• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Benalu Nangka (Macrosolen Cochinchinensis (Lour). Van Tiegh) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Benalu Nangka (Macrosolen Cochinchinensis (Lour). Van Tiegh) Chapter III V"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat- alat

1. Spektrofotometer FT-IR Shimadzu

2. Spektrofotometer UV-Vis 3. Spektrometer 1

500 Mhz

H-NMR Jeol/Delta2NMR

4. Kolom kromatografi

5. Rotarievaporator Büchi R-114

6. Labu Alas Rotarievaporator 1000 mL Schoot Duran 7. Lampu Ultraviolet 254/356 nm UVGL 58 8. Neraca analitis

9. Chamber 10.Maserator

11.Rangkaian alat destilasi

12.Corong pisah 1 L Pyrex 23.Statif dan Klem 24.Batang pengaduk

25.Plat Aluminium KLT Silika Gel 60 F 26.Plat KLTP

254

(2)

3.2 Bahan-bahan

1. Daun Tumbuhan Benalu Nangka

2. Metanol Destilasi

3. Etilasetat Teknis

4. Aquadest Teknis

5. N-heksana Teknis

6. Kloroform Teknis

7. FeCl3

8. HCl 2 N 5 %

(3)

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penyediaan Sampel

Sampel yang diteliti adalah daun tumbuhan Benalu Nangka (M. cochincinensis) yang diperoleh dari pekarangan kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Daun ini kemudian dikeringkan di udara terbuka, lalu dihaluskan dengan blender hingga diperoleh serbuk daun benalu Nangka sebanyak 2000 g.

3.3.2 Uji Flavonoida terhadap Daun Tumbuhan Benalu Nangka

Untuk mengetahui adanya terkandung senyawa flavonoida pada daun tumbuhan benalu Nangka dilakukan dengan uji flavonoida secara kualitatif, yang dilakukan dengan cara: dimasukkan masing-masing 10 g serbuk kering daun benalu Nangka ke dalam erlenmeyer I dan II, ditambahkan 100 mL pelarut metanol ke dalam erlenmeyer I dan 100 mL pelarut etilasetat ke dalam erlenmeyer II, didiamkan lalu disaring. Dimasukkan masing-masing filtrat yang diperoleh ke dalam tabung reaksi I dan II, lalu ditambahkan pereaksi FeCl3

3.3.3 Ekstraksi Daun Tumbuhan Benalu Nangka

5% ke dalam masing-masing tabung reaksi, dihasilkan larutan berwarna hitam untuk ke dua larutan dalam tabung reaksi.

3.3.3.1 Ekstraksi Maserasi dengan Pelarut Metanol

Serbuk daun benalu Nangka ditimbang sebanyak 2100 g, kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol sebanyak 6 L sampai sampel terendam seluruhnya dan dibiarkan selama ± 24 jam. Perendaman dilakukan secara berulang-ulang hingga ekstrak menunjukkan hasil negatif bila diuji dengan pereaski FeCl3 5%. Maserat ditampung

dan dipekatkan dengan rotarievaporator dan diuapkan diatas penangas air hingga seluruh pelarut metanol menguap dan diperoleh ekstrak pekat metanol.

3.3.3.2 Pemisahan Tanin

(4)

3.3.3.3 Ekstraksi Partisi dengan Pelarut N-Heksana

Ekstrak pekat etilasetat bebas tanin kemudian dilarutkan dengan pelarut metanol. Ekstrak metanol kemudian diekstraksi partisi dengan pelarut n-heksana menggunakan corong pisah. Ekstraksi partisi dilakukan secara berulang kali. Ektraksi partisi dihentikan apabila ekstrak metanol menunjukkan hasil yang negatif bila diuji dengan pereaksi FeCl3 5%. Lapisan metanol dipisahkan dari lapisan n-heksana. Lapisan

metanol tersebut kemudian dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol bebas nonpolar (ekstrak flavonoid glikosida).

3.3.3.4 Hidrolisa

Ekstrak pekat metanol bebas nonpolar kemudian dihidrolisa (diputuskan ikatan gulanya) dengan menggunakan HCl 2 N sambil dipanaskan diatas penangas air selama ± 1 jam setelah ekstrak mendidih dan sambil diaduk. Kemudian disaring sehingga diperoleh ekstrak metanol bebas gula (ekstrak aglikon flavonoid).

3.3.3.5 Ektraksi Partisi dengan Pelarut Kloroform

Ekstrak metanol bebas gula diekstraksi partisi denganpelarut kloroform secara berulang kali sampai lapisan metanol asam menunjukkan hasil negatif apabila diuji dengan pereaski FeCl3 5%. Kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan diatas

(5)

3.3.4 Analisa Kromatografi Lapis Tipis

Analisa kromatografi lapis tipis dilakukan terhadap ekstrak pekat kloroform dengan menggunakan fase diam silike gel 60 GF254 Merck dan dengan fase gerak campuran

pelarut n-heksana : etilasetat dengan perbandingan (9:1); (8:2); (7:3); dan (6:4)v/v.

Analisa ini dilakukan untuk mencari fase gerak yang sesuai dalam analisa kromatografi kolom.

Dimasukkan 10 mL campuran pelarut n-heksana : etilasetat dengan perbandingan (9:1)v/v ke dalam bejana kromatografi, lalu dijenuhkan. Ditotolkan

ekstrak pekat kloform pada plat KLT, dimasukkan plat ke dalam bejana yang telah berisi campuran pelarut yang telah dijenuhkan, lalu ditutup dan dielusi hingga pelarut mencapai batas atas pada plat KLT yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah fase gerak mencapai batas atas plat KLT, plat diangkat dan dikeringkan kemudian difiksasi dengan pereaksi FeCl3 5%. Diamati warna bercak yang dihasilkan dan dihitung harga

Rf dari bercak yang dihasilkan. Dilakukan perlakuan yang sama untuk campuran pelarut n-heksana : etilasetat dengan perbandingan (8:2), (7:3), dan (6:4)v/v

3.3.5 Isolasi Senyawa Flavonoida dengan Kromatografi Kolom

.

Isolasi senyawa flavonoida terhadap ekstrak pekat kloroform secara kromatografi kolom, dengan menggunakan fase diam silika gel 60G dan fase gerak pelarut n-heksana 100%, campuran pelarut n-n-heksana : etilasetat dengan perbandingan (90:10)v/v, (80:20)v/v, (70:30)v/v, dan (60:40) v/v.

Dirangkai alat kolom. Kemudian dibuburkan silika gel sebanyak 30 g dengan menggunakan pelarut n-heksana, diaduk hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam tabung kolom. Kemudian dielusi dengan n-heksana 100% hingga silika gel dipastikan sudah padat dan homogen. Dilarutkan ekstrak pekat kloroform daun benalu Nangka dengan kloroform lalu dimasukkan ke dalam tabung kolom yang telah berisi buburan silika gel.

Dimasukkan kapas sebagai pembatas antara sampel dan fase gerak sebelum ditambahkan fase gerak berupa pelarut n-heksana : etilasetat dengan perbandingan (90:10)v/vsecara perlahandan diaturaliran pelarut dengan kran sedemikian rupa.

Ditingkatkan kepolaran dengan cara menambahkan fase gerak n-heksana : etilasetat dengan perbandingan (80:20)v/v, (70:30)v/v, dan (60:40) v/v

Eluat yang diperoleh ditampung dalam botol vial sebanyak ±10 mL per botol vial dan diperoleh hasil sebanyak 110 botol vial. Kemudian fraksi diuji dengan pereaksi FeCl

.

(6)

3.3.6 Uji Kemurnian Senyawa Hasil Isolasi dengan KLT

Selanjutnya fraksi yang positif (fraksi 25-110) di KLT dan digabungkan fraksi-fraksi dengan harga Rf dan yang memiliki pola noda yang sama. Dihasilkan 4 fraksi-fraksi penggabungan yakni fraksi I (fraksi 25-50), fraksi II (fraksi 51-55), fraksi III (fraksi 56-60) dan fraksi IV (61-110). Diuapkan semua fraksi penggabungan yang dihasilkan diatas penangas air sampai kering dan ditimbang massa tiap fraksi. Dihasilkan berupa pasta berwarna kuning, yang kemudian dilarutkan dengan pelarut etilasetat untuk diuji KLT untuk mengetahui kemurnian senyawa dan untuk menentukan fase gerak yang sesuai untuk kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP).

3.3.7 Pemurnian Senyawa Hasil Isolasi dengan KLTP

Pada uji kemurnian senyawa hasil isolasi dengan KLT, dihasilkan dua noda pada kromatogram fraksi 25-50. Maka dilakukan permunian dengan cara preparatif. Pasta hasil isolasi tersebut dilarutkan dengan etilasetat, lalu ditotolkan pada plat preparatif yang berukuran 20×20 cm berupa garis di sepanjang batas bawah yang telah ditentukan sebelumnya, ditotolkan berulang-ulang dan secara merata dengan menggunakan pipa kapiler. Dibiarkan mengering sampai sampel yang ditotolkan diserap oleh silika.

Dimasukkan plat KLTP yang telah kering ke dalam chamber yang berisi fase gerak yang sesuai yaitu n-heksana : etilasetat (80:20)v/v, ditutup chamber, dibiarkan

sampai pelarut mencapai batas atas yang telah ditentukan, diangkat plat, didiamkan, kemudian dimasukkan kembali ke dalam chamber, diulangi sebanyak 3 kali supaya noda benar-benar terpisah dengan baik. Kemudian plat dikeringkan, disinari dengan lampu UV, ditandai daerah-daerah noda yang telah terpisah dengan pensil, dihasilkan dua daerah noda, lalu dikerok silika pada daerah-daerah yang telah ditandai tersebut. Silika tersebut kemudian dielusi diatas corong kaca kecil yang menggunakan kapas sebagai penyaring dan pelarut metanol:etilasetat (1:1) v/v yang dituangkan setetes demi

setetes dengan pipet tetes. Ditampung filtrat didalam erlenmeyer kecil. Filtrat yang dihasilkan kemudian diuapkan kembali hingga kering hingga terbentuk pasta. Di KLT kembali untuk menguji apakah pasta yang dihasilkan tersebut sudah murni dan dihasilkan hanya satu noda yang berarti pasta sudah murni, dan diuji juga dengan pereaksi FeCl3 5% dan dihasilkan warna hitam yang berarti pasta tersebut positif

(7)

3.3.8 Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi

3.3.8.1 Identifikasi dengan Spektrofotometer UV-Visible

Analisa dengan alat spektrofotometer Ultraviolet-Visible (UV-Vis) diperoleh dari Laboratorium Kimia FMIPA ITB, Bandung dengan menggunakan pelarut metanol.

3.3.8.2 Identifikasi dengan Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR)

Analisa dengan alat Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR) diperoleh dari Laboratorium Pusat Penelitian Kimia-LIPI, Komplek PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang dengan menggunakan KBr.

3.3.8.3 Identifikasi dengan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1

Analisa dengan alat Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (

H-NMR)

1

(8)

3.4 Bagan Uji Flavonoida

3.4.1 Bagan Uji Flavonoida dengan Pelarut Metanol

3.4.2 Bagan Uji Flavonoida dengan Pelarut Etilasetat

Serbuk Daun Benalu Nangka

diekstraksi maserasi dengan etilasetat disaring

dimasukkan ke dalam tabung reaksi

diamati

dimasukkan ke dalam tabung reaksi

(9)

3.5 Bagan Penelitian

2000 gram Serbuk Daun Benalu Nangka (Macrosolen cochinchinensis (Lour). Van Tiegh)

dimaserasi dengan metanol sampai sampel terendam didiamkan selama ± 24 jam

diulangi sebanyak 3 kali disaring

Ekstrak Metanol

Ampas

diuji dengan FeCl3 5% dipekatkan dengan rotarievaporator

diuapkan hingga seluruh pelarut metanol menguap

Ekstrak Pekat Metanol

dilarutkan dengan etil asetat sampai larutan negatif bila diuji dengan FeCl3 5% disaring

Ekstrak Etil Asetat Residu

diuji dengan FeCl3 5% dipekatkan dengan rotarievaporator diuapkan hingga seluruh etil asetat menguap

Ekstrak Pekat Etil Asetat

dilarutkan dengan metanol

diekstraksi partisi dengan n-heksana sampai larutan negatif bila diuji dengan FeCl3 5%

Lapisan Metanol Lapisan n-Heksana

( tidak dilanjutkan)

diuji dengan FeCl3 5% dipekatkan dengan rotarievaporator

dihidrolisis dengan HCl 6% sambil dipanaskan selama 1 jam didinginkan

disaring

Ekstrak Metanol Asam

diekstraksi partisi dengan kloroform hingga lapisan kloroform negatif bila diuji dengan FeCl3 5%

Residu

(10)

Lapisan Kloroform

diuji dengan FeCl3 5% (+)

dipekatkan dengan rotarievaporator

Ekstrak Pekat Kloroform

diuji dengan FeCl3 5% (+)

diuji KLT dengan eluent n-heksana : etil asetat (90:10; 80:20; 70:30; 60:40) v/v

dikolom kromatografi dengan fase diam silika gel dan fase gerak n-heksana : etil asetat (90:10; 80:20; 70:30; 60:40) v/v ditampung tiap fraksi sebanyak ±10 mL dalam botol vial

duji KLT untuk mengetahui harga Rf yang sama digabungkan fraksi dengan harga Rf yang sama Lanjutan

Fraksi 25 - 50

(86, 30 mg)

Fraksi 51 - 60

(37,60 mg) Fraksi 61 -110(232,20 mg)

diuji dengan FeCl3 5% diuji dengan FeCl3 5% diuji dengan FeCl3 5%

Hasil positif Hasil positif Hasil positif

dianalisa kromarografi lapis tipis

dipreparatif dengan eluen n-heksana : etilasetat (80:20) v/v dikeringkan

disinari dibawah lampu UV digerus preparat dari plat

dielusi dengan eluen campuran metanol:etilasetat 1:1 disaring

diuapkan

dianalisa kromatografi lapis tipis

Senyawa Hasil Isolasi

dianalisa dengan spektrofotometer UV-Visible, spektrofotometer Inframerah (FT-IR), dan sepktrometer 1H-NMR.

(11)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil uji kualitatif flavonoida terhadap ekstrak metanol dan etilasetat dari daun tumbuhan Benalu Nangka (M. cochincinensis) menunjukkan bahwa sampel positif terhadap pereaksi FeCl3 5%.

Hasil elusi dari perbandingan pelarut n-heksana : etilasetat 70:30 (v/v) pada fraksi

25-50, dilakukan KLT preparatif dengan eluen n-heksana : etilasetat 80:20 (v/v

Gambar 4.1 Spektrum UV-Vsible Senyawa Hasil Isolasi dengan Menggunakan Metanol

) untuk mendapatkan senyawa murni. Dan diperoleh senyawa murni berupa pasta berwarna kuning kecoklatan dengan massa 2 mg dan nilai Rf = 0,36.

(12)

Panjang gelombang dan absorbansi UV-Vis senyawa hasil isolasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Panjang Gelombang dan Absorbansi UV-Visible Senyawa Hasil Isolasi

Dari hasil karakterisasi dan elusidasi menggunakan Spektrofotometer Ultraviolet-Visible (UV-Vis) menunjukkan adanya satu serapan panjang gelombang

maksimum (λ maks) yaitu pada pita II menunjukkan panjang gelombang 264 nm.

Spektrum FT-IR pasta hasil isolasi memberikan puncak-puncak serapan daerah bilangan gelombang (cm-1

Gambar 4.2 Spektrum Inframerah (FT-IR) Senyawa Hasil Isolasi Menggunakan KBr Pellet

) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 berikut : Panjang Gelombang (nm) Absorbansi

(13)

Hasil analisa Spektrofotometer FT-IR dari pasta hasil isolasi menghasilkan pita serapan pada daerah bilangan gelombang pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Analisa Spektrum FT-IR Senyawa Hasil Isolasi

Gugus Fungsi Intensitas Bilangan Gelombang (cm-1)

─OH (stretching) Sedang 3419,79 – 3363,86

―CH═CH― Tajam 2926,01

C─H alifatis Rendah 2864,29

C═O (keton) Tajam 1720,50

C═C aromatik Sedang 1448,54 – 1377,17

C─OH (alkohol) Rendah 1278,81

C─O─C Rendah 1197,79

(14)

Hasil analisa spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) terhadap hasil senyawa hasil isolasi dengan menggunakan pelarut metanol (CD3

Gambar 4.3 Spektrum

OD) dan TMS menunjukkan sinyal-sinyal pergeseran kimia pada daerah (ppm) yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 berikut ini:

1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi

(15)

Berikut merupakan Tabel 4.3 yang menunjukkan pergeseran kimia dan jenis peak 1H-NMR senyawa hasil isolasi :

Tabel 4.3 Pergeseran Kimia dan Jenis Peak 1 Daerah Pergeseran Kimia (ppm)

H-NMR Senyawa Hasil Isolasi Jenis Peak

δ = 8,0038 Puncak singlet

δ = 7,5797 – 7,5680 Puncak doublet

δ = 7,3929 – 7,3786 Puncak doublet

δ = 6,8053 – 6,7884 Puncak doublet

δ = 6,5096 – 6,4771 Puncak doublet

δ = 4,6067 Puncak singlet

δ = 3,8310

δ = 1,3095 Puncak singlet Puncak singlet

4.2 Pembahasan

Isolasi senyawa flavonoida dari 2000 g daun tumbuhan Benalu Nangka pada tahap awal dilakukan uji kualitatif polifenol dan flavonoida dengan merendam serbuk daun tumbuhan Benalu Nangka dengan pelarut metanol dan etilasetat lalu ditambahkan pereaksi FeCl3 5%, dan didapatkan hasil yang positif. Dilakukan uji kualitatif

flavonoida dengan pelarut etilasetat selain dengan pelarut metanol, dikarenakan pada ekstrak metanol masih terkandung senyawa polifenol lainnya (misalnya tanin, senyawa poilfenol yang sering terdapat bersamaan dengan flavonoid), sedangkan pada ekstrak etilasetat tidak terkandung tanin karena tanin tak dapat larut dalam pelarut polar aprotik sedangkan flavonoid dapat larut, sehingga jika didapatkan hasil yang positif dengan pereaksi FeCl3 5% maka dapat dipastikan bahwa dalam sampel

terkandung flavonoid.

(16)

Ekstrak pekat metanol bebas nonpolar dilanjutkan dengan dihidrolisis dengan HCl 2 N untuk memutuskan ikatan gula dengan flavonoid (karena flavonoid di alam biasanya terikat dengan gula). Dilanjutkan dengan diekstraksi partisi dengan pelarut kloroform dan dipekatkan. Dianalisa KLT untuk mencari perbandingan pelarut yang sesuai untuk eluen dalam kromatografi kolom. Dari hasil KLT, didapatkan bahwa perbandingan pelarut yang baik untuk memisahkan flavonoida dari daun tumbuhan Benalu Nangka adalah n-heksana : etilasetat dengan perbandingan 70:30 (v/v), yang

menunjukkan pemisahan yang lebih baik dari noda yang dihasilkan ( lihat Lampiran 3 ).

Kemudian dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom. Fraksi-fraksi yang dihasilkan kemudian dianalisa KLT untuk digabungkan fraksi dengan nilai Rf dan pola noda yang sama ( lihat Lampiran 4 ).

Fraksi yang dilanjutkan adalah fraksi 25-50 dengan massa = 86,3 mg, karena pemisahan noda yang dihasilkan lebih baik dan noda berada ditengah plat bila dibandingkan dengan fraksi-fraksi lainnya (lihat Lampiran 5). Tidak dipilih fraksi yang lebih bawah dikarenakan kemungkinan dalam fraksi tersebut terkandung senyawa-senyawa polifenol lainnya, seperti asam-asam fenolik yang sangat polar,yang terpecah pada saat dihidrolisa. Kemudian dipreparatif dengan sistem pelarut n-heksana : etilasetat dengan perbandingan 80:20 (v/v), kromatogram disinari dengan

lampu UV, kemudian dikerok bagian yang diinginkan dan dielusi dengan metanol : etilasetat dengan perbandingan 1:1 (v/v) didalam corong kecil. Senyawa yang

(17)

Untuk menganalisa struktur senyawa flavonoida hasil isolasi diperlukan alat spektrofotometer UV-Visible, Inframerah (FT-IR) dan spektrometer 1H-NMR. Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk menentukan golongan senyawa flavonoida yang diperoleh melalui panjang gelombang maksimum pita serapan yang dihasilkan. Spektofotometer Inframerah (FT-IR) digunakan untuk menganalisa gugus-gugus fungsi dari senyawa hasil isolasi. Dan spektrometer 1H-NMR digunakan untuk menentukan jenis proton senyawa melalui atom C tetangga.

Dari hasil interpretasi spektrum UV-Visibel dengan pelarut metanol (Gambar

4.1) memberikan panjang gelombang maksimal (λmaks) = 264 nm (pada Tabel 4.1).

Hal ini menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi sesuai dengan spektrum UV-Visibel pada senyawa pembanding flavonoid (Lampiran 7), dan dari pembanding didapatkan bahwa senyawa hasil isolasi kemungkinan merupakan senyawa flavanoid golongan isoflavon.

Hasil interpretasi spektrum Inframerah (FT-IR) dan 1H-NMR dengan menggunakan pelarut metanol (CD3OD) diuraikan melalui penjelasan berikut:

Pergeseran kimia pada δ = 1,3095 ppm terdapat puncak singlet, menunjukkan proton dari CH3 dari vinilik. Hal ini didukung oleh spektrum IR pada bilangan

gelombang2864,29 cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ulur ─CH alifatis.

Pergeseran kimia pada δ = 3,8310 ppm terdapat puncak singlet, menunjukkan

proton dari ─OCH3. Hal ini didukung oleh spektrum IR pada bilangan gelombang

2864,29 cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ulur ─CH alifatis, pada bilangan gelombang 1377,17 cm-1puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi tekuk

─CH3 dan pada bilangan gelombang 1197,79 cm-1 puncak rendah menunjukkan

(18)

Pergeseran kimia pada δ = 4,6067 ppm terdapat puncak singlet, menunjukkan proton dari vinilik. Hal ini didukung oleh spektrum IR pada bilangan gelombang 2926,01 cm-1puncak tajam menunjukkan adanya vibrasi ulur ―CH═CH―. Dan hal ini didukung oleh Lampiran 13.

Pergeseran kimia pada δ = 6,5096 – 6,4771 ppm terdapat puncak doublet dan

δ = 6,8053 – 6,7884 ppm terdapat puncak doublet, yang menunjukkan proton yang

berjodohan antara proton H-6 dan H-8 dari cincin A, dikarenakan adanya kemungkinan subtituen OH pada C-7 dan ─OCH 3 pada C-5 yang menyebabkan

pergeseran kimia yang hampir sama. Hal ini didukung oleh spektrum IR pada bilangan gelombang 1448,54 cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan rangkap C═C dari sistem aromatik dan pada bilangan gelombang 981,77 cm-1 puncak rendah menunjukkan adanya vibrasi ulur ─CH. Dan sesuai dengan pembanding pada Lampiran 12.

Pergeseran kimia pada δ = 7,3786 – 7,3929 ppm terdapat puncak doublet, menunjukkan proton yang berjodohan antara proton H-3’ dan H-5’ pada cincin B. Hal ini didukung oleh spektrum IR pada bilangan gelombang 1448,54 cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan rangkap C═C dari sistem aromatik dan pada bilangan gelombang 981,77 cm-1 puncak rendah menunjukkan adanya vibrasi ulur

─CH. Dan sesuai dengan pembanding pada Lampiran 12.

Pergeseran kimia pada δ = 7,5797 – 7,5680 ppm terdapat puncak doublet, menunjukkan proton yang berjodohan antara proton H-2’ dan H-6’ pada cincin B. Hal ini didukung oleh spektrum IR pada bilangan gelombang 1448,54 cm-1 puncak sedang menunjukkan adanya vibrasi ikatan rangkap C═C dari sistem aromatik dan pada bilangan gelombang 981,77 cm-1 puncak rendah menunjukkan adanya vibrasi ulur

─CH. Dan sesuai dengan pembanding pada Lampiran 12.

(19)

OH

Pada spektrum NMR, terlihat ada dua peak pada 8 ppm dan juga terlihat banyak peak lainnya pada pergeseran kimia yang lain, hal ini dikarenakan kurang murninya sampel, dan diduga terdapat senyawa isomer isoflavon yang tergabung didalamnya dengan harga Rf yang sangat berdekatan sehingga sulit untuk dipisahkan dengan cara KLT preparatif dan juga dikarenakan sangat sedikitnya massa senyawa hasil isolasi yang diperoleh.

Berdasarkan analisa data dan interpretasi yang dilakukan pada spektrum UV-Visibel, FT-IR dan 1H-NMR, pasta yang diisolasi dari daun tumbuhan Benalu Nangka adalah senyawa flavonoida golongan isoflavon dengan dugaan struktur sebagai berikut:

Keterangan : R = ,

Gambar 4.4 Kemungkinan Struktur Senyawa Hasil Isolasi (Isoflavon)

(20)

OH

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil uji kualitatif flavonoida menggunakan pereaksi FeCl3

2. Hasil isolasi yang diperoleh dari 2000 g daun Benalu Nangka berupa pasta berwarna kuning kecoklatan sebanyak 2 mg, dengan harga Rf = 0,36 dengan eluen n-heksana : etilasetat 80:20 (

5% menunjukkan bahwa daun Benalu Nangka mengandung senyawa flavonoida.

v

/v

3. Hasil analisa dengan spektrofotometer Infra Merah (FT-IR), UV-Visible dan spektrometer Resonansi Inti Magnetik Inti Proton (

).

1

4. Kemungkinan struktur senyawa hasil isolasi :

H-NMR) menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi dari daun Benalu Nangkamerupakan flavonoida golongan isoflavon.

Keterangan : R = ,

5.2 Saran

Untuk lebih mendukung struktur senyawa flavonoida hasil isolasi, maka sebaiknya perlu dilakukan analisa Spektrometer Karbon (13

C C CH3

CH3

Ar

H

Gambar

Gambar 4.1 Spektrum UV-Vsible Senyawa Hasil Isolasi dengan Menggunakan Metanol
Gambar 4.2 Spektrum Inframerah (FT-IR) Senyawa Hasil Isolasi Menggunakan KBr Pellet
Tabel 4.2 Hasil Analisa Spektrum FT-IR Senyawa Hasil Isolasi
Gambar 4.3 Spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi  dengan Menggunakan Pelarut Metanol
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh

KI: Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.. KD: Menguasai bahasa Inggris lisan dan tulisan, reseptif

[r]

Dalam penelitian ini, akan dikaji aktivitas buah terong belanda dengan variasi dosis yang berbeda dari penelitian sebelumnya terhadap kadar hemoglobin, jumlah eritrosit

Adam Malik Medan, RSU Pirngadi Medan dan di semua tempat yang telah mengajarkan keterampilan bedah pada diri saya tanpa pamrih memberikan bimbingan, koreksi dan saran kepada penulis

Selain itu digunakan juga media luar negeri seperti di Singapura dan Hongkong, pemilihan kedua negara ini karena banyak tamu yang berasal dari dua negara tersebut; (5) decoding

Health education on transmission prevention and use of masks in families with tuberculosis patient: experience from Johar Baru, Central Jakarta.. Penyuluhan cara pencegahan

Tidak tahan dengan gangguan dan terror oleh pihak MW, seluruh anggota kaum memutuskan untuk menyelesaikan perkara baik melalui proses musyawarah (non hukum) juga melalui