• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subsitusi Dedak Dengan Pod Kakao Yang Difermentasi Dengan Aspergillus Niger Terhadap Performans Broiler Umur 6 Minggu Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Subsitusi Dedak Dengan Pod Kakao Yang Difermentasi Dengan Aspergillus Niger Terhadap Performans Broiler Umur 6 Minggu Chapter III V"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak

Jln. Prof. Dr. A Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 6 minggu dimulai

dari Bulan Juli sampai dengan Agustus 2012.

Bahan dan Alat Bahan

Day old chick (DOC) yang digunakan sebagai objek penelitian sebanyak

120 ekor strain Cobb – LH 500. Bahan penyusun ransum terdiri atas tepung

jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, tepung pod

kakao fermentasi, kapur dan top mix. Air minum untuk memenuhi kebutuhan air

dalam tubuh diberikan secara ad libitum. Air gula untuk mengurangi stress dari

kelelahan transportasi. Rodalon sebagai desinfektan kandang dan peralatan baik

tempat pakan maupun tempat minum. Vaksin ND 5 Ma Clone®, IBD® dan ND

Lasota® untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh broiler. Formalin 40%

dan KMnO4 (kalium permanganat) untuk fumigasi kandang. Kapang Aspergillus

niger sebagai bahan fermentasi kulit buah kakao. Vitamin seperti vitachick®

sebagai suplemen tambahan.

Alat

Alat yang digunakan adalah kandang baterai berukuran 100cm x 100cm x

50cm, jumlah kandang sebanyak 24 unit dan tiap unit di isi 5 ekor Day old chick,

(2)

timbangan salter dengan kapasitas 5 kg dengan kesetaraan 0,01g untuk

menimbang pertambahan bobot badan ayam, alat penerangan dan pemanas berupa

lampu pijar 40 watt sebanyak 24 buah, Thermometer sebagai alat untuk mencatat

suhu ruangan. alat pembersih kandang (sapu, sekop, hand sprayer dan lainnya),

pisau, plastik, ember, alat tulis, buku data dan kalkulator. Terpal dengan ukuran 3

x 6 m sebanyak 4 buah sebagai penutup dinding ruangan.

Metode Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak

lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan dan setiap ulangan

terdiri atas 5 ekor broiler. Perlakuan yang diteliti adalah

R0 = Pakan komersil

R1 = Ransum formulasi dengan penggunaan dedak padi 12% dan tanpa kulit

ibuah kakao fermentasi

R2 = Ransum formulasi dengan penggunaan dedak padi 9% dan kulit buah

kakao fermentasi 3%

R3 = Ransum formulasi dengan penggunaan dedak padi 6% dan kulit buah

kakao fermentasi 6%

R4 = Ransum formulasi dengan penggunaan dedak padi 3% dan kulit buah

kakao fermentasi 9%

R5 = Ransum formulasi tanpa penggunaan dedak padi dan kulit buah kakao

(3)

Ulangan yang didapat berasal dari rumus :

t (n - 1) ≥ 15

6 (n - 1) ≥ 15

6n - 6 ≥ 15

6n ≥ 21

n ≥ 3.5

n ≈ 4

Dengan susunan sebagai berikut :

R02 R32 R51 R44

R42 R14 R03 R31

R53 R52 R34 R12

R21 R01 R41 R54

R33 R22 R23 R04

R13 R43 R11 R24

Model matematik percobaan yang digunakan adalah :

Yij = µ + σi + ∑ij

Dimana :

i = 1, 2, 3,…i = perlakuan j = 1, 2, 3,…j = ulangan

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j

µ = nilai tengah umum

σi = pengaruh perlakuan ke-i

(4)

Parameter Peneletian Konsumsi Ransum (g)

Konsumsi ransum dihitung berdasarkan selisih antara jumlah ransum yang

diberikan dikurangi dengan jumlah ransum yang sisa.

Konsumsi Ransum = Ransum yang diberikan – ransum sisa

Pertambahan Bobot Badan (g)

Pertambahan bobot badan diperoleh dengan menghitung selisih bobot

badan akhir dengan selisih bobot badan awal. Penimbangan dilakukan setiap

seminggu sekali.

Pertambahan Bobot Badan = Bobot Badan Akhir – Bobot Badan Awal

Feed Convertion Ratio (FCR)

Konversi ransum merupakan ratio antara konsumsi ransum dengan

pertambahan bobot badan.

banyaknya ransum yang dihabiskan

berat badan yang di dapat/dicapai

Pelaksanaan penelitian

1. Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang dipersiapkan 2 minggu sebelum Day Old Chick dikandangkan,

dimana seluruh instalasi penerangan/pemanas telah dipasang. Sebelumnya

kandang didesinfekatan dengan rodalon. Kandang difumigasi dengan formalin

dan KMNO4 yang dibiarkan selama 1 minggu dan seluruh ruangan ditutupi

dengan terpal untuk memastikan gas dari formalin dan KMNO4 sepenuhnya

(5)

masih menempel di kandang. Seminggu setelah fumigasi, tempat ransum dan

tempat minum yang telah dicuci dengan rodalon ditempatkan pada masing –

masing plot kandang serta dialasi koran dan atal sebagai litter. Kemudian satu hari

sebelum Day Old Chick tiba/dikandangkan, alat penerang sudah dihidupkan untuk

menstabilkan suhu di dalam ruangan/kandang sesuai dengan suhu Day Old Chick.

Random Day Old Chicken (DOC)

Ditempatkan ke masing-masing unit kandang sebanyak 5 ekor per unit

kandang. Dilakukan penimbangan bobot badan awal. Kemudian anak ayam umur

satu hari dihomogenkan bobot badannya dengan menggunakan rumus x̄ ± 2 sd

untuk ditempatkan ke masing-masing unit kandang sebanyak 5 ekor per unit

kandang.

3. Penyusunan Ransum

Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri dari tepung jagung, dedak

padi, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, tepung kulit kakao fermentasi,

kapur dan top mix. Bahan penyusun ransum yang digunakan ditimbang terlebih

dahulu sesuai komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi

tiap perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara

manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya

ketengikan pada ransum.

4. Pemeliharaan broiler

1. Sesaat Day Old Chick dikandangkan, langsung diberi air gula dan pada

pemberian air minum selanjutnya diberikan air minum yang ditambahkan

(6)

2. Pemanas atau induk buatan sebagai penghangat Day Old Chick dihidupkan 24

jam penuh sampai Day old chick berumur 1 minggu dan setelah Day Old

Chick berumur 2 minggu pemanas dihidupkan hanya pada malam hari saja

tergantung kondisi cuaca.

3. Pemberian ransum pertama kali sesuai dengan perlakuan yang diberikan dan

setelah 48 jam semua ayam diberikan ransum secara ad libitum. Untuk

pemberian air minum dilakukan secara ad libitum yakni pada pagi dan sore

hari. Dimana tempat minum dicuci terlebih dahulu sebelum diberikan kepada

broiler.

4. Pemberian vaksin pertama kali pada umur 4 hari, yakni dengan vaksin ND

Ma 5 Clone® melalui tetes mata. Pada umur 14 hari, vaksin yang digunakan

adalah vaksin IBD® melalui air minum dan pada umur 18 hari vaksin yang

digunakan adalah ND Lasota® juga melalui air minum. Program vaksin ini

tidak baku, tergantung situasi di tempat penelitian.

5. Obat - obatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ayam. Obat yang

seperti Doxyfet®, Therapy® dan Vitabro® diberikan setelah terlihat adanya

tanda – tanda penyakit pada ayam tersebut.

6. Sisa feses atau kotoran ayam dibersihan setiap 3 hari sekali disertai dengan

penyemprotan rodalon di sekitar alas kandang untuk menghindari hinggapan

lalat yang membawa bibit penyakit.

5. Pengambilan data

Dilakukan pencatatan data setiap harinya untuk konsumsi ransum dan

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum

Pengambilan data konsumsi ransum dilakukan setiap minggunya dengan

cara pengurangan jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum. Rataan

konsumsi ransum ayam broiler selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan konsumsi selama penelitian (gr/hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum broiler

selama penelitian adalah 94,42gr/ekor/minggu. Konsumsi ransum terendah

terdapat pada perlakuan R5 (ransum dengan perlakuan 0 % dedak dan 12 % pod

kakao ) yaitu sebesar 92,64 gr/ekor/minggu, sedangkan konsumsi ransum tertinggi

terdapat pada perlakuan R0 (ransum dengan perlakuan pakan komersil ) sebesar

96,08 gr/ekor/minggu.

Untuk mengetahui perbedaan konsumsi antar perlakuan dilakukan analisis

keragaman pada Tabel 9.

Tabel 9.Analisis ragam konsumsi ransum ayam broiler selama 6 minggu.

SK Db JK KT Fhitung F Tabel

F0.05 F0.01 Perlakuan 5 25,77 5,15 1,26tn 2.93 4.58

Galat 18 73,58 4,08

(8)

Dari analisis ragam konsumsi pakan broiler diatas dapat dilihat bahwa

pemberian ransum dedak, pod kakao, kombinasi maupun pakan komersil

memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P < 0,05). Hal ini dapat

disebabkan karena tingkat protein dan energi metabolisme hampir sama dalam

setiap level perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyu (1988), yang

menyatakan tingkat protein dan energi metabolisme yang berbeda berpengaruh

terhadap konsumsi pakan, selisih kandungan energi metabolisme pada setiap

pakan perlakuan tidak jauh berbeda, sehingga ayam pada tiap perlakuan

cenderung mengkonsumsi pakan yang sama.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa konsumsi ransum broiler pada

setiap perlakuan semakin menurun dimana pada peningkatan penggunaan pod

kakao pada ransum menjadikan konsumsi ransumnya semakin menurun. Dimana

konsumsi pakan tertinggi terdapat pada R0 (pakan kontrol ) dan konsumsi pakan

terendah terdapat pada R5(ransum dengan perlakuan 0 % dedak dan 12 % pod

kakao ). Hal ini dapat diakibatkan oleh semakin tingginya tingkat serat kasar pada

ransum yang berasal dari pod kakao. Ini menunjukkan bahwa kandungan nutrisi

ransum pada R0 sedikit lebih baik dari kandungan nutrisi pakan lainnya sehingga

tingkat konsumsinya lebih baik.

Pertambahan Bobot Badan

Pengambilan data pertambahan bobot badan dilakukan setiap minggu

dengan cara penimbangan bobot badan akhir dikurangi bobot badan sebelumnya

dalam satuam gram/ekor/minggu. Rataan pertambahan bobot badan broiler yang

(9)

Tabel 10. Rataan pertambahan bobot badan harian selama penelitian (42 hari).

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan

ayam broiler selama penelitian adalah 45,45 gr/ekor/minggu. Pertambahan bobot

badan terendah terdapat pada perlakuan R5 (Ransum formulasi tanpa penggunaan

dedak padi dan kulit buah kakao fermentasi 12%) yaitu sebesar

40,06 gr/ekor/minggu, sedangkan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat

pada perlakuan R0 (pakan komersil) yaitu sebesar 54,99 gr/ekor/minggu.

Untuk mengetahui perbedaan pertambahan bobot badan ayam broiler antar

perlakuan , maka dilakukan analisis keragaman pada Tabel 11.

(10)

Dari analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat

nyata pertambahan bobot badan antar perlakuan. Dimana pada penggunaan pod

kakao yang semakin tinggi mengakibatkan pertambahan bobot badan yang lebih

rendah. Ini bisa diakibatkan oleh semakin tingginya tingkat serat kasar yang

terdapat pada ransum. Siregar dan Sabrani (1970), menyatakan bahwa serat kasar

yang berlebihan dapat mengurangi efisiensi penggunaan nutrien lain, sebaliknya

apabila serat kasar ransum terlalu rendah, mengakibatkan ransum tidak dapat

dicerna dengan baik.

Untuk melihat lebih jelas perbedaan bobot badan antar perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Uji Duncan pertambahan bobot badan

Perlakuan Rataan Notasi

R0 54,99 A

Walaupun tidak terdapat perbedaan yang nyata pada konsumsi ransum,

namun pada pertambahan bobot badan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata

antar perlakuaan. Tabel 12 melalui uji duncan menunjukkan perbedaan

pertambahan bobot badan antar perlakuan , dengan urutan dari yang terbesar

adalah R0; R1; R2; R3; R4; R5. Walaupun kandungan protein dan energi

metabolisme pada setiap pakan sama, namun kandungan serat kasar yang tinggi

pada pod kakao dapat mempengaruhi kecernaan pada ayam broiler. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Wahju (1992) yang menyatakan bahwa serat kasar yang tidak

tercerna dapat membawa nutrien lain yang keluar bersama ekskreta. Hasil

(11)

sedangkan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada R5 (Ransum

formulasi tanpa penggunaan dedak padi dan kulit buah kakao fermentasi 12%).

Ini diakibatkan karna penggunaan pod kakao pada R5 lebih besar dari setiap

perlakuaan dapat dilihat bahwa semakin banyak penggunaan pod kakao maka

pertambahan bobot badannya semakin rendah. Namun jika dilihat dari uji duncan

walaupun semakin turun tapi pertambahan bobot badan pada R1, R3 dan R3 tidak

terlalu jauh tapi pada R4 dan R5 terjadi perbedaan yang jauh.ini menunjukkan

penggunaan pod kakao pada level 6% masih baik walaupun berbeda dengan R0

( pakan komersil).

Konversi ransum

Konversi ransum dapat dihitung dari perbandingan konsumsi ransum

dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan selama penelitian.konversi

ransum adalah indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi

penggunaan ransum, semakin rendah angka konversi ransumberarti semakin

efisien dan sebaliknya semakin tinggi angka konversi ransumnya maka semakin

tidak efisien. Dari hasil penelitian diperoleh rataan konversi ransum ayam broiler

seperti Tabel 13.

Tabel 13. Rataan konversi rasio harian selama penelitian (42 hari).

(12)

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa konversi ransum ayam broiler selama

penelitian adalah 2,10. Konversi ransum terendah terdapat pada R0 (pakan

komersil) yaitu sebesar 1,75. Sedangkan konversi ransum tertinggi terdapat pada

R5 (ransum dengan 12 % pod kakao dan 0 % dedak padi) yaitu sebesar 2,32.

Untuk mengetahui perbedaan konversi ransum antar perlakuan dilakukan analisis

keragaman pada Tabel 14.

Tabel 14. Analisis ragam konversi ransum ayam broiler salama penelitian.

SK db JK KT Fhitung

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat

nyata konversi ransum antar perlakuaan.Jika dilihat pada Tabel sebelumnya

bahwa konversi pakan terendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu pakan komersil.

Ini menunjukkan bahwa ransum pada R0 memiliki kualitas yang lebih baik.

Sementara pada penggunaan pod kakao yang semakin tinggi mengakibatkan

konversi pakan yang semakin tinggi pula, ini menunjukkan bahwa penggunaan

pod kakao yang semakin tinggi mengakibatkan kualitas pakan yang semakin

rendah. Rasyaf (2003) menjelaskan bahwa, konversi pakan adalah jumlah ransum

yang dikonsumsi seekor ayam dalam waktu tertentu untuk membentuk daging

atau berat badan. Faktor yang mempengaruhi tingkat konversi pakan antara lain

strain, kualitas pakan, keadaan kandang dan jenis kelamin.

Untuk melihat lebih jelas perbedaan konversi ransum aantar perlakuan

(13)

Tabel 15. Uji duncan konversi ransum.

Perlakuan Rataan Notasi

R0 1,75 A

Menurut Rasyaf (1993), konversi ransum adalah ransum yang habis

dikonsumsi ayam dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan

bobot badan (pada waktu tertentu) semakin baik mutu ransum semakin kecil

konversinya. Dari Tabel 15 melalui uji duncan dapat dilihat perbedaan konversi

ransum antar perlakuaan dengan urutan dari yang terkecil adalah R0; R1; R2; R3;

R4; R5. Dalam penelitian ini ransum terbaik adalah ransum R0 (pakan komersil),

sedangkan pakan terburuk adalah R5 (ransum dengan 12 % pod kakao dan 0 %

dedak padi).

Rekapitulasi hasil penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka didapat hasil rekapitulasi

penelitian seperti tertera pada Tabel 16.

Tabel 16. Rekapitulasi konsumsi ransum , pertambahan bobot badan dan konversi

ransum ayam Broiler selama penelitian

(14)

Berdasarkan hasil rekapitulasi pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa

konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan nilai konversi ransum broiler

yang paling baik terdapat pada perlakuan R1 (ransum dengan perlakuan 12 %

dedak dan 0 % pod kakao) yaitu (94,93 g/ekor/minggu, 45,63 g/ekor/minggu,

2,08 g/ekor/minggu).

Sedangkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan nilai konversi

ransum broiler yang paling buruk terdapat pada perlakuan R5 (ransum dengan

perlakuan 0 % dedak dan 12 % pod kakao) yaitu (92,64 g/ekor/minggu,

40,06 g/ekor/minggu, 2,32g/ekor/minggu). Namun bila dibandingkan dengan

konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan nilai konversi ransum broiler

pada pakan komersil sangat berbeda nyata yaitu (96,08 g/ekor/minggu,

54,99g/ekor/minggu, 1,75 g/ekor/minggu). Dari hasil rekapitulasi hasil penelitian

di atas tidak terdapat perbedaan yang nyata pada konsumsi ransum ayam broiler,

tetapi pada pertambahan bobot badan dan konversi ransum terdapat perbedaan

(15)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Subsitusi dedak padi dengan pod kakao yang difermentasi dengan

Aspergillus niger masih memberikan pengaruh positif sampai level penggunaan 6

% dan tidak mengurangi nilai nutrisi ransum pada ayam broiler umur 6 minggu(42

hari).

Saran

Penggunaan pod kakao yang difermentasi dengan aspergillus niger dalam

Gambar

Tabel 9.Analisis ragam konsumsi ransum ayam broiler selama 6 minggu.
Tabel 10. Rataan pertambahan bobot badan harian selama penelitian (42 hari).
Tabel 12. Uji Duncan pertambahan bobot badan
Tabel 13. Rataan konversi rasio harian selama penelitian (42 hari).
+3

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Subtitusi Dedak Padi Dengan Kulit Buah Kakao Difermentasi Aspergillus niger Terhadap Performans ii Itik Raja Umur 1-7 Minggu.. Nama :

Hasil penelitian menunjukan ransum mendapat tepung kulit buah naga tanpa dan difermentasi tidak berbeda nyata (P&gt;0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan,

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui nilai ekonomi kulit buah kakao yang dicapai dengan penambahan Aspergillus niger dalam ransum itik raja umur 0 – 7 minggu, yang

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan pod kakao yang difermentasi dengan MOIYL pada ransum terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan,

Penggunaan daun eceng gondok hasil fermentasi dalam ransum ayam broiler sampai aras 7,5% menghasilkan kecernaan protein kasar dan serat kasar yang sama namun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi Amtabis dalam ransum komersial pada level yang berbeda selama perlakuan berpengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap pertambahan

pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum broiler fase starter dan finisher dalam penelitian ini menunjukkan angka yang semakin menurun (P &lt; 0,05)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat subtitusi dedak padi oleh pod kakao memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P&lt;0,01) terhadap penurunan bobot potong, bobot