• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

KESIAPAN PENSIUN KARYAWAN PELAKSANA

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KANTOR DIREKSI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

DINI ATIKA RAHMI 081301078

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

KESIAPAN PENSIUN KARYAWAN PELAKSANA

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KANTOR DIREKSI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

DINI ATIKA RAHMI 081301078

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2012

(4)

Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

Dini Atika Rahmi dan Ferry Novliadi

ABSTRAK

Individu yang bekerja sebagai karyawan di suatu instansi/perusahaan memiliki batas usia tertentu, hingga akan tiba waktunya ia harus pensiun. Batas usia pensiun di Indonesia berkisar antara 55 – 60 tahun, dimana pada rentang usia tersebut berada pada tahap perkembangan dewasa menengah dan dalam tugas perkembangannya tidak disebutkan untuk menghadapi masa pensiun. Peralihan kondisi dari seorang karyawan menjadi pensiunan adalah masa transisi yang rentan menimbulkan stress. Oleh karena itu diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang untuk menghadapinya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, dan bertujuan untuk melihat tingkat kesiapan pensiun dalam diri karyawan yang sudah mendekati masa pensiun. Dalam penelitian ini terdapat tiga aspek yang diukur yakni; kesiapan finansial, fisik, dan mental emosional. Responden penelitian adalah seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Medan yang berusia 50-55 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum kesiapan pensiun karyawan berada di kategori Tinggi. Dilihat dari tiap aspek, kesiapan pensiun dalam aspek kesiapan fisik dan finansial berada pada kategori Tinggi, sedangkan aspek kesiapan mental dan emosional berada di kategori Sedang. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar bisa menjadi saran untuk perusahaan untuk membuat program kesiapan pensiun yang berfokus pada kesiapan mental para karyawan untuk menghadapi pensiun, dan untuk karyawan agar lebih mempersiapkan diri menjelang datangnya pensiun.

(5)

Employee’s Retirement Readiness of PT. Perkebunan Nusantara III Head Office

Medan

Dini Atika Rahmi and Ferry Novliadi

ABSTRACT

A person who works as an employee in a company has an age-limit until at certain time s/he has to retire. In Indonesia, the retirement age is about 50 to 60 years old, which in developmental stage it is at middle adulthood, and based on developmental task the employee doesn’t have to prepare for retirement yet. The transition from an employee to a retired-person is susceptible to lead to stress. Therefore, a good preparation and planning is very crucial.

This study used a quantitative-descriptive, and aimed to find out the level of retirement readiness of the employee who will retire few years later. There are three aspects that were measured; financial readiness, physical, and mental-emotional. The respondents were all employee of PT. Perkebunan Nusantara III Head Office Medan who 50-55 years old.

The result showed that generally the retirement readiness of the employee was High. Furthermore to each aspect, financial and physical aspects were also High, and mental-emotional aspect was Middle. The result of this study is expected to be an input and suggestion for the company to make a retirement readiness program that concern about the mental condition of the employee, and for the employee to prepare themselves to face the retirement.

Keywords : Retirement, Employee

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah memberikan penulis kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat manusia.

Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi USU, dengan judul

Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan.

Penulis menyadari tanpa bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, M.Si, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Ferry Novliadi, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

3. Ibu Emmy Mariatin, Ph.D., MA, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik

4. Bapak Eka Danta Jaya Ginting, MA, Psikolog dan Ibu Siti Zahreni, M.Psi, Psikolog selaku dosen penguji dan telah membantu dalam proses revisi skripsi ini

(7)

6. PT. Perkebunan Nusantara III dan PT. Perkebunan Nusantara IV. Terima kasih atas izin dan bantuan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Keluarga tercinta. Ummi, Hj. Suciati, Buya, H. Ihsanuddin, BA., dan adik Dinda Suci Sari Dewi. Penulis sangat bersyukur bisa berada dalam keluarga kecil yang berbahagia dan penuh kasih sayang ini.

8. Para sahabat dan teman yang menjadi keluarga kedua penulis. Mina Taniya, Erlyani Fachrosi, Mutia Maulidya, Sari Amanda, Nana Palsafah, Rahma Hayati, Nisha Yunica, Ajeng Eka Pratiwi, Rizki Febrianti, Dean Mayrisa, Fiqih hazriah, Husna astria, Dela Sari Harahap, Mirnawati, Jefri Sani, Alwi Kurnia, dan orang-orang yang dekat dengan penulis. Terima kasih atas bantuan, dukungan, dorongan, kebersamaan, dan segala suka duka yang telah terlewati selama ini. Saya sayang kalian.

9. Keluarga besar stambuk 2008. Sangat senang dan bersyukur menjadi bagian dari keluarga besar ini.

10.Seluruh pihak yang terlibat dengan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini, yang namanya mungkin tidak sengaja terlewatkan oleh penulis, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka atas kritik dan saran untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi di kemudian hari. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kesiapan Pensiun ... 9

1. Pengertian Kesiapan Pensiun ... 9

2. Aspek-Aspek Kesiapan Pensiun ... 11

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Pensiun .. 13

4. Tahapan Persiapan Masa Pensiun ... 15

5. Fase-Fase Pensiun ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 18

B. Definisi Operasional Variabel ... 18

C. Responden Penelitian ... 19

D. Metode Pengumpulan Data ... 19

1. Rancangan Alat Ukur ... 21

E. Validitas dan Reliabilitas ... 22

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 23

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 24

H. Metode Analisis Data ... 26

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Analisa Data ... 28

1. Gambaran Responden Penelitian ... 28

(9)

B. Pembahasan ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38

1. Saran Metodologis ... 38

2. Saran Praktis ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Distribusi aitem Skala Kesiapan Pensiun sebelum uji

coba

21

Tabel 2 Hasil uji reliabilitas 23

Tabel 3 Distribusi aitem Skala Kesiapan Pensiun setelah uji coba 24

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin 28

Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan divisi di perusahaan 29

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan 30

Tabel 7 Hasil uji normalitas 30

Tabel 8 Statistik deskriptif data penelitian 31

Tabel 9 Perbandingan data hipotetik dengan data empirik 32

Tabel 10 Kriteria pengkategorisasian skor 32

Tabel 11 Kategorisasi data hasil penelitian 32

Tabel 12 Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek fisik 33

Tabel 13 Kategorisasi berdasarkan aspek fisik 33

Tabel 14 Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek finansial 34

Tabel 15 Kategorisasi berdasarkan aspek finansial 34

Tabel 16 Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek mental dan emosional

34

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rancangan Alat Ukur Skala Kesiapan Pensiun 44

Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas Dan Daya Beda Aitem Skala Kesiapan Pensiun

47

Lampiran 3. Skala Kesiapan Pensiun 49

(12)

Kesiapan Pensiun Karyawan Pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

Dini Atika Rahmi dan Ferry Novliadi

ABSTRAK

Individu yang bekerja sebagai karyawan di suatu instansi/perusahaan memiliki batas usia tertentu, hingga akan tiba waktunya ia harus pensiun. Batas usia pensiun di Indonesia berkisar antara 55 – 60 tahun, dimana pada rentang usia tersebut berada pada tahap perkembangan dewasa menengah dan dalam tugas perkembangannya tidak disebutkan untuk menghadapi masa pensiun. Peralihan kondisi dari seorang karyawan menjadi pensiunan adalah masa transisi yang rentan menimbulkan stress. Oleh karena itu diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang untuk menghadapinya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, dan bertujuan untuk melihat tingkat kesiapan pensiun dalam diri karyawan yang sudah mendekati masa pensiun. Dalam penelitian ini terdapat tiga aspek yang diukur yakni; kesiapan finansial, fisik, dan mental emosional. Responden penelitian adalah seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Medan yang berusia 50-55 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum kesiapan pensiun karyawan berada di kategori Tinggi. Dilihat dari tiap aspek, kesiapan pensiun dalam aspek kesiapan fisik dan finansial berada pada kategori Tinggi, sedangkan aspek kesiapan mental dan emosional berada di kategori Sedang. Dari hasil penelitian ini diharapkan agar bisa menjadi saran untuk perusahaan untuk membuat program kesiapan pensiun yang berfokus pada kesiapan mental para karyawan untuk menghadapi pensiun, dan untuk karyawan agar lebih mempersiapkan diri menjelang datangnya pensiun.

(13)

Employee’s Retirement Readiness of PT. Perkebunan Nusantara III Head Office

Medan

Dini Atika Rahmi and Ferry Novliadi

ABSTRACT

A person who works as an employee in a company has an age-limit until at certain time s/he has to retire. In Indonesia, the retirement age is about 50 to 60 years old, which in developmental stage it is at middle adulthood, and based on developmental task the employee doesn’t have to prepare for retirement yet. The transition from an employee to a retired-person is susceptible to lead to stress. Therefore, a good preparation and planning is very crucial.

This study used a quantitative-descriptive, and aimed to find out the level of retirement readiness of the employee who will retire few years later. There are three aspects that were measured; financial readiness, physical, and mental-emotional. The respondents were all employee of PT. Perkebunan Nusantara III Head Office Medan who 50-55 years old.

The result showed that generally the retirement readiness of the employee was High. Furthermore to each aspect, financial and physical aspects were also High, and mental-emotional aspect was Middle. The result of this study is expected to be an input and suggestion for the company to make a retirement readiness program that concern about the mental condition of the employee, and for the employee to prepare themselves to face the retirement.

Keywords : Retirement, Employee

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Adapun kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow

meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, memiliki-dimiliki dan kasih sayang,

harga diri, dan aktualisasi diri. Kelima kebutuhan tersebut bersifat hierarkis.

Pilihan pekerjaan yang dilakukan manusia sangat beraneka ragam, dan pekerjaan

yang dipilih merupakan salah satu alat pemenuh kebutuhan dalam tingkat yang

berbeda. Misalnya, ada seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan

fisiologis, ada juga yang memilih suatu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan

aktualisasi diri. Menurut Lemme (1995), bekerja atau pekerjaan memberikan

pemenuhan kebutuhan, seperti kebutuhan material, harga diri, penerimaan sosial,

status sosial dan penghormatan dari orang lain, kontak sosial, kedewasaan, dan

sumber dari tantangan, kemandirian, kepuasan, kesenangan, makna hidup, dan

sebagainya.

Namun manusia memiliki keterbatasan sehingga tidak selamanya bisa

bekerja. Semakin bertambahnya usia manusia akan mengalami penurunan

kemampuan khususnya dalam fungsi fisiologis sehingga tidak lagi mampu

melakukan pekerjaannya sebaik saat masih muda, hingga diharuskan untuk

berhenti bekerja. Tidak seperti individu yang memilih bekerja dengan

berwirausaha yang mengatur sendiri pekerjaannya, individu yang bekerja di

(15)

memiliki jam kerja, masa kerja, dan batasan usia tertentu. Saat pekerja tersebut

memasuki batas usia yang telah ditetapkan untuk tidak bekerja lagi, maka ia harus

meninggalkan pekerjaannya. Secara awam hal ini dikenal dengan istilah pensiun

(Tarigan, 2009).

Pekerjaan memberikan individu identitas diri, kegiatan rutin dan teratur,

dan rasa keterlibatan dalam suatu usaha bersama. Namun pensiun dipandang

sebagai sesuatu yang mengurangi hal-hal tersebut, bahkan bisa sampai

mengancam kesejahteraan psikologis individu (Newman, 2006). Pensiun juga

biasanya menimbulkan kecemasan tersendiri dalam diri pekerja. Ketika

menghadapi pensiun, setiap orang merasakan tekanan batin yang mengimpit

(Sutarto, 2008). Lemme (1995) mengemukakan Teori Krisis yang menyebutkan

bahwa terdapat pandangan tradisional tentang pensiun, dimana pensiun dianggap

sebagai sesuatu yang buruk yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kesehatan

fisik dan psikologis. Teori ini memandang bahwa kehilangan pekerjaan dan peran

akan mengarahkan individu kepada harga diri dan status yang rendah, penolakan,

isolasi, dan mengurangi kepuasan hidup.

Di Indonesia, kebijakan yang mengatur tentang batas usia pensiun bagi

karyawan adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I Nomor: PER.02/MEN/1993

Tentang Usia Pensiun Normal Dan Batas Usia Pensiun Maksimum Bagi Peserta

Peraturan Dana Pensiun. Disebutkan dalam Pasal 2 ayat (i) Usia pensiun normal

bagi peserta ditetapkan 55 (lima puluh lima) tahun. Dan ayat (ii) Dalam hal

pekerja tetap dipekerjakan oleh Pengusaha setelah mencapai usia 55 (lima puluh

(16)

tahun. Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut dapat disimpulkan bahwa usia

pensiun pekerja di Indonesia berkisar antara 55 – 60 tahun. Namun kebijakan mengenai batas usia pensiun pekerja ini dapat disesuaikan oleh masing-masing

perusahaan dengan kondisi di dalam perusahaan itu sendiri. Ini berarti perusahaan

memiliki kewenangan untuk mengatur batas usia pensiun pekerjanya sendiri, yang

biasanya disepakati bersama dengan serikat pekerja perusahaan itu, dan

dicantumkan di dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara perusahaan dan

serikat pekerja di perusahaan itu.

Mengacu pada Peraturan Menteri mengenai batas usia pensiun pekerja

yang telah disebutkan sebelumnya, maka usia pensiun pekerja di Indonesia berada

pada tahapan perkembangan dewasa menengah, dimana menurut Papalia, Olds,

dan Feldman (2009) usia dewasa menengah adalah antara 40 – 65 tahun. Havighurst (dalam Papalia dkk., 2009) menyebutkan tugas perkembangan dalam

masa dewasa menengah ini secara garis besar adalah: 1) melakukan penerimaan

akan dan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi, 2)

mengembangkan minat pada waktu luang yang berorientasi pada kedewasaan dan

keluarga, 3) pemantapan dan pemeliharaan standar hidup yang relatif mapan, 4)

menyesuaikan diri dengan orang tua yang lanjut usia, dan membantu anak remaja

untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia. Dari paparan

tersebut tidak ditemukan tugas perkembangan untuk menghadapi masa pensiun.

Dengan kata lain, individu dalam usia dewasa menengah harusnya belum

menghadapi masa pensiun. Meskipun kekuatan fisik pada masa ini mulai

(17)

itu dalam bidang karir, pendidikan, hubungan interpersonal, dan mulai dipandang

sebagai seorang yang bijaksana. Pekerja yang lebih tua dapat menolong

perusahaan agar menjadi lebih produktif dengan memberikan keahlian dan

pengalaman mereka (Hoyer & Roodin, 2009). Menurut Papalia dkk. (2009)

karyawan yang lebih tua sering lebih produktif daripada karyawan yang lebih

muda. Faktor kuncinya adalah pengalaman, dimana karyawan yang lebih tua

menunjukkan performa kerja yang lebih baik, dimungkinkan karena mereka telah

melakukan pekerjaan tersebut dalam waktu yang lama. Kondisi ini menurut

Erikson (dalam Lemme, 1995) menunjukkan ciri Generativity dalam tahap perkembangan psikososial, dimana individu lebih fokus untuk memberi

kontribusi–dalam hal ini kepada pekerjaan dan perusahaan–daripada memikirkan imbalan yang mungkin didapat.

Pensiun dapat menjadi salah satu sumber stress dalam hidup individu

(Lemme, 1995). Dapat dipahami bahwa pada masa ini adalah masa transisi yang

penuh tantangan, terlebih bagi pensiunan yang masih harus membiayai anak-anak

mereka. Kondisi ini berarti mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit,

padahal dengan status pensiun pemasukan keuangan menjadi berkurang.

Salah satu kunci sukses dalam menjalani masa pensiun adalah persiapan

yang matang saat menjelang masa pensiun itu sendiri. Individu yang melakukan

persiapan sebelum pensiun cenderung lebih sukses dalam beradaptasi terhadap

kehidupan purna karyanya daripada yang tidak (Cavanaugh, 2006). Perencanaan

yang matang sebelum pensiun adalah suatu hal yang penting, karena pensiun

(18)

dapat mengubah banyak aspek lain dalam hidup, seperti transisi dalam kehidupan

lain, pensiun juga sering menyebabkan stress (Berk, 2007). Perencanaan sebelum

pensiun dapat meningkatkan kesuksesan penyesuaian keadaan saat masa pensiun

tersebut datang (Lemme, 1995).

PT. Perkebunan Nusantara III memiliki visi “Menjadi perusahaan agribisinis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis

terbaik.” merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang sedang menuju cakupan internasional, tempat bagi banyak individu

menyandarkan hidupnya dengan bekerja dan mengabdi pada perusahaan

(http://www.ptpn3.co.id). Karyawan merupakan komponen yang sangat penting

dalam berjalannya perusahaan. Untuk itu kesejahteraan karyawan sangat perlu

diperhatikan. Pentingnya memperhatikan kesejahteraan karyawan tidak hanya

pada saat ia dalam masa aktif bekerja saja, tetapi kesejahteraan karyawan yang

akan maupun sudah pensiun juga tidak kalah penting. Mengingat pengabdian dan

dedikasi yang telah diberikan karyawan kepada perusahaan dalam jangka waktu

yang tidak sebentar, maka karyawan pantas mendapatkan kesejahteraan di masa

purna karyanya.

PT. Perkebunan Nusantara III telah menyadari pentingnya memperhatikan

kesejahteraan karyawan yang akan pensiun. Maka dari itu PTPN III telah

membuat suatu program kesiapan Pensiun dalam bentuk pelatihan untuk

karyawan yang akan pensiun. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang

karyawan di bagian Sumber Daya Manusia (SDM), pelatihan kesiapan pensiun

(19)

Pelatihan diikuti oleh 85 orang karyawan pelaksana yang setahun lagi akan

memasuki masa pensiun dari seluruh kebun unit PTPN III. Dalam pelatihan

tersebut karyawan yang akan pensiun dibekali wawasan kewirausahaan.

Pelatihan kesiapan pensiun belum pernah dilaksanakan lagi sejak tahun

2010 lalu, dan pelatihan yang telah dilaksanakan tersebut tidak ada program

follow-up nya. Pada tahun 2012 ini sebenarnya perusahaan telah memiliki rencana untuk melaksanakan pelatihan kesiapan pensiun untuk karyawan pimpinan,

namun masih tertunda realisasinya hingga direncanakan akan dapat terealisasi

pada awal tahun 2013. Sedangkan untuk karyawan pelaksana, pelatihan kesiapan

pensiun belum dibuat programnya kembali. Di Kantor Direksi Medan karyawan

pelaksana yang sudah mendekati masa pensiun berjumlah sekitar 16 %. Dari

pemaparan di atas peneliti ingin melakukan penelitian dan ingin melihat secara

luas tentang gambaran umum tingkat kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan

Nusantara III di Kantor Direksi Medan.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana kesiapan pensiun dalam diri karyawan PT. Perkebunan

Nusantara III Kantor Direksi Medan di saat menjelang pensiun?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tingkat kesiapan pensiun

secara umum dan secara spesifik aspek-aspek kesiapan pensiun dalam diri

(20)

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu

Psikologi, khususnya pada bidang Psikologi Industri dan Organisasi dalam

hal kesiapan pensiun karyawan di suatu perusahaan / organisasi.

b. Manfaat Praktis

i. Untuk peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti lain yang

penelitiannya berkaitan dengan kesiapan pensiun pada karyawan.

ii. Untuk perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi usulan/saran kepada

perusahaan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan psikologis

karyawan yang akan pensiun.

iii. Untuk karyawan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk

karyawan yang akan pensiun, agar meningkatkan kesadaran akan

persiapan pensiun.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I : Pendahuluan berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

(21)

Bab II : Landasan teori berisi teori dan hasil penelitian yang digunakan

untuk menjadi landasan penelitian

Bab III : Metode penelitian berisi identifikasi variabel penelitian, definisi

operasional, subjek penelitian, metode penentuan sampel, alat ukur

yang akan digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, serta metode

analisa data yang akan digunakan.

Bab IV : Gambaran subjek penelitian, hasil utama penelitian, hasil tambahan

penelitian, dan pembahasan.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KESIAPAN PENSIUN 1.Pengertian Kesiapan Pensiun

Pensiun adalah sebuah konsep sosial yang memiliki beragam pengertian

(Newman, 2006). Sebenarnya pensiun sulit untuk didefinisikan (Cavanaugh,

2006). Pensiun tidak hanya sekedar berhenti bekerja karena usia. Sebagai sebuah

istilah, pensiun kurang lebih bermakna purnabakti, tugas selesai, atau berhenti

(Sutarto, 2008). Parnes dan Nessel (dalam Corsini, 1987) mengatakan bahwa

pensiun adalah suatu kondisi dimana seorang individu berhenti bekerja dari suatu

pekerjaan yang biasa dilakukan. Menurut Floyd, dkk (dalam Newman, 2006)

pensiun juga mengacu kepada transisi psikologis, suatu perubahan yang

terprediksi dan normatif yang melibatkan persiapan, pengertian kembali tentang

peran dan peran perilaku, serta penyesuaian psikologis dari seorang pekerja yang

dibayar menjadi melakukan aktivitas yang lain.

Kondisi ini mengakibatkan transisi peran dari seorang pekerja menjadi

seorang pensiunan yang tidak bekerja lagi. Masa-masa ini cukup kritis dalam

perjalanan hidup seseorang, dan memengaruhi kesejahteraan hidupnya kelak.

Pandangan lain berpendapat bahwa pensiun bukanlah hanya sekedar

mengenai berhenti bekerja yang disebabkan oleh faktor usia, namun pensiun

adalah suatu fase dalam hidup manusia yang harus dilalui oleh semua individu.

Pandangan ini lebih menekankan aspek psikologis individu, dari seorang yang

(23)

Pola pikir yang positif seperti ini penting untuk ditanam dan

dikembangkan agar pensiun tidak lagi dianggap sebagai ancaman dalam hidup,

melainkan peluang besar yang harus dioptimalkan, sehingga individu bisa

memandang dan menerima masa pensiun dengan lebih baik. Sutarto dan

Ismulcokro (2008) menyatakan, sebaiknya membangun dan menciptakan

perspektif dan persepsi yang indah dan bahagia terlebih dahulu, barulah membuat

rencana-rencana untuk kehidupan di masa pensiun.

Salah satu elemen kunci untuk bisa menjalani masa pensiun dengan sukses

adalah persiapan. Orang yang telah membuat persiapan untuk masa pensiunnya

cenderung lebih sukses beradaptasi pada perubahan dalam hidupnya (Lo &

Brown, 1999; Sterns & Gray, 1999, dalam Cavanaugh, 2006). Menurut Lemme

(1995), salah satu komponen penting dalam kesuksesan menjalani masa pensiun

adalah menjaga agar pensiunan tetap beraktivitas. Higginbottom (dalam Lemme,

1995) menyebutkan bahwa menggunakan waktu secara konstruktif, membuat

kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas, dan menjaga hubungan interpersonal

adalah hal yang utama dalam kepuasan pensiun. Berk (2007) menyatakan bahwa

merencanakan suatu kehidupan yang aktif memberi dampak yang lebih besar

dalam kebahagiaan di masa pensiun dibandingkan dengan persiapan finansial.

Sebuah Bank yang menyediakan jasa asuransi kesejahteraan hari tua

(SunTrust Bank Amerika) mendefinisikan kesiapan pensiun adalah suatu kondisi yang menunjukkan apakah pekerja memiliki uang yang cukup di masa pensiunnya

(nanti) untuk menikmati standar hidup yang seperti yang ia jalani saat sebelum

(24)

Tarigan (2009) menyatakan bahwa pada dasarnya kesadaran para

karyawan untuk siap pensiun masih sangat rendah sehingga persiapan dana

pensiun belum dianggap penting bagi sebagian besar karyawan. Jika mereka

memiliki dana pensiun, itu pun hanya mereka harapkan dana dari perusahaan

tempat mereka bekerja. Sutarto dan Ismulcokro (2008) menambahkan, bahwa

dalam persiapan dan kesiapan pensiun intinya adalah persiapan dan kesiapan fisik,

finansial, dan mental-emosional sejak awal.

Dalam penelitian ini akan digunakan pengertian kesiapan pensiun yaitu

sejauh mana tingkat kesiapan pensiun karyawan secara umum, dan lebih spesifik

dalam aspek fisik, finansial, dan mental.

2.Aspek-Aspek Kesiapan Pensiun

Sutanto dan IsmulCokro (2008) mengemukakan beberapa aspek persiapan

dan kesiapan yang merupakan kebutuhan utama untuk mempersiapkan masa

pensiun, yaitu : kesiapan materi finanasial, kesiapan fisik, kesiapan mental dan

emosi, dan kesiapan seluruh keluarga.

1) Kesiapan materi finansial.

Berupa ketersediaan sejumlah bekal pendukung berupa tabungan, asuransi,

simpanan asset, dan kegiatan usaha. Biasanya perusahaan menyediakan

program tabungan pensiun untuk pekerjanya. Salah satu contoh program yang

memfasilitasi pekerja untuk mempersipkan materi finansial adalah Dapenbun

(25)

2) Kesiapan fisik.

Semakin bertambahnya usia kemampuan fisik semakin menurun. Agar bisa

terus sehat di masa tua, maka harus dilakukan pemeliharaan kesehatan

semenjak masih berada di usia muda dengan menjalankan pola hidup sehat.

3) Kesiapan mental dan emosi.

Berupa kekuatan dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Kehilangan pekerjaan, perubahan status, dan kehilangan kemampuan tentunya

terasa cukup menyakitkan. Hal ini tidak dapat diatasi dengan limpahan materi.

Perlu tenggang waktu untuk meredam tekanan batin dan mengendalikan

emosi, karena di saat-saat seperti ini adalah saat yang sangant sensitif bagi

pensiunan.

4) Kesiapan seluruh keluarga.

Seluruh anggota keluarga turut perlu mempersiapkan diri agar dapat

menyesuaikan gaya hidup ketika seorang kepala keluarga pensiun.

Richards (2010) mengemukakan suatu inventori untuk mengukur kesiapan

pensiun pekerja. Inventori ini terdiri dari aspek-aspek yang menyusun konsep

kesiapan pensiun dalam bentuk tugas-tugas (tasks). Tugas-tugas ini yang menjadi indikator kesiapan pensiun. Tugas-tugas tersebut adalah :

1) Tugas yang terkait pendapatan dan kegiatan bermanfaat. Melakukan aktivitas

yang menghasilkan uang dan melakukan aktivitas yang bermanfaat. Hal ini

meliputi kemampuan menilai apakah pada saat pensiun mampu hidup dengan

(26)

pensiun, investasi, dan menentukan penggunaan bantuan pensiun (pesangon)

baik dari perusahaan maupun pemerintah.

2) Tugas terkait pekerjaan. Tugas ini terkait memutuskan apakah akan bekerja

paruh waktu setelah pensiun, atau sepenuhnya berhenti bekerja.

3) Tugas melakukan aktivitas yang menyenangkan, misalnya melakukan hobi di

waktu-waktu senggang saat menjalani masa pensiun.

4) Tugas melakukan hubungan dengan orang lain (sosial). Menentukan

kegiatan-kegiatan yang menghubungkan individu dengan orang lain dan dunia

sosial di sekitarnya.

5) Tugas mempersiapkan pensiun. Meliputi menentukan apa saja yang

diperlukan untuk menjalani pensiun yang menyenangkan, memuaskan,

mengidentifikasi rencana alternatif.

3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Pensiun

Ada pekerja yang telah memasuki batas usia untuk pensiun namun

memilih untuk tetap bekerja (tidak ingin pensiun) walaupun di perusahaan yang

berbeda dengan perusahaan tempat sebelumnya ia bekerja. Hoyer & Roodin

(2009) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi kesiapan pensiun pekerja

(di Amerika) hingga memilih untuk tetap bekerja. Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Kurangnya tabungan sehingga tidak mencukupi kebutuhan hidupnya dengan

layak jika ia pensiun.

2) Harapan hidup yang semakin tinggi membuat mereka berpikir lebih

membutuhkan sumber finansial.

(27)

4) Terlambat membuat persiapan keuangan.

5) Inflasi membuat uang yang mereka tabung selama ini berkurang nilainya.

Beberapa penelitian lain yang mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi kesiapan pensiun, di antaranya adalah sebagai berikut::

1) Kecerdasan emosional. Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional

dengan kecemasan menghadapi pensiun, yang mana didapatkan hasil semakin

tinggi kecerdasan emosional maka akan semakin rendah kecemasan

menghadapi pensiun (Risbi, 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

karyawan yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi memiliki

kecemasan yang lebih rendah, yang berarti pula memiliki kesiapan pensiun

aspek mental tinggi.

2) Dukungan keluarga dan religiusitas. Terdapat hubungan positif antara

dukungan keluarga dan religiusitas dengan kesiapan menghadapi masa

pensiun (Larasati, 2011). Hal ini berarti karyawan yang mendapat dukungan

dari keluarga dan memiliki religiusitas yang tinggi akan lebih siap

menghadapi masa pensiun.

3) Usaha/penghasilan sampingan. Terdapat perbedaan kesiapan pensiun yang

signifikan antara karyawan yang memiliki usaha/penghasilan sampingan

dengan yang tidak, dimana karyawan yang memiliki usaha/penghasilan

sampingan memiliki kesiapan pensiun yang lebih tinggi dari pada yang tidak

(Ratnasari, 2011).

4) Locus of control. Karyawan yang memiliki locus of control external memiliki

kesiapan pensiun yang lebih tinggi daripada karyawan dengan locus of control

(28)

4. Tahapan Persiapan Masa Pensiun

Thompson (1977) dalam Craig (1984) menyatakan bahwa persiapan

pensiun terdiri dari tiga bagian :

a. Pengurangan

Suatu awal melepaskan atau berangsur-angsur mengurangi tanggung jawab

pekerjaan untuk menghindarkan penurunan tiba-tiba dalam aktivitas di masa

pensiun. Dengan berkurangnya kemampuan beberapa fungsi fisik

mengharuskan pensiunan melakukan pengurangan aktivitas bekerja.

b. Program pensiun

Program pensiun berupa berhenti dari bekerja untuk memulai kehidupan baru

sebagai seorang pensiunan.

c. Kehidupan di masa pensiun

Suatu usaha mengatasi mengenai berhentinya dari bekerja dan pikiran

mengenai apa yang akan dikehendaki untuk hidup sebagai seorang pensiunan.

Mempersiapkan aktivitas yang memungkinkan untuk menikmati masa pensiun

dengan menggunakan waktu luang yang ada.

5. Fase-Fase Pensiun

Atchly (1983) dalam Hoyer & Roodin (2009) mengemukakan suatu model

mengenai fase-fase masa pensiun. Terdapat tujuh fase masa pensiun :

a. Remote

Pada fase ini sebagian besar pekerja secara kasat mata tidak menampakkan

(29)

semakin dekat dengan tibanya masa pensiun, mereka sering melakukan

penolakan (denial) bahwa sudah dekat masa untuk berhenti bekerja. b. Near

Pada fase ini pekerja mencapai tahap dimana mereka sudah mau mengikuti

program perencanaan menjelang pensiun. Program perencanaan menjelang

pensiun membantu pekerja dalam bertransisi dari masa bekerja ke masa

berhenti bekerja.

c. Honeymoon

Fase ini terjadi setelah pekerja memasuki masa pensiun. Pada tahap ini

pensiunan merasakan masa pensiun sebagai suatu masa yang menyenangkan,

mendapatkan kebebasan untuk mengisi waktunya dengan hal-hal yang

digemari. Fase ini juga biasanya membentuk suatu aktifitas kebiasaan rutin.

Jika rutinitasnya memuaskan, penyesuaian terhadap masa pensiun akan

berhasil.

d. Disenchantment

Tidak semua pensiunan melewati tahap ini. Hanya mereka yang tidak

mempersiapkan diri yang biasanya mengalami tahap ini. Setelah melewati fase

honeymoon kehidupan mulai terasa membosankan. Bayangan kehidupan di masa pensiun tidak seperti kenyataannya. Pada tahap ini banyak pensiunan

yang mengalami kekecewaan hidup, depressi, post power syndrome dan merasa tidak punya apa-apa lagi ditambah dengan lingkungan sosial yang

(30)

e. Reorientation

Pada fase ini pensiunan mulai mengadakan kaji ulang (reorientasi) dan

melakukan penyesuaian diri terhadap kehidupan yang baru. Sangat dibutuhkan

bantuan dari keluarga dan lingkungan sekitar dalam melewati fase ini.

f. Stability.

Pada fase ini, pensiunan mulai menyadari bahwa ia harus dapat menyesuaikan

dirinya dengan gaya hidup dan peran-peran yang baru. Pensiunan akan

melakukan rutinitas kegiatan yang baru.

g. Termination.

Tahap ini ditandai dengan semakin bertambahnya umur, kondisi fisik yang

semakin lemah. Kegiatan rutin dalam tahap stabilitas berkurang yang

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk melihat gambaran kesiapan

pensiun dalam diri karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi

Medan, maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat

pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan

sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Jenis penelitian ini tidak mempersoalkan

jalinan hubungan antar variabel, dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil

penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan

menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau kualifikasi lainnya untuk setiap

kategori di suatu variabel. Dalam pengolahan dan analisis data menggunakan

pengolahan statistik yang bersifat deskriptif (Suryabrata, 2009).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL

Penelitian ini menggunakan satu variabel tunggal yaitu “kesiapan pensiun”.

B. DEFINISI OPERASIONAL

Kesiapan pensiun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana

tingkat kesiapan pensiun karyawan secara umum, dan lebih spesifik dalam aspek

fisik, finansial, dan mental.

Data kondisi kesiapan pensiun ini akan diperoleh melalui skala kesiapan

pensiun yang disusun berdasarkan aspek kesiapan pensiun oleh Sutarto dan

(32)

C. RESPONDEN PENELITIAN

Dalam suatu penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai

merupakan satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah sejumlah

penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Sampel

adalah sebagian dari polulasi yang dikenakan dalam penelitian (Hadi, 2000).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah karyawan

pelaksana PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan yang sudah

mendekati masa pensiun, berusia 50 – 55 tahun. Rentang usia diambil berdasarkan pertimbangan dimana usia pensiun di PT. Perkebunan Nusantara III adalah

maksimal 56 tahun, dengan Masa Bebas Tugas (MBT) selama 6 bulan sebelum

pensiun (Sumber: Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Direksi PT. Perkebunan

Nusantara III dengan Serikat Pekerja Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara III).

Keseluruhan populasi akan menjadi responden dalam penelitian ini.

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam usaha mengumpulkan data penelitian diperlukan suatu metode.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pengambilan data dengan skala atau disebut dengan Metode skala.

Metode skala adalah suatu metode pengumpulan data penelitian yang

merupakan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis

(Hadi, 2000). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi

yang merupakan alat ukur aspek afektif yang dapat menggambarkan kepribadian

dan perilaku individu. Skala sikap berisi pernyataan-pernyataan sikap, yaitu suatu

(33)

Metode skala dipilih sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian

ini karena memiliki kelebihan-kelebihan menurut Hadi (2000) sebagai berikut :

a. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri

b. Perkataan subjek adalah benar dan dapat dipercaya

c. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Azwar (2004) menyatakan bahwa metode skala memiliki

kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

a. Pernyataan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan

refleksi dari keadaan diri subjek yang tidak disadari.

b. Digunakan untuk mengungkap suatu atribut tunggal (undimensional) c. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan

kesimpulan yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan.

Alat ukur berupa skala yang akan digunakan adalah Skala Kesiapan

Pensiun, yang akan disusun berdasarkan aspek-aspek kesiapan pensiun yang

dikemukakan oleh Sutarto dan IsmulCokro (2008), yaitu aspek kesiapan materi

finanasial, fisik, mental dan emosi, dan kesiapan seluruh keluarga. Dari keempat

aspek tersebut hanya akan diambil tiga aspek saja yakni kesiapan materi finansial,

fisik, serta mental dan emosi saja yang akan diukur. Hal ini karena ketiga aspek

tersebut yang melekat secara langsung dalam diri responden, sedangkan aspek

keempat yaitu kesiapan seluruh keluarga terdapat dalam diri anggota keluarga

(34)

tersebut peneliti membuat indikator perilaku, dan kemudian membuat aitem-aitem

berdasarkan indikator perilaku dari ketiga aspek tersebut.

Aitem dibuat dalam dua jenis, yaitu favorable dan unfavorable. Akan terdapat lima kriteria respon jawaban, yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai,

netral, sesuai, dan sangat sesuai. Untuk aitem favorable, respon sangat tidak sesuai mendapat skor 1, tidak sesuai mendapat skor 2, netral mendapat skor 3,

sesuai mendapat skor 4, dan sangat sesuai mendapat skor 5. Sebaliknya, untuk

aitem unfavorable respon jawaban sangat tidak sesuai mendapat skor 5, tidak sesuai mendapat skor 4, netral mendapat skor 3, sesuai mendapat skor 2, dan

sangat sesuai mendapat skor 1.

1. Rancangan Alat Ukur

Skala kesiapan pensiun mengukur tiga aspek. Aspek kesiapan finansial

terdapat 12 aitem, kesiapan fisik terdapat 11 aitem, kesiapan mental dan emosi

[image:34.595.108.491.524.644.2]

terdapat 12 aitem. Total keseluruhan 35 aitem.

Tabel 1. Distribusi aitem-aitem skala kesiapan pensiun sebelum uji coba

No. Aspek Nomor aitem Jumlah aitem

1. Kesiapan materi finansial

A6, A8, B9, C5, D1, D4, D8, A3, B1, B3, C2, C9

12

2. Kesiapan fisik A2, B2, B7, B10, C1, C6,

C8, D5, D9, A7, D2

11

3. Kesiapan mental dan emosi

A5, A10, C7, C10, D3, A1, B4, B6, B8, C4, D6, D10

12

Total 35

Rancangan alat ukur yakni Skala Kesiapan Pensiun lengkapnya tercantum

(35)

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Akurasi dan kecermatan data hasil pengukuran tergantung pada validitas

dan reliabilitas alat ukurnya (Azwar, 2004).

Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

tersebut betul-betul mengukur apa yang hendak diukur (Azwar, 2004). Alat ukur

dapat dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat ukur tersebut dapat

memberikan hasil yang sesuai dengan besar kecilnya gejala atau bagian yang

diukur (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah

validitas isi (content validity), yaitu sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk

diukur (Hadi, 2000). Validitas isi alat ukur yang digunakan diperoleh dari

pendapat profesional (professional judgement) melalui proses telaah aitem-aitem dalam skala. Kemudian akan dilakukan uji validitas berdasarkan daya beda aitem-aitem dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment melalui analisa data dengan menggunakan SPSS version 17.0 forwindows.

Konsep dari alat ukur adalah mencari dan mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran dapat dipercaya. Reliabel dapat juga diartikan sebagai kepercayaan,

kehandalan, keajegan, stabil, konsisten (Azwar, 2004). Dalam penelitian ini

digunakan pendekatan reliabilitas konsistensi internal dimana skala psikologi

hanya diberikan satu kali saja pada kelompok subjek dengan tujuan untuk melihat

konsistensi antar item atau antar bagian dalam skala psikologi itu sendiri (Azwar,

2010). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha dari

(36)

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba alat ukur Skala Kesiapan Pensiun diberikan kepada 80 orang

responden, namun karena alasan pertimbangan kelengkapan data dan pengisian

hanya 60 orang saja yang bisa dipakai untuk dilakukan analisis. Hasil uji

[image:36.595.112.295.317.373.2]

reliabilitas dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach untuk Skala Kesiapan Pensiun secara keseluruhan menunjunjukkan angka 0.772.

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kesiapan Pensiun Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.772 35

Azwar (2010) mengemukakan bahwa aitem yang memiliki korelasi

aitem-total lebih besar sama dengan 0.300 adalah aitem yang memiliki daya beda yang

memuaskan. Setelah dilakukan seleksi aitem hanya 19 aitem saja yang memiliki

skor korelasi aitem-total lebih besar dari 0.300, untuk aspek kesiapan fisik aitem

yang terseleksi sebanyak 8 buah, kesiapan finansial 7 buah, kesiapan mental

emosional 4 buah. Hasil uji reliabilitas selengkapnya tercantum di lampiran.

Terkhusus untuk aspek kesiapan mental emosional, aitem yang tersisa

sangat sedikit sehingga dianggap kurang representatif untuk menggambarkan

kondisi yang sebenarnya dalam diri responden. Untuk itu peneliti menurunkan

batas kriteria skor korelasi aitem-total menjadi 0.25. Hal ini dilakukan dengan

mengacu pada yang dikemukakan Azwar (2010) jika jumlah aitem yang lolos

seleksi tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, dapat mempertimbangkan untuk

(37)

jumlah aitem yang diinginkan tercapai. Namun menurunkan batas kriteria di

bawah 0.20 sangat tidak disarankan. Dengan menurunkan kriteria korelasi

aitem-total maka aitem yang lolos seleksi bertambah sebanyak 2 aitem untuk aspek

kesiapan mental emosional. Sedangkan untuk opini, peneliti tetap menyertakan

keseluruhan aitem yang berjumlah 5 buah. Dengan demikian, untuk mengambil

data yang sebenarnya terdapat 26 aitem yang dimasukkan ke dalam skala yang

[image:37.595.113.459.332.449.2]

akan dibagikan kepada responden.

Tabel 3.Distribusi aitem-aitem skala kesiapan pensiun setelah uji coba

No. Aspek Nomor aitem Jumlah aitem

1. Kesiapan materi finansial

A2, A6, A8, A11, A13, B1, B6,

7

2. Kesiapan fisik A1, A5, A7, B4,

B7, B10, B11, B13

8

3. Kesiapan mental dan emosi

A3, A10, A12, B2, B9, B12,

6

Total 21

Skala Kesiapan Pensiun selengkapnya tercantum di Lampiran

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Tahap Persiapan

a. Preliminary research

Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan preliminary research

dengan melakukan wawancara secara informal kepada beberapa

karyawan di bagian Assessment Center PTPN III Medan. Dari wawancara tersebut didapat informasi mengenai isu yang sedang

menjadi masalah di dalam perusahaan. Kemudian sampailah pada satu

(38)

b. Permohonan izin

Setelah mendapat gambaran umum mengenai masalah yang ada di PT.

Perkebunan Nusantara III peneliti kemudian mengajukan surat izin untuk

melakukan penelitian di perusahaan secara resmi.

c. Mencari data pendukung

Tahapan selanjutnya adalah mencari data pendukung sebagai bukti untuk

lebih menguatkan fenomena yang ada. Pengambilan data pendukung

dilakukan dengan wawancara kepada bagian Sumber Daya Manusia

(SDM) mengenai program-program apa saja yang diberikan perusahaan

untuk membantu karyawan dalam mempersiapkan masa pensiunnya.

Selain wawancara juga dilakukan pengambilan data berupa daftar

nama-nama karyawan yang akan pensiun di seluruh PT. Perkebunan Nusantara

III.

d. Membuat alat ukur

Peneliti membuat alat ukur berupa skala psikologi dengan metode

analisis faktor berdasarkan teori-teori yang telah dijabarkan di bab

sebelumnya.

e. Uji coba alat ukur

Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 1 sampai 16 Agustus 2012

dengan membagikan skala kepada sekelompok individu yang memiliki

kriteria yang paling mendekati dengan kriteria sampel penelitian, di PT.

Perkebunan Nusantara IV Medan dan PT. Perkebunan Nusantara III

(39)

f. Revisi alat ukur

Setelah skala diujicobakan, maka dilakukan uji reliabilitas dan daya beda

item, kemudian memilih item-item yang memiliki reliabilitas dan daya

beda yang baik untuk disertakan dalam pengambilan data.

2. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di kantor PT. Perkebunan Nusantara III Kantor

Direksi Medan pada tanggal 3 – 7 September 2012 dengan membagikan skala kesiapan pensiun kepada responden penelitian.

3. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh saat pelaksanaan penelitian kemudian diolah

dengan menggunakan statistik deskriptif pada SPSS version 17.0 for windows.

H. METODE ANALISA DATA

Hadi (2000) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisa dan

menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan

disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga

semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

Data yang akan diperoleh yaitu skor minimum, skor maksimum, rata-rata

dan standar deviasi. Hadi (2000) menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam

penelitian deskriptif didasari oleh angka yang diolah tidak terlalu mendalam.

Sebelum melakukan pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi, yakni uji asumsi normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui

(40)
(41)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan analisa dan pembahasan data sesuai data yang

diperoleh saat proses pengambilan data penelitian.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Responden Penelitian

Responden penelitian adalah karyawan dan karyawati PT. Perkebunan

Nusantara III Kantor Direksi Medan yang sudah mendekati masa pensiun, dengan

rentang usia 50 - 55 tahun yang keseluruhannya berjumlah 105 orang. Namun

pada proses pengambilan data, peneliti hanya mendapatkan data dari 81 orang.

Kemudian dari 81 orang tersebut, hanya data dari 60 orang saja yang bisa dipakai

untuk dilakukan analisis penelitian dengan alasan pertimbangan kelengkapan data

dan pengisian. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diperoleh gambaran

responden berdasarkan jenis kelamin, bagian (divisi) di perusahaan, dan tingkat

pendidikan.

a. Gambaran responden penelitian berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan 60 orang responden, 47 orang (78.3 %) berjenis kelamin

laki-laki dan 13 orang (21.7 %) berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Lakilaki 47 78.3 78.3 78.3

Perempuan 13 21.7 21.7 100.0

(42)

b. Gambaran responden penelitian berdasarkan bagian (divisi) di perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan memiliki 15 bagian

(divisi) yang diberi kode mulai dari 3.00 sampai 3.15. Sebaran responden

[image:42.595.142.512.249.539.2]

berdasarkan bagian dipaparkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan bagian (divisi) di perusahaan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 3.00 4 6.7 6.7 6.7

3.01 7 11.7 11.7 18.3

3.02 6 10.0 10.0 28.3

3.03 8 13.3 13.3 41.7

3.04 2 3.3 3.3 45.0

3.05 5 8.3 8.3 53.3

3.06 2 3.3 3.3 56.7

3.07 5 8.3 8.3 65.0

3.08 2 3.3 3.3 68.3

3.09 3 5.0 5.0 73.3

3.10 5 8.3 8.3 81.7

3.11 2 3.3 3.3 85.0

3.12 2 3.3 3.3 88.3

3.13 2 3.3 3.3 91.7

3.14 2 3.3 3.3 95.0

3.15 3 5.0 5.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

c. Gambaran responden penelitian berdasarkan tingkat pendidikan

Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dimulai dari rentang

SD sampai S1. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan tercantum

(43)
[image:43.595.110.461.141.261.2]

Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S1 9 15.0 15.0 15.0

D3 5 8.3 8.3 23.3

SMA 44 73.3 73.3 96.7

SMP 1 1.7 1.7 98.3

SD 1 1.7 1.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

2. Hasil Penelitian

a. Hasil uji asumsi

i. Uji asumsi normalitas

Uji asumsi normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahuai

apakah data penelitian tersebar secara normal. Pengujian menggunakan

uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS version 17.0 for windows.

Tabel 7. Hasil uji asumsi normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

uji normalitas

N 60

Normal Parametersa,,b Mean 82.1167

Std. Deviation 8.74709

Most Extreme Differences Absolute .079

Positive .079

Negative -.052

Kolmogorov-Smirnov Z .611

Asymp. Sig. (2-tailed) .849

[image:43.595.158.470.476.628.2]
(44)

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebaran data dalam penelitian ini terdistribusi

normal.

b. Hasil utama penelitian

Berdasarkan fase-fase pensiun yang dikemukakan oleh Atchly (1983)

[image:44.595.115.484.382.459.2]

dalam Hoyer & Roodin (2009), responden penelitian dengan rentang usia 50 – 55 tahun berada pada fase yang berbeda, yakni fase remote (usia 50 – 52 tahun) dan fase near (53 – 55 tahun). Oleh karena itu dalam melihat hasil penelitian ini responden dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok A (fase near) berjumlah 27 orang, dan kelompok B (fase remote) berjumlah 33 orang.

Tabel 8. Statistik deskriptif data penelitian Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

A 27 63.00 95.00 81.3333 7.33799

B 33 63.00 103.00 82.7576 9.81717

Valid N (listwise) 27

Dapat dilihat pada Tabel 8 bahwa data penelitian bahwa kelompok A

memiliki skor minimum 63.00, skor maksimum 95.00, mean 81.33, dan standar deviasi 7.34. Sedangkan kelompok B memiliki nilai skor minimum 63.00, skor

maksimum 103.00, mean 82.76, dan standar deviasi 9.82.

Pengkategorisasian skor dapat diperoleh dengan menguji signifikansi

(45)
[image:45.595.107.517.141.203.2]

Tabel 9. Perbandingan data hipotetik dengan data empiric

N Hipotetik Kel Empirik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

60 21 105 63 14 A 63 95 81.33 7.34

B 63 103 82.76 9.82

Selanjutnya dapat dilakukan penggolongan skor dengan interpretasi tinggi,

[image:45.595.113.496.280.372.2]

sedang, dan rendah, dengan rumusan :

Tabel 10. Kriteria pengkategorisasian skor

Variabel Kriteria kategorisasi Kategori

Kesiapan pensiun

X ≤ (µ-1.0σ)

X ≤ 49 Rendah

(µ-1.0σ) ≤ X < (µ+1.0σ)

49 ≤ X < 77 Sedang

(µ+1.0σ) ≤ X

77 ≤ X Tinggi

Kategorisasi dengan kriteria yang tercantum pada Tabel 10 menghasilkan

kategorisasi responden penelitian sebagai berikut:

Tabel 11. Kategorisasi data hasil penelitian

Variabel Kriteria

kategorisasi Kategori

N

Kel A Kel B

Kesiapan pensiun

X ≤ 49 Rendah 0 0

49 ≤ X < 77 Sedang 6 9

77 ≤ X Tinggi 21 24

Seperti yang telah tercantum pada Tabel 8, skor mean data empirik adalah 82.12, dan sesuai dengan kriteria kategorisasi yang tercantum pada Tabel 11 maka

skor mean data empirik tersebuat berada pada kategori Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan

[image:45.595.110.462.469.543.2]
(46)

Penelitian ini juga memberikan hasil berupa gambaran kondisi kesiapan

pensiun karyawan yang dilihat dari aspek-aspeknya, yakni aspek kesiapan fisik,

finansial, dan mental emosional.

Dari aspek kesiapan fisik, gambaran perbandingan antara dara hipotetik

[image:46.595.100.523.278.342.2]

dengan data empirik tercantum pada Tabel 12.

Tabel 12. Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek kesiapan fisik

N Hipotetik Kel Empirik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

60 8 49 24 5.33 A 25 40 32.18 3.48

B 24 40 33.30 4.40

Kategorisasi responden berdasarkan aspek fisik dipaparkan dalam Tabel

13 berikut ini:

Tabel 13. Kategorisasi berdasarkan aspek kesiapan fisik

Variabel Kriteria kategorisasi Kategori N

Kel A Kel B

Kesiapan pensiun

X ≤ 18.67 Rendah 0 0

18.67 ≤ X < 29.33 Sedang 5 5

29.33 ≤ X Tinggi 22 28

Seperti yang telah tercantum pada Tabel 12, skor mean data empirik adalah 32.80, dan sesuai dengan kriteria kategorisasi yang tercantum pada Tabel

13 maka skor mean data empirik tersebuat berada pada kategori Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan

Nusantara III Kantor Direksi Medan dalam aspek fisik adalah tinggi.

Untuk aspek kesiapan finansial, gambaran perbandingan antara data

[image:46.595.113.517.418.493.2]
(47)
[image:47.595.108.516.141.210.2]

Tabel 14. Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek kesiapan financial

N Hipotetik Kel Empirik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

60 7 35 21 4.67 A 22 35 27.96 2.95

B 22 35 28.18 3.45

[image:47.595.109.510.283.356.2]

Kategorisasi responden berdasarkan aspek finansial dipaparkan dalam

Tabel 15.

Tabel 15. Kategorisasi berdasarkan aspek kesiapan financial

Variabel Kriteria kategorisasi Kategori N

Kel A Kel B

Kesiapan pensiun

X ≤ 16.33 Rendah 0 0

16.33 ≤ X < 25.67 Sedang 5 8

25.67 ≤ X Tinggi 22 25

Seperti yang telah tercantum pada Tabel 14, skor mean data empirik adalah 28.08 dan sesuai dengan kriteria kategorisasi yang tercantum pada Tabel

15 maka skor mean data empirik tersebuat berada pada kategori Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan

Nusantara III Kantor Direksi Medan dalam aspek finansial adalah tinggi.

Aspek yang terakhir yakni kesiapan mental dan emosional, gambaran

perbandingan antara dara hipotetik dengan data empiris tercantum pada Tabel 16.

Tabel 16. Perbandingan data hipotetik dan empirik aspek kesiapan mental dan emosional

N Hipotetik Kel Empirik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

60 6 30 18 4 A 12 27 21.18 3.19

B 15 30 21.27 3.56

Kategorisasi responden berdasarkan aspek mental dan emosional

[image:47.595.108.516.604.667.2]
(48)
[image:48.595.110.512.142.216.2]

Tabel 17. Kategorisasi berdasarkan aspek kesiapan mental dan emosional

Variabel Kriteria kategorisasi Kategori N

Kel A Kel B

Kesiapan pensiun

X ≤ 14 Rendah 1 0

14 ≤ X < 22 Sedang 13 18

22 ≤ X Tinggi 13 15

Seperti yang telah tercantum pada Tabel 16, skor mean data empirik adalah 17.43 dan sesuai dengan kriteria kategorisasi yang tercantum pada Tabel 17 maka

skor mean data empirik tersebuat berada pada kategori Sedang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan

Nusantara III Kantor Direksi Medan dalam aspek mental dan emosional adalah

sedang.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil utama penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata

kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan

berada pada kategori Tinggi.

Dilihat dari aspek kesiapan fisik, rata-rata responden berada pada kategori

Tinggi. Kesiapan fisik menurut Sutarto dan IsmulCokro (2008) adalah melakukan

pemeliharaan kesehatan semenjak masih berada di usia muda dengan menjalankan

pola hidup sehat. PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan memiliki

jadwal rutin setiap minggu untuk para karyawan berolahraga. Ini merupakan salah

satu contoh program yang memperdulikan kesehatan fisik para karyawan. Dengan

(49)

untuk karyawan yang akan pensiun, kebiasaan berolahraga akan membuat mereka

lebih siap secara fisik dalam menghadapi masa tua.

Dari aspek kesiapan finansial rata-rata responden berada pada kategori

Tinggi. Kesiapan finansial menurut Sutarto dan IsmulCokro (2008) adalah

ketersediaan sejumlah bekal pendukung berupa tabungan, asuransi, simpanan

asset, dan kegiatan usaha. Salah satu Program yang dimiliki PT. Perkebunan

Nusantara III dalam hal kesejahteraan finansial para karyawan yang akan pensiun

adalah Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) yang akan diberikan kepada

karyawan begitu ia memasuki masa pensiun. Setelah pensiun karyawan juga

masih mendapatkan gaji dari perusahaan meskipun jumlahnya tidak sebesar yang

diterima saat masih bekerja. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kesiapan

pensiun karyawan dalam aspek finansial termasuk dalam kategori tinggi.

Sementara itu dari aspek mental dan emosional, rata-rata responden berada

dalam kategori Sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh

Tarigan (2009), dimana pada dasarnya kesadaran para karyawan untuk siap

pensiun masih sangat rendah sehingga persiapan pensiun belum dianggap penting

bagi sebagian besar karyawan. Berk (2007) menyebutkan bahwa pensiun sering

menyebabkan stress pada individu. Newman (2006) mengemukakan bahwa

pensiun dianggap mengancam kesejahteraan psikologis individu, kemudian juga

diungkapkan bahwa melakukan persiapan secara psikologis–khususnya menyesuaikan diri dan beradaptasi–sebenarnya sangat penting namun karyawan belum memberikan perhatian yang mendalam pada aspek ini dan masih cukup

(50)

memperhatikan kesejahteraan psikologi karyawan yang akan pensiun. Sedangkan

para karyawan secara umum menginginkan adanya suatu program kesiapan

pensiun yang lebih memperhatikan kesejahteraan psikologis mereka. Dengan

demikian dapat dipahami bahwa kesiapan pensiun karyawan dalam aspek mental

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta

saran-saran yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dengan topik yang

berkaitan.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data dapat diambil kesimpulan yaitu ;

a. Kesiapan pensiun karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi

Medan berada pada kategori Tinggi.

b. Dilihat dari ketiga aspek yang diukur, pada aspek kesiapan fisik karyawan

PT. Perkebunan Nusantara III Kantor Direksi Medan berada dalam

kategori tinggi. Pada aspek kesiapan finansial karyawan PT. Perkebunan

Nusantara III Kantor Direksi Medan berada pada kategori Tinggi.

Sedangkan aspek kesiapan mental emosional karyawan PT. Perkebunan

Nusantara III Kantor Direksi Medan berada pada kategori Sedang.

B. SARAN

1. Saran Metodologis

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian yang

berhubungan dengan topik kesiapan pensiun, baik melakukan penelitian sejenis

ataupun melakukan pengembangan dari penelitian ini, hendaknya lebih

(52)

a. Peneliti selanjutnya hendaknya lebih mengkoordinir dan mengawasi

penyebaran kuesioner saat proses pengambilan data dengan cara

mengumpulkan seluruh responden penelitian dalam suatu tempat untuk

mengisi kuesioner tersebut bersama-sama pada waktu yang sama pula. Hal

ini disebabkan karena banyak kuesioner yang tidak kembali dan banyak juga

aitem-aitem yang terlewatkan (tidak terisi).

b. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melibatkan variabel bebas yang

mungkin mempengaruhi variabel penelitian ini, yakni kesiapan pensiun.

c. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meminimalisir nilai social desirability

dengan cara membuat aitem-aitem yang lebih netral.

2. Saran Praktis

a. Dari hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada perusahaan agar

mengadakan program kesiapan pensiun secara kontinu dan memiliki

program follow-up untuk karyawan yang akan memasuki masa pensiun. b. Melihat hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kesiapan pensiun

karyawan pada aspek mental emosional berada pada kategori sedang,

peneliti menyarankan kepada para karyawan yang akan pensiun untuk

meningkatkan kesiapan diri dalam aspek mental emosional dengan cara

sebagai berikut (dirangkum dari pendapat beberapa tokoh yang dipakai

dalam referensi penelitian ini) :

i) Berpikir positif. Bahwa pensiun adalah suatu proses yang pasti dialami

oleh semua karyawan yang bekerja pada perusahaan. Hindari stress.

(53)

dengan pensiun berarti bebas dari ikatan dan tuntutan kerja, dan

memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga, teman, dan hobi.

ii) Tekun beribadah. Dengan meningkatkan intensi aktivitas spiritual

akan menjadikan diri lebih sehat secara mental, ikhlas dalam menjalani

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L. R. (1982). Later Life 2nd edition. New York: CBS College Publishing. Allen, Jr., Everett J., et al. (1988). Pension Planning, sixth edition. Illionis: Irwin. Anoraga, P. (1995). Psikologi Industri dan Sosial, edisi I. Jakarta: Pustaka Jaya

Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakara: Pustaka Pelajar

______. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Berk, L. E. (2007). Development Through the Lifespan 4th edition. USA: Allyn and Bacon

Cascio, W. F. (2003). Managing Human Resources, sixth edition. New York: McGraw-Hill.

Cavanaugh, J. C. (2006). Adult Development and Aging. USA: Wadsworth Thomson Learning.

Corsini, R. J. (1987). The concise Encyclopedia of Psychology. Canada: John Willey & Sons

Craig, G. (1984). Human Development. 4th Edition. New Jersey: Prentice Hall. Dacey, J. S. (2004). Human Development Across the Lifespan, fifth edi

Gambar

Tabel 1. Distribusi aitem-aitem skala kesiapan pensiun sebelum uji coba
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kesiapan Pensiun
Tabel 3. Distribusi aitem-aitem skala kesiapan pensiun setelah uji coba
Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan bagian (divisi) di perusahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

15 tahun 2014 tentang Statuta Universitas Pendidikan Indonesia sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Peraturan Majelis Wali Amanat Nomor Nomor

4 Dewasa Perempuan Odinofagia &gt;1 minggu Sfingter esofagus atas Gigi palsu Esofagoskopi. 5 Balita Laki-laki Disfagia &gt;1 jam Sfingter esofagus

Survivor Remaja Pasca Bencana Erupsi Gunung Kelud di Desa Pandansari- Ngantang-Malang .Skripsi.Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Direktur RSUP H.Adam Malik Medan beserta seluruh staf medis maupun non medis yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada Saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan intelektual dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar

Peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam pembayaran pajak Bea Peroleh an Hak Atas Tanah dan Bangunan atas transaksi jual beli tanah dan/atau ban gunan di Kabupaten samosir

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan rahasia bank adalah segala keterangan mengenai keadaan keuangan dari langganan atau nasabah

The Continous Function of KNAT1 gene on Secondary Shoot Growth in Micropropagation of Indonesian Black Orchid Coelogyne pandurata..