Macam-macam Hukum dan Dasar-dasar yang Membedakan
Hukum Positif
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Perkuliahan Pengantar Ilmu Hukum
Disusun Oleh
Rizkia A. Salsabila 110110130233
Fajrina Aprilianti 110110130260
Yessi Nadia 110110130261
Ade Idhinayah 110110130263
Edni Ibnutiyas 110110130281
Fakultas Hukum, Universitas Padjajaran
A. Macam-macam Hukum
Hukum senantiasa mengalami perkembangan, tidak hanya dalam isinya, melainkan juga dalam bertambahnya jenis-jenis yang ada. Perubahan, perkembangan dan pertumbuhan tersebut pada gilirannya menyebabkan, bahwa sistematik dan penggolongan hukum itu harus ditata kembali agar susunan rasional dari hukum itu tetap terpelihara. 1
1. Berdasarkan Waktu Berlakunya
Ius constitutum (hukum positif)
Ius constitum adalah hukum yang berlaku dan sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Dengan kata lain hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu waktu, dalam tempat tertentu. Ada beberapa sarjana yang mengatakan hukum positig itu “tata-hukum”.2
Sudirman Karthadiprojo pernah mengatakan, hukum posotif dengan nama asing disebut juga ius constitutum sebagai lawan daripada ius constituendum. Yakni kesemuannya kaidah hukum yang kita cita-citakan supaya memberri akibat peristiwa-peristiwa dalam suatu pergaulan hidup yang tertentu.
Ius constituendum
Yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang.3 Namun ius constituendum belum menjadi kaidah berbentuk undang-undang atau peraturan lain.4
1Rahardjo, Satjipto: Ilmu Hukum (Bandung:PT. Citra Aditua Bakti) 2006) hlm. 71
2 C.S.T. Kansil: Pengantar Ilmu hukum dan tata hukum indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 1986) hlm 73.
3Ibid., hlm 74.
2. Berdasarkan Sumber Hukumnya
Hukum Undang-Undang (wetten recht)
Hukum yang tercantum dalam peraturan-peraturan perundang-undangan.
Hukum Traktat
Hukum yang di tetapkan oleh negara-negara yang bersama-sama mengadakan suatu perjanjian.
Hukum Kebiasaan dan Hukum Adat
Hukum yang terletak dalam peraturan kebiasaan atau peraturan adat istiadat, dan yang mendapat perhatian dari para penguasa masyarakat.
Hukum Yurisprudensi
Hukum yang terbentuk oleh putusan-putusan hakim dalam menafsirkan dan membentuk hukum.
Hukum Ilmu
Sebetulnya saran-saran, yang dibuat para ahli hukum dan yang berkuasa dalam pergaulan hukum. Hukum ini terdapat dalam pandangan-pandangan ahli hukum yang terkenal dan yang sangat berpengaruh.
3. Wilayah Berlakunya
Hukum Nasional
Hukum yang hanya berlaku dalam wilayah negara tertentu. Contoh UU no. 1 tentang Perkawinan.
Hukum yang berlaku di wilayah berbagai negara. Contoh Hukum Perdata Internasional yang mengatur tentang keluarga, harta kekayaan, perikatan, hak waris, perdagangan.
4. Berdasarkan Isinya
Hukum Publik
Hukum yang mengatur tiap-tiap hubungan diantara negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak dengan warga negara pada umumnya dilain pihak atau setiap hukum yang hubungan diantara negara dan alat-alat perlengkapan, begitu pula perhubungan antar alat-alat perlengkapan negara yang lain. Hukum Publik terdiri dari Hukum Pidana dan Hukum Negara.
Hukum Privat
Hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain, dan juga negara sebagai pribadi.
Hukum Privat terdiri dari Hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum Perselisihan.
5. Hukum Berdasarkan Bentuknya
Hukum Tertulis
Hukum yang dicantumkan dalam pelbagai peraturan perundang-undangan.
Hukum Tak Tertulis
Hukum yang tidak dicantumkan dalam perundang-undangan, tetapi tetap ditaati oleh masyarakat. Contoh: Kebiasaan, Kaidah Sosial
6. Hukum Berdasarkan Fungsinya
Hukum yang mengatur isi perhubungan antar kedua belah pihak subjek hokum atau yang menerangkan perbuatan mana yang dapat dihukum dan hukuman apa yang dapat dijatuhkan. Contoh: Pidana, Perdata, Dagang
Hukum Formil
Hukum yang menunjuk cara menjalankan suatu hukuman . contoh: Hukum Acara Pidana, dll
7. Hukum Berdasarkan Wujudnya
Hukum Obyektif
Hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu.
Hukum Subyektif
Hukum yang timbul dari hukum obyekif dan berlaku terhadap seorang tertentu atau lebih.
8. Hukum Berdasarkan Sifatnya
Hukum Yang Bersifat Memaksa
Hukum yang dalam keadaan konkret harus ditaati, yang dalam kadaan bagaimanapun juga, tidak dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak, dengan perkataan lain hukum ini mempunyai
kekuasaan mutlak (absolut).
Hukum yang Bersifat Mengatur atau Melengkapi
Hukum yang dalam keadaan konkret dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak. 5
B. Dasar-dasar yang Membedakan Hukum Positif Suatu Bangsa
Kalau kita mengamati dari dekat, ternyata tidak ada cara berhukum yang benar-benar universal di dunia ini. Sejak hukum moderen ini kemudian dipakai di dunia, ia juga digunakan oleh bangsa-bangsa yang tidak memiliki tradisi, kultur, dan nilai yang sama dengan Eropa. Ini menyebabkan bahwa dalam praksis terdapat perbedaan cara berhukum dia antara bangsa-bangsa.
1. Adanya Dasar-dasar Perbedaan Pokok Pemikiran
Individualisme
Setelah Abad Pencerahan, maka arah perkembangan masyarakat Eropa menjadi jelas, yaitu melakukan pembebasan manusia dari keterikatannya pada tradisi menjadi individu yang bebas dan otonom. Eropa menjadi masyarakat yang disusui oleh nilai, tradisi, dan kultur individual serta liberal sehingga tipe hukum yang dikembangkan menuju ke arah tersebut.
Hukum yang mengandung muatan kultural individualisme seperti itu dikembangkan dengan baik melalui hukum Romawi.
Dalam masyarakat dengan pikiran individualisme, individu adalah otonom, terlepas dan dilepaskan dari konteks masyarakatnya. Sekalian hal yang berhubungan dengan individu seperti itu menjadi tanggungan dari individu sendiri. Soal pertanggungjawaban, kesalahan, dan lain-lain dibebankan sepenuhnya di pundak sang individu. Seseorang adalah otonom dan dipangkas dari sekalian kaitannya serta hubungan sosialnya. Sekalian miliknya melekat kepada dirinya secara otonom, apakah itu tanah, pekerjaan ataupun barang-barang dan karena itu menjadi sama sekali bebas untuk dipindahkan.
Kolektivisme atau Holisme
Kolektivisme sangat bertentangan dengan dasar pemikiran Individualisme.
masyarakat yang demikian tidak memusatkan pada seseorang dan apa yang dilakukan oleh orang itu, tetapi melihat individu sebagai tertanam dalam konteks keseluruhan (masyarakat).
Pada waktu kita berhadapan dengan seseorang, maka kita bukan hanya sedang berhadapan dengan individu yang otonom, melainkan juga dengan peranan sosial yang dilakukan oleh seseorang itu. Oleh karena itu, kita pun tidak bisa memangkas hubungan dan keterkaitan dari seseorang itu dengan lingkungan sosialnya, tetapi juga memperhitungkan pengaruh dari pihak lain terhadap seseorang.
Dalam Kolektivisme, maka keterpaduan (cohession) lebih diutamakan daripada konflik, seperti dalam masyarakat individualisme. Keserasian, keselarasan, dan keharmonisan menjadi nilai yang lebih diutamakan, maka sebaiknya konflik itu diusahakan untuk diredam6
2. Situasi dan Kondisi Suatu Bangsa
Pandangan Hidup
Sifat-sifat Bangsa
Lingkaran Hidup dan Kebudayaan
3. Bahan-bahan Hukum
Idiil (kesusilaan dan pemikiran)
Unsur Idiil dibagi dua yaitu kesusilaan dan pemikiran. Unsur ini akan menghasilkan kaedah-kaedah dukum melalui filsafat hukum.
Riil (alam, manusia dan tradisi)
Unsur riil terdiri dari manusia, tradisi dan alam. Unsur riil menghasilkan tata-hukum7
6Loc.Cit hlm. 254-255
Daftar Pustaka
Rahardjo, Satjipto. 2006. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditua Bakti
C.S.T, Kansil. 1986. Pengantar Ilmu hukum dan Tata Hukum Indonesia Jakarta: Balai Pustaka
~Anonym~ 1977. Ensiklopedi Umum
Soeroso. 1992. Pengantar Ilmu Hukum Jakarta: Sinar Grafika