BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui personal hygiene, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan
keluhan penyakit kulit pada petani di Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi
Kabupaten Karo Berastagi tahun 2017.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di ladang atau perkebunan milik petani di
Desa Gundaling II Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari Januari - Juni 2017.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Desa Gundaling II
yang berjumlah 2.798 orang (Badan Pusat Statistika Kab Karo 2016).
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Sampel dalam penelitian ini merupakan
dimana:
n : besar sampel
N : jumlah populasi
Z : derajat kepercayaan 95% (1,96)
P : proporsi populasi (0,5)
G : galat pendugaan (0,1)
Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel minimal yang akan
digunakan dalam penelitian yaitu:
Dari hasil perhitungan diperoleh sampel sebanyak 46 Petani. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling dengan
menggunakan Kriteria :
- Semua petani dengan pekerjaan penyemprot dan pemupuk tanaman
- Semua petani yang berusia 25-59 tahun
- Semua petani dengan lama kerja minimal 5 tahun
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer berupa personal hygiene dan pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) dan keluhan penyakit kulit melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner dan observasi.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder di dapat dari hasil penelusuran dokumen dan laporan data
Pemerintahan Desa terkait profil Desa Gundaling II.
3.5 Definisi Operasional
1. Personal hygiene adalah kebersihan pribadi seorang individu yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatannya.
2. Kebersihan kulit adalah usaha individu untuk menjaga kebersihan kulit
dengan cara mandi menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit kulit.
3. Kebersihan rambut adalah perilaku individu berdasarkan mencuci rambut
secara teratur (minimal 2x dalam seminggu).
4. Kebersihan gigi dan mulut adalah perilaku individu berdasarkan menyikat
gigi dan membersihkan mulut dalam sehari.
5. Kebersihan tangan,kaki dan kuku adalah perilaku individu dalam menjaga
kebersihan tangan,kaki dan kuku seperti cuci tangan sebelum dan sesudah
makan, sesudah dari kamar mandi, cuci kaki setelah bekerja serta
memotong kuku agar tetap pendek.
6. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri
7. Pakaian kerja adalah pakaian yang digunakanuntuk menutupi seluruh atau
sebagian tubuh dari percikan bahan beracun. Bahan dapat terbuat dari kain
dril, kulit, plastik, asbes atau kain yang dilapisi aluminium.
8. Penutup Kepala adalah benda yang digunakan untuk melindungi kepala
dari percikan bahan beracun. Penutup kepala yang digunakan petani dapat
berupa topi atau tudung untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia dan
kondisi iklim yang buruk.
9. Alat Pelindung Hidung dan Mulut adalah benda yang digunakan untuk
melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang
terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi atau
rangsangan.
10.Sarung Tangan adalah benda yang berupa penutup tangan yang berfungsi
untuk melindungi tangan dan bagian-bagian dari bahan-bahan kimia (padat
atau larutan).
11.Sepatu Kerja adalah sepatu khusus yang digunakan untuk melindungi kaki
dari larutan kimia. Sepatu kerja atau sepatu bootsangat diperlukan pada
penyemprotan pestisida.
12.Keluhan penyakit kulit adalah adanya salah satu keluhan dari adanya rasa
gatal-gatal pada kulit, bercak kemerahan, bentol-bentol dan kulit yang
mengelupas seperti sisik.
13.Gatal gatal adalah rasa tidak nyaman pada kulit yang memicu sipenderita
untuk melakukan garukan..
15.Bentol-bentol adalah ruam-ruam agak besar yang timbul pada tubuh.
16.Kulit yang mengelupas seperti sisik adalah kulit yang terlepas, melepuh,
terkeloyak.
3.6 Aspek Pengukuran
Tabel 3.1 Aspek pengukuran
Aspek pengukuran adalah mengukur hygiene perorangan dan pemakaian
alatpelindung. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert
(Sugiyono,2008).
1. Hygiene Perorangan
Hygiene perorangan ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap
kuesioneryang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 40 dengan total skor
sebesar 120 dengan kriteria sebagai berikut:
Untuk setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan yaitu:
a. Jawaban ya/selalu = 3
b. Jawaban kadang-kadang = 2
c. Jawaban tidak pernah = 1
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu:
- Baik, bila responden memberi jawaban yang benar ≥ 75%
- Kurang, bila responden memberikan jawaban yang benar 45%-75%
- Buruk, bila responden memberikan jawaban yang benar < 45%
Pemakaian alat pelindung diri ini dapat diukur dengan memberikan skor
terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 12 dengan
total skor sebesar 36 dengan kriteria sebagai berikut:
Untuk setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan yaitu:
a. Jawaban ya/selalu = 3
b. Jawaban kadang-kadang = 2
c. Jawaban tidak pernah = 1
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu:
- Baik, bila responden memberi jawaban yang benar ≥ 75%
- Kurang, bila responden memberikan jawaban yang benar 45%-75%
- Buruk, bila responden memberikan jawaban yang benar < 45%
3. Keluhan Gangguan Kulit
- Ada, jika ditemukan salah satu keluhan gangguan kulit, seperti:
gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bercak
merah, bercak putih, benjolan berisi cairan, benjolan tidak berisi cairan,
luka yang bernanah pada kulit permukaan tubuh dan kulit yang
mengelupas seperti sisik.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara :
1. Editing
Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan,
misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan, dan keseragaman data.
2. Koding
Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan
pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk
memberikan simbol – simbol tertentu.
3. Tabulasi
Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat – sifat yang
dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Cleaning
Memeriksa kembali data untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
3.7.2 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat.Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif
mengenai personal hygiene, pemakaian alat pelindung diri dan keluhan penyakit
kulit pada petani di Desa Gundaling II.Analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian Kelurahan Gundaling II
4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Desa Penelitian
Kelurahan Gundaling II di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Propinsi
Sumatera Utara berada pada ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut dengan
suhu rata-rata 12 - 32º C. Luas wilayah Gundaling II 200 ha dan berjarak ±11 Km
dari kantor Bupati. Gambaran batas wilayah daerah penelitian dapat dilihat di
bawah ini :
Sebelah Utara : Desa Gundaling I
Sebelah Selatan : RM. Berastagi
Sebelah Barat : Desa Gurusinga
Sebelah Timur : Desa Lau Mulgap II
4.1.2 Keadaan penduduk
A. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Jumlah penduduk di Kelurahan Gundaling II tahun 2012 adalah 4166 jiwa
dengan rincian laki-laki sebanyak 2033 jiwa (48,7%) dan perempuan sebanyak
2133 jiwa (51,3%). Data ini diperoleh dari Data Monografi Kelurahan Gundaling
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur
No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0-5 96 2,3
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada
golongan umur 22-59 tahun yaitu sebesar 1.876 jiwa (45,1%), dan jumlah
golongan paling sedikit adalah pada golongan umur 0-5 tahun yaitu sebesar 96
jiwa (2,3%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian dominan
berada pada usia produktif.
B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Penduduk di Kelurahan Gundaling II yaitu 4166 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 1120 KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-Laki 2033 48,7
2 Perempuan 2133 51,3
Jumlah 4166 100
Sumber: Data Monografi Desa 2010
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa komposisi penduduk terbesar berdasarkan jenis
kelamin di Desa Gundaling II adalah perempuan sebanyak 2133 jiwa (51,3%) dan
penduduk tersedikit yaitu laki-laki sebanyak 2033 (48,7%)
C. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Sebagian besar pendidikan masyarakat di Kelurahan Gundaling II yaitu tamat
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
No Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Tidak tamat SD 0 0
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa komposisi penduduk yang terbesar menurut
mata pendidikan di Kelurahan Gundaling II adalah tamat SD sebesar 969 jiwa
dengan persentase sebesar 42,6% dan pendidikan terkecil adalah tamat perguruan
tinngi sebesar 87 jiwa dengan persentase sebesar 3,8%.
D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Gundaling II yaitu
sebagai pegawai swasta. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Pegawai Negeri Sipil 46 16,7
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa komposisi penduduk yang terbesar menurut
mata pencaharian di Kelurahan Gundaling II adalah sebagai petani sebesar 170
jiwa dengan persentase sebesar 61,8% dan mata pencaharian terkecil adalah
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di Kelurahan Gundaling II tersedia
dengan baik, seperti sarana pendidikan sebanyak 8 unit, sarana kesehatan
sebanyak 5 unit, dan sarana peribadatan sebanyak 6 unit. Kondisi jalan yang ada
di Kelurahan Gundaling II cukup baik sehingga memudahkan masyarakat dalam
melaksanakan kegiatan sehari-harinya.
4.2 Karakteristik Demografi Responden
Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Demografi Petani
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa dari 46 petani, petani
terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 34 orang (73,9) dan
terendah yaitu perempuan sebanyak 12 orang (26,1%). Petani yang terbanyak
adalah berada pada usia >41 tahun yaitu sebanyak 28 orang (60,9%) dan 18 orang
tamat SLTP sebanyak 11 orang (23,9%), tamat SLTA sebanyak 7 orang (15,2%),
tidak tamat SD sebanyak 5 orang (10,9%), dan petani dengan pendidikan tamat
akademi/PT adalah yang paling sedikit yaitu sebanyak 3 orang (6,5%). Petani
dengan lama kerja <10 tahun sebanyak 21 orang (45,7%), lama kerja 11-15 tahun
sebanyak 15 orang (32,6%) dan petani dengan lama kerja >15 tahun sebanak 10
orang (21,7%)
4.3 Personal Hygiene Petani
Distribusi responden berdasarkan Personal Hygiene yang meliputi :
kebersihan kulit, kebersihan rambut, kebersihan gigi mulut, dan kebersiha tangan
kuku dan kaki, dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6 Distribusi Petani berdasarkan Personal Hygiene di Desa Gundaling II
No Personal Hygiene
3. Mandi secara teratur menggunakan
sabun
12 26,1 21 45,7 13 28,3
4. Menggunakan handuk/ sapu tangan
orang lain
29 63,0 15 32,6 2 4,3
5. Mengganti handuk secara bertahap
(minimal sekali dalam dua minggu)
11. Mencuci rambut secara teratur (minimal
menghindari sinar matahari saat
bepergian/ bekerja
26 56,5 17 37,0 3 6,5
14. Mengeringkan rambut terlebih dahulu sebelum menggnakan topi, helm atau
20. Menggunakan handuk kering dan bersih setelah mencuci rambut
25. Membersihkan bagian dalam,
permukaan gigi serta lidah setiap kali menyikat gigi
27 58,7 16 34,8 3 6,5
26. Menggunakan pembersih mulut yang berupa cairan
35 76,1 11 23,9 0 0
27. Teman/keluarga memakai sikat gigi yang sama
30. Menggunakan handuk kering dan bersih selesai menyikat gigi
30 65,2 14 30,4 2 4,3
31. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
14 30,4 22 47,8 10 21,7
32. Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan
mencuci tangan dan kaki setelah bekerja
26 56,5 18 39,1 2 4,3
35. Mencuci tangan setelah buang air kecil/besar
25 54,3 18 39,1 3 6,5
36. Mencuci tanga menggunakan sabun
setelah buang air kecil/besar
37. Membersihkan/memotong kuku 1 kali
39. Mencuci tangan dan kaki menggunakan air mengalir
28 60,9 14 30,4 4 8,7
40. Menggunakan sepatu kerja berganti gentian
26 56,5 20 43,5 0 0
Dari tabel 4.6diatas dapat diketahui bahwa dari 46 petani, 58,7% petani
tidak pernah mandi secara teratur (minimal 2 kali sehari), 17,4% petani yang
segera mandi setelah pulang dari ladang, 28,3% petani yang mandi teratur
meggunakan sabun, 63,0% petani yang menggunakan handuk/sapu tangan
bersama teman/keluarga, 56,5% petani tidak pernah mengganti handuk secara
bertahap (minimal sekali dalam 2 minggu), 52,2% petani tidak mengganti pakaian
minimal 2 kali dalam sehari, 17,4% petani yang meggunakan pakaian yang
menutupi seluruh tubuh, 19,6% petani mencuci pakaian menggunakan detergen,
56,5% petani tidak menggunakan penggosok badan setiap mandi, 78,3% petani
menggunakan sabun yang sama dengan teman/keluarga, hanya 21,7% petani yang
mencuci rambut secara teratur (minimal 2 kali seminggu), 26,1% petani mencuci
rambut menggunakan sampo, 56,5% petani tidak menggunakan topi atau payung
untuk menghindari sinar matahari saat bepergian/bekerja, 34,8% petani yang
kadang-kadang mengeringkan rambut terlebih dahulu sebelum menggunakan
topi/penutup kepala, 41,3% petani yang melepas ikat rambut/penutup kepala saat
tidur, 58,7% petani melepas rambut saat bekerja, 43,5% petani kadang-kadang
berganti jenis sampo, 76,1% ptani tidak menggunakan handuk khusus untuk
rambut, 52,2% petani kadang-kadang menggunakan air mengalir saat mencuci
rambut, 63,0% tidak menggunakan handuk kering dan bersih setelah mencuci
sehabis makan, 19,6% petani menggunakan sikat gigi milik teman/keluarga,
43,5% petani menggunakan pasta gigi saat menyikat gigi, 63,0% petani tidak
mengganti sikat gigi minimal setiap 4 bulan sekali, 58,7% petani tidak
membersihkan bagian dalam, permukaan gigi serta lidah setiap kali menyikat gigi,
76,1% petani tidak menggunakan pembersih mulut brupa cairan, 70,0% ptani
tidak pernah memakai sikat gigi yang sama dengan keluarga/teman, 21,7% petani
menggunakan air bersih ketika menyikat gigi, 65,2% petani tidak menggunakan
handuk kering dan bersih selesai menyikat gigi, 21,7% petani mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, 65,2% petani tidak menggunakan sabun saat
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, 19,6% petani mencuci tangan dan
kaki setelah bekerja, 56,5% petani tidak menggunakan sabun saat mencuci tangan
dan kaki setelah bekerja, 6,5% petani mencuci tangan setelah buang air
besar/kecil, 63,0% petani tidak menggunakan sabun saat mencuci tangan setelah
buang air besar/kecil, 67,4% petani tidak membersihkan/mmotong kuku 1 kali
dalam seminggu, 45,7% petani tidak memotong kuku sampai pendek dan
membersihkannya, 60,9% petani tidak mencuci tangan menggunakan air
Tabel 4.7 Distribusi Petani Berdasarkan Personal Hygiene Meliputi Kulit, Rambut, Gigi Dan Mulut, Serta Tangan, Kaki Dan KukuPetani Di Desa Gundaling II
Dari tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa Personal Hygiene petani
yang meliputi kebersihan kulit, sebanyak 5 petani(10,9%) tergolong baik, 18
orang (39,1%)kurang, dan 23 orang (50,0%) buruk.Personal Hygiene petani yang
meliputi kebersihan rambut, sebanyak 28 petani(60,9%) tergolong baik dan18
orang (39,1%) kurang.Personal Hygiene petani yang meliputi kebersihan gigi dan
mulut, sebanyak 3 petani(6,5%) tergolong baik, 18 orang (39,5%) kurang, dan 25
orang (54,3%) buruk.Personal Hygiene petani yang meliputi kebersihan
tangan,kaki dan kuku, sebanyak 2 petani(4,3%) tergolong baik, 16 orang (34,8%)
kurang, dan 28 orang (60,9%) buruk.
4.4 Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai Petani
Alat pelindung diri yang dipakai oleh petani meliputi pakaian kerja/pe
lindung,sarung tangan, sepatu kerja, alat pelindung hidung dan mulut/masker, dan
penutup kepala.
Tabel 4.8 Distribusi Petani Berdasarkan Alat Pelindung Diri (APD) Di Desa Gundaling II
4. Menggunakan sarung tangan setiap
bekerja
23 50,0 23 50,0 0 0
5. Menggunakan sarung tangan dalam
keadaan bersih setiap kali bekerja
30 65,2 15 32,6 1 2,2
6. Menggunakan pelindung kaki/alas kaki setiap bekerja
11. Menggunakan penutup kepala setiap kali bekerja
0 0 0 0 46 100
12. Menggunakan penutup kepala dalam keadaan bersih setiap kali bekerja
28 60,9 18 39,1 0 0
Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa dari 46 petani, sebanyak 100%
petani memakai pakaian kerja setiap kali bekerja, 52,2% petani tidak memakai
pakaian kerja yang menutupi seluruh tubuh, 97,8% petani tidak memakai pakaian
kerja dalam keadaan besih, 50% petani menggunakan sarung tangan setiap
setiap bekerja, 100% petani menggunakan pelindung kaki/alas kaki setiap bekerja,
41,3% petani menggunakan alas kaki yang tertutup, 52,2% petani tidak
meggunakan alas kaki yang tertutup dalam keadaan bersih, 45,7% petani tidak
menggunakan masker/pelindung hidung dan mulut setiap bekerja, 52,2% petani
tidak menggunakan masker dalam keadaan bersih setiap kali bekerja, 100% petani
menggunakan penutup kepala setiap kali bekerja, dan 60,9% petani tidak
menggunakan penutup kepala dalam keadaan bersih setiap kali bekerja.
Tabel 4.9 Distribusi Petani Berdasarkan Alat Pelindung Diri (APD) Meliputi Pakaian Kerja, sarung tangan, sepatu kerja, alat pelindung hidung dan mulut, dan penutup kepala Petani Di Desa Gundaling II
Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa Alat Pelindung Diri (APD) petani
yang meliputi sarung tangan, sebanyak 1 petani (2,2%) tergolong baik, 8 orang
(17,4%) kurang, dan 37 orang (80,4%) buruk.Alat Pelindung Diri (APD) petani
Alat Pelindung Diri (APD) Jumlah
Alat pelindung hidung dan mulut/ masker
yang meliputi pelindung hidung dan mulut, sebanyak 1 petani (2,2%) tergolong
baik, 13 orang (28,3%) kurang, dan 32 orang 69,6%) buruk.Alat Pelindung Diri
(APD) petani yang meliputi penutup kepala, sebanyak 2 petani (4,3%) tergolong
baik, 19 orang (41,3%) kurang, dan 25 orang (54,3%) buruk.
4.5 Keluhan Peyakit Kulit
Distribusi petani yang mengalami keluhan penyakit kulit selama bekerja di
ladang di Desa Gundaling II Dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini :
Tabel 4.10 Distribusi Petani Berdasarkan Ada Tidaknya Keluhan Penyakit Kulit di Desa Gundaling II
Keluhan Penyakit Kulit n (%)
Ada keluhan 27 58,7
Gatal-gatal 14 51,8
Bercak kemerahan 7 25,9
Bentol-bentol 4 14,8
Kulit yang mengelupas seperti sisik 2 7,4
Tidak ada keluhan 19 41,3
Jumlah 46 100
Dari tabel 4.20 diatas dapat diketahui bahwa dari 46 petani, ada 27 petani
(58,7%) yang mengalami keluhan penyakit kulit dan yang tidak mengalami
keluhan penyakit kulit sebanyak 19 petani (41,3%), keluhan penyakit kulit yang
dirasakan petani, yaitu : gatal-gatal sebanyak 14 orang (51,8), bercak kemerahan
sebanyak 7 orang (25,9%), bentol-bentol sebanyak 4 orang(14,8%) dan kulit yang
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Petani di Desa Gundaling II
Karakteristik responden yang dilihat meliputi: jenis kelamin, umur,
pendidikan terakhir dan masa kerja. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
petani terbanyak adalah petani laki-laki sebanyak 34 orang (73,9%) dan
perempuan 12 orang (26,1%). Berdasarkan wawancara diperoleh bahwa pekejaan
pertanian ini dilakukan kebanyakan oleh petani laki-laki karena proses
penyemprotan, pemupukan, memanen dan pekerjaan lainnya membutuhkan
tenaga yang besar baik untuk menggendong alat pompa yang berat untuk
menyemprotkan pestisida, serata kegiatan lainnya. Hal ini tidak terlepas dari
status sosial bahwa laki-laki memliki tanggung jawab menjadi tulang punggung
keluarga dalam memberikan penghidupan ditengah-tengah keluarga.
Berdasarkan karakteristik umur responden paling banyak berada pada usia
>40 atau <60 tahun yaitu sebanyak 28 orang (60,9%) . Hal ini dikarenakan pada
kelompok umur tersebut dikategorikan sebagai kelompok umur yang produktif
dan disamping itu kebanyakan kelompok umur tersebut telah lama melakukan
pekerjaan sebagai petani dan menjadikan lahan pertanian sebagai sumber
kehidupan mereka.
Berdasarkan karakteristik pendidikan responden paling banyak berada pada
tingkat pendidikan tamat SD yaitu sebanyak 20 orang (43,5%). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilki tingkat pendidikan yang
sehingga mereka memutuskan untuk menggarap lahan pertanian yang menjadi
warisan keluarga dari turun temurun. Tingkat pendidikan seseorang akan memiliki
andil besar dalam pola pikir dan masalah kesehatan. Tingkat pendidikan juga
menentukan pengetahuan terhadap sesuatu khususnya pengetahuan tentang
kondisi lingkungan dalam penanganan keluhan penyakit kulit.Tingkat pendidikan
pada responden memengaruhi personal hygiene dari segi kebersihan kulit,
kebersihan rambut, kebersihan gigi dan mulut, kebersihan tangan, kaki dan kuku.
Tingkat pendidikan merupakan hal penting dalam peningkatan pengetahuan
seseorang.Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Semakin
tinggi pendidikan/pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula kesadarannya
melakukan tindakan yang benar.
Berdasarkan lamanya petani bekerja paling banyak berada pada rentang < 10
tahun yaitu sebanyak 21 orang (45,7%), Semakin lama petani bekerja maka
semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya keluhan/gangguan penyakit kulit
yang dirasakan.
5.2 Personal Hygiene 5.2.1 Kebersihan Kulit
Kebersihan kulit pada responden paling banyak masuk dalam kategori
buruk,yaitu sebanyak 23 petani (50,0%) masih tidak memperhatikan personal
hygienenya. Hasil wawancara dan observasi ditemukan bahwa masih banyak petani mandi tidak secara teratur (minimal 2 kali sehari). Menurut Wartonah
pemeliharaan kesehatan seperti mandi 2 kali sehari menggunakan sabun agar
terhindar dari penyakit menular.
Bagi kenyamanan tubuh kita sendiri, mandi 2 kali sehari seharusnya
merupakan suatu keharusan. Disamping tujuan membersihkan mandi akan sangat
menyegarkan dan melepaskan dari rasa gelisah, tidak enak dan bau badan yang
kurang sedap. Selain kenyamanan fisik juga merupakan kebutuhan integritas kulit,
maka perawatan lahiriah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki sangat penting
artinya dan juga tubuh akan terhindar dari penyakit infeksi (Wolf, 2004).
Kebersihan handuk pada responden paling banyak masuk dalam kategori
buruk. Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada responden menjawab
bahwa hamper semua petani memakai handuk bergantian dengan anggota
keluarga sehingga bakteri dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. Menurut
Lita (2005), sebaiknya tidak boleh memakai handuk secara bersama-sama karena
mudah menularkan bakteri dari penderita ke orang lain. Apalagi bila handuk tidak
pernah dijemur dibawah terik matahari ataupun tidak dicuci dalam jangka waktu
yang lama maka kemungkinan jumlah bakteri yang ada pada handuk banyak
sekali dan sangat beresiko untuk menularkan kepada orang lain.
5.2.2 Kebersihan Rambut
Kebersihan rambut pada responden paling banyak masuk dalam kategori
baik,yaitu sebanyak 28 petani (60,9%) masih memperhatikan kebersihan
rambutnya. Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut tumbuh
dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak
5.2.3 Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi dan mulut pada responden paling banyak masuk dalam
kategori buruk, yaitu sebanyak 25 petani (54,3%) masih tidak memperhatikan
kebersihan gigi dan mulutnya. Hasil wawancara dan observasi ditemukan bahwa
masih banyak petani yang tidak menggosok gigi secara teratur (minimal 2 kali
sehari) atau sehabis makan, tidak mengganti sikat gigi minimal setiap 4 bulan
sekali, dan kebanyakan petani pria masih menggunakan sikat gigi yang sama
dengan istrinya. Menurut Wartonah (2003), menggosok gigi dengan baik dan
teratur akan membersihkan gigi dan menjaga gigi tetap sehat serta membuat gigi
tidak mudah berlubang karena sisa-sisa makanan yang tersisa di sela-sela gigi.
5.2.4 Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku
Kebersihan Tangan, kaki dan kuku pada responden paling banyak masuk
dalam kategori buruk, yaitu sebanyak 28 petani (60,9%) masih tidak
memperhatikan kebersihan tangan, kaki dan kukunya.Hasil wawancara dan
observasi ditemukan bahwa petani mencuci tangan tidak menggunakan sabun dan
tidak dengan air yang mengalir. Mencuci tangan dengan cara yang salah tidak
dapat membunuh bakteri yang ada di tangan. Bakteri banyak berada di tangan
karena tangan selalu memegang benda-benda yang ada di sekitar.
Petani banyak kukunya yang panjang dan hitam. Kuku yang ada bakteri
dapat memindahkan bakteri tersebut ke kulit apabila menggaruk kulit sampai luka
Saat mandi responden tidak menyikat kuku dengan sabun, hal ini di perburuk
dengansabun maka bakteri tidak akan hilang dan sebagai tempat perpindahan
bakteri ke kulit.
Menurut Stevens (2000), adapun tujuan perawatan kuku yaitu
membersihkan kuku, mengembalikan batas-batas kulit ditepi kuku ke keadaan
normal serta mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit maka dari itu
perlu perawatan kuku dengan cara menggunting kuku sekali seminggu dan
menyikat kuku menggunakan sabun.
5.3 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) 5.3.1 Pakaian Kerja
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa responden yang pemakaian alat pelindung diri yang
memenuhi meliputi pakaian kerja tergolong sedang, yaitu sebanyak 43 petani
(93,5) memakai pakaian kerja setiap kali bekerja, meskipun sebanyak 45 petani
(97,8%) masih kurang memperhatikan kebersihan pakaian kerja atau masih
banyak petani yang menggunakan pakaian kerja secara berulang-ulang, dan petani
hanya menggunakan pakaian kerja, seperti baju kerja berlengan panjang dalam
waktu tertentu saja seperti waktu akan menyemprot tanaman,sedangkan dalam
kegiatan mencangkul,memanen dan sebagainya, masih banyak petani yang
memakai pakaian berlengan pendek.
Menurut WHO (1992) pakaian kerja berguna untuk menutupi seluruh atau
sebagian dari percikan bahan beracun.Bahan dapat terbuat dari kain dril, kulit,
(menutupi sebagian tubuh yaitu mulai dada sampai lutut), celemek atau pakaian
terusan dengan celana panjang, dan lengan panjang (overalls).
5.3.2 Sarung Tangan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa responden yang pemakaian alat pelindung diri yang
memenuhi meliputi sarung tangan tergolong buruk, yaitu sebanyak 37 petani
(80,4%) tidak memakai sarung tangan setiap kali bekerja. Sedangkan menurut
Sarwono (2002), petani harus memakai sarung tangan untuk melindungi tangan
dan bagian-bagian dari bahan-bahan kimia (padat atau larutan).Sarung tangan
dapat terbuat dari karet (melindungi diri dari paparan bahan kimia), sehingga
larutan pestisida tidak dapat masuk ke kulit.
5.3.3 Sepatu Kerja
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa responden yang pemakaian alat pelindung diri yang
memenuhi meliputi sepatu kerja tergolong baik, yaitu sebanyak 29 petani (63,0%)
memakai sepatu kerja setiap kali bekerja, meskipun sebanyak 24 petani (52,2%%)
masih kurang memperhatikan kebersihan sepatu kerja.
Sepatu kerja sangat diperlukan saat melakukan pekerjaan yang berkaitan
dengan pertanian seperti saat menyemprot, untuk melindungi kaki dari larutan
kimia. Sepatu kerja juga harus dibersihkan setelah selesai digunakan sehingga
terbebas dai debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang (Silalahi,
5.3.4 Alat Pelindung Hidung dan Mulut/ Masker
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa responden yang pemakaian alat pelindung diri yang
memenuhi meliputi masker tergolong buruk, yaitu sebanyak 32 petani (69,9%)
tidak memakai masker setiap kali bekerja. Kebanyakan petani hanya
menggunakan masker pada saat tertentu saja. Sedangkan menurut WHO (2001),
masker merupakan salah satu alat pelindung diri yang sangat penting dipakai
setiap kali bekerja untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu atau
udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi atau
rangsangan. Penggunaan masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel
masuk ke dalam pernafasan.
5.3.5 Penutup Kepala
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa responden yang pemakaian alat pelindung diri yang
memenuhi meliputi penutup kepala tergolong sedang, yaitu sebanyak 46 petani
(100%) memakai penutup kepala setiap kali bekerja, namun sebanyak 28 petani
5.4 Keluhan Penyakit Kulit
Berdasarkan hasil penelitian, ada sebanyak 27 petani (58,7%) mengalami
keluhan penyakit kulit.Adapun dari hasil wawancara dan observasi responden
mengeluhkan kulit yang gatal sepanjang hari berulang-ulang sehingga
mengganggu aktifitas dan kenyamanan.Adanya bercak-bercak merah pada kulit
akibat dari kulit yang gatal dan terasa panas.Selain itu ada juga keluhan
bentol-bentol yang membuat kulit terlihat kotor dipenuhi bentol-bentol-bentol-bentol yang terasa
sangat gatal. Apabila sering digaruk kulit akan luka dan terasa pedih pada kulit.
Selain itu, ada juga keluhan kulit mengelupas seperti sisik dan kering.
Garukan dari kulit yang sudah terinfeksi parasit tersebut akan menular dan
berpindah-pindah ke bagian kulit yang lain. Sangat di anjurkan pada penderita
untuk mencuci tangan memakai sabun apabila telah menggaruk kulit yang
terinfeksi dan tidak bertukaran pakaian dan handuk dengan orang lain
(Stevens,2000).
Dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa besarnya keluhan
penyakit kulit. Hal ini juga berkaitan dengan personal hygiene dari responden
yang buruk yang di tandai dengan kondisi fisik yang tidak bersih serta pemakaian
Alat Pelindung Diri (APD) yang belum memenuhi syarat kesehatan yang akan
mempengaruhi kesehatan khususnya penyakit kulit
Keluhan penyakit kulit disebabkan oleh berbagai factor seperti penyakit kulit
pada petani karena dermatitis. Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan
dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen,
papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung
menjadi residif dan kronik. Dermatitis kontak akibat kerja adalah dermatitis yang
timbul akibat kontak dengan bahan pada lingkungan pekerjaan dan tidak akan
terjadi jika penderita tidak melakukan pekerjaan tersebut (Djuanda, 2009)..
Petani melakukan bervariasi pekerjaan yang menyebabkan mereka terpapar
bahan kimia, biologi, dan bahan berbahaya lainnya. Kegiatan pertanian yang
mereka lakukan, yaitu memupuk, memanen , membersihkan, serta memperbaiki
segala peralatan pertanian. Petanijuga berhubungan dengan faktor-faktor
lingkungan seperti kelembaban, suhu, dan frekuensi mencuci tangan yang dapat
mempengaruhi mudahnya terjadi dermatitis kontak akibat kerja.
Kulit tangan menjadi salah satu tempat terpaparnya pestisida pada petani,
contoh bahan iritan yang dapat menyebabkan dermatitis kontak akibat kerja pada
petani adalah sabun dan deterjen, pestisida, debu, kotoran, keringat, desinfektan,
,pupuk buatan, dan tanaman dan sejenisnya. Sedangkan bahan allergen yang dapat
menyebabkan dermatitis kontak akibat kerja pada petani adalah bahan-bahan yang
terbuat dari karet (sarung tangan, sepatu bot), Potassium dichromate (alat-alat
pertanian), preservatives (pada pupuk buatan), pestisida, antimicrobial, dan bahan
lainnya.
Hasil diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septina (2015)
tentang hubungan pola kebersihan diri dengan terjadinya gangguan kulit pada
petani padi di kelurahan Nanggulan wilayah kerja puskesmas Cawas di Kabupaten
Klaten, yang menunjukkan bahwa kebersihan diri berpengaruh signifikan terhadap
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku (Riyadi & Harmoko,
2012).
Lingkungan kerja juga memegang peranan utama dalam perkembangan
gangguan kulit akibat kerja (Jeyaratman & Koh, 2010). Matahari, angin, penyebab
alergi, dan agen infeksi di lingkungan dan juga iritan kimia (bahan pencelup,
detergen, tumbuhan, dan seterusnya) semua berpotensi menyebabkan kerusakan
kulit (Vaughans, 2013). Selain itu juga terdapat berbagai antropoda yang berada di
persawahan. Menurut Kumar et al (2010), antropoda adalah hewan yang
ditemukan di mana- mana dan kita rentan semua terkena gigitan, sengatan dan
berbagai kelainan lain. Antropoda mencakup arachnida, insecta, dan chilopoda.
Semua dapat menyebabkan lesi kulit, tetapi pola klinis reaksinya dapat sangat
bervariasi. Sebagian orang hanya mengalami sedikit gejala, yang lain mengalami
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1. Distribusi karakteristik responden penelitian ini adalah terbanyak berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 34 orang (73,9%). Distribusi berdasarkan
kelompok umur terbanyak adalah 40 tahun keatas sebanyak 28 orang (60,9%).
Distribusi berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak adalah tamat SD
sebanyak 20 orang (43,5%). Dan distribusi berdasarkan lama kerja terbanyak
adalah <10 tahun sebanyak 21 orang (45,7%).
2. Distribusi Personal Hygiene pada petani sebanyak 26 petani (56,5%) adalah
buruk, mulai dari kebersihan tangan, kaki dan kuku sebanyak 28 petani
(60,9%) tergolong buruk, kebersihan gigi dan mulut sebanyak 25 petani
(54,3%) tergolong buruk dan kebersihan kulit sebanyak 23 petani (50,0%)
dengan kategori buruk.
3. Distribusi berdasarkan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada petani
adalah sebanyak 45 petani (97,8%) memiliki pemakaian alat pelindung diri
dengan kategori kurang, yaitu pemakaian sarung tangan sebanyak 37 petani
(80,4%) tergolong buruk, pemakaian pakaian kerja sebanyak 43 petani
(93,5%) tergolong kurang, pemakaian alat pelindung hidung dan mulut
sebanyak 32 petani (69,9%) tergolong buruk dan pemakaian penutup kepala
4. Distribusi berdasarkan keluhan penyakit kulit pada petani adalah sebanyak 27
petani (58,7%) mengalami keluhan penyakit kulit dan yang tidak mengalami
keluhan penyakit kulit sebanyak 19 petani (41,3%), keluhan penyakit kulit
yang dirasakan petani, yaitu : gatal-gatal sebanyak 14 orang (51,8), bercak
kemerahan sebanyak 7 orang (25,9%), bentol-bentol sebanyak 4 orang(14,8%)
dan kulit yang mengelupas seperti sisik 2 orang (7,4%).
6.2 Saran
Adapun saran yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi petani untuk tetap dan semakin memperhatikan pentingnya personal
hygiene mulai dari kebersihan tangan, kaki dan kuku, kebersihan gigi dan
mulut dan kebersihan kulit serta pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) saat
bekerja mulai dari pakaian kerja, sarung tangan, pelindung hidung dan mulut
dan penutup kepala sehingga dapat menurunkan angka kejadian gangguan
kulit di Desa Gundaling II
2. Bagi pemerintahan Desa, diharapkan pemerintah dapat memfasilitasi petani
dalam mendapatkan informasi tentang kesehatan, lingkungan serta pemakaian
alat pelindung diri secara lengkap untuk melindungi petani dari
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pertanian khususnya gangguan kulit.
3. Bagi pengembangan ilmu kesehatan lingkungan, yaitu memberikan kontribusi
referensi untuk pengembangan pengetahuan dan penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan personal hygiene, pemakaian Alat Pelindung Diri dan