• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mitos Perkawinan Sumbang Dalam Cerita Rakyat Batak Toba: Analisis Struktur, Makna Dan Fungsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mitos Perkawinan Sumbang Dalam Cerita Rakyat Batak Toba: Analisis Struktur, Makna Dan Fungsi"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Kajian terhadap mitos khususnya mitos perkawinan sumbang belum banyak dilakukan. Demikian juga halnya penelitian terhadap cerita rakyat Batak Toba, khususnya yang meneliti motif sumbang, baik yang dilakukan oleh peneliti dalam negeri maupun peneliti luar negeri. Yang bisa dicantumkan dalam bab ini adalah penelitian mitos dalam cerita rakyat suku Bayo oleh Ahimsa Putra, penelitian yang dilakukan M. Rafiek, yakni penelitian mitos dalam cerita rakyat di Kalimantan, penelitian Struktur Cerita Rakyat yang dilakukan Razali Kasim, serta penelitian Sumbang dalam cerita Rakyat di Indonesia yang dilakukan Will Derk. Sedangkan untuk pustaka teori adalah kumpulan teori dibawah judul Myth, A Symposium yang dikumpulkan oleh Thomas Sabeok, A Short History of Myth yang ditulis oleh Karen Amstrong dan Mythologies yang ditulis oleh Roland Barthes

2.1.1 Pustaka Teori

2.1.1.1 Myth, A Symposium oleh Thomas A. Sabeok

Seperti judulnya buku Myth a Symposium ini merupakan kesimpulan pendapat beberapa ahli mengenai mitos. Boleh disimpulkan, buku ini seperti sebuah ruangan seminar di mana beberapa ahli mendiskusikan topik yang spesifik.

(2)

pikiran, kebenaran filsafat dengan keyakinan tradisional dan agama. Pemikir Yunani kuno menganggap mitos sebagai allegori yang membuka kebenaran yang alamiah dan kebenaran moral.

Dalam bagian ini penulis banyak membicarakan pemikir dari beberapa aliran yang memberikan pendapat tentang apakah mitos itu sebenarnya. Dari mulai penguasa Julian yang memberikan pendapat bahwa mitos adalah kebenaran yang agung dan merupakan misteri yang tersembunyi dari orang banyak dan hanya jelas bagi orang yang bijaksana, sampai dengan filsafat Neokantian yang menganggap mitos merupakan pikiran dalam bentuk yang bebas dari semangat manusia dan oleh karena itu tidak dapat direduksi menjadi kekuatan psikologis empiris yang menghasilkan produksi.

Bidney menyimpulkan bahwa ahli filsafat, ahli teologi dan mahasiswa sastra yang secara umum berbicara tentang posisi mitos yang sangat penting dalam hubungannya dengan agama dan filsafat, serta antropolog dan sosiolog yang dengan sinis mengakui mitos karena fungsi sosialnya yang pragmatis, sebenarnya sedang melemahkan keyakinannya terhadap bidangnya dan memberi kontribusi secara tidak sengaja terhadap degradasi manusia dan kebudayaan yang sebenarnya sedang mereka dalami secara serius.

(3)

Bagian kedua buku ini diberi judul The Eclips of Solar Mythology ditulis oleh Richard H. Dorson. Dalam bahagian ini dibahas mitos di sekitar matahari dan hubungan matahari dengan benda langit lainnya.

Pokok pembicaraan dalam bahagian ini sebenarnya adalah melemahnya perhatian terhadap mitos disekitar benda langit dengan menekankan pembicaraan pada dua figur terkenal yaitu Max Muller dan Andrew Lang.

Max Muller memulai karirnya dengan mempelajari karya-karya agung India yang membawa dia kearah pendalaman mitos, dimana dia memakai filologi dan ilmu bahasa seperti metapora dalam meneliti pengertian dibelakang mitos.

Andrew Lang lebih tertarik kepada cerita rakyat dalam menyingkap keyakinan suku-suku primitif. Andrew Lang di awal karirnya sangat mengagumi Muller namun arah yang berbeda membuat pertentangan yang besar di antara mereka yang menurut penulis menjadi awal dari kesuraman penelitian disekitar benda langit, karena memfokuskan perhatian pada sastra agung Junani kuno.

Bagian ketiga adalah tulisan Reidar TH. Christiansen dengan judul Myth,

Metaphor and Simile. Bahagian ini dimulai Christiansen dengan membicarakan

kecenderungan orang menggunakan istilah myth dan mythical dengan perasaan ragu-ragu. Menurut penulis alasannya adalah penggunaan secara umum istilah tersebut telah berkembang dan akhirnya memberikan arti dari dua hal yang berbeda seperti halnya dengan legenda historis dan legenda yang bersifat mitos.

Mengenai mitos, Christiansen memberikan dua spesifikasi yang dia sebut

higher mythology dan lower mythology. Menurut penulis pembedaan ini sangat penting

(4)

Higher mythology menurut penulis lebih kaya dan lebih berwarna. Dengan

menggunakan istilah lower mythology dan higher mythology kita menekankan kelangsungan secara fundamental atau menekankan kebersinambungan keyakinan manusia sejalan dengan perubahan waktu atau periode.

Lebih jauh penulis membicarakan hubungan mitos dan legenda yang menurut penulis akhirnya hanya meninggalkan nama figur tertentu dan tempat yang menjadi sumber mitos. Demikian juga halnya dengan cerita rakyat yang kemudian meninggalkan jejaknya pada penggunaan metafora dan simili yang diikuti teka teki atau

riddle. Hubungan mitos dan metapora dalam teka-teki sudah menjadi objek penelitian

dengan cara-cara yang umum yang kemudian dapat menolong untuk memahami mitos dan cara- cara berfikir manusia tradisional.

Menurut Christiansen, teka-teki mungkin dianggap tidak penting tetapi sebenarnya menarik untuk diteliti walaupun di kalangan masyarakat modern dan primitif teka-teki mempunyai fungsi yang berbeda tetapi sebenarnya mempunya hubungan satu sama lain. Menjawab pertanyaan posisi metapora dalam mitos dan teka-teki, penulis memberi kesimpulan bahwa teka teki tidak berasal dari mitos, melainkan keduanya muncul dari aktivitas puitis dari kreatifitas imaginasi manusia.

Bahagian keempat dari buku ini adalah bahagian yang paling menarik dan penting bagi peneliti mitos. Claude Levi-Strauss memberi judul tulisannya The

Struktural Study of Myth.

Bahagian ini dibuka Levi Strauss dengan mengutip pernyataan Franz Boaz (1974:81) “It would seem that mythological worlds have been built up to shatter again,

(5)

dibangun untuk hancur kembali dan sekarang dunia baru dibangun dari puing-puing tersebut).

Dalam bahagian ini Strauss memberi alasan yang sangat logis mengenai mitos dengan memberikan graphis dan susunan logis, serta contoh. Contoh mitos dalam mitologi Yunani yakni mitos disekitar dewa Zeus kemudian dihubungkan dengan cerita Oedipus Rex. Demikian juga mitos di dalam suku Indian Pueblo. Yang menarik adalah formula yang dia berikan dihubungkan dengan teori Freud tentang dua trauma yang selalu terjadi dalam mitos disekitar munculnya neurosis, yakni problema kejiwaan.

Strauss menyimpulkan pengulangan-pengulangan topik dalam cerita rakyat adalah cara untuk membuat struktur hubungan lebih jelas. Struktur sinkronis-diakronis dari mitos memberi peluang untuk menyusunnya menjadi urutan diakronis yang seharusnya dibaca secara sinkronis.

Lapisan-lapisan mitos tidak sama satu sama lain karena tujuan mitos adalah menyediakan model yang dapat diterima akal dalam menyelesaikan pertentangan. Lapisan tersebut berkembang dan berbeda tipis satu sama lain. Mitos berkembang secara spiral sampai impuls spritual manusia letih.

(6)

bekerja jiwa dari kedua kasus sambil berasumsi bahwa objek terhadap mana cara ini dipakai tetap sama.

Bagian kelima ditulis oleh satu-satunya peneliti wanita yaitu Dorothy Eggan dengan judul The Personal Use of Myth in Dreams. Sebenarnya tulisan ini hanya berbicara di sekitar beberapa ilustrasi yang digunakan untuk menjawab hubungan hasil peneliti lain dalam membirakan topik ini yaitu penelitian Kluckhohn yang mengumpulkan mimpi-mimpi masyarakat suku Indian Hopi, dan menghubungkannya dengan konflik-konflik kejiwaan yang dialami mereka, seperti keinginan menjadi suku Hopi yang baik atau menjadi bahana yaitu julukan yang digunakan untuk orang kulit putih. Konflik ini akan muncul dalam mimpi mereka dalam bentuk ketidak mampuan menjadi pemburu. Hal lain adalah munculnya sosok dalam mimpi mereka yang mereka anggap sebagai sosok pengawal (guardian) mereka dalam kehidupan. Hubungan mimpi dan cerita rakyat memang tidak terlalu jelas di kalangan

suku Hopi, tetapi Eggan menyimpulkan bahwa di kalangan suku yang lebih tua dan sama sekali belum mengalami akulturasi, hubungan ini sangat jelas terlihat.

Lebih jauh penulis menyimpulkan bahwa sering sekali ahli antropologi menemukan bahwa lebih mudah mempelajari hal-hal yang berbau kebudayaan dan organisasi sosial dalam kumpulan yang kecil dan homogen daripada dalam komunitas yang besar dan menyebar. Sehingga, kadang-kadang dimungkinkan meneliti kedinamisan segmen atau bahagian seperti struktur kekerabatan atau bentuk cerita rakyat dengan mempelajari secara intensif cara yang membentuk kehidupan individual atau perseorangan.

(7)

atau bentuk ekspressi diri pada tingkatan sadar dan bawah sadar yang memiliki banyak wajah atau multifaced.

Bahagian keenam dari buku ini berjudul Myth and Ritual ditulis oleh Lord Raglan. Menurut Lord Raglan, suatu anggapan, bahwa sangat mudah untuk membuktikan teori-teori lama tentang mitos yang menyatakan bahwa mitos hanyalah sejarah yang membingungkan atau ciptaan manusia primitif, adalah tidak benar. Untuk menjawab pertanyaan apakah mitos itu, cukup dengan menyatakan bahwa dalam pandangan banyak mahasiswa modern, mitos adalah narasi yang dihubungkan dengan upacara ritual.

Hanya sedikit mahasiswa yang akan menolak hubungan ritual dan mitos dalam beberapa kasus. Namun yang mengherankan Raglan adalah keengganan untuk menerima prinsip-prinsip saentifik yang sederhana, seperti penyebab-penyebab yang menghasilkan efek yang sama, serta daftar panjang dari sebab-sebab, yaitu dari mulai spekulasi yang liar sampai perhatian yang serius terhadap kebenaran yang bersifat sejarah yang akan menghasilkan cerita-cerita yang cukup mirip untuk diklassifikasikan sebagai mitos.

Bahagian selanjutnya adalah bahagian ketujuh di bawah judul The Ritual

View of Myth and the Mythic yang ditulis oleh Stanley Edgar. Halyang berbeda dari

(8)

Yang menarik dalam pembahasan Edgar dalam buku ini adalah betapa pendekatan Darwin diikuti kemudian oleh ahli–ahli terkenal lainnya seperti Taylor, Boaz bahkan Malinowski dan pengikutnya .

Menurut Edgar pendekatan ritual terhadap mitologi atau bentuk yang lain yang didasarkan pada mitos tidak terbatas pada konsiderasi genetik saja. Pendekatan ritual berhubungan dengan tiga persolan yang saling berhubungan yakni jenis, struktur dan fungsi.

Menurut Edgar mitos muncul dari ritual bukan sebaliknya. Yang diucapkan dalam ritual berkorelasi dengan tindakan-tindakan di dalam ritual tersebut. Menolak teori Darwin, Edgar mengatakan bahwa ritual yang mendekati mitos atau setiap bentuk yang didasarkan pada mitos tidak bisa membatasi dirinya pada pengertian genetik.

Menurut Edgar pendekatan ritual terhadap masyarakat tradisional sangat berhasil. Sebelum tahun 1912 sudah banyak studi ritual di berbagai area biarpun pendekatan ini bukanlah pendekatan teoritis, tetapi hanya sebuah metode dalam studi terhadap hal-hal yang menonjol secara spesifik.

Menurut Edgar ada dua pendekatan ritual yaitu euhemerist yang mengatakan bahwa mitos adalah didasarkan kepada figur- figur sejarah, sedangkan yang kedua adalah ide daripada para cognitivist yang mengatakan bahwa mitos berasal dari usaha pencarian- pencarian dari ilmu pengetahuan.

Bahagian kedelapan ditulis oleh Wheel Wright dengan judul The Semantic

Approach of’ Myth. Bahagian ini menghubungkan mitos dengan bahasa, dilihat dari

(9)

Dalam bahagian ini Wright banyak memberikan defenisi mitos yang dapat digunakan untuk menghubungkan mitos dengan bahasa. Misalnya defenisi yang diberikan Alan W.Watts; ” Myth is to be defined as a complex of stories-some no

doubt fact-and some fantasy-which, for various reasons, human regards as

demonstration of the inner meaning of the universe and human life”. (1974:154) “Mitos

dapat dijabarkan sebagai suatu kumpulan cerita, sebahagian fakta-sebahagian adalah fantasi yang untuk berbagai alasan dianggap sebagai perwajantahan makna dalam jagad raya dan hidup manusia”.

Wright juga memberi pendapat bahwa pendapat Cassirer dan Langer mengenai mitos merupakan ‘pre-linguistic tendency of human envisagement’ (kecenderungan pra-linguistik dari persepsi manusia), dan dalam aspek utamanya mengandung hubungan khusus dengan bahasa. Eksplorasi hubungan ini merupakan cara yang paling berguna untuk menemukan bahwa alamiah mitos dan bahasa sebenarnya adalah sama. Menurut Wright sebelum mengeksplorsi hubungan yang mungkin antara pembentukan kalimat dikalangan suku primitif dan mitos, harus diteliti dulu bagaimana sebenarnya asal muasal adanya logika .

Bahagian terahir dari buku ini yakni bahagian kesembilan dengan judul Myth

and Folktales, ditulis oleh Stith Thompson. Inti pembicaraan dalam bahagian ini

adalah bagaimana membedakan mitos dan cerita rakyat dan hubungan satu sama lainnya.

(10)

Thompson menyimpulkan bahwa sejauh ini setelah satu abad atau lebih lamanya diskusi dan pembicaraan, masih sedikit yang diketahui mengenai hubungan berbagai jenis cerita rakyat antara satu dengan yang lainnya. Bahwa kadang- kadang adanya satu bentuk mengarah ke bentuk yang lain tidak bisa ditampik, tapi hal ini dianggap manifestasi lokal bukan sebagai evolusi yang mendunia. Menurut Thompson, hanya perhatian, minat yang besar serta teori yang betul-betul benar dan sahih yang akan memberi penjabaran yang tidak dapat disepelekan atau dihindari.

Menurut Thompson persoalan-persoalan yang dimunculkan oleh mitos sudah pasti tidak dapat diselesaikan oleh generasi sekarang. Tapi dapat dipastikan bahwa satu abad dari sekarang para mahasiswa akan masih menganalisis dan mencoba mendapat sintesa dari penemuan-penemuan mereka yang bersifat analitik, dan pada waktu itu jumlah ahli- ahli akan sudah cukup untuk meneliti bentuk dan gaya yang terdapat dalam cerita rakyat atau sastra lisan. Pada waktu itu, menurut Thompson a pertanyaan-pertanyaan mengenai apakah kita setuju mengenai adanya suatu periode tertentu penulisan mitosakan terjawab serta pertanyaan tentang apakah kita setuju bahwa kekuatan yang mendorong penciptaan mitos masih aktif bilamana kondisinya tepat. Teori dapat dipastikan akan berkembang dan apa yang kita lakukan kelihatannya ketinggalan jaman, tetapi menarik melihat hal ini dari sudut pandang mereka dan melihat bagaimana teori dan ide yang kita buat muncul setelah satu abad.

(11)

: ”....myth is to do with the god ”. Selanjutnya dia mengatakan bahwa mitos mempunyai sejarahnya seperti halnya setiap cerita rakyat mempunyai sejarahnya. Asal muasal mitos dan cerita rakyat akan tetap menjadi misteri seperti halnya asal muasal bahasa yang tetap menjadi misteri.

Namun kemudian Thompson memberi argumentasi bahwa lebih mudah meminjam cerita atau legenda serta mitos daripada membentuk atau menciptakan. Dan kalau diperhatikan bahwa narrasi dari cerita suku primitif tidak terdapat dalam jumlah yang besar dan dari jumlah yang ada sebagian besar mempunyai persamaan dengan milik suku yang menjadi tetangganya. Dengan argumentasi ini Thomson sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antaran cerita rakyat dan mitos.

Dalam tulisan nya Thomson memberi catatan bahwa sangat disayangkan dia belum membaca tulisan dari Levi-Strauss namun dia berpendapat dalam meneliti mitos, motif merupakan elemen yang harus diberi perhatian yang lebih.

2.1.1.2 A Short History of Myth oleh Karen Amstrong

Buku ini mengundang pujian dan komentar yang positif dari berbagai pihak. David Mitchel dari Sunday Herald mengatakan:” Visionary....a crisp and lucid

exploration of myth-making” , sedangkan Dvid Flusteder dari Daily Telegraph

mengatakan : “ Elegantly argued and consistently though-provoking”

(12)

peradaban yang pertama yakni Early Civilisation terdapat pada bahagian ke empat buku tersebut yang diikuti uraian mitologi dari periode Axial. Kemudian bahagian ke enam mengenai mitos pada periode setelah periode Axial, dan bahagian terahir yakni bahagian ke tujuh mengenai mitos pada era transformasi Barat atau The Great Western

Transformation.

Bahagian pertama dari buku ini mempunyai nilai yang lebih karena berisikan uraian yang membantu untuk memahami mitos yang di terangkan pada periode-periode seperti disinggung di atas karena Amstrong berusaha lebih dulu mengambarkan ciri-ciri manusia sebelum dia memberi kesimpulan apa mitos itu sebenarnya.

Bahagian pertama ini yang diberi judul What is a myth?, dibuka dengan pernyataan bahwa manusia itu dari dahulu kala adalah pencipta mitos. Peninggalan-peninggalan manusia purbakala menunjukkan keyakinan mereka akan dunia masa depan. Manusia purbakala sudah menyadari ke tidak abadian manusia itu sendiri dan kemudian menciptakan narasi yang memampukan mereka untuk menghadapinya.

Amstrong mengatakan bahwa manusia itu adalah makluk pencari makna atau arti. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh makluk lain seperti binatang. Manusia dengan mudah merasa sedih, karena itu mereka menciptakan tulisan-tulisan yang memungkinkan manusia menempatkan hidupnya di dalam setting yang lebih besar, yang memberikan makna yang bertentangan dengan keadaan-keadaan yang menekan, dimana hidup mempunyai makna dan nilai.

(13)

memungkinkan manusia memikirkan sesuatu yang tidak muncul seketika, sehingga ketika memikirkan sesuatu itu, objeknya tidak hadir.

Menurut Amstrong, adalah imajinasi ini yang memampukan manusia untuk menghasilkan mitos. Pada masa sekarang, berpikir secara mitos dianggap sesuatu yang irrasional, pada hal menurut Amstrong, imajinasi itu lah yang memampukan para ilmuwan membawa pengetahuan kepada pencerahan dan menemukan tehnologi yang memberikan manusia itu banyak keefektifan. Imaginasi manusia memampukan manusia terbang ke luar angkasa dan berjalan di atas bulan yang sebelumya hanya terjadi dalam mitos.

(14)

Menurut Amstrong mitos secara sederhana digunakan untuk menerangkan seuatu yang tidak benar. Sejak abad delapan belas manusia mengembangkan pandangan ilmuwan mengenai sejarah, memperhatikan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi. Tetapi setelah jaman sebelum modernisasi, ketika menulis tentang masa lalu, manusia lebih memberi perhatian kepada arti kejadian tersebut. Sebuah mitos adalah suatu kejadian yang dalam beberapa pengertian telah terjadi tetapi juga yang terjadi sepanjang waktu.

Menurut Amstrong adalah suatu kesalahan untuk meremehkan mitos sebagai sesuatu cara berpikir yang rendah. Mitos sebagaimana novel adalah memciptakan keyakinan . Mitos adalah permainan yang mentranfigurasikan dunia tragis yang sudah terpecah-pecah dan menolong manusia melihat secercah kemungkinan-kemungkinan yang baru dengan bertanya;” Bagaimana kalau seandainya?’ suatu pertanyaan yang mendorong tercapainya penemuan-penemuan yang paling penting dalam filsafat, sains dan teknologi.

Manusia adalah mahluk yang unik dalam kapasitasnya untuk bermain. Manusia dewasa menikmati bermain dengan berbagai kemungkinan. Dalam mitologi manusia memainkan hipotesa, membawanya ke dalam kehidupan dengan ritual dan tindakan, berkontemplasi dengan efek mitos dalam kehidupan dan menemukan bahwa manusia telah mencapai suatu pengertian tentang dunia yang penuh dengan teka teki.

(15)

baru dan mendorong manusia untuk benar-benar hidup sepenuhnya. Mitologi akan akan mentransformasikan manusia bila manusia mengikuti petunjuknya. Mitos adalah pembimbing yang menyatakan apa yang harus dilakukan manusia itu untuk hidup lebih kaya. Bila manusia tidak menggunakannya dalam situasi mereka dan membuat mitos sebagai sesuatu realitas dalam hidup, mitos akan tinggal sebagai sesuatu yang tidak dapat dimengerti, membingungkan dan membosankan.

Menurut Amstrong mitos adalah bentuk awal dari psikologi, yang membawa kepada pencerahan tentang cara kerja yang misterius dari kejiwaan, dengan ceritera-ceritera tentang pahlawan, dewa-dewa dan monster, tentang bagaimana menyelesaikan problem dan krisis dari jiwa manusia. Ketika Freud dan Jung mulai menulis pencarian – pencarian manusia modern tentang jiwa, secara naluri mereka berpaling ke mitologi klasik untuk menerangkan pengertian mereka dan memberikan interpretasi yang baru tentang mitos.

Lebih lanjut Amstrong menyimpulkan tidak ada versi tunggal tentang mitos. Karena keadaan manusia yang berubah, manusia perlu menceritakan kisah mereka secara berbeda untuk mengekpresikan kebenaran-kebenaran yang tidak pernah berubah.

2.1.1.3 Mythologies oleh Roland Barthes

(16)

Bahagian kedua, yang memberi pembahasan tentang bagaimana membaca dan memahami mitos diberi judul Myth Today. Dalam bahagian ini Roland Barthes mempertegas pemahamannya tentang apa sebenarnya mitos itu. Dari awal Roland Barthes menunjukkan keyakinannya yang dicantumkannya dalam pernyataannya pada pendahuluan buku tersebut: ”....myth is a language”, mitos adalah bahasa. Hal yang sama dipertegas pada paragrap pembuka bahagian ke dua buku tersebut dimana dengan tegas dia menyatakan: ”....myth is a type of speech....”

Bahagian ke dua buku yang secara garis besar membicarakan mitos segai alat

komunikasi berisikan beberapa tulisan yang diberi judul seperti Myth is a type of

speech; Myth as a semiological system; The form and tthe concept; The signification;

Myth as stolen language; The bourgeoisie as a joint-stock company; Myth is

depoliticized speech; Myth on the left dan Myth on the Right.

Tulisan pada bahagian ke dua yang sangat membantu penelitiaan mitos adalah tulisan yang pertama sampai ke empat. Roland Barthes adalah seorang ahli semiotika, meninggal pada tahun 1980. Pada awal pemikirannya Barthes mencoba melihat bahwa aspek sosial dan budaya tidak dalam kerangka sifat objek yang tidak bersifat essential tetapi dalam kerangka penandaan dan semiotika, serta mempelajari bagaimana tanda melakukan penandaan.

(17)

“Myth is a type of speech”. Menurut Roland Barthes definisi mitos didasarkan pada gagasan bahasa yang bertanggung jawab. Oleh karena itu mitos sesuai dengan jagad raya. Wicaranya adalah meta bahasa yang selalu berada dalam keadaan kabur, terikat dengan asal muasal etis.

Lebih jauh Barthes mengatakan bahwa mitos merupakan sistem komunikasi karena mitos merupakan sebuah pesan. Mitos yang merupakan modus penandaan merupakan bentuk wicara. Melalui wacana, mitos tidak dapat digambarkan melalui objek pesannya, melainkan melalui cara pesan itu disampaikan.

Menurut Roland Barthes, mitos merupakan urutan ke dua dari sistim semiologis yang mana tanda berada pada urutan pertama dalam sistim tersebut yang merupakan kombinasi petanda dan penanda, menjadi penanda pada urutan kedua. Dalam membedakan sistem mitos dari hakekat bahasanya, Barthes menggambarkan penanda dalam mitos sebagai bentuk dan petanda sebagai konsep.

Roland Barthes mempelopori apa yang disebut aliran semiotik konotatif. Makna konotasi yaitu arti pada bahasa sebagai model kedua yaitu tanda-tanda tanpa maksud langsung sebagai simptom yang diperoleh atas dasar ciri-ciri denotasi. Disamping sastra, paham ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang.

(18)

gejala sosial dan semiologi yang diilhami oleh De Saussure, dimana selalu ada kaitannya dengan aspek penanda semua benda.

Semiologi sering dituduh menampilkan bahasa sebagai sebuah bidang lingua, sehingga Barthes memobilisasi semua sumber daya teori inguistik, kususnya bahasa sebagai sistem pembedaan untuk bisa mengenali bahasa.

Barthes memberikan model sistematis dalam menganalisi makna tanda-tanda yang dibagi dalam dua tahap. Indikasi tahap pertama merupakan hubungan antara penanda dan petanda dalam sebuah tanda terhadap makna eksternal yang disebut denotasi, yakni makna paling nyata dari tanda. Signifikasi kedua disebut konotasi yang menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan peranan emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaan.

Konotasi mempunyai makna yang subjektif, menurut Barthes paling tidak intersubjektif. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa denotasi adalah yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek dan konotasi akan membantu bagaimana menggambarkannya.

Pada tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda berhubungan dengan isi. Dalam hal ini tanda bekerja melalui mitos dimana kebudayaan menjelaskan atau memberi pemahaman mengenai beberapa aspek tentang realitas. Dari sisi ini dapat dilihat bahwa mitos merupakan produk sosial yang mempunyai mutu dominan seperti hidup dan mati, manusia dan jagad raya.

(19)

menambahkanpengertian ini menjadi makna pada tingkat konotasi. Bagi Barthes konotasi justru mendenotasikan suatu hal yang dinyatakan sebagai mitos, dan mitos mempunyai konotasi terhadap ideologi tertentu.

Pendapat Barthes memungkinkan mengkaji ide secara sinkronis atau diakronis. Secara sinkronis makna terpadu rata pada titik sejenis dan seolah berhenti disitu. Karena itu pola-pola tersambung yang menyertai telaah lebih mungkin dilakukan. Secara diakronis analisis Barthes memungkinkan melihat kapan, dimana dan dalam lingkungan sebuah sistem bagaimana mitos digunakan.

Menurut Roland Barthes, mitos didasarkan pada gagasan bahasa yang bertanggung jawab sehingga mitologi memostulatkan kebebasan bahasa yang artinya mitologi sesuai dengan aspek universal atau jagad raya.

2.1.1.4 Mitos dan Komunikasi oleh Umar Junus

Buku ini berisikan beberapa bahagian yang membicarakan pengertian mitos secara umum dan pembahasan mitos yang terdapat dalam beberapa karya sastra Indonesia.

Dalam bahagian yang berjudul ‘Berhadapan dengan Mitos’ Umar Junus mengatakan bahwa mitos tidak dibentuk melalui penyelidikan melainkan melalui anggapan atau observasi kasus yang digeneralisasikan, karena itu mitos lebih banyak hidup dalam masyarakat.

(20)

membentuk mitos yang mendemitifikasikannya dan mitos yang membuktikan membuktikan bahwa suatu mitos tidak benar adanya.

Dalam bahagian ini, Umar Junus juga memberi pendapat bahwa kutukan yang banyak terjadi dalam mitos bukanlah ditujukan untuk kepentingan pengutuk, melainkan untuk kepentingan suatu pembuktian.

Dalam bahagian ‘Mitos dan Kontra Mitos’ Umar Junus mengatakan bahwa karya sastra, cerita novel, drama dan cerpen merupakan mitos yang bertugas untuk mengukuhkan sesuatu, yakni mitos pengukuhan atau myth of concern atau mitos yang merombak sesuatu yakni mitos pembebasan atau myth of freedom. Dalam menentukan apakah sebuah mitos adalah mitos pengakuan atau mitos pembebasan dilakukan dengan memberi perhatian terhdap semua unsur dari karya sastra tersebut, unsur internal dan eksternalnya seperti lingkungan sosial.

Menurut Umar Junus kehidupan manusia, yang didalamnya terdapat hubungan atas manusia, dikuasai oleh mitos-mitos. Oleh karena itu, sikap manusia terhadap sesuatu ditentukan oleh mitos yang ada dalam diri manusia, dan mitos ini mempengaruhi manusia, untuk menyakininya atau membencinya. Dengan demikian mitos akan mempengaruhi manusia sehingga berprasangka terhadap sesuatu hal yang dinyatakan dalam mitos. Untuk dapat mengetahui kebenaran atau kesalahan mitos tersebut manusia harus berhubungan dengan hal tersebut.

(21)

Dalam bahagian ‘Mitos dan Realitas’ Umar Junus membicarakan kadar kerealitasan dan kerasionalan karya sastra. Menurut Umar Junus karya sastra dari masa lampau dianggap sesuatu yang penuh dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Namun bagi Umar Junus hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang realistis dan rasional bagi masyarakat di mana karya itu tercipta, karena masyarakat tersebut dikuasai hubungan sebab akibat biarpun berbeda dengan apa yang ada pada masyarakat modern. Sehingga bagi masyarakatnya suatu mitos adalah realitas dan masyarakat di masa lampau melihat mitos itu tidak dari segi rasional atau tidak, tetapi dilihat dari segi yang mengatakan tidak adanya karya sastra yang sepenuhnya realitas atau sepenuhnya imajinasi.

Semua kajian pustaka yang dibahas diatas menambah pemahaman akan keberadaan mitos, kedudukannya dalam sastra, teori dan langkah langkah yang akan digunakan dalam penelitian selanjutnya.

2.1.2 Pustaka Terapan

2.1.2.1 Pitoto’ Si Muhamma’ 0leh Heddy Shri Ahimsa Putra

Cerita Pitoto Si Muhamma’ adalah cerira rakyat suku Bajo. Menurut Ahimsa Putra cerita ini adalah milik suku Bajo yang mempunyai hubungan dekat dengan masyrakat Sulawesi Selatan, terutama suku Bugis Makassar.

(22)

dari Muhamma’adalah putri seorang punggawa. Hajira selalu sakit-sakitan sehingga ibunya bernajar bila putrinya sembuh akan dibawa ke sumur Toraja.

Daeng Manjakari adalah seorang jagoan yang sngat senang mengikuti pertandingan bola semparaga. Suatu hari dia pamit kepada ibunya untuk mengikuti pertandingan semparaga. Si Muhamma’ pada waktu yang sama ingin menonton pertandingan semparaga. Ketika dia sampai di tempat pertandingan, tidak disangka-sangka raga atau bolanya terlempar tepat dihadapan Muhamma’ yang langsung menendangnya. Pemain Bugis Makassar yakni Daeng Manjakari dan teman-temannya tidak menyukai hal ini karena bagi mereka Muhamma’ adalah orang asing.

Ibu Hajira sangat tertarik dengan Daeng Manjakari karena dia sangat sopan. Suatu hari dia meminta Daeng Manjakari mengantarkan Hajira ke sumur Toraja. Hal ini menimbulkan kecemburuan Muhamma’ karena dia merasa lebih berhak untuk mengantarkan Hajira sehingga timbul perkelahian yang kemudian dimenangkan Muhamma’ yang berhasil menewaskan Daeng Manjakari. Namun setelah Hajira menjatuhkan pilihan kepada Muhamma’,justru Muhamma’ meninggalkan dia dan menghilang dari kampung tersebut.

(23)

Penelitian Ahimsa Putra ini sangat membantu penulis dalam memahami teori Strukturalisme Levi Strauss dan bagaimana mengaplikasikannya juga dalam menafsirka setiap episode cerita.

2.1.2.2 Hikayat Raja Banjar oleh M.Rafiek

M. Rafiek (2010:71) meneliti mitos dibawah judul Hikayat Raja Bnjar: Kajian

Jenis, Makna dan Fungsi Mitos Raja. Penelitian dilakukan dengan menitikberatkan

pada telaah sastra dengan pendekatan struktural-hermeneutika. Menurut Rafiek, konsep strukturalisme Levi-Strauss membantu memudahkan memahami dan menganalisis

cerytheme (tindakan) dalam naskah yang memuat mytheme (peristiwa) tertentu.

Kesulitan yang didapati ada dalam pengkotak-kotakan cerytheme berdasarkan

mytheme sehingga dianjurkan untuk membaca teks berulang-ulang.

Dalam penelitian ini Rafiek menyimpulkan bahwa mitos raja dalam Hikayat

Raja Banjar mendapat pengaruh dari kisah Nabi dan Rasul dalam agama Islam, kisah

Sunan Giri dan mitologi Junani. Rafiek menemukan dua jenis, empat fungsi dan tiga makna mitos yang terdapat pada Hikayat Raja Banjar. Dua jenis mitos yang ditemukan adalah mitos yang sesuai dengan fakta sejarah dan yang tidak sesuai dengan fakta sejarah. Empat makna yang ditemukan adalah makna religious, makna filosofis makna estetis makna magis dan makna etis. Sedangkan fungsi mitos yang ditemukan adalah fungsi integratif mitos raja, fungsi politis mitos raja, fungsi ideologis mitos raja, fungsi legitimasi, fungsi mistis dan fungsi yudikasi.

(24)

ini juga sangat membantu dalam penerapan teori dan langkah langkah yang harus dilakukan terutama dalam menemukan jenis mitos.

2.1.2.3 Struktur Satra Lisan Batak Toba oleh Drs Razali Kasim M.A

Razali Kasim meneliti struktur Sastra Lisan Batak Toba (2000:66) dengan memusatkan perhatian pada empat cerita yaitu Suhutan Nan Jomba Ilik, Datu Dalu dan

Tao Sipinggan, Sombaon Sipitung dan Ratu Jolma. Salah satu dari keempat cerita

rakyat di atas mempunyai motif sumbang yakni Suhutan Nan Jomba Ilik.

Dalam menganalisis keempat cerita di atas, Razali Kasim menerapkan teori Strukturalisme yang dikemukakan oleh Roland Barthes yang memberi pandangan bahwa karya sastra terbentuk dari berbagai tanda, karena itu karya sastra dapat dipilih berdasarkan kode (codes) yang tidak bersifat mutlak (arbitrary) dan bergantung pada pemahaman dan sudut kepentingan. Lima kode yang diberikan Barthes adalah (1) kode teka-teki (code of puzzles); (2) kode tindakan (code of action); (3) kode kultural (cultural code); (4) kode konotatif (conotative code); dan (5) kode simbolis (symbolic

code).

(25)

2.1.2.4 Sumbang, Incest in de Indonesische Mythologie oleh Well Derk

Buku ini merupakan hasi penelitian untuk tesis. Dari judul dapat kita lihat bahwa buku ini ditulis dalam bahasa Belanda. Derk mengambil duapuluh (20) cerita rakyat dari Indonesia untuk menjadi objek penelitian. Keduapuluh cerita rakyat itu diambil dari Aceh, Sumatera, dalam hal ini Cerita rakyat Batak Toba dan Nias, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi dan Kalimantan. Umumnya teks yang dicantumkan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dan yang lain seperti cerita rakyat Batak Toba diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Dalam melakukan penelitian, penulis menerapkan teori Strukturalisme Levi-Straus yaitu opposisi binari dan teori Psikoanalis dari Freud. Well Derk memusatkan perhatian pada motif, mediator dan ada tidaknya sikap mendua terhadap hubungan sumbang yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut.

Kesimpulan yang diambil penulis antara lain adalah, bahwa ada sikap yang mendua terhadap hubungan sumbang, terutama dalam cerita rakyat Batak. Perkawinan sepupu menurut penulis adalah usaha kompromi antara perkawinan sumbang dan perkawinan luar (luar klan).

Seperti halnya dalam beberapa cerita rakyat di tempat lain seperti cerita rakyat Junani kuno dan Mesir, anjing mendapat peran dalam beberapa cerita rakyat di Indonesia yang mempunyai motif sumbang seperti mitologi terciptanya gunung Tangkuban Perahu. Dalam mitos sumbang yang terdapat dalam cerita rakyat Batak Toba seperti Tongkat Panaluan anjing juga mendapat peran.

(26)

perempuan sudah melakukan hubungan sumbang atau incest sejak dalam kandungan. Oleh karena itu kembar seperti ini tidak dihargai.

Terdapat juga penemuan mengenai sikap masyarakat di Jawa terhadap gerhana matahari, yang merupakan sesuatu yang memalukan karena gerhana merupakan hubungan sumbang antara matahari dan bulan sehingga ketika ada gerhana, masyarakat bersembunyi karena malu.

2.1.2.5 Calling A Rainy Day; A Rain Ritual and Incest Myth oleh Rita Smith Kipp Tulisan ini merupakan paper yang dipresentasikan dalam pertemuan masyarakat antropologi yaitu Central States Anthropological Society di Milwaukee, Wisconsin dan sedang dalam penulisan menjadi buku ketika paper ini ditulis.

Dalam paper ini Ritha Smith membahas satu cerita rakyat dari Tanah Karo yaitu yang berjudul Tole Mama.Menurut penulis kata sumbang tidak hanya digunakan untuk perkawinan sedarah, tetapi digunakan juga untuk jenis hubungan lain antara pribadi-pribadi yang dianggap tidal layak dan harus dilarang, seperti berbicara dengan mertua.

Cerita Tole Mama adalah cerita seorang anak gadis yang melakukan hubungan terlarang dengan pamannya yaitu saudara ibunya. Akhirnya pasangan ini melarikan diri dengan terbang ke angkasa dan berobah menjadi pelangi.

Dari penelitian yang dilakukan didapati bahwa kekeringan dan musim kemarau merupakan hukuman terhadap hubungan sumbang dan harus disucikan (purify) kembali dengan upacara ritual memanggil hujan.

(27)

pelakunya, tetapi mitos sumbang mencakup konsep yang lebih luas, perilaku yang terlalu dekat dalam hubungan yang spesifik, hubungan kekerabatan, harapan-harapan dalam perkawinan, dan pengasuhan anak. Mitos sumbang memberi gambaran tentang proses alamiah, hubungan sex, melahirkan anak, pengasuhan anak dan kemudian mentransformasikan fakta-fakta alam ini ke dalam fakta-fakta sosial. Hubungannya dengan ritual adalah bahwa ritual bukan hanya usaha meluruskan pandangan terhadap fakta alam tetapi juga usaha memperbaiki tatanan sosial dari hubungan antar manusia yang sepantasnya.

2.1.2.6 Parodi Mitos Tradisional Burisrawa Yang Ditulis Oleh Riantiarno oleh Reny Widjajanti Soedjono Azwar.

Penelitian yang dilakukan Reny Widjajanti ini merupakan penelitian disertasi. Secara garis besar Reny Widjajanti mencoba melihat bentuk penulisan drama

Konglomerat Burisrawa yang merupakan parodi dari mitos tradisional Sumbadra

Larung.

Sumbadra Larung berkisah tentang kesetiaan Sumbadra terhadap suaminya

Arjuna. Kesetiaannya di uji melalui perbincangan Sumbadra dengan istri Arjuna yang lain seperti Srikandi dan Larasati dan penolakannya terhadap rayuan Burisrawa yang merupakan suatu cobaan utama. Sumbadra berhasil mempertahankan kesetiaannya yang ditunjukkan pada ahir cerita ketika Sumbadra tewas bunuh diri dengan menusukkan tusuk kondenya ke dadanya.

(28)

pabrik. Dalam pandangannya semua bisa di atur dengan uang , bahkan dalam hal cinta dia memakai bahasa dagang dengan menjanjikan akan memberikan saham . Burisrawa merasa mampu membeli segalanya termasuk cinta Sumbadra. Sumbadra dalam drama ini mempertahankan pendapatnya mengenai cinta dan kesetiaan. Cinta dalam drama ini menggambarkan cinta sesuai dengan jamannya yang dipengaruhi materi.

Reny Widjajanti mencoba menemukan seberapa dekat drama ini dengan sumbernya dengan melakukan studi yang teliti terhadap penyimpangan dari mitos tradisional. Reny Widjajanti juga mencoba membahas kedekatan drama ini dengan masyarakat lingkungan atau menurut istilah Reny Widjajanti, ‘satire jamannya’. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebenarnya penelitian ini mencoba menemukan pelanggaran konvensi mitos tradisional.

Dengan tujuan seperti diatas, Reny Widjajanti harus menukik lebih dalam untuk menemukan makna dan fungsi mitos dalam Konglomerat Burisrawa dan dalam Sumbadra Larung. Untuk pencarian makna dan fungsi ini Widjajanti menggunakan Teori Viala yang didasarkan pada teori Todorov mengenai tiga aspek sastra yakni aspek sintaksis, aspek semantik dan aspek pragmatik dan teori Anne Ubesvield yang didasarkan pada teori Greimas untuk menganlisis sintaksis.

Disamping teori diatas Renny Widjajanti menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan drama seperti teori Marco de Marinis mengenai aspek drama dan teori dari Sapardi Joko Damono mengenai unsur drama.

Kesimpulan yang didapati Renny Widjajanti adalah bahwa drama Konglomerat

Buris Rawa yang merupakan adaptasi dari wayang tradisional merupakan parodi yang

(29)

menyampaikan hal itu Riantiarno melakukan penyimpangan konvensi wayang, penyimpangan alur dan tokoh.

Penelitian ini membantu penulis untuk lebih faham memilih dan mengaplikasikan teori secara tepat untuk peelitian mitos tertentu.

2.2 Konsep

2.2.1 Sastra Batak

Secara umum, bentuk sastra Batak yang lebih dikenal adalah umpama atau

umpasa karena kedua bentuk sastra ini selalu digunakan dalam upacara adat

masyarakat Batak. Dimana ada upacara adat, disana akan terdengar umpama atau umpasa. Kadang-kadang dalam pergaulan sehari-hari umpama dan umpasa sering dibacakan dalam percakapan.

Sebenarnya masyarakat Batak sudah lama mempunyai tulisan sendiri, namun masyarakat Batak lebih mengenal seni sastra yang sifatnya lisan yang bernilai tinggi untuk dipelajari. Sastra lisan tersebut meliputi cerita rakyat seperti turi-turian, sastra yang bersifat agama, dan pantun yang lebih dikenal dengan umpama atau umpasa dan andung-andung.

(30)

Turi-turian megandung pelukisan tingkah laku manusia kehidupan masyarakat,

tentang watak manusia seperti cerita orang yang bodoh, pemalas yang berfungsi memberi ajaran dan nasehat. Turi-turian merupakan sastra Batak yang sering dilisankan kepada anak-anak menjelang tidur atau ketika sedang berkumpul di malam hari di tengah halaman dibawah terang bulan. Turi-turian dalam bentuk cerita dongeng tentang bintang merupakan alat pendidikan mental. Salah satu turi-turian yang sering di tuturkan adalah cerita Si Jonaha. Namun terdapat juga cerita yang mengandung sejarah seperti tarombo yang berisikan silsilah kekerabatan, cerita tentang alam dan tentang kehidupan.

Sastra yang bersifat agama terdapat pada mantera dan bait sajak yang dihapal oleh datu (magician) yang diangap mempunyai hubungan dengan pencipta. Datu seperti ini sangat dihormati karena dapat menghafal mantera-mantera dalam melakukan pegobatan. Doa yang dipanjatkan datu yang disebut tonggo-tonggo merupakan bentuk sastra yang sudah dikenal sejak dahulu kala. Dalam bukunya yang berjudul

The Structure of Batak Belief yang merupakan hasil desertasinya, Ph.O.L.Tobing

(31)

mangaris raja ni pia, raja alim mula ni limpa, nandaruruam mula ni si ubeon; raja ulion partambang bitis, na jumadi pat, jumadihon simanjojak, jojak ma anak tubu, jojak ma boru tubu. Bintang na rumiris, ombun nasumorop, anak pe riris,boru pe torop.

(Kupanggil, kuundang tempat mengadu, roh nenek moyang kami, roh nenek moyang perempuan, roh nenek moyang kami roh nenek moyang laki-laki, roh rumah pencipta, yang menentukan yang memberkati pesta ini. Kau yang duduk di tempat pemujaan yang luas, yang bersemayam di bawah tiang rumah, yang menggantung di tali siariman, yang membayang di tempayan sijonggi; yang makan di piring limar, berkumur di piring pasu; yang memamah di daun motung, minum nira raja tuak, air raja mata air; yang makan sirih yang lebar, yang memiliki piring yang tahan uji, yang berikat tiga helai, yang berselendangkan selendang bermotif; yang memiliki ayam yang hinggap di ketinggian, yang memiliki burung pandai berbicara. Moyang yang menjadi awal, moyang dari mula penciptaan, awal dari yang sesungguhnya. Indangmu yang menjadikan wajah; yang menjadikan tubuh; yang menjadikan kepala bulat, awal dari kepala yang ditumbuhi rambut, awal dari sangul. Raja Intan bercahaya yang jadi mata,

landismaria awal dari hidung, sibobolhas awal dari dagu, pagar awal dari

pipi, raja melambai awal tangan, raja urundirea yang menjadikan jantung. Raja imbang awal dari empedu, pedang mangaris awal ginjal, raja alim awal dari limpa, mandururuan awal perut, raja ulion awal betis yang jadi kaki, menjadikan kaki, mapan anak yang lahir, mapan putri yang lahir. Bintang yang bertaburan, awan yang menyebar, putra pun berbaris, putri pun banyak)

Tonggo-tonggo atau doa yang lain yang tercantum dalam buku tersebut diatas

ditujukan kepada Pane Na Bolon (Tambunan, 1982:73).

Hujou hutonggo, hupangalu-alui, sahala ni Daompung, Boru saniang naga, Saniang naga tunggal, Saniang naga di jae, Sainang naga di julu, partintin na rumiris, parsanggul na lumobi, parbunga-bunga nas tutup ni odap. Naga na marjullak goar ni mualmi, si raja mangarabuk goar ni sampuranmi, si si raja mumbak-umbak goar ni umbakmi, si raja mompas-ompas goar ni pasirmi, si boru menak-enak di bagasan aekmi. Hamu panguhatan arian, pangalapan bodari, tangkas hamu huboto marruma gorga, parsopo ni ambaruran jala parruma ijuk, na mian di tonga-tonga ni lautan. Disi ma hamu marmula poda dohot marmula hata jumurju ari na tolu pulu, bulan na sampulu dua, panggorda na ualu, parmanis na lima dohot Ompunta Pane na bolon sinuru ni Ompunta Tuan Mula Jadi. Tumpa k ma hami horas, maduma jala gabe.

(32)

pasirmu bernama raja mompas-ompas dan di dalam airmu berada boru

menak-enak. Kamu yang diambil di siang hari dan diambil di malam hari,

jelas aku ketahui memiliki rumah yang diukiri, pemilik rumah moyang, dewi Saneang Naga, Saneang Naga tunggal, Saneang Naga di hulu,

Saneang Naga di muara ijuk, yang berada di tengah lautan. Disanalah

engkau mengajarkan nasehat pertamakali dan memulai kata menghitung hari yang tigapuluh, bulan yang dua belas, bermata-angin yang delapan,

parmanis yang lima dengan moyang kita panen yang besar yang disuruh

mahapencipta. Berkatilah kami biar selamat, makmur dan berketurunan)

Bentuk sastra Batak yang lain adalah pantun. Di antara pantun-pantun itu seperti yang terdapat di bawah ini, merupakan pantun nasehat

Silaklak ni dandorung

Tu dangka ni sila-sila

Ndang iba jumonok-jonok

Tu naso oroan niba

Kulit kayu Dandorung Pada cabang dari Sila-sila Jangan dekat-dekat

Dengan yang bukan tunangan kita

Dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris terahir adalah isi yang merupakan nasehat bahwa laki-laki hendaknya jangan dekat-dekat dengan perempuan yang bukan tunangan atau isterinya. Contoh yang lain adalah seperti pantun dibawah ini (Tambunan, 1982:73)..

Pat ni Lote ma tu

Pat ni satua

(33)

Horas ma na niula

Kaki burung puyuh Kaki dari gereja

Binasalah yang ingkar janji Selamatlah yang dikerjakan

Dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris terakhir merupakan isi yang menasihatkan untuk tidak mengingkari janji karena akan membawa akibat yang tidak baik dan yang setia pada janji akan memperoleh kemakmuran. Pantun ini menasehatkan supaya setiap orang jangan memungkiri janjinya. Demikian juga pantun dibawah ini

Pauk-pauk hu dalani ma

Pago-pago tarugi

Na tading huulahi

Na salah hupauli

Cangkul bergigi tiga Pancang serabut ijuk Yang tertinggal kuulangi Yang salah kuperbaiki

(34)

Dalam sastra Batak ada yang disebut andung-andung. Andung-andung adalah rangkaian kalimat yang disenandungkan ketika menangisi kematian orang baik keluarga dan kerabat. Andung-andung mengandung kisah kehidupan dari yang meninggal. Lebih sering mengenai hal-hal yang baik mengenai orang tersebut semasa hidupnya. Andung-andung juga mengekspresikan perasaan-perasaan mereka yang ditinggalkan, yang disusun dengan kata-kata yang penuh gaya bahasa sehingga yang mendengar atau para pelawat biasanya terpengaruh dan ikut menangisi yang meninggal (Tambunan, 1982:75)..

Menurut Bisuk Siahaan dalam bukunya Kehidupan Di Balik Tembok

Bambu(1982:82) dimasa silam terdapat orang-orang yang mempunyai keahlian

mangandung atau bersenandung sambil menangis sehingga merupakan profesi

dimana mereka dapat dipanggil dan diberi upah untuk menangisi seseorang yang meninggal yang semasa hidupnya adalah orang yang mempunyai status tinggi. Pada umumnya mereka adalah perempuan yang sudah berusia lanjut. Nalom Siahaan dalam Tambunan (1982:73).

Damang i amang siadopan i

Sulu-sulu diaari golap i

Huat-huat di ari parudan i

Sisongsong dua ribu i

Siambat dua ratus i, (dan seterusnya)

Ayahanda, suami

(35)

Bilah pijar di hari hujan

Yang menghambat dua ribu

Yang menghempang dua ratus

Bentuk sastra Batak yang lain adalah torsa-torsa (ridle) atau teka-teki yang disebut juga huling-hulingan atau hutinsa yang dahulu sering dilisankan oleh muda-mudi namun dilakukan oleh orang tua juga ketika memberi nasehat atau pengajaran tentang alam dan pengetahuan akan kehidupan (Tambunan, 1982:75).. Torsa-torsa atau huling-hulingan terdiri dari satu atau dua baris seperti dibawah ini.

Gantung mok-mok. Aha mai?

Tergantung, gemuk. Apakah itu?

Gantung marniang. Ahamai?

Tergantung, kurus. Apakah itu?

Pir dauk-dauk.

Molo diboto ho di ho deba. Aha ma i?

Bulung ni si hapodea

Keras tapi kendur,

Kalau kau tahu untukmu sebahagian Daun Sihapodea

(36)

Turi-turian merupakan jenis sastra Batak yang dahulu disampaikan orang tua

secara oral (lisan) kepada anak-anak di malam hari di tengah halaman di bawah terangbulan. Turi-turian bisa cerita dongeng tentang binatang yang selalu merupakan alat pendidikan moral seperti cerita Si Jonaha. Namun sebahagian mengandung sejarah atau mitologi penciptaan seperti terciptanya manusia dan terjadinya danau Toba (Tambunan, 1982:72)..

Umpasa adalah bentuk sastra Batak yang dilisankan pada acara adat atau

pesta adat perkawinan, acara adat pada kemalangan seperti kematian dan pesta adat yang lain. Umpasa adalah sejenis pantun yang berisikan dua, tiga atau empat baris. Baris pertama dan atau baris kedua adalah sampiran sedangkan baris ketiga dan atau keempat adalah isi (Tambunan, 1982:77).

. Umpasa mengandung ungkapan yang puitis yang mengandung makna yang khusus dan dalam tentang hidup, merupakan nasehat atau ungkapan-unkapan yang memohon berkah (Tambunan, 1982:73)..

Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut

Molo burju marhula-hula, dipadao mara marsundut-sundut.

Bekerjalah pekerja, menyelesaikan rumput

Kalau baik berbesan, akan jauh bahaya turun temurun

Asing dalan tu mual, asing dalan tu onan

Asi ma roha ni Tuhan, sai dilehon ma hangoluan

Ditambai nang angkaka pangomoan.

(37)

Tuhan maha pengasih, akan memberikan kehidupan Dan peruntungan akan dilimpahkan

Gadu-gadu ni Silindung, tu gadu-gadu ni Sipoholon

Sai tubu ma anakmuna sampulu pitu dohot borumuna sampul Onom

Pematang di Silindung ke pematang di Sipoholon Lahirlah anakmu tujuh belas dan putrimu enam belas

Ruma ijuk tu ruma gorga

Sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna na lambok marroha.

Rumah ijuk ke rumah ber- ukir

Lahirlah putra kalian yang bijak dan putri yang yang lembut

Rimbur ni Pangkat ma tu jimbur ni hotang

Tusi hamu mangalakka, sai tusi ma dapotan.

Capung dari Pakat ke capung rotan

Kemana kalian melangkah, disitu kalian akan memperoleh peruntungan

Martahuak ma manuk di bungkulan ni ruma

Horas ma hula-hulana, songon i nang angka boruna.

(38)

Ogung na mabola dipaboa soarana

Angka boru na malo marroha pintor di pahombar do tu hula-hulana.

Gong yang pecah ditandai oleh suaranya,

Anak perempuan yang bijak akan mendekati hula- hulanya

Aek ni Ampuli di dolok ni Tampongan

Sai sahat ma angka na uli, jala tamba angka passamotan.

Air Ampuli di ketinggian Tampongan

Semoga yang baik akan tiba dan pendapatan akan bertambah.

Simbora ma pulguk, pulguk di lage-lage

Sai mora ma hita luhut, huhut horas jala gabe.

Perak yang teronggok, teronggok ditikar

Semoga kita semua akan menjadi kaya serta selamat dan berketurunan.

Turtu ni anduhur, tio ninna lote

Hata na nauli dohot pasu-pasu pinasahatmu

Sai saut ma tutu, unang muba unang mose.

Suara tekukur,suara Lote jernih

Ucapan yang indah dan berkat yang kalian sampaikan Semoga akan terjadi dan tidak akan berubah.

(39)

Sai sarimatua ma hamu sahat tu na patogu-togu pahompu.

Daun ubi jalar ditarik-tarik lembu

Semoga panjang umur di iringi cucu-cucu

Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu bontean

Sae leleng ma hita mangolu sahat tu panggabean.

Sampai lah sampan sampai ke Bontean

Semoga kita lama hidup dan beranak berketurunan

Hariara mandung-dung, pilo-pilo na maragar

Sai tanding ma na lungun, ro ma na jagar

Beringin yang teduh pada pohon enau

Tinggallah yang menyedihkan, datang lah yang baik.

Hotang pinabebe-bebe, bonang pinapulos-pulos.

Sotung pola mandele rohamuna,ai godang do tudos-tudos.

Rotan yang diputar-putar benang yang digulung gulung

Jangan hatimu putus asa karena banyak orang yang mengalami yang sama

Bona ni arirang, peak di tinga onan

Dagingmu so marsirang, tondimu pe marsigom-goman.

Batang pinang terletak di tengah pekan

(40)

Anian ma pagabe tumundalhon sitodoan

Arimu ma gabe molo marsipaolo-oloan.

Ani adalah mistar memunggungi selendang

Hari-hari akan makmur kalau masih saling seia sekata

Sinuan bulu sibaen na las

Tabahen uhum mambahen na horas.

Ditanam bambu membuat hangat

Kita ciptakan hukum untuk membuat selamat

Sai tubu ma hariara jonok tu jambatan

Sai tubu ma angka anakmuna, sude gabe marjabatan.

Semoga tumbuh baringin dekat jembatan

Semoga lahirlah anak-anak kalian yang semua punya jabatan

Eme ni simbolon parasaran ni siborok

Sai horas-horas ma hita on laos Debata ma na marorot.

Padi simbolon jadi sarang berudu

Selamat lah kita semua dan Allah yang merawat

Sititi ma sigompa, golang-golang ma pangarahutna

Tung so sadia pe nuaeng tarpatupa, sai anggiat ma godang pinasuna.

(41)

Sedikit yang bisa disajikan banyak berkatnya

Pinasa Siantar godang rambu-rambuna,

Tung so sadia hatangki, sai godang ma pinasuna.

Nangka dari Siantar banyak serabutnya

Sedikit yang bisa saya katakan banyak berkatnya

Tuat si puti, nangkok si deak

Ia i na ummuli, ima tapareak.

Turun si Putih, Naik si Deak

Yang bagus itulah yang kita tunggu.

2.2.2 Mitos

Di dalam A Handbook to Literature, Hammon (1993:339) mengatakan bahwa mitos adalah : “An anonymous story that present supernatural episodes as a means of

interpreting natural events. Myth makes concrete and particular a special perception

of human beings or a cosmic”

“Cerita anonim yang menggambarkan kejadian-kejadian supernatural sebagai suatu alat untuk menginterpretasikan peristiwa-peristiwa alam. Mitos menjadikan suatu presepsi khusus dari manusia dan kosmos menjadi kongkrit dan tertentu”.

(42)

“Myth studied alive, is not symbolic but a direct expression of its subject matter....Myth fulfills in primitif culture, an indispensable functions; it expresses enhances and codifies belief; it safe guards and enforces morality, it vouches for the efficiency and contains practical rules for the quidance of man”.

(Mitos yang terus hidup bukanlah sesuatu yang bersifat simbol, tetapi

merupakan ekspresi tegas dari persoalan intinya...Mitos dalam kebudayaan primitif memenuhi fungsi yang penting; mitos mengekspresikan, membangun dan membentuk keyakinan; melindungi dan menekankan moral; menjamin efisiensi dan mengandung hukum-hukum praktis yang menjadi petunjuk bagi manusia”.)

“Myth is thus a vital ingredient of human civilization; it is not an idle tale, but a hard–worked active force; it is not an intelectual explanation or an artistic imagery, but a pragmatic charter of primitive faith and moral wisdom”

(Mitos merupakan unsur yang penting dari peradaban; bukan hikayat yang asal jadi; tetapi merupakan kekuatan yang aktif dan bermakna; bukan juga penjelasan intelektual atau imaji yang artistik, tetapi suatu pernyataan pragmatis dari keyakinan dan kebiksanaan moral dari keyakinan primitif )

Lebih jauh dalam buku yang berjudul Malinonowski and the Work of Myth seperti dikutip oleh Stronski, Malinowski mengatakan :

“Myth is not just the name of any story. The term myth singles out a class

of the story, just as the term ’art’ or ‘literatura‘ do the same for their referent. Thus using the word myth is a way evaluating stories, or of discribing them a special or importand stories” 1992 : 270).

(Mitos bukanlah nama cerita. Istilah mitos menggambarkan tingkatan cerita, sama seperti istilah ‘art’ dan ‘litteratura’ melakukan hal yang sama untuk apa yang dimaksud. Sehingga menggunakan kata mitos merupakan suatu cara mengevaluasi atau menerangkan bahwa cerita tersebut adalah ceritera yang spesial dan penting).

“Myth are narratives which occur within a society, a culture; they cannot therefore fully be appreciated unless we have access to that livng culture which gives them birth and which they are current “ (1992 :28).

(43)

kita mempunyai akses kedalam budaya dimana dia diciptakan dan dimana mereka ada).

Karena itu Mlinowski menghimbau untuk meneliti mitos untuk melihat

”contex of living, faith, social organization...morals....and custom.”(konteks hidup,

keyakinan, organisasi sosial, moral dan adat istiadat) Mitos menurut Malinowski lahir dari ’innermost and emotional reaction to the most formidable and haunting

idea”.perasaan paling dalam dan reaksi emosional terhadap ide-ide yang menghantui

dan menakutkan)

Filsafat Neo Kantian menganggap mitos sebagai bentuk pikiran yang bebas dari semangat manusia dan oleh karena itu tidak dapat direduksi menjadi drama tentang kekuatan psikologis empiris yang menghasilkan produksi. Cassirer dalam Sabeok (1974:7) memberikan pendapat mengenai mitos sebagai kesatuan dari bentuk struktural yang spesifik dari semangat. Menurut Max Muller dalam Smith (1979:8), mitos adalah ekspressi pertama dari proses spiritual dari pembebasan yang dipengaruhi dalam suatu perkembangan pandangan dunia mistis dan magis sampai dengan pandangan agama. Mitos adalah langkah pertama dari dialektik perbudakan, dari pembebasan dimana pengalaman dan semangat manusia berhadapan dengan dunia pencitraan diri sendiri .

(44)

didalam Rafiek (2010:56) memberi empat fungsi mitos didalam cerita rakyat yaitu: (a) sebagai system proyeksi angan-angan suatu kolektif, (b) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan, (c) sebagai alat pendidikan dan (d) sebagai alat pendidikan dan pengawasan, agar norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Secara sederhana mitos adalah cerita anonim yang menggambarkan kejadian-kejadian supernatural sebagai suatu alat untuk menginterpretasikan peristiwa-peristiwa alam yang membuat persepsi khusus dari manusia dan kosmos menjadi kongkrit dan tertentu. Mitos merupakan unsur penting dari peradaban ,bukan hikayat yang asal jadi, bukan penjelasan intelektual atau imaji yang artistik tetapi merupakan kekuatan yang bermakna, suatu pernyataan pragmatis dari keyakinan dan kebijaksanaan moral dari keyakinanmanusia primitif yang mengekspresikan, membangun dan membentuk keyakinan;melindungi dan menekankan moral; menjamin efisiensi dan mengandung hukum praktis yang menjadi petunjuk bagi manusia. Mitos merupakan narasi yang terdapat pada suatu masyarakat, suatu kebudayaan yang hanya dapat dimaknai secara penuh bila mempunyai akses kedalam budaya dimana dia diciptakan.

2.2.3 Sumbang

Sumbang adalah aktivitas seksual antara dua orang yang mempunyai hubungan dekat. Di dalam kamus Webster sumbang dikatakan sebagai: “Sexual activity

between people who are very closely related in a family for example a brother and

sister as a father and daughter” (Aktivitas seksual antara orang yang mempunyai

(45)

Dalam masyarakat Batak perkawinan sumbang tidak terbatas hanya pekawinan sedarah. Perkawinan antara pasangan dari marga yang sama juga dianggap sumbang, demikian juga dua saudara, abang adik yang mengawini dua perempuan kakak beradik dianggap juga sumbang (Vergowen1964:162-165). Lebih jauh dalam masyarakat Batak Toba dapat dilihat bahwa seorang laki-laki tidak diijinkan menikah dengan putri

namboru, yakni adik ayahnya dan sepupunya dari pihak ibu.

Secara sederhana konsep sumbang dalam penelitian ini adalah perkawinan sedarah, semarga dan perkawinan seorang laki-laki dengan adik istri saudaranya.

2.2.4 Folklore atau cerita Rakyat

Basirun dalam Rafiek membagi Folklore dalam tiga bahagian yaitu : 1. Folklore lisan atau verbal folklore

Bentuk folklore lisan murni lisan. Yang termasuk dalam Folklore lisan antara lain :

a. Bahasa rakyat (logat), julukan, pangkat tradisional dan titik kebangsawan b. Ungkapan tradisional seperti pribahasa, pepatah dan pameo

c. Pertanyaan tradisional seperti teka-teki

d. Puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair

e. Cerita prosa rakyat seperti mitos, lengenda dan dongeng 2. Folklore sebahagian lisan (partly verbal folklore)

(46)

3. Folklore bukan lisan

Bentuk Folklore bukan lisan diajarkan secara lisan. Bentuk ini dibagi dalam dua kelompok :

a. Material, seperti arsitektur rakyat, kerajinan rakyat, pakaian danperhiasan tubuh adat, makanan dan minum-minuman serta adat tradisional

b. Folklore bukan lisan non material termasuk gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi dan musik rakyat

Di dalam bukunya Teori Sastra : Kajian Teori dan Praktek Rafiak memberikan pengertian cerita rakyat antara lain adalah penyebarannya dan pewarisannya dilakukan secara lisan. Cerita rakyat bersifat tradisional diantara komunitas tertentu. Cerita rakyat ada dalam versi berbeda yang diakibatkan oleh penyebarannya dari mulut ke mulut, cerita rakyat bersifat anonim dan mempunyai bentuk berpola. Lebih lanjut Rafiek menyatakan bahwa cerita rakyat mempunyai kegunaan dan fungsi dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat bersifat pralogis yaitu sesuai dengan logika umum dan merupakan milik bersama dari kolektif tertentu dan bersifat polos dan lugu.

Dananjaya (1986:20) memberi ciri-ciri cerita rakyat sebagai berikut :

a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan yaitu disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya b. Cerita rakyat bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif atau

(47)

c. Cerita rakyat ada dalam versi atau varian yang berbeda. Hal ini adalah akibat penyebarannya dari mulut ke mulut, sehingga mudah mengalami perubahan, biarpun perubahan ini biasanya hanya bagian luar, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.

d. Cerita rakyat bersifat anonim

e. Cerita rakyat biasanya mempunyai bentuk berpola dan menggunakan kata-kata klise dan ungkapan tradisional, ulangan-ulangan dan kalimat serta kata-kata pembuka dan penutup yang baku

f. Cerita rakyat mempunyai fungsi dalam kehidupan bersama suatu terpendam g. Cerita rakyat menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal karena

pencipta pertama tidak dikenal lagi sehingga setiap anggota kolektif merasa menjadi pemilikny

h. Cerita rakyat bersifat spontan dan lugu. Ini diakibatkan sifat cerita rakyat yang

merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.

(48)

Dundes memberian daftar hal-hal yang termasuk cerita rakyar antara lain myth, legend, folktales, jokes, proberbs, riddles, chants, charms, blessing, insult, retorts, taunts, teases, toast, tongue twisters, greeting, leavetaking, formula (1965:108)

Mitos atau cerita yang menjadi objek penelitian selanjutnya menjadi bahagian dari cerita rakyat karena pengarang tidak dikenal atau anonimus, disampaikan secara turun-temurun dan secara lisan dan mengandung sifat atau karakter cerita rakyat yang lain .

2.2.5 Struktur

Struktur adalah cara dimana bahagian dihubungkan, diatur dan diorganiser satu sama lain dalam suatu pengaturan yang tertentu.

Dalam A Handbook to Literature dikatakan: “Structure is the planned

framework of a piece of literature, sometime referred to as structural features. The term usually is applied to the general plan or outline. In a narrative the plot itself is the structural element”(Hammon,1993 :499 ).

(Struktur adalah kerangka suatu karya sastra yang direncanakan, kadang-kadang dihubungkan dengan ciri-ciri yang bersifat struktural. Istilah ini biasanya diaplikasikan pada rencana umum atau garis besar. Dalam sebuah karya naratif, plot itu sendiri merupakan elemen yang bersifat struktural )

Michael Lane dalam bukunya Structuralism, A Reader (1970:29) mengatakan:

”A structure is a set of any element between which or between certain.

Selanjutnya dia mengatakan, ”....The structuralism is a method whose

primary intention is to permit the investigator to go beyond a pure discription of what is percieves or experiance in the direction of the quality of rationality which underlies the social phenomena in which he is concerned”.

(49)

arah kualitas rasionalitas yang mendasari penomena sosial dimana dia sangat perduli).

2.2.6 Makna

Makna adalah pemahaman yang baik tentang sesuatu. Dalam karya sastra Richard dalam Hammon (1993:309) membedakan empat aspek makna yakni:

sense, the denotative massage that one is trying to communicate; (2) feeling, none attitute toward the sense; (3) tone, one’s attitute toward the audience; and (4) intention, the effect one consciously or unconciously intends through what is said,how one feels about it, and the attitute one takes toward the audience.

(1) makna, pesan denotatif yang hendak disampaikan oleh seseorang; (2) perasaan, yakni sikap seseorang terhadap pesan konotatif; (3) nada, yakni sikap seseorang terhadap pendengar atau pembaca dan (4) tujuan, yakni akibat yang sadar atau tidak sadar diinginkan melalui apa yang dikatakan, bagaimana perasaan seseorang tentang hal tersebut, dan sikap seseorang terhadap pendengar atau pembaca.

Dengan kata lain “meaning can be seen as of two kinds, denotation and

conotation” (terdapat dua jenis makna, makna denotasi dan makna konotasi), untuk

karya sastra terdapat juga empat makna yang mungkin timbul yakni “the literal, the

allegorical, the tropological or moral and the analogical or spritual. (harafiah, allegoris,

tropologis atau moral dan makna analogis).

Mengenai makna Levi Strauss ( 1978:12) mengatakan :

”Absolutely impossible to conceive of meaning without order. There is something very curious in semantic, that the word meaning is probably , in the whole language the word meaning of which is the most difficult to find.What does to mean to mean. It seem to me that the only answer we can give is that to mean is mean the ability of any kind of data to be translated in different language. I do not mean a different language like French or German, but different words on a different level”

(50)

artinya. Apakah arti meaning. Untuk saya jawaban satu-satunya yang dapat kita berikan adalah to mean artinya adalah kemampuan setiap jenis data untuk diterjemahkan kedalam bahasa yang berbeda. Yang saya maksud bukan bahasa yang berbeda seperti bahasa Jerman dan Perancis, tetapi kata-kata yang berbeda pada tingkatan yang berbeda.

Pengertian makna dalam pembahasan mitos adalah kemampuan setiap jenis data untuk diterjemahkan kedalam bahasa yang berbeda dan secara menyeluruh memberikan totalitas makna.

2.2.7 Fungsi

Mircea Eliade dalam Susanto (1987:92) mengatakan bahwa fungsi mitos yang paling utama adalah menentukan contoh atau model bagi semua tindakan manusia, baik dalam upacara-upacara maupun dalam kegiatan sehari-hari yang bermakna seperti pekerjaan, pendidikan seksualitas, makan, dan sebagainya.

Lebih lanjut Mircea dalam Susanto (1987:92) mengatakan bahwa mitos berfungsi membentuk suatu pengetahuan esoteris, pengetahuan yang hanya dikenal oleh orang-orang tertentu. Mitos juga berfungsi sebagai sarana penyembuhan.

Durkheim dalam Brown (1965:179) memberikan defenisi fungsi sebagai: ”....the corresfondence between it and the needs of the social organism. Sedangkan Proff (1975:21) mengatakan bahwa fungsi: ”....is understood as an act of character

defined from the point of view of its significance for the course of action”

(51)

“....a warrant, a charter, and even a practical guide to the activities with

wich it is connected. Mitos merupakan” active parts of culture like commands, deeds, or guarantees, certifying that some sort of social arrangement is legitimate; mitos merupakan” backbone of primitive culture”

(bahagian kebudayaan yang aktif seperti perintah, kesepakatan, atau jaminan yang meyatakan bahwa beberapa jenis tatanan sosial adalah masuk akal; mitos merupakan tulang punggung budaya primitif).

Fungsi mitos adalah bagaimana mitos sebagai bahagian dari kebudayaan memenuhi kebutuhan manusia primitif Batak Toba.

2.2.8 Nilai Budaya dan Kearifan Lokal

Kebudayaan adalah seluruh sistem dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia itu sendiri dengan belajar. Hal ini berarti bahwa seluruh tindak tanduk manusia adaah kebudayaan, karena sedikit sekali aktivitas manusia dalam rangka kehidupan manusia tersebut yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar yaitu naluri.

Menurut Talcot Parson dalam Harahap(1987:24), yakni Orientasi Nilai-Nilai

Budaya Batak ada tiga wujud kebudayaan yaitu: Ideas, Activities, Artifacts.

Idea merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu daerah dimana gagasan,

norma dan peraturan berada. Activities adalah wujud kebudayaan yang merupakan lingkungan kegiatan serta tindakan berpola manusia berada. Sedangkan artifacts adalah wujud kebudayaan sebagai benda hasil kerja manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Vide a letter dated 10 March 1998, the plaintiff declared the unpaid sale price and all the drawings to be immediately due and payable, and thereupon cancelled both the purchase

In accordance with the plaintiff ’s financing procedure and the Syariah principles, under the property purchase agreement and property sale agreement both dated the 15 July 2003,

Enkripsi adalah suatu pengacakan data dalam pembuatan file agar file tersebut tidak dapat dibaca tanpa proses pembalikannya yang disebut deskripsi. Enkripsi ini dibuat agar isi

Didalam penulisan ini juga penulis menerangkan tool-tool yang dipakai dalam penulisan, agar tercapainya tujuan penulisan tersebut dengan menggunakan pemrograman Visual Basic 6.0,

 Memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan (melalui kisah dalam Sepenggal kisah).

Hasil Penelitian Hubungan Mekanisme Koping dengan Stres Kerja Perawat IGD dan ICU di RSUD Ulin Banjarmasin. Mekanisme Koping Perawat IGD

Sumber: Gabungan Persatuan-Persatuan Pengguna Malaysia (FOMCA).. Satu-satunya sebab anda melabur dalam pasaran saham adalah untuk mendapat pulangan yang lumayan.

The mechanism of protein re-methylation inhibition is supported by results of studies that have indicated that successful treatment regimen could lower its concentration