• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Dengan Sengaja Membantu Melakukan Aborsi Studi Putusan PN Kendal No. 60 Pid.Sus 2013 PN Kendal Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Dengan Sengaja Membantu Melakukan Aborsi Studi Putusan PN Kendal No. 60 Pid.Sus 2013 PN Kendal Chapter III IV"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU

TINDAK PIDANA DENGAN SENGAJA MEMBANTU

MELAKUKAN ABORSI

(Studi Putusan PN. Kendal No. 60/Pid.Sus/2013/PN.Kendal )

A. Posisi Kasus

1. Kronologis

Kasus tindak pidana turut membantu melakukan aborsi yang terjadi di

wilayah hukum Pengadilan Negeri Kendal dengan nomor perkara

60/Pid.Sus/2013/PN.Kendal, dengan identitas para terdakwa adalah sebagai

berikut:

TERDAKWA I :

Nama lengkap : Fitrotun als Fita Binti Muhtarom;

Tempat lahir : Temanggung;

Umur : 24 tahun/ 19 April 1986;

Jenis kelamin : Perempuan;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Dk. Wonolobo 2 RT.02 RW.03, Kel. TepusanKec.

Kaloran, Kab. Temanggung/Desa SarirejoRT.07 RW.09

Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal;

Agama : Islam;

Pekerjaan : Pemandu Karaoke;

TERDAKWA II:

(2)

Tempat lahir : Semarang;

Umur : 42 tahun/ 29 April 1971;

Jenis kelamin : laki laki;

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jl. Boomlama No.746 RT.06 RW.III, Kel.Kuningan Kec.

Semarang Utara/Karaoke “ASIK: Lokalisasi Gambilangu

ikut Kel. Mangkang KulonKec, Tugu Kota Semarang;

Agama : Islam;

Pekerjaan : Operator Karaoke;

Berawal ketika terdakwa I. Fitrotun als. Fita Binti Muhtarom pada hari

Sabtu tanggal 28 September 2013 bertemu dengan saksi Munjaroah als. Munjar

als. Yuli Binti Ahmadi (terdakwa diajukan dalam berkas terpisah) dimana saksi

Munjaroah mengatakan “telah hamil 2 bulan oleh pacarnya” yaitu saksi Sodikin

als. Sodik Bin Sukono (terdakwa diajukan dalam berkas terpisah), dan

mengutarakan niatnya untuk menggugurkan janin dalam kandungannya dengan

alasan belum siap menikah karena masih punya anak kecil.

Karena terdakwa I. Fitrotun merasa kasihanterhadap saksi

Munjaroah,kemudian terdakwa I. Fitrotun bersedia membantu untuk mencarikan

obat penggugur janin, dimana pada hari Minggu tanggal 29 September 2013sekira

jam 10.00 Wib terdakwa I. Fitrotun memesan obat penggugur janin melalui pesan

SMS/pesan singkat kepada temannya yaitu terdakwaII.Priyanto als. Kambing,

dimana terdakwa II. Priyanto als. Kambing pun menyanggupinya dengan harga

(3)

Dimana saksi Munjaroah dan saksi Sodikin menyanggupi untuk membeli

obat penggugur kandungan seharga Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) danpada

hari Senin tanggal 30 September 2013 sekira jam 13.00 WIB saksi Munjaroah dan

saksi Sodikin mendatangi terdakwa I. Fitrotun di “KaraokeTopten” ikut lokalisasi

Gambilangu Ds. Sumberejo Kecamatan KaliwunguKab. Kendal untuk

menyerahkan uang sebesar Rp. 1.000.000,- (satu jutarupiah) guna membayar obat

penggugur kandungan tersebut, dan sekitar pukul 14.00 Wib terdakwa II. Priyanto

mendatangi terdakwa I. Fitrotun untuk mengambil uang tersebut. Kemudian

terdakwa II. Priyanto menghubungi via telepon kepada saksi Herman (terdakwa

dalam berkas terpisah) took obat dipasar Johar untuk memesan obat penggugur

janin dengan mengatakan“membeli obat tersebut untuk istrinya yang sudah telat 1

(satu) bulan”,dimana sebelumnya terdakwa II. Priyanto pernah membeli obat

penggugur janin untuk istrinya juga kepada saksi Herman. Pada saat itu saksi

Herman menyanggupi pesanan dari terdakwa II. Priyanto namun harganya naik

dari sebelumnya sebesar Rp. 450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah) dan

terdakwa II. Priyanto menyanggupinya dan kalau bias obat tersebut diantar ke

Kendal. Bahwa sekitar jam 17.00 Wib anak buah saksi Herman yaitu saksi Tri

Riwayadi als. Babi mengantarkan obat penggugur janin kepada terdakwa II.

Priyanto sebanyak 11 butir yang dimasukkan dalam amplop kecil warna putih

yang didalamnya sudah dipisah menjadi 3 (tiga) bungkus plastic yang sudah ada

aturan pakainya masing-masing plastik pertama berisi pil tablet warna putih isi 6

(enam) butir dengan aturan pakai diminum 2 (dua) butir setiap 2 (dua) jam sekali

(4)

aturan dimasukan kedalam vagina, plastik ketiga berisi 3 (tiga) butir pil untuk

diminum pada pukul 15.00 WIB, kemudian terdakwa II. Priyanto memberikan

uang sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) kepada saksi Tri Riwayadi

untuk ongkos transport dan setelah itu terdakwa II. Priyanto menghubungi lewat

sms kepada terdakwa I. Fitrotun untuk mengambil obat penggugur janin yang

dipesannya dan tidak lama kemudian terdakwa I. Fitrotun datang mengambil obat

tersebut dan terdakwa II. Priyanto juga kemudian memberikan uang sebesar

Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah) kepada terdakwa I. Fitrotun.

Setelah itu terdakwa I. Fitrotun langsung menyerahkan obat penggugur

janin tersebut kepada saksi Munjaroah als. Yuli di depan “Karaoke Wahyu

Kembali” berikut aturan pakainya. Dan pada hari Selasa tanggal 01 Oktober 2013

sekira jam 06.00 Wib terdakwa I. Fitrotun di beri kabar oleh saksi Munjaroah

kalau obatnya sudah diminum namun belum ada reaksinya dan sekitar jam 18.30

Wib memberi kabar lagi kalau obatnya sudah mulai bereaksi dan saksi Munjaroah

mengalami mules-mules dan sekira jam19.30 Wib saksi Munjaroah meminta

terdakwa I. Fitrotun untuk datang kekost an saksi Munjaroah, dan terdakwa I.

Fitrotun datang dan melihat saksi sedang berbaring di tempat tidur karena merasa

mules dan tidak lama kemudian saksi Sodikin datang, kemudian terdakwa I.

Fitrotun pergi lagi ke Karaoke Topten, namun tak lama kemudian terdakwa I.

Fitrotun menghubungi terdakwa I. Fitrotun kembali lewat sms mengatakan bahwa

janinnya sudah keluar dan terdakwa I. Fitrotun kemudian dijemput oleh saksi

Sodikin dan setiba di kost an saksi Munjaroah, terdakwa I. Fitrotun melihat janin

(5)

untuk membersihkan janin tersebut, dan kemudian terdakwa I. Fitrotun membantu

saksi Sodikin membungkus janin tersebut menggunakan baju kaos warna putih

dan memegangi janin tersebut dansaksi Sodikin kemudian menggali lubang untuk

mengubur janin tersebut disebuah lahan kosong di sebelah kiri rumah kost saksi

Munjaroah, kemudian terdakwa I. Fitrotun dan saksi Sodikin bersama-sama

mengubur janin tersebut.

Berdasarkan Visum Et Repertum dari RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten

Kendal pada tanggal 10 Oktober 2013 atas nama saksi Munjaroah yang dibuat dan

ditandatangani oleh Dr. Rochmiati dokter pemeriksa pada RSUDDr. H. Soewondo

Kabupaten Kendal yang pada kesimpulannya menerangkan bahwa : Perempuan

24 tahun, dari hasil pemeriksaan pasien keguguran (Abortus Kompletus) Tidak

diketemukan tanda-tanda kekerasan, Serta Visum Et Repertum dari RSUD Dr. H.

Soewondo Kabupaten Kendal pada tanggal 10 Oktober 2013 atas nama bayi

Ny.Munjaroah yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. Rochmiati dokter

pemeriksa pada RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal yang pada keadaan

umum dan kesimpulannya menerangkan bahwa : tampak sisa jaringan pada kain

putih, bercampur dengan tanah, berbau busuk. Anggota badan (kepala, dada,

anggota gerak, dan jenis kelamin) tidak bisa diidentifikasi. Besar janin, kantung

janin tidak bisa diidentifikasi, dengan kesimpulan di duga mayat janin berumur

(6)

2. Dakwaan53 Jaksa Penuntut Umum

Dalam kasus ini Penuntut Umum54 mengajukan dakwaan alternative55,

yaitu antara dakwaan yang satu dengan dakwaan yang lain saling

“mengecualikan”, atau one that substitutes for another. Adapun pengertian yang

diberikan kepada bentuk dakwaan yang bersifat alternative, antara rumusan

dakwaan yang satu dengan yang lain memberikan pilihan kepada hakim atau

pengadilan untuk menentukan dakwaan mana yang paling tepat

dipertanggungjawabkan kepada terdakwa sehubungan dengan tindak pidana yang

dilakukannya.56

Terdakwa diajukan di persidangan oleh Penuntut umum dengan surat

dakwaan tanggal 10 Desember 2013 sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan

Nomor Registrasi Perkara : Prin-1514/0.3.27/Euh.2/11/2013 yang berbunyi

sebagai berikut:

Dakwaan pertama :

Terdakwa I. Fitrotun als Fita Binti Muhtarom dan terdakwa II Priyanto als.

Kambing bin (Alm) Sakban pada hari Minggu tanggal 1 Oktober 2013 sekira jam

20.15 WIB, atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2013, bertempat di

Lokalisasi Gambilangu turut Rt.2 Rw.1 Desa Sumberejo Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Kendal atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang termasuk dalam

53

Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu hakim akan memeriksa perkara itu. Pemeriksaan didasarkan kepada surat dakwaan, (Liihat E. Bona-Sasrodanukusum, Tuntutan Pidana, Siliwangi, Djakarta, hlm.236.

54

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hukum, (Lihat: Pasal 1 angka 6 KUHAP)

55

Dakwaan dapat disusun secara Tunggal, Kumulatif, Alternatif, ataupun Subsider. (Lihat: Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesi, (Jakarta:Sapta Artha Jaya, 1996), hlm.188).

56

(7)

daerah hukum Pengadilan Negeri Kendal yang berwenang memeriksa dan

mengadili perkara ini mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu

kejahatan dilakukan yaitu dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2).

Perbuatan mereka terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 194 Jo pasal 75 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia UU. RINo. 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan Jo Pasal 56 ayat (1) KUHP.

Dakwaan Kedua:

Terdakwa I. Fitrotun als Fita Binti Muhtarom dan terdakwa II Priyanto als.

Kambing bin (Alm) Sakban, pada waktu dan tempat sebagaimana terurai dalam

dakwaan kesatu tersebut diatas, mereka yang sengaja memberi bantuan pada

waktu kejahatan dilakukan yaitu melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman

kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak.

Perbuatan mereka terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 80 ayat (1) Undang Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak Jo Pasal 56 ayat (1) KUHP.

Dakwaan Ketiga:

Terdakwa I. Fitrotun als Fita Binti Muhtarom dan terdakwa II Priyanto als.

Kambing bin (Alm) Sakban, pada waktu dan tempat sebagaimana terurai dalam

dakwaan kesatu tersebut diatas, mereka yang sengaja memberi bantuan pada

waktu kejahatan dilakukan yaitu sengaja menggugurkan atau mematikan

(8)

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 346 KUHP Jo Pasal 56 ayat

(1) KUHP.

3. Tuntutan 57Penuntut Umum

Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya menuntut terdakwa58 dengan

tuntutan sebagai berikut:

a. Menyatakan terdakwa I. Fitrotun als. Fita Binti Muhtarom dan Terdakwa

II. Priyanto als. Kambing Bin (Alm) Sakban telah terbukti secara sah dan

menyakinkan melakukan tindak pidana dengan sengaja “memberi bantuan

pada saat melakukan aborsi” sebagaimana melanggar Pasal 194 Jo Pasal

75 ayat (2) UU RI No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Atau pasal 80

ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia no. 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak. Atau Pasal 346 KUHP Jo Pasal 56 ayat (1) KUHP.

b. Menjatuhkan pidana penjara terhadap para terdakwa dengan pidana

penjara masing-masing selama 10 (sepuluh) bulan dikurangi selama

terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah agar mereka terdakwa

tetap ditahan dan denda Rp. 1.000.000,- ( satu juta rupiah). Apabila denda

tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan.

c. Menyatakan barang bukti berupa :

1) 1 (satu) strip obat berisikan 10 tablet Primolut N (Norethisterone B.P 5

mg);

57

Tuntutan atau Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara Pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. (Lihat Pasal 1 angka 7 KUHAP).

58

(9)

2) 1 (satu) strip obat berisikan 10 Cytotec Tablet (Misoprostol 200ug);

3) 1 (satu) bungkus obat berisikan 3 tablet Gynaecosid

(Methyloestrenolone 5mg, Metyloestradiol 0,3 mg)

4) 1 (satu) lembar kain warna coklat motif pohon kelapa;

d. Menetapkan supaya para Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp. 2.000,- (Dua ribu rupiah)..

4. Fakta-Fakta Hukum

a. Keterangan saksi59

1) Saksi Tri Riwayadi

a) Bahwa berita acara yang saksi sampaikan di kepolisian tersebut benar;

b) Bahwa saksi diperiksa sebagai saksi dalam perkara ini sehubungan telah

mengantarkan obat untuk menggugurkan kandungan di Lokalisasi

Gambilangu.

c) Bahwa saksi mengantarkan obat untuk menggugurkan kandungan

tersebut pada hari Senin tanggal 30 September 2013 sekira jam17.00

Wib ke Lokalisasi Gambilangu Kendal.

d) Bahwa yang menyuruh saksi untuk mengantarkan obat penggugur

kandungan adalah Stefanus Herman Bayu Halilintarals. Herman bin

(alm) Siaw Joe Hian, yang membuka tojo obat di pasar Johar, Semaran,

dimana saksi bekerja padanya.

e) Bahwa Saksi tidak tahu nama obat tersebut karena obat dimasukan

dalam amplop warna putih dan tidak ada tulisan apapun lalu dimasukan

59

(10)

ke dalam plastik warna hitam dan kegunaannya untuk apa saksi juga

tidak tahu.

f) Bahwa saksi tidak tahu obatnya berapa banyak dan dalam bentuk apa,

karena sudah dimasukan kedalam plastik.

g) Bahwa saksi diperintah oleh pak Herman untuk mengantarkan obat itu

kepada Priyanto als. Kambing di lokalisasi Gambilangu, Kendal.

Setelah bertemu dengan Priyanto als. Kambing kemudian obat tersebut

saksi serahkan lalu saksi menerima uang dari Priyanto als. Kambing

sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) selain itu saksi juga

diberi ongkos kirim sebesar Rp. 50.000,-

h) Bahwa saksi tidak tahu kepada siapa Priyanto als. Kambing

menyerahkan obat tersebut

i) Bahwa 5 (lima) hari kemudian saksi mendengar Priyanto als. Kambing

ditangkap karena telah membantu membunuh janin dengan

menggunakan obat yang dibeli dari pak Herman.

j) Bahwa pak Herman menyuruh saksi lewat sms untuk mengantarkan

obat lalu saksi menemui pak Herman dan diberi no.hp dan nama kepada

siapa obat harus saksi antar. Selanjutnya saksi telpon Priyanto als.

Kambing untuk menanyakan alamat rumahnya.

k) Bahwa saksi tidak Tanya obat tersebut untuk apa.

l) Bahwa pak Herman baru menyuruh saksi mengantarkan obat 1 (satu)

(11)

2) Saksi Munjaroh als. Munjar als. Yuli Binti Ahmadi

a) Bahwa saksi diperiksa sebagai saksi dalam perkara ini sehubungan

saksitelah meminta tolong kepada Fitrotun (terdakwa I) untuk

membelikan obat penggugur kandungan.

b) Bahwa saya meminta tolong kepada Fitrotun (terdakwa I) untuk

membelikan obat penggugur kandungan pada hari Sabtu tanggal 28

September 2013 di karaoke Topten ikut Lokalisasi Gambilangu Ds.

Sumberejo Kec. Kaliwungu Kab. Kendal.

c) Bahwa saksi cerita kepada Fitrotun (terdakwa I) kalau saksi telah telat 2

(dua) bulan namun pacar saksi (Sodikin als. Sodik) belum siap dan

dikarenakan masih punya banyak tanggungan maka saksi bingung

sementara saksi juga masih banyak tanggungan, lalu Fitrotun (terdakwa

I) menawarkan solusi dengan cara akan membantu untuk mencarikan

obat menggugurkan kandungan saksi tersebut.

d) Bahwa saksi tidak tahu apa yang dilakukan Fitrotun (terdakwa I) untuk

mendapatkan obat menggugurkan kandungan tersebut tetapi setelah

saksi danSodikin als. Sodik menyerahkan uang sebesar Rp.1.000.000,-

(satu juta rupiah) kepada Fitrotun (terdakwa I) pada hari Minggu, 29

September 2013 sekira jam 14.00 Wib di karaoke Topten ikut lokalisasi

Gambilangi Ds.Sumberejo, Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal dan sekitar

jam 17.00 Wib hari itu juga di depan karaoke Wahyu ikut lokalisasi

Gambilangu Ds. Sumberejo, Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal Fitrotun

(12)

e) Bahwa saksi tidak kenal dengan Supriyanto als. Kambing dan saya baru

pertama kali bertemu dengan Supriyanto als. Kambing setelah

ditangkap Polisi dan baru tahu bahwa Fitrotun (terdakwa I) membeli

obat yang saksi pesan tersebut dari Supriyanto (terdakwaII).

f) Bahwa pada hari Selasa tanggal 1 Oktober 2013 sekira jam 06.00 WIB

saksi meminum pil tersebut sebanyak 2 butir, sekira jam 09.00 WIB

kembali meminum pil tersebut sebanyak 2 butir. Sekira jam 12.00 WIB

meminum pil tersebut sebanyak 2 butir dan memasukan pil yang untuk

vagina yang dimasukan kedalam vagina saksi sendiri sebanyak 2 butir.

Kemudian sekitar jam 15.00 Wib saksi meminum pil sebanyak 3 butir.

Saksi minum obat penggugur janin sesuai petunjuk yang ditulis dalam

bungkusan obat yang saksi terima dari Fitrotun (terdakwa I).

g) Bahwa kemudian saksi meminum obat yang telah dibelikan oleh

Fitrotun (terdakwa I) sesuai dengan petunjuk yang ada dan setelah saksi

mengalami mules-mules lalu janin keluar dan saksi memberitahu

Fitrotun (terdakwa I) tentang keadaan saksi itu, kemudian Sodikin als.

Sodik menjemput Fitrotun (terdakwa I) dikos nya untuk datang ke

tempat kos saksi, setelah Fitrotun (terdakwa I) datang , Fitrotun

(terdakwa I) menyuruh Sodikin als. Sodik untuk membersihkan janin

setelahnya Fitrotun (terdakwa I) membungkus janin tersebut

menggunakan kain putih lalu Fitrotun (terdakwa I) dan Sodikin als

Sodik membawa janin ke samping/halaman kos saksi untuk

(13)

h) Bahwa setelah janin keluar saksi merasa lemas dan mengalami

pendarahan selama 40 hari tetapi saksi masih bisa beraktifitas seperti

biasanya.

i) Bahwa inisiatif untuk menggugurkan janin dari kami berdua (saksi dan

Sodikin als. Sodik) dimana 1 (satu) minggu setelah saksi tahu hamil dan

ada rencana untuk menggugurkan lalu saksi ketemu Fitrotun (terdakwa

I) dan dikasih saran untuk menggugurkan janin.

3). Saksi Sodikin als.Sodik Bin Sukono

a) Bahwa saksi diperiksa sebagai saksi sehubungan dengan Munjaroah

telah menggugurkan janin yang dikandungnya.

b) Bahwa peristiwa itu terjadi pada hari Selasa tanggal 1 Oktober 2013

sekira jam 20.15 Wib di kamar kos saksi di lokalisasi Gambilangu turut

RT.02 RW.01 Ds. Sumberejo Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal.

c) Bahwa pada hari dan tanggal lupa sekitar akhir September 2013, saksi

dan Munjaroah yang adalah kekasih saksi berdasarkan hasil tes dari alat

pengetes kehamilan dinyatakan positif hasil, kemudian pada hari Sabtu

tanggal 28 September 2013 sekira jam 24.00 Wib saksi dan Munjaroah

sepakat untuk menggugurkan janin yang dikandung Munjaroah.

Selanjutnya pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 sekira jam

24.00 Wib Munjaroah bercerita kepada saksi bahwa temannya yang

bernama Fitrotun (terdakwa I) bisa mengusahakan obat penggugur

janin, kemudian pada hari Senin tanggal 30 September 2013 sekira

(14)

membeli obat penggugur janin kepada Fitrotun (terdakwa I) ditempat

karaoke Topten di lokalisasi Gambilangu.

d) Bahwa kemudian sekitar pukul 17.00 Wib pada hari Senin tanggal 30

September 2013 didalam kamar kos saksi, saksi melihat obat penggugur

janin .

e) Bahwa pada hari Selasa tanggal 1 Oktober 2013 sekira jam 06.00 Wib

saksi lihat Munjaroah meminum pil tersebut sebanyak 2 butir, sekira

jam 09.00 Wib Munjaroah meminum pil tersebut sebanyak 2 butir.

Sekira jam 12.00 Wib meminum pil tersebut sebanyak 2 butir dan

memasukan pil yang untuk vagina yang dimasukan kedalam vaginanya

sendiri sebanyak 2 butir. Kemudian sekira jam 15.00 Wib saksi melihat

Munjaroah meminum pil sebanyak 3 butir.

f) Bahwa sekira jam 18.00 Wib Munjaroah sudah merasa mulas dan

tiduran dikamar kos, kemudian sekira jam 20,15 Wib janin yang

dikandung Munjaroah keluar dari vaginanya, saat itu saksi

menghubungi Fitrotun (terdakwa I) setelah Fitrotun (terdakwa I) datang

kemudian janin saksi cuci dan kemudian janin itu dibungkus dengan

menggunakan kain putih oleh Fitrotun (terdakwa I), setelah itu saksi

menggali tanah dihalaman / disamping kos saksi selanjutnya janin

tersebut saksi kubur dengan dibantu oleh Fitrotun.

g) Bahwa saksi menyerahkan uang sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta

rupiah) kepada Fitrotun (terdakwa I) untuk membeli obat penggugur

(15)

h) Bahwa setelah janin keluar Munjaroah ke kamar mandi dan setelah itu

bisa beraktifitas seperti biasa.

i) Bahwa saksi dan Munjaroah mempunyai niat untuk menggugurkan

janin yang ada pada kandungannya karena Munjaroah masih

mempunyai anak yang masih kecil dan saksi masih mempunyai banyak

tanggungan hutang.

j) Bahwa saksi tidak tahu dari mana Fitrotun (terdakwa I) mendapatkan

obat penggugur janin.

k) Bahwa saksi tidak kenal dengan Priyanto als Kambing (terdakwaII).

l) Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diperlihatkan

dipersidangan;

4). Saksi Stefanus Herman Bayu Halilintar als. Herman

a) Bahwa saya diperiksa sebagai saksi dalam perkara ini sehubungan dengan

telah menjual obat yang disalahgunakan peruntukannya.

b) Pada hari Senin tanggal 30 September 2013 sekira jam 16.00 Wib.

Priyanto als. Kambing membeli obat dari toko obat “Morodadi” milik saya

sendiri di Pasar Johar Baru Blok D No. 5 Semarang, dimana obat tersebut

diantar ke Lokalisasi Gambilangu Mangkang Semarang.

c) Bahwa pada hari Senin tanggal 30 September 2013 sekira jam 14.00 Wib.

Priyanto als. Kambing (terdakwa II) menghubungi saya lewat telpon

mengatakan bahwa Priyanto als. Kambing (terdakwa II) butuh obat seperti

dulu yang pernah Priyanto als. Kambing (terdakwa II) pernah beli ke saya,

(16)

saya jawab ada, dan Priyanto als Kambing (terdakwa II) kemudian minta

agar obat tersebut diantar karena tidak bisa turun, tetapi saya janjikan obat

diantar sore karena orang saya sedang pergi. Dan sekitar jam 17.00 Wib

saya menyuruh Tri Riwayadi untuk mengantarkan obat pesanan Priyanto

als Kambing (terdakwa II) itu.

d) Bahwa pada hari dan tanggal lupa sekitar bulan Maret 2013 Priyanto als

Kambing pernah membeli obat pelancar haid untuk istrinya di Toko obat

milik saya, saat itu Priyanto als Kambing (terdakwa II) datang sendiri ke

toko saya.

e) Bahwa saat memesan obat penggugur janin yang kedua kalinya Priyanto

als Kambing mengatakan butuh obat seperti yang dulu karena istrinya

hamil lagi.

f) Bahwa harga obat penggugur janin itu sebesar Rp. 450.000,- (empat ratus

lima puluh ribu rupiah).

g) Bahwa Priyanto als Kambing saat itu membeli obat dari saya sebanyak 11

butir pil, yang terdiri dari : - 6 butir pil primulut, 3 butir pil gynaecosid

dan 2 butir pil cytotec.

h) Cara atau aturan pakainya adalah :

I.2 (dua) butir pil primulut diminum pukul 06.00 Wib.

II. 2 (dua) butir pil primulut diminum pukul 09.00 Wib.

.III. 2 (dua) butir pil primulut diminum pukul 12.00 Wib.

IV. 2 (dua) butir pil cytotec dimasukan kedalam vagina pada pukul 12.00

(17)

V. 3 (tiga) butir pil gynaecosid diminum pada pukul 15.00 Wib.

i) Bahwa reaksinya setelah aturan pakai itu diikuti adalah untuk

perempuan hamil akan terasa perutnya mulas dan dalam waktu 2

sampai 3 jam janin yang dikandungnya akan keluar tetapi itu jika usia

janin masih 1 bulan, jika lebih maka tidak berpengaruh.

j) Bahwa toko obat milik saya tidak mempunyai ijin walaupun dulu

pernah ada ijinnya tetapi setelah habis masa berlakunya tidak saya

perpanjang lagi.

k) Sebelumnya saya tidak tahu tetapi setelah diperiksa Polisi saya barutahu

kalau ternyata obat penggugur janin itu bukan untuk istrinya tetapi

untuk orang lain.

l) Bahwa saya hanya menjual obat kepada orang yang sudah saya kenal

saja.

m)Bahwa Fitrotun (terdakwa I) tidak pernah membeli obat penggugur

janin dari saya.

b. Bukti- Bukti :

1) 1 (satu) strip obat berisikan 10 tablet Primolut N (Norethisterone B.P 5

mg);

2) 1 (satu) strip obat berisikan 10 Cytotec Tablet (Misoprostol 200ug);

3) 1 (satu) bungkus obat berisikan 3 tablet Gynaecosid

(Methyloestrenolone 5mg, Metyloestradiol 0,3 mg)

(18)

5. Pertimbangan Hakim60

Pertimbangan hakim menyatakan perbuatan para terdakwa telah diatur dan

diancam dengan pidana pasal 194 Jo pasal 75 ayat (2) UU RI No.36 Tahun 2009

tentang Kesehatan Jo pasal 56 ayat (1) KUHP

Fakta hukum yang terungkap dalam persidangan tidak adanya alasan

pemaaf maupun alasan pembenar yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban

pidana atas perbuatannya maka kepada para terdakwa harus dihukum sesuai dan

setimpal dengan perbuatannya.

Terhadap alat bukti yang diajukan dalam persidangan berupa:

1). 1 (satu) strip obat berisikan 10 tablet Primolut N (Norethisterone B.P 5 mg);

2). 1 (satu) strip obat berisikan 10 Cytotec Tablet (Misoprostol 200ug);

3). 1 (satu) bungkus obat berisikan 3 tablet Gynaecosid (Methyloestrenolone

5mg, Metyloestradiol 0,3 mg)

4). 1 (satu) lembar kain warna coklat motif pohon kelapa;

Sebelum menjatuhkan pidana perlu dipertimbangkan hal-hal yang

memberatkan dan hal-hal yang meringankan :

Pertimbangan Hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam menentukan nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (ex eaquo et bono) dan mengandung kepastian hukum , disamping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim harus disikapi dengan teliti, baik dan cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung. Lihat: Mukti Arto,

(19)

a. Terdakwa mengakui semua perbuatannya ;

b. Mereka terdakwa berterus terang sehingga memperlancar jalannya persidangan

c. Mereka terdakwa merupakan tulang punggung keluarga ;

d. Mereka terdakwa belum pernah dihukum ;

e. Mereka terdakwa berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya;

Ancaman dalam pasal 194 jo Pasal 75 ayat (2) UU RI No. 36 Tahun 2009

tentang kesehatan adalah berupa pidana penjara dan denda, sedangkan dalam

pasal 56 ayat (1) Jo pasal 57 KUHP adalah berupa maksimum pidana pokok

terhadap kejahatan dikurangi sepertiga.

6. Amar Putusan61

Majelis dalam putusannya memutuskan sebagai berikut:

a). Menyatakan terdakwa I. Fitrotun als. Fita Binti Muhtaron dan Terdakwa

II. Priyanto als. Kambing Bin (Alm) Sakban bersalah melakukan tindak

pidana “Dengan sengaja membantu melakukan aborsi”

b).Menjatukan pidana penjara masing-masing selama 6 (enam) bulan penjara

dan denda sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dengan ketentuan

apabila pidana denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidan kurungan

selama 2 (dua) bulan

c). Memerintahkan agar masa penahanan yang telah dijalani oleh Para

Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

d). Memerintahkan agar para terdakwa tetap berada dalam tahanan

61

(20)

e). Menetapkan supaya terdakwa untuk membayar biaya perkara masing-

masing sebesar Rp.2.000,-(dua ribu rupiah).

B. Analisis Putusan

Tugas hakim adalah sebagai pelaksana Kekuasaan Kehakiman

yangmerdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan

keadilan, yang pada dasarnya adalah mengadili. Kata mengadili merupakan

rumusan yang sederhana, namun di dalamnya terkandung pengertian yang sangat

mendasar, luas dan mulia, yaitu meninjau dan menetapkan sesuatu hal secara adil

atau memberikan keadilan. Pemberian keadilan tersebut harus dilakukan secara

bebas dan mandiri. Untuk dapat mewujudkan fungsi dan tugas hakim tersebut,

penyelenggaraan peradilan harus bersifat teknis profesional dan non politis serta

non partisan. Peradilan dilakukan sesuai standar profesi berdasarkan ketentuan

hukum yang berlaku, tanpa pertimbangan-pertimbangan politis dan pengaruh

kepentingan pihak-pihak.62

Berdasarkan Putusan pengadilan Negeri Kendal Nomor

60/Pid.Sus/2013/PN.Kendal diketahui bahwa para terdakwa terbukti bersalah

dengan melakukan tindak pidana membantu melakukan aborsi. Didalam

putusannya Majelis Hakim pengadilan negeri Kendal yang memeriksa dan

mengadili perkara dengan I Fitrotun als. Fita Binti Muhtaron dan terdakwa II

Pryanto als. Kambing Bin (alm) Sakban dengan menjatuhi hukaman penjara

selama 6 bulan penjara dan denda sebesar Rp 1.000.000,- (Satu juta rupiah),

62

(21)

Dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya, menurut Eddy O.S.

Hiariej dalam bukunya “Prinsip-Prinsip Hukum Pidana Edisi Revisi” seseorang

harus memenuhi 3 (tiga) syarat yaitu:

a. Kemampuan bertanggungjawab

b. Hubungan psikis pelaku dengan perbuatan yang dilakukan .

c. Tidak ada alasan yang penghapus pertanggungjawaban pidana berupa

alasan pembenar yang menghapuskan sifat melawan hukumnya

perbuatan dan alasan pemaaf yang menghapuskan sifat dapat dicelanya

pelaku

Apabila ditinjau dari aspek pertama pertanggungjawaban pidana, yakni

kemampuan bertanggungjawab, terdakwa Fitrotun dan terdakwa Priyanto sudah

memenuhi criteria untuk dapat bertanggungjawab. Hal ini didasari pada

fakta-fakta sebagai berikut:

1). Para terdakwa sebagai subjek hukum, yang memiliki hak dan

kewajiban dimata hukum, telah cakap hukum. Dimana pada saat para

terdakwa melakukan perbuatannya, para terdakwa sudah berumur

lebih dari 18 tahun dan sudah dianggap dewasa dan mampu

bertanggungjawab secara hukum;

2). Terdakwa tidak mengalami kekurangsempurnaan akal atau sakit

ingatan, sehingga ketentuan pasal 44 ayat (1) KUHP tidak berlaku

(22)

3). Para terdakwa dapat mengetahui ketercelaan dari tindakan yang

dilakukannya, yakni dengan melakukan penganiayaan terhadap anak

yang mengakibatkan kematian.

4). Para terdakwa memiliki kemampuan jiwa untuk dapat menentukan

kehendaknya atas tindakan tersebut, apakah dilaksanakan atau tidak,

namun para terdakwa lebih memilih untuk membantu melakukan

tindak pidana aborsi.

5). Para terdakwa menegetahui perbuatan yang dilakukannya itu dapat

dicela di dalam masyarakat.

Syarat kedua dari pertanggungjawaban pidana adalah adanya kesalahan

yang dilakukan oleh si pelaku dalam hal kesengajaan (dolus) yakni yang

dilakukan oleh terdakwa I Fitrotun dan Terdakwa II Priyanto . Dalam kasus ini,

para terdakwa telah memenuhi syarat ini, diamana para terdakwa telah terbukti

bersalah membantu melakukan tindak pidana aborsi, sesuai dengan apa yang

dituntut oleh Penuntut Umum serta apa yang diputus oleh Majelis Hakim yang

mengadili perkara ini. Hal ini juga didukung oleh fakta hukum dalam keterangan

para terdakwa, dimana didalam keterangannya terdakwa I Fitrotun als Fita selaku

kawannya Munjaroah mengatakan bahwa terdakwa I merasa kasihan terhadap

Munjaroah, kemudian terdakwa bersedia membantu untuk mencarikan obat

penggugur janin, dimana pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 sekira jam

10.00 Wib terdakwa memesan obat penggugur janin kepada terdakwa II Priyanto

als. Kambing melalui pesan singkat/SMS, dimana Priyanto als. Kambing

(23)

saat itu Munjaroah dan Sodikin menyanggupi untuk membeli obat penggugur

kandungan seharga Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan pada hari Senin tanggal

30 September 2013 sekira jam 13.00 Wib, Munjaroah dan Sodikin mendatangi

terdakwa di karaoke TOPTEN ikut lokalisasi Gambilangu Ds. Sumberejo

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal untuk menyerahkan uang sebesar Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah) guna membayar obat penggugur kandungan

tersebut, dan sekira jam 14.00 Wib terdakwa II Priyanto als. Kambing mendatangi

terdakwa untuk mengambil uang tersebut. Terdakwa Fitrotun tidak mengetahui

kepada siapa dan dimana Priyanto als. Kambing membeli obat untuk penggugur

kandungan tersebut. sekitar jam 17.00 WIB Priyanto als. Kambing menghubungi

terdakwa I Fitrotun lewat SMS untuk mengambil obat penggugur janin tersebut

dan obat tersebut terdakwa ambil saat itu juga kemudian Priyanto als. Kambing

memberikan uang sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) kepada terdakwa.

Setelah itu terdakwa langsung menyerahkan obat penggugur janin kepada

Munjaroah di depan “Karaoke Wahyu Kembali” berikut aturan pakainya. Pada

hari Selasa tanggal 01 Oktober 2013 sekira jam 06.00 Wib terdakwa diberi kabar

oleh Munjaroah kalau obatnya sudah diminum namun belum ada reaksinya, dan

sekira jam 18.30 Wib memberi kabar lagi kalau obatnya sudah mulai bereaksi dan

saksi Munjaroah mengalami mulasmulas, lalu sekira jam 19.30 Wib Munjaroah

meminta kepada terdakwa untuk datang ke kost an Munjaroah, dan terdakwa

datang dan melihat Munjaroah sedang berbaring di tempat tidur karena merasa

mulas dan tidak lama kemudian Sodikin datang, kemudian terdakwa pergi lagi ke

(24)

lagi dan mengatakan janinnya sudah keluar, lalu Sodikin datang menjemput

terdakwa dan setiba di kost terdakwa melihat janin yang telah keluar/gugur dan

terdakwa meminta kepada Sodikin untuk membersihkan janin tersebut dan

terdakwa membantu membungkus janin tersebut dengan menggunakan baju kaos

warna putih dan selanjutnya Sodikin menggali lubang di sebuah lahan kosong

disebelah kiri rumah kost Munjaroah untuk menguburkan janin tersebut.

Kemudian terdakwa dan Sodikin bersama-sama menguburkan janin tersebut.

Terdakwa selanjutnya yakni Priyanto als. Kambing, di dalam

keterangannya terdakwa II Priyanto als. Kambing menyatakan pada hari Minggu

tanggal 29 September 2013 sekira jam 10.00 Wib terdakwa I. Fitrotun memesan

obat penggugur janin melalui pesan SMS kepada terdakwa, kemudian terdakwa II

menelpon dan terdakwa I Fitrotun mengatakan “Pak Mbing masih bisa

mencarikan obat mengugurkan kandungan tidak? Kemudian terdakwa II jawab

“Buat siapa” dan dijawab terdakwa I. Fitrotun “Buat mbak Yuli “ lalu terdakwa II

jawab “Nanti saya tanyakan dulu “ dan terdakwa I. Fitrotun menjawab “Harganya

berapa pak Mbing” dan terdakwa II jawab “Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)”.

Terdakwa I. Fitrotun menyanggupi harga tersebut, kemudian pada hari Senin

tanggal 30 September 2013 sekira jam 14.00 Wib terdakwa II menelpon Stefanus

Herman dengan mengatakan “saya mau butuh obat seperti dulu, masih ada tidak,

istriku hamil lagi” dan Stefanus Herman menjawab “Lha terlambat berapa bulan.”

Dan terdakwa II jawab “Sudah sebulan tidak em”. Dan Stefanus Herman

menjawab kembali “Ada tapi harganya naik Rp. 450.000,-„”dan terdakwa II jawab

(25)

Herman “Ya, tetapi tidak bisa sekarang sore-sore saja, orang saya sedang pergi.”

kemudian terdakwa II mengambil uang sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)

dari terdakwa I. Fitrotun dan mengatakan “kalau nanti obatnya datangnya sore”.

Dan sekitar jam 17.00 Wib anak buah Stefanus Herman yaitu Tri Riwayadi

mengantarkan obat penggugur janin kepada terdakwa II sebanyak 11 butir yang

dimasukan dalam amplop kecil warna putih yang didalamnya sudah dipisah

menjadi 3 bungkus plastic yang sudah ada aturan pakainya. Kemudian terdakwa II

memberikan uang kepada Tri Riwayadi sebesar Rp. 50.000,- untuk ongkos

transport dan juga menitipkan uang sebesar Rp. 450.000,-untuk membayar obat

kepada Stefanus Herman. Setelah itu terdakwa II menghubungi terdakwa I.

Fitrotun untuk mengambil obat tersebut dan terdakwa II kemudian juga

memberikan uang sebesar Rp. 50.000,- kepada terdakwa I. Fitrotun. Bahwa pada

plastic sudah ada tertulis aturan pakainya yaitu: plastic pertama berisi pil tablet

warna putih isi 6 butir dengan aturan pakai diminum 2 butir setiap 2 jam sekali

mulai jam 06.00 Wib, plastic kedua berisi pil tablet warna putih isi 2 butir dengan

aturan dimasukan kedalam vagina, plastic yang ketiga berisi 3 butir pil untuk

diminum pada pukul 15.00 Wib. terdakwa II kenal dengan Stefanus Herman

sekitar bulan Maret 2013 yaitu ketika terdakwa II datang ke toko obat milik

Stefanus Herman untuk membeli obat telat datang bulan, dimana istri terdakwa II

telat datang bulan 1 bulan, dan saksi Stefanus Herman memberikan obat seperti

obat yang terdakwa II berikan kepada terdakwa I. Fitrotun untuk saksi Munjaroah.

Terdakwa II tidak tahu Munjaroah minum berapa banyak obatnya, namun

(26)

dikandung Munjaroah sudah keluar. Hanya terdakwa II Priyanto yang kenal

dengan Stefanus Herman sedangkan terdakwa I Fitrotun dan Munjaroah tidak

mengenal Stefanus Herman.

Dari keterangan para terdakwa tersebut, dapat disimpulkan bahwa para

terdakwa memang sengaja untuk membantu melakukan tindak pidana aborsi

terhadap Munjaroah, hal ini mendukung mengenai fakta kejiwaan serta

kemampuan jiwa para terdakwa dalam mempertanggungjawabkan perbuatan

pidana yang dilakukannya.

Syarat ketiga dari pertanggungjawaban pidana adalah tidak adanya alasan

pembenar63 ataupun alasan pemaaf64 yang dapat menghapuskan pidana para

terdakwa. Di dalam persidangan, tidak ditemukan satupun unsur dari alasan

pembenar ataupun alasan pemaaf terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh para

terdakwa. Dengan terpenuhinya ketiga syarat pertanggungjawaban pidana

tersebut, maka para pelaku tindak pidana, yang dalam hal ini adalah Fitrotun als.

Fita selaku terdakwa I dan Priyanto als. Kambing selaku terdakwa II dapat

dimintakan pertanggungjawaban pidananya. Dalam pertimbangannya, Majelis

Hakim telah memberikan penjelasan mengenai unsur dari dakwaan65 Jaksa

Penuntut Umum. Dalam penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa semua unsur

63

Alasan pembenar yang terdapat dalam KUHP adalah daya paksa (pasal 48), pembelaan terpaksa (pasal 49 ayat (1) KUHP ), melakukan ketentuan undang-undang (pasal 50) dan melaksanakan perintah jabatan yang sah (pasal 51 ayat (1) KUHP ).

64

Alasan Pemaaf merupakan alasan alasn yang menghapuskan kesalahan pelakunya, yaitu tidak mampu bertanggungjawab (pasal 44 KUHP). Pembelaan yang terpaksa yang melampaui batas (pasal 49 ayat (2) KUHP), dan dengan itikad baik melaksanakan perintah jabatan yang tidak sah (pasal 51 ayat (2) KUHP).

65

Unsur Dakwaan: 1. Setiap orang

2. Dengan sengaja membantu melakukan aborsi

(27)

yang ada dalam dakwaan Jaksa Penuntut umum telah terpenuhi. Pertimbangan

Hakim juga telah didukung oleh alat-alat bukti yang sah menurut KUHAP66.

Selain itu berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan yakni keterangan

saksi-saksi, keterangan terdakwa, dan barangbukti diperoleh sebagai berikut:

1. Berdasarkan surat dakwaan yang disusun oleh Jaksa Penuntut Umum di

dalam persidangan yakni menggunakan surat dakwaan alternatif, yang

artinya bahwa masing- masing dakwaan di dalam surat dakwaan tersebut

saling mengecualikan satu sama lain. Tentunya berbeda dengan dakwaan

subsidair yakni harus terlebih dahulu dibuktikan dakwaan primair dan jika

ini tidak terbukti, barulah diperiksa dakwaan subsidair67. Dengan demikan

antara dakwaan pertama, dakwaan kedua, serta dakwaan ketiga

merupakan dakwaan yang berisi pasal yang mengecualikan atau berdiri

sendiri di dalam pembuktiannya. Adapun dakwaan pertama yakni pasal

194 jo pasal 75 ayat (2) Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan , dakwaan kedua yakni pasal 80 ayat (1) Undang-undang

Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, atau

dakwaan ketiga pasal 346 jo 56 ayat (1) KUHP. Dimana perbedaan antara

kedua pasal tersebut yakni:

2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

67

(28)

a. Dalam pasal 194 jo pasal 75 ayat (2) UU RI No.36 tahun 2009

tentang Kesehatan adalahdari unsur objektifnya yakni dengan

sengaja melakukan aborsi

b. Dalam pasal 80 ayat (1) UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak adalah dari unsur objektifnya yakni melakukan

kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan , atau penganiayaan

terhadap anak

c. Dalam pasal 346 jo 56 ayat (1) KUHP dari unsur objektifnya yakni

sengaja menggugurkan atau mematikan kandunganya atau

menyuruh orang lain untuk itu.

2. Dalam mempertimbangkan unsur-unsur pada dakwaan pertama yakni

pasal 194 jo pasal 75 ayat (2) UU RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan

pasal 56 ayat (1) KUHP dengan penjabarannya sebagai berikut:

a. Unsur Barang Siapa

Bahwa yang dimaksud dengan “barang siapa” adalah siapa saja

atau subjek hukum yakni orang atau badan hukum, pendukung hak dan

kewajiban, yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya.

Dapat dimintai pertanggungjawaban di sini adalah orang yang cakap

hukum yang artinya orang yang sudah dewasa dan yang sehat sescara

jasmani dan rohani (tidak dalam pengampuan).

Dalam hal ini para terdakwa I Fitrotun dan terdakwa II Priyanto

adalah termaksud subjek hukum dan bertindak sebagai orang yang cakap

(29)

dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya, dimana identitas

terdakwa telah diperiksa secara seksama yang ternyata cocok serta benar

dan telah dibenarkan pula oleh terdakwa. Maka unsur “barang siapa” dapat

dinyatakan telah terpenuhi.

b. Dengan sengaja membantu melakukan aborsi

Adapun “dengan sengaja” maksudnya adalah bahwa orang yang

membantu itu harus mengetahui benar-benar bahwa melakukan aborsi itu

adalah perbuatan tindak pidana. Jika ia tidak tahu akan hal itu maka ia

tidak dapat dihukum.68

Pengertian kesengajaan yang dirumuskan oleh Satochid

Kartanegara, ialah melaksanakan sesuatu perbuatan, yang didorong oleh

suatu keinginan untuk berbuat atau bertindak.69 Oleh Bambang Poernomo,

dikemukakannya bahwa kesengajaan itu secara alternative dapat ditujukan

kepada tiga elemen perbuatan pidana sehingga terwujud kesengajaan

terhadap perbuatan, kesengajaan terhadap akibat dan kesengajaan

terhadap hak ihwal70yang menyertai perbuatan pidana.71

Dalam fakta-fakta yang terungkap dipersidangan, pada awalnya

terdakwa I (Fitrotun als Fita) dengan maksud membantu Munjaroah yang

datang menceritakan bahwa Munjaroah sudah telat menstruasi selama 2

68

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Revisi, (Jakarta:Sinar Grafika, 2000), hlm.187.

69

Satochid Kartanegara,Hukum Pidana Satu,(Jakarta:Balai Lektur Mahasiswa,1980. hlm.183

70

Hal ihwal menurut KBBI adalah berbagai-bagai hal (kejadian, peristiwa, masalah dan sebagainya)

71

(30)

bulan dan ingin menggugurkan janinnya karena Munjaroah masih punya

anak yang masih kecil dan masih mempunyai tanggungan hutang .

Kemudian terdakwa I (Fitrotun als. Fita) menghubungiterdakwa II

(Priyanto als. Kambing) untuk dicarikan obat penggugur janin

dengankesepakatan harga sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).

Terdakwa II (Priyanto als. Kambing) setelah dihubungioleh terdakwa I

(Fitrotun als. Fita) langsung menghubungi Stefanus Herman yang

membuka toko obat di pasar Johar Semarang untuk memesan obat

penggugurjanin ;

Setelah terdakwa I (Fitrotun als. Fita) mendapatkan obat

penggugur janin dariterdakwa II (Priyanto als. Kambing) kemudian

menyerahkannya kepada Munjaroah di Lokalisasi Gambilangu turut RT.2

RW.1Desa Sumberejo Kec. Kaliwungu Kab. Kendal pada hari Senin

tanggal 30September 2013. Selanjutnya Terdakwa I (Fitrotun als. Fita)

ikut membantu Munjaroah ketika janin yang dikandung Munjaroah keluar

setelah meminum obat yang diberikan terdakwa I (Fitrotun als Fita)

dengan membungkus janin tersebut dan bersama dengan Sodikin

menguburkannya di halaman samping rumah kost Munjaroah di Lokalisasi

Gambilangu Desa Sumberejo Kec.Kaliwungu, Kab.Kendal

Dari tindakan tersebut diatas, maka para terdakwa dapat dinyatakan

secara sadar dan mengetahui benar-benar bahwa perbuatan para terdakwa

(31)

Berdasarkan uraian penjelasan unsur-unsur pasal 194 jo pasal 75

ayat (2) UU RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan jo pasal 56 ayat (1)

KUHP diatas tersebut maka para terdakwa I (Fitrotun als. Fita) dan

terdakwa II (Pryanto)dapat dinyatakan telah terbukti secara sah dan

menyakinkan membantu melakukan tindak pidana aborsi sebagaimana

diatur dalam pasal 194 jo pasal 75 ayat (2) UU RI No. 36 tahun 2009

tentang Kesehatan jo pasal 56 ayat (1) KUHP.

3. Berdasarkan rendahnya sanksi yang diberikan apabila melihat di dalam amar

putusan hakim yang menjatuhkan pidana penjara selama 6 bulan terhadap

terdakwa dikurangi masa penahanan jika dibandingkan dengan surat Tuntutan

Jaksa Penuntut Umum yakni menuntut dengan menjatuhkan pidana penjara

selama 10 bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan, apabila

mengkaji di dalam pasal 194 jo pasal 75 ayat (2) UU RI No. 36 tahun 2009

tentang Kesehatan dengan perbuatan yang dihukum karena melakukan aborsi

adalah hukuman penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun dan denda paling

banyak sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah), serta apabila mengkaji

di dalam KUHP yakni pasal 346 KUHP jo. Pasal 56 ayat (1) KUHP dengan

perbuatan yang dihukum karena membantu melakukan atau memberi sarana

untuk melakukan aborsi adalah hukuman penjara selama 4 (empat) tahun;

maka sangatlah beralasan hukum dinilai akan mempersulit untuk mencapai

tujuan nilai keadilan daripada pemidanaan itu sendiri, karena dengan sanksi

(32)

para terdakwa sehingga nantinya dikhawatirkan para terdakwa akan kembali

melakukan tindak pidana aborsi.

4. Ditinjau dari akibat yang ditimbulkan dengan adanya perbuatan membantu

melakukan tindak pidana aborsi ini oleh para terdakwa maka akan membawa

dampak secara langsung mengenai adanya ketidakpastian hukum dalam hal

penjualan obat yang disalahgunakan peruntukannya oleh pihak yang

berwenang sebagaimana mestinya yang dimana terdakwa II Priyanto dengan

mudah memesan obat penggugur janin dari pihak toko obat.

Dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan dalam tindak

pidana aborsi didasarkan pada banyak hal. Diantaranya adalah bukti-bukti yang

diajukan, keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan surat dakwaan yang

diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum.

Putusan yang dijatuhkan kepada terdakwa dalam kasus aborsi pun pada

dasarnya termasuk dalam teori pemidanaan gabungan, yaitu gabungan dari teori

pemidanaan relatif dan absolut, karena tujuan pemidanaan bukanlah untuk

membalas saja, tetapi untuk mempertahankan tertib hukum. Tujuan pemidanaan

tersebut dapat sebagai pencegahan terhadap tindak pidana aborsi khususnya bagi

masyarakat. Hendaknya peraturan perundang-undangan di Indonesia dalam

pengaturan mengenai aborsi lebih diatur secara khusus dan efektif, karena kasus

aborsi di Indonesia merupakan fenomena gunung es. Dimana banyak kasus yang

terjadi namun hanya sedikit yang terungkap.

Undang-undang nomor 36 tahun 2009 yang telah disahkan tentang

(33)

undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, permasalahan aborsi

memperoleh legitimasi dan penegasan. Secara eksplisit, dalam undang-undang ini

terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi, meskipun dalam medis

mengandung berbagai reaksi dan menimbulkan kontraversi diberbagai lapisan

masyarakat. Meskipun undang-undang melarang praktek aborsi, tetapi dalam

keadaan tertentu terdapat kebolehan . ketentuan pengaturan aborsi dalam

undang-undang Kesehatan dituangkan dalam pasal 75, pasal 76 dan pasal 77.

Kasus aborsi dalam pidana yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan

Negeri Kendal nomor 60/Pid.Sus/2013/PN.Kendal tanggal 13 januari 2014 masih

terlalu ringan, mengingat bahwa aborsi dalam KUHP adalah termasuk dalam

kejahatan terhadap nyawa yang ancaman hukumannya paling lama 5 (lima) tahun

6 (enam) bulan dan dipertegas dalam pasal 194 UU RI No. 36 tahun 2009 adalah

10 (sepuluh) tahun penjara dan denda paling banyak sebesar Rp 1.000.000.000.-

(34)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pembantuan

terhadap tindak pidana aborsi di Indonesia adalah:

a) Pasal 299 , 346, 347, 348, dan 349 KUHPidana.

b) Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Kesehatan

c) Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 1981 tentang Kesehatan

Reproduksi

2. Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana dengan sengaja

membantu melakukan aborsi dalam putusan Pengadilan Negeri Kendal

No.60/Pid.Sus/2013/PN.Kendal yaitu terdakwa I Fitrotun dan terdakwa II

Priyanto terbukti secara sah dan menyakinkan telah memenuhi unsur-unsur

sebagaimana terdapat dalam Pasal 194 jo Pasal 75 ayat (2) UU RI No. 36 tahun

2009 tentang Kesehatan jo pasal 56 ayat (1) KUHPidana. Oleh karena tidak

adanya alasan pembenar dan pemaaf sebagai alasan penghapus pidana, maka

membantu melakukan tindak pidana aborsi dapat dimintakan

pertanggungjawabannya. Berdasarkan putusan pengadilan negeri Kendal

No.60/Pid.Sus/2013/PN.Kendal Majelis Hakim menjatuhkan pidana penjara

(35)

B. Saran

1. Perlu dalam penjatuhan sanksi aparat penegak hukum (Jaksa Penuntut Umum

dan Hakim) lebih mempertimbangkan efek jera bagi sipelaku dan mencegah

orang lain atau siapa saja dalam hal pembantuan melakukan tindak pidana

aborsi sehingga mungkin dalam tuntutannya menuntut sanksi yang maksimal,

dan menjatuhkan putusan yang semaksimal mungkin. Hal ini diharapkan

dapat meminimalisir tindak pidana aborsi.

2. Perlu ada tindakan dari Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta

pihak Instansi kesehatan untuk melakukan pencegahan sebelum tindak pidana

tersebut terjadi, misalnya melakukan penyuluhan kepada masyarakat

mengenai dampak melakukan aborsi terhadap kesehatan yang dapat berakibat

timbulnya kematian dan sanksi pidana yang berlakukan bagi pihak yang

terkait.

3. Perlu adanya pengawasan dan tindakan tegas dari instansi pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah terkait izin usaha toko obat, hal ini guna untuk

menghindari terjadinya penyelewengan sehingga masyarakat tidak bebas

Referensi

Dokumen terkait

- Tabel ini berisi informasi mengenai perkiraan jumlah biaya sekolah (pengembangan dan operasional) dalam kurun 4 tahun mendatang - Inputlah jumlah peserta yang akan dilatih

SEBENARNYA istilah Korupsi Kerah Putih tidak dikenal dalam literatur, tidak ada pembagian bentuk-bentuk korupsi seperti itu, namun yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah

(2006).”Voltage Control and Voltage Stability of Power Distribution Systems in the Presence of Distributed Generation ”, Goteborg: Thesis for The Degree of Licentiate

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaan-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “ Penyebab Kegagalan Dalam Pemberian ASI

Volume kerucut  Siswa membahas menentukan rumus volume kerucut dengan melakukan kegiatan siswa seperti pada halaman 83, dengan bimbingan guru..  Siswa membahas soal

Tema merupakan dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Stanton menjelaskan bahwa tema dapat juga disebut ide utama atau tujuan utama. Berdasarkan dasar cerita

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kelurahan Helvetia Timur, Tesis, FKM USU, Jakarta.. Hubungan antara pengetahuan

Mekanisme seleksi lomba inovasi pembelajaran guru SMP diatur sebagai berikut. 1) Secara garis besar seleksi lomba inovasi pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan