1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Migren adalah sindroma neurovaskular yang dikarakteristikkan dengan nyeri kepala yang berdenyut, unilateral, intensitas sedang hingga berat, disertai anoreksia, nausea, muntah, fotofobia dan /atau fonofobia .(Gupta.,2007)
Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapang pandangan. Walaupun kenaikan tekanan intra okuli adalah salah satu dari faktor resiko primer, ada tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit. ( Skuta et al.,2010 )
Penelitian berbasis populasi menggunakan kriteria Internasional Headache Society untuk Migren dan Tension Type Headache (TTH), juga penelitian Headache in General dimana Chronic Daily Headache juga disertakan . Secara global, persentase populasi orang dewasa dengan gangguan nyeri kepala 46% , 11% Migren, 42% Tension Type Headache
dan 3% untuk Chronic daily headache (Stovner, et al., 2007).
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan vasospastik, seperti sakit kepala migren, fenomena Raynaud, penyakit vaskular iskemik, penyakit autoimmun, dan koagulopati memiliki angka
2
prevalensi yang lebih tinggi dijumpai pada normal – tension glaukoma dibandingkan pada high – tension glaukoma. Tetapi hasil dari penelitian ini masih belum konsisten. ( Skuta, et al.,2010 )
Menurut survey kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993 – 1996 di Indonesia sebesar 1,5 % penduduknya mengalami kebutaan yang antara lain disebabkan karena katarak ( 0,78% ), glaukoma ( 0,20% ), kelainan refraksi ( 0,14% ), gangguan retina ( 0,13% ), dan kelainan kornea (0,10%). (Eman.,2006; Supari SF.,2005)
Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya didapatkan hasil penelitian yang bervariasi mengenai hubungan migren dengan galukoma. Pada penelitian yang di lakukan oleh Beaver Dam Eye Study tidak dijumpai adanya hubungan antara glaukoma sudut terbuka dengan migren. Pada penelitian Blue Mountains Eye Study juga tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara migren dengan glaukoma tetapi dijumpai adanya hubungan yang signifikan pada odds ratio 2,5 untuk glaukoma pada usia 70 – 79 tahun dengan riwayat migren. Pada penelitian European Manifest Glaucoma Trial dijumpai adanya resiko glaukoma pada pasien riwayat migren. Pada penelitian Canadian Glaucoma Study multicenter, penderita migren memiliki progresi menjadi glaukoma sebanyak 9,2% pada laki laki dan 19 % pada perempuan, dengan median follow up 5,3 tahun dan migren bukan merupakan faktor resiko emergensi untuk progresi menjadi glaukoma. ( Emerick G, et al.,2008 )
3
Dari hasil penelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui hubungan migren dengan glaukoma sudut terbuka melalui gambaran Optical Coherence Tomography ( OCT ).
1.2. RUMUSAN MASALAH :
Bagaimana hubungan migren dengan glaukoma sudut terbuka.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Umum :
• Untuk mengetahui hubungan migren dengan glaukoma sudut
terbuka.
1.3.2. Khusus :
• Untuk mengetahui hubungan Migren dengan Primary Open Angle
Glaucoma (POAG ), Glaukoma dengan Tensi Normal, Glaukoma Suspek.
• Untuk mengukur Retinal Nerve Fiber Layer ( RNFL ) Thickness
yang dinilai dengan OCT pada pasien migren.
• Untuk melihat gambaran optik disk yang dinilai dengan OCT pada
pasien migren.
4
1.4. MANFAAT PENELITIAN :
• Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
RSUP.H.Adam Malik Medan mengenai migren, yang dapat menjadi acuan dibuat suatu sistem mengenai migren dalam kaitannya dengan pemeriksaan mata.
• Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi data untuk
penelitian – penelitian selanjutnya yang mengenai migren yang berkaitan dengan kelainan yang dijumpai pada mata.
1.5. HIPOTESA PENELITIAN :
Hipotesa Mayor
• Terdapat hubungan antara Migren dengan glaukoma sudut terbuka
Hipotesa Minor
• Terdapat hubungan antara Migren dengan Retinal Nerve Fiber
Layer (RNFL) Thickness
• Terdapat hubungan antara Migren dengan pelebaran Cup / Disc
Ratio