• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKO (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKO (5)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN

KARAKTER DI SEKOLAH

Disusun Oleh:

Nama : Madina Qudsia Lubis

NIM : 8156181015

Kelas : Konsentrasi Pkn DIKDAS

Mata Kuliah : Pendidikan Nilai-nilai dalam PKn

Dosen Pengampuh : Dr. Reh Bungana Perangin-angin, M.Hum

PASCASARJANA PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas bakat dan limpahan rahmatnya. Maka kami dapat menyelesaikan sebuah makalah ini.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah” yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat kepada para pembaca.

Oleh karena itu, penulis mohon masukan agar kekurangan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i Pascasarjana Prodi Pendidikan Dasar dan bermanfaat pula dengan masyarakat.

Medan, 01 September 2016

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Pembahasan ... 3

D. Manfaat Pembelajaran ... 3

BAB II PEMBAHSAN A. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter ... 4

B. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 6

C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter ... 9

D. Implementasi Pendidikan Karakter di sekolah ... 11

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN ... 17

B. SARAN ... 18

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Sekolah sebagai wahana pembelajaran tak diragukan berperan besar dalam pengembangan karakter siswa. Sekolah telah mengantar anak-anak dan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangannya hingga memasuki masa dewasa dengan baik. Di lembaga ini otak, hati, dan badan anak ditumbuh kembangkan agar lebih cerdas, peka dan sehat. Dengan kecerdasan otak, kepekaan hati, dan kesehatan fisik diaharapkan dapat mejadi modal kemandirian di masa yang akan datang.

Dalam proses pendidikan dalam perkembangannya disesuaikan dengan kurikulum yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan sekolah. Berbagai cara dalam pembelajaran dikemas sesuai dengan kebutuhan. Hanya saja kurikulum banyak sekali memberatkan guru dan siswa yang menyebabkan beban tersebut terlalu berat untuk diterapkan. Ditambah lagi tuntutan hasil belajar tanpa melihat proses dan pembentukan karakter yang menyebabkan guru hanya mengajar disesuaikan dengan tugas dan fungsinya. Hal itu tidak sesuai dengan UU No 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa P endidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,

dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan. Dan UU No. 14 tahun 2005 yang menyebutkan

(5)

nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan berta kwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.

Fenomena ketuntasan belajar yang rendah tersebut dapat disebabkan oleh beban kurikulum yang terlalu berat. Sistem pendidikan sekolah seperti itu dapat berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter. Sebab, dalam waktu yang panjang sebagian ”terposisikan inferior” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu

yang berkepanjangan tersebut akan membentuk pribadi yang kurang percaya diri, dan menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku negatif, seperti senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan. Karena itu kritik-kritik yang ditujukan pada pendidikan persekolahan, bahwa ”… pendidikan formal kita hanya melahirkan

ahli matematika, fisika, dan kimia, tetapi lulusannya tidak berkarakter. Pendidikan di Indonesia sudah saatnya untuk memihak kepada kompetensi, baik kompetensi keahlian maupun kompetensi karakter; bukan hanya kompetensi matematika, kimia, fisika, dan sejenisnya.

(6)

karakter telah disusun dan dimulai untuk diterapkan di sekolah. Ada delapan belas nilai karakter yang perlu diimplementasi di sekolah, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah pendidikan Karakter!

2. Bagaimana prinsip-prinsip, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter di Sekolah!

3. Bagimana implementasi pendidikan karakter kepada peserta didik di sekolah!

C. Tujuan pembahasan

1. Mengetahui mengenai pendidikan karakter.

2. Mengetahui prinsip-prinsip, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter di sekolah.

3. Implementasi pendidikan karakter kepada peserta didik disekolah D. Manfaat pembahasan

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang arti dalam bahasa Inggrisnya adalah “to mark” yaitu menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai

kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Mendiknas mengingatkan pentingnya pengembangan karakter pribadi sebagai basis untuk mencapai sukses. Kunci sukses dalam tantangan berat itu teletak pada kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal terpenting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.1Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai to deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.2

1

Masnur Muslich. 2014. Pendidikan Karakter (menjawab tantangan krisis

Multidimensional). Bumi Aksara: Jakarta.hal 35. Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa.

2

(8)

Maka dalam pendidikan pun karakter dapat diperioritas bagi pembentukan karakter anak khususnya siswa-siswi yang berada di dunia pendidikan yaitu sekolah. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, Maka pendidikan karakter adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memerhatikan pertimbangan psikologis untuk pertimbangan pendidikan.3 Tujuan pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggungjawab. Nilai-nilai ini juga digambarkan sebagai perilaku moral.

Menurut J.P Chaplin dalam buku pendidikan karakter di sekolah mengatakan bahwa karakter atau fill, hati, budi pekerti, tabiat adalah suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan cirri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek atau kejadian.4

Muhammad Yaumi menyatakan bahwa karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain melalui tindakan. 5 pendidikan karakter dapat pula dimaknai sebagai upaya yang terencana

3

Akhwan. Cop.Cit. Hal 62 4

Moh. Said. 2011. Pendidikan karakter di sekolah. Jaring Pena: Surabaya. Hal:1.

Yang dimana karakter tersebut mempunyai kualitas positif seperti peduli, adil, jujur, hormat, terhadap sesama, rela memaafkan, sadar akan hidup berkomunitas dan sebagainya

5

(9)

untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku insan kamil.6

Dari ditarik kesimpulan oleh pendapat para Ahli bahwa pendidikan karakter adalah pembentukan watak seseorang mulai dari tingkat dasar (PAUD, SD, SMP) sampai dengan tingkat menegah (SMA) dengan wujud suatu tindakan baik itu berupa moral, etika dan nilai-nilai yang mengubah wujud karakter menjadi karakter yang baik.

B. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Menurut Gunawan ada prinsip-prinsip dasar pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah antara lain7: (1) mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karekter; (2) mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku; (3) menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter; (4) menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian; (5) memberikan kesempatan kepada peserta didik membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses; (6) memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik; (7) mengusahakan tumbuhnya motivasi dari para peserta didik; (8) memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai-nilai dasar yang sama; (9) adanya pembagian

6

Prof. Dr, Muchlas Samani dan Drs. Harianto, M.S. 2012. Konsep dan pendidikan karakter. PT Rosadakarya: Bandung. Hal 46

7

(10)

kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter; (10) memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter, dan; dan (11) mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru pendidikan karakter dan manifestasi positif dalam kehidupan peserta didik.8 Dalam mewujudkan pendidikan karakter di sekolah. Menurut Fathurrahman terdapat langkah-langkah pelaksanaannya meliputi: (1) perencanaan, yaitu mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan karakter, mengembangkan materi pendidikan karakter untuk setiap jenis kegiatan di sekolah, mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan, dan menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan karakter; (2) implementasi, yaitu pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada semua mata pelajaran, pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah, pembentukan karakter yang terpadu dengan kegiatan kependidikan; dan (3) monitoring dan evaluasi, yaitu kegiatan untuk memantau proses pelaksanaan program pendidikan karakter, yang terfokus pada kesesuaian proses pelaksanaan program pendidikan karakter berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah ditetapkan.9

Menurut Lickona, terdapat 11 (sebelas) prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif: (1) mengembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja

8

Buchory MS dan Tulus Budi Swadayani Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta dan Mahasiswa Pascasarjana Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 3, Oktober 2014. Hal. 239

(11)

pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik; (2) mendefinisikan 'karakter' secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku; (3) pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter; (4) menciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian; (5) memberi siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral; (6) membuat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil; (7) mengusahakan mendorong motivasi diri siswa; (8) melibatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa; (9) menumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter; (10) melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter; (11) mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.10

Maka pada prinsipnya pendidikan karakter dapat mengintegrasikan nilai-nilai perilaku manusia secara intensif melalui pendekatan pada suatu wadah yaitu sekolah yang mana terdapat pendekatan persuasif oleh guru terhadap siswa dan begitu juga sebaliknya antara siswa dengan guru serta memberikan contoh secara bertahap mulai dari tingkat yang paling rendah yaitu PAUD, SD, SMP sampai yang paling tinggi

10

(12)

yaitu SMA dan tingkat Mahasiswa. Maka akan terbentuknya karakter yang unggu dan dapat diandalkan.

C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter yaitu menciptakan bangsa yang kuat, kompetitif, mempunyai karakter baik, bermoral, toleransi, kerjasama, cinta tanah air, perkembangan yang dinamis, serta mempunyai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kesemuanya itu di dorong oleh kelima sila dalam Pancasila.11

Dalam publikasi Pusat Kurikulum tersebut dinyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi:12

a.Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

b.Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.

c.Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Dalam fungsi pendidikan karakter bangsa adalah sebagai berikut:13

1. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;

2. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat

11

Puskurbuk. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Depdiknas. Hal 2 12

Ibid. Hal 2 13

(13)

3. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Pendidikan karakter juga dipahami sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik dan wewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.14

Zubaedi berpendapat bahwa Character is the sum of all the qualities that make

you who you are. It’s your values, your thoughts, your words, your actions. Artinya

karakter adalah keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau perbuatan yang telah membentuk diri seseorang. Dengan demikian, karakter dapat disebut sebagai jati diri seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan oleh sejumlah nilai-nilai etis dimilikinya, berupa pola pikir, sikap, dan perilakunya. Pengembangan karakter dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai etika dasar (core ethical values) sebagai basis bagi karakter yang baik. Tujuannya adalah terbentuknya

karakter yang baik. Indikator karakter yang baik terdiri dari pemahaman dan kepedulian pada nilai-nilai etika dasar, serta tindakan atas dasar inti nilai etika yang murni.15

14

Kemendiknas. 2011. Buku Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Hal. 5

15

(14)

Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter, nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi dari empat sumber: (1) Agama, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat beragama; (2) Pancasila, NKRI ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yaitu Pancasila; (3) Budaya, nilai budaya dijadikan dasar karena tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari nilai-nilai budaya; (4) Tujuan pendidikan nasional, berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.16

D. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah

Sekolah merupakan suatu lembaga yang dirancang untuk melaksanakan proses belajar mengajar antara guru dengan murid. Sistem pendidikan di sekolah merupakan sistem pendidikan formal yang mana pelaksanaannya dilakukan secara terencana dan terperinci. Sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan siswa dari segi hard skill, soft skill serta nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka. Hal tersebut

16

(15)

sejalan menurut Sjarkawi.17 yang mengemukakan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kecakapan siswa dalam menetapkan suatu keputusan untuk bertindak atau untuk tidak bertindak. Agar hal tersebut dapat tercapai sekolah harus menciptakan iklim dan budaya sekolah yang baik sehingga dapat mengembangkan pola pikir dan meningkatkan kemampuan soft skill dan karakter siswa.

Menurut Moh. Said bahwa karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai atau menginginkan kebaikan (loving or desiring the good), dan melakukan kebaikan (acting the good).18 Maka, untuk membentuk karakter yang efektif adalah dengan melibatkan ketiga aspek tersebut. Proses pengembangan karakter siswa di sekolah. Menurut Zuchdi, memiliki pola: rencanakan, laksanakan, refleksi dan apa langkah selanjutnya.19 Tentu saja dengan pelaksanaan yang dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus. Hal tersebut dimaksudkan agar pendidikan karakter memanfaatkan pengalaman yang telah dilalui, tidak mengulang kesalahan, dan senantiasa memperbaiki tindakan yang telah dilakukan. Proses yang berkesinambungan tersebut diwujudkan dalam pembiasaan dan budaya sekolah.

17

Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual,

Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 42

18

Said, Op. Cit., 64 19

(16)

Menurut Ryadi Agustimus mengatakan ada tiga fokus pendidikan karakter. Pertama, pendidikan karakter yang memusatkan diri pada pengajaran (teaching values). Siswa perlu mengetahui dan memahami isi nilai-niai tertentu yang harus

dipelajari serta dikumpulkan kualitas keutamaan moral (kejujuran, keberanian, dan kemurahan hati). Maka akan terbentuknya pengetahuan dan intelektual. Kedua, pendidikan karakter memusatkan diri pada klarifikasi nilai (value clarification). Dalam hal itu siswa dituntut memiliki proses penalaran moral dan pemilihan nilai. Maka terfokus pada perilaku yang terbentuk. Sedangkan ketiga, pendidikan karakter yang memakai pendekatan pertumbuhan moral (character development). Siswa harus mengutamakan perilaku yang merefleksi nilai-nilai dan menekankan unsur motivasi, serta aspek keperibadian yang stabil.20 Maka pendidikan karakter yang akan menumbuhkan motivasi internal dan eksternal dalam membentuk karakter individu seseorang.

Maka menurut Aunillah, suatu pendidikan karakter akan dilakukan oleh guru, yang mampu mempengaruhi peserta didik. 21 Dalam hal ini guru dapat membantu membentuk watak peserta didik agar senantiasa positif dan memiliki keperibadian baik serta nilai-nilai yang terarah.

20

Ryadi Agustimus. 2011. Pendidikan karakter yang

kontekstual.(http://rumahfilsafat.com/2011/11/2003/pendidikan-karakter-yang-kontekstual/) diakses pada tanggal 27 Agustus 2016 21

(17)

Hal serupa menurut menjelaskan sterategi pendidikan yang berbasis karakter (PBK) adalah melalui:22

1. Pembiasaan. Otak membutuhkan pengulangan untuk membuat tingkah laku tertentu menjadi kebiasaan.

2. Keteladanan. Abdullah Nashih Ulwan mengatakan “keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil atau membekas dalam mempersiapkan dan membentu aspek karakter, moral, spiritual dan etos sosial siswa disekolah

Karakter sebagai keseluruhan kebebiasaan yang dimiliki, sifat konsisten, kadang tidak disadari, secara terus menerus mengekspresikan diri baik yang efektif maupun yang tidak efektif. Maka kebiasaan ini dapat dipelajari atau dihilangkan. Namun, memerlukan waktu lama, proses, dan komitmen yang tinggi. Kebiasaan itu bisa saja berupa pengetahuan, skill, dan keinginan. Maka dalam pendidikan karakter dibutuhkan wadah yaitu sekolah sebagai tempat implementasi yang tepat.

Pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan di setiap sekolah. Hal ini

karena karakter yang baik terkait erat dengan keberhasilan anak didik dalam belajar di

sekolah. Menurut Joseph Zins menegaskan bahwa kecerdasan emosional, yang di

dalamnya terkait erat dengan pendidikan karakter, ternyata berpengaruh sangat kuat

22

(18)

dengan keberhasilan belajar.23 Dan menurut Dr. Marvin Berkowitz menyampaikan hasil

penelitiannya bahwa terdapat peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi

akademik dan mereduksi perilaku negatif pada sekolah-sekolah yang menerapkan

pendidikan karakter.24 Senada dengan Joseph Zins dan Berkowitz, Goleman

mengungkapkan bahwa 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20

persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ), serta anak-anak yang mempunyai masalah

dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan belajar, kesulitan bergaul, dan

tidak dapat mengontrol emosinya.25 Karakter merupakan salah satu unsur penting dari

kualitas seseorang. Kualitas karakter seseorang juga menentukan kemajuan suatu bangsa.

Oleh karena itu, karakter perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Hal ini dimaksudkan

agar karakter anak didik terbentuk dengan baik.

Masnur Muslich menyatakan pendidikan karakter harus dilakukan secara

sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek knowledge, feeling, loving, dan action. Akan tetapi, sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak

kanan (afektif, empati, dan rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan

dengan optimalisasi fungsi otak kanan26. Zainal Aqib menyatakan salah satu unsur

penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai itu sehingga anak didik

23

Akhmad Muhaimin Azzet. (2014). Urgensi P endidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal 41

24

Barnawi & M. Arifin. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal 17

25

Ibid. Hal 18 26

(19)

memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bisa

dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya.27 Dalam hal ini, pendidikan

harus mampu menghasilkan peserta didik yang cerdas secara akademik, tetapi juga

mempunyai karakter yang luhur. Dan sekian lembaga pendidikan yang ada, bahwa yang

paling efektif untuk menanamkan pendidikan karakter adalah pada masa usia dini, karena

pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat luar biasa (the golden age) dan belum memiliki banyak pengaruh dari pihak luar manapun. Pendidikan seharusnya menjadikan anak didik sebagai titik pusat orientasi. Hal ini penting karena

anak didik akan menjadi seperti apa tergantung kepada desain pendidikan yang dibuat.

Oleh karena itu, pendidikan memiliki peranan yang signifikan dalam konteks

character building. Melalui pendidikan karakter yang diinternalisasikan di sekolah, diharapkan krisis multidimensional bangsa ini dapat segera teratasi. Selanjutnya, dengan

pendidikan karakter diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.

27

Zainal Aqib. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa.

(20)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan karakter adalah pembentukan watak seseorang mulai dari tingkat dasar (PAUD, SD, SMP) sampai dengan tingkat menegah (SMA) dengan wujud suatu tindakan baik itu berupa moral, etika dan nilai-nilai yang mengubah wujud karakter menjadi karakter yang baik. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai to deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development

(usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.

Maka pada prinsipnya pendidikan karakter dapat mengintegrasikan nilai-nilai perilaku manusia secara intensif melalui pendekatan pada suatu wadah yaitu sekolah yang mana terdapat pendekatan persuasif oleh guru terhadap siswa dan begitu juga sebaliknya antara siswa dengan guru serta memberikan contoh secara bertahap mulai dari tingkat yang paling rendah yaitu PAUD, SD, SMP sampai yang paling tinggi yaitu SMA dan tingkat Mahasiswa. Maka akan terbentuknya karakter yang unggu dan dapat diandalkan. Character is the sum of all the qualities that make you who you

are. It’s your values, your thoughts, your words, your actions. Artinya karakter

(21)

Dan sekian lembaga pendidikan yang ada, bahwa yang paling efektif untuk menanamkan pendidikan karakter adalah pada masa usia dini, karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat luar biasa (the golden age) dan belum memiliki banyak pengaruh dari pihak luar manapun. Melalui pendidikan karakter yang diinternalisasikan di sekolah, diharapkan krisis multidimensional bangsa ini dapat segera teratasi. Selanjutnya, dengan pendidikan karakter diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.

B. SARAN

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aunillah. 2011. Panduan Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: CV. Laksana.

Aqib, Zainal. (2011). Pendidikan Karakter Membangun P erilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: Yrama Widya

Azzet, Akhmad Muhaimin. (2014). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan

Kemajuan Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Barnawi & M. Arifin. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Darmiyati, Zuchdi. 2011. Pendidikan Karakter dalam perpektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press.

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi Bandung: Alfabeta,

Hasan, Said, Hamid, dkk. 2010. “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa”, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai- nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas.

Kemendiknas. 2010. Buku Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Moh. Said. 2011. Pendidikan karakter di sekolah. Jaring Pena: Surabaya.

Muslich, Masnur 2014. Pendidikan Karakter (menjawab tantangan krisis Multidimensional). Bumi Aksara: Jakarta.

(23)

Samani, Prof. Dr, Muchlas dan Drs. Harianto, M.S. 2012. Konsep dan pendidikan karakter. PT Rosadakarya: Bandung.

Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.

Tim IKIP PGRI Semarang. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press

Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter (landasan, pilar & Implementasi). Prenada Media Group: Jakarata

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasi Dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Jurnal

Akhwan, Muzhoffar. EL-TARBAWI VOL. 7 NO.1 2014

Aswandi. 2010. Membangun Bangsa melalui pendidikan berbasis Karakter, dalam Jurnal pendidikan karakter. Publikasi ilmiah pendidikan umum dan nilai, Vol. 2 No 2 Juli 2010

Buchory MS dan Tulus Budi Swadayani Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta dan Mahasiswa Pascasarjana Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 3, Oktober 2014.

Triatmanto. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Cakrawala Pendidikan, Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY.

Internet:

Ryadi Agustimus. 2011. Pendidikan karakter yang

Referensi

Dokumen terkait

Dari berbagai pendapat tersebut secara sederhana dapat dirumuskan bahwa pada dasanya karakter menyangkut kualitas diri dan keyakinan seseorang yang akan melandasi perilaku

Sehingga, pendidikan karakter terimplementasi secara komprehensif tinggal menjaga konsistensi dan komitmen semua bangsa dalam pembentukan karakter ini sehingga negara

Revolusi mental yang dimaksud adalah terwujudnya perilaku yang memiliki nilai karakter baik dan benar serta meliputi ranah penting manusia yaitu kognitif, afektif dan

Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan pembelajaran aktif seperti pendekatan belajar kontekstual,

Beberapa langkah evaluasi pendidikan karakter yang diusulkan untuk mengatasi masalah utama evaluasi pendidikan karakter adalah (1) mendefinisikan atau memberi makna secara

Pendekatan yang penulis tawarkan dalam menyampaikan pendidikan karakter ini adalah secara integrasi dalam setiap mata kuliah, sehingga pendidikan karakter ini

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

Jadi prinsip pendidikan karakter terutama memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik dengan cakupan kurikulum yang bermakna dan menantang,