C. Hasil dan Pembahasan
1. Ekstraksi enzim amilase dari kecambah 1.1Kurva larutan standart maltosa
a. Tabel standart maltosa
Konsentrasi Absorbansi
Kacang hijau kering
Absorbansi = 0.152 y = 0.142x - 0.173 0.152 + 0.173 = 0.142x
X = 2.288 ppm
Kacang hijau direndam 12 jam
Absorbansi 0,112 Y = 0.142x-0.173 0.112 = 0.142 x- 0.173 0.112+ 0.173 = 0.142 x X = 2.0 ppm
Absorbansi 0,081 Y = 0.142 x – 0.173 0.081 = 0.142 x – 0.173 0.081 + 0.173 = 0.142 x X = 1.79 ppm
Kecambah 48 jam Absorbansi 0,147 Y = 0.142 x – 0.173 0.147 = 0.142 – 0,173 0.147 + 0.173 = 0.142 x x = 2.25 ppm
d. Tabel larutan sampel
e. Kurva larutan sampel
Sampel Absorbansi Konsentrasi
Biji kering 0,152 2.288 ppm
Biji direndam 12 jam 0,094 1.88 1ppm
Kecambah umur 12 jam 0,112 2.0 ppm
Kecambah umur 24 jam 0,081 1.79 ppm
1.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4
1.2Tabel aktivitas enzim amilase a. Tabel
Perlakuan Sampel Aktivitas Enzim Amilase
Kacang hijau kering 3,813 mikromolunit
Kacang hijau direndam 12 jam 0,3133 unit mikromol
Kacang hijau dikecambahkan 12 jam 3.333 mikromolunit
Kacang hijau dikecambahkan 24 jam 2.983 unit mikromol
Kacang hijau dikecambahkan 48 jam 3.75 mikromolunit Perhitungan aktivitas enzim
Kacang hijau kering
Aktivitas enzim = C x 1 = 3,813 mikromolunit
= 0,3133 mikromolunit
Kacang hijau dikecmbahkan 12 jam Aktivitas enzim = C x 1
Kacang hijau dikecambahkan 24 jam
Aktivitas enzim = C x T1 x 1 mikromolunit
Kacang hijau dikecambahkan 48 jam Aktivitas enzim = C x 1
b. Perbandingan kurva absorbansi larutan sampel dan larutan standart
Berdasarkan data hasil percobaan dapat terlihat bahwa kurva anytara larutan sampel dan kurva standart tidak terlalu banyak terdapat perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai regresi yang dihasilakan antara kurva sampel dan kurva larutan standart. Dimana pada kurva larutan standart regresi yang dihasilkan adalah 0.9938 sedangkan pada kurva larutan sampel regresi yang dihasilkan adalah 0.999. Yang membedakan antara kurva standar dengan kurva sampel adalah R Square (R2) yang sering disebut sebagai koefisien determinasi yang
bertujuan untuk mengukur kebaikan dari persamaan regresi. Nilai R2 terletak
antara 0– 1, dimana kecocokan dikatakan lebih baik apabila R2 semakin
mendekati 1 (Bergmeyer, 2010)
Pada kurva larutan standart terdapat regresi dihasilkan dari hubungan antara konsentrasi enzim amylase dengan nilai absorbansi larutan standart. Dimana konsenntrasi yang digunakan pada pembuatan kurva standart adalah 0 ppm, 200 ppm, 400 ppm , 600 ppm, 800 ppm, 1000 ppm. Dengan nilai absorbansiu untuk setiap konsentrasinya adalah 0, 0.0920, 0.2350, 0.3840, 0.5350, 0.7.
absorbansi yang digunakan pada setiap sampelnya adalah 0.152, 0.094, 0.112,0.081, 0.147.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki nilai absorbansi tertinggi adalah sampel kacang hijau kering. Sedangkan konsentrasi enzim tertinggi juga berbanding lurus dengan nilai absorbansi. Jika dilihat kembali seharusnya sampel yang memiliki konsentrasi enzim paling tinggi adalah pada kecambah 24 jam. Hal ini dikarenakan pada saat tersebut kecambah memasuki fase pertumbuhan maksimum sehingga membutuhkan banyak asupan energy. Dengan banyaknya asupan energy yang dibutuhkan maka diperlukan konsentrasi enzim dalam jumlah yang cukup tinggi untuk dapat merombak seyawa makro menjadi seyawa yang lebih sederhana.
2. Pembahasan data Percobaan 2.1 analisa prosesdur.
merah jingga. Setelah mendidih, tabung reaksi diangkat dan didinginkan. Selajutnya langkah yang terakhir adalah pengukuran absorbansi untuk setiap sampel dengan panjang gelombang 550 nm. Setelah panjang gelombang diatur, kemudian larutan yang ada di erlenmeyer di tuangkan ke dalam kuvet sampai tiga perempat bagian lalu masukkan kedalam spektrofotometer dan nilai absorbansi akan tertera di layar. Ulangi langkah yang sama pada semua sampel, dicatat hasilnya dan dibuat kurva standar larutan maltosa dan kurva standar sampel. Kurva standar dan kurva sampel dibuat dengan cara plotting regresi linear, sehingga dengan menggunakan rumus aktivitas enzim α-amilase = C x 1/T x 1 unit/1 mikromol didapatkan hasil pengukuran aktivitas enzim tiap-tiap sampel.
2.2 Hubungan antara reagen DNS dan aktivitas enzim
Reagen DNS (3,5 dinitro salicilic acid) merupakan reagen yang digunakan untuk memberikan reaksi kompleks yang membantu dalam pengukuran absorbansi larutan pada spektrofotometer dan menghentikan kerja enzim untuk memecah pati . DNS merupakan senyawa aromatis yang dapat bereaksi dengan gula reduksi membentuk asam 3-amino-5-nitrosalisilat yaitu suatu senyawa yang mampu menyerap radiasi gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang maksimum 540 nm Reagen DNS dapat berfungsi secara efektif dalam mengikat gula pereduksi sebagai indicator terjadinya aktivitas enzim.
Reagen DNS sangat berhubungan dengan enzim amilase dimana semakin tinggi aktivitas enzim amilase semakin banyak gugus pereduksi yang terbentuk. Jika banyak gugus pereduksi yang terbentuk maka jumlah asam 3,5 dinitrosalisilat akan semakin banyak yang tereduksi menjadi asam 3-amino-5 nitrosalisilat sehingga saat dibaca nilai absorbansinya di dalam spektrofotometer nilainya akan semakin besar karena semakin banyak gelombang elektromagnetik yang terserap oleh asam 3-amino-5 nitrosalisilat. Dengan kata lain, semakin besar aktivitas enzim amilase maka nilai absorbansinya semakin besar pula.
2.3 Perbandingan antar sampel
Berdasarkan data hasil praktikum diketahui bahwa pada setiap sampel memiliki aktivitas enzim yang berbeda di setiap jenisnya. Dimana pada aktivitas
enzim untuk sampel kacang hijau kering miliki 3,813 unit
mikromol . Sedangkan pada sampel kacang hijau yang direndam 12 jam memiliki kaltivitas enzim yang lebih
rendah dibandingkan dan kacang hijau kering yaitu 0,3133 mikromolunit . Pada
sampel berikutnya yaitu kecambah kacang hijau 12 jam meiliki nilai aktivitas enzim
sebesar 3.333 unit
mikromol . Pada kecambah berumur 24 jam memiliki aktivitas
enzim sebesar 2.983 unit
mikromol . Sedangkan pada sampel lainnya yaitu kecambah
Berdasarkan data hasil percobaan tersebut dapat diketahui bahwa sampel yang memiliki aktivitas enzim paling besar adalah sampel kacang hijau kering.
Hasil praktikum yang diperoleh kurang sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa pada biji yang dikecambahkan, aktivitas enzim amilase lebih besar karena pada biji yang direndam dan dikecambahkan mengalami proses imbibisi dimana air diserap masuk ke dalam bahan. Masuknya air ke dalam bahan mengakibatkan zat-zat cadangan menjadi aktif. Proses masuknya air melalui kulit biji adalah proses fisik yang berhubungan dengan sifat kimiawi dari kulit biji dan sifat tanggap biji terhadap kesediaan air sekitarnya. Dengan adanya proses metabolisme maka kebutuhan energi juga akan meningkat. Dengan demikian enzim amilase akan menghidrolisis pati dalam biji, sehingga aktivitas enzim amilase pun meningkat pada saat perendaman (Sari, 2006). Suarni (2007) menambahkan bahwa enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal perkecambahan oleh asam giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat sebagai pengontrol perkecambahan tersebut. 2.4 Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amylase 1. pH
pH paling efektif untuk enzim pada umumnya adalah 4,5 sampai dengan 8. pH yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan enzim terdenaturasi pula (Espirit, 2010)
2. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut sebagai katalisator. Kecepatan reaksi bertambah seiring dengan bertambahnya konsentrasi enzim hingga batas tertentu. Aktivitas enzim dipengaruhi pula oleh konsentrasi substrat. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka penambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar (Espirit, 2010)
3. Suhu
Suhu bepengaruh besar terhadap aktivitas enzim. Semua enzim bekerja dalam rentang suhu tertentu. Secara umum, setiap peningkatan sebesar 10oC di
atas suhu minimum, aktivitas enzim akan meningkat sebanyak dua kali lipat hingga mencapai kondisi optimum. Peningkatan suhu eksternal secara umum akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia enzim, tetapi kenaikan suhu yang terlalu tinggi atau setelah melebihi suhu optimumnya akan menyebabkan terjadinya denaturasi enzim yaitu kerusakan struktur enzim, terutama kerusakan pada ikatan ion dan ikatan hidrogennya. Kebanyakan enzim tidak aktif pada suhu sekitar 55-60oC. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan reaksi yang dikatalis
4. Konsentrasi Enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim (Mutia,2010).
5. Zat-zat penghambat / inhibitor
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan. Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu perubahan tertentu. Adanya zat inhibitor akan menghalangi sisi aktif enzim untuk bergabung dengan substrat spesifik, sehingga reaksi antara enzim dan subsrat dapat terganggu atau tidak bereaksi sama sekali (Mutia,2010).
KESIMPULAN
Prinsip dari uji aktivitas enzim amilase adalah menguji aktivitas enzim amilase dari kecambah biji-bijian dimana aktivitas enzim amilase ditunjukkan dan diukur dari banyaknya maltose yang terbentuk setelah substrat pati diinkubasi dengan enzim amilase.
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui aktivitas enzim amilase yang telah diekstrak dari biji-bijian, dalam praktikum kali ini adalah kacang hijau, dengan menggunakan metode spektrofotometri dimana absorbansi sampel akan menunjukkan banyaknya gula pereduksi yang dihasilkan.
Faktor yang mempengaruhi kerja enzim amilase adalah suhu, pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, dan adanya zat inhibitor. Aktivitas enzim amilase dapat dihitung dengan rumus : C x 1/T x 1 unit/ 1 mikromol. Maltosa yang dihasilkan merupakan hasil dari aktivitas amilase yang menghidrolisa pati. Konsentrasi maltose dapat diketahui melalui penambahan reagen DNS yang akan tereduksi oleh gula pereduksi membentuk asam-3-amino-5 dinitrosalisilat. Semakin banyak konsentrasi gula pereduksi yang terdeteksi maka semakin banyak pula terbentuknya asam-3-amino-5 dinitrosalisilat dan semakin tinggi pula aktivitas enzim amilase pada sampel.
Berdasarkan data hasil praktikum diketahui bahwa pada setiap sampel memiliki aktivitas enzim yang berbeda di setiap jenisnya. Dimana pada aktivitas
enzim untuk sampel kacang hijau kering miliki 3,813 mikromolunit . Sedangkan
lebih rendah dibandingkan dan kacang hijau kering yaitu 0,3133 mikromolunit .
Pada sampel berikutnya yaitu kecambah kacang hijau 12 jam meiliki nilai aktivitas
enzim sebesar 3.333 unit
mikromol . Pada kecambah berumur 24 jam memiliki
aktivitas enzim sebesar 2.983 unit
mikromol . Sedangkan pada sampel lainnya yaitu kecambah kacang hijau 48 jam memiliki nilai aktivitas enzim yaitu 3.75
unit
mikromol . Berdasarkan data hasil percobaan tersebut dapat diketahui bahwa sampel yang memiliki aktivitas enzim paling besar adalah sampel kacang hijau kering.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Anna Poedjiadi. 2009. Dasar-dasar Biokimia.Jakarta: Universitas Indonesia Press Bergmeyer, H-U. 2010. Methods of Enzymatic Analysis. New York: Academic Press. Esprit, J. 2010. Proses Perkecambahan pada Tanaman. Padang: Universitas Andalas.
Mutia,Mufti.2010. Isolasi dan Karakterisasi Enzim Amilase dari Akar Rimpang Alang-Alang (Imperata Cylindrica).Universitas Hassanudin.Makassar.
Sari, Lucia dwi Amartina.2006. Hubungan Aktivitas Enzim Amilase Dengan Perkecambahan Tiga Varietas Kedelai ( Glycine Max (L) Marill) yang Berbeda. Undergraduate thesis, FMIPA Undip.
Suarni dan Patong, R. 2007. Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber Enzim α Amilase, Indo. J. Chem., 2007, 7 (3);332-336.
Penilaian
Komponen Nilai