• Tidak ada hasil yang ditemukan

Personal Hygiene, Alat Pelindung Diri (APD) serta keluhan penyakit kulit pada petani di Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Personal Hygiene, Alat Pelindung Diri (APD) serta keluhan penyakit kulit pada petani di Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui personal hygiene, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan

keluhan penyakit kulit pada petani di Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi

Kabupaten Karo Berastagi tahun 2017.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di ladang atau perkebunan milik petani di

Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari Januari - Juni 2017.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Desa Gundaling II

yang berjumlah 2.798 orang (Badan Pusat Statistika Kab Karo 2016).

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Sampel dalam penelitian ini merupakan

(2)

dimana:

n : besar sampel

N : jumlah populasi

Z : derajat kepercayaan 95% (1,96)

P : proporsi populasi (0,5)

G : galat pendugaan (0,1)

Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel minimal yang akan

digunakan dalam penelitian yaitu:

Dari hasil perhitungan diperoleh sampel sebanyak 46 Petani. Pengambilan

sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling dengan

menggunakan Kriteria :

- Semua petani dengan pekerjaan penyemprot dan pemupuk tanaman

- Semua petani yang berusia 25-59 tahun

- Semua petani dengan lama kerja minimal 5 tahun

(3)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer berupa personal hygiene dan pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) dan keluhan penyakit kulit melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner dan observasi.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder di dapat dari hasil penelusuran dokumen dan laporan data

Pemerintahan Desa terkait profil Desa Gundaling II.

3.5 Definisi Operasional

1. Personal hygiene adalah kebersihan pribadi seorang individu yang sangat

berpengaruh terhadap kesehatannya.

2. Kebersihan kulit adalah usaha individu untuk menjaga kebersihan kulit

dengan cara mandi menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit kulit.

3. Kebersihan rambut adalah perilaku individu berdasarkan mencuci rambut

secara teratur (minimal 2x dalam seminggu).

4. Kebersihan gigi dan mulut adalah perilaku individu berdasarkan menyikat

gigi dan membersihkan mulut dalam sehari.

5. Kebersihan tangan,kaki dan kuku adalah perilaku individu dalam menjaga

kebersihan tangan,kaki dan kuku seperti cuci tangan sebelum dan sesudah

makan, sesudah dari kamar mandi, cuci kaki setelah bekerja serta

memotong kuku agar tetap pendek.

6. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat

bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri

(4)

7. Pakaian kerja adalah pakaian yang digunakanuntuk menutupi seluruh atau

sebagian tubuh dari percikan bahan beracun. Bahan dapat terbuat dari kain

dril, kulit, plastik, asbes atau kain yang dilapisi aluminium.

8. Penutup Kepala adalah benda yang digunakan untuk melindungi kepala

dari percikan bahan beracun. Penutup kepala yang digunakan petani dapat

berupa topi atau tudung untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia dan

kondisi iklim yang buruk.

9. Alat Pelindung Hidung dan Mulut adalah benda yang digunakan untuk

melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang

terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi atau

rangsangan.

10.Sarung Tangan adalah benda yang berupa penutup tangan yang berfungsi

untuk melindungi tangan dan bagian-bagian dari bahan-bahan kimia (padat

atau larutan).

11.Sepatu Kerja adalah sepatu khusus yang digunakan untuk melindungi kaki

dari larutan kimia. Sepatu kerja atau sepatu bootsangat diperlukan pada

penyemprotan pestisida.

12.Keluhan penyakit kulit adalah adanya salah satu keluhan dari adanya rasa

gatal-gatal pada kulit, bercak kemerahan, bentol-bentol dan kulit yang

mengelupas seperti sisik.

13.Gatal gatal adalah rasa tidak nyaman pada kulit yang memicu sipenderita

untuk melakukan garukan..

(5)

15.Bentol-bentol adalah ruam-ruam agak besar yang timbul pada tubuh.

16.Kulit yang mengelupas seperti sisik adalah kulit yang terlepas, melepuh,

terkeloyak.

3.6 Aspek Pengukuran

Tabel 3.1 Aspek pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengukur hygiene perorangan dan pemakaian

alatpelindung. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert

(Sugiyono,2008).

1. Hygiene Perorangan

Hygiene perorangan ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap

kuesioneryang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 40 dengan total skor

sebesar 120 dengan kriteria sebagai berikut:

Untuk setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan yaitu:

a. Jawaban ya/selalu = 3

b. Jawaban kadang-kadang = 2

c. Jawaban tidak pernah = 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu:

- Baik, bila responden memberi jawaban yang benar ≥ 75%

- Kurang, bila responden memberikan jawaban yang benar 45%-75%

- Buruk, bila responden memberikan jawaban yang benar < 45%

(6)

Pemakaian alat pelindung diri ini dapat diukur dengan memberikan skor

terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 12 dengan

total skor sebesar 36 dengan kriteria sebagai berikut:

Untuk setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan yaitu:

a. Jawaban ya/selalu = 3

b. Jawaban kadang-kadang = 2

c. Jawaban tidak pernah = 1

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu:

- Baik, bila responden memberi jawaban yang benar ≥ 75%

- Kurang, bila responden memberikan jawaban yang benar 45%-75%

- Buruk, bila responden memberikan jawaban yang benar < 45%

3. Keluhan Gangguan Kulit

- Ada, jika ditemukan salah satu keluhan gangguan kulit, seperti:

gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bercak

merah, bercak putih, benjolan berisi cairan, benjolan tidak berisi cairan,

luka yang bernanah pada kulit permukaan tubuh dan kulit yang

mengelupas seperti sisik.

(7)

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara :

1. Editing

Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan,

misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan, dan keseragaman data.

2. Koding

Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan

pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk

memberikan simbol – simbol tertentu.

3. Tabulasi

Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat – sifat yang

dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Cleaning

Memeriksa kembali data untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,

(8)

3.7.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat.Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif

mengenai personal hygiene, pemakaian alat pelindung diri dan keluhan penyakit

kulit pada petani di Desa Gundaling II.Analisis univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang

(9)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian Kelurahan Gundaling II

4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Desa Penelitian

Kelurahan Gundaling II di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Propinsi

Sumatera Utara berada pada ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut dengan

suhu rata-rata 12 - 32º C. Luas wilayah Gundaling II 200 ha dan berjarak ±11 Km

dari kantor Bupati. Gambaran batas wilayah daerah penelitian dapat dilihat di

bawah ini :

Sebelah Utara : Desa Gundaling I

Sebelah Selatan : RM. Berastagi

Sebelah Barat : Desa Gurusinga

Sebelah Timur : Desa Lau Mulgap II

4.1.2 Keadaan penduduk

A. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk di Kelurahan Gundaling II tahun 2012 adalah 4166 jiwa

dengan rincian laki-laki sebanyak 2033 jiwa (48,7%) dan perempuan sebanyak

2133 jiwa (51,3%). Data ini diperoleh dari Data Monografi Kelurahan Gundaling

(10)

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-5 96 2,3

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada

golongan umur 22-59 tahun yaitu sebesar 1.876 jiwa (45,1%), dan jumlah

golongan paling sedikit adalah pada golongan umur 0-5 tahun yaitu sebesar 96

jiwa (2,3%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian dominan

berada pada usia produktif.

B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk di Kelurahan Gundaling II yaitu 4166 jiwa dengan jumlah kepala

keluarga sebanyak 1120 KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 2033 48,7

2 Perempuan 2133 51,3

Jumlah 4166 100

Sumber: Data Monografi Desa 2010

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa komposisi penduduk terbesar berdasarkan jenis

kelamin di Desa Gundaling II adalah perempuan sebanyak 2133 jiwa (51,3%) dan

penduduk tersedikit yaitu laki-laki sebanyak 2033 (48,7%)

C. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Sebagian besar pendidikan masyarakat di Kelurahan Gundaling II yaitu tamat

(11)

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak tamat SD 0 0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa komposisi penduduk yang terbesar menurut

mata pendidikan di Kelurahan Gundaling II adalah tamat SD sebesar 969 jiwa

dengan persentase sebesar 42,6% dan pendidikan terkecil adalah tamat perguruan

tinngi sebesar 87 jiwa dengan persentase sebesar 3,8%.

D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Gundaling II yaitu

sebagai pegawai swasta. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 46 16,7

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa komposisi penduduk yang terbesar menurut

mata pencaharian di Kelurahan Gundaling II adalah sebagai petani sebesar 170

jiwa dengan persentase sebesar 61,8% dan mata pencaharian terkecil adalah

(12)

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Kelurahan Gundaling II tersedia

dengan baik, seperti sarana pendidikan sebanyak 8 unit, sarana kesehatan

sebanyak 5 unit, dan sarana peribadatan sebanyak 6 unit. Kondisi jalan yang ada

di Kelurahan Gundaling II cukup baik sehingga memudahkan masyarakat dalam

melaksanakan kegiatan sehari-harinya.

4.2 Karakteristik Demografi Responden

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Demografi Petani

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa dari 46 petani, petani

terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 34 orang (73,9) dan

terendah yaitu perempuan sebanyak 12 orang (26,1%). Petani yang terbanyak

adalah berada pada usia >41 tahun yaitu sebanyak 28 orang (60,9%) dan 18 orang

(13)

tamat SLTP sebanyak 11 orang (23,9%), tamat SLTA sebanyak 7 orang (15,2%),

tidak tamat SD sebanyak 5 orang (10,9%), dan petani dengan pendidikan tamat

akademi/PT adalah yang paling sedikit yaitu sebanyak 3 orang (6,5%). Petani

dengan lama kerja <10 tahun sebanyak 21 orang (45,7%), lama kerja 11-15 tahun

sebanyak 15 orang (32,6%) dan petani dengan lama kerja >15 tahun sebanak 10

orang (21,7%)

4.3 Personal Hygiene Petani

Distribusi responden berdasarkan Personal Hygiene yang meliputi :

kebersihan kulit, kebersihan rambut, kebersihan gigi mulut, dan kebersiha tangan

kuku dan kaki, dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :

Tabel 4.6 Distribusi Petani berdasarkan Personal Hygiene di Desa Gundaling II

No Personal Hygiene

3. Mandi secara teratur menggunakan

sabun

12 26,1 21 45,7 13 28,3

4. Menggunakan handuk/ sapu tangan

orang lain

29 63,0 15 32,6 2 4,3

5. Mengganti handuk secara bertahap

(minimal sekali dalam dua minggu)

(14)

11. Mencuci rambut secara teratur (minimal

menghindari sinar matahari saat

bepergian/ bekerja

26 56,5 17 37,0 3 6,5

14. Mengeringkan rambut terlebih dahulu sebelum menggnakan topi, helm atau

20. Menggunakan handuk kering dan bersih setelah mencuci rambut

25. Membersihkan bagian dalam,

permukaan gigi serta lidah setiap kali menyikat gigi

27 58,7 16 34,8 3 6,5

26. Menggunakan pembersih mulut yang berupa cairan

35 76,1 11 23,9 0 0

27. Teman/keluarga memakai sikat gigi yang sama

30. Menggunakan handuk kering dan bersih selesai menyikat gigi

30 65,2 14 30,4 2 4,3

31. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

14 30,4 22 47,8 10 21,7

32. Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan

mencuci tangan dan kaki setelah bekerja

26 56,5 18 39,1 2 4,3

35. Mencuci tangan setelah buang air kecil/besar

25 54,3 18 39,1 3 6,5

36. Mencuci tanga menggunakan sabun

setelah buang air kecil/besar

(15)

37. Membersihkan/memotong kuku 1 kali

39. Mencuci tangan dan kaki menggunakan air mengalir

28 60,9 14 30,4 4 8,7

40. Menggunakan sepatu kerja berganti gentian

26 56,5 20 43,5 0 0

Dari tabel 4.6diatas dapat diketahui bahwa dari 46 petani, 58,7% petani

tidak pernah mandi secara teratur (minimal 2 kali sehari), 17,4% petani yang

segera mandi setelah pulang dari ladang, 28,3% petani yang mandi teratur

meggunakan sabun, 63,0% petani yang menggunakan handuk/sapu tangan

bersama teman/keluarga, 56,5% petani tidak pernah mengganti handuk secara

bertahap (minimal sekali dalam 2 minggu), 52,2% petani tidak mengganti pakaian

minimal 2 kali dalam sehari, 17,4% petani yang meggunakan pakaian yang

menutupi seluruh tubuh, 19,6% petani mencuci pakaian menggunakan detergen,

56,5% petani tidak menggunakan penggosok badan setiap mandi, 78,3% petani

menggunakan sabun yang sama dengan teman/keluarga, hanya 21,7% petani yang

mencuci rambut secara teratur (minimal 2 kali seminggu), 26,1% petani mencuci

rambut menggunakan sampo, 56,5% petani tidak menggunakan topi atau payung

untuk menghindari sinar matahari saat bepergian/bekerja, 34,8% petani yang

kadang-kadang mengeringkan rambut terlebih dahulu sebelum menggunakan

topi/penutup kepala, 41,3% petani yang melepas ikat rambut/penutup kepala saat

tidur, 58,7% petani melepas rambut saat bekerja, 43,5% petani kadang-kadang

berganti jenis sampo, 76,1% ptani tidak menggunakan handuk khusus untuk

rambut, 52,2% petani kadang-kadang menggunakan air mengalir saat mencuci

rambut, 63,0% tidak menggunakan handuk kering dan bersih setelah mencuci

(16)

sehabis makan, 19,6% petani menggunakan sikat gigi milik teman/keluarga,

43,5% petani menggunakan pasta gigi saat menyikat gigi, 63,0% petani tidak

mengganti sikat gigi minimal setiap 4 bulan sekali, 58,7% petani tidak

membersihkan bagian dalam, permukaan gigi serta lidah setiap kali menyikat gigi,

76,1% petani tidak menggunakan pembersih mulut brupa cairan, 70,0% ptani

tidak pernah memakai sikat gigi yang sama dengan keluarga/teman, 21,7% petani

menggunakan air bersih ketika menyikat gigi, 65,2% petani tidak menggunakan

handuk kering dan bersih selesai menyikat gigi, 21,7% petani mencuci tangan

sebelum dan sesudah makan, 65,2% petani tidak menggunakan sabun saat

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, 19,6% petani mencuci tangan dan

kaki setelah bekerja, 56,5% petani tidak menggunakan sabun saat mencuci tangan

dan kaki setelah bekerja, 6,5% petani mencuci tangan setelah buang air

besar/kecil, 63,0% petani tidak menggunakan sabun saat mencuci tangan setelah

buang air besar/kecil, 67,4% petani tidak membersihkan/mmotong kuku 1 kali

dalam seminggu, 45,7% petani tidak memotong kuku sampai pendek dan

membersihkannya, 60,9% petani tidak mencuci tangan menggunakan air

(17)

Tabel 4.7 Distribusi Petani Berdasarkan Personal Hygiene Meliputi Kulit, Rambut, Gigi Dan Mulut, Serta Tangan, Kaki Dan KukuPetani Di Desa Gundaling II

Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa Personal Hygiene petani

yang meliputi kebersihan kulit, sebanyak 5 petani(10,9%) tergolong baik, 18

orang (39,1%)kurang, dan 23 orang (50,0%) buruk.Personal Hygiene petani yang

meliputi kebersihan rambut, sebanyak 28 petani(60,9%) tergolong baik dan18

orang (39,1%) kurang.Personal Hygiene petani yang meliputi kebersihan gigi dan

mulut, sebanyak 3 petani(6,5%) tergolong baik, 18 orang (39,5%) kurang, dan 25

orang (54,3%) buruk.Personal Hygiene petani yang meliputi kebersihan

tangan,kaki dan kuku, sebanyak 2 petani(4,3%) tergolong baik, 16 orang (34,8%)

kurang, dan 28 orang (60,9%) buruk.

(18)

4.4 Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai Petani

Alat pelindung diri yang dipakai oleh petani meliputi pakaian kerja/pe

lindung,sarung tangan, sepatu kerja, alat pelindung hidung dan mulut/masker, dan

penutup kepala.

Tabel 4.8 Distribusi Petani Berdasarkan Alat Pelindung Diri (APD) Di Desa Gundaling II

4. Menggunakan sarung tangan setiap

bekerja

23 50,0 23 50,0 0 0

5. Menggunakan sarung tangan dalam

keadaan bersih setiap kali bekerja

30 65,2 15 32,6 1 2,2

6. Menggunakan pelindung kaki/alas kaki setiap bekerja

11. Menggunakan penutup kepala setiap kali bekerja

0 0 0 0 46 100

12. Menggunakan penutup kepala dalam keadaan bersih setiap kali bekerja

28 60,9 18 39,1 0 0

Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa dari 46 petani, sebanyak 100%

petani memakai pakaian kerja setiap kali bekerja, 52,2% petani tidak memakai

pakaian kerja yang menutupi seluruh tubuh, 97,8% petani tidak memakai pakaian

kerja dalam keadaan besih, 50% petani menggunakan sarung tangan setiap

(19)

setiap bekerja, 100% petani menggunakan pelindung kaki/alas kaki setiap bekerja,

41,3% petani menggunakan alas kaki yang tertutup, 52,2% petani tidak

meggunakan alas kaki yang tertutup dalam keadaan bersih, 45,7% petani tidak

menggunakan masker/pelindung hidung dan mulut setiap bekerja, 52,2% petani

tidak menggunakan masker dalam keadaan bersih setiap kali bekerja, 100% petani

menggunakan penutup kepala setiap kali bekerja, dan 60,9% petani tidak

menggunakan penutup kepala dalam keadaan bersih setiap kali bekerja.

Tabel 4.9 Distribusi Petani Berdasarkan Alat Pelindung Diri (APD) Meliputi Pakaian Kerja, sarung tangan, sepatu kerja, alat pelindung hidung dan mulut, dan penutup kepala Petani Di Desa Gundaling II

Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa Alat Pelindung Diri (APD) petani

yang meliputi sarung tangan, sebanyak 1 petani (2,2%) tergolong baik, 8 orang

(17,4%) kurang, dan 37 orang (80,4%) buruk.Alat Pelindung Diri (APD) petani

Alat Pelindung Diri (APD) Jumlah

Alat pelindung hidung dan mulut/ masker

(20)

yang meliputi pelindung hidung dan mulut, sebanyak 1 petani (2,2%) tergolong

baik, 13 orang (28,3%) kurang, dan 32 orang 69,6%) buruk.Alat Pelindung Diri

(APD) petani yang meliputi penutup kepala, sebanyak 2 petani (4,3%) tergolong

baik, 19 orang (41,3%) kurang, dan 25 orang (54,3%) buruk.

4.5 Keluhan Peyakit Kulit

Distribusi petani yang mengalami keluhan penyakit kulit selama bekerja di

ladang di Desa Gundaling II Dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini :

Tabel 4.10 Distribusi Petani Berdasarkan Ada Tidaknya Keluhan Penyakit Kulit di Desa Gundaling II

Keluhan Penyakit Kulit n (%)

Ada keluhan 27 58,7

Gatal-gatal 14 51,8

Bercak kemerahan 7 25,9

Bentol-bentol 4 14,8

Kulit yang mengelupas seperti sisik 2 7,4

Tidak ada keluhan 19 41,3

Jumlah 46 100

Dari tabel 4.20 diatas dapat diketahui bahwa dari 46 petani, ada 27 petani

(58,7%) yang mengalami keluhan penyakit kulit dan yang tidak mengalami

keluhan penyakit kulit sebanyak 19 petani (41,3%), keluhan penyakit kulit yang

dirasakan petani, yaitu : gatal-gatal sebanyak 14 orang (51,8), bercak kemerahan

sebanyak 7 orang (25,9%), bentol-bentol sebanyak 4 orang(14,8%) dan kulit yang

(21)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Petani di Desa Gundaling II

Karakteristik responden yang dilihat meliputi: jenis kelamin, umur,

pendidikan terakhir dan masa kerja. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa

petani terbanyak adalah petani laki-laki sebanyak 34 orang (73,9%) dan

perempuan 12 orang (26,1%). Berdasarkan wawancara diperoleh bahwa pekejaan

pertanian ini dilakukan kebanyakan oleh petani laki-laki karena proses

penyemprotan, pemupukan, memanen dan pekerjaan lainnya membutuhkan

tenaga yang besar baik untuk menggendong alat pompa yang berat untuk

menyemprotkan pestisida, serata kegiatan lainnya. Hal ini tidak terlepas dari

status sosial bahwa laki-laki memliki tanggung jawab menjadi tulang punggung

keluarga dalam memberikan penghidupan ditengah-tengah keluarga.

Berdasarkan karakteristik umur responden paling banyak berada pada usia

>40 atau <60 tahun yaitu sebanyak 28 orang (60,9%) . Hal ini dikarenakan pada

kelompok umur tersebut dikategorikan sebagai kelompok umur yang produktif

dan disamping itu kebanyakan kelompok umur tersebut telah lama melakukan

pekerjaan sebagai petani dan menjadikan lahan pertanian sebagai sumber

kehidupan mereka.

Berdasarkan karakteristik pendidikan responden paling banyak berada pada

tingkat pendidikan tamat SD yaitu sebanyak 20 orang (43,5%). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilki tingkat pendidikan yang

(22)

sehingga mereka memutuskan untuk menggarap lahan pertanian yang menjadi

warisan keluarga dari turun temurun. Tingkat pendidikan seseorang akan memiliki

andil besar dalam pola pikir dan masalah kesehatan. Tingkat pendidikan juga

menentukan pengetahuan terhadap sesuatu khususnya pengetahuan tentang

kondisi lingkungan dalam penanganan keluhan penyakit kulit.Tingkat pendidikan

pada responden memengaruhi personal hygiene dari segi kebersihan kulit,

kebersihan rambut, kebersihan gigi dan mulut, kebersihan tangan, kaki dan kuku.

Tingkat pendidikan merupakan hal penting dalam peningkatan pengetahuan

seseorang.Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Semakin

tinggi pendidikan/pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula kesadarannya

melakukan tindakan yang benar.

Berdasarkan lamanya petani bekerja paling banyak berada pada rentang < 10

tahun yaitu sebanyak 21 orang (45,7%), Semakin lama petani bekerja maka

semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya keluhan/gangguan penyakit kulit

yang dirasakan.

5.2 Personal Hygiene 5.2.1 Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit pada responden paling banyak masuk dalam kategori

buruk,yaitu sebanyak 23 petani (50,0%) masih tidak memperhatikan personal

hygienenya. Hasil wawancara dan observasi ditemukan bahwa masih banyak petani mandi tidak secara teratur (minimal 2 kali sehari). Menurut Wartonah

(23)

pemeliharaan kesehatan seperti mandi 2 kali sehari menggunakan sabun agar

terhindar dari penyakit menular.

Bagi kenyamanan tubuh kita sendiri, mandi 2 kali sehari seharusnya

merupakan suatu keharusan. Disamping tujuan membersihkan mandi akan sangat

menyegarkan dan melepaskan dari rasa gelisah, tidak enak dan bau badan yang

kurang sedap. Selain kenyamanan fisik juga merupakan kebutuhan integritas kulit,

maka perawatan lahiriah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki sangat penting

artinya dan juga tubuh akan terhindar dari penyakit infeksi (Wolf, 2004).

Kebersihan handuk pada responden paling banyak masuk dalam kategori

buruk. Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada responden menjawab

bahwa hamper semua petani memakai handuk bergantian dengan anggota

keluarga sehingga bakteri dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. Menurut

Lita (2005), sebaiknya tidak boleh memakai handuk secara bersama-sama karena

mudah menularkan bakteri dari penderita ke orang lain. Apalagi bila handuk tidak

pernah dijemur dibawah terik matahari ataupun tidak dicuci dalam jangka waktu

yang lama maka kemungkinan jumlah bakteri yang ada pada handuk banyak

sekali dan sangat beresiko untuk menularkan kepada orang lain.

5.2.2 Kebersihan Rambut

Kebersihan rambut pada responden paling banyak masuk dalam kategori

baik,yaitu sebanyak 28 petani (60,9%) masih memperhatikan kebersihan

rambutnya. Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut tumbuh

dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak

(24)

5.2.3 Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi dan mulut pada responden paling banyak masuk dalam

kategori buruk, yaitu sebanyak 25 petani (54,3%) masih tidak memperhatikan

kebersihan gigi dan mulutnya. Hasil wawancara dan observasi ditemukan bahwa

masih banyak petani yang tidak menggosok gigi secara teratur (minimal 2 kali

sehari) atau sehabis makan, tidak mengganti sikat gigi minimal setiap 4 bulan

sekali, dan kebanyakan petani pria masih menggunakan sikat gigi yang sama

dengan istrinya. Menurut Wartonah (2003), menggosok gigi dengan baik dan

teratur akan membersihkan gigi dan menjaga gigi tetap sehat serta membuat gigi

tidak mudah berlubang karena sisa-sisa makanan yang tersisa di sela-sela gigi.

5.2.4 Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku

Kebersihan Tangan, kaki dan kuku pada responden paling banyak masuk

dalam kategori buruk, yaitu sebanyak 28 petani (60,9%) masih tidak

memperhatikan kebersihan tangan, kaki dan kukunya.Hasil wawancara dan

observasi ditemukan bahwa petani mencuci tangan tidak menggunakan sabun dan

tidak dengan air yang mengalir. Mencuci tangan dengan cara yang salah tidak

dapat membunuh bakteri yang ada di tangan. Bakteri banyak berada di tangan

karena tangan selalu memegang benda-benda yang ada di sekitar.

Petani banyak kukunya yang panjang dan hitam. Kuku yang ada bakteri

dapat memindahkan bakteri tersebut ke kulit apabila menggaruk kulit sampai luka

Saat mandi responden tidak menyikat kuku dengan sabun, hal ini di perburuk

(25)

dengansabun maka bakteri tidak akan hilang dan sebagai tempat perpindahan

bakteri ke kulit.

Menurut Stevens (2000), adapun tujuan perawatan kuku yaitu

membersihkan kuku, mengembalikan batas-batas kulit ditepi kuku ke keadaan

normal serta mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit maka dari itu

perlu perawatan kuku dengan cara menggunting kuku sekali seminggu dan

menyikat kuku menggunakan sabun.

5.3 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) 5.3.1 Pakaian Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa responden yang pemakaian alat pelindung diri yang

memenuhi meliputi pakaian kerja tergolong sedang, yaitu sebanyak 43 petani

(93,5) memakai pakaian kerja setiap kali bekerja, meskipun sebanyak 45 petani

(97,8%) masih kurang memperhatikan kebersihan pakaian kerja atau masih

banyak petani yang menggunakan pakaian kerja secara berulang-ulang, dan petani

hanya menggunakan pakaian kerja, seperti baju kerja berlengan panjang dalam

waktu tertentu saja seperti waktu akan menyemprot tanaman,sedangkan dalam

kegiatan mencangkul,memanen dan sebagainya, masih banyak petani yang

memakai pakaian berlengan pendek.

Menurut WHO (1992) pakaian kerja berguna untuk menutupi seluruh atau

sebagian dari percikan bahan beracun.Bahan dapat terbuat dari kain dril, kulit,

(26)

(menutupi sebagian tubuh yaitu mulai dada sampai lutut), celemek atau pakaian

terusan dengan celana panjang, dan lengan panjang (overalls).

5.3.2 Sarung Tangan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa responden yang pemakaian alat pelindung diri yang

memenuhi meliputi sarung tangan tergolong buruk, yaitu sebanyak 37 petani

(80,4%) tidak memakai sarung tangan setiap kali bekerja. Sedangkan menurut

Sarwono (2002), petani harus memakai sarung tangan untuk melindungi tangan

dan bagian-bagian dari bahan-bahan kimia (padat atau larutan).Sarung tangan

dapat terbuat dari karet (melindungi diri dari paparan bahan kimia), sehingga

larutan pestisida tidak dapat masuk ke kulit.

5.3.3 Sepatu Kerja

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa responden yang pemakaian alat pelindung diri yang

memenuhi meliputi sepatu kerja tergolong baik, yaitu sebanyak 29 petani (63,0%)

memakai sepatu kerja setiap kali bekerja, meskipun sebanyak 24 petani (52,2%%)

masih kurang memperhatikan kebersihan sepatu kerja.

Sepatu kerja sangat diperlukan saat melakukan pekerjaan yang berkaitan

dengan pertanian seperti saat menyemprot, untuk melindungi kaki dari larutan

kimia. Sepatu kerja juga harus dibersihkan setelah selesai digunakan sehingga

terbebas dai debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang (Silalahi,

(27)

5.3.4 Alat Pelindung Hidung dan Mulut/ Masker

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa responden yang pemakaian alat pelindung diri yang

memenuhi meliputi masker tergolong buruk, yaitu sebanyak 32 petani (69,9%)

tidak memakai masker setiap kali bekerja. Kebanyakan petani hanya

menggunakan masker pada saat tertentu saja. Sedangkan menurut WHO (2001),

masker merupakan salah satu alat pelindung diri yang sangat penting dipakai

setiap kali bekerja untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu atau

udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi atau

rangsangan. Penggunaan masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel

masuk ke dalam pernafasan.

5.3.5 Penutup Kepala

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa responden yang pemakaian alat pelindung diri yang

memenuhi meliputi penutup kepala tergolong sedang, yaitu sebanyak 46 petani

(100%) memakai penutup kepala setiap kali bekerja, namun sebanyak 28 petani

(28)

5.4 Keluhan Penyakit Kulit

Berdasarkan hasil penelitian, ada sebanyak 27 petani (58,7%) mengalami

keluhan penyakit kulit.Adapun dari hasil wawancara dan observasi responden

mengeluhkan kulit yang gatal sepanjang hari berulang-ulang sehingga

mengganggu aktifitas dan kenyamanan.Adanya bercak-bercak merah pada kulit

akibat dari kulit yang gatal dan terasa panas.Selain itu ada juga keluhan

bentol-bentol yang membuat kulit terlihat kotor dipenuhi bentol-bentol-bentol-bentol yang terasa

sangat gatal. Apabila sering digaruk kulit akan luka dan terasa pedih pada kulit.

Selain itu, ada juga keluhan kulit mengelupas seperti sisik dan kering.

Garukan dari kulit yang sudah terinfeksi parasit tersebut akan menular dan

berpindah-pindah ke bagian kulit yang lain. Sangat di anjurkan pada penderita

untuk mencuci tangan memakai sabun apabila telah menggaruk kulit yang

terinfeksi dan tidak bertukaran pakaian dan handuk dengan orang lain

(Stevens,2000).

Dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa besarnya keluhan

penyakit kulit. Hal ini juga berkaitan dengan personal hygiene dari responden

yang buruk yang di tandai dengan kondisi fisik yang tidak bersih serta pemakaian

Alat Pelindung Diri (APD) yang belum memenuhi syarat kesehatan yang akan

mempengaruhi kesehatan khususnya penyakit kulit

Keluhan penyakit kulit disebabkan oleh berbagai factor seperti penyakit kulit

pada petani karena dermatitis. Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan

dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen,

(29)

papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung

menjadi residif dan kronik. Dermatitis kontak akibat kerja adalah dermatitis yang

timbul akibat kontak dengan bahan pada lingkungan pekerjaan dan tidak akan

terjadi jika penderita tidak melakukan pekerjaan tersebut (Djuanda, 2009)..

Petani melakukan bervariasi pekerjaan yang menyebabkan mereka terpapar

bahan kimia, biologi, dan bahan berbahaya lainnya. Kegiatan pertanian yang

mereka lakukan, yaitu memupuk, memanen , membersihkan, serta memperbaiki

segala peralatan pertanian. Petanijuga berhubungan dengan faktor-faktor

lingkungan seperti kelembaban, suhu, dan frekuensi mencuci tangan yang dapat

mempengaruhi mudahnya terjadi dermatitis kontak akibat kerja.

Kulit tangan menjadi salah satu tempat terpaparnya pestisida pada petani,

contoh bahan iritan yang dapat menyebabkan dermatitis kontak akibat kerja pada

petani adalah sabun dan deterjen, pestisida, debu, kotoran, keringat, desinfektan,

,pupuk buatan, dan tanaman dan sejenisnya. Sedangkan bahan allergen yang dapat

menyebabkan dermatitis kontak akibat kerja pada petani adalah bahan-bahan yang

terbuat dari karet (sarung tangan, sepatu bot), Potassium dichromate (alat-alat

pertanian), preservatives (pada pupuk buatan), pestisida, antimicrobial, dan bahan

lainnya.

Hasil diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septina (2015)

tentang hubungan pola kebersihan diri dengan terjadinya gangguan kulit pada

petani padi di kelurahan Nanggulan wilayah kerja puskesmas Cawas di Kabupaten

Klaten, yang menunjukkan bahwa kebersihan diri berpengaruh signifikan terhadap

(30)

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering

terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,

infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku (Riyadi & Harmoko,

2012).

Lingkungan kerja juga memegang peranan utama dalam perkembangan

gangguan kulit akibat kerja (Jeyaratman & Koh, 2010). Matahari, angin, penyebab

alergi, dan agen infeksi di lingkungan dan juga iritan kimia (bahan pencelup,

detergen, tumbuhan, dan seterusnya) semua berpotensi menyebabkan kerusakan

kulit (Vaughans, 2013). Selain itu juga terdapat berbagai antropoda yang berada di

persawahan. Menurut Kumar et al (2010), antropoda adalah hewan yang

ditemukan di mana- mana dan kita rentan semua terkena gigitan, sengatan dan

berbagai kelainan lain. Antropoda mencakup arachnida, insecta, dan chilopoda.

Semua dapat menyebabkan lesi kulit, tetapi pola klinis reaksinya dapat sangat

bervariasi. Sebagian orang hanya mengalami sedikit gejala, yang lain mengalami

(31)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka kesimpulan yang dapat

diambil adalah sebagai berikut :

1. Distribusi karakteristik responden penelitian ini adalah terbanyak berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 34 orang (73,9%). Distribusi berdasarkan

kelompok umur terbanyak adalah 40 tahun keatas sebanyak 28 orang (60,9%).

Distribusi berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak adalah tamat SD

sebanyak 20 orang (43,5%). Dan distribusi berdasarkan lama kerja terbanyak

adalah <10 tahun sebanyak 21 orang (45,7%).

2. Distribusi Personal Hygiene pada petani sebanyak 26 petani (56,5%) adalah

buruk, mulai dari kebersihan tangan, kaki dan kuku sebanyak 28 petani

(60,9%) tergolong buruk, kebersihan gigi dan mulut sebanyak 25 petani

(54,3%) tergolong buruk dan kebersihan kulit sebanyak 23 petani (50,0%)

dengan kategori buruk.

3. Distribusi berdasarkan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada petani

adalah sebanyak 45 petani (97,8%) memiliki pemakaian alat pelindung diri

dengan kategori kurang, yaitu pemakaian sarung tangan sebanyak 37 petani

(80,4%) tergolong buruk, pemakaian pakaian kerja sebanyak 43 petani

(93,5%) tergolong kurang, pemakaian alat pelindung hidung dan mulut

sebanyak 32 petani (69,9%) tergolong buruk dan pemakaian penutup kepala

(32)

4. Distribusi berdasarkan keluhan penyakit kulit pada petani adalah sebanyak 27

petani (58,7%) mengalami keluhan penyakit kulit dan yang tidak mengalami

keluhan penyakit kulit sebanyak 19 petani (41,3%), keluhan penyakit kulit

yang dirasakan petani, yaitu : gatal-gatal sebanyak 14 orang (51,8), bercak

kemerahan sebanyak 7 orang (25,9%), bentol-bentol sebanyak 4 orang(14,8%)

dan kulit yang mengelupas seperti sisik 2 orang (7,4%).

6.2 Saran

Adapun saran yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi petani untuk tetap dan semakin memperhatikan pentingnya personal

hygiene mulai dari kebersihan tangan, kaki dan kuku, kebersihan gigi dan

mulut dan kebersihan kulit serta pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) saat

bekerja mulai dari pakaian kerja, sarung tangan, pelindung hidung dan mulut

dan penutup kepala sehingga dapat menurunkan angka kejadian gangguan

kulit di Desa Gundaling II

2. Bagi pemerintahan Desa, diharapkan pemerintah dapat memfasilitasi petani

dalam mendapatkan informasi tentang kesehatan, lingkungan serta pemakaian

alat pelindung diri secara lengkap untuk melindungi petani dari

penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pertanian khususnya gangguan kulit.

3. Bagi pengembangan ilmu kesehatan lingkungan, yaitu memberikan kontribusi

referensi untuk pengembangan pengetahuan dan penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan personal hygiene, pemakaian Alat Pelindung Diri dan

Gambar

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Tabel  4.5 Distribusi Karakteristik  Demografi Petani
Tabel 4.6 Distribusi Petani berdasarkan Personal Hygiene di Desa Gundaling II
+4

Referensi

Dokumen terkait

Alasan peneliti menggunakan perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan tersebut sudah go public dalam

Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dirancang oleh guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa guna memahami dan memperoleh hasil belajar

MEDIA : KEDAULATAN RAKYAT TANGGAL : 28

Hal ini di perkuat dengan hasil wawancara pada subjek yang mengatakan bahwa subjek tidak ingin mencari pekerjaan terlebih dahulu sebelum menyelesaikan studinya

Hal ini di perkuat dengan hasil wawancara pada subjek yang mengatakan bahwa subjek tidak ingin mencari pekerjaan terlebih dahulu sebelum menyelesaikan studinya karena

Siswa SMK PGRI 3 Salatiga membenarkan bahwa metode project based learning dan problem based learning sama-sama dibutuhkan dalam pemecahan masalah. Sesuai

Metode pengukuran produktivitas yang digunakan adalah metode Objective Matrix (OMAX), sehingga langkah-langkah penelitian ini mengacu pada langkah-langkah OMAX, yaitu

Dan dapat berinteraksi langsung tanpa harus bertemu dan mungkin akan lebih murah biayanya daripada menelpon, karena program ini dirancang seperti halnya masyarakat mengirim