• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Hygiene Sanitasi Penyelenggaraan Makanan Dan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Pada Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Hajar Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Hygiene Sanitasi Penyelenggaraan Makanan Dan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Pada Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Hajar Medan Tahun 2016"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan

Pengertian makanan menurut Anwar (1990) adalah suatu hal yang sangat penting didalam kehidupan manusia, dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau energi panas pada tubuh, membangun jaringan-jaringan tubuh yang baru, pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit serta sebagai sumber bahan pengganti sel-sel tua yang usang dimakan usia. Makanan yang menarik, nikmat, dan tinggi gizinya, tidak akan berarti sama sekali jika tidak aman untuk dikonsumsi.

Menurut Mulia (2005) kualitas makanan harus diperhatikan agar makanan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kualitas tersebut mencakup ketersediaan zat-zat gizi yang dibutuhkan dan pencegahan terjadinya kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.

Pendapat ahli lainnya, Sjahmien (1992) gangguan kesehatan dapat juga terjadi setelah miroorganisme masuk ke dalam tubuh melalui makanan, kemudian berkembang biak dan menyebabkan terjadinya penyakit. Disamping itu dapat juga terjadi karena senyawa kimia dalam makanan.

(2)

Selain itu, keamanan makanan yang bebas dari pencemaran juga diperlukan tubuh agar kesehatan tidak terganggu.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi makanan dan minuman utamanya adalah usaha yang diperuntukkan untuk umum seperti rumah sakit, restoran, rumah makan, atau pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensial dalam penyebaran penyakit.

Berdasarkan pendapat Azwar (1990) pengaruh makanan terhadap kesehatan yang harus diperhatikan adalah peranannya sebagai vector atau agent penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman, yaitu adanya parasit-parasit, mikroorganisme, toksin yang diproduksi oleh bakteri, zat-zat yang membahayakan kesehatan, penggunaan tanaman atau bahan lain yang beracun sebagai bahan makanan.

Pendapat ahli lainnya, Widyati dan Yuliarsih (2002) kebersihan lingkungan yang lazim disebut dengan sanitasi berasal dari kata Latin sanus yang berarti bersih dan sehat. Sanitasi makanan tidak dapat dipisahkan dari sanitasi lingkungan karena sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan makanan agar tetap bersih, sehat, dan aman.

(3)

penyimpanan makanan, cara pengolahan makanan, pengangkutan makanan masak, penyimpanan makanan masak, penyajian makanan. Pencemaran dapat saja terjadi pada salah satu dari ke enam prinsip tersebut dan lingkungan tempat kerja apabila tidak memperhatikan atau tidak mengindahkannya.

Berdasarkan pendapat Sabarguna (2011) menurut SK Menkes RI, No.1204/Menkes/SK/X/2004 makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit, untuk pasien dan karyawan, serta makanan dan minuman yang dijual di dalam lingkungan rumah sakit atau di bawa dari luar rumah sakit.

2.2Penyehatan Makanan

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003) penyehatan makanan adalah upaya mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapan yang dapat atau menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

Menurut Chandra (2006) di dalam upaya penyehatan makanan, terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatikan yaitu :

1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi. 2. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan. 3. Keamanan terhadap penyediaan air.

4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran

5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan penyajian dan penyimpanan.

(4)

2.3 Sumber Pencemaran makanan

Menurut Suklan (1989) sumber pencemaran makanan dapat terjadi dalam beberapa hal yaitu :

1. Sumber pencemaran prilaku petugas penjamah makanan yang menularkan penyakit kepada makanan antara lain karena :

a. Tangan yang kotor

Kebersihan tangan sangat penting bagi setiap orang terutama bagi penjamah makanan. Kebiasaan mencuci tangan setiap saat harus dibiasakan. Pada umumnya ketidakmauan untuk mencuci tangan sebelum mengerjakan Sesuatu karena di rasakan memakan waktu, dengan kebiasaa mencuci tangan,sangat membantu dalam pencegahan penularan bakteri dari tangan ke makanan.

b. Batuk atau percikan ludah

(5)

ludah ditelan dengan rasa yang enak dengan rasa permen bila terpaksa meludah maka meludahlah pada tempat yang disediakan.

c. Perhiasan yang dipakai Perhiasan yang dipakai akan menjadi sarang kotoran yang hinggap akibat debu, kotoran melalui keringat dan sebagainya. Perhiasan akan menjadi sumber cemaran makanan,Sehingga tidak perlu dipakai sewaktu mengolah makanan. 2.4 Penyakit Bawaan Makanan

Penyakit bawaan makanan menurut Depkes RI (2000), adalah penyakit yang pada umumnya menunjukkan gangguan pada saluran pencernaan yang ditandai dengan gejala mual, perut mulas, diare, kadang-kadang muntah yang disebabkan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung bakteri ganas dalam jumlah yang cukup banyak, racun, bakteri atau bahan kimia berbahaya.

Menurut Purnawijayanti (2001) penyakit akibat makanan dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Infeksi terjadi apabila setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung mikroorganisme pathogen hidup, kemudian timbul gejala-gejala penyakit, demam tifus dan paratifus, kolera, disentri basiller.

2. Peracun terjadi apabila di dalam makanan terdapat racun, baik racun kimia maupun racun intoksikasi (racun yang ada dalam makanan tersebut). 2.4.1 Escherichia coli

(6)

Berdasarkan Staf pengajar FKUI (1994) Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan didalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers diarrhea, seperti juga kemampuannya menimbulkan sinfeksi pada jaringan tubuh lain diluar usus. Genus Esceherichia terdiri dari 2 spesies yaitu: Escherichia coli dan Escherichia hermanii.

Bakteri Escherichia coli adalah salah satu spesies utama bakteri gram negatif umumnya merupakan flora normal saluran pencernaan manusia dan hewan. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti diare,muntaber dan masalah pencernaan lainnya. (Pelczar,2005)

Menurut Wardhana (2004), adapun alasan memilih bakteri E. coli adalah sebagai berikut :

1. Lebih tahan dibanding dengan bakteri usus patogen. Karena lebih tahan dibanding dengan bakteri usus patogen lainnya, maka dapat dipastikan bakteri patogen usus sudah tidak ada apabila bakteri coli tidak ada ditemukan dalam pemeriksaan air

2. Terdapat banyak di dalam tinja maka bagian manapun yang diambil dari tinja dan dianalisa akan ditemukan

3. Mudah dianalisis dengan cara melihat reaksi pada media selktif tertentu maka dapat dipastikan keberadannya

(7)

bakteri gram negatif, fakultatif aerob, tumbuh baik pada media sederhana. Dapat melakukan fermentasi lactosa dan fermentasi glukosa, serta menghasilkan gas Escherichia coli merupakan flora normal, hidup komensal di dalam colon manusia dan diduga membantu pembuatan vitamin K yang penting untuk pembekuan darah. Penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan, seperti cholera, typhus, disentri dan penyakit cacing. Bibit penyakit ini berasal dari faces manusia yang menderita penyakit tersebut.

2.4.2 Sifat-sifat Bakteri Escherichia coli

Menurut Supardi (1999) Escherichia coli merupakan flora komersal yang paling banyak pada usus manusia dan hewan. Dapat berubah menjadi oportunis pathogen bila hidup di luar usus yaitu lokasi normal tempatnya berada dan dapat menyebabkan infeksi salurah kemih, saluran empedu, infeksi luka dan masitis pada sapi.

Menurut Pelczar (1988) sel Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 μ dan lebar 1,1-01,5 μ, tersusun tunggal, berpasangan dengan flagella peritikus. Bakteri relatif sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan

pada suhu pasteurisasi makanan atau selama pemasakan makanan.

(8)

Bakteri Escherichia coli tidak bisa bertahan pada tempat yang kering dan kena pembasmi hama, dan akan mati pada suhu 600 C selama 30 menit. Bila dilihat dibawah mikroskop maka kumpulan Escherichia coli berwarna merah, sedangkan secara makroskopik terlihat kilau metalik disekitar media (Depkes RI, 1991).

Menurut Jawetz (2003) Escherichia coli merupakan flora normal yang paling banyak pada usus manusia dan hewan. Dapat berubah menjadi oportunis pathogen bila hidup di luar usus yaitu lokasi normal tempatnya berada dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih,saluran empedu,infeksi luka dan mastitis pada sapi.

2.4.3 Klasifikasi Escherichia coli Domain : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gammmaproteobacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia

Spesies : E. Coli 2.4.4 Patogenesis Esherichia Coli

(9)

dijelaskan. ETEC menghasilkan dua jenis toksin yang bersifat stabil dan agak labil terhadap panas dan menyebabkan diare pada anak serta bayi, yaitu penyakit yang mirip dengan kolera (didaerah endemis kolera) dan diare petualang (ditularkan lewat air dan makanan). EIEC menginvasi dan berproliferasi di dalam sel epitel mukosa sehingga tidak jarang menimbulkan colonic epithelial cell death.

Menurut Arisman (2009) Esherichia coli enterotoksigenik (ETEC) adalah penyebab utama traveller’s diarrhea dan infantile di negara berkembang (miskin). Diare pada kasus ini berupa watery diarrhea, dengan gradasi keparahan berkisar dari ringan sampai parah. Patogenesis diare oleh famili ETEC berkaitan dengan enterotoksin yang dihasilkannya.

Menurut Arisman (2009) Esherichia coli enteroinvasif (EIEC) dapat menginvasi sel-sel epitel mukosa usus sehingga menyebabkan terjadinya watery diarrhea, disentri, demam, muntah, kram dan nyeri perut hebat, serta tenesmus.

Tinja kerap mengandung darah (leukosit dan eritrosit).

Berdasarkan pendapat Arisman (2009) Esherichia coli enteropatogenik (EPEC), Esherichia coli enteroaggregatif (EAEC), dan diffusely adherent Esherichia coli (DAEC) menyebabkan diare berair dan disentri.

(10)

Pada lambung, jejenum, dan duodenum orang yang sehat adalah bebas dari coliform, sedangkan orang dengan diare akut oleh ETEC bagian tersebut terdapat kuman ETEC dan untuk menimbulkan diare ada 3 syarat :

1. Strain Esherichia Coli harus toksigenik (di tes pada hewan percobaan) 2. Jumlah Esherichia Coli lebih dari 105 – 106 / ml

3. Strain yang toksigenik harus kontak dengan mukosa yang sensitif, jadi harus ada kolonisasi di usus halus karena usus halus lebih sensitif terhadap Esherichia Coli dari pada usus besar, Enterotoksin mempunyai efek terjadinya

sekresi ion CL disertai dengan penghambatan K+. Untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit lain seperti Na+, K+ dan HCO3 sehingga tetap isotonik.

2.5 Persyaratan Sanitasi Makanan dan Minuman

1. Jumlah kuman E. coli pada makanan jadi harus 0/gr sampel makanan dan pada minuman jumlahnya harus 0/100 ml sampel minuman.

2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman, sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E. coli.

3. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,50C atau dalam suhui dingin kurang dari 4°C makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu -5°C sampai 1°C.

(11)

Tabel 2.1 Suhu Penyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan

Sumber : Depkes RI Kepmenkes No.1204/Menkes/SK/X/2004

2.6 Enam Prinsip Higiene Sanitasi Makanan

Faktor-faktor dalam higiene dan sanitasi makanan adalah tempat, peralatan, personal (orang) dan makanan. Dalam upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan, maka perlu dilakukan analisis terhadap rangkaian dari faktor-faktor tersebut secara rinci.

Adapun ke enam higiene sanitasi makanan tersebut adalah : 1. Pemilihan Bahan Baku Makanan

Pembelian bahan sebaiknya di tempat yang resmi dan berkualitas baik a. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari Instalasi Gizi atu

(12)

Kesehatan Nomor 1098/Menkes/Per/VI/2011 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi.

b. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain harus selalu diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.

c. Bahan makanan kemasan (olahan) harus mempunyai label dan merek serta dalam keadaan baik.

2. Penyimpanan Bahan Makanan

Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, terlindung dari bahan kimia berbahaya, serta terlindung dari serangga dan hewan lain.

a. Bahan makanan kering

1) Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi

2) Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih maupun air limbah) untuk menghindari terkena bocoran. 3) Tidak ada drainase di sekitar gudang makanan.

4) Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak terbawah 15-25 cm.

5) Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22oC

(13)

7) Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak terlalu rapat untuk menjaga sirkulasi udara.

b. Bahan makanan Basah/mudah Membusuk dan Minuman

1) Bahan makanan seperti buah, sayuran, dan minuman disimpan pada suhu penyimpanan sejuk (cooling) 10-15oC

2) Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali disimpan pada suhu penyimpanan dingin (chilling) 4-10oC

3) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu 0-4 0oC

4) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka kurang dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu < 0oC

5) Pintu tidak boleh sering dibuka karena dapat meningkatkan suhu 6) Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus

dalam kondisi tertutup

7) Pengambilan dengan cara first in first out (FIFO), yaitu yang disimpan lebih dahulu juga digunakan lebih dahulu, agar tidak ada makanan yang busuk.

3. Pengolahan Makanan

(14)

kaidah dari prinsip – prinsip higiene dan sanitasi. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh

a. Penyiapan untuk pengolah 1) Peranan Penjamah Makanan

a) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

b) Secara berkala, minimal 2 kali setahun, diperiksa kesehatannya oleh dokter yang berwenang, termasuk pemeriksaan usap dubur

c) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung pengolahan makanan dapur

d) Selalu mencuci tangan sebeleum bekerja dan setelah keluar dari kamar mandi

2) Tempat Pengolahan Makanan

Tempat pengolahan makanan dimana makanan diolah sehingga menjadi makanan yang terolah ataupun makanan jadi yang biasanya disebut dapur.Dapur merupakan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat higiene dan sanitasi,diantaranya kontruksi dan perlengkapan yang ada.

Menurut Depkes RI (2003) syarat-syarat tersebut adalah: a. Lantai

(15)

dan tahan terhadap pembersihan yang berulang–ulang. Dibuat miring ke arah tertentu dengan kelandaian 2 – 3% sehingga tidak terjadi genangan air serta mudah dibersihkan.

b. Dinding

Permukaan dinding dibuat dari bahan yang kuat, halus, kering dan tidak menyerap air serta mudah dibersihkan, sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh jamur atau kapang yang akan mengotori dinding dan tempat berkumpulnya kuman. Keadaan dinding harus terpelihara bebas dari debu dan kotoran yang dapat menyebabkan pencemaran pada makanan. Agar mudah dikenali bila terdapat kotoran dinding dibuat berwarna terang. Bila permukaan dinding sering terkena percikan air misalnya tempat pencucian maka setinggi 2 meter dari lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus dan tidak menahan debu. c. Langit-langit

Berfungsi sebagai penahan jatuhnya debu sehingga tidak mengotori makanan, atap tidak boleh bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang serangga dan tikus. Langit-langit harus senantiasa bersih dan dirawat bebas dari retakan dan lubang-lubang. Tinggi langit-langit tidak kurang dari 2,4 meter

d. Pintu dan Jendela

(16)

dibuka dan dipasang. Semua pintu dari ruang tempat pengolahan makanan dibuat menutup sendiri atau dilengkapi dengan peralatan anti lalat seperti kasa dan tirai.

e. Pencahayaan

Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta pekerjaan pengolahan makanan secara efektif. Pencahayaan harus tidak menyilaukan dan tersebar merata sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menempatkan beberapa lampu dalam satu ruangan.

f. Ventilasi atau Penghawaan

Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman, suhu nyaman berkisar antara 28oC – 32oC. Ventilasi dapat diperoleh secara alamiah dengan membuat lubang penghawaan, baik lubang penghawaan tetap maupun yang inisidental. Bila ventilasi alamiah tidak dapat memenuhi persyaratan maka dibuat ventilasi buatan seperti kipas, exhauster, fan dan AC.

g. Air bersih

(17)

h. Tempat Sampah

Kantong plastik dan bak sampah tertutup harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah, namun dapat menghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah.

i. Perlindungan dari serangga dan tikus

Hubungan tempat pengolahan makanan harus dibuat anti serangga dan tikus,karena sifatnya yang suka bersarang ataupun berkembangbiak pada tempat pengolahan makanan,oleh karena itu pengendaliannya harus secara rutin.

4. Penyimpanan Makanan Jadi

Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup, serta segera disajikan.

5. Pengangkutan Makanan

Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara pengangkutannya. `

a. Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup dan bersih.

(18)

c. Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut bahan atau barang kotor.

6. Penyajian Makanan

a. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan yang dipakai harus bersih.

b. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup

c. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 600C, untuk Makanan jadi harus segera disajikan

d. Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.

Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman Pengawasan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Internal

a. Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas penanggung jawab kesehatan lingkugnan rumah sakit

b. Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan dengan pengambilan sampel makanan dan minuman meliputi makanan dan minuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap santap, air besih, alat makanan dan masak, serta usap dubur penjamah

(19)

d. Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal dua kali dalam setahun.

e. Bila terjadi keracunan makanan dan minuman di rumah sakit, maka petugas sanitasi harus mengambil sampel makanan dan minuman untuk diperiksa ke laboratorium

Menurut Sabarguna dkk (2011), sanitasi makanan dan minuman penting dilakukan di rumah sakit karena :

1. Pasien setiap hari membutuhkan makanan dan minuman

2. Rumah sakit harus mencegah adanya penularan penyakit lewat makanan secara nyata.

3. Rumah sakit tidak hanya menyediakan makanan dan minuman yang baik, tetapi juga harus memenuhi ketentuan gizi yang ditetapkan.

4. Adanya makanan dan minuman yang merupakan diet khusus yang diberikan sebagai terapi.

2.7 Penyediaan Jasa Boga Untuk Makanan di Rumah Sakit Umum

Pengertian Jasa Boga sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1098/Menkes/Per/VI/2011, merupakan sebuah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

(20)

memperkerjakan seorang penanggungjawab yang mempunyai pengetahuan higiene sanitasi makanan dan memiliki sertifikat higiene sanitasi makanan.

2.8 Pengertian Rumah Sakit

Defenisi Rumah Sakit menurut Muhammad dan Amir, (1999) adalah suatu badan usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medik jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari tindakan observasi, diagnostik, terapetik dan rehabilitatif untuk orang yang menderita sakit.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. 2.8.1 Tipe – Tipe Rumah Sakit

Menurut Azwar (1996) berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 pelayanan rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E :

1. Rumah Sakit Kelas A

(21)

2. Rumah Sakit Kelas B

Rumah Sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.

3. Rumah Sakit Kelas C

Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat empat macam pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan didirikan di setiap kabupaten/kota (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

4. Rumah Sakit Kelas D

(22)

5. Rumah Sakit Kelas E

Rumah sakit kelas E merupakan rumah sakit khusus (special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan rumah sakit ibu dan anak. Rumah Sakit kelas E mempunyai potensi besar menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, terutama yang berasal dari aktivitas medis. Sampah rumah sakit dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sampah medis dan sampah non medis. Untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan perlu adanya langkah-langkah penanganan dan pemantauan lingkungan.

2.8.2 Fungsi Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Menurut Permenkes RI no.1096/menkes/per/VI/2011 Beberapa pengertian penting yang perlu diperhatikan sebagai berikut : Makanan, adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh

1. Diet, mempunyai tiga pengertian, yaitu : a. Makanan yang dimakan sehari-hari

b. Makanan yang dimakan menurut aturan tertentu

(23)

2. Terapi diet, adalah bagian dari diet khusus yang memperhatikan penggunana makanan untuk tujuan penyembuhan/terapi.

3. Pelayanan gizi, adalah pelayanan yang membantu masyarakat dalam keadaan sehat atau sakit untuk memperoleh makanan yang sesuai, guna mencapai status gizi sebaik-baiknya.

4. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS), adalah pelayanan gizi yang diberikan di rumah sakit bagi pasien yang dirawat dan berobat jalan 5. Instalasi Gizi Rumah Sakit, adalah unit yang mengelola kegiatan

pelayanan gizi di rumah sakit

Dalam pengadaan/penyediaan makanan mulai dari perencanaan hingga bahan makanan dan berlanjut pada proses pengolahan dan distribusi diawasi oleh Ahli Gizi.

2.9 Instalasi Gizi Rumah Sakit

Instalasi gizi adalah unit yang mengelola pelayanan gizi bagi pasien rawat inap,rawat jalan maupun keluarga pasien,dengan kegiatan :

1. Pengadaan/penyajian makanan 2. Pelayanan gizi ruang rawat inap

3. Penyuluhan, konsultasi dan rujukan gizi 4. Penelitian dan pengembangan gizi terapan

(24)

2.10 Pengertian Higiene dan Sanitasi Instalasi Gizi

Menurut Azwar (1990) Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan istilah hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain,yaitu mengupayakan cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit. Tetapi pada penerapannya memiliki arti yang berbeda, sanitasi menitik beratkan kepada faktor lingkungan hidup manusia, sedangkan hygiene lebih menitikberatkan kepada individu.

2.10.1 Pengertian Hygiene

Menurut Azwar (1990) higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan tersebut,serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring,membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

2.10.2 Pengertian Sanitasi

(25)

yang memberi pengaruh terhadap perkembangan fisik, kesehatan,dan kelangsungan hidup manusia”. Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang

menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Menurut ahli lainnya, Chandra (2006) sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia. Adapun tujuan yang sebenarnya dari upaya higiene sanitasi makanan yaitu:

1. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan 2. Mencegah penularan wabah penyakit

3. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat 4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan 2.11 Persyaratan Higiene Sanitasi Instalasi Gizi Rumah Sakit

Menurut Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/Per/VI/2011, persyratan higiene sanitasi instalasi gizi adalah sebagai berikut :

1. Lokasi

Terletak pada lokasi yang terhindar dari pencemaran yang diakibatkan antara lain oleh debu,asap, serangga dan tikus.

a. Bangunan dan Fasilitas 1) Umum

a) Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(26)

b. Tata ruang

1) Pembagian ruang minimal terdiri dari dapur, gudang,ruang makan, toilet,ruang karyawan dan ruang administrasi.

2) Setiap ruangan mempunyai batas dinding serta ruangan satu dan lainnya dihubungkan dengan pintu.

3) Ruangan harus ditata sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi serta barang-barang lainnya yang dapat mencemari terhadap makanan.

c. Lantai

1) Lantai dibuat kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan. 2) Pertemuan lantai dengan dinding harus conus atau tidak boleh

membuat sudut mati.

d. Dinding

1) Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering/tidak menyerap air dn mudah dibersihkan.

2) Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap.

(27)

e. Langit-langit

1) Permukaan rata, berwarna terang, serta mudha dibersihkan. 2) Tidak terdapat lubang-lubang.

3) Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,4 meter. f. Pintu dan Jendela

1) Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.

2) Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah harus dilengkapi dengan kawat kasa yang dapat dibuka dan dipasang. 3) Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar.

4) Setiap bagian bawah pintu sebaiknya dilapisi logam setinggi 36cm, untuk mencegah masuknya tikus.

5) Jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 (satu) cm. g. Pencahayaan

1) Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruang.

2) Disetiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan dan tempat pencuci tangan, intensitas pencahayaan sedikitnya 10 foot candle.

(28)

h. Ventilasi/penghawaan

1) Ventilasi alam harus memenuhi syarat,seperti cukup menjamin peredaran udara dengan baik dan dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau, dan debu dalam ruangan.

2) Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan.

i. Atap

1) Tidak bocor,cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga lainnya

j. Ruangan Pengolahan Makanan

1) Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari luas bangunan.

2) Permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah saluran pembuangan air limbah.

3) Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur,permukaan rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan. 4) Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas yang

dipasang setinggi 2(dua) meter dari lantai dan kapasitasnya disesuaikan dengan luas dapur.

(29)

7) Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan pintu bagian luar membuka ke arah luar.

8) Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya serangga yang dapat menutup sendiri.

9) Ruang dapur terdiri dari : a) Tempat pencucian peralatan

b) Tempat penyimpanan bahan makanan c) Tempat pengolahan

d) Tempat persiapan e) Tempat administrasi

10)Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 10 foot candle.

11)Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin kenyamanan kerja didapur, menghilangkan assap dan debu.

12)Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya. 13)Tersedia sedikitnya peja peracikan, peralatan, lemari/fasilitas

penyimpanan dingin, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian yang berfungsi dan terpelihara dengan baik.

14)Harus dipasang tulisan “Cucilah tangan anda sebelum menjamah makanan dan peralatan” ditempat yang mudah dilihat.

(30)

k. Gudang Bahan Makanan

1) Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan ukuran gudang.

2) Gudang bahan makanan tidak boleh untuk menyimpan bahan lain selain makanan.

3) Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpaanan makanan. 4) Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin sirkulasi

udara.

5) Gudang harus dilengkapi dengan pelindung serangga dan tikus. l. Tempat Cuci Tangan

1) Jumlah tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun/sabun cair dan alat pengering.

2) Apabila tidak tersedia fasilitas tersebut dapat disediakan : a) Sapu tangan kertas ( tissue)

b) Lap basah c) Air hangat

3) Tersedia tempat cuci tangan khusus untuk karyawan dengan kelengkapan seperti tempat cuci tangan yang jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya karyawan sebagai berikut :

4) 1 sampai 10 orang,1 buah; dengan penambahan 1 (satu ) buah untuk setiap penambahan 10 orang atau kurang.

(31)

6) Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, pak penampungan yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.

m. Tempat mencuci Peralatan `

1) Terbuat dari bahan yang kuat,aman,tidak berkarat dan mudah dibersihkan.

2) Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas dan air dingin.

3) Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah.

4) Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3(tiga) bilik/bak pencuci yaitu untuk mengguyur,menyabun dan membilas.

n. Tempat Pencuci Bahan Makanan

1) Terbuat dari bahan yang kuat,aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.

2) Bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau air yang mengandung larutan kalium Permanganat 0,02%.

3) Tempat pencucian dihubungankan dengan saluran pembuangan air limbah

o. Air bersih

(32)

2) Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap tempat kegiatan.

p. Air Limbah

1) Sistem pembuatan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air, tidak merupakan sumber pencemaran, misalnya memakai saluran tertutup, septic tank dan riol.

2) Sistem perpipaan pada bangunan bertingkat harus memenuhi persyaratan menurut Pedoman Plumbing Indonesia.

3) Saluran air limbah dari dapur harus dilengkap perangkap lemak (grease trap).

q. Toilet

1) Letak tidak berhubungan langsung dengan dapur, ruang persiapan makanan, ruang tamu dan gudang makanan.

2) Didalam toilet harus tersedia jamban,peturasan dan baik air. 3) Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria.

4) Toilet untuk tenaga kerja terpisah dengan toilet untuk pengunjung. 5) Toilet dibersihkan dengan deterjen dan alat pengering.

6) Tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok serta sabun. 7) Luas lantai cukup untuk memelihara kebersihan.

8) Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan kelandaiannya/kemiringannya cukup.

(33)

10)Air limbah dibuang ke septik tank,riol atau lubang peresapan yang tidak mencemari air tanah.

11)Saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air.

12)Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak penampung dan saluran pembuangan.

13)Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup.

14)Peturasan dilengkapi dengan air mengalir.

15)Jamban harus dibuat dengan tipe leher angsa dan dilengkapi dengan air penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas ( tissue).

16)Diberi tanda/tulisan pemberitahuan bahawa setiap pemakai harus mencuci tangan dengan sabun sesudah menggunakan toilet.

17)Jumlah jamban harus mencukupi sebagai berikut : Jumlah karyawan : 1 – 10 orang : 1 buah,11 - 25 orang : 2 buah, 26 – 50 orang : 3 buah. Dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 25 orang.

r. Tempat Sampah

1) Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat. Mempunyai tutup dan memakai kantong plastic khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk. 2) Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk

(34)

3) Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah. 4) Sampah harus dibuang dalam waktu 24 jam.

5) Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari serangga,tikus atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah.

s. Persyaratan Peralatan

1) Peralatan tidak rusak ,sompel,retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan.

2) Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau tidak ada sudut mati, rata,halus dan mudah dibersihkan. 3) Peralatan harus dalam keaadaan bersih sebelum digunakan,seperti

piring,gelas,sendok,garpu,panci dan sebagainya.

4) Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas dan tidak boleh mengandung E.coli /cm² permukaan alat

5) Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan:

a) Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/deterjen,air dingin,air panas sampai bersih.

b) Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas , dilap dengan kain.

(35)

kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/mesin dan tidak boleh dilap dengan kain.

7) Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :

a) Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan kering dan bersih.

b) Cangkir,mangkok gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik.

c) Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak rusak.

d) Laci-laci penyimpanan peralatan terpelihara kebersihannya. e) Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari

(36)

2.12 Kerangka Konsep

Kondisi Higiene dan Sanitasi 1. Pemilihan bahan baku makanan 2. Tempat penyipanan bahan baku 3 Pengolahan makanan

4 Penyimpanan makanan jadi 5. Pengangkutan makanan 6 Penyajian makanan

Memenuhi syarat atau tidak dari Kepmenkes RI No. 1096/Menkes/Per IV/2011

Permenkses RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Permenkses RI No. Pemeriksaan Escherichia coli

Gambar

Tabel 2.1 Suhu Penyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan

Referensi

Dokumen terkait

merah di daerah Bangka Tengah terjadi karena keadaan petani yang sebelumnya.. menaman cabai merah sebagai

Menunjukkan kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa Bani Umayah dalam bidang ilmu pengetahuan. 9

Peneliti Saat Mewancarai Kepala Puskesmas Medan Tuntungan Bapak

openly communicate the information about MPRS, highly encourage INV style in making performance reward decisions, and appropriately use performance appraisal to determine

Tingkat capaian Indikator Kinerja jumlah Pelaksanaan Ceremonial Daerah sudah sesuai dengan target, pencapaian indikator kinerja ini dinilai dari data

It is recommended that accounting educators and career services units in these universities make a concerted effort to ensure that Muslim accounting students understand that

[r]

Diharapkan web ini dapat membantu dan mempermudah pelanggan untuk mencari informasi tentang hotel,serta mempermudah dalam pemesanan kamar. Penulis berharap dengan menggunakan