• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENGETAHUAN LIMBAH BAHAN BERBAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PENGETAHUAN LIMBAH BAHAN BERBAHA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENGETAHUAN LIMBAH BAHAN

BERBAHAYA DAN BERACUN

“PENANGANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

DAN BERACUN RUMAH SAKIT”

Di susun oleh : kelompok 2

1.

Dwiana Marta R

2.

Elpa Noprianti

3.

Lola Eliza Yuliani

4.

Oktavia Ariyati

5.

Riska Utari

6.

Yogi Adi Pratama

Dosen Pembimbing

:

Zamharira Muslim, M.Farm, Apt

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN

TAHUN 2015/2016

(2)

Alunan pujian dalam untaian syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Manajemen Laboratorium “Laboratorium Klinik”.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas untuk memenuhi nilai mata kuliah Manajemen Laboratorium.

Dalam proses penyelesaian makalah ini, kami banyak sekali memperoleh bantuan berupa bimbingan, saran serta motivasi baik dalam bentuk moril maupun materil, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga selesainya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna yang dikarenakan keterbatasan kemampuan yang ada dalam diri kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan bagi penyusunan-penyusunan berikutnya.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi kami sendiri, umumnya bagi para pembaca

Bengkulu, 29 Agustus 2015

Penyusun

Daftar Isi

(3)

BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan ...

D. Manfaat ...

BAB II PEMBAHASAN ...

2.1 Karakteristik Limbah Rumah Sakit ...

2.2 Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan ...

2.3 Pengelolaan Limbah Rumah Sakit ...

2.4 Pelaksanaan Pengelolaan ...

BAB III KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP ...

3.1 Tindakan Pencegahan ...

3.2 Tindakan Penanggulangan ...

3.3 Peningkatan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan ...

BAB IV PENUTUP ...

4.1 Kesimpulan ...

4.2 Saran ... Daftar Pustaka ...

BAB I

PENDAHULUAN

(4)

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan karyawan akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah rumah sakit. Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena dapat bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif.

Karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit menjadi depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit. Di tempat ini dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross infection),melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui serangga (vector borne infection) sehingga dapat mengancam kesehatan masyarakat umum.

B. Rumusan Masalah

b.1 Bagaimana dampak limbah rumah sakit terhadap lingkungan.

Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang mengharuskan penanganan kebersihan dengan standar yang tinggi. Karena Limbah medis rumah sakit merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah rumah sakit jika tidak tertangani dengan baik akan berdampak bagi manusia, mahluk hidup, serta lingkungan di sekitar rumah sakit. Dampak tersebut dapat berupa pencemaran air, pencemaran daratan, serta pencemaran udara.

b.2 Bagaimana pencegahan dan penanggulangan dampak limbah rumah sakit

(5)

dan anak. Selain itu, perlindungan terhadap bahaya pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian khusus .

Rumah sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa

C. Tujuan

Agar mahasiswa mengetahui sifat dan pengaruh limbah rumah sakit terhadap kesehatan

Mengetahui jenis-jenis limbah rumah sakit.

D.Manfaat

Dari gagasan dapat mengetagui potensi dari limbah dengan baik tidak hanya membuang dengan begitu saja.

BAB II

PEMBAHASAN

(6)

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Limbah benda tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

2) Limbah infeksius

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif)

b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3) Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. 3

(7)

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000o c.

5) Limbah farmasi

Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

6) Limbah kimia

Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

7) Limbah radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.

8)Limbah Plastik

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

(8)

mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).

Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lainlain.

Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

2.2. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti

a. Gangguan kenyamanan dan estetika

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.

b. Kerusakan harta benda

Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.

(9)

Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.

d. Gangguan terhadap kesehatan manusia

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.

e. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.

2.3. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

a. Limbah padat

Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut :

Golongan A :

1. Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah.

2. Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.

3. Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing.

Golongan B :

Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya.

Golongan C :

Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam golongan A.

Golongan D :

(10)

Golongan E :

Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

2.4. Pelaksanaan pengelolaan

Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah klinis perlu dilakukan pemisahan penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.

1) Pemisahan

Golongan A

Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah klinis yang mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah Kantong plastik tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak sampah klinis.

Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :

a) Sampah dari haemodialisis

Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan autoclaving, tetapi kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara efektif.

(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi terutama untuk limbah infeksius).

b) Limbah dari unit lain :

 Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa

(11)

 Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh pimpinan yang

bertanggungjawab, kepala Bagian Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q Sub Din PKL setempat.

 Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak limbah

klinis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan denganincinerator.

 Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan denganincinerator.

Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian laboratorium.

Golongan B

Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.

Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan dimasukkan dengan incinerator.

- Penampungan 7

Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :

a. Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.

b. Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.

c. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci.

d. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.

e. Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)

Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambil menunggu pengangkutan.

- Pengangkutan

(12)

incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong.

Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa sehingga :

a. Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus

b. Tidak akan menjadi sarang serangga

c. Mudah dibersihkan dan dikeringkan

d. Sampan tidak menempel pada alat angkut

e. Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali

Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke tempat lain :

a) Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut. Dan harus dilakukan upaya untuk men-cegah kontaminasi sampah lain yang dibawab).Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi kebocoran atau tumpah.

b) Limbah Cair

Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:

1) Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)

Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :

1. Pump Swap (pompa air kotor).

2. Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.

3. Bak Klorinasi

4. Control room (ruang kontrol)

5. Inlet

6. Incinerator antara 2 kolam stabilisasi

7. Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

2) Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)

(13)

(aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :

1. Pump Swap (pompa air kotor)

2. Oxidation Ditch (pompa air kotor)

3. Sedimentation Tank (bak pengendapan)

4. Chlorination Tank (bak klorinasi)

5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).

6. Control Room (ruang kontrol)

3) Anaerobic Filter Treatment System

Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.

Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain sebagai berikut :

1. Pump Swap (pompa air kotor)

2. Septic Tank (inhaff tank)

3. Anaerobic filter.

4. Stabilization tank (bak stabilisasi)

5. Chlorination tank (bak klorinasi)

6. Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)

7. Control room (ruang kontrol)

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic Filter Treatment System dapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnya:

a. Volume septic tank

b. Jumlah anaerobic filter

(14)

d. Jumlah chlorination tank

e. Jumlah sludge drying bed

f. Perkiraan luas lahan yang diperlukan

Secara singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah sebagai berikut :

a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

b. Penampungan

Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”

c. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

(15)

d.Pengolahan dan Pembuangan

Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

a. Incinerasi

b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 C)°

c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde)

d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)

e. Inaktivasi suhu tinggi

f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60) g. Microwave treatment

h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)

i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk.

- Incinerator

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.

(16)

BAB III

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK

PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN

HIDUP

3.1 Tindakan pencegahan (tindakan prefentif)

Pencegahan limbah secara alami. Saat air limbah mengalir di dalam sungai, tersimpan dalam waduk, perubahan air terjun, kemdian meresap kedalam tana. Selanjut nya terjadi proses sedimentasi, filterasi, proses biologis, oksidasi, dan lain-lain.

Pengolah air limbah secara fisik dapat di lakukan dng teruji penyaringan sampah dan penghancuran sampah(comminutor) atau gritremofal.

3.2 Tindakan penanggulangan (tindakan kuratif)

(17)

3.3 Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulngan

Untuk upaya penanggulngannya diperlukan pengnawasan Penghasil, pengepul, pengaangkut, pengolah, pemanfaatan, penimbun limbah B3 wajib memiliki sistem tannggap darurat.

Penanggung jawab pengelolaan limbah B3 jawib memiliki sistem tanggap darurat kepada masyrakat.

Penghasil limbah B3 bertanggung jawab atas penanggulangan pencemaran lingkungan akibat lepas/tumpahnya limbvah B3 yang menjadi tanggung jawabnya.

Penghasil limbah B3 wajib segerah melaporkan tumpahnya limbah berbahaya kepada yangn bertanggung jawab.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Toksikologi limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya diantaranya limbah benda tajam, limbah infeksius tubuh, limbah sitotoksik, limbah kimia, limbah radioaktif , limbah plastik.

(18)

4.2 Saran

Adanya toksikologi limbah rumah sakit, disarankan agar pengguna berhati– hati dalam penggunaan alat atau bahan yang berasal dari rumah sakit, agar tidak menimbulkan efek negatif pada tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

- Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

- Hindarko ,5 15. Ir. 2003. Mengolah limbah supayah tidak mencemari orang lain. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada laporan ini juga akan dijabarkan kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam skenario seperti pendalaman-pendalaman karakter, adegan-adegan yang luput, proses-proses

Legenda Malaka Nongsa Ruko Taman Eden 9 Taman Baloi Mesjid Bukit Indah Sukajadi Crown Hill Teluk Tering Trikarsa Ekualita 2 Nongsa Bengkong Kolam 2 Sadai Bengkong Palapa Swadaya

erdasarkan hasil )a)an/ara dengan %era)at yang dilakukan %ada tanggal  'uli #91; diruang dra'at dida%atkan $ah)a %asien masuk $isa melalui ID! atau %oli a%a$ila %asien

Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran model Discovery Learning dalam penelitian ini adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru memberikan stimulus yang

Trya Agung Pahlevi, ST 198410192011011004 Penata Muda Tk.I, III/b Fungsional Umum Pus.KI Kasubbid Kelembagaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, dan Penelitian

 Ada 4 jenis Al powder tidak bulat yang bisa digunakan sebagai fuel propelan yaitu AlLpn (yang digunakan Lapan selama ini), AlDhn (diperoleh dari PT dahana), AlPnc

Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan analisis informasi, membuat diagnosis kerja (menentukan kondisi yang dikaji adalah normal atau