BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan 1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu melalui : penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkatan Pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumya. Tingkatan penegetahuan ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi sebenarnya. Dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
d. Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen- komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan
masih saling berkaitan
e. Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penilaian suatu materi berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian.
B. Menopause 1. Pengertian
Defenisi paling sederhana dari menopause adalah periode menstruasi terakhir
yang dialami oleh wanita. Hal ini terjadi ketika hormon-hormon yang mengontrol
siklus menstruasi berada dalam kadar yang sangat rendah sehingga menstruasi tidak
mungkin terjadi lagi. Sangat sulit dengan pasti kapan menopause terjadi karena
menstruasi dapat menjadi tidak teratur saat usia bertambah tua (Rebacca, 2006).
Menopause adalah peristiwa kehidupan yang normal, bukan suatu penyakit.
Margaret Lock mengemukakan bahwa istilah menopause sebaiknya dibatasi pada
suatu kondisi, tetapi lebih pada perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada
masa tertentu dalam kehidupan wanita (Varney, 2007).
Menopause merupakan masa akhir dari menstruasi yang diikuti berhentinya
fungsi ovarium dan menstruasi secara permanen. Menetapkan sudah mencapai
menopause, berhentinya menstruasi antara 6-12 bulan (Manuaba, 2010).
Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis
menopause dibuat setelah terdapat amonorea sekurang-kurangnya selama satu tahun.
Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan
perdarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh
keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan (Wiknjosastro, 2007).
2. Usia Menopause
Menopause adalah perhentian mentruasi secara permanen yang disebabkan
oleh kegagalan perkembangan folikel ovarium dengan kadar gonadotropin (FSH,
LH) yang meningkat. Terjadi pada usia rata-rata 51 tahun, dengan kisaran 45-55
tahun (Norwitz, 2007). Morgan (2009) mengatakan 6% wanita mengalami
menopause pada usia 35 tahun, 25% pada usia 44 tahun, dan 75% pada tahun, serta
94% pada usia 55 tahun.
Kapan menopause terjadi pada seorang wanita, tidak ada yang sama pada
setiap orang. DR. Faisal Yatim DTK & H, MPH dalam bukunya Haid Tidak Wajar
dan Menopause, menyebutkan hasil studinya bahwa rata-rata seorang wanita
memasuki masa menopause berbeda pada setiap ras. Misalnya, wanita ras Asia
mengalami menopause pada usia 44 tahun, sementara wanita Eropa sekitar usia 47
tahun. Menurut dr. Icramsyah A. Rahman, SpOG dalam buku Kelanggengan Usia
Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan
umum, dan pola kehidupan. Ada kecendrungan dewasa ini untuk terjadinya
menopause pada umur yang lebih tua. Misalnya, pada tahun 1915 menopause
dikatakan terjadi sekitar umur 44 tahun, sedangkan pada tahun 1950 pada umur yang
mendekati 50 tahunan. Penelitian Agoestina dalam tahun 1982 di Bandung
menunjukkan bahwa pada umur 48 tahun, 50% dari wanita Indonesia telah
mengalami menopause (Wiknjosastro, 2007).
Berkat kemajuan teknologi di bidang kesehatan, rata-rata wanita menopause
dapat mencapai usia 46 tahun bahkan lebih. Hal ini berarti harapan hidup seorang
wanita jauh lebih panjang. Oleh karena itu, lebih banyak wanita yang dapat
mengalami masa menopause. Umumnya, wanita akan memasuki periode menopause
di usia 45-55 tahun (Indarti, 2005).
3. Fase Menopause
Tiga fase kehidupan berhubungan dengan menopause :
1. Pramenopause
Periode waktu yang mengarah menuju menopause ketika seorang
wanita melewati stadium reproduktif dalam hidupnya (Norwitz, 2007).
Pramenopause merupakan masa yang menjelaskan tentang tahun-tahun
menjelang masa menopause. Masa transisi ini biasanya memerlukan waktu
4-5 tahun, dan ditandai oleh ketidakteraturan menstruasi. (Morgan, 2009).
Pada tahap ini produksi hormone indung telur (ovarium) menurun dan
berfluktuasi menyebabkan munculnya berbagai gejala. Gejala lebih banyak
dialami wanita pada tahap pramenopause dari pada tahap sesudahnya.
Namun, karena terjadinya pada saat wanita berusia antara 35-45 tahun, maka
2. Menopause
Menopause adalah tahap atau masa yang ditandai dengan berhentinya
haid, yaitu tanggal dari haid terakhir. Disebabkan karena tubuh sudah
kehabisan sel telur dan penurunan oleh hormon estrogen. Hal ini berlangsung
dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena haid tidak lagi teratur, maka
wanita tersebut baru benar-benar yakin bahwa haidnya berhenti setidaknya
selama satu tahun setelah itu (Seri Penyakit Wanita, 2003).
Dwi, (2010) menyebutkan menopause adalah saat haid tetakhir. Pada
fase menopause biasanya berlangsung antara periode 3-4 tahun dengan gejala
berupa perubahan pada fisik dan kejiwaannya semakin terlihat.
3. Pascamenopause
Pasca menopause adalah periode sesudah pasca menopause, yaitu
ketika individu telah mampu menyesuaikan kondisinya, sehingga tidak
mengalami gangguan fisik, hal ini dikarenakan keluhan makin berkurang
dan terjadi pada usia diatas 60-65 tahun (Dwi, 2010). Waktu dalam
kehidupan wanita setelah periode menstruasi berhenti paling tidak satu tahun
setelah menopause (Andrews, 2010).
4. Penyebab
Memasuki usia menopause, persediaan folikel (sel telur) pada indung telur
telah habis, yang terus berkurang dari masa anak-anak dan reproduksi. Berkurangnya
sel telur mengakibatkan menurunnya pembentukan hormon estrogen dan
progesterone, dan hampir semua aktifitas wanita dikendalikan oleh kedua hormon ini
(Indarti, 2005).
Proverawati (2010) mengatakan, menopause disebabkan karena
ovarium berhenti melepaskan sel telur sehingga aktifitas menstruasi berkurang dan
akhirnya berhenti sama sekali. Pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormon
estrogen yang sangat penting untuk mempertahankan faal tubuh.
Siklus menstruasi dikontrol oleh dua hormon yang diproduksi di kelenjar
hipifisis yang ada di otak (FSH dan LH) dan dua hormon lagi yang dihasilkan oleh
ovarium (estrogen dan progesteron). Saat pada masa menjelang menopause, FSH dan
LH terus diproduksi oleh kelenjar hipofisis secara normal. Akan tetapi, karena
ovarium semakin tua, maka kedua ovarium tidak dapat merespon FSH dan LH
sebagaimana seharusnya, akibatnya estrogen dan progesterone yang diproduksi juga
semakin berkurang. Menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak lagi dapat
menghasilkan hormon-hormon tersebut dalam jumlah yang cukup untuk bisa
mempertahankan siklus menstruasi (Rebecca, 2006).
5. Tanda Gejala Menopause
Saat seorang wanita mengalami menopause, maka tanda serta gejalanya
dapat berbeda-beda tergantung dari setiap individunya. Pada wanita yang tahan
terhadap sakit atau perubahan tidak akan terlalu merasakan gejala-gejala menopause,
tetapi bagi wanita yang sensitiv cendrung mengeluh gejala-gejala menopause (Dwi,
2010).
Menopause jarang terjadi karena hilangnya fungsi ovarium secara
mendadak. Beberapa tahun sebelum menopause, ovarium mulai memperlihatkan
tanda-tanda akan segera mengalami kegagalan. Anovulasi menjadi sering ditemukan,
terdapat produksi estrogen yang tunggal, siklus haid menjadi tidak teratur,
kadang-kadang terdapat haid yang berat atau bukti hyperplasia endometrium, dan terjadi
peningkatan perubahan perasaan dan emosi disertai gejala sindroma prahaid yang
berkeringat terjadi sebelum mereka mencapai menopause. Gejala perimenopause ini
biasanya berlangsung selama 3 sampai 5 tahun sebelum benar-benar kehilangan haid
atau mencapai kadar hormon pasca menopause (Hacker, 2001).
Menurut Kusmiran (2011), gejala-geja pada menopause antara lain :
1. Gejala sistemik : mudah lelah (fatigue), penurunan libido, rasa cemas
(depresi), kesukaran kognitif, nyeri punggung dan kekakuan.
a. Mudah lelah (fatigue)
Rasa lelah sering kali muncul ketika menjelang masa
pramenopause karena terjadi perubahan hormonal pada wanita
yaitu terutama hormone estrogen (Proverawati, 2010).
b. Penurunan libido
Beberapa wanita mengalami penurunan dalam kadar testosterone
mereka selama pramenopause, ini dapat mengakibatkan
hilangnya hasrat seksual. Kekurangan adrenal dapat menjadi
faktor lain (Northrup, 2006). Libido yang rendah mungkin
disebabkan masalah psikologis, biologis, atau social, jadi
membutuhkan penyelidikan aspek-aspek untuk mengetahui
penyebabnya (Proverawati, 2010).
c. Rasa cemas (depresi)
Depresi sering terjadi pada wanita yang berada pada masa
pramenopause. Hal ini terkait dengan penurunan hormone
estrogen sehingga menyebabkan wanita mengalami depresi
ataupun stress. Turunya hormone estrogen menyebabkan
turunnya neurotransmiter di dalam otak, neurotransmiter di
neurotransmiter ini kadarnya rendah, maka akan muncul perasaan
cemas yang merupakan pencetus terjadinya depresi ataupun
stress (Proverawati, 2010).
d. Nyeri tulang dan sendi
Seiring meningkatnya usia maka beberapa organ tidak lagi
mengadakan remodeling, diantaranya tulang. Bahkan mengalami
proses penurunan karena pengaruhdari perubahan organ lain.
Selain itu, dengan bertambahnya usia penyakit yang timbul
semakin beragam. Hal ini tentu saja berkaitan dengan
kebugarandan kesehatantubuh seorang wanita (Kasdu, 2002).
2. Gejala vasomotor (sistem vaskular) : sakit kepala, palpitasi, keringat
malam hari, insomnia dan gangguan tidur, serta hot flashes.
a. Sakit kepala
Kadar hormone yang tidak seimbang ikut menambahkan apa
yang dinamakan migraine mensruasi selama masa pramenopause
dan menopause. Jenis sakit kepala ini biasanya datang tepat
sebelum menstruasi, ketika kadar estrogen maupun progesterone
dapat turun secara drastis (Northrup, 2006).
b. Keringat berlebihan
Cara bekerjanya secara persis tidak diketahui, tetapi pancaran
panas pada tubuh akibat pengaruh hormone yang mengatur
thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu
udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu
panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan
c. Insomnia
Beberapa wanita mengalami kesulitan saat tidur, mereka tidak
dapat tidur dengan mudah atau mungkin bagun terlalu dini.
Mereka mungkin perlu pergi ke kamar mandi di tengah malam,
kemudian menemukan mereka tidak dapat kembali tidur. Hot
flashes juga dapat menyebabkan perempuan terbangun dari tidur.
Selain itu kesulitan tidur dapat disebabkan karena rendahnya
kadar serotonin pada masa pramenopause. Kadar serotin
dipengaruhi oleh kadar endorfin (Proverawati, 2010).
d. Hot flashes
Hot flashes adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan
tubuh bagian atas (seperti leher dan dada). Dengan perabaan
tangan akan terasa adanya peningkatan suhu pada daerah
tersebut. Gejolak panas terjadi karena jaringan-jaringan yang
sensitive atau yang bergantung pada estrogen akan terpengaruh
sewaktu kadar estrogen menurun. Pancaran panas diperkirakan
merupakan akibat dari pengaruh hormone pada bagian otak yang
bertanggung jawab untuk mengatur temperature tubuh (Kasdu,
2002). Gelora panas adalah gejala pramenopause yang paling
umum terjadi, sekitar 70 hingga 85 persen dari semua wanita
pramenopause. Gelora panas itu bisa sangat ringan atau sangat
berat sehingga mengakibatkan kurang tidur dan depresi. Itu
dimulai dengan sensasi hangat yang muncul tiba-tiba dan
selintas, yang kemudian dapat menjadi sangat panas di wajah,
kulit kemerahan dan berkeringat. Pada kebanyakan wanita, gelora
panas sering dimulai tepat sebelum atau selama periode
menstruasi di masa pramenopause (Northrup, 2006).
3. Gejala genitourinary : vagina terasa kering (dryness vaginal), nyeri saat
berhubungan seksual (drypareunia), vagina terasa gatal atau terbakar
serta frekuensi urin meningkat.
a. Vagina kering dan dypareunia
Perubahan pada organ reproduksi, di antaranya pada
daerahvagina sehingga dapat menimbulkan rasa sakit pada saat
berhubungan intim. Selain itu, akibat berkurangnya estrogen
meyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina, jaringan
penunjang, dan elastisitas dinding vagina. Padahal epitel vagina
mengandung banyak reseptor estrogen yang sangat membantu
mengurangi rasa sakit dalam berhungan seksual (Kasdu, 2002).
Hormone estrogen mempunyai pengaruh besar dalam
mengoptimalkan fungsi organ reproduksi. Berkurangnya
hormone tersebut saat menopause menjadikan liang vagina
berkurang elastisitasnya, lipatan-lipatan kulit disekitarnya
menghilang, dindingnya mengalami penipisan, dan terjadi
kekeringan sehingga memudahkan timbulnya perlukaan (Indarti,
2005).
b. Gejala perkemihan
Perubahan-perubahan yang terjadi pada seluruh organ-organ
kewanitaan terjadi pula pada saluran perkemihan. Uretra yang
tubuh mengalami penipisan dan pengurangan elastisitas yang
menyebabkan wanita menopause rentan terkena infeksi saluran
kencing (Dwi, 2010). Ketika usia bertambah tua, air seni sering
tidak dapat ditahan pada saat bersin atau batuk. Hal ini akibat
estrogen yang menurun sehingga salah satu dampaknya adalah
inkontinensia urin (tidak dapat mengendalikan fungsi kandung
kemih). Dinding serta lapisan otot polos uretra juga mengandung
banyak reseptor estrogen. Kekurangan estrogen menyebabkan
terjadinya gangguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran
urin menjadi abnormal sehingga mudah terjadi infeksi pada
saluran kemih bagian bawah (Kasdu, 2002).
6. Penanganan Menopause
Cara mengatasi keluhan menopause antara lain adalah :
1. Berbagai keluhan yang muncul akibat perubahan-perubahan
menjelang menopause dapat diatasi dengan pemberian obat yang
bersifat menggantikan fungsi hormone estrogen. Hal ini bertujuan
untuk memperbaiki sel-sel yang mengalami kemunduran.
2. Mengkonsumsi vitamin yang berfungsi menghambat proses penuaan.
3. Olahraga yang cukup dan sesuai dengan usianya adalah salah satu
cara untuk menyehatkan fisik. Dengan olahraga tubuh akan terhindar
dari penyakit-penyakit yang rentan dihadapi oleh para lansia.
4. Makan dengan menu seimbang dan sesuai kebutuhan, hindari
makanan berlemak. Perbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang
5. Melakukan hobi yang dapat mendukung kesehatan bisa membuat
perhatian teralihkan dari keluhan-keluhan menopause.
6. Bersosialisasi dengan lingkungan dan tetaplah berkarya agar wanita
menopause dapat mempertahankan rasa percaya dirinya.
7. Berkonsultasi dengan orang yang pakar dalam masalah menopause
dan berkomunikasi dengan suami serta keluarga agar mereka dapat
memberikan support yang baik.
8. Zat gizi yang dapat membantu mengurangi keluhan menopause antara
lain :
a. Asam lemak omega 3 yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
depresi.
b. Asam folat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya depresi.
c. Zat besi untuk meningkatkan hemoglobin darah.
d. Kalsium untuk mengurangi keluhan hot flashes dan osteoporosis.
e. Vitamin D untuk mengurangi keluhan kulit dan tulang (Dwi,
2010).
Pengobatan utama pada menopause adalah dengan memberikan terapi
hormone estrogen dari luar atau dikenal dengan Hormone Replacement
Therapy (HRT). Prinsip pemberiannya adalah antara lain :
1. Wanita yang masih memiliki uterus, diberikan kombinasi estrogen
dan progesterone, penambahan progesterone ini bertujuan untuk
menghindari resiko terkena kanker endometrium.
2. Wanita yang sudah tidak memiliki uterus, diberikan estrogen saja
secara continue.
4. Wanita yang masih menginginkan terjadinya menstruasi diberikan
diberikan secara continue.
5. Jenis estrogen dan progesterone yang diberikan adalah yang bersifat
alamiah.
6. Awal pemberian harus diberikan dengan dosis rendah (Dwi, 2010).
C. Aktifitas Seksual
Walaupun reproduksi adalah tujuan mendasar dari aktifitas seksual, namun perilaku seksual memiliki banyak fungsi lain. Yang paling mendasar dari perilaku
seksual adalah kenikmatan atau kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi
kenikmatan sensual dan kenikmatan khas sensual yang berkaitan dengan orgasme
(Glasier, 2006).
Oleh karena itu, dalam hubungan seksual bukan hanya alat kelamin dan
daerah erogen yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi. Hubungan
seksual dianggap normal bila hubungan heteroseksual dikaitkan dengan norma,
agama, budaya, dan pengetahuan manusia yang harmonis dibarengi dengan rasa cinta
(Manuaba, 1999).
Freud menyatakan aktifitas seksual adalah naluri asasi manusia, dan harus dapat dinikmati kedua belah pihak. Aktifitas seksual seharusnya tidak hanya sekedar
tindakan bersenggama secara fisik, tetapi melibatkan pula emosi kedua pasangan.
Jadi, kedua belah pihak perlu memahami dan sepenuhnya melibatkan diri dalam
tindakan seksual, demi mengembangkan hubungan mereka (Jones, 2005).
Frekuensi koitus menurun cepat dari rata-rata maksimum empat kali
sebulan pada usia 70 tahun, dan sekali sebulan antara usia 75 hingga 79 tahun
(Hutapea, 2005).
1. Aktifitas Seksual Pada Masa Menopause
Jones (2005) mengatakan, bahwa mitos tentang kemampuan dan gairah
wanita akan hilang ketika memasuki usia lanjut tidak benar. Karena tubuh dan
pikiran dapat menerima seksualitas sepanjang hidup, sejak lahir hingga kematian.
Gagasan bahwa hanya orang muda yang dapat menikmati gairah seks tidak adil bagi
wanita lansia yang seksualitasnya sering meningkat.
Aktifitas seksual tidak berakhir karena menopause. Namun, wanita dan
pasangannya mungkin mengubah cara mereka mengungkapkan seksualitas selama
dan setelah menopause. Hal ini bergantung kepada perubahan fisik, perubahan pada
pasangan, dan mitos serta pesan budaya. Untuk individu yang melihat proses
penuaan sebagai suatu kehilangan, seksualitas dapat menjadi sulit untuk digabungkan
ke dalam apa yang mereka persepsikan sebagai identitas yang tidak terlalu menarik
(Bobak, 2005).
Pada saat wanita mengalami menopause, sering muncul rasa khawatir
terhadap dirinya, banyak wanita akan merasa takut kehilangan pasangannya karena
tidak dapat mengandung dan melahirkan lagi. Perasaan takut ini akan hilang secara
perlahan bila wanita menopause mengalami hubungan seksual yang tenang (Dwi,
2010).
Aktifitas hubungan seksual di usia menopause bagi sebagian wanita
mengalami perubahan berupa penurunan aktifitas hubungan seksual hal ini dikaitkan
dengan penurunan fungsi seksual yang berupa kekeringan vagina, dsypareuni
vagina, berkurangnya pelendiran (lubrikasi) saat bersenggama, hilangnya sensasi
klitoris dan terganggunya sensasi sentuhan (Northtrup, 2006).
Menurut dr. Naek L Tobing, dalam tulisannya tentang Aspek Psikoseksual
Wanita dalam Masa Menopause, hal yang menberikan dampak negative adalah
menurunnya kecantikan sehingga dapat menimbulkan penurunan ketertarikan suami
dan mungkin bisa menurunkan gairah seksual. Namun, gangguan seksual sifatnya
sangat individual (Kasdu, 2002). Bahkan dalam sebuah kajian yang dilakukan
belakangan ini di University of Chicago menyatakan bahwa sangat lazim bagi
pasangan untuk melakukan hubungan seksual tiga kali setiap bulan dan mereka
sudah puas dengan itu (Northtrup, 2006).
Seks dapat dinikmati untuk berbagai alasan seperti perasaan feminine,
menurunkan keteganagan, perbaikan tidur, sebagai penyaluran emosi, dan untuk
perasaan intimasi. Pandangan terbaru yang menyebabkan wanita dan praktisi
menyerah adalah bahwa sejak terjadi penurunan kadar estrogen pada wanita, aktifitas
seksual dianggap menjadi tidak nyaman, sebagai beban, atau setidaknya tidak
menyenangkan. Hal ini terus berlanjut dengan ide bahwa wanita yang telah melewati
masa reproduktifnya berpotensi kehilangan keinginan dan hasrat seksual. Bagi
banyak pasangan, seks terus meningkat dengan perubahan proses penuaan dan gaya
hidup baik pada pria dan wanita. Dengan memiliki waktu luang yang lebih banyak,
anak-anak sudah meninggalkan rumah, dan perubahan tanggung jawab, seks dapat
menjadi petualangan yang sangat menyenangkan (Varney, 2007).
Fungsi seksual yang memuaskan adalah bagian integral kesehatan dan
kesejahteraan wanita di usia berapa pun. Banyak mitos tentang seks dan proses
penuaan. Stereotip pada budaya barat sering kali membatasi komunikasi tentang seks
mereka mengalami masa transisi menopause. Selama bertahun-tahun telah menjadi
anggapan bahwa semakin tua usia wanita, minat seks dan responsive wanita akan
menurun (Varney, 2007).
Dalam sebuah penelitian mengenai seksualitas di AS, ditemukan bahwa
gairah dan dorongan seksual tidak berubah dalam 60% wanita dan 20% mengalami
penurunan dorongan seksual serta 20% lainnya mengalami peningkatan gairah
seksual. Kebanyakan wanita menikmati persenggamaan dengan baik di usia lanjut.
Ketika bertambah tua, wanita menemukan bahwa aktivitas seksual mempunyai
variasi yang lebih besar, kepelikan lebih besar, dan kenikmatan yang lebih besar.
Bagi banyak orang, seks tidak hanya sekedar hubungan kelamin tetapi meluas
mencakup kontak tubuh, sentuhan dan pelukan, termasuk juga senggama (Jones,
2005).
2. Penyebab Perubahan Aktifitas Pada Masa Menopause
Pada usia menopause tidak ada halangan untuk meningkatkan hubungan
seksual, hanya saja frekuensinya makin berkurang. Masalah hubungan seksual yang
dihadapi pada usia menopause adalah keinginan seksual sudah berkurang, karena
daerah erogen (erotic) kurang sensitiv sehingga memerlukan rangsangan intensif,
karena agak sulit dapat mencapai orgasme (Manuaba, 1999).
Gairah atau hasrat seksual secara perlahan-lahan akan menurun sesuai
dengan usia. Apalagi beberapa penyakit menurunkan gairah seksual, seperti diabetes
dan ginjal serta akibat mengkonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat darah tinggi.
Faktor psikologis, misalnya pekerjaan, anak-anak, maupun perkawinannya sendiri
dapat mengganggu gairah seksual. Pada pria, misalnya tidak dapat ereksi atau
salah satu pasangan yang terganggu, otomatis mempengaruhi pihak suami atau istri
dalam menikmati hubungan seksualnya (Kasdu, 2002).
Dengan makin meningkatnya usia, maka makin sering dijumpai gangguan
seksual pada wanita, yang diakibatkan dari kekurangan hormon estrogen. Penelitian
membuktikan bahwa kadar estrogen yang cukup merupakan faktor terpenting untuk
mempertahankan kesehatan dan mencegah vagina dari kekeringan (Baziad, 2003).
Indarti (2005), juga mengatakan bahwa hormon estrogen mempunyai pengaruh besar
dalam mengoptimalkan fungsi organ reproduksi. Berkurangnya hormon tersebut
menjadikan liang vagina berkurang elastisitasnya, dindingnya mengalami penipisan
dan terjadi kekeringan sehingga memudahkan timbulnya perlukaan. Dan alasan
tersebut yang membuat wanita menopause sering tidak nyaman saat melakukan
aktifitas seksual.
Dispareunia (hubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri) dapat terjadi
karena vagina menjadi lebih kecil, dinding vagina menjadi lebih tipis dan lebih
kering dan lubrikasi selama stimulasi seksual berlangsung lebih lama (Bobak, 2005).
Vagina adalah organ yang paling peka terhadap estrogen, dan vagina memberi
respons terhadap hormon ini dengan menghasilkan suatu epitel basah yang tebal,
dengan suatu sekret asam (pH 4,0). Tiadanya estrogen akan menghasilkan epitel tipis
yang kering dengan secret basa (pH 7,0). Diameter vagina pasca menopause
menyusut, mudah pecah dan robek, dan menyebabkan dispereunia yang hebat.
Pasangan sering menghindari hubungan seksual karena rasa yang sangat tidak enak
(Hacker, 2001).
Terganggunya aktifitas seksual di usia menopause juga dipengaruhi karena
kelelahan fisik setelah beraktifitas, bergejolak panas, jantung berdebar-debar,
sebagainya. Akibat dari gangguan tersebut maka tidak jarang wanita di usia
menopause tidak dapat menikmati hubungan seksual (Baziad, 2003).
Para peneliti melaporkan, wanita yang keinginan seksualnya berkurang
selama menopause lebih banyak melaporkan gangguan tidur, keringat malam dan
depresi. Menurut studi yang dipublikasikan pada edisi Juni 2007, American Journal
of Obstetrics and Genecology, 341 partisipan peri dan pasca menopause dalam uji
acak terapi alternatif menopause, 64% melaporkan libido berkurang, 18% dengan
depresi yang sedang sampai berat dan 43% mengalami kualitas tidur yang jelek
(Proverawati,2010).
Faktor-faktor yang berkaitan dengan penurunan libido pada wanita usia
pertengahan begitu kompleks, termasuk depresi, gangguan tidur dan keringat malam
hari. Keringat malam dapat mengganggu tidur dan kekurangan tidur mengurasi
energi untuk yang lain, termasuk aktifitas seksual (Proverawati, 2010).
Terdapat bukti ekstensif bahwa sulih estrogen dapat bermanfaat untuk
masalah kekeringan vagina dan dispareunia pasca menopause dengan revisi vaginitis
atrofik. Efek estrogen terhadap libido tidak jelas. Namun, terapi androgen
dipertimbangkan aman dan efektif untuk menurunkan libido jika digunakan dalam
kadar dosis yang sesuai pada wanita yang menjalani menopause alami (Varney,
2007)
3. Langkah untuk mempertahankan aktifitas seksual
a. Komunikasi
Berbicara santai mengenai perubahan-perubahan seksual akan menjadi hal
yang sangat penting. Memberitahu pasangan tentang apa yang sedang terjadi
pada diri anda.
Pada usia setengah baya, wanita dapat mengatur suasana hatinya, bahkan
jika hasrat itu tidak muncul secara spontan seperti biasanya
c. Keintiman
Jangan tergesa-gesa untuk menjalin hubungan pribadi. Tidak ada yang lebih
kondusif bagi kehidupan seks yang baik dari pada kemampuan untuk
berbagi pikiran dan perasaan dengan seorang pasangan secara teratur.
d. Teknik
Dibutuhkan keterampilan dan teknik untuk mengetahui apa yang dapat
merangsang pasangan anda dan apa yang merangsang abgi anda. Belajar
untuk menyenangkan diri sendiri hingga mencapai orgasme merupakan
keterampilan yang sangat berharga jika menyangkut hubungan intim dengan
suami.
e. Variasi seksual
Baik anda maupun pasangan perlu menjelajahi diri sendiri untuk
menambahkan kreatifitas dan sesuatu yang baru dalam hubungan intim.
f. Romantisme
Perlu mempelajari bagaimana menunjukkan cinta satu sama lain dengan cara
yang konkret. Bunga, kartu, pergi berduaan di malam hari, dan sebagainya
semuanya merupakan bagian dari apa yang perlu dilakukan untuk
menghidupkan kembali romantisme.
g. Citra tubuh
Banyak yang merasa tidak puas dengan tubuh sendiri karena telah terbiasa
membandingkan dengan gambar model yang sempurna. Jika merasa tidak
puas dengan tubuh sendiri, sangat sulit untuk hadir sepenuhnya dalam
h. Sensualitas
Untuk meningkatkan libido, harus bersedia mengendurkan diri dan
melibatkan seluruh indra dalam hubungan intim.
i. Gairah
Dr. Love menggambarkan gairah sebagai kemampuan untuk
menggabungkan perasaan terangsang yang mendalam dengan cinta kepada