2), biaya variabel (X3) dan harga penjualan ternak (X4) berpengaruh terhadap pendapatan peternak (Y).

Keempat variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan peternak dapat diartikan bahwa setiap kenaikan atau penurunan biaya bibit, biaya tetap, biaya varibel dan harga penjualan ternak secara bersamaan akan mengakibatkan kenaikan dan penurunan pendapatan peternak.

Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial (Uji t)

Uji signifikansi parsial (uji-t) dilakukan untuk melihat secara parsial (individu) pengaruh variabel independen yang diteliti yaitu biaya bibit (X1), biaya tetap (X2), biaya variabel (X3) dan harga penjualan ternak (X4) terhadap variabel dependen yaitu pendapatan (Y).

Biaya Bibit (X1)

(50)

peternak setempat sesuai dengan kualitas bibit kambing yang dibeli. Oleh karena itu, biaya bibit mempengaruhi pendapatan peternak di daerah setempat.

Rudiyanto (2000) menyatakan dalam penelitiannya bahwa peternak membeli bibit ternak untuk memulai usahanya maupun dalam meningkatkan pendapatannya. Faktor – faktor yang diperhatikan peternak dalam pembelian bibit adalah sifat unggul tertentu seperti bobot badan, jumlah anak per kelahiran, dan daya tahan penyakit. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Saleh et al., (2006) yang menyatakan bahwa bibit merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menentukan keberhasilan usaha tani. Biaya bibit yang dikeluarkan tentu akan mempengaruhi nilai ternak pada akhir tahun, jika ternak tidak dijual maka nilai tambah dari tenak ini akan dihitung sebagai penerimaan bagi peternak.

Biaya Tetap (X2)

(51)

yang diterima semakin rendah sehingga biaya tetap tidak mempengaruhi pendapatan peternak.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Hendrawanto (2008) yang menyatakan bahwa biaya produksi (biaya tetap dan biaya variabel) yang dikeluarkan dalam usaha peternakan tentunya berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh peternak.

Biaya Variabel (X3)

Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa t-hitung pada biaya variabel (X3) yang terdiri dari biaya pakan, obat-obatan, operasional kendaraan, listrik dan upah tenaga kerja adalah sebesar 1,148 lebih kecil dari t-tabel adalah sebesar 1,991 dengan taraf signifikasi sebesar 0,035 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan H0 diterima H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya variabel secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak. Nilai koefisien yang bernilai positif menunjukkan bahwa biaya variabel (X3) berpengaruh positif sebesar 0,429 yang artinya dengan pertambahan biaya variabel sebesar Rp 1000,- akan menaikkan pendapatan peternak pada kelompok sebesar Rp. 429,-. Hal ini dikarenakan rataan biaya variabel yang dikeluarkan peternak cukup besar yaitu sebesar Rp. 3.419.135. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan maka pendapatan yang diterima semakin rendah sehingga biaya variabel tidak mempengaruhi pendapatan peternak.

(52)

Harga Penjualan Ternak (X4)

Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa t-hitung pada variabel harga penjualan ternak (X4) adalah 4,758 sebesar lebih besar dari t-tabel adalah sebesar 1,991 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 (P<0,05), sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga penjualan ternak secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak. Nilai koefisien yang bernilai positif menunjukkan bahwa biaya variabel (X4) berpengaruh positif sebesar 0,614 yang artinya dengan pertambahan harga penjualan ternak sebesar Rp 1000,- akan menaikkan pendapatan peternak pada kelompok sebesar Rp. 614,-.

Pendapatan peternak dipengaruhi oleh faktor permintaan pasar dan harga jual ternak. Harga jual ternak akan naik ketika permintaan ternak meningkat. Pada umumnya peternak menjual ternaknya ketika mereka membutuhkan uang tunai untuk keperluan keluarganya. Harga jual kambing potong yang berlaku di daerah penelitian didasarkan pada umur dan jenis kelamin dengan mempertimbangkan juga kondisi ternak. Sistem penjualan ternak kambing bersifat taksiran bobot badan dan harga pasaran pada umumnya.

(53)

Analisis Strategi Yang Diperlukan Untuk Pengembangan Usaha Ternak Kambing Potong Melalui Kelompok Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai

Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal digunakan adalah kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).

Kekuatan (strengths)

Beberapa faktor internal yang merupakan kekuatan untuk pengembangan usaha ternak kambing potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut.

Minat Masyarakat Beternak Kambing Potong Cukup Tinggi

Para peternak menganggap dengan beternak kambing potong dapat membantu peternak menambah pendapatan keluarga seperti dapat membantu biaya pendidikan anak-anak mereka serta kebutuhan lainnya. Beternak kambing adalah tabungan bila suatu saat mereka membutuhkan uang untuk membiayai anaknya masuk sekolah setiap tahun ajaran baru. Disamping itu para peternak menganggap dalam hal memelihara kambing adalah sebagai usaha sambilan dan mereka dapat melakukan usaha yang lain karena beternak kambing tidak memerlukan biaya yang besar dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja sehingga minat masyarakat dalam beternak kambing cukup tinggi.

Minat Peternak yang Bergabung dalam Kelompok Cukup Tinggi

(54)

sudah memahami pentingnya berkelompok, karena dengan ikut bergabung dalam kelompok, peternak dapat memperoleh memperoleh pengetahuan sehubungan dengan bidang usaha yang ditekuni dan sumber pembelajarannya dapat berasal dari sesama anggota, kelompok lain, lembaga swasta maupun pemerintah. Anggota dapat menarik manfaat yang lebih baik dengan berkelompok daripada ketika tidak berkelompok. Dengan menjadi anggota kelompok, peternak juga dapat belajar cara berorganisasi, memperoleh pendidikan dan pelatihan dari penyuluh, dan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Usaha Ternak Kambing Sudah Dilakukan Secara Turun Temurun atau Berpengalaman

(55)

Kondisi Iklim yang Mendukung untuk Pengembangan Usaha Ternak Kambing

Kabupaten Serdang Bedagai termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan dengan rata-rata kelembapan udara sekitar 83 persen, curah hujan berkisar antara 27 sampai dengan 248 mm per bulan. Temperatur udara per bulan minimum 23.7° C dan maksimum 32.2°C. Kondisi iklim seperti ini sangat mendukung untuk pengembangan kambing potong karena vegetasi tersedia sepanjang tahun yang merupakan potensi sumber pakan ternak kambing.

Usia Peternak yang Masih Produktif

Usia peternak rata-rata masih produktif yaitu berkisar 41-50 tahun, dan memiliki fisik yang masih kuat serta mempunyai kemampuan berpikir yang lebih lebih baik dibandingkan usia yang sudah tua dalam hal menghadapi tantangan dan inovasi baru dalam mengelola usaha peternakannya.

Penjualan/Pemotongan Betina Produktif Masih Rendah

(56)

Kelemahan (Weakness)

Ada beberapa faktor yang merupakan kelemahan untuk pengembangan kambing potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut.

Manajemen Pemeliharaan Ternak Masih Sederhana/Tradisional

Sistem pemeliharaan yang dilakukan peternak di daerah penelitian hanya berdasarkan pengalaman yang didapatkan selama menggeluti usaha ternak kambing dan masih sederhana/ tadisional. Permasalahan – permasalahan yang muncul dalam manajemen pemeliharaan belum ditangani dengan baik. peternak pada umumnya belum memperhatikan tata cara yang baik dalam pemberian pakan, reproduksi, penempatan ternak dalam kandang, dan lain – lain. Sebagian peternak juga belum sepenuhnya melakukan upaya pencegahan penyakit dan hanya menggunakan obat – obat tradisional untuk mengobati kambing mereka. Dari hasil yang diperoleh banyak peternak juga belum melakukan recording dari kelahiran anak sampai dewasa. Disamping itu, sebagian peternak juga belum melakukan pencatatan keuangan pada usaha ternak mereka sehingga besarnya pendapatan yang diperoleh tidak tercatat dengan lengkap.

Kurangnya Pelatihan Keterampilan Peternak

(57)

Beternak Sebagai Usaha Sambilan/Keluarga

Selama ini dan bahkan sampai sekarang beternak kambing potong bukan sebagai pekerjaan utama para peternak melainkan bersifat peternakan rakyat dengan pola pemeliharaan yang bersifat sambilan. Peternak di daerah penelitian rata-rata mempunyai pekerjaan utama sebagai petani. Hal ini menunjukkan beternak kambing hanya sebagai pekerjaan sambilan sehingga peternak tidak dapat fokus mengelola usaha peternakannya. Hal ini ditunjukkan rata-rata tiap peternak hanya memiliki 2- 10 ekor kambing.

Modal yang Terbatas dan Skala Usaha Ternak Masih Kecil

Rata-rata modal yang digunakan peternak untuk menjalankan usaha berasal dari modal sendiri dan jumlahnya relatif kecil. Peternak belum berani menggunakan modal pinjaman untuk mengembangkan usahanya sehingga perkembangan usaha ternak menjadi terhambat bahkan cenderung menurun.

Penggunaan Teknologi yang Masih Kurang Memadai

(58)

Peran Kelompok Peternak Belum Berjalan Secara Optimal

Hasil wawancara dengan anggota kelompok peran kelompok peternak belum terlaksana dengan baik. Kelompok umumnya memiliki agenda pertemuan sebulan sekali di kelompok. Dengan pertemuan rutin tersebut memungkinkan para peternak anggota kelompok saling bertukar pikiran dan informasi yang difasilitasi pula oleh kehadiran penyuluh. Peran kelompok sebagai kelas belajar masih belum optimal, Pada beberapa kelompok masih ditemui bahwa pembagian pelaksanaan tugas belum berjalan secara optimal, peran ketua kelompok masih cukup dominan di dalam melaksanakan berbagai kegiatan di kelompok sedangkan partisipasi anggota di dalam kegiatan pelatihan kurang dilaksanakan.

Peternak Sulit Mencari Rumput Pada Saat Musim Kemarau

Peternak kambing banyak banyak mengalami kesulitan mendapatkan rumput hijauan. Rumput-rumput liar di lahan perkebunan dan lahan penggembalaan di daerah itu akan mengering jika musim kemarau tiba. Sejumlah peternak kambing masih didominasi peternak tradisional yang setiap harinya mengandalkan mencari rumput liar baik dengan cara menyabit atau sambil digembalakan.

Analisis Faktor Eksternal

(59)

Peluang (Oppurtunities)

Beberapa faktor eksternal yang merupakan peluang untuk pengembangan kambing potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut.

Pemanfaatan Limbah Sisa Pertanian

Peternak memberikan limbah sisa pertanian berupa daun ubi, kulit ubi, daun pisang, daun jagung dan jenis kacang-kacangan yaitu lamtoro dan jenis kacang-kacangan lainnya dapat menjadi alternatif sebagai sumber pakan kambing mengingat ketersediaan hijauan pakan ternak terbatas maka peternak perlu memanfaatkan limbah sisa pertanian sebagai alternatif lain sumber pakan ternak kambing.

Kebiasaan Peternak Menyediakan Ternak Kambing Pada Saat Idul Adha dan Acara Aqiqah

Ternak kambing mempunyai kedudukan penting dalam lingkungan masyarakat di Indonesia, yang sering dimanfaatkan sebagai hewan qurban pada hari raya Idul Adha dan pada acara aqiqah yang permintaannya selalu meningkat setiap tahun.

Adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

(60)

pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi, dan acuan untuk pengembangan ternak kambing potong di Kabupaten Serdang Bedagai.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Pada saat ini Perkembangan Ilmu dan teknologi (IPTEK) mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Perkembangan teknologi diharapkan mampu membantu dan mengefektifkan kinerja suatu usaha peternakan. Teknologi – teknologi yang dimaksud antara lain teknologi pakan konsentrat dan penanganan penyakit.

Pemasaran Ternak Kambing yang Strategis

Kabupaten Serdang Bedagai berada pada posisi yang strategis antara lain dilintasi oleh Jalan Lintas Sumatera (JALINSUM), berbatasan dengan Ibukota Kabupaten Deli Serdang (Lubuk Pakam), mengelilingi Kotamadya Tebing Tinggi, tidak jauh dari Kotamadya Siantar dan Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara (jarak tempuh sekitar 1 – 2 jam). Hal ini menunjukkan peternak di Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pemasaran hasil produk peternakan yang luas selain di Kabupaten Serdang Bedagai.

Adanya Pabrik Pengolahan Hasil Pertanian

(61)

Tersedianya Lahan Perkebunan Untuk Penyediaan Hijauan

Salah satu faktor penting yang menunjang keberhasilan usaha ternak kambing yaitu ketersediaan lahan untuk penyediaan hijauan pakan ternak. Pakan merupakan kebutuhan utama usaha ternak kambing. Apabila terjadi kekurangan pakan akan menjadi salah satu kendala dalam usaha ternak kambing. Lahan di daerah ini untuk menanam rumput unggul masih sangat luas, peternak menanami lahan-lahan kosong dengan tanaman pakan ternak seperti rumput gajah dan jenis rumput lainnya sehingga peternak tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan ternaknya. Di daerah ini juga tersedia lahan perkebunan kelapa sawit yang cukup luas yang mencapai 101,057,04 ha yang ditumbuhi banyak jenis rerumputan yang berpeluang bagi peternak sekitar untuk mengambil rumput dari lahan perkebunan dan sisanya peternak mengambil rumput dari lahan kebun dan sawah.

Adanya Fasilitas Pendukung dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai

(62)

Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur pada umumnya melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan khususnya pada para petani/peternak di Kabupaten Serdang Bedagai disajikan pada Tabel 26 berikut ini.

Tabel 26. Sumber Daya Manusia (SDM) di Kabupaten Serdang Bedagai No Pendidikan Honor/Kontrak Honor/Kontrak PPL/THLTB

(Orang) (Orang) (Orang)

Sumber : (a) Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai (2015)

(b) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang Bedagai (2015)

Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur tersebut diatas memiliki profesi sesuai dengan bidang keahlian masing-masing disajikan pada tabel 29 berikut ini.

Tabel 27. Profesi Aparatur Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber : (a) Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai (2015)

(b) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang Bedagai (2015)

Adanya Koperasi Peternakan dari Pemerintah Setempat

(63)

budidaya, memenuhi keinginan anggota untuk menambah jumlah ternak yang dimiliki atau mengganti ternak yang sudah afkir dengan nilai kredit yang lebih murah serta kualitas ternak yang lebih baik. Koperasi juga membantu anggota memberikan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan.

Ancaman (Treathts)

Beberapa faktor eksternal yang merupakan ancaman untuk pengembangan kambing potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut.

Rendahnya Dokumentasi Kelembagaan Kelompok Peternak

Kelompok peternak yang terdokumentasikan saat ini belum terdatanya dengan baik berdasarkan kondisi saat ini, belum jelasnya jumlah kelompok peternak yang aktif di lapangan baik berdasarkan tingkatan kelompok (pemula, lanjut, madya, utama) maupun klasifikasi peternak berdasarkan tipologi usahanya (sambilan, cabang usaha, usaha pokok, industri) sehingga belum teridentifikasi kelembagaan kelompok peternak dan belum dapat mendeteksi mana kelompok yang aktif dan tidak aktif. Hal ini disebabkan kurangnya dana di dinas atau instansi Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk program atau kegiatan mendata kelompok-kelompok peternak tersebut.

Masyarakat Beralih ke Produk Subsitusi

(64)

nilai nutrisi pada produk subtitusi khususnya ayam lebih baik di bandingkan daging kambing. Nilai kalori dalam 100 g daging ayam mencapai 302 kalori sedangkan pada daging kambing hanya 256 kalori.

Masih Banyaknya Penyakit yang Menyerang Ternak

Keberadaan penyakit merupakan permasalahan yang sangat serius dan menjadi salah satu kendala dalam usaha ternak kambing di daerah ini. Jenis penyakit yang sering menyerang ternak kambing adalah kembung (timpani), sakit mata, cacingan, mencret, rontok bulu, dan lumpuh. Jenis penyakit yang paling sering menyerang adalah kembung perut dan mencret yang kapan saja bisa membuat ternak bisa mati jika tidak ditangani secara cepat dan tepat.

Sering Terjadi Pencurian Ternak Kambing Milik Peternak

Peternak sering mengeluh karena sering terjadi aksi pencurian ternak kambing terutama mendekati Idul Adha di Kabupaten Serdang Bedagai. Biasanya aksi pencurian terjadi pada malam hari menjelang subuh. Peristiwa pencurian tersebut menyebabkan peternak kambing mengalami kerugian yang cukup besar. Akibatnya, peternak resah karena khawatir kambingnya kembali hilang dicuri.

Tahap Pemasukan Data

Tahap input terdiri dari Evaluasi faktor internal (IFAS) dan Evaluasi Faktor eksternal (EFAS). Hasil yang diperoleh dari dua matriks ini menjadi informasi input untuk matriks tahap pemaduan dan tahap keputusan selanjutnya.

Matriks Internal Factors Analysis Summary (IFAS)

(65)

pada matriks IFAS dicari rata – ratanya untuk memperoleh total bobot matriks sama dengan 1. Besar kecilnya bobot yang diberikan tergantung pada besar kecilnya pengaruh terhadap keberhasilan usaha ternak kambing. Sedangkan rating yang diberikan tergantung pada respon yang ditunjukkan oleh usaha ternak kambing terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Adapun hasil matrik IFAS yang diperolehdapat dilihat pada Tabel 28 berikut ini.

Tabel 28. Matriks Internal Factors Analysis Summary (IFAS)

Faktor-faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

1. Minat masyarakat beternak kambing

Tinggi 0,08 4 0,32

2. Minat peternak yang bergabung dalam

kelompok cukup tinggi 0,09 3 0,27

3. Usaha ternak kambing sudah dilakukan secara

turun-temurun/ berpengalaman 0,10 4 0,40

4. Kondisi iklim yang mendukung untuk

pengembangan usaha ternak kambing 0,06 3 0,18

5. Usia peternak yang masih produktif 0,06 3 0,18

6. Penjualan/pemotongan betina produktif

masih rendah 0,09 4 0,36

Kelemahan

1. Manajemen pemeliharaan ternak masih sederhana

atau tradisional 0,08 -3 --0,24

2. Kurangnya pelatihan keterampilan peternak 0,06 -2 --0,12

3. Beternak sebagai usaha sambilan

atau Keluarga 0,09 -2 --0,18

4. Modal yang terbatas dan usaha ternak masih kecil 0,07 -2 --0,14

5. Penggunaan teknologi yang masih kurang memadai 0,08 -3 --0,24

6. Peran kelompok peternak belum berjalan dengan

optimal 0,06 -2 --0,12

7. Peternak sulit mencari rumput pada musim kemarau 0,08 -2 --0,16

Total 1

0,51

(66)

seberapa besar kemampuan dan peluang keberhasilan peternak dalam mengelola usaha ternak kambing. Dengan tingkat pengalaman yang dimiliki peternak, mereka mampu mengidentifikasi kualitas ternak melalui penampilan luarnya dan mengatasi masalah – masalah yang muncul. Sedangkan kelemahan terbesar usaha ternak kambing adalah manajemen pemeliharaan ternak masih sederhana atau tradisional (skor pembobotan -0,24) dan penggunaan teknologi yang masih kurang memadai (skor pembobotan -0,24). Manajemen pemeliharaan yang masih sederhana disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dalam beternak kambing dan kebanyakan peternak dalam mengelola usaha ini hanya berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Mereka belum dapat menerima sepenuhnya informasi tentang penggunaan teknologi, inovasi, dan lain – lain yang menunjang keberhasilan pengembangan ternak kambing baik melalui petugas penyuluhan lapangan maupun dari peternak lain.

Matriks External Factors Analysis Summary (EFAS)

(67)

Tabel 29. Matriks External Factors Analysis Summary (EFAS)

Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

1. Pemanfaatan limbah sisa pertanian 0,06 3 0,18

2. Kebiasaan peternak Menyediakan ternak

kambing pada saat Idul Adha dan acara Aqiqah 0,08 4 0,32

3. Adanya rencana tata ruang wilayah (RTRW) 0,06 3 0,18

4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknogi (IPTEK) 0,06 3 0,18

5. Pemasaran ternak kambing yang strategis 0,06 3 0,18

6. Adanya pabrik pengolahan hasil pertanian 0,04 3 0,12

7. Tersedianya lahan perkebunan untuk

penyediaan hijauan 0,09 4 0,36

8. Adanya fasilitas pendukung dari Pemerintah

Kab. Serdang Bedagai 0,05 3 0,15

9. Adanya koperasi peternakan dari Pemerintah setempat 0,05 3 0,15

Ancaman

1. Rendahnya dokumentasi kelembagaan

kelompok peternak 0,13 -3 -0,39

2. Masyarakat beralih ke produk subsitusi 0,13 -3 -0,39

3. Banyaknya penyakit yang menyerang 0,07 -2 -0,14

4. Sering terjadi pencurian ternak kambing milik peternak 0,12 -3 -0,36

Total 1 0,54

Gambar

Tabel 3. Kerangka Penyusunan Formula Strategis.
Tabel 4.  Matrik SWOT
Tabel 5. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Umur
Tabel 6.  Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Tingkat      Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat tercela sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas filter serpihan batu marmer dalam penurunan kadar besi, mangan dan magnesium pada air sumur gali di Desa

21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan DaerahPemerintahan Daerah.. Peraturan Menteri

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) penyebab peserta didik berperilaku agresif adalah sebagian besar karena karakter peserta didik yang keras dan cenderung menganggap

sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana ba- sisdata memegang peranan kunci.Setiap subsist- em diimplementasikan dengan

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Dependent

tentang asupan nutrisi pada anak.. yaitu menggali pengetahuan

Kemudian penelitian sebelumnya yang berjudul Pemanfaatan Teknologi Google Maps Api Untuk Aplikasi Laporan Kriminal Berbasis Android Pada Polrestabes Makasar pada